Nomor : 233.a/KEP-DIR/RSIAH/XII/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
1. Anestesiologi adalah ilmu kedokteran yang pada awalnya menghilangkan nyeri dan
rumatan pasien sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Anestesiologi adalah juga suatu ilmu kedokteran yang melibatkan :
a. Evaluasi pasien Pre operatif.
b. Rencana tindakan Anestesi.
c. Perawatan intra dan pasca operatif.
d. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya.
e. Konsultasi perioperatif.
f. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tak diinginkan
g. Tatalaksana nyeri akut dan kronis Perawatan pasien dengan sakit berat / kritis.
B. Tujuan
1. Tersedianya pelayanan anestesi dan bedah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
memenuhi standar di rumah sakit, standar nasional, undang-undang dan standar
profesional
3. Memenuhi kebutuhan pasien terhadap pelayanan anestesi dan bedah dengan tujuan
mengurangi risiko dan keselamatan pasien.
C. Manfaat
1
1. Panduan ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat
dalam tata kelola rawat jalan anestesi. Ini adalah pedoman minimal yang dapat
dikembangkan kapanpun dengan berdasarkan pada pertimbangan / kebijakan
petugas anestesi yang terlibat.
2. Standar pelayanan medis anestesi merupakan ketentuan-ketentuan atau
persyaratan minimum untuk pelayanan anestesi dan reanimasi. Standar bersifat
absolut yang harus dilakukan oleh dokter anestesi.
BAB II
2
RUANG LINGKUP
A. Pelayanan Anestesiologi:
1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesi dan sedasi moderat dan dalam yang aman,
efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan,
prosedur medis atau mendapat trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan
stres psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, kardiovaskular dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
B. Jenis Anestesi
1. Anestesi lokal: tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengapliaksikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran.
2. Anestesi regional: hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh untuk sementara pada
impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel) dengan fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya
tetapi pasien tetap sadar.
3. Anestesi umum : hilangnya kesadaran dimana pasien tidak sadar, bahkan dengan
pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
patensi jalan napas, dan mungkin membutuhkan ventilkasi tekanan positip karena tidak
adekuatnya ventilasi spontan / fungsi kardiovaskuler dapat terganggu.
3
C. Jenis Sedasi
1. Sedasi Ringan / minimal : kondisi dimana pasien masih dapat merespons dengan
normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat
terganggu ventilasi dan fungsi kardiovaskuler tidak terpengaruh.
2. Sedasi sedang ( pasien sadar) : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respon terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk
mempertahankan patensi jalan napas, dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi
kardiovaskuler biasanya terjaga dengan baik.
3. Sedasi berat / dalam : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respon terhadap stimulus berulang / nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat
terganggu/ tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas. Fungsi kardiovaskuler biasanya terjaga dengan
baik.
D. Reanimasi
Reanimasi adalah upaya untuk mengembalikan fungsi motorik dan sensorik pasien paska
anestesi.
4
BAB III
TATA LAKSANA
2. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi yang memadai oleh dokter anestesi, sebelum
dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.
4. Rencana anestesi dibuat oleh dokter anestesi dan didiskusikan dengan pasien
kemudian mendapat persetujuan pasien, dicatat diberkas rekam medis pasien.
5. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesi dengan pemilihan jenis anestesi
lokal, anestesi spinal dan anestesi umum.
1. Premedikasi : obat-obat sedatif dapat diberikan pada masa pre operatif untuk
mengurangi kecemasan sebelum dilakukan anestesi dan pembedahan serta menambah
aksi agen-agen anestetik. Pemilihan obat tergantung pada pasien, pembedahan yang
akan dilakukan dan keadaan tertentu, misalnya kebutuhan pasien dengan penbedahan
darurat berbeda dengan pasien elektif.
3. Prosedur radiologi : beberapa pasien terutama anak-anak dan pasien cemas yang
tidak dapat mentolerir tindakan radiologi yang lama dan tidak nyaman tanpa sedasi.
5
C. Kelompok Populasi Pasien Anestesi
Pelayanan anestesi diperuntukkan untuk kelompok pasien dewasa, anak anak/ pediatrik,
bayi maupun usia lanjut.
Pelayanan anestesi dapat dilakukan di Kamar Bedah, ruang tindakan, Instalasi Gawat
Darurat maupun ruang Intensif Care Unit, dengan pelayanan 24 jam.
E. Standar Ketenagaan
1. Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan anestesi adalah dokter spesialis
anestesi
Dokter spesialis anestesi (SpAn) yang berpraktik di RSIA Hermina Jatinegara,
merupakan anggota Ikatan Dokter Spesialis Anestesi Seluruh Indonesia (IDSAI) dan
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang
dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia dan Surat Ijin Praktik (SIP) dari Dinas
Kesehatan, dengan standar kompetensi :
6
- pengembangan, implementasi dan memelihara kebijakan dan prosedur,
- pengawasan administratif dan memelihara program pengendalian mutu pelayanan
anestesi,
- merekomendasikan tenaga anestesi dari luar rumah sakit untuk pelayanan anestesi
dan
- pemantauan seluruh pelayanan anestesi
3. Dalam hal kondisi tertentu atau darurat, dimana tim pelayanan anestesi tidak bisa
melaksanakan pelayanan maka Kepala Tim Pelayanan Anestesi dapat memberikan
rekomendasi kepada Direktur RS, untuk penunjukan dokter spesialis anestesi pengganti
diluar tim.
