Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

ANASTESI DAN SEDASI

RSU SENTRA MEDIKA SANGGAU


TAHUN 2022
Halaman Judul
Daftar Isi ........................................................................................................................................................................................................ 1
Penyusun...................................................................................................................................................................................................... 2
Surat Keputusan Direktur Nomor : A006/SK/SMC/V/2022............................................................................................... 3
Pendahuluan ............................................................................................................................................................................................. 4
Panduan Praktik Klinik Prosedur Tindakan Persiapan Pre Anestesi ................................................................................ 6
Panduan Praktik Klinik Prosedur Pembiusan Umum dengan teknik intubasi endotracheal ............................. 8
Panduan Praktik Klinik Prosedur Pasca Anestesi ..................................................................................................................... 12
Panduan Praktik Klinik Prosedur Pembiusan Umum dengan teknik total intra venous anestesi (TIVA) ..... 14
Panduan Praktik Klinik Prosedur Pembiusan Umum dengan teknik via face mask (sungkup muka) ........... 17
Panduan Praktik Klinik Prosedur Pembiusan regional dengan tehnik sub arachnoid blok (SAB) .................. 21
Panduan Praktik Klinik Perawatan Pasca Anestesi Di Ruang Perawatan .................................................................... 24
Penutup ........................................................................................................................................................................................................ 26

1
PE NYUSUN PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) ANESTESI

1. dr. Sanjaya Normansah, Sp.An DOKTER SPESIALIS ANESTESI

2
SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SENTRA MEDIKA SANGGAU


Nomor : A002/SK/SMC/V/2022

TE NTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ANASTESI DAN SEDASI DI RUMAH SAKIT UMUM SENTRA MEDIKA
SANGGAU

Menimbang :
Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu standar anastesi di Rumah Sakit Umum
Sentra Medika Sanggau perlu adanya panduan praktik klinis anastesi dan sedasi
sebagai acuan bagi tenaga anastesi dalam memberikan layanan.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No 29 tahun 2009 tentang praktek
kedokteran.
2. Undang-Undang RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. PMK RI No 519/MenKes/Per/III/2011 tenggal 3 Maret 2011 tentang Pedoman
Penyelenggaran Pelayanan Anastesiology dan Therapi Intensive Di Rumah Sakit.

M E M UTU SK AN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan direktur Rumah Sakit Umum Sentra Medika Sanggau tentang panduan
praktik klinis anastesi dan sedasi di Rumah Sakit Umum Sentra Medika Sanggau.
Kedua : Memberlakukan Panduan Praktik Klinik Anastesi dan Sedasi di Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini
ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan adanya
ketetapan
lebih lanjut.
Keempat : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : SANGGAU
Pada tanggal : 01 Mei 2022
Rumah Sakit Umum Sentra Medika
Sanggau
Direktur

dr. Windy Ratu Dewi

Tembusan, disampaikan kepada:


1. Yth. Komisaris PT. ARKAZIRA WAHANA MEDIKA
2. Yth. Direktur PT. ARKAZIRA WAHANA MEDIKA

3
PE NDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan perorangan; lingkup pelayanan adalah
segala tindakan atau perilaku yang diberikan kepada pasien dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Substansi pelayanan medis adalah pratik ilmu pengetahuan dan teknologi
medis yang telah ditapis secara sosio – ekonomi – budaya yang mengacu pada aspek
pemerataan, mutu dan efsiensi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
akan pelayanan medis.
Untuk menyelenggarakan pelayanan medis yang baik dalam arti efektif, efisien dan
berkualitas serta merata dibutuhkan masukan berupa sumber daya manusia, fasilitas, prafasilitas,
peralatan, dana sesuai dengan prosedur serta metode yang memadai
Saat ini sektor kesehatan melengkapi peraturan perundang-undangannya dengan
disahkannya Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada bulan
Oktober 2004 yang diberlakukan mulai bulan Oktober 2005. Pengaturan praktik kedokteran
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter/ dokter IPD, serta memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat dan dokter/ dokter IPD
Panduan praktik klinis (Clinical practice guidelines) merupakan panduan yang berupa
rekomendasi untuk membantu dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan. Panduan ini
berbasis bukti (berdasarkan penelitian saat ini) dan tidak menyediakan langkah- pendekatan
untuk perawatan dan pengobatan, namun memberikan informasi tentang pelayanan yang paling
efektif. Dokter menggunakan panduan ini sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan mereka
untuk menentukan rencana pelayanan yang tepat kepada pasien

B. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pasal 44
ayat ( 1 ) , pasal 50 dan 51
2. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 147/MENKES/PER/2010 tentang Perizinan RS
5. PERMENKES No 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
6. PERMENKES No 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik.

