PELAYANAN ANESTESI
RS PENA 98
Jl. Pemuda No.36, RT.001/RW.007, Pengasinan, Kec. Gn.
Sindur, Bogor, Jawa Barat 16340
Halaman dari
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Buku Panduan Pelayanan Anestesi di RS Pena 98 ini dapat selesai
disusun.
Buku panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah
Sakit dalam menjalankan serangkaian pelayanan Anestesi kepada pasien di
RS Pena 98.
Dalam panduan ini diuraikan tentang petunjuk pelaksanaan pelayanan
anestesi kepada pasien di RS Pena 98.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam –
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Buku Panduan Pelayanan Anestesi di RS Pena 98
Kabupaten Tangerang.
Tim Penyusun
Halaman dari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................1
DEFINISI...........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. DEFINISI..............................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................2
D. PRINSIP...............................................................................................2
BAB II................................................................................................................4
RUANG LINGKUP.............................................................................................4
A. PELAYANAN ANESTESI.....................................................................4
B. KATEGORI / TINGKAT ANESTESI.....................................................4
C. ANGGOTA INTI TIM ANESTESI.........................................................4
BAB III...............................................................................................................6
TATA LAKSANA................................................................................................6
A. MANAJEMEN PRE,INTRA,PASCA ANASTESI OLEH TIM
ANESTESI............................................................................................6
B. ANESTESI PADA KONDISI KHUSUS...............................................12
C. OBAT-OBAT.......................................................................................13
D. ANGGOTA TIM ANESTESI TAMBAHAN..........................................17
E. PERATURAN DAN DEFINISI YANG SERING DIGUNAKAN..........17
BAB IV.............................................................................................................19
DOKUMENTASI..............................................................................................19
Halaman dari
BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Anestesiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang melakukan :
1. Evaluasi pasien prabedah
2. Rencana tindakan anestesi
3. Perawatan intra dan pascabedah
4. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya
5. Konsultasi perioperatif
6. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tidak
diinginkan
7. Tatalaksana nyeri akut dan kronis
8. Perawatan pasien dengan sakit berat/kritis
B. DEFINISI
1. Tim Anestesi
Dokter spesialis anestesi, penata anestesi pendamping anestesi dan
petugas recovery room (RR) yang berkompeten dimana dokter
spesialis anestesi dapat mendelegasikan tugas pemantauan sambil
tetap bertanggung jawab kepada pasien secara keseluruhan.
Halaman dari
Dokter spesialis anestesi lulusan program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi yang terakreditasi dan memiliki SIP
3. Penata Anestesi
Tenaga penata anestesi yang telah mendapat pelatihan bantuan hidup
dasar di bawah supervisi langsung oleh dokter spesialis anestesi.
C. TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien
2. Menerapkan budaya keselamatan pasien
3. Menstandarisasi layanan kesehatan di rumah sakit yang sesuai
dengan akreditasi
D. PRINSIP
1. Standar, Pedoman dan Kebijakan ASA harus diimplementasikan pada
semua kondisi dan situasi, kecuali pada situasi di mana hal tersebut
tidak sesuai / tidak dapat diaplikasikan pada layanan rawat jalan
2. Dokter yang berwenang harus dapat dihubungi 24 jam: baik pada
kasus-kasus pelayanan rawat inap, siap sedia menerima telepon /
konsultasi dari paramedis lainnya,availabilitas sepanjang waktu
selama penanganan dan fase pemulihan pasien, hingga pasien
diperbolehkan pulang dari rumah sakit
3. Fasilitas rumah sakit harus diorganisir, dilengkapi, dan dioperasikan
sejalan dengan regulasi dan kebijakan pemerintah setempat dan
nasional. Seluruh struktur pelayanan, minimalnya harus memiliki
sumber daya oksigen, suction, peralatan resusitasi, dan obat-obatan
emergensi yang dapat diandalkan
4. Petugas harus memiliki kompetensi dalam perawatan pasien dan
mampu melakukan prosedur-prosedur yang diperlukan dalam suatu
rumah sakit, yang terdiri atas :
a. Petugas profesional
1) Dokter dan sejawat lainnya yang mempunyai Surat Izin Praktek
(SIP) / sertifikat yang memenuhi syarat
Halaman dari
2) Penata anestesi yang memiliki izin dan memenuhi syarat
b. Petugas administrasi
c. Petugas kebersihan dan pemeliharaan rumah sakit
5. Dokter pelayanan medis bertanggung jawab dalam melakukan
peninjauan ulang, penyesuaian kewenangan, jaminan mutu, dan
evaluasi rekan sejawat
6. Petugas dan peralatan yang berkualitas dan tersedia setiap saat
diperlukan untuk menangani situasi emergensi. Harus dibuat suatu
kebijakan dan prosedur untuk menangani situasi emergensi dan
transfer pasien yang tidak diantisipasi ke fasilitas pelayanan akut
7. Layanan pasien minimal meliputi :
a. Instruksi dan persiapan prabedah
b. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi oleh dokter spesialis
anestesi, sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.
