Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

PELAYANAN ANESTESI

RS PENA 98
Jl. Pemuda No.36, RT.001/RW.007, Pengasinan, Kec. Gn.
Sindur, Bogor, Jawa Barat 16340

Halaman dari
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Buku Panduan Pelayanan Anestesi di RS Pena 98 ini dapat selesai
disusun.
Buku panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah
Sakit dalam menjalankan serangkaian pelayanan Anestesi kepada pasien di
RS Pena 98.
Dalam panduan ini diuraikan tentang petunjuk pelaksanaan pelayanan
anestesi kepada pasien di RS Pena 98.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam –
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Buku Panduan Pelayanan Anestesi di RS Pena 98
Kabupaten Tangerang.

Bogor, Juli 2022

Tim Penyusun

Halaman dari
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................1
DEFINISI...........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. DEFINISI..............................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................2
D. PRINSIP...............................................................................................2
BAB II................................................................................................................4
RUANG LINGKUP.............................................................................................4
A. PELAYANAN ANESTESI.....................................................................4
B. KATEGORI / TINGKAT ANESTESI.....................................................4
C. ANGGOTA INTI TIM ANESTESI.........................................................4
BAB III...............................................................................................................6
TATA LAKSANA................................................................................................6
A. MANAJEMEN PRE,INTRA,PASCA ANASTESI OLEH TIM
ANESTESI............................................................................................6
B. ANESTESI PADA KONDISI KHUSUS...............................................12
C. OBAT-OBAT.......................................................................................13
D. ANGGOTA TIM ANESTESI TAMBAHAN..........................................17
E. PERATURAN DAN DEFINISI YANG SERING DIGUNAKAN..........17
BAB IV.............................................................................................................19
DOKUMENTASI..............................................................................................19

Halaman dari
BAB I
DEFINISI

A. LATAR BELAKANG
Anestesiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang melakukan :
1. Evaluasi pasien prabedah
2. Rencana tindakan anestesi
3. Perawatan intra dan pascabedah
4. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya
5. Konsultasi perioperatif
6. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tidak
diinginkan
7. Tatalaksana nyeri akut dan kronis
8. Perawatan pasien dengan sakit berat/kritis

Semua pelayanan ini diberikan atau diinstruksikan oleh dokter


spesialis anestesi. American Society of Anesthesiologist (ASA)
mendukung konsep pelayanan rawat jalan untuk pembedahan dan
anestesi. Dokter spesialis anestesi memegang peranan sebagai dokter
perioperatif di semua rumah sakit, fasilitas pembedahan rawat jalan, dan
berpartisipasi dalam akreditasi rumah sakit sebagai salah satu sarana
untuk menstandarisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Pedoman ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas
yang terlibat dalam tata kelola rawat jalan anestesi. Ini adalah pedoman
minimal yang dapat dikembangkan kapanpun dengan berdasarkan pada
pertimbangan / kebijakan petugas anestesi yang terlibat.

B. DEFINISI
1. Tim Anestesi
Dokter spesialis anestesi, penata anestesi pendamping anestesi dan
petugas recovery room (RR) yang berkompeten dimana dokter
spesialis anestesi dapat mendelegasikan tugas pemantauan sambil
tetap bertanggung jawab kepada pasien secara keseluruhan.

2. Dokter spesialis anestesi

Halaman dari
Dokter spesialis anestesi lulusan program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi yang terakreditasi dan memiliki SIP

3. Penata Anestesi
Tenaga penata anestesi yang telah mendapat pelatihan bantuan hidup
dasar di bawah supervisi langsung oleh dokter spesialis anestesi.

