Anda di halaman 1dari 19

Lampiran : Keputusan Direktur RSIA Hermina Jatinegara

Nomor : 233.a/KEP-DIR/RSIAH/XII/2012

PANDUAN PELAYANAN ANESTESI


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA JATINEGARA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi

1. Anestesiologi adalah ilmu kedokteran yang pada awalnya menghilangkan nyeri dan
rumatan pasien sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Anestesiologi adalah juga suatu ilmu kedokteran yang melibatkan :
a. Evaluasi pasien Pre operatif.
b. Rencana tindakan Anestesi.
c. Perawatan intra dan pasca operatif.
d. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya.
e. Konsultasi perioperatif.
f. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tak diinginkan
g. Tatalaksana nyeri akut dan kronis Perawatan pasien dengan sakit berat / kritis.

2. Pelayanan Anestesi adalah pelayanan sedasi, umumnya dipandang sebagai suatu


rangkaian kegiatan dari sedasi minimal sampai anestesi penuh yang mencakup sedasi
moderat maupun sedasi dalam, merupakan hak khusus yang diberikan kepada
spesialis anestesiologi

B. Tujuan
1. Tersedianya pelayanan anestesi dan bedah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
memenuhi standar di rumah sakit, standar nasional, undang-undang dan standar
profesional

2. Menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien bedah dengan pelayanan anestesi dengan


pemilihan prosedur yang tepat, waktu yang optimal dan dilaksanakan secara aman.

3. Memenuhi kebutuhan pasien terhadap pelayanan anestesi dan bedah dengan tujuan
mengurangi risiko dan keselamatan pasien.

C. Manfaat

1
1. Panduan ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat
dalam tata kelola rawat jalan anestesi. Ini adalah pedoman minimal yang dapat
dikembangkan kapanpun dengan berdasarkan pada pertimbangan / kebijakan
petugas anestesi yang terlibat.
2. Standar pelayanan medis anestesi merupakan ketentuan-ketentuan atau
persyaratan minimum untuk pelayanan anestesi dan reanimasi. Standar bersifat
absolut yang harus dilakukan oleh dokter anestesi.

3. Petunjuk praktik anestesi merupakan petunjuk teknis dalam praktik anestesi


dengan acuan standar pelayanan medis. Petunjuk dapat dianut, dimodifikasikan
atau ditolak sesuai dengan kebutuhan dan keterbatasan klinis.

BAB II

2
RUANG LINGKUP
A. Pelayanan Anestesiologi:

1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesi dan sedasi moderat dan dalam yang aman,
efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan,
prosedur medis atau mendapat trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan
stres psikis lain.

2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, kardiovaskular dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.

3. Melakukan reanimasi / resusitasi (basic, advanced, prolonged life support) pada


kegawatan mengancam nyawa di manapun pasien berada (Ruang Gawat Darurat,
Kamar Bedah, Ruang Pulih, Ruang Terapi Intensif / ICU, dan lain-lain).

B. Jenis Anestesi

1. Anestesi lokal: tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengapliaksikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran.

2. Anestesi regional: hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh untuk sementara pada
impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel) dengan fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya
tetapi pasien tetap sadar.

3. Anestesi umum : hilangnya kesadaran dimana pasien tidak sadar, bahkan dengan
pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
patensi jalan napas, dan mungkin membutuhkan ventilkasi tekanan positip karena tidak
adekuatnya ventilasi spontan / fungsi kardiovaskuler dapat terganggu.

3
C. Jenis Sedasi

1. Sedasi Ringan / minimal : kondisi dimana pasien masih dapat merespons dengan
normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat
terganggu ventilasi dan fungsi kardiovaskuler tidak terpengaruh.

2. Sedasi sedang ( pasien sadar) : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respon terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk
mempertahankan patensi jalan napas, dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi
kardiovaskuler biasanya terjaga dengan baik.

3. Sedasi berat / dalam : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respon terhadap stimulus berulang / nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat
terganggu/ tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas. Fungsi kardiovaskuler biasanya terjaga dengan
baik.

D. Reanimasi

Reanimasi adalah upaya untuk mengembalikan fungsi motorik dan sensorik pasien paska
anestesi.