1. Standar Peralatan
a. Mesin anestesi, dengan peralatan esensial mencakup :
1) Flowmeter dan Vaporizer yang terkalibrasi baik untuk pemberian obat-obat
anestesi inhalasi secara akurat.
2) Sistem pernafasan yang memadai untuk memastikan penyampaian oksigen dan
gas anestesi kepada setiap pasien.
3) Sistem pencegahan terhirupnya kembali gas buang (CO2)
4) Sistem pernafasan untuk pediatrik jika diperlukan.
5) Alat pengaman yang harus tersedia di setiap mesin anestesi yaitu sistem
6) pengaman gas medis yang dapat mencegah kekeliruan sambungan gas, dan
katup pembebas tekanan yang berlebihan (high pressure relief valve).
b. Alat penghisap.
Harus tersedia alat penghisap, lengkap dengan kateter hisap.
7
10) Forseps Magill dan tampon faring.
11) Beberapa ukuran plester / pita perekat medis.
12) Pelicin steril untuk endotrakeal.
13) Turniket untuk pemasangan akses vena.
14) Peralatan infus intravena dengan berbagai ukuran kanul intravena dan
berbagai macam cairan infus yang sesuai.
15) Sistem pembuangan untuk bahan-bahan yang terkontaminasi cairan
biologis, benda tajam dan pecahan kaca / gelas.
d. Peralatan yang harus segera tersedia jika diperlukan sewaktu- waktu, yaitu :
1) LMA untuk menanggulangi kesulitan intubasi.
2) Peralatan untuk infus cairan secara cepat.
3) Defibrilator jantung dengan kemampuan kardioversi sinkron (synchronised
cardioversion)
4) Peralatan untuk melakukan blok subaraknoid dan epidural.
e. Fasilitas lain untuk keamanan tindakan anestesi, meliputi:
1) Penerangan yang cukup untuk melakukan pemantauan klinis pasien.
2) Penerangan darurat dan sumber listrik darurat.
3) Telepon / interkom untuk berkomunikasi dengan orang di luar kamar operasi.
4) Alat pendingin untuk penyimpanan cairan, obat-obatan dan produk biologik.
5) Alat pengatur suhu ruangan untuk mempertahankan suhu kamar operasi antara
18-28C.
6) Troli atau tempat tidur transfer pasien.
8
H. Standar Pelaksanaan Pelayanan Anestesi
9
5) Memeriksa sekali lagi keadaan pasien, melakukan anamnesis serta Melakukan
tindakan anestesi dengan dibantu oleh perawat anestesipemeriksaan fisis ulang
sesuai keperluan. Bila perlu menerangkan kembali tindakan yang akan dilakukan.
6) Memeriksa atau melakukan persiapan pasien misalnya akses intravena dengan
kanul intravena yang sesuai, melakukan pemberian cairan perioperatif sesuai
kebutuhan.
2) Anestesi regional
a) Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
b) Melakukan asepsis / antisepsis
c) Melakukan penyuntikan sesuai dengan pedoman ilmiah yang berlaku.
d) Melakukan uji keberhasilan anestesi regional dengan anamnesis dan atau
sekurang-kurangnya uji cubit kulit.
e) Mengantisipasi dan menangani hipotensi, dengan vasopresor: efedrin atau
pemberian cairan.
f) Melakukan pemantauan selama anestesi
g) Melakukan pemantauan oksigenasi dengan saturasi oksigen dan klinis.
h) Melakukan pemantauan sirkulasi dengan memantau EKG, denyut nadi dan
tekanan darah secara berkala, sekurang-kurangnya tiap 5 menit.
i) Melakukan pencatatan pada status anestesi.
10
Menjaga keselamatan pasien pasca anestesi dengan memantau keadaan umum,
sistem pernafasan, kardiovaskular, kesadaran, kemampuan motorik.
Waktu : Setelah pengakhiran anestesi dan atau ekstubasi.
BAB IV
DOKUMENTASI
11
Dokumentasi merupakan suatu faktor dalam pengelolaan yang berkualitas dan menjadi
tanggung jawab dokter spesialis anestesi. Meskipun merupakan suatu proses
berkesinambungan, biasanya anestesi dianggap terdiri dari komponene-komponen pra
anestesi, peri-anestesi, dan pasca anestesi. Pengelolaan anestesi hendaknya didokumentasikan
untuk mencerminkan komponen-komponen dan memudahkan untuk dipelajari kembali.