4
C. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu
2. Memberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimal
3. Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil
4. Mamberikan tata laksana dengan biaya yang memadai

5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RSU SENTRA
ME DIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Prosedur Tindakan Persiapan Pre Anestesi

1. Pengertian Pemeriksaan dan pemberian obat-obat premedikasi


(Definisi) sebelum dilakukan tindakan anestesi
2. Indikasi Semua pasien yang dijadwal operasi dengan
menggunakan anestesi
3. Tujuan 1. Mempersiapkan penderita seoptimal mungkin,
sebelum dilakukan tindakan anestesi.
2. Menyiapkan fisik pasien untuk menjalani anestesi
dan pembedahan dengan lancar.
3. Mencegah terjadinya penyulit pada waktu
melakukan tindakan anestesi.
4. Mengurangi dosis obat anestesi pada waktu
dilakukan anestesi
5. Menghilangkan rasa cemas, rasa nyeri pada waktu
menghadapi tindakan pembedahan.
6. Menentukan ASA (resiko) anestesi

4. Kebijakan 1. Perlu dilakukan pemeriksaan / konsultasi penderita


sebelum tindakan anestesi.
2. Sebagai pelaksana : dokter spesialis anestesi
3. Bila diperlukan untuk optimalisasi anestesi dan
operasi, jadwal operasi bisa ditunda.
5. Persiapan 1. Pasien:
a. Pasien sesuai daftar operasi
b. Ketentuan :
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik dan METS
c) Penunjang lab : Darah lengkap, elektrolit, ur, cr,
albumin sesuai kasus, CT-BT
d) X-foto thorax (usia > 35 tahun atau sesuai indikasi)
e) EKG (Usia > 35 tahun atau sesuai indikasi)
2. Petugas:
a. Dokter Anestesi
b. Perawat Anestesi
c. Perawat Ruang
6. Prosedur Tindakan 1. Pasien dilaporkan ke dokter anestesi oleh perawat
ruang sehari sebelum operasi makasimal jam 21.00,
dengan melaporkan : Nama / umur / jenis kelamin /
rencana operasi / penunjang lab / rontgen bila ada /
EKG dan data lainnya
2. Dokter anestesi menerima laporan dan
6
menginstruksikan tindakan/terapi yang diperlukan atau
kekurangan yang ada.
3. Pemeriksaan penderita oleh dokter anestesi dilakukan
paling lambat 1-2 jam sebelum operasi :
a. Pemeriksaan kelengkapan penunjang anestesi
dan operasi
b. Persetujuan anestesi dan operasi (informed
consent)
4. Pemberian obat-obat premedikasi sebelum anestesi
5. Bila semua dalam keadaan baik dan lengkap,
pasien dapat dibawa ke kamar operasi
6. Di ruang penerimaan pasien kamar bedah, dilakukan
pengecekan ulang kelengkapan administrasi anestesi
dan operasi
7. Pemeriksaan ulang di kamar operasi sebelum
dilakukan tindakan. (sign in)
8. Persiapan alat dan obat anestesi, obat-obatan
emergency.
9. Persetujuan tindakan anestesi oleh dokter anestesi
dengan status ASA (American Society of
Anesthesiologyst) (resiko) anestesi
ASA 1 : pasien dengan kesehatan normal (0,06-0,08%)
: pasien dengan penyakit sistemik ringan (diabetes
ASA 2 : ringan,
hipertensi terkontrol, obesitas [0,27-0,4])
ASA 3 : : pasien dengan penyakit sistemik berat yang membatasi
aktivitas (angina, COPD, infark miokard [1,8-4,3%])
ASA 4 : : pasien dengan penyakit yang mengancam
kehidupannya
(CHF, gagal ginjal [7,8-23%])
ASA 5 : : pasien yang tidak diharapkan hidup dalam 24 jam
(ruptur
aneurisma [9,4-51%]
ASA 6 : : pasien dengan mati batang otak yang akan
mendonorkan
organ
Tambahkan”E” setelah klasifikasi untuk operasi
darurat,

10. Penundaan tindakan anestesi elektif untuk memperbaiki


kondisi pasien
11. Rujukan ke bagian lain
7. Outcome klinis 80 % pasien dilakukan visitasi dokter anestesi

8. Kepustakaan Pedoman Pelayanan Anestesi


Morgan GE, Mikhail MS: Airway Management.
Clinical Anesthesiology 4 nd ed, Lange Medical Books, New
York, 2006.

7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RSU SENTRA
ME DIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Prosedur Pembiusan Umum dengan teknik intubasi endotracheal

1. Pengertian(Definisi) Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya


kesadaran dan bersifat pulih sadar kembali (reversible)
2. Anamnesis 1. Identifikasi pasien,nama,umur, alamat dll
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
yang mungkin dapat menjadi penyulit anestesi seperti
: alergi,asma,diabetus mellitus,penyakit
parukronik,penyakit jantung,hati dan ginjal
3. Riwayat obat yang sedang atau telah digunakan
4. Riwayat operasi dan anestesi yang dialami
5. Kebiasan buruk pasien sehari-hari seperti merokok
dan meminum alkohol
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik meliputi : keadaan psikis,keadaan
gizi,system respirasi,system cardiovascular,kepala
leher,mallampati,system syaraf,kulit,region lumbal
4. Indikasi Pembiusan 1. Operasi di daerah kepala leher
2. Operasi abdomen atas dan bawah
3. Operasi ektremitas atas dan bawah

