Anda di halaman 1dari 25

R U MAH SAK I T I B U DAN ANAK

PERMATA INSANI
JL.Yos Sudarso No.38 Komplek Islamic Centre Brebes Telp.(0283) 673333,
Email: rsia.permatainsani@gmail.com, Website: rsiapermatainsani.com

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PERMATA INSANI
NOMOR 145/PER/DIR/RSDA/IV/2017
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI

BAB I
PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit Permata Insani
merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang seiring
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anesthesia. Pelayanan
anesthesia di Rumah Sakit Permata Insani meliputi pelayanan anestesi di kamar
bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan resusitasi jantung paru dan otak,
pelayanan kegawatdaruratan dan terapi intensif

2. Pengertian Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh. Istilah anesthesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel
Holmes Sr pada tahun 1846, anesthesia atau pembiusan adalah pengurangan atau
penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang
menyakitkan dapat dilakukan.

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 1


BAB II
PENGERTIAN PELAYANAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
Anestesiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang melibatkan :
1. Evaluasi pasien preoperatif
2. Rencana tindakan anestesi
3. Perawatan intra- dan pasca-operatif
4. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya
5. Konsultasi perioperatif
6. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tak diinginkan
7. Tatalaksana nyeri akut dan kronis
8. Perawatan pasien dengan sakit berat / kritis
Kesemua pelayanan ini diberikan atau diinstruksikan oleh anestesiologis.

American Society of Anesthesiologists (ASA) mendukung konsep pelayanan rawat


jalan untuk pembedahan dan anestesi. Anestesiologis diharapkan memegang peranan
sebagai dokter perioperatif di semua rumah sakit, fasilitas pembedahan rawat jalan,
dan berpartisipasi dalam akreditasi rumah sakit sebagai salah satu sarana untuk
menstandarisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Pedoman ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat dalam
tata kelola rawat jalan anestesi. Ini adalah pedoman minimal yang masih dapat
dikembangkan dengan berdasarkan pada pertimbangan / kebijakan Rumah Sakit
Permata Insani

A. TUJUAN PELAYANAN ANESTESI


a. Menghilangkan nyeri pemberdahan dan trauma
b. Menghilangkan nyeri akut lain:
 Proses persalinan
 Proses diagnosa medik tertentu
c. Menghilangkan nyeri kanker
d. Menghilangkan nyeri kronis
e. Menghilangkan rasa cemas pada anak

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 2


B. PRINSIP
1. Standar, Pedoman, dan Kebijakan ASA harus diimplementasikan pada semua
kondisi dan situasi, kecuali pada situasi di mana hal tersebut tidak sesuai /
tidak dapat diaplikasikan.
2. Dokter Anestesiologi yang bertugas harus dapat dihubungi 24 jam; baik pada
kasus-kasus pelayanan rawat inap, siap sedia menerima telepon / konsultasi
dari paramedis lainnya, availabilitas sepanjang waktu selama penanganan dan
fase pemulihan pasien, hingga pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
3. Fasilitas rumah sakit harus diorganisir, dilengkapi, dan dioperasikan sejalan
dengan regulasi dan kebijakan pemerintah setempat dan nasional. Seluruh
struktur pelayanan, , harus memiliki sumber daya oksigen, suction, peralatan
resusitasi, dan obat-obatan emergensi yang dapat diandalkan.
4. Petugas memiliki kompetensi dalam perawatan pasien dan mampu melakukan
prosedur-prosedur yang diperlukan rumah sakit, yang terdiri atas:
a. Petugas profesional
→ Dokter Anestesiologi dan sejawat lainnya mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) / sertifikat yang memenuhi syarat
→ Perawat yang memiliki surat izin dan memenuhi syarat
b. Petugas administratif
c. Petugas Kebersihan dan Pemeliharaan Rumah Sakit
5. Dokter Penanggung Jawab Pasien bertanggungjawab dalam melakukan
peninjauan ulang, penyesuaian kewenangan, jaminan mutu, dan evaluasi rekan
sejawat.
6. Petugas dan peralatan yang berkualitas dan tersedia setiap saat diperlukan
untuk menangani situasi emergensi. Harus dibuat suatu kebijakan dan prosedur
untuk menangani situasi emergensi dan transfer pasien yang tidak diantisipasi
ke fasilitas pelayanan akut.
7. Layanan pasien minimal meliputi:
a. Instruksi dan persiapan preoperatif.
b. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi yang memadai oleh anestesiologis,
sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan. Pada kondisi di

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 3


mana tidak terdapat petugas medis, anestesiologis harus memverifikasi
informasi yang didapat dan mengulangi serta mencatat elemen-elemen
penting dalam evaluasi.
c. Studi dan konsultasi preoperatif, sesuai indikasi medis.
d. Rencana anestesi dibuat oleh anestesiologis, didiskusikan dengan pasien,
kemudian mendapat persetujuan pasien. Kesemuanya ini harus dicatat di
rekam medis pasien.
e. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesiologis. Dokter
Anestesiologis yang melakukan tindakan anestesi harus kompeten dalam
edukasi, pelatihan, memiliki surat izin praktik, dan dipercaya oleh rumah
sakit.
f. Pemulangan pasien merupakan tanggung jawab dokter
g. Pasien yang tidak hanya menjalani anestesi lokal harus didampingi oleh
orang dewasa saat pemulangan pasien.
h. Instruksi pasca-operasi dan pemantauan selanjutnya harus dicatat dalam
rekam medis
i. Memiliki rekam medis yang akurat, terpercaya, dan terbaru.