4. Petugas Recovery Room


Tenaga Penata anestesi / keperawatan yang telah menjalani pelatihan
bantuan hidup dasar di bawah supervisi langsung oleh dokter spesialis
anestesi

C. TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien
2. Menerapkan budaya keselamatan pasien
3. Menstandarisasi layanan kesehatan di rumah sakit yang sesuai
dengan akreditasi

D. PRINSIP
1. Standar, Pedoman dan Kebijakan ASA harus diimplementasikan pada
semua kondisi dan situasi, kecuali pada situasi di mana hal tersebut
tidak sesuai / tidak dapat diaplikasikan pada layanan rawat jalan
2. Dokter yang berwenang harus dapat dihubungi 24 jam: baik pada
kasus-kasus pelayanan rawat inap, siap sedia menerima telepon /
konsultasi dari paramedis lainnya,availabilitas sepanjang waktu
selama penanganan dan fase pemulihan pasien, hingga pasien
diperbolehkan pulang dari rumah sakit
3. Fasilitas rumah sakit harus diorganisir, dilengkapi, dan dioperasikan
sejalan dengan regulasi dan kebijakan pemerintah setempat dan
nasional. Seluruh struktur pelayanan, minimalnya harus memiliki
sumber daya oksigen, suction, peralatan resusitasi, dan obat-obatan
emergensi yang dapat diandalkan
4. Petugas harus memiliki kompetensi dalam perawatan pasien dan
mampu melakukan prosedur-prosedur yang diperlukan dalam suatu
rumah sakit, yang terdiri atas :
a. Petugas profesional
1) Dokter dan sejawat lainnya yang mempunyai Surat Izin Praktek
(SIP) / sertifikat yang memenuhi syarat
Halaman dari
2) Penata anestesi yang memiliki izin dan memenuhi syarat
b. Petugas administrasi
c. Petugas kebersihan dan pemeliharaan rumah sakit
5. Dokter pelayanan medis bertanggung jawab dalam melakukan
peninjauan ulang, penyesuaian kewenangan, jaminan mutu, dan
evaluasi rekan sejawat
6. Petugas dan peralatan yang berkualitas dan tersedia setiap saat
diperlukan untuk menangani situasi emergensi. Harus dibuat suatu
kebijakan dan prosedur untuk menangani situasi emergensi dan
transfer pasien yang tidak diantisipasi ke fasilitas pelayanan akut
7. Layanan pasien minimal meliputi :
a. Instruksi dan persiapan prabedah
b. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi oleh dokter spesialis
anestesi, sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.
Pada kondisi dimana tidak terdapat petugas medis, dokter spesialis
anestesiharus memverifikasi informasi yang didapat dan
mengulangi serta mencatat elemen-elemen penting dalam evaluasi
c. Studi dan konsultasi prabedah, sesuai indikasi medis
d. Membuat rencana pengelolaan anestesi oleh dokter spesialis
anestesi
e. Pengelolaan anestesi perioperatif oleh dokter spesialis anestesi
yang meliputi :
1) Preinduksi
2) Induksi
3) Pemeliharaan selama anestesi
f. Pemantauan instrumen pascabedah harus dicatat dalam rekam
medis
g. Pemulangan pasien merupakan tanggung jawab dokter
h. Memiliki rekam medis yang akurat dan terpercaya

Halaman dari
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PELAYANAN ANESTESI
1. Anestesi Umum
2. Anestesi Regional
a. Anestesi Spinal
b. Anestesi Epidural

B. KATEGORI / TINGKAT ANESTESI


1. Anestesi umum
Yaitu hilangnya kesadaran di mana pasien tidak sadar, bahkan
dengan pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan
bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan mungkin
membutuhkan ventilasi tekanan positif karena tidak adekuatnya
ventilasi spontan/ fungsi kardiovaskular dapat terganggu.

2. Anestesi Regional
b. Anestesi spinal
Yaitu anestesi dengan menyuntukkan obat lokal anestesi di dalam
medula spinalis dengan tujuan saraf terblok dan enimbulkan efek
anestesi
c. Anestesi edpidural
Yaitu anestesi dengan menyuntikkan di rongga epiduran dengan
tujuan saraf jaras dari medula spinalis