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. Hal yang harus dilakukan pada Pelayanan Anestesi

1. Instruksi dan persiapan preoperatif.

2. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi yang memadai oleh dokter anestesi, sebelum
dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.

3. Konsultasi preoperatif sesuai indikasi medis.

4. Rencana anestesi dibuat oleh dokter anestesi dan didiskusikan dengan pasien
kemudian mendapat persetujuan pasien, dicatat diberkas rekam medis pasien.

5. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter anestesi dengan pemilihan jenis anestesi
lokal, anestesi spinal dan anestesi umum.

B. Indikasi penggunaan obat-obat sedatif :

1. Premedikasi : obat-obat sedatif dapat diberikan pada masa pre operatif untuk
mengurangi kecemasan sebelum dilakukan anestesi dan pembedahan serta menambah
aksi agen-agen anestetik. Pemilihan obat tergantung pada pasien, pembedahan yang
akan dilakukan dan keadaan tertentu, misalnya kebutuhan pasien dengan penbedahan
darurat berbeda dengan pasien elektif.

2. Pseudo-analgesia : menggambarkan penggunaan obat sedatif dengan anestesi lokal,


misalnya selama pembedahan gigi atau prosedur pembedahan yang menggunakan blok
regional.

3. Prosedur radiologi : beberapa pasien terutama anak-anak dan pasien cemas yang
tidak dapat mentolerir tindakan radiologi yang lama dan tidak nyaman tanpa sedasi.

4. Endoskopi : obat-obat sedatif umumnya digunakan untuk menghilangkan kecemasan


dan memberikan efek sedasi selama pemeriksaan dan intervensi endoskopi.

5. Terapi intensif : pasien-pasien intensif yang menggunakan ventilasi mekanik dan


interfensi terapeutik lain dalam ruang intensif.

6. Anestesi umum : merupakan suatu rangkaian penggunaan obat-obat untuk anestesi


umum.

5
C. Kelompok Populasi Pasien Anestesi

Pelayanan anestesi diperuntukkan untuk kelompok pasien dewasa, anak anak/ pediatrik,
bayi maupun usia lanjut.

D. Tempat dan Waktu Pelayanan Anestesi

Pelayanan anestesi dapat dilakukan di Kamar Bedah, ruang tindakan, Instalasi Gawat
Darurat maupun ruang Intensif Care Unit, dengan pelayanan 24 jam.

E. Standar Ketenagaan

1. Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan anestesi adalah dokter spesialis
anestesi
Dokter spesialis anestesi (SpAn) yang berpraktik di RSIA Hermina Jatinegara,
merupakan anggota Ikatan Dokter Spesialis Anestesi Seluruh Indonesia (IDSAI) dan
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang
dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia dan Surat Ijin Praktik (SIP) dari Dinas
Kesehatan, dengan standar kompetensi :

a. Mampu melakukan pengelolaan perioperatif, yang mencakup kemampuan


melakukan evaluasi dan terapi pre-anestesi, melakukan penatalaksanaan medis
pasien dan prosedur-prosedur anestesi serta kemampuan melakukan evaluasi dan
terapi pasca-anestesi.
b. Mampu melakukan tindakan resusitasi, pengelolaan kardiopulmoner, pengelolaan
intensiv, penatalaksanaan nyeri, dan pengelolaan trauma serta kedaruratan.

2. Dokter spesialis anestesi yang melakukan pelayanan di RSIA Hermina Jatinegara,


setelah mendapat SIP dari Dinas Kesehatan dinilai kewenangan klinis oleh sub komite
kredensial Komite Medik melibatkan mitra bestari, diberikan penugasan klinis dengan
surat keputusan Direktur RS dan selanjutnya dibuat perjanjian kerjasama

3. Dokter spesialis anestesi wajib mengikuti CPD (Continuing Professional


Development) setiap tahun sesuai ketentuan IDSAI dan memperbaharui STR sesuai
undang-undang yang berlaku.