C. DEFINISI
1. Tim Anestesi: dokter anestesiologi melakukan pelayanan anestesi di mana
dokter dapat mendelegasikan tugas pemantauan kepada dokter lain
dan/perawat/bidan yang sudah dilatih. Dokter anestesiologi tetap
bertanggung jawab kepada pasien secara keseluruhan.
2. Personel anestesi yang kompeten dan memenuhi syarat: anestesiologis
3. Pengawasan dan pengarahan: istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan bahwa pekerjaan anestesiologis termasuk melakukan
tindakan anetsesi dan sedasi serta mengawasi pendelegasian wewenang
pemantauan pada dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih.

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 4


D. RUANG LINGKUP ANESTESI
a. Pelayanan anesthesi yang diberikan adalah seragam di seluruh unit dimana
pelayanan anesthesi dilakukan baik di IGD,rawat jalan, rawat inap, kamar
operasi, kamar bersalin.
b. Pelayanan anestesi meliputi: penilaian pre-anestesi, tindakan anestesi yaitu
sedasi, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok
saraf pefiler), pemantauan selama anestesi, pelayanan pasca anestesi,
tatalaksana nyeri, resusitas jantung paru dan transportasi medis pasien
c. Dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi yang meliputi:
sedasi moderat dan dalam, anestesi umum dan anestesi regional (spinal,
epidural dan blok saraf perifer) dengan perawatan anestesi bertugas
sebagai asisten saat dokter spesialis anestesi dilakukan tindakan anestesi
d. Pelayanan anestesi dapat diberikan untuk kebutuhan tindakan diagnosis
dan terapeutik
e. Penjelasan dan inform consent diberikan kepada pasien, keluarga atau
penangugng jawab pasien atas resiko, manfaat dan alternative dari
tindakan anestesi yang dilakukan dokter spesialis anestesi
f. Setiap sumber anestesi dari luar harus didasarkan atas rekomendasi
direktur dan memenuhi peraturan yang berlaku.

E. KATEGORI / TINGKATAN ANESTESI / SEDASI


1. Sedasi ringan / minimal (anxiolysis): kondisi di mana pasien masih dapat
merespons dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif
dan koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskular tidak
terpengaruh.
Contoh sedasi minimal adalah:
a. Blok saraf perifer
b. Anestesi lokal atau topikal
c. Pemberian 1 jenis obat sedatif / analgesik oral dengan dosis yang
sesuai untuk penanganan insomnia, ansietas, atau nyeri

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 5


2. Sedasi moderat (pasien sadar): suatu kondisi depresi tingkat kesadaran di mana
pasien memberikan respons terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan
intervensi untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan ventilasi spontan
masih adekuat. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga dengan baik.
3. Sedasi berat / dalam: suatu kondisi depresi tingkat kesadaran di mana pasien
memberikan respons terhadap stimulus berulang / nyeri. Fungsi ventilasi
spontan dapat terganggu / tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan
bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas. Fungsi kardiovaskular
biasanya terjaga dengan baik.
4. Anestesi umum: hilangnya kesadaran di mana pasien tidak sadar, bahkan
dengan pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas, dan mungkin membutuhkan ventilasi
tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi spontan/ fungsi
kardiovaskular dapat terganggu.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinu, sehingga tidak selalu
mungkin untuk memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi.
Oleh karena itu, dokter anestesiologi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan
penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam / berat daripada
efek yang seharusnya terjadi (misalnya: dokter anestesi yang memberikan anestesi
moderat harus dapat melakukan penanganan terhadap pasien yang jatuh ke dalam
kondisi sedasi berat).
Sedasi ringan / Sedasi Sedasi berat / dalam Anestesi umum
minimal moderat
(anxiolysis) (pasien sadar)
Respons Respons normal Merespons Merespons setelah Tidak sadar,
terhadap terhadap diberikan stimulus meskipun dengan
stimulus verbal stimulus berulang / stimulus stimulus nyeri
sentuhan nyeri
Jalan napas Tidak Tidak perlu Mungkin perlu Sering memerlukan
terpengaruh intervensi intervensi intervensi