C. ANGGOTA INTI TIM ANESTESI


1. Tim anestesi melibatkan dokter spesialis anestesi dan petugas RR
2. Dokter spesialis anestesi tim memiliki kewajiban untuk
mengidentifikasi dirinya kepada pasien dan keluarganya
3. Tindakan / layanan anestesi dilakukan oleh tim anestesi, termasuk
pemantauan dan pelaksanaan tindakan anestesi
4. Instruksi diberikan oleh dokter spesialis anestesi dan harus sejalan
dengan kebijakan dan regulasi pemerintah serta kebijakan rumah sakit
Halaman dari
5. Tanggung jawab keseluruhan terhadap kinerja tim anestesi dan
keselamatan pasien terletak pada dokter spesialis anestesi
6. Dokter spesialis anestesi harus mewujudkan keselamatan pasien yang
optimal dan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada setiap
pasien yang menjalani tindakan anestesi. Berikut adalah anggota tim
anestesi :
a. Dokter
Dokter Spesialis Anestesi – Pimpinan Tim Anestesi
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah
menyelesaikan program studi spesialis di bidang anestesi yang
terakreditasi

b. Non-dokter
1) Penata Anestesi
Merupakan penata anestesi dengan SIPA yang telah menjalani
pelatihan bantuan hidup dasar di bawah supervisi langsung
oleh dokter spesialis anestesi.
2) Petugas Recovery Room/ruang pulih
Merupakan Penata anestesi/perawat dengan SIPA/SIP yang
telah menjalani pelatihan bantuan hidup dasar di bawah
supervisi langsung oleh dokter spesialis anestesi

7. Untuk tindakan di luar kamar bedah, dokter spesialis selain dokter


spesialis anestesi diperbolehkan melakukan sedasi ringan sesuai
kewenangan klinis yang didapat dalam pendidikan spesialis masing-
masing, sedangkan untuk dokter umum,Penata anestesi yang
diperbolehkan melakukan tindakan sedasi adalah yang telah
mendapat bimbingan dan supervisi langsung dari dokter spesialis
anestesi, atau telah bekerja di bidang anestesiologi dan terapi intensif
sekurang-kurangnya selama 1 tahun.Tindakan sedasi harus dilakukan
sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku. Tanggung
jawab keseluruhan terhadap prosedur sedasi dan keselamatan pasien
terletak pada dokter yang bersangkutan.
8. Dalam kondisi emergensi, dokter,Penata anestesi seperti tersebut di
nomor 7 di atas, diperbolehkan melakukan sedasi sedang – dalam.

Halaman dari
BAB III
TATA LAKSANA

A. MANAJEMEN PRE,INTRA,PASCA ANASTESI OLEH TIM ANESTESI


Untuk mencapai terwujudnya keselamatan pasien yang optimal,
dokter spesialis anestesi bertanggung jawab terhadap hal-hal berikut ini :
1. Manajemen Kepegawaian
Dokter spesialis anestesi harus memastikan terlaksananya penugasan
yang diberikan kepada penata anestesi atau kepada petugas RR
maupun perawat di ruangan, evaluasi pasca anestesi maupun
penanganan nyeri pasca bedah di ruangan.

2. Evaluasi Pra-anestesi Pasien


a. Suatu evaluasi pra-anestesi memungkinkan terwujudnya
perencanaan anestesi yang baik, dimana perencanaan tersebut
disesuaikan dengan kondisi dan penyakit pasien yang dapat
mempengaruhi tindakan anestesi. Evaluasi ini didokumentasikan
dalam berkas rekam medis.
b. Pengkajian pra-anestesi juga memberikan informasi yang
diperlukan untuk:
1) Mengetahui masalah saluran pernapasan;
2) Memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi;
3) Memberikan anestesi yang aman berdasar atas pengkajian
pasien, risiko yang ditemukan, dan jenis tindakan;
4) Menafsirkan temuan pada waktu pemantauan selama anestesi
dan pemulihan; dan
5) Memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan
pascaoperasi.
Dokter spesialis anestesi akan melakukan pengkajian pra- anestesi
yang dapat dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum
dilakukan tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi, misalnya
pada pasien darurat.

c. Meskipun perawat ruangan dapat berkontribusi dalam


pengumpulan dan pencatatan data pre-operatif pasien, dokter
spesialis anestesilah yang memegang tanggung jawab terhadap
evaluasi keseluruhan pasien.