5. Klasifikasi ASA Menurut american sosiety of anesthesiology (ASA) pasien


yang akan operasi dikategorikan sebagai berikut :
ASA 1 : Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit
lainnya
ASA 3 : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik
berat yang diakibatkan berbagai penyebab
ASA 4 : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang
secara langsung mengancam hidupnya
ASA 5 : Pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24
jam walaupun dioperasi atau tidak
E : Emergency
6. Prosedur 1. Persiapan alat:
Penatalaksanaan a. Mesin anastesi yang sudah tersambung dengan
Pembiusan Umum oksigen
b. Laringoskop
c. Sugkup muka
d. Pipa endotrakeal ( ETT)
e. Mayo
f. Stilet (mandrin ETT)
g. Spuit 10cc untuk menggembangkan cuff ETT
h. Stetoskop
i. Conector
j. Plester 30 cm
k. Mesin suction dan kanula suction
l. Alat monitor pasien
m. Air bersih dalam wadah

8
2. Persiapan obat:
a. Obat induksi : penotal,propofol,ketamin
b. Obat pelumpuh otot: sucinilcolin, atracurium,
norcuron dll
c. Obat anastesi inhalasi: sevofluran,isoflurane
d. Obat emergency: sulfas atropine, ephedrine,
adrenalin
3. Persiapan Pasien:
a. Pasien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
serta dipersilahkan untuk berdoa
b. Perawat anastesi mengatur posisi pasien dalam
tidur terlentang
c. Memasang alat monitor dan mengukur tanda-
tanda vital pada pasien
d. Dokter anastesi melakukan cek ada tidaknya
kebocoran mesin anastesi
e. Sungkup muka diletakkan didepan muka pasien,
dan diberi oksigen 8-10 liter per menit
f. Perawat anastesi memasukkan obat induksi atas
advis dokter anestesi, segera setelah pasien tidur
yang diandai dengan hilangnya reflek bulu
mata,dokter anastesi melanjutkan pemberian
oksigen lewat sungkup muka sambil sesekali
memberi nafas buatan bila terdapat hipoventilasi
g. Obat pelumpuh otot dimasukan, setelah pasien
mengalami kelumpuhan otot pernafasan dokter
anstesi memberikan nafas buatan lewat sungkup
muka sesuai dengan frekuensi nafas pasien
h. Setelah mencapai waktu puncak (peak) obat
pelumpuh otot, dilakukan intubasi endotrakeal
setelah berhasil cuff ETT dikembangkan kemudian
ETT disambungkan dengan conector mesin
anastesi.
i. Di lakukan tes kedalaman ETT dengan cara dokter
anastesi memberikan nafas buatan melalui mesin
anastesi dan perawat anastesimendengarkan suara
nafas pasien pada 4 lapang dengar suara paru
dengan stetoskop
j. Setelah suara paru terdengar simetris pasien
dipasang mayo supaya pipa endotracheal tidak
terganggu kemudian dilakukan fiksasi pada kedua-
duanya
k. Obat anastesi inhalasi mulai dibuka disesuaikan

9
dengan tanda2 kedalaman anestesi , bila
pembedahan memerlukan kondisi otot pasien yang
sangat rileks maka perlu ditambahkan obat
pelumpuh otot sesuai dengan kebutuhan dan
dosis
l. Setelah pembedahan selesai obat anastesi inhalasi
ditutup kembali kemudian dilakukan pembersihan
jalan napas dengan cara suction lendir pada mulut
dan sekitar tenggorokan pasien dan bila perlu
dilakukan suction melalui lubang hidung
m. Pasien dipastikan sudah bernapas spontan, bila
diperlukan dilakukan pemberian reverse
n. Setelah jalan napas bersih dilakukan ektubasi
dengan cara mengempiskan cuff ett kemudian
melepasnya, dilakukan suction ulang lalu conector
mesin anestesi disambungkan sungkup muka lagi
o. Pasien kembali diberi oksigen 100% melalui face
mask lagi
p. Observasi status nafas pasien,bila nafas pasien
sudah spontan adekuat,pasien bisa dipindahkan ke
ruang pulih sadar guna dilakukan observasi lebih
lanjut hingga pasien sadar
q. Alat-alat dirapikan kembali
7. Edukasi 1. Puasa dan pemberian cairan
Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa. Pasien
dewasa dipuasakan dari makanan padat 6-12 jam pra
bedah,dari minum susu 6 jam pra bedah dan dari minum air
putih 4 jam pra bedah.pasien anak-anak mengikuti jadual
sebagai berikut:
Umur Susu/makanan padat Air putih
< 6 bulan 4 jam 2 jam
6-36 bulan 6 jam 3 jam
> 36 bulan 8 jam 3 jam