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 6


Ventilasi Tidak Adekuat Dapat tidak adekuat Sering tidak adekuat
spontan terpengaruh
Fungsi Tidak Biasanya dapat Biasanya dapat Dapat terganggu
kardiovaskular terpengaruh dipertahankan dipertahankan dengan
dengan baik baik

F. ANGGOTA TIM ANESTESI


1. Tim anestesi melibatkan dokter dan non-dokter.
2. Setiap anggota tim memiliki kewajiban untuk mengidentifikasi mereka sendiri
dan anggota tim lainnya secara akurat kepada pasien dan keluarganya.
3. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesiologi. Pemantauan tindakan
anestesi dapat didelegasikan pada dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih.
4. Instruksi diberikan oleh anestesiologis dan harus sejalan dengan kebijakan dan
regulasi pemerintah serta kebijakan rumah sakit.
5. Tanggung jawab keseluruhan terhadap kinerja tim anestesi dan keselamatan
pasien terletak pada dokter anestesiologi.
6. Dokter Anestesiologi harus mewujudkan keselamatan pasien yang optimal dan
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada setiap pasien yang menjalani
tindakan anestesi. Selain itu, dokter anestesiologi juga diharapkan memberikan
pengajaran / edukasi kepada dokter lain/perawat/bidan berkaitan dengan
bidang anestesiologi.
7. Berikut adalah anggota tim anestesi:
a. Dokter
Anestesiologis (spesialis anestesi) – Pimpinan Tim Anestesi
Merupakan dokter spesialis yang memiliki SIP dan telah
menyelesaikan program studi spesialisasi di bidang anestesi yang
terakreditasi.
Dokter
Merupakan dokter umum yang memiliki SIP dan telah dilatih serta
memiliki sertifikat untuk melakukan tindakan anestesi/sedasi ringan
serta pemantauan anestesi

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 7


b. Non-dokter
Perawat
Merupakan perawat dengan SIP dan telah dilatih serta memiliki
sertifikat untuk pemantauan anestesi
Bidan
Merupakan bidan dengan SIP dan telah dilatih serta memiliki sertifikat
untuk pemantauan anestesi

G. PROSEDUR SEDASI MODERAT DAN BERAT / DALAM


• Evaluasi pra sedasi
• Untuk meningkatkan efikasi klinis (proses pemberian sedasi dan
analgesik yang berjalan lancar)
• Menurunkan risiko kejadian efek samping.
• Evaluasi ini meliputi:
• Riwayat penyakit pasien yang relevan
• abnormalitas sistem organ utama
• riwayat anestesi / sedasi sebelumnya, dan efek
samping yang pernah terjadi / dialami
• obat-obatan yang dikonsumsi saat ini, alergi obat, dan
interaksi obat yang mungkin terjadi
• asupan makan terakhir
• riwayat merokok, alkohol, atau penyalahgunaan obat-
obatan
• Pemeriksaan fisik terfokus
• Tanda vital
• Evaluasi jalan napas
• Auskultasi jantung dan paru
• Pemeriksaan laboratorium (berdasarkan pada kondisi yang
mendasari dan efek yang mungkin terjadi dalam penanganan
pasien)

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 8


• Temuan klinis dikonfirmasi segera sebelum melakukan
anestesi / sedasi.
• Konsultasi dengan SMF lain.
• Konseling pasien
• Mengenai risiko, keuntungan, keterbatasan, dan alternatif yang ada
• Puasa pra sedasi
• Prosedur elektif: mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan
lambung
• Situasi emergensi: berpotensi terjadi pneumonia aspirasi,
pertimbangkan dalam menentukan tingkat / kategori sedasi, apakah
perlu penundaan prosedur, dan apakah perlu proteksi trakea dengan
intubasi.

• Pilihan obat-obatan anestesi


• Sedatif: untuk mengurangi ansietas / kecemasan, menyebabkan
kondisi somnolen
• Analgesik: untuk mengurangi nyeri
• Kombinasi sedatif dan analgesik: efektif untuk sedasi moderat
dibandingkan dengan penggunaan satu jenis obat

• Titrasi dosis
• Pengobatan intravena diberikan secara bertahap dengan interval yang
cukup antar-pemberian untuk memperoleh efek yang optimal
• Pengurangan dosis yang sesuai jika menggunakan sedatif dan
analgesik
• Pemberian berulang dosis obat-obatan oral untuk menambah edek
sedasi / analgesik tidak direkomendasikan

• Penggunaan obat anestesi induksi (propofol, ketamin)


• Biasanya digunakan untuk anestesi umum
• Propofol dan ketamin efektif dipakai untuk sedasi moderat

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 9


• Methohexital efektif untuk sedasi dalam / berat
• Tanpa memandang rute pemberian dan tingkat sedasi yang diinginkan,
pasien dengan sedasi berat harus dipantau secara konsisten, termasuk
penanganan jika pasien jatuh dalam keadaan anestesi umum.