Halaman dari
3. Perencanaan Tindakan Anestesi
a. Dokter spesialis anestesi bertanggung jawab dalam menyusun
rencana tindakan anestesi yang bertujuan untuk mewujudkan
kualitas pelayanan pasien yang terbaik dan tercapainya
keselamatan pasien dengan optimal
b. Persiapan puasa pasien

Jenis makanan padat atau susu Periode puasa minimal


Umur < 6 bulan 4 jam
Umur 6 bulan – 3 tahun 6 jam
Umur > 3 tahun 8 jam
Untuk air putih/jus/air gula 2-3 jam

c. Dokter spesialis anestesi sebaiknya melakukan diskusi dengan


pasien (jika kondisi pasien memungkinkan) mengenai Jenis
anestesi,risiko tindakan anestesi keuntungan dan alternatif yang
ada,analgesia pasca anestesi dan memperoleh izin persetujuan
tindakan (informed consent)

4. Pra Induksi

Asesmen pra induksi diilakukan di ruang persiapan pasien oleh dokter


anestesi dan Penata anestesi Tujuan dari asesmen pra induksi lebih
berfokus pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi
sesaat sebelum induksi anestesi.
Dilakukan assesmen ulang :
a. Riwayat penyakit dahulu
b. Riwayat penyakit keluarga
c. Riwayat alergi
d. Riwayat anestesi
e. Perokok
f. Kapan makan dan minum terakhir
g. Pemeriksaan Fisik dan tanda tanda vital
h. Pemeriksaan Penunjang
i. Rencana anestesi
j. Klasifikasi ASA

Halaman dari
5. Manajemen Tindakan Anestesi (Intra Anestesi)
a. Manajemen tindakan anestesi bergantung pada banyak faktor,
termasuk kondisi medis setiap pasien dan prosedur yang akan
dilakukan
b. Dokter spesialis anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di
kamar operasi selama tindakan anestesi umum dan regional serta
prosedur yang memerlukan tindakan sedasi.
c. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan,
monitoring dan evaluasi secara kontinual setiap 5 menit. Yang di
monitoring secara kontinual:
1) EKG
2) oksigenasi
3) ventilasi
4) sirkulasi
5) suhu dan perfusi jaringan,
6) nyeri
7) Relaksasi
8) Cairan masuk
9) Cairan keluar
10)Obat obatan anestesi
11)Aktivitas mesin anestesi
12)Status fisiologis
13)Alernatif tindakan anestesi/Konversi Tindakan
Semua observasi di atas didokumentasikan pada catatan anestesi
dalam rekam medis pasien.
d. Apabila terjadi komplikasi anestesi maka tindakan dokter anestesi
adalah meminta menghentian sementara operasi dan mengawasi
dahulu masalah anestesi seperti saturasi, hemodinamik dan lain
lain. Jika kondisi sudah stabil maka operasi dilanjutkan kembali.
e. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi,
sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
f. Dokter spesialis anestesi dapat mendelegasikan tugas spesifik
kepada penata anestesi yang tergabung dalam tim anestesi,
dengan syarat kualitas pelayanan pasien dan keselamatan pasien
tetap terjaga dengan baik, tetap berpartisipasi dalam bagian-bagian
penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia untuk menangani
situasi emergensi dengan cepat

Halaman dari
g. Seluruh prosedur tindakan anestesi termasuk pemantauan pasien,
personil yang melakukan, jenis anestesi selama prosedur anestesi
dan operasi didokumentasikan dalam rekam medis anestesi
pasien.

6. Perawatan Pasca-anestesi
a. Perawatan pasca-anestesi termasuk monitoring status fisiologis
secara rutin didelegasikan kepada Penata/perawat ruang pulih dan
perawatan pasca sedasi di luar kamar operasi dilakukan oleh
dokter yang melakukan sedasi.
b. Evaluasi dan tatalaksana komplikasi pasca-anestesi merupakan
tanggung jawab dokter spesialis anestesi .
c. Kriteria pemulangan pasien ke ruangan asal disesuaikan dengan
standar yang berlaku yaitu skor Aldrette atau Stewart atau
Bromage.