2. Jika diperlukan, maka dokter anestesi dianjurkan meminta


konsultasi spesilalistik lain
3. Hasil pemeriksaan,evaluasi ,konsultasi dan tindaklanjut
dicatat dalam dokumen rekam medis
8. Indikator Anastesi 1. kesadaran pasien
2. reflek bulu mata
3. tonus otot polos
10
4. diameter pupil
5. tanda –tanda vital
9. Kepustakaan 1. Anestesiologi,FKUI,Jakarta 1989
2. Morgan GE, Clinical Pharmacology Inhalational
Anesthetics in Clinical Anesthesiology; 2001, 127-177

11
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RSU SENTRA
ME DIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Prosedur Pasca Anestesi

1. Pengertian Penilaian pasien sesudah proses anestesi/pembedahan


(Definisi) selesai dengan skor anestesi di ruang pemulihan sebelum
dinyatakan pasien boleh di pindah ke ruangan.
2. Indikasi Setelah proses anestesi/pembedahan kecuali pasien yang
dinyatakan akan dirawat di ruang rawat intensive (ICU)

3. Kebijakan 1. Yang berhak memutuskan memutuskan pasien


boleh keluar dari ruang pemulihan adalah :
• Dokter spesialis anestesi
• Dokter umum yang terlatih yang bertugas
• Petugas terlatih dibidang anestesi
2. Terdapat obat & alat emergensi di ruang pulih sadar.
3. Memenuhi kriteria pemulangan ke bangsal rawat inap.

4. Persiapan 1. Alat dan bahan habis pakai:


a. Oksigen
b. Obat dan alat emergency
c. Bedside monitor
2. Petugas:
a. Dokter Anestesi
b. Penata Anestesi
5. Prosedur Tindakan 1. Pasien dari kamar operas dibawa ke ruang pemulihan
oleh petugas anestesi
2. Berikan oksigenasi, pasang alat mintor tekanan darah dan
capnograf / saturasi oksigen
3. Petugas ruang pemulihan melakukan penilaian pasca
anestesi
4. Pasien dengan Anestesi Umum :
Al drete
S k or
Penilaian Tanda penilaian Ni lai Mas uk Kel uar
Bergerak 4 extremitas
2
atas perintah

Aktivitas Bergerak 2
extremitas atas 1
perintah/volunter
Tak mampu bergerak 0
Nafas dalam dan
2
batuk
Respirasi Dispneu/usaha nafas
1
terbatas
Apneu 0
TD +/- 20 preanestesi 2
Sirkulasi 20-50 1

12
50 0
Sadar penuh 2
Kesadaran Bangun jika dipanggil 1
Tak ada respon 0
Kemerahan 2
Warna kulit Pucat/kuning 1
Sianosis 0
Jumlah Skor
Catatan :
o pasien boleh pindah ke ruangan bila hasil penilaian > 8
o digunakan untuk general anestesi pasien dewasa

6. Pasca Prosedur 1. Evaluasi di ruang rawat pemulihan pada pasca


Tindakan operasi dan evaluasi dengan bromage score
2. Posisikan pasien dengan kepala lebih tinggi 30 derajat
selama 24 jam
3. Bila tensi menurun < 90/60 mmHg atau penurunan > 20
% tensi awal berikan ephedrin 10 mg
7. Outcome Prosedur 1. 100 % tidak nyeri operasi
Tindakan 2. Waktu 90 menit atau penurunan dermatom 2 tingkat
penambahan volume 5 cc bupivacain isobarik 0,5 %

8. Kepustakaan Clinical Anestesiology, Morgan

13
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSU SENTRA MEDIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Prosedur Pembiusan Umum dengan teknik total intra venous anestesi (TIVA)

1. Pengertian Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya


(Definisi) kesadaran dan bersifat pulih sadar kembali (reversible)
dengan hanya menggunakan obat anestesi intra vena
2. Anamnesis 1. Identifikasi pasien,nama,umur, alamat dll
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang
mungkin dapat menjadi penyulit anestesi seperti :
alergi,asma,diabetus mellitus,penyakit
parukronik,penyakit jantung,hati dan ginjal
3. Riwayat obat yang sedang atau telah digunakan
4. Riwayat operasi dan anestesi yang dialami
5. Kebiasan buruk pasien sehari-hari seperti merokok dan
meminum alkohol
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik meliputi : keadaan psikis,keadaan
gizi,system respirasi,system cardiovascular,kepala
leher,mallampati,system syaraf,kulit,region lumbal
4. Indikasi Pembiusan 1. operasi singkat (0,5 -1 jam) tanpa membuka rongga
perut
2. keadaan umum pasien cukup baik
3. lambung harus kosong