• Akses intravena
• Pemberian obat sedasi melalui jalur intravena: pertahankan akses
intravena dengan baik selama prosedur hingga pasien terbebas dari
risiko depresi kardiorespirasi.
• Pemberian obat sedasi melalui jalur lain: keputusan diambil
berdasarkan kasus per-kasus.
• Tersedia personel / petugas yang memiliki keterampilan / keahlian
mengakses jalur intravena

• Situasi khusus
• Masalah medis berat yang mendasari (usia sangat lanjut, penyakit
jantung/ paru/ ginjal hepar yang berat): konsultasikan dengan spesialis
yang sesuai
• Risiko gangguan kardiovaskular / pernapasan yang berat atau
diperlukannya ketidaksadaran total pada pasien untuk menciptakan
kondisi operasi yang memadai: konsultasikan dengan anestesiologis.

• Pemantauan intra sedasi


• Data yang harus dicatat dengan interval yang teratur sebelum, selama,
dan setelah prosedur dilakukan:
• Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien terhadap
stimulus)
• respons menjawab (verbal): menunjukkan bahwa
pasien bernapas

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 10


• hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri
(withdrawal): dalam sedasi berat / dalam, mendekati
anestesi umum, dan harus segera ditangani.
• oksigenasi:
• memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama
proses anestesi
• gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry)
• Respons terhadap perintah verbal (jika memungkinkan)
• Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
• Semua pasien yang menjalani anestesi umum harus
memiliki ventilasi yang adekuat dan dipantau secara
terus-menerus
• Lihat tanda klinis: pergerakan dinding dada,
pergerakan kantong pernapasan, auskultasi dada
• Pemantauan karbon dioksida yang diekspirasi untuk
pasien yang terpisah dari pengasuh / keluarganya
• Jika terpasang ETT / LMA: pastikan posisi terpasang
dengan benar
• Sirkulasi
• Elektrokardiogram (EKG) untuk pasien dengan
penyakit kardiovaskular yang signifikan
• Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung setiap 5
menit (kecuali dikontraindikasikan)
• Pasien dengan anestesi umum: semua hal di atas
ditambah evaluasi kontinu fungsi sirkulasi dengan:
palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung, tekanan intra-
arteri, oksimetri.
• Temperatur tubuh
• Pencatatan data untuk sedasi berat / dalam:
• Respons terhadap perintah verbal atau stimulus yang lebih
intens (kecuali dikontraindikasikan)

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 11


• Pemantauan karbondioksida yang diekspirasi untuk semua
pasien
• EKG untuk semua pasien

• Personel / petugas
• Sebaiknya terdapat petugas anestesi non-dokter yang ikut hadir dalam
proses anestesi, bertugas untuk memantau pasien sepanjang prosedur
berlangsung.
• Memiliki kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan napas,
melakukan ventilasi tekanan positif, dan resusitasi (bantuan hidup
lanjut) selama prosedur berlangsung.
• Petugas ini boleh membantu dengan melakukan tugas-tugas ringan
lainnya saat pasien telah stabil
• Untuk sedasi berat / dalam: petugas yang melakukan pemantauan tidak
boleh diberikan tugas / pekerjaan lain.

• Pemulihan pasca sedasi


• Observasi sampai pasien terbebas dari risiko depresi sistem
kardiorespirasi
• Oksigenasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien
terbebas dari risiko hipoksemia
• Ventilasi dan sirkulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai
pasien diperbolehkan pulang.
• Gunakan kriteria pemulangan yang sesuai untuk meminimalisir risiko
depresi kardiovaskular / pernapasan setelah pasien dipulangkan.

• Oksigen tambahan
• Tersedianya peralatan oksigenasi
• Pemberian oksigen tambahan jika terjadi hipoksemia
• Untuk sedasi berat / dalam: pemberian oksigen kepada semua pasien
(kecuali dikontraindikasikan)