Pada kondisi dimana tidak terdapat petugas medis, dokter spesialis
anestesiharus memverifikasi informasi yang didapat dan
mengulangi serta mencatat elemen-elemen penting dalam evaluasi
c. Studi dan konsultasi prabedah, sesuai indikasi medis
d. Membuat rencana pengelolaan anestesi oleh dokter spesialis
anestesi
e. Pengelolaan anestesi perioperatif oleh dokter spesialis anestesi
yang meliputi :
1) Preinduksi
2) Induksi
3) Pemeliharaan selama anestesi
f. Pemantauan instrumen pascabedah harus dicatat dalam rekam
medis
g. Pemulangan pasien merupakan tanggung jawab dokter
h. Memiliki rekam medis yang akurat dan terpercaya
Halaman dari
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PELAYANAN ANESTESI
1. Anestesi Umum
2. Anestesi Regional
a. Anestesi Spinal
b. Anestesi Epidural
2. Anestesi Regional
b. Anestesi spinal
Yaitu anestesi dengan menyuntukkan obat lokal anestesi di dalam
medula spinalis dengan tujuan saraf terblok dan enimbulkan efek
anestesi
c. Anestesi edpidural
Yaitu anestesi dengan menyuntikkan di rongga epiduran dengan
tujuan saraf jaras dari medula spinalis
b. Non-dokter
1) Penata Anestesi
Merupakan penata anestesi dengan SIPA yang telah menjalani
pelatihan bantuan hidup dasar di bawah supervisi langsung
oleh dokter spesialis anestesi.
2) Petugas Recovery Room/ruang pulih
Merupakan Penata anestesi/perawat dengan SIPA/SIP yang
telah menjalani pelatihan bantuan hidup dasar di bawah
supervisi langsung oleh dokter spesialis anestesi
Halaman dari
BAB III
TATA LAKSANA
Halaman dari
3. Perencanaan Tindakan Anestesi
a. Dokter spesialis anestesi bertanggung jawab dalam menyusun
rencana tindakan anestesi yang bertujuan untuk mewujudkan
kualitas pelayanan pasien yang terbaik dan tercapainya
keselamatan pasien dengan optimal
b. Persiapan puasa pasien
4. Pra Induksi
Halaman dari
5. Manajemen Tindakan Anestesi (Intra Anestesi)
a. Manajemen tindakan anestesi bergantung pada banyak faktor,
termasuk kondisi medis setiap pasien dan prosedur yang akan
dilakukan
b. Dokter spesialis anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di
kamar operasi selama tindakan anestesi umum dan regional serta
prosedur yang memerlukan tindakan sedasi.
c. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan,
monitoring dan evaluasi secara kontinual setiap 5 menit. Yang di
monitoring secara kontinual:
1) EKG
2) oksigenasi
3) ventilasi
4) sirkulasi
5) suhu dan perfusi jaringan,
6) nyeri
7) Relaksasi
8) Cairan masuk
9) Cairan keluar
10)Obat obatan anestesi
11)Aktivitas mesin anestesi
12)Status fisiologis
13)Alernatif tindakan anestesi/Konversi Tindakan
Semua observasi di atas didokumentasikan pada catatan anestesi
dalam rekam medis pasien.
d. Apabila terjadi komplikasi anestesi maka tindakan dokter anestesi
adalah meminta menghentian sementara operasi dan mengawasi
dahulu masalah anestesi seperti saturasi, hemodinamik dan lain
lain. Jika kondisi sudah stabil maka operasi dilanjutkan kembali.
e. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi,
sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
f. Dokter spesialis anestesi dapat mendelegasikan tugas spesifik
kepada penata anestesi yang tergabung dalam tim anestesi,
dengan syarat kualitas pelayanan pasien dan keselamatan pasien
tetap terjaga dengan baik, tetap berpartisipasi dalam bagian-bagian
penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia untuk menangani
situasi emergensi dengan cepat
Halaman dari
g. Seluruh prosedur tindakan anestesi termasuk pemantauan pasien,
personil yang melakukan, jenis anestesi selama prosedur anestesi
dan operasi didokumentasikan dalam rekam medis anestesi
pasien.
6. Perawatan Pasca-anestesi
a. Perawatan pasca-anestesi termasuk monitoring status fisiologis
secara rutin didelegasikan kepada Penata/perawat ruang pulih dan
perawatan pasca sedasi di luar kamar operasi dilakukan oleh
dokter yang melakukan sedasi.
b. Evaluasi dan tatalaksana komplikasi pasca-anestesi merupakan
tanggung jawab dokter spesialis anestesi .
c. Kriteria pemulangan pasien ke ruangan asal disesuaikan dengan
standar yang berlaku yaitu skor Aldrette atau Stewart atau
Bromage.