5. Klasifikasi ASA Menurut american sosiety of anesthesiology (ASA) pasien


yang akan operasi dikategorikan sebagai berikut :
ASA 1 : Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit
lainnya
ASA 3 : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik
berat yang diakibatkan berbagai penyebab
ASA 4 : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam hidupnya
ASA 5 : Pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam
walaupun dioperasi atau tidak
E : Emergency
6. Prosedur Penatalaksanaan 1. Persiapan alat:
Pembiusan Umumvia TIVA a. Mesin anastesi yang sudah tersambung dengan
oksigen
b. Laringoskop
c. Sugkup muka
d. Pipa endotrakeal ( ETT)
e. Mayo
f. Stilet (mandrin ETT)
g. Spuit 10cc untuk menggembangkan cuff ETT
h. Stetoskop
i. Conector
14
j. Plester 30 cm
k. Mesin suction dan kanula suction
l. Alat monitor pasien
2. Persiapan obat:
a. Obat induksi :Tiopental 2,5 %,profofol,ketamin
b. Obat analgetik non opioid: ketorolak tromethamine,
tramadol dll
c. Obat emergency: sulfas atropine, ephedrine,
adrenalin
3. Persiapan Pasien
a. Pasien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
serta dipersilahkan untuk berdoa
b. Perawat anastesi mengatur posisi pasien dalam
tidur terlentang
c. Memasang alat monitor dan mengukur tanda-
tanda vital pada pasien
d. Dokter anastesi melakukan cek ada tidaknya
kebocoran mesin anastesi
e. Perawat anastesi memasukkan obat induksi atas
advis Sp An., segera setelah pasien tidur, yang
ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata,masker
oksigen dipasangkan kepada pasien dengan aliran
oksigen 6- 10 lpm atau dapat juga menggunakan
kanule oksigen nasal dengan aliran oksigen 2-4 lpm
f. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda2 tanda mata
(bola mata menetap) nadi tidak cepat dan terhadap
rangsang nyeri tidak berubah
g. Kalau stadium anestesi sudah cukup dalam,rahang
sudah lemas dan terdapat obstruksi jalan nafas dapat
diberikan pipa orofaring (guedel).
h. Untuk pemeliharaan anestesi,obat anestesi dapat
diberikan secara berulang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi klinis pasien selama
pembedahan
i. Observasi status nafas pasien,bila nafas pasien sudah
spontan adekuat,pasien bisa dipindahkan ke ruang
pulih sadar guna dilakukan observasi lebih lanjut
hingga pasien sadar
j. Alat-alat dirapikan kembali

15
7. PemeriksaanPenunjang 1. Pemeriksaan laboratorium dan uji lain:
Pemeriksaan laboratorium ada 2 yaitu pemeriksaan
umum dan khusus,
Pemeriksaan laboatorium umum:
a. Darah: Hb,leukosit,hitung jenis leukosit, masa
pembekuan dan masa pendarahan
b. EKG: terutama untuk pasien yang berusia 40
tahunkeatas
Pemeriksaan khusus:
Dilakukan bila ada riwayat atau indikasi,misalnya:
a. EKG pada anak
a. Fungsi hati pada pasien ikterus
b. Fungsi ginjal pada pasien hipertensi
8. Edukasi Puasa dan pemberian cairan
Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa.
Pasien dewasa dipuasakan dari makanan padat 6-12 jam pra
bedah,dari minum susu 6 jam pra bedah dan dari minum air
putih 4 jam pra bedah.pasien anak-anak mengikuti jadual
sebagai berikut:
Umur Susu/makanan padat Air putih
< 6 bulan 4 jam 2 jam
6-36 bulan 6 jam 3 jam
> 36 bulan 8 jam 3 jam
9. . Indikator Anasthesi 1. kesadaran pasien
2. reflek bulu mata
3. tonus otot polos
4. diameter pupil
5. tanda –tanda vital
10. Kepustakaan 1. Anestesiologi, FKUI, Jakarta 1989
2. Morgan GE, Clinical Pharmacology Inhalational
Anesthetics in Clinical Anesthesiology; 2001, 127-177

16
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSU SENTRA MEDIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Prosedur Pembiusan Umum dengan teknik via face mask (sungkup muka)

1. Pengertian Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya


(Definisi) kesadaran dan bersifat pulih sadar kembali (reversible)
dengan menggunakan obat anestesi inhalsi yang dilewatkan
sungkup muka
2. Anamnesis 1. Identifikasi pasien,nama,umur, alamat dll
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang
mungkin dapat menjadi penyulit anestesi seperti :
alergi,asma,diabetus mellitus,penyakit paru kronik,penyakit
jantung,hati dan ginjal
3. Riwayat obat yang sedang atau telah digunakan
4. Riwayat operasi dan anestesi yang dialami
5. Kebiasan buruk pasien sehari-hari seperti merokok dan
meminum alkohol
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik meliputi : keadaan psikis,keadaan
gizi,system respirasi,system cardiovascular,kepala
leher,mallampati,system syaraf,kulit,region lumbal
4. Indikasi Pembiusan 1. operasi singkat (0,5 -1 jam) tanpa membuka rongga perut
2. keadaan umum pasien cukup baik
3. lambung harus kosong