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 12


H. MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN OLEH TIM ANESTESI
Untuk mencapai terwujudnya keselamatan pasien yang optimal, dokter
anestesiologi bertanggungjawab terhadap hal-hal berikut ini:
1. Manajemen Kepegawaian
Dokter Anestesiologi harus memastikan terlaksananya penugasan dokter dan
petugas non-dokter yang kompeten dan berkualitas dalam melakukan tindakan
anestesi/sedasi ringan maupun pemantauan anestesi kepada setiap pasien.
2. Evaluasi Pre-anestesi Pasien
a. Suatu evaluasi pre-anestesi memungkinkan terwujudnya perencanaan
anestesi yang baik, di mana perencanaan tersebut juga
mempertimbangkan kondisi dan penyakit pasien yang dapat
mempengaruhi tindakan anestesi.
b. Meskipun petugas non-dokter dapat berkontribusi dalam pengumpulan
dan pencatatan data pre-operatif pasien, dokter anestesiologilah yang
memegang tanggung jawab terhadap evaluasi keseluruhan pasien.
c. Dokter anestesiologi melakukan kunjungan pra-anestesi kepada pasien
yang akan dilakukan tindakan operasi.
3. Perencanaan Tindakan Anestesi
a. Dokter Anestesiologi bertanggungjawab dalam menyusun rencana
tindakan anestesi yang bertujuan untuk mewujudkan kualitas
pelayanan pasien yang terbaik dan tercapainya keselamatan pasien
dengan optimal.
b. Dokter Anestesiologi melakukan diskusi dengan pasien (jika kondisi
pasien memungkinkan) mengenai risiko tindakan anestesi, keuntungan
dan alternatif yang ada, dan memperoleh izin persetujuan tindakan
(informed consent)
c. Dokter anestesiologi melakukan kunjungan pra-anestesi kepada pasien
yang akan dilakukan tindakan operasi.
d. Ketika terdapat situasi di mana suatu bagian dari layanan anestesi akan
dilakukan oleh petugas anestesi kompeten lainnya, Dokter
anestesiologi harus memberitahukan kepada pasien bahwa

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 13


pendelegasian tugas ini termasuk dalam pelayanan anestesi oleh Tim
Anestesi.
4. Manajemen Tindakan Anestesi
a. Manajemen tindakan anestesi bergantung pada banyak faktor,
termasuk kondisi medis setiap pasien dan prosedur yang akan
dilakukan.
b. Dokter Anestesiologi harus menentukan tindakan anestesi.
c. Dokter Anestesiologi dapat mendelegasikan pemantauan kepada
dokter/perawat/bidan, dengan syarat kualitas pelayanan pasien dan
keselamatan pasien tetap terjaga dengan baik, tetap berpartisipasi
dalam bagian-bagian penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia
untuk menangani situasi emergensi dengan cepat
5. Perawatan Pasca-anestesi
a. Perawatan pasca-anestesi rutin didelegasikan kepada perawat.
b. Evaluasi dan tatalaksana komplikasi pasca-anestesi merupakan
tanggung jawab dokter anestesiologi.
6. Konsultasi Anestesi
Seperti jenis konsultasi medis lainnya, tidak dapat didelegasikan kepada non-
dokter.

I. MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN DALAM PENGGUNAAN


SEDASI RINGAN DAN MODERAT OLEH DOKTER/PERAWAT/BIDAN
1. Dokter Anestesiologi yang mengawasi bertanggungjawab akan semua aspek
yang terlibat selama perawatan pasien (pre-, intra-, dan pasca-prosedur).
2. Saat pasien disedasi, dokter Anestesiologi yang bertanggungjawab harus hadir
/ mendampingi di ruang tindakan.
3. Praktisi yang melakukan sedasi harus terlatih dengan baik dalam mengevaluasi
pasien sebelum prosedur dilakukan untuk mengenali kapan terdapat
peningkatan risiko anestesi.
4. Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi untuk
menolak berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka merasa tidak

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 14


kompeten dalam melakukan suatu tindakan anestesi dan terdapat
kemungkinan dapat membahayakan pasien / menurunkan kualitas pelayanan
pasien.
5. Dokter Anestesiologi yang mengawasi bertanggungjawab memimpin timnya
dalam situasi emergensi di mana diperlukan tindakan resusitasi, termasuk
manajemen jalan napas.
6. Sertifikat ACLS merupakan standar persyaratan minimal yang harus dimiliki
oleh praktisi yang melakukan sedasi / anestesi dan dokter non-anestesi yang
mengawasinya.

J. PENGAWASAN TERHADAP PERAWAT/BIDAN OLEH DOKTER


BEDAH1
1. Istilah ‘dokter bedah’ di sini mengacu pada dokter non-anestesi yang terlatih,
memiliki SIP, dan terpercaya dalam mengawasi perawat/bidan untuk
perawatan perioperatif.
2. Semua pelayanan anestesi umum dan lokal memberikan peningkatan risiko
kepada pasien dan karenanya butuh pemantauan dari dokter Anestesiologi.
3. Beberapa program studi / pelatihan pembedahan memberikan pendidikan
anestesi spesifik, seperti residen oromaksilofasial. Akan tetapi, tidak ada
program studi / pelatihan pembedahan, kedokteran gigi, pediatrik, atau
program studi non-anestesi lain yang dapat memberikan pelatihan yang
memadai mengenai anestesiologi, yang memungkinkan lulusannya kompeten
dalam melakukan supervisi medis (jika dibandingkan dengan standar
kompetensi yang dimiliki oleh anestesiologis).
4. Dokter bedah masih tetap bisa berperan dalam keselamatan pasien dan kualitas
pelayanan pasien dengan bertanggungjawab secara medis dalam semua
perawatan perioperatif.
5. Komplikasi anestesi membutuhkan penanganan segera dari dokter
Anestesiologi.
6. Regulasi dan kebijakan setempat tidak ‘mewajibkan’ dokter bedah untuk
mensupervisi petugas anestesi non-dokter.