KRITERIA PULIH SADAR PASCA ANESTESI UMUM PADA


DEWASA (ALDRETE SCORE)

Nilai
Kriteria Skala
Skoring
1 Aktifitas
- Mampu menggerakan ekstremitas dengan 2
perintah
- Mampu menggerakkan 2 ekstremitas dengan 1
perintah
- Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
2 Respirasi
- Nafas adekuat dan gampang batuk 2
- Nafas kurang adekuat/ hipoventilasi/ usaha 1
bernafas
- Apnoe 0
3 Sirkulasi
- TD berbeda + 20 % dari semula pre 2
anasthesi
- TD berbeda + 20 % - 50 % dari semula pre 1
anasthesi
- TD berbeda + 50 % dari semula pre 0

Halaman dari
anasthesi
4 Kesadaran
- Kesadaran penuh 2
- bangun jika dipanggil 1
- Tidak ada respon/ belum sadar 0
5 Warna Kulit
- Kemerahan 2
- Pucat 1
- sianosis 0
Total
Catatan :
- Nilai ≥ 8 pasien dapat dipindahkan ke ruangan perawatan
- Nilai < 7 pasien dipindahkan ke perawatan intensif (ICU)

KRITERIA PULIH SADAR PASCA ANESTESI UMUM PADA ANAK


(STEWARD SCORE)

Nilai
Kriteria Skala
Skoring
- Bangun 2
- Ada respon terhadap rangsang 1
- Tidak ada respon 0
Respirasi
- Batuk/ menangis 2
- Berusaha bernafas 1
- Perlu bantuan untuk bernafas 0
Aktivitas motorik
- Gerakan bertujuan 2
- Gerakan tanpa tujuan 1
- Tidak bergerak 0
Total
Catatan :
Jika jumlah score ≥ 5, pasien dapat dipindahkan ke ruangan
perawatan.

Halaman dari
KRITERIA PULIH SADAR PASCA ANESTESI SEPINAL(RA)

N Nilai
Nilai Skala
o Skoring
1 Gerakan Penuh dari tungkai 3
2 Tidak mampu ekstensi tungkai 2
3 Tidak mampu fleksi lutut 1
4 Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 0
Total

Catatan :
Bila score ≥ 2, pasien dapat dipindahkan keruang perawatan.
Semua penctatan monitoring dicatat dalam rekam medis

d. Dalam kondisi tertentu dimana kondisi pasien memerlukan


penanganan icu, dan atas intuksi dokter anestesi maka pasien bisa
langsung di pindahkan ke ICU
e. Seluruh prosedur perawatan pasca anestesi didokumentasikan
dalam rekam medis pasien.

7. Konsultasi Anestesi
Harus dilayani oleh dokter spesialis anestesi dan tidak dapat
diwakilkan.

8. Regional anestesi
Pada penatalaksanaan regional anestesi baik spinal maupun epidural
tahapan tetep melalui pre ,intra dan pasca anestesi dengan persiapan
yang sma.
a. Pre anestesi
Pada pemeriksaan dengan rencana RA perlu di perhatikan
beberapa kontra indikasi, baik indikasi mutlak maupun kontra
indikasi relatif ( sebagai contoh pasien menolak)
b. Intra anestesi
Selama pemberian anestesi harus dilakukan
pemantauan ,monitoring dan evaluasi secara kontinual setiap 5
menit. Yang di monitoring secara kontinual:
1) EKG
2) oksigenasi
3) ventilasi
4) sirkulasi
Halaman dari
5) suhu dan perfusi jaringan
6) nyeri
7) Relaksasi
8) Cairan masuk
9) Cairan keluar
10)Obat obatan anestesi
11)Aktivitas mesin anestesi
12)Status fisiologis
13)Alernatif tindakan anestesi/Konversi tindakan

Semua observasi di atas didokumentasikan pada catatan anestesi


dalam rekam medis pasien.

c. Pasca anestesi
Pada pasien dengan RA maka di ruang pemulihan tetap di lakukan
pengawasan dengan memperhatikan status fisiologis dan di
tambah.