F. Tim Pelayanan Anestesi

1. Di RSIA Hermina Jatinegara pelayanan anestesi dilaksanakan oleh tim anestesi


yang dipimpin oleh Kepala Pelayanan Anestesi yang ditunjuk dengan surat keputusan
Direktur RSIA Hermina Jatinegara

2. Kepala Pelayanan Anestesi memiliki tugas dan tanggung jawab profesional


sebagai berikut :

6
- pengembangan, implementasi dan memelihara kebijakan dan prosedur,
- pengawasan administratif dan memelihara program pengendalian mutu pelayanan
anestesi,
- merekomendasikan tenaga anestesi dari luar rumah sakit untuk pelayanan anestesi
dan
- pemantauan seluruh pelayanan anestesi

3. Dalam hal kondisi tertentu atau darurat, dimana tim pelayanan anestesi tidak bisa
melaksanakan pelayanan maka Kepala Tim Pelayanan Anestesi dapat memberikan
rekomendasi kepada Direktur RS, untuk penunjukan dokter spesialis anestesi pengganti
diluar tim.

G. Standar Penunjang Anestesi

1. Standar Peralatan
a. Mesin anestesi, dengan peralatan esensial mencakup :
1) Flowmeter dan Vaporizer yang terkalibrasi baik untuk pemberian obat-obat
anestesi inhalasi secara akurat.
2) Sistem pernafasan yang memadai untuk memastikan penyampaian oksigen dan
gas anestesi kepada setiap pasien.
3) Sistem pencegahan terhirupnya kembali gas buang (CO2)
4) Sistem pernafasan untuk pediatrik jika diperlukan.
5) Alat pengaman yang harus tersedia di setiap mesin anestesi yaitu sistem
6) pengaman gas medis yang dapat mencegah kekeliruan sambungan gas, dan
katup pembebas tekanan yang berlebihan (high pressure relief valve).

b. Alat penghisap.
Harus tersedia alat penghisap, lengkap dengan kateter hisap.

c. Peralatan anestesi lain yang harus tersedia di setiap kamar operasi.


1) Alat proteksi dari kontaminasi biologik untuk tenaga anestesi, seperti jubah
pelindung, sarung tangan sekali pakai, masker sekali pakai dan pelindung
mata.
2) Sebuah stetoskop.
3) Alat pemantauan untuk tekanan darah non invasif (Non Invasive Blood
Pressure), elektrokardiograf, oksimeter denyut nadi.
4) Sungkup muka dengan berbagai ukuran.
5) Berbagai ukuran pipa orofaring, sungkup laring dan alat bantu jalan nafas
lainnya.
6) Laringoskop dengan berbagai ukuran bilahnya.
7) Berbagai ukuran pipa endotrakeal dan konektor.
8) Stilet / mandrein untuk pipa endotrakeal.
9) Semprit untuk mengembangkan balon endotrakeal.

7
10) Forseps Magill dan tampon faring.
11) Beberapa ukuran plester / pita perekat medis.
12) Pelicin steril untuk endotrakeal.
13) Turniket untuk pemasangan akses vena.
14) Peralatan infus intravena dengan berbagai ukuran kanul intravena dan
berbagai macam cairan infus yang sesuai.
15) Sistem pembuangan untuk bahan-bahan yang terkontaminasi cairan
biologis, benda tajam dan pecahan kaca / gelas.

d. Peralatan yang harus segera tersedia jika diperlukan sewaktu- waktu, yaitu :
1) LMA untuk menanggulangi kesulitan intubasi.
2) Peralatan untuk infus cairan secara cepat.
3) Defibrilator jantung dengan kemampuan kardioversi sinkron (synchronised
cardioversion)
4) Peralatan untuk melakukan blok subaraknoid dan epidural.
e. Fasilitas lain untuk keamanan tindakan anestesi, meliputi:
1) Penerangan yang cukup untuk melakukan pemantauan klinis pasien.
2) Penerangan darurat dan sumber listrik darurat.
3) Telepon / interkom untuk berkomunikasi dengan orang di luar kamar operasi.
4) Alat pendingin untuk penyimpanan cairan, obat-obatan dan produk biologik.
5) Alat pengatur suhu ruangan untuk mempertahankan suhu kamar operasi antara
18-28C.
6) Troli atau tempat tidur transfer pasien.

2. Standar Obat-obat Anestesi


a. Obat-obatan anestesi: propofol, midazolam, ketamin, petidin, morfin, fentanil,
N2O, sevofluran, enfluran, halotan.
b. Obat penunjang anestesi: SA, prostigmin, nalokson, furosemid, analgetik,
antibiotik, dextrose 40%, pitosin, metergin, adona, transamin, dexametason.
c. Obat emergensi: adrenalin, SA, lidokain, efedrin, nitrogliserin, catapres, aminofilin.