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 15


7. Di mana dibutuhkan evaluasi medis pre-operatif atau resusitasi intraoperatif
akibat komplikasi, dokter Anestesiologi harus mendampingi dan mengawasi
petugas kesehatan perioperatif, termasuk perawat.
8. Untuk mengoptimalisasi keselamatan pasien, dokter Anestesiologi adalah
dokter yang paling tepat untuk mengawasi semua perawatan perioperatif yang
berkaitan dengan tindakan anestesi.

K. PELAYANAN ANESTESI SELAMA PROSEDUR INTERVENSI


DENGAN RASA NYERI UNTUK DEWASA
1. Sebagian besar pelaksanaan prosedur dengan nyeri minor tidak memerlukan
pelayanan anestesi selain anestesi lokal.
2. Contoh prosedur ini adalah:
a. injeksi steroid epidural
b. epidural blood patch
c. trigger point injection
d. injeksi sendi sakroiliaka
e. bursal injection
f. blok saraf oksipital (occipital nerve block)
g. facet injection
3. Penggunaan anestesi umum untuk prosedur yang menimbulkan nyeri minor
hanya dibenarkan dalam kondisi-kondisi khusus, di mana diperlukan
perawatan / layanan anestesi yang terampil dan terlatih.
4. Berikut adalah kondisi-kondisi yang memerlukan layanan anestesi khusus:
a. Komorbiditas mayor
b. Gangguan mental / psikologis yang membuat pasien tidak kooperatif
5. Penggunaan sedasi dan obat anestesi lainnya harus seimbang dengan potensi
risiko / bahaya yang diakibatkan dari pelaksanaan prosedur dengan nyeri
minor terhadap pasien dengan anestesi umum, terutama pada pasien yang
menjalani prosedur tulang belakang servikal.

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 16


6. Prosedur yang berkepanjangan (lama) dan atau nyeri sering memerlukan
sedasi intravena dan penggunaan monitor anestesi (Monitored Anesthesia
Care-MAC). Prosedur ini meliputi:
a. Blok saraf simpatis (ganglion stelata, fleksus seliaka, paravertebral
lumbal)
b. Ablasi radiofrequency (R/F)
c. Diskografi (discography)
d. Disektomi perkutan
e. Trial spinal cord stimulator lead placement

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 17


BAB III
TATA LAKSANA

1. PENATALAKSANAAN ANESTESI/ANALGESIA
A. Prinsip Umum
Semua tindakan anestesi hendaknya dikelola dan disupervisi oleh Dokter
Spesialis Anestesiologi
a. Evaluasi Pre-anestesi pasien
a) Suatu evaluasi pre-anestesi memungkinkan terwujudnya
perencanaan anestesi yang baik, dimana perencanaan tersebut juga
mempertimbangkan kondisi dan penyakit pasien yang dapat
mempengaruhi tindakan anestesi.
b) Meskipun petugas non dokter dapat berkontribusi dalam
pengumpulan dan pencatatan data pre-operatif pasien,
anestesiologislah yang memegang tanggung jawab terhadap
evaluasi keseluruhan pasien.
c) Setiap pasien yang akan dilaukan tindakan pembedahan atau
operasi maka akan dilakukan kunjungan atau visite pra anestesi
b. Perencanaan Tindakan Anestesi
a) Anestesiologis bertanggung jawab dalam menyusun rencana
tindakan anestesi yang bertujuan untuk mewujudkan kualitas
pelayanan pasien yang terbaik dan tercapainya keselamatan pasien
dengan optimal.
b) Anestesiologi sebaiknya melakukan diskusi dengan pasien (jika
kondisi pasien memungkinkan) mengenai risiko tindakan anestesi,
keuntungan dan alternatif yang ada, dan diperoleh izin persetujuan
tindakan (informed consent)
c) Ketika terdapat situasi dimana suatu bagian dari layanan anestesi
akan dilakukan oleh petugas anestesi kompeten lainnya, spesialis
anestesi harus memberi tahukan kepada pasien bahwa

