PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan anestesi merupakan suatu tindakan kedokteran yang
awalnya dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi
dapat dilakukan oleh ahli bedah. Oleh karenanya tindakan pemberian
anestesi termasuk sebagai salah satu tindakan kedokteran yang
beresiko tinggi, karena tujuannya adalah pasien bebas dari rasa nyeri
dan stres psikis serta pasien dapat dipulihkan kembali pasca operasi
sesuai dengan derajat berat ringannya kerusakan yang dialami pasien
Adanya resiko yang tinggi tersebut menuntut adanya manajemen
terhadap resiko tersebut agar pelayanan anestesi dapat berjalan
aman, lancar dan sukses. Pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum
Daerah Daha Sejahtera meliputi pelayanan di instalasi OK, yang
memerlukan sedasi baik sedasi ringan, sedang maupun dalam.
B. Tujuan Pedoman
1. Meningkatkan keamanan tindakan pembiusan dengan menciptakan
standardisasi prosedur yang aman.
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas/kecacatan
akibat komplikasi prosedur pembiusan.
3. Menghilangkan nyeri pembedahan dan trauma.
4. Menghilangkan nyeri kronis.
5. Menghilangkan rasa cemas pada anak.
D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi
bahasa buku ini, perlu kami buatkan batasan istilah penting yang
1
terkait dengan kerangka pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum
Daerah Daha Sejahtera.
Batasan operasional berikut ini merupakan batasan istilah, yang
bersumber dari buku standar pelayanan kedokteran tahun 2010.
1. Pengertian Anestesi dan Sedasi
Anestesia dan sedasi adalah pemberian obat untuk seorang
individu, dalam pengaturan apapun, untuk tujuan apapun, oleh rute
untuk menginduksi kehilangan sebagian atau seluruh sensasi untuk
tujuan melakukan prosedur operasi atau lainnya.
2. Jenis Anestesi dan Sedasi
Analgesia adalah eliminasi atau pengurangan rasa sakit.
Anestesi Lokal adalah penghapusan sensasi, terutama rasa sakit
di salah satu bagian tubuh akibat pemberian obat-obat topikal atau
injeksi obat regional.
Sedasi ringan (Anxiolysis) keadaan terinduksi dimana pasien
masih merespon normal terhadap perintah verbal, meskipun fungsi
kognitif dan koordinasi dapat terganggu. Fungsi ventilasi dan
kardiovaskuler tidak terganggu. Pasien tetap sadar pada stimulus
lingkungan tanpa adanya gangguan orientasi orang dan tempat,
atau minimal. Fungsi motorik kasar mungkin sedikit berkurang.
Sedasi sedang adalah turunnya kesadaran seseorang oleh
pengaruh obat-obatan dimana pasien masih dapat merespon
instruksi verbal ataupun dengan rangsangan taktil ringan. Tidak
dibutuhkan intervensi dalam menjaga jalan napas paten, dan
pernapasan spontan pasien tetap mencukupi. Mungkin terdapat
gangguan respons ventilasi ringan, namun fungsi kardiovaskular
biasanya tetap baik. Diperlukan pengawasan terhadap respons
ventilasi dan fungsi kardiovaskuler. Terdapat gangguan orientasi
yang cukup bermakna terhadap lingkungan, dengan gangguan
fungsi motorik kasar ringan hingga sedang.
Sedasi dalam adalah turunnya kesadaran seseorang oleh
pengaruh obat-obatan dimana pasien tidak mudah untuk
dibangunkan tetapi dapat merespon rangsangan berulang ataupun
rangsangan nyeri fisik yang bermakna. Dapat terjadi gangguan
respons ventilasi sedang. Dibutuhkan intervensi dalam menjaga
jalan napas paten dan pernapasan spontan pasien. Monitoring
fungsi pernapasan dan kardiovaskular harus dilakukan. Terdapat
2
potensi terjadinya penurunan reflek protektif jalan napas parsial
atau komplit, dan fungsi kardiovaskular dapat tertekan. Terdapat
gangguan fungsi motorik kasar sedang disertai hilangnya tonus
otot.
Anestesi Regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian
tubuh sementara pada impuls saraf sensorik sehingga impuls nyeri
dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara. Fungsi motorik
dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya, tetapi pasien tetap
sadar. Anestesi regional dilakukan pada berkas saraf dekat medulla
spinalis atau pada medulla spinalis.
Anestesi umum adalah penurunan kesadaran pasien yang tidak
dapat dibangunkan, bahkan dengan stimulus nyeri yang kuat.