5. Klasifikasi ASA Menurut american sosiety of anesthesiology (ASA) pasien


yang akan operasi dikategorikan sebagai berikut :
ASA 1 : Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit
lainnya
ASA 3 : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik
berat yang diakibatkan berbagai penyebab
ASA 4 : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam hidupnya
ASA 5 : Pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam
walaupun dioperasi atau tidak
E : Emergency
6. Prosedur 1 Persiapan alat
Penatalaksanaan
Pembiusan Umum • Mesin anastesi yang sudah tersambung dengan
via face mask
oksigen
• Laringoskop

17
• Sungkup muka
• Pipa endotrakeal ( ETT)
• Mayo
• Stilet (mandrin ETT)
• Spuit 10cc untuk menggembangkan cuff ETT
• Stetoskop
• Conector
• Plester 30 cm
• Mesin suction dan kanula suction
• Alat monitor pasien
2. Persiapan obat
• Obat induksi :Tiopental 2,5 %,profofol,ketamin
• Obat anastesi inhalasi : sevofluran, isofluran,halotan,
ethran
• Obat analgetik non opioid : ketorolak
tromethamine,tramadol dll
• Obat anagetik opioid :petidin,morphin sulfat,fentanyl dll
• Obat emergency: sulfas atropine, ephedrine, adrenalin
3. Persiapan Pasien

k. Pasien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan


serta dipersilahkan untuk berdoa
l. Perawat anastesi mengatur posisi pasien dalam
tidur terlentang
m. Memasang alat monitor dan mengukur tanda-
tanda vital pada pasien
n. Dokter anastesi melakukan cek ada tidaknya
kebocoran mesin anastesi
o. Perawat anastesi memasukkan obat induksi atas
advis Sp An., segera setelah pasien tidur, yang
ditandai dengan hilangnya reflek bulu
mata,dokteranastesi memberikan oksigen lewat
sungkup
muka dalam posisi kepala pasien yang

18
ekstensi,sebaiknya dagu ditarik sedikitkebelakang
agar jalan nafas bebas dan pernapasan pasien
lancar, sambil sesekali memberi nafas buatan
apabila terdapat hipoventilasi.
p. Untuk memperkuat efek analgestik obat induksi
terkadang perlu ditambahkan obat analgetik
opioid : petidin dll
q. Bersamaan dengan tidurnya pasien obat anestesi
inhalasi dapat mulai dibuka sampai 1% dan
sedikit demi sedikit (sesudah setiap 5-10 kali
tarikan nafas dinaikkan 1% sampai 3-4%
tergantung reaksi dan besar tubuh penderita)
r. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda2 tanda
mata (bola mata menetap) nadi tidak cepat dan
terhadap rangsang nyeri tidak berubah
s. Kalau stadium anestesi sudah cukup
dalam,rahang sudah lemas,dapat dimasukkan
pipa orofaring (guedel)
t. Obat inhalasi dapat dikurangi menjadi 1- 1,5 %
tergantung respon terhadap rangsang operasi.
u. Obat inhalasi dikurangi dan dihentikan beberapa
menit sebelum operasi selesai
v. Pasien kembali diberi oksigen 100% melalui face
mask lagi
w. Observasi status nafas pasien,bila nafas pasien
sudah spontan adekuat,pasien bisa dipindahkan
ke ruang pulih sadar guna dilakukan observasi
lebih lanjut hingga pasien sadar
x. Alat-alat dirapikan kembali

7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium dan uji lain:


Penunjang
Pemeriksaan laboratorium ada 2 yaitu pemeriksaan
umum dan khusus,

19
Pemeriksaan laboatorium umum:
o Darah: Hb,leukosit,hitung jenis leukosit,masa
pembekuan dan masa pendarahan
o EKG: terutama untuk pasien yang berusia 40 tahun
keatas
Pemeriksaan khusus:
Dilakukan bila ada riwayat atau indikasi,misalnya:
o EKG pada anak
o Fungsi hati pada pasien ikterus
o Fungsi ginjal pada pasien hipertensi

8. Edukasi 2. Puasa dan pemberian cairan


Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa.
Pasien dewasa dipuasakan dari makanan padat 6-12 jam pra
bedah,dari minum susu 6 jam pra bedah dan dari minum air
putih 4 jam pra bedah.pasien anak-anak mengikuti jadual
sebagai berikut:

Umur Susu/makanan padat Air putih

< 6 bulan 4 jam 2 jam


6-36 bulan 6 jam 3 jam

> 36 bulan 8 jam 3 jam


9. Indikator Anasthesi 6. kesadaran pasien
7. reflek bulu mata
8. tonus otot polos
9. diameter pupil
10. tanda –tanda vital
10. Kepustakaan 1. Anestesiologi,FKUI,Jakarta 1989
2. Morgan GE, Clinical Pharmacology Inhalational Anesthetics
in Clinical Anesthesiology; 2001, 127-177