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 18


pwndelegasian tugas ini termasuk dalam pelayanan anestesi oleh
tim anestesi.
c. Manajemen Tindakan Anestesi
a) Manajemen tindakan anestesi tergantung pada banyak faktor,
termasuk kondisi medis setiap pasien dan prosedur yang akan
dilakukan.
b) Anestesiologis dapat mendelegasikan kepada perawat, dengan
syarat kualitas pelayanan pasien dan keselamatan pasien tetap
terjaga dengan baik, tetap berpartisipasi dalam bagian-bagian
penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia untuk menangani
situasi emergensi dengan cepat.
d. Pemantauan selama Anestesi/Analgesia/Intra Anestesi
a) Pemantauan yang ketat merupakan suatu keharusan untuk
mencegah kecelakaan
b) Pemantauan ini harus pada selang waktu yang sering dan teratur
(setiap 15 menit) kecuali bila secara teknis tidak memungkinkan.
 Ventilasi
Palpasi atau observasi, balon, reservoir atau auskultasi bunyi
nafas
 Sirkulasi
Diukur tekanan darah dan palpasi frekuensi nadi atau
auskultasi denyut jantung
Pada operasi besar atau lama atau pada resiko tinggi
seyogyanya untuk menggunakan oksimeter pulsa
 Oksigen
Oksigenisasi darah pasien di pantau dengan memperhatikan
warna kuku, selaput lender, warna darah dan dianjurkan
memakai oksimeter pulsa.
c) EKG
Pemantauan kontinyu hendaknya dilakukan pada operasi besar
atau lama atau pada pasien dengan resiko tinggi, dimulai sejak

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 19


permulaan induksi anesthesi sampai pasien siap meninggalkan
kamar operasi
d) SUHU
Pada setiap pemberian anestesi hendaknya segera dilakukan
pengukuran suhu tubuh bila diperlukan.
e) URINE
Pada setiap operasi besar dipantau
e. Keamanan Pasien Selama Anestesi/Analgesia
a) Mesin anestesi harus diperiksa, diuji dan dipastikan berfungsi
b) Bilang menggunakan elektrocouter atau peralatan listrik lainnya
yang menimbulkan bunga api, selama prosedur tindakan sebaiknya
zat yang tidak mudah terbakar yang digunakan.
c) Laringskop, pipa jalan nafas, kantong nafas, sungkup muka, pipa
trakeal dan semua alat anestesi/algesia yang berhubungan langsung
dengan pasien hendaknya dicuci setiap sesudah prosedur
f. Bantuan Tenaga yang diperlukan untuk pelaksanaan Anesthesia
tau Analgesia
A. Bantuan untuk dokter / pengelola anestesi/analgesia perlu untuk
pelaksanaan anestesi yang efisien dan aman.
a. Kehadiran tenaga bantuan (missal perawat) diperlukan terutama
selama persiapan induksi dan pengakhiran anestesi/analgesia
b. Tenaga bantuan siap datang segera apabila sewaktu-waktu ada
tindakan anestesi/analgesia
B. Tenaga bantuan berada dalam pengawasan dokter anestesi

2. PENATALAKSANAAN PASIEN PULIH DARI ANESTESI / POST


ANESTESI
a. Setelah pengakhiran anestesi pasien dievaluasi untuk penatalaksanaan
pasca anestesi khusus. Pasien dikirim ke kamar pulih untuk pemantauan
parameter fisiologis yang diperlukan oleh tenaga terlatih

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 20


b. Penatalaksanaan pasien dan evaluasi kondisinya untuk keluar dari kamar
pulih dilakukan di bawah supervise dokter anestesi
c. Sebelum dipindahkan ke tempat lain, pasien harus dalam keadaan stabul
berdasarkan Aldrette Score untuk general anestesi.

PENILAIAN ALDRETTE SCORE


a. Pergerakan Anggota Badan Nilai
- Gerak bertujuan 2
- Gerak tak bertujuan 1
- Diam 0
b. Pernafasan Nilai
- Nafas baik, adekuat, menangis 2
- Nafas depresi ruangan 1
- Nafas perlu dibantu 0
c. Sirkulasi Nilai
- Tekanan darah berubah di bawah 20% 2
- Tekanan darah berubah 20% - 50% 1
- Tekanan darah berubah diatas 50% 0

d. Warna kulit Nilai


- Merah jambu 2
- Pucat 1
- Sianosis 0

e. Kesadaran Nilai
- Sadar Penuh 2
- Bereaksi 1
-Tak Bereaksi 0

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 21


d. Untuk pasien – pasien dengan regional anestesi digunakan bormage score :
PENILAIAN DENGAN BORMAGE SCORE
N KRITERIA SCORE
O
1 Dapat mengangkat tungkai 0
bawah
2 Tidak dapat menekuk lutut 1
tetapi dapat mengangkat
kaki
3 Tidak dapat mengangkat 2
tungkai bawah tetapi
masih dapat menekuk lutut
4 Tidak dapat mengangkat 3
kaki sama sekali

PENILAIAN DENGAN RAMSEY SCORE (SEDASI)