Nilai
Kriteria Skala
Skoring
1 Aktifitas
- Mampu menggerakan ekstremitas dengan 2
perintah
- Mampu menggerakkan 2 ekstremitas dengan 1
perintah
- Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
2 Respirasi
- Nafas adekuat dan gampang batuk 2
- Nafas kurang adekuat/ hipoventilasi/ usaha 1
bernafas
- Apnoe 0
3 Sirkulasi
- TD berbeda + 20 % dari semula pre 2
anasthesi
- TD berbeda + 20 % - 50 % dari semula pre 1
anasthesi
- TD berbeda + 50 % dari semula pre 0
Halaman dari
anasthesi
4 Kesadaran
- Kesadaran penuh 2
- bangun jika dipanggil 1
- Tidak ada respon/ belum sadar 0
5 Warna Kulit
- Kemerahan 2
- Pucat 1
- sianosis 0
Total
Catatan :
- Nilai ≥ 8 pasien dapat dipindahkan ke ruangan perawatan
- Nilai < 7 pasien dipindahkan ke perawatan intensif (ICU)
Nilai
Kriteria Skala
Skoring
- Bangun 2
- Ada respon terhadap rangsang 1
- Tidak ada respon 0
Respirasi
- Batuk/ menangis 2
- Berusaha bernafas 1
- Perlu bantuan untuk bernafas 0
Aktivitas motorik
- Gerakan bertujuan 2
- Gerakan tanpa tujuan 1
- Tidak bergerak 0
Total
Catatan :
Jika jumlah score ≥ 5, pasien dapat dipindahkan ke ruangan
perawatan.
Halaman dari
KRITERIA PULIH SADAR PASCA ANESTESI SEPINAL(RA)
N Nilai
Nilai Skala
o Skoring
1 Gerakan Penuh dari tungkai 3
2 Tidak mampu ekstensi tungkai 2
3 Tidak mampu fleksi lutut 1
4 Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 0
Total
Catatan :
Bila score ≥ 2, pasien dapat dipindahkan keruang perawatan.
Semua penctatan monitoring dicatat dalam rekam medis
7. Konsultasi Anestesi
Harus dilayani oleh dokter spesialis anestesi dan tidak dapat
diwakilkan.
8. Regional anestesi
Pada penatalaksanaan regional anestesi baik spinal maupun epidural
tahapan tetep melalui pre ,intra dan pasca anestesi dengan persiapan
yang sma.
a. Pre anestesi
Pada pemeriksaan dengan rencana RA perlu di perhatikan
beberapa kontra indikasi, baik indikasi mutlak maupun kontra
indikasi relatif ( sebagai contoh pasien menolak)
b. Intra anestesi
Selama pemberian anestesi harus dilakukan
pemantauan ,monitoring dan evaluasi secara kontinual setiap 5
menit. Yang di monitoring secara kontinual:
1) EKG
2) oksigenasi
3) ventilasi
4) sirkulasi
Halaman dari
5) suhu dan perfusi jaringan
6) nyeri
7) Relaksasi
8) Cairan masuk
9) Cairan keluar
10)Obat obatan anestesi
11)Aktivitas mesin anestesi
12)Status fisiologis
13)Alernatif tindakan anestesi/Konversi tindakan
c. Pasca anestesi
Pada pasien dengan RA maka di ruang pemulihan tetap di lakukan
pengawasan dengan memperhatikan status fisiologis dan di
tambah.