KRITERIA PULIH SADAR PASCA ANESTESI SEPINAL(RA)


N Nilai
Nilai Skala
o Skoring
1 Gerakan Penuh dari tungkai 3
2 Tidak mampu ekstensi tungkai 2
3 Tidak mampu fleksi lutut 1
4 Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 0
Total

B. ANESTESI PADA KONDISI KHUSUS


Blok pleksus / saraf utama lebih jarang dilakukan di klinik
penanganan nyeri kronis, tetapi prosedur blok ini mungkin memerlukan
penggunaan anestesi intravena dan Monitored Anesthesia Care / MAC
(misalnya: blok pleksus brakhialis, blok saraf sciatica, teknik kateterisasi
kontinu tertentu).
1. Sebagian besar pelaksanaan prosedur dengan nyeri minor tidak
memerlukan pelayanan anestesi selain anestesi local
2. Contoh prosedur ini adalah :
a. Injeksi steroid epidural
b. Epidural blood patch
c. Trigger point injection
Halaman dari
d. Injeksi sendi sakroilika
e. Bursal injection
f. Blok saraf oksipital (occipital nerve block)
g. Facet injection
3. Penggunaan anestesi umum untuk prosedur yang menimbulkan nyeri
minor hanya dibenarkan dalam kondisi-kondisi khusus, dimana
diperlukan perawatan / layanan anestesi yang terampil dan terlatih
4. Berikut adalah kondisi-kondisi yang memerlukan layanan anestesi
khusus :
a. Komorbiditas mayor
b. Gangguan mental / psikologis yang membuat pasien tidak
kooperatif
5. Penggunan sedasi dan obat anestesi lainnya harus seimbang dengan
potensi risiko / bahaya yang diakibatkan dari pelaksanaan prosedur
dengan nyeri minor terhadap pasien dengan anestesi umum, terutama
pada pasien yang menjalani prosedur tulang belakang servikal
6. Prosedur yang berkepanjangan (lama) dan atau nyeri sering
memerlukan sedasi intravena dan penggunaan monitor anestesi
(Monitored Anesthesia Care-MAC). Prosedur ini meliputi :
a. Blok saraf simpatis (ganglion stelata, pleksus seliaka, paravertebral
lumbal)
b. Ablasi radiofrequency (R/F)
c. Diskografi (discography)
d. Disektomi perkutan

C. OBAT-OBAT
Obat-obat yang digunakan untuk tindakan Anestesi
No. Obat Dosis Efek Sediaan
1. Midazolam 0,07 – 0,1 Sedasi Ampul 5
mg/KgBB mg/5cc
Ampul 15
mg/3cc
2. Ketamin 0,3 mg/KgBB Sedasi Vial 1000
Analgesik mg/10 cc
3. Ondansetron 0,08 mg/KgBB Anti mual/muntah Ampul 4
mg/2cc
Ampul 8
mg/2cc
4. Sulfas atropin 0,01 mg/KgBB Simpatomimetik Ampul 0,25
Halaman dari
Mencegah mg/cc
hipersekresi /
hipersalivasi
5. Lidokain 2 – 6 mg/KgBB Analgesik Ampul 40
mg/cc

Obat-obat yang digunakan untuk tindakan anestesi


No. Obat Dosis Efek Sediaan
1. Midazolam 0,07 – 0,1 Sedasi Ampul 5
mg/KgBB mg/5cc
Ampul 15
mg/3cc
2. Fentanyl 1-4 µg/KgBB Analgesik Ampul 100
Sedasi µg/2cc
3. Propofol 2-2,5 Sedasi 200 mg/20 cc
mg/KgBB2.
4. Ketamin 0,3 mg/KgBB Sedasi Vial 1000
Analgesik mg/10 cc
5. Atrakurium 0,5 mg/KgBB Relaksasi Ampul 50
mg/5cc
6. Rokuronium 0,6 mg/KgBB Relaksasi Ampul 50
mg/5cc
7. Morfin 0,04 Analgesi Ampul 10
mg/KgBB iv mg/cc
bolus
0,02 – 0,06
mg/KgBB
titrasi
8. Pethidine 1 mg/KgBB Analgesi Ampul 100
mg/2cc
9. Tramadol 1–2 Analgesi Ampul 100
mg/KgBB mg/2cc
10. Ketorolak 0,6 mg/KgBB Analgesi Ampul 10
mg/cc
Ampul 30
mg/cc
11. Kaltrofen 1–2 Analgesi Suppositoria
mg/KgBB 100 mg
12. Ondansetron 0,08 Anti mual/muntah Ampul 4
mg/KgBB mg/2cc

