PERMATA INSANI
JL.Yos Sudarso No.38 Komplek Islamic Centre Brebes Telp.(0283) 673333,
Email: rsia.permatainsani@gmail.com, Website: rsiapermatainsani.com
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PERMATA INSANI
NOMOR 145/PER/DIR/RSDA/IV/2017
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit Permata Insani
merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang seiring
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anesthesia. Pelayanan
anesthesia di Rumah Sakit Permata Insani meliputi pelayanan anestesi di kamar
bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan resusitasi jantung paru dan otak,
pelayanan kegawatdaruratan dan terapi intensif
2. Pengertian Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh. Istilah anesthesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel
Holmes Sr pada tahun 1846, anesthesia atau pembiusan adalah pengurangan atau
penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang
menyakitkan dapat dilakukan.
Pedoman ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat dalam
tata kelola rawat jalan anestesi. Ini adalah pedoman minimal yang masih dapat
dikembangkan dengan berdasarkan pada pertimbangan / kebijakan Rumah Sakit
Permata Insani
C. DEFINISI
1. Tim Anestesi: dokter anestesiologi melakukan pelayanan anestesi di mana
dokter dapat mendelegasikan tugas pemantauan kepada dokter lain
dan/perawat/bidan yang sudah dilatih. Dokter anestesiologi tetap
bertanggung jawab kepada pasien secara keseluruhan.
2. Personel anestesi yang kompeten dan memenuhi syarat: anestesiologis
3. Pengawasan dan pengarahan: istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan bahwa pekerjaan anestesiologis termasuk melakukan
tindakan anetsesi dan sedasi serta mengawasi pendelegasian wewenang
pemantauan pada dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih.
• Titrasi dosis
• Pengobatan intravena diberikan secara bertahap dengan interval yang
cukup antar-pemberian untuk memperoleh efek yang optimal
• Pengurangan dosis yang sesuai jika menggunakan sedatif dan
analgesik
• Pemberian berulang dosis obat-obatan oral untuk menambah edek
sedasi / analgesik tidak direkomendasikan
• Akses intravena
• Pemberian obat sedasi melalui jalur intravena: pertahankan akses
intravena dengan baik selama prosedur hingga pasien terbebas dari
risiko depresi kardiorespirasi.
• Pemberian obat sedasi melalui jalur lain: keputusan diambil
berdasarkan kasus per-kasus.
• Tersedia personel / petugas yang memiliki keterampilan / keahlian
mengakses jalur intravena
• Situasi khusus
• Masalah medis berat yang mendasari (usia sangat lanjut, penyakit
jantung/ paru/ ginjal hepar yang berat): konsultasikan dengan spesialis
yang sesuai
• Risiko gangguan kardiovaskular / pernapasan yang berat atau
diperlukannya ketidaksadaran total pada pasien untuk menciptakan
kondisi operasi yang memadai: konsultasikan dengan anestesiologis.
• Personel / petugas
• Sebaiknya terdapat petugas anestesi non-dokter yang ikut hadir dalam
proses anestesi, bertugas untuk memantau pasien sepanjang prosedur
berlangsung.
• Memiliki kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan napas,
melakukan ventilasi tekanan positif, dan resusitasi (bantuan hidup
lanjut) selama prosedur berlangsung.
• Petugas ini boleh membantu dengan melakukan tugas-tugas ringan
lainnya saat pasien telah stabil
• Untuk sedasi berat / dalam: petugas yang melakukan pemantauan tidak
boleh diberikan tugas / pekerjaan lain.
• Oksigen tambahan
• Tersedianya peralatan oksigenasi
• Pemberian oksigen tambahan jika terjadi hipoksemia
• Untuk sedasi berat / dalam: pemberian oksigen kepada semua pasien
(kecuali dikontraindikasikan)
1. PENATALAKSANAAN ANESTESI/ANALGESIA
A. Prinsip Umum
Semua tindakan anestesi hendaknya dikelola dan disupervisi oleh Dokter
Spesialis Anestesiologi
a. Evaluasi Pre-anestesi pasien
a) Suatu evaluasi pre-anestesi memungkinkan terwujudnya
perencanaan anestesi yang baik, dimana perencanaan tersebut juga
mempertimbangkan kondisi dan penyakit pasien yang dapat
mempengaruhi tindakan anestesi.
b) Meskipun petugas non dokter dapat berkontribusi dalam
pengumpulan dan pencatatan data pre-operatif pasien,
anestesiologislah yang memegang tanggung jawab terhadap
evaluasi keseluruhan pasien.
c) Setiap pasien yang akan dilaukan tindakan pembedahan atau
operasi maka akan dilakukan kunjungan atau visite pra anestesi
b. Perencanaan Tindakan Anestesi
a) Anestesiologis bertanggung jawab dalam menyusun rencana
tindakan anestesi yang bertujuan untuk mewujudkan kualitas
pelayanan pasien yang terbaik dan tercapainya keselamatan pasien
dengan optimal.
b) Anestesiologi sebaiknya melakukan diskusi dengan pasien (jika
kondisi pasien memungkinkan) mengenai risiko tindakan anestesi,
keuntungan dan alternatif yang ada, dan diperoleh izin persetujuan
tindakan (informed consent)
c) Ketika terdapat situasi dimana suatu bagian dari layanan anestesi
akan dilakukan oleh petugas anestesi kompeten lainnya, spesialis
anestesi harus memberi tahukan kepada pasien bahwa
e. Kesadaran Nilai
- Sadar Penuh 2
- Bereaksi 1
-Tak Bereaksi 0
A. Palayanan Anestesi
1. Pelayanan Anestesi hanya dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis Anestesi yang
sudah melalui proses kredensial dan mendapat SK dari Direktur Rumah Sakit
Permata Insani
2. Pelayanan Anestesi di pimpin oleh kepala anestesi melalui pemilihan dan
diketahui Komite Medik
3. Pelayanan anestesi di RS Permata Insani disediakan secara teratur dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien
4. Anestesi disediakan secara memadai baik dari segi ketenagaan, maupun
fasilitas
5. Semua pelayanan Anestesi yang dilakuakn di Rumah Sakit Permata Insani
harus di dokumentasikan lengkap oleh dokter spesialis anestesi dalam form
anestesi dan dimasukan kedalam rekam medis pasien
6. Rekam Medik Anestesi harus di lengkapi pada akhir setiap prosedur. Semua
bagian / isian dari form Anestesi yang mencangkup :
a. Preanestesi di isi di ruang rawat pasien, pada saat dokter spesialis anestesi
melihat pasien sebelum operasi
b. Preinduksi
c. Intra Operatif
d. Post operasi sebelum keluar dari ruang operasi/sebelum pindahah ke RR
7. Sebelum tindakan anestesi di lakukan, pasien harus mendapatkan informasi
yang lengkap dan jelas mengenai prosedur / tehnik anestesi yang akan
dilakukan dan menjelaskan resiko yang mungkin timbul akibat tindakan
anestesi. Informasi tersebut harus disampaikan olek dokter yang akan
melakukan tindakan anestesi dan di setujui oleh pasien secara tertulis
(informed consent+form penjelasan)