3. Standar Pemeriksaan dan Pemeliharaan Rutin Peralatan


a. Ada mekanisme pembersihan, sterilisasi dan penyimpanan rutin untuk
pemeliharaan peralatan.
b. Sekurang-kurangnya 2 kali setahun harus ada servis tercatat untuk mesin anestesi
dan peralatan gas medis oleh lembaga yang berwenang.
c. Ada daftar / checklist pemeriksaan mesin anestesi di setiap mesin anestesi.
4. Standar Ruang Pulih.
a. Ruang: cukup penerangan untuk dapat mengawasi pasien pasca bedah.
b. Alat : O2 dinding atau tabung, alat resusitasi dan intubasi, serta alat emergensi
(penghisap)
c. Obat emergency : adrenalin, SA, prostigmin, nalokson.

8
H. Standar Pelaksanaan Pelayanan Anestesi

1. Pelayanan Pre anestesi


a. Tujuan :
1) Memeriksa kondisi preanestesi serta penetapan status fisis sesuai American
Society of Anesthesiology ( ASA ) sebagai standar dalam memperkirakan resiko
pasien yang akan menjalani pembiusan.
2) Membuat rencana pengelolaan anestesi
3) Memberi informasi kepada pasien atau keluarga tentang pilihan cara anestesi dan
rencana pengelolaan anestesi yang direkomendasikan serta persiapan yang
diperlukan untuk rencana tersebut.

b. Standar pelayanan pre anestesi :


1) Mempelajari rekam medis pasien
2) Melakukan anamnesis untuk membahas riwayat medis, kebiasaan / habituasi,
pengalaman anestesi dan terapi obat terdahulu
3) Melakukan pemeriksaan fisis untuk menilai aspek-aspek kondisi fisis yang dapat
mempengaruhi keputusan berkenaan dengan resiko dan penatalaksanaan peri-
operatif
4) Mempelajari hasil-hasil pemeriksaan penunjang dan hasil konsultasi yang telah
dilakukan.
5) Meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang lain atau konsultasi kepada
dokter ahli lain.

2. Pelayanan selama / durante Anestesi


a. Tujuan :
Sebagai standar tindakan dan pemantauan untuk menjaga keselamatan,
menghilangkan nyeri dan kecemasan pasien serta memudahkan ahli bedah dalam
bekerja

b. Standar pelayanan selama anestesi :


1) Melakukan persiapan anestesi:
2) Memeriksa kelengkapan dan fungsi serta mempersiapkan alat anestesi mencakup
sumber gas anestesi, mesin anestesi, peralatan tindakan anestesi, pemantauan
anestesi dan gawat darurat.
3) Memeriksa dan atau mempersiapkan obat-obatan anestesi yang akan dipakai dan
obat gawat darurat yang diperlukan.
4) Memasang alat pemantauan anestesi (tekanan darah, saturasi oksigen / nadi, dan
EKG).

9
5) Memeriksa sekali lagi keadaan pasien, melakukan anamnesis serta Melakukan
tindakan anestesi dengan dibantu oleh perawat anestesipemeriksaan fisis ulang
sesuai keperluan. Bila perlu menerangkan kembali tindakan yang akan dilakukan.
6) Memeriksa atau melakukan persiapan pasien misalnya akses intravena dengan
kanul intravena yang sesuai, melakukan pemberian cairan perioperatif sesuai
kebutuhan.

c. Melakukan Tindakan Anestesi


1) Anestesi umum :
a) Memberikan premedikasi, di ruang perawatan, ruangan persiapan pasien atau
ruang kamar operasi.
b) Melakukan intubasi bila perlu. Sebelumnya dapat diberikan obat pelumpuh
otot. Obat pelumpuh otot pilihan pada operasi tanpa persiapan / operasi gawat
darurat atau keadaan spasme adalah suksinil kolin. Untuk operasi berjadwal
menggunakan pelumpuh otot nondepolarisasi.
c) Melakukan pemeliharaan anestesi dengan anestesi inhalasi. Pada operasi /
tindakan dalam waktu singkat dapat juga dengan anestesi intravena baik secara
intermiten maupun kontinyu.
d) Pemantauan pada pasien anestesi umum nafas spontan, dengan melihat gerakan
dinding dada atau kembang kempisnya balon mesin anestesi kira-kira sesuai
dengan volume tidal pasien dan laju nafasnya.
e) Mengakhiri anestesi dan melakukan ekstubasi. Pada pasien yang mendapat
obat pelumpuh otot, bila perlu diberikan obat pemulihnya. Ekstubasi dapat
dilakukan dalam keadaan teranestesi maupun sadar dengan ventilasi yang
sudah adekuat.