Halaman dari
Ampul 8
mg/2cc
13. Granisetron 10 – 40 Anti mual/muntah Ampul 1
µg/KgBB mg/cc
14. Metoclopramide 0,2 mg/KgBB Anti mual/muntah Ampul 10
mg/2cc
15. Sulfas atropin 0,01 Simpatomimetik Ampul 0,25
mg/KgBB Mencegah mg/cc
hipersekresi /
hipersalivasi
16. Asam 10 mg/KgBB Anti perdarahan Ampul 500
Traneksamat mg/5cc
17. Vitamin K 0,2 mg/KgBB Anti perdarahan Ampul 10
mg/cc
18. Ethamsylat 5 mg/KgBB Anti perdarahan Ampul 250
(Dicynon) mg/2cc
19. Vitamin C mg/KgBB Suplemen Ampul 200
mg/2cc
20. Efedrine 0,2 mg/KgBB Simpatomimetik Ampul 50
mg/cc
21. Epinefrin 0,02 Simpatomimetik Ampul
mg/KgBB 1mg/cc
(resusitasi)
22. Lidokain 2–6 Analgesik Ampul 40
mg/KgBB Anti aritmia mg/2cc
23. Pehakain mg/KgBB Analgesik Ampul
(Lidokain 40
mg +
epinefrin
0,0125 mg) /
2cc
24. Deksamethason 0,1 – 0,2 Anti inflamasi Ampul 5
mg/KgBB mg/cc
25. Metil 1–4 Anti inflamasi Vial 125 mg
Prednisolon mg/KgBB serbuk
26. Difenhidramin 0,2 mg/KgBB Anti alergi Ampul 10
mg/cc
27. Aminofilin 3–5 Bronkodilator Ampul 240
mg//KgBB mg/10cc
28. Oksitosin 0,2 – 0,6 Uterotonika 10 IU/cc
IU/KgBB

Halaman dari
29. Metergin 4–8 Uterotonika 200 µg/cc
µg/KgBB
30. Prostigmin 0,25 – 0,75 Kolinesterase 0,5 mg/cc
mg/KgBB inhibitor
31. Nalokson 0,08 – 0,4 Antidotum opiat 0,8 mg/2cc
mg/KgBB
32. Heparin 6 – 100 Anti trombus Vial 25000
U/KgBB U/5cc
33. Dobutamin 5 – 20 Inotropik Vial 250
µg/KgBB/me µg/5cc
nit
34. Dopamin 5 – 20 Inotropik Vial 200
µg/KgBB/me µg/5cc
nit
35. Nor epinefrin 0,01 – 0,2 Vasokonstriktor Ampul 4
µg/KgBB/me mg/4cc
nit
36. Furosemide 0,4 mg/KgBB Diuretik Ampul 20
mg/2cc
37. Isosorbid 0,01 – 0,1 Vasodilator Ampul 10
Dinitrat mg/jam mg/10cc
38. Digoksin 0,25 – 0,5 Anti aritmia Ampul 0,5
mg i.v. mg/2cc
selama > 10
menit
39. Amiodarone 150 mg i.v. Anti aritmia Ampul 150
selama > 10 mg/3cc
menit
40. Nikardipine 4 µg/KgBB Anti hipertensi Ampul 10
mg/10cc
41. Catapres 1–3 Anti hipertensi Ampul 0,15
µg/KgBB mg/cc
42. Dekstrosa 40 % Sesuai Terapi hipoglikemia Flakon 10
koreksi g/25cc
43. KCl 2 mEq/jam Terapi hipokalemia Flakon 25
mEq/25cc
44. MgSO4 20 % Eklampsia : 4 Terapi Flakon 5
mg iv, hipomagnesemia g/25cc
dilanjutkan 1 Anti konvulsan
mg/jam titrasi pada eklampsia
45. MgSO4 40 % Eklampsia : 4 Terapi Flakon 10

Halaman dari
mg iv, hipomagnesemia mg/25cc
dilanjutkan 1 Anti konvulsan
mg/jam titrasi pada eklampsia
46 Isofluran 1 MAC Sedasi Botol 250 cc
47. Sevofluran 1 MAC Sedasi Botol 250 cc
48. Bupivakain 0,5 Sesuai Anestesi regional Ampul 20
% hiperbarik indikasi (spinal) mg/4cc
49. Bupivakain 0,5 Sesuai Anestesi regional Flakon 100
% isobarik indikasi (epidural) mg/ 20 cc
50. Ropivakain 0,75 Sesuai Anestesi regional Flakon 150
% isobarik indikasi (epidural) mg /20cc