Kemampuan untuk menjaga fungsi napas dan kardiovaskular
terganggu. Pasien memerlukan bantuan dalam menjaga jalan
napas tetap adekuat, dan ventilasi tekanan positif mungkin
diperlukan karena penekanan pusat ventilasi atau karena pengaruh
obat-obatan yang menyebabkan depresi fungsi neuromuscular.
Fungsi kardiovaskuler mungkin terganggu. Hanya dokter spesialis
anestesi yang boleh melakukan anestesi umum.
3. Anestesiologi
Anestesiologi adalah dokter spesialis yang melakukan anestesi.
Dokter spesialis anestesi selama pembedahan berperan memantau
tanda tanda vital pasien karena sewaktu waktu dapat terjadi
perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya. Rangkaian
kegiatan ini merupakan kegiatan sehari hari dokter anestesi :
a. Mempertahankan jalan napas.
b. Memberi napas bantuan.
c. Membantu kompresi jantung bila berhenti.
d. Membantu peredaran darah.
e. Mempertahankan kerja otak pasien.
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelengaraan
pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Daha Sejahtera
suatu bagian dari rumah sakit yaitu instalasi yang mempunyai staf
khusus dengan peralatan yang khusus. Oleh sebab itu
3
penyelenggaraan pelayanan anestesi Rumah Sakit Umum Daerah
Daha Sejahtera sesuai dengan :
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
3. Undang-Undang No. 29 tahun 2009 tentang praktek kedokteran.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.779/Menkes/SK/VIII/2008 tanggal 19 Agustus 2008 tentang
standar pelayanan anestesiologi dan rumah sakit.
5. PERMENKES RI NO. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang
Pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif di rumah sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 tahun
2013, tentang pekerja perawat anestesi.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2013, tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia HK .02.2/MENKES /148/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
a. Dokter Spesialis Anestesi
1. Pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Daha
Sejahtera memiliki 1 orang dokter spesialis anestesi purna
waktu. Jika dokter anestesi berhalangan / tidak bisa melakukan
pelayanan anestesi, kepala anestesi akan merekomendasi tim
pengelola pelayanan anestesi yang bersumber dari luar rumah
sakit yang telah di seleksi dan mendapat persetujuan dari
direktur rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Perawat Anestesi
Pelayanan anestesi Rumah Sakit Umum Daerah Daha Sejahtera
memiliki perawat anestesi 1 orang bekerja secara purna waktu.
C. Pengaturan Jaga
Adapun pengaturan jaga pada pelayanan anestesi Rumah Sakit
Umum Daerah Daha Sejahtera di atur sebagai berikut :
5
1. Di instalasi OK dan diruang recovery room dinas pagi jam 07.00 –
14.15 WITA hari senin sampai dengan hari sabtu, 1 dokter anestesi
dan 1 perawat anestesi.
2. ………………………….
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah ruang instalasi OK
7
B. Standar Fasilitas Anestesi di Instalasi OK
No. NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1
Mesin Anestesi 1 set -
1
2
N2O - -
2
3
Oksigen Tabung -
3
5 ( buah) buah di kamar
4
Monitor Pasien 1 set operasi, 2 ( dua ) buah
4
di ruang pulih sadar
6
Oxymetri - -
5
7
Suction Pump 2 set mobile -
6
8 DC Shock
1 set Berada di troli emergency
7 (Defibrilator)
Ambubag
9 anak dan
1 set Berada di troli emergency
8 dewasa
Penyimpanan di tiap tiap
1 Laringoskop
- kamar operasi dan troli
9 dewasa dan anak
emergency
1 Penyimpanan ditiap kamar
Margil Forcep
10 operasi dan troli emergency
1 Semua Ukuran berada di
Orofaringeal Tube -
11 depo farmasi kamar operasi
1
Blood Warmer - Berada di kamar operasi
12
1
Infus Pump - -
13
1
Syringe Pump - Berada dikamar operasi
14
Penyimpanan ditiap tiap
1 Stetoskop
1 kamar operasi dan di ruang
15 dewasa/pediatrik
pemulihan
1 Berada diruang pemulihan
Humidifier -
16 dan penerimaan pasien
1Tabung Oksigen
1 Berada di ruang
17 Mobile
1
Troli Emergency - Berada diruang pemulihan
18
1 Berada tiap tiap kamar
Meja Operasi 1 set
19 operasi
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
14
1. Memberikan panduan dalam pelayanan anestesi dan sedasi yang
menjamin keselamatan pasien dengan meminimalisasi risiko
yang ada.
2. Memastikan adanya suatu proses yang konsisten sehingga sedasi
yang dilakukan dalam suatu pemberian tindakan medis berjalan
dengan aman dan efektif.