C. OBAT-OBAT
Obat-obat yang digunakan untuk tindakan Anestesi
No. Obat Dosis Efek Sediaan
1. Midazolam 0,07 – 0,1 Sedasi Ampul 5
mg/KgBB mg/5cc
Ampul 15
mg/3cc
2. Ketamin 0,3 mg/KgBB Sedasi Vial 1000
Analgesik mg/10 cc
3. Ondansetron 0,08 mg/KgBB Anti mual/muntah Ampul 4
mg/2cc
Ampul 8
mg/2cc
4. Sulfas atropin 0,01 mg/KgBB Simpatomimetik Ampul 0,25
Halaman dari
Mencegah mg/cc
hipersekresi /
hipersalivasi
5. Lidokain 2 – 6 mg/KgBB Analgesik Ampul 40
mg/cc
Halaman dari
Ampul 8
mg/2cc
13. Granisetron 10 – 40 Anti mual/muntah Ampul 1
µg/KgBB mg/cc
14. Metoclopramide 0,2 mg/KgBB Anti mual/muntah Ampul 10
mg/2cc
15. Sulfas atropin 0,01 Simpatomimetik Ampul 0,25
mg/KgBB Mencegah mg/cc
hipersekresi /
hipersalivasi
16. Asam 10 mg/KgBB Anti perdarahan Ampul 500
Traneksamat mg/5cc
17. Vitamin K 0,2 mg/KgBB Anti perdarahan Ampul 10
mg/cc
18. Ethamsylat 5 mg/KgBB Anti perdarahan Ampul 250
(Dicynon) mg/2cc
19. Vitamin C mg/KgBB Suplemen Ampul 200
mg/2cc
20. Efedrine 0,2 mg/KgBB Simpatomimetik Ampul 50
mg/cc
21. Epinefrin 0,02 Simpatomimetik Ampul
mg/KgBB 1mg/cc
(resusitasi)
22. Lidokain 2–6 Analgesik Ampul 40
mg/KgBB Anti aritmia mg/2cc
23. Pehakain mg/KgBB Analgesik Ampul
(Lidokain 40
mg +
epinefrin
0,0125 mg) /
2cc
24. Deksamethason 0,1 – 0,2 Anti inflamasi Ampul 5
mg/KgBB mg/cc
25. Metil 1–4 Anti inflamasi Vial 125 mg
Prednisolon mg/KgBB serbuk
26. Difenhidramin 0,2 mg/KgBB Anti alergi Ampul 10
mg/cc
27. Aminofilin 3–5 Bronkodilator Ampul 240
mg//KgBB mg/10cc
28. Oksitosin 0,2 – 0,6 Uterotonika 10 IU/cc
IU/KgBB
Halaman dari
29. Metergin 4–8 Uterotonika 200 µg/cc
µg/KgBB
30. Prostigmin 0,25 – 0,75 Kolinesterase 0,5 mg/cc
mg/KgBB inhibitor
31. Nalokson 0,08 – 0,4 Antidotum opiat 0,8 mg/2cc
mg/KgBB
32. Heparin 6 – 100 Anti trombus Vial 25000
U/KgBB U/5cc
33. Dobutamin 5 – 20 Inotropik Vial 250
µg/KgBB/me µg/5cc
nit
34. Dopamin 5 – 20 Inotropik Vial 200
µg/KgBB/me µg/5cc
nit
35. Nor epinefrin 0,01 – 0,2 Vasokonstriktor Ampul 4
µg/KgBB/me mg/4cc
nit
36. Furosemide 0,4 mg/KgBB Diuretik Ampul 20
mg/2cc
37. Isosorbid 0,01 – 0,1 Vasodilator Ampul 10
Dinitrat mg/jam mg/10cc
38. Digoksin 0,25 – 0,5 Anti aritmia Ampul 0,5
mg i.v. mg/2cc
selama > 10
menit
39. Amiodarone 150 mg i.v. Anti aritmia Ampul 150
selama > 10 mg/3cc
menit
40. Nikardipine 4 µg/KgBB Anti hipertensi Ampul 10
mg/10cc
41. Catapres 1–3 Anti hipertensi Ampul 0,15
µg/KgBB mg/cc
42. Dekstrosa 40 % Sesuai Terapi hipoglikemia Flakon 10
koreksi g/25cc
43. KCl 2 mEq/jam Terapi hipokalemia Flakon 25
mEq/25cc
44. MgSO4 20 % Eklampsia : 4 Terapi Flakon 5
mg iv, hipomagnesemia g/25cc
dilanjutkan 1 Anti konvulsan
mg/jam titrasi pada eklampsia
45. MgSO4 40 % Eklampsia : 4 Terapi Flakon 10
Halaman dari
mg iv, hipomagnesemia mg/25cc
dilanjutkan 1 Anti konvulsan
mg/jam titrasi pada eklampsia
46 Isofluran 1 MAC Sedasi Botol 250 cc
47. Sevofluran 1 MAC Sedasi Botol 250 cc
48. Bupivakain 0,5 Sesuai Anestesi regional Ampul 20
% hiperbarik indikasi (spinal) mg/4cc
49. Bupivakain 0,5 Sesuai Anestesi regional Flakon 100
% isobarik indikasi (epidural) mg/ 20 cc
50. Ropivakain 0,75 Sesuai Anestesi regional Flakon 150
% isobarik indikasi (epidural) mg /20cc
Halaman dari
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Pencatatan dan penulisan pada rekam medis, dalam hal ini asesmen pra
operasi / lembar verifikasi, laporan anestesi dan jika diperlukan catatan
tambahan dapat dituliskan pada catatan perkembangan terintegrasi.
2. Pencatatan dan penulisan pada lembar bukti tindakan, apabila disyaratkan
oleh pihak-pihak lain seperti asuransi.
Direktur RS Pena 98
Kabupaten Bogor
Halaman dari