D. ANGGOTA TIM ANESTESI TAMBAHAN


AnggotaTim Anestesi lainnya yang dapat terlibat dalam perawatan
peri-anestesi :
1. Perawat pasca-anestesi : adalah perawat yang merawat pasien dalam
fase pemulihan dari pengaruh anestesi
2. Perawat peri-operatif : adalah perawat yang merawat pasien selama di
kamar operasi
3. Perawat untuk layanan intensif : adalah perawat yang merawat pasien
di ruang rawat intensif (Intensive Care Unit-ICU)
4. Perawat obstetrik : adalah perawat yang membantu pasien bersalin /
melahirkan
5. Terapis pernapasan : adalah petugas kesehatan profesional yang
memberikan perawatan / manajemen pernapasan kepada pasien
Anggota pendukung yang menangani masalah teknis, pengadaan alat,
dan pemeliharan alat :
1. Teknisi anestesi
2. Petugas pembantu anestesi (anesthesia aides)
3. Teknisi manajemen pernapasan (respiratory technicians)
4. Teknisi mesin monitor (monitoring technicians)

E. PERATURAN DAN DEFINISI YANG SERING DIGUNAKAN


ASA mengetahui adanya peraturan pembayaran komersial dan
pemerintahan yang berlaku untuk penagihan layanan anestesi dan
memotivasi para anggotanya untuk mematuhi sebisa mungkin.
Beberapa tugas umum yang dilakukan meliputi :
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat terhadap
pasien sebelum menjalani anestesi
Halaman dari
2. Menyusun rencana anestesi
3. Ikut serta dalam sebagian besar proses anestesi, termasuk induksi
anestesi (pasien dibius dan menjadi tidak sadar) dan ‘emergence’
(pemberian anestesi dihentikan dan pasien sadar kembali)
4. Pendelegasian perawatan anestesi hanya kepada personel anestesi
yang kompeten dan berkualitas
5. Pemantauan pelatihan anestesi dengan interval yang cukup sering
6. Siap sedia / hadir setiap kali diperlukan untuk memberikan diagnosis
dan tatalaksanan segera dan bertanggungjawab secara medis
7. Menyediakan pelayanan / perawatan pasca-anestesi, sesuai indikasi
8. Melakukan dan mencatat evaluasi pasca-anestesi

ASA juga mengetahui akan kurangnya kepastian / prediksi dalam


perawatan anestesi dan banyaknya variabilitas akan kebutuhan pasien
yang dapat, dalam keadaan tertentu dan jarang, membuatnya kurang
sesuai dari sudut pandang keselamatan pasien dan kualitas pelayanan
pasien untuk mematuhi peraturan / ketentuan pembayaran yang berlaku.
Pelaporan pembayaran atas layanan anestesi harus secara akurat
mencerminkan layanan yang diberikan.Kemampuan untuk
memprioritaskan tugas dan kebutuhan perawatan pasien dari waktu ke
waktu merupakan keahlian yang penting yang harus dimiliki oleh Tim
Anestesi.Dokter spesialis anestesi harus berusaha untuk memberikan
pelayanan dengan kualitas tertinggi dan menerapkan keselamatan
pasien dengan optimal kepada semua pasien peri-operatif.

Halaman dari
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pencatatan dan penulisan pada rekam medis, dalam hal ini asesmen pra
operasi / lembar verifikasi, laporan anestesi dan jika diperlukan catatan
tambahan dapat dituliskan pada catatan perkembangan terintegrasi.
2. Pencatatan dan penulisan pada lembar bukti tindakan, apabila disyaratkan
oleh pihak-pihak lain seperti asuransi.

Direktur RS Pena 98
Kabupaten Bogor

dr. Hj. Rr. Reniati, M.Kes


Pembina Utama Muda
NIP. 19630913 199002 2 001

Halaman dari

Anda mungkin juga menyukai