3. Menetapkan suatu prosedur instruksi, pelaksanaan, dan
pemantauan sedasi di seluruh rumah sakit.
4. Menjamin kualitas pemberian pelayanan anestesi dan sedasi
melalui penetapan kualifikasi sumber daya manusia yang dapat
melakukan pemberian pelayanan anestesi dan sedasi.
C.1. Pemberian Sedasi pada Pasien Dewasa
Pada pelaksanaan pelayanan sedasi dilakukan oleh dokter
anestesi dan perawat anestesi dan untuk pemberian anestesi
lokal kepada pasien dapat diberikan oleh dokter umum, dokter
spesialis, dan dokter gigi.
Apabila terdapat pemberian anestesi lokal yang disertai
penambahan obat sedasi, maka pemberiannya harus diberikan
dan didampingi oleh dokter spesialis anestesi.
Lokasi Pemberian Sedasi
1. Anestesi lokal dapat dilakukan di ruang perawatan dan
poliklinik, termasuk poliklinik gigi yang dilakukan oleh dokter
DPJP.
2. Sedasi Ringan bisa dilakukan di IGD, ruang radiologi pada
pasien dengan kontras dan pada pasien anak yang tidak
kooperatif.
3. Sedasi Sedang dapat dilakukan di ruang tindakan khusus,
seperti di IGD, ruang radiologi pada pasien dengan kontras
dan pasien anak yang tidak kooperatif dan harus dilakukan
oleh dokter anestesi di bantu oleh penata anestesi.
4. Sedasi Dalam dapat dilakukan di kamar operasi dan harus
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi. Yang menentukan
kondisi pasien berdasarkan American Society of
Anaesthesiologist adalah dokter yang akan melakukan
sedasi. Dokter umum dapat membantu proses pemberian
sedasi ringan, sedang dan dalam untuk kondisi life saving.
Pengkajian sebelum dilakukan pembiusan :
15
Dokter spesialis anestesi wajib melakukan pre op visit,
dalam 6 jam terakhir sebelum dilakukan pemberian anestesi/
sedasi sedang dan dalam, kecuali pada operasi cito.
Syarat-syarat pelayanan sedasi dapat berlangsung, hal dibawah
ini harus terpenuhi bila pelayanan sedasi sedang dan dalam
serta anestesi akan dilakukan, yaitu :
1. Hadirnya dokter spesialis anestesi.
2. Sedasi hanya boleh dilakukan/ diinstruksikan oleh dokter
spesialis anestesiologi.
3. Sudah dilakukan identifikasi tepat lokasi, tepat prosedur dan
tepat pasien.
4. Kondisi pasien tidak kontra indikasi untuk pemberian sedasi.
5. Alat monitoring, oksigen dan suction, harus tersedia di
ruangan serta telah diperiksa berfungsi dengan baik sebelum
dilakukan pemberian sedasi.
6. Trolley emergensi dan defibrillator harus tersedia dalam jarak
yang dapat diakses secepat-cepatnya. Sebelum tindakan
dokter yang melakukan sedasi serta asistennya sudah harus
mengetahui lokasi dari trolley emergensi yang akan dicapai
apabila sewaktu-waktu diperlukan.
21
KRITERIA PEMULIHAN PASIEN PASCA ANESTESI / SEDASI
1. Sadar penuh. 2
2. Bisa dipanggil atau 1
4. KESADARAN dibangunkan. 0
3. Tidak memberi respon/
jawaban.
1. Merah muda. 2
WARNA 2. Pucat, ikterus. 1
5. KULIT 3. Sianosis. 0
22
STEWARD SCORE : untuk pasien anak
TIBA DI 15
NO KRITERIA SCORE 30 MENIT
RR MENIT
1
KESADARAN
a. Bangun 2
- Ada respon terhadap
rangsang 1
- Tidak ada respon 0
2 RESPIRASI
- Batuk / Menangis 2
- Berusaha bernapas 1
- Perlu bantuan
bernapas 0
3.
AKTIVITAS MOTORIK
Gerakan bertujuan 2
Gerakan tanpa
tujuan 1
Tidak bergerak 0
TOTAL
23
BAB V
LOGISTIK
25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
26
Memastikan alat EKG Monitor sudah terpasang dan berfungsi dengan
baik.
Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan obat–obat anestesi dan
mesin anestesi, serta memastikan mesin anestesi tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
Memastikan riwayat alergi pasien, risiko aspirasi maupun risiko
terjadinya keadaan darurat termasuk risiko perdarahan dan kesiapan alat,
obat, akses intravena maupun transfusi darah yang mungkin diperlukan
pada saat dan setelah operasi.