20
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSU SENTRA MEDIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Prosedur Pembiusan regional dengan tehnik sub arachnoid blok (SAB)

1. Pengertian(Definisi) Tindakanpemberian analetik local untuk menghambat


hantaran syaraf sensorik sehingga impuls nyeri
2. Anamnesis 1. Identifikasi pasien,nama,umur, alamat dll
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang
mungkin dapat menjadi penyulit anestesi seperti :
alergi,asma,diabetus mellitus,penyakit
parukronik,penyakit jantung,hati dan ginjal
3. Riwayat obat yang sedang atau telah digunakan
4. Riwayat operasi dan anestesi yang dialami
5. Kebiasan buruk pasien sehari-hari seperti merokok dan
meminum alkohol
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi : keadaan psikis,keadaan
gizi,system respirasi, system cardiovascular,kepala
leher,mallampati,system syaraf,kulit,region lumbal
4. Indikasi Pembiusan Untuk pembedahan,daerah tubuh yang dipersyarafi
cabang T4 kebawah (daerah papila mamae kebawah)
5. Klasifikasi ASA Menurut american sosiety of anesthesiology (ASA) pasien
yang akan operasi dikategorikan sebagai berikut :
ASA 1 : Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit
lainnya
ASA 3 : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik
berat yang diakibatkan berbagai penyebab
ASA 4 : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam hidupnya
ASA 5 : Pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam
walaupun dioperasi atau tidak
E : Emergency
6. ProsedurPenatalaksanaa 1. Persiapan alat
n Pembiusan regional a. Mesin anastesi yang sudah tersambung
dengantehnik SAB dengan oksigen guna pemberian oksigen kepada
pasien selama pembedahan berlangsung
b. Jarum spinal no 26,26 atau 27 (disesuaikan
dengan kondisi pasien)
c. Spuit ukuran 5 ml
d. Kasa steril
e. Sarung tangan steril
f. Betadin secukupnya
g. Bantal kepala
h. Alat monitor pasien
2. Persiapan obat
a. Obat anestesi local hiperbarik : buvipakain dlll
b. Obat emergency: sulfas atropine, ephedrine, adrenalin
21
3. Persiapan Pasien
a. Pasien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan serta
dipersilahkan untuk berdoa
b. Memasang alat monitor dan mengukur tanda-tanda
vital pada pasien
c. Perawat anastesi mengatur posisi pasien dalam posisi
duduk atau berbaring lateral dengan fleksi maksimal
d. Tehnik:
1) Inspeksi : garis yang menghubungkan 2 titik
tertinggi krista iliaka kanan- kiri akan memotong
garis tengah punggung setinggi L4 atau L$-L5
2) Palpasi : untuk mengenal ruang antara du
avertebra lumbalis
3) Pungsi lumbal hanya antara L-2,L-3,L-4 atau L-5
– S1
4) Dokter anestesi memakai sarung tangan steril
dan membersihkan daerah yang akan dilakukan
pungsi.Obat anestesi lokal disiapkan dalam spuit
ukuran 5 ml,setelah ditentukan lokasi
pungsi,jarum spinal disuntikan pada bidang
median dengan arah 10-30 derajat
terhadapbidang horisontal kearah kranial pada
ruang antar vetebra lumbalis yang sudah dipilih
tadi.Jarum spinal akan menembus beberapa
ligamen yang terakhir adalah duramater
subarahnoid Setelah stilet dicabut cairan
serebrospinalis akan menetes keluar selanjutnya
disuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang
sub arachnoid tersebut.
5) Setelah obat anastesi lokal masuk keruang
subarachnoid jarum spinal ditarik kembali dan
bekas suntikan ditutup dengan plester
6) Observasi pencapaian blok yang diinginkan
7) Alat2 dirapikan kembali
8) Pasien diberi oksigen melalui masker dengan
aliran o2 6-10 lpm atau kanule nasal 2-4 lpm lagi
9) Selama pembedahan harus diobservasi
TTV,terutama adanya komplikasi hipotensi dan
bradikardi
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dan uji lain:
1. Pemeriksaan laboatorium umum:
a. Darah: Hb,leukosit,hitung jenis leukosit,masa
pembekuan dan masa pendarahan
b. EKG: terutama untuk pasien yang berusia 40 tahun
keatas
2. Pemeriksaan khusus:
Dilakukan bila ada riwayat atau indikasi,misalnya:
a. EKG pada anak
b. Fungsi hati pada pasien ikterus
c. Fungsi ginjal pada pasien hipertensi
22
8. Edukasi Puasa dan pemberian cairan
Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa.
Pasien dewasa dipuasakan dari makanan padat 6-12 jam pra
bedah,dari minum susu 6 jam pra bedah dan dari minum air
putih 4 jam pra bedah.pasien anak-anak mengikuti jadual
sebagai berikut:
Umur Susu/makanan padat Air putih
< 6 bulan 4 jam 2 jam
6-36 bulan 6 jam 3 jam
> 36 bulan 8 jam 3 jam
9. Indikator Anasthesi Hilangnya sensari rasa nyeri hingga batas region tubuh
yang dipersyarafi syaraf yang telah diblok
10. Kepustakaan 1. Anestesiologi,FKUI,Jakarta 1989
2. Morgan GE, Regional Anesthesia & Pain management in
Clinical anesthesiology; 2001, 253-281