A. Evaluasi
1. Pra-anestesi :
a. Anamnesis pasien untuk mempelajari : Riwayat medis, riwayat alergi, riwayat asma
atau obat-obatan, riwayat anestesi dan masalahnya, riwayat medikasi dan
kebiasaan/habituasi.
b. Pemeriksaan fisis yang tepat.
c. Kajian data diagnostik obyektif (misal : laboratorium, EKG, sinar X).
d. Penentuan status fisis ASA. Klasifikasi status fisis ASA telah terbukti secara umum
berkorelasi dengan laju mortalitas perioperatif.
e. Diskusi tentang rencana anestesi dengan pasien dan / atau orang dewasa yang
bertanggung jawab dan dibuat surat persetujuan tindakan medik sesuai ketentuan
yang berlaku.
2. Peri-anestesi :
a. Kaji ulang segera sebelum dimulainya prosedur anestesi : reevaluasi pasien,
pengecekan perlengkapan, obat-obatan dan pasokan gas medis.
b. Pemantauan pasien ( pencatatan tanda-tanda vital ).
c. Posisi pasien.
d. Jenis, jumlah dan waktu pemberian semua obat dan bahan yang digunakan.
e. Jenis, jumlah dan waktu pemberian cairan intra vena, mencakup darah dan produk
darah serta jumlah urine yang keluar.
f. Teknik yang digunakan.
g. Peristiwa tidak lazim selama periode anestesi.
h. Kondisi pasien pada akhir anestesi.
3. Pasca-anestesi :
a. Evaluasi pasien pada saat masuk dan keluar dari ruang pulih sadar.
b. Catat tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran secara kronologis.
c. Catat semua jenis dan dosis obat yang diberikan.
d. Catat jenis dan jumlah cairan intravena yang diberikan, termasuk darah dan
produk darah.
e. Catat peristiwa tidak lazim yang mencakup komplikasi pasca anestesi atau
pasca tindakan.
12
f. Catat intervensi tindakan medis yang dilakukan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Desember 2012
Direktur,
13
PERAWATAN ANESTESI DAN BEDAH :
PRA OPERATIF
CITO ELEKTIF
INTRA OPERATIF
( KAMAR OPERASI )
POST OPERATIF
Keterangan :
1. Pra operatif, pasien yang akan dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu menjalani
pra operatif yang bisa berasal dari poliklinik bedah dan juga bisa dari Instalasi Gawat
Darurat ( tindakan cito ).
2. Tindakan operatif dilakukan dikamar operasi setelah mendapat penjelasan dari tim
operator dan pasien sudah menandatangani formulir persetujuan tindakan operatif
yang akan dilakukan, time out dibacakan oleh perawat kamar operasi dihadapan tim
operator.
3. Post operatif, pasien telah menjalani tindakan operatif kemudian pasien dimasukkan
keruang pulih sadar untuk diobservasi, atas persetujuan dokter anestesi pasien boleh
keruang rawat inap bedah.
14
PASIEN
- Ruangan
- ICU
DPJP
Konsul Anestesi
TIDAK ACC
Konsul
Spesialis Lain
Keterangan :
15
PASIEN
- Ruangan
- Gawat Darurat
- ICU
DPJP
Konsul Anestesi
di Poliklinik
Kamar Anestesi
Keterangan :
PASIEN
16
- Rumah
DPJP
Konsul Anestesi
di Poliklinik
Keterangan :
KEGIATAN :
17
KONSULTASI :
- POLIKLINIK ANESTESI
- RUANG RAWAT INAP / ICU
- IGD
PRE OP VISITE :
PERENCANAAN :
EDUKASI :
INFORMED CONSENT:
Keterangan :
RUANG PERSIAPAN
18
Serah Terima Pasien
KAMAR OPERASI
SIGN IN
- Pengecekan Pasien
- Pengecekan Alkes
- Pengecekan Obat-Obatan
TIME OUT
- pengecekan ulang
- berdoa
- induksi
MONITORING
- Monitoring Vital Sign
- Monitoring Perdarahan
- Monitoring Cairan
- Monitoring Urine Output
SIGN OUT
- Pengecekan Pasien Pasca Operasi
- Pengiriman Pasien Ke Ruang Pemulihan
- Serah Terima Pasien Di Ruang Pemulihan
Keterangan :
1. Perawat ruang rawat inap melakukan serah terima pasien dikamar
persiapan kepada perawat kamar operasi.
2. Perawat kamar operasi melakukan sign in yaitu pengecekan
pasien, alat kesehatan dan obat-obatan.
3. Lakukan time out di kamar operasi dihadapan tim operator
yaitu pengecekan ulang tentang kondisi pasien dan perlengkapan operasi kemudian
dokter anestesi melakukan induksi.
4. Dokter anestesi melakukan monitoring vital sign, perdarahan,
cairan dan urine output pasien selama tindakan operasi.
5. Sign out dikamar operasi dengan melakukan pengecekan pasien
pasca operasi dan melakukan pengiriman pasien keruang pemulihan serta serah terima
pasien diruang pemulihan.
19