Persiapan sebelum dilakukan insisi kulit ( time out). Perawat
meminta semua anggota tim memperkenalkan diri dan tugas masing–
masing.
Dokter operator memastikan nama lengkap pasien, prosedur
tindakan dan lokasi insisi yang akan dilakukan,
Dokter operator menanyakan kepada dokter anestesi atau perawat
dalam tim, apakah antibiotik sudah diberikan 1 jam sebelumnya (sebutkan
nama antibiotik dan dosisnya).
Perawat menanyakan kepada dokter operator langkah yang akan
dilakukan oleh operator bila terjadi kondisi kritis atau kejadian yang tidak
diharapkan, antisipasi apa yang dilakukan bila pasien kehilangan darah.
Perawat menanyakan kepada dokter anestesi apakah ada hal
khusus yang perlu diperhatikan dan kepastian kapan dan dalam kondisi
apa central line cateter akan dipasang.
Perawat menanyakan sterilitas alat dan fungsi alat-alat bedah yang
digunakan dalam operasi, serta memastikan foto rongsen/ CT Scan/ MRI
telah ditayangkan dan posisi foto tidak terbalik.
Persiapan sebelum pasien meninggalkan ruang operasi ( sign out ).
Perawat menanyakan nama prosedur tindakan, perhitungan jumlah
instrumen, kasa dan jarum yang telah digunakan selama operasi,
pemberian label pada spesimen yang telah dituliskan nama pasien dan
asal jaringan spesimen, serta apakah ada masalah peralatan selama
operasi berlangsung.
Dokter operator, dokter anestesi dan tim perawat secara berurutan
menyampaikan masalah utama yang harus diperhatikan untuk
penyembuhan dan penatalaksanaan pasien selanjutnya dan dituliskan
pada rekam medis pasien.
27
Selama diruang pemulihan pasien harus diobservasi dan di
dokumentasikan hasil observasinya di lembar observasi
28
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
30
b) Gaun (penutup pakaian): gunakan jika ada risiko terkena tumpahan
atau percikan darah, cairan tubuh, sekresi, dan eksresi tubuh
pasien. Gunakan gaun berbeda antar pasien. Penggunaan gaun
sekali pakai lebih baik. Bila harus menggunakan gaun yang sama
selama beberapa kali usahakan tidak menyentuh bagian luar gaun
yang berpotensi menjadi sisi yang terkontaminasi.
c) Penggunaan kacamata (goggles) atau pelindung wajah : gunakan
jika ada potensi terkena percikan darah, cairan tubuh, sekresi, dan
eksresi tubuh pasien. Bersihkan secara teratur dan jika terlihat
kotor.
d) Masker dan respirator : Jika ada risiko penularan infeksi melalui
udara (airborne) seperti TB. Sebaiknya menggunakan masker N95.
Jika tidak tersedia, minimal masker bedah digunakan sebagai
pencegahan (meskipun masker bedah ini efektif pada kasus-kasus
penularan infeksi melalui droplets).
e) Mengembangkan suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk
tindakan medis yang memiliki risiko sedang dan tinggi. Selain
melakukan program PPI namun hal ini juga mencakup perlindungan
tenaga kesehatan dari berbagai potensi bahaya dan vaksinasi.
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) bagi semua
petugas kesehatan
a) Pemeriksaan medis terutama dilakukan pada tenaga kesehatan
yang baru bergabung di Rumah Sakit Umum Daerah Daha
Sejahtera dan dilakukan berkala pada petugas kesehatan yang
lama.
b) Hasil pemeriksaan harus didokumentasikan.
c) Catatan pemeriksaan dan informasi kesehatan setiap petugas
kesehatan harus dirahasiakan dan disimpan di tempat yang aman.
d) Memberikan vaksinasi untuk semua petugas kesehatan. Vaksinasi
berikut ini sangat disarankan pada petugas kesehatan yang tidak
kebal : Hepatitis B, Influenza, Vaksin Mumps / Measles / Rubella /
Varicella / Pertussis (terutama untuk petugas kesehatan yang
kontak dengan anak-anak), Poliovirus, Tetanus, Difteri (sebagai
vaksinasi rutin pada dewasa).
e) Semua luka akibat needle stick injury harus didokumentasikan oleh
petugas di departemen terkait dalam rekam medis petugas
31
kesehatan yang terkena dan lakukan pemeriksaan berkala yang
berkaitan dengan kasusnya.
32
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
33
BAB IX
PENUTUP
34