23
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RSU SENTRA
ME DIKA SANGGAU
RU M AH SAKIT UMUM
SE N T RA M EDIKA SANGGAU

Perawatan Pasca Anestesi Di Ruang Perawatan

1. Pengertian(Definisi) Perawatan pasien di ruang perawatan pasca anestesi


setelah keluar dari ruang pulih sadar
2. Indikasi Semua pasien yang telah dilakukan tindakan anestesi
3. Tujuan Menjaga fungsi vital pasien dalam batas normal dan
kemungkinan komplikasi setelah pembedahan / anestesi
berakhir
4. Kebijakan 1. Perawatan diruangan dilakukan oleh petugas ruang
atau dokter jaga ruangan
2. Hal-hal yang terjadi dalam 24 jam pertama
dilaporkan kepada dokter spesialis anestesi

5. Persiapan 1. Pasien:
Sudah dinyatakan layak pindah dari ruang pulih sadar
2. Petugas:
a. Perawat ruang
b. Dokter Jaga rumah sakit
c. Dokter Anestesi
d. Perawat Anestesi
6. Prosedur Tindakan 1. Pasien dengan General anestesi :
a. Pemantauan pada :
i. Kesadaran pasien ( AVPU =
Awarness/sadar penuh, Verbal/respon
dengan panggilan, Pain/respon
dengan rangsang nyeri,
Unrespon/tidak ada respon),
ii. Sistem hemodinamik : tensi, nadi,
frekuensi pernafasan, urine output,
suhu tiap 4 jam
b. Pemberian oksigenasi atas indikasi
c. Ha-hal khusus dalam 24 jam pertama:
i. Posisi head up (badan kepala lebih
tinggi) 30 ⁰
ii. Penderita dalam tirah baring
iii. Bila tensi systole < 90 mmHg dan atau
dyastole < 60 mmHg atau penurunan
tensi > 30 % dari tensi awal berikan
ephedrin 10 mg IV, pastikan intake
cairan cukup dan produksi urine > 0,5
cc/kgbb
d. Bila menggigil berikan selimut hangat, infus
hangat atau berikan pethidin 25 mg dalam
24
pengenceran 5 kali dan pelan-pelan.
e. Bila mual dan muntah berikan ondancetron 4
mg atau metoclopropamide 10 mg dan
periksa tekanan darah.
2. Pasien dengan regional anestesi :
a. Pemantauan pada :
i. Kesadaran pasien ( AVPU =
Awarness/sadar penuh, Verbal/respon
dengan panggilan, Pain/respon
dengan rangsang nyeri,
Unrespon/tidak ada respon),
ii. Sistem hemodinamik : tensi, nadi,
frekuensi pernafasan, urine output,
suhu tiap 4 jam
b. Pemberian oksigenasi atas indikasi
c. Hal-hal khusus dalam 24 jam pertama:
i. Posisi head up (badan kepala lebih tinggi)
30 ⁰
ii. Penderita dalam tirah baring
iii. Bila tensi systole < 90 mmHg dan atau
dyastole < 60 mmHg atau penurunan tensi
> 30 % dari tensi awal berikan ephedrin 10
mg IV, pastikan intake cairan cukup dan
produksi urine > 0,5 cc/kgbb
d. Bila menggigil berikan selimut hangat, infus
hangat atau berikan pethidin 25 mg dalam
pengenceran 5 kali dan pelan-pelan.
e. Bila mual dan muntah berikan ondancetron 4 mg
atau metoclopropamide 10 mg dan periksa
tekanan darah.
3. Bila ada hal-hal khusus, dokter spesialis anestesi

7. Outcome Prosedur 1. 100 % tidak nyeri operasi


Tindakan 2. 100 % komplikasi segera tertangani
8. Kepustakaan Morgan GE, Mikhail MS: Airway Management. Clinical
Anesthesiology 4 nd ed, Lange Medical Books, New York,
2006

25
PE NUTUP

Dengan telah tersusunnya Panduan Praktis Klinis ini diharapkan dapat menjadi Standar

Prosedur Operasional bagi dokter anestesi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anastesi

dan Sedasi dan fasilitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Sentra Medika Sanggau.

Melalui panduan ini diharapkan terselenggara pelayanan medis yang efektif, efisien,

bermutu dan merata sesuai sumber daya, fasilitas, pra fasilitas, dana dan prosedur serta metode

yang memadai, Semoga bermanfaat

Sanggau, 01 Mei 2022


RUMAH SAKIT UMUM SENTRA MEDIKA SANGGAU
DIREKTUR

dr. Windy Ratu Dewi

26

Anda mungkin juga menyukai