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 22


BAB IV
DOKUMENTASI

A. Palayanan Anestesi
1. Pelayanan Anestesi hanya dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis Anestesi yang
sudah melalui proses kredensial dan mendapat SK dari Direktur Rumah Sakit
Permata Insani
2. Pelayanan Anestesi di pimpin oleh kepala anestesi melalui pemilihan dan
diketahui Komite Medik
3. Pelayanan anestesi di RS Permata Insani disediakan secara teratur dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien
4. Anestesi disediakan secara memadai baik dari segi ketenagaan, maupun
fasilitas
5. Semua pelayanan Anestesi yang dilakuakn di Rumah Sakit Permata Insani
harus di dokumentasikan lengkap oleh dokter spesialis anestesi dalam form
anestesi dan dimasukan kedalam rekam medis pasien
6. Rekam Medik Anestesi harus di lengkapi pada akhir setiap prosedur. Semua
bagian / isian dari form Anestesi yang mencangkup :
a. Preanestesi di isi di ruang rawat pasien, pada saat dokter spesialis anestesi
melihat pasien sebelum operasi
b. Preinduksi
c. Intra Operatif
d. Post operasi sebelum keluar dari ruang operasi/sebelum pindahah ke RR
7. Sebelum tindakan anestesi di lakukan, pasien harus mendapatkan informasi
yang lengkap dan jelas mengenai prosedur / tehnik anestesi yang akan
dilakukan dan menjelaskan resiko yang mungkin timbul akibat tindakan
anestesi. Informasi tersebut harus disampaikan olek dokter yang akan
melakukan tindakan anestesi dan di setujui oleh pasien secara tertulis
(informed consent+form penjelasan)

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 23


8. Asesmen pra anestesi pasien dilakukan untuk mengevaluasi resiko dan
ketepatan anestesi bagi pasien dengan mempertimbangkan kondisi dan
penyakit pasien
9. Dalam pelaksaan dokter spesialis anestesi dapat di bantu oleh perawat kamar
operasi dibawah pengawasan dokter anasthesi.
10. Observasi dan perawat post anestesi, termasuk informasi kontak telepon dokter
yang bersangkutan bila terjadi komplikasi atau gangguan lain.
11. Setiap pasien yang akan dilakukan anestesi harus dilihat/ diperiksa terlebih
dahulu 1 hari, atau sebelum tindakan anestesi dilakukan dan diisertai
kelengkapan hasil pemeriksaan penunjang
12. Pelayanan anestesi di sediakan 24 jam termasuk dalam kasus emergency.
13. Pelayanan anestesi pendampingan termasuk sedasi moderat dan dalam.
14. Pengaturan jaga dokter spesialis anestesi di atur oleh SMF anestesi.
15. Pelayanan dokter anestesi meliputi pra anestesi, intra anestesi dan post
anestesi.
16. Jenis-jenis pelayanan anestesi meliputi, pelayanan anestesi local, spinal,
umum, combine dan efidural.
17. Dokter spesialis anestesi mempunyai hak untuk menunda operasi dengan
alasan medik demi kepentingan pasien.
18. Pelayanan anestesi yang dilakukan tanpa pendampingan atau bukan oleh
dokter spesialis anestesi, tanggung jawab keselamatan pasien oleh dokter yang
menginstruksikan.
19. Setiap sebelum tindakan operasi, setiap pasien wajib mendapatkan informasi
tentang anestesi yang dilakukan.
20. Dokter anestesi bertanggung jawab dalam melakukan pengkajian pra anestesi
untuk rencana tindakan anestesi.
21. Pengkajian pre anestesi meliputi (sesuai IDSAI)
a. Mempelajari rekam medik
b. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
c. Mempelajari hasil penunjang dan konsultasi
d. Menentukan resiko anestesi

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 24


e. Menentukan rencana pelayanan anestesi, termasuk metode, obat, persiapan
pasien dan premedik yang diperlukan.
22. Post operasi, sebelum keluar dari ruang operasi / sebelum pindah ke Recovery
Room (RR)
a. Waktu tiba dan keluar dari recovery room
b. Pasien pindah dari recovery room menggunakan kriteria aldrette, dan
penilaian akhir dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.
c. Observasi dan perawatan pasca anestesi, termasuk informasi kontak telepon
dokter yang berdangkutanbila terjadi komplikasi atau gangguan lain
23. Anestesi pada anak-anak
Tujuan pemberian anestesi pada anak :
a. Untuk memberikan pelayanan anestesi yang aman bagi anak Anda.
b. Untuk mengurangi kecemasan dan stes anak
c. Untuk menyediakan, bila diperlukan, rencana efektif untuk pengendalian
rasa sakit setelah operasi.
Anak-anak menerima teknik anestesi yang sama seimbang sebagai orang
dewasa yang membedakan adalah dosis, dan usia anak. Mereka harus di
hitung berdasarkan berat atau masa tumbuh. Obat pada dasarnya sama.
Mereka menerima obat penenang ringan, narkotik, relaksan otot, inhalasi
gas, tergantung pada prosedur.
24. Anestesi dapat diberikan kepada pasien elektif maupun cito
25. Dokumentasi hasil monitoring setiap 15 menit atau kurang bila ada kegawatan.

Brebes, 01 Juni 2019


Direktur

dr. H. Ahmad Ali Syaefuddin

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI RSIAPI 2017 25

Anda mungkin juga menyukai