2) Anestesi regional
a) Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
b) Melakukan asepsis / antisepsis
c) Melakukan penyuntikan sesuai dengan pedoman ilmiah yang berlaku.
d) Melakukan uji keberhasilan anestesi regional dengan anamnesis dan atau
sekurang-kurangnya uji cubit kulit.
e) Mengantisipasi dan menangani hipotensi, dengan vasopresor: efedrin atau
pemberian cairan.
f) Melakukan pemantauan selama anestesi
g) Melakukan pemantauan oksigenasi dengan saturasi oksigen dan klinis.
h) Melakukan pemantauan sirkulasi dengan memantau EKG, denyut nadi dan
tekanan darah secara berkala, sekurang-kurangnya tiap 5 menit.
i) Melakukan pencatatan pada status anestesi.

3. Standar Pelayanan Paska Anestesi


a. Tujuan :

10
Menjaga keselamatan pasien pasca anestesi dengan memantau keadaan umum,
sistem pernafasan, kardiovaskular, kesadaran, kemampuan motorik.
Waktu : Setelah pengakhiran anestesi dan atau ekstubasi.

b. Standar Tindakan Paska Anestesi


1) Melakukan pemindahan pasien dari kamar operasi setelah pasien pasca anestesi
umum dapat bernafas dengan adekuat yang ditandai dengan kembang
kempisnya balon mesin anestesi kira-kira sesuai dengan volume tidal pasien
dan laju nafasnya. Pasien telah berespon normal terhadap perintah verbal.
Pasien bayi / anak telah menangis kuat.
2) Melakukan pendampingan, pemantauan dan membantu pasien selama
pemindahan ke ruang pulih sadar, bila perlu pemantauan dengan alat monitor
secara berkala dan pemberian O2.
3) Setelah tiba di ruang pulih sadar (RR), kondisi pasien dinilai ulang, bersama-
sama dengan perawat.
4) Mengamati dan mencatat secara berkala: kondisi pasien, sistem pernafasan,
kardiovaskular, kesadaran, motorik, dengan menggunakan skor Aldrete.
5) Memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang perawatan dengan skor
Aldrete di atas 9.
6) Membawa langsung pasien pascabedah dengan kondisi kritis ke ICU. Pasien
pascabedah dengan kondisi yang memerlukan observasi lebih ketat tapi tidak
perlu perawatan ICU, dapat dipantau di RR.
7) Pada tindakan bedah dan anestesi ringan, pasien boleh pulang ke rumah setelah
sadar betul dengan skor Aldrete 10, bayi dan anak menangis kuat, bisa makan
bebas, tidak mual-mual atau muntah, bisa mobilisasi bebas dan dapat
menoleransi nyeri.

I. Alur Pelayanan Anestesi (terlampir)

BAB IV

DOKUMENTASI

11
Dokumentasi merupakan suatu faktor dalam pengelolaan yang berkualitas dan menjadi
tanggung jawab dokter spesialis anestesi. Meskipun merupakan suatu proses
berkesinambungan, biasanya anestesi dianggap terdiri dari komponene-komponen pra
anestesi, peri-anestesi, dan pasca anestesi. Pengelolaan anestesi hendaknya didokumentasikan
untuk mencerminkan komponen-komponen dan memudahkan untuk dipelajari kembali.

A. Evaluasi

1. Pra-anestesi :

a. Anamnesis pasien untuk mempelajari : Riwayat medis, riwayat alergi, riwayat asma
atau obat-obatan, riwayat anestesi dan masalahnya, riwayat medikasi dan
kebiasaan/habituasi.
b. Pemeriksaan fisis yang tepat.
c. Kajian data diagnostik obyektif (misal : laboratorium, EKG, sinar X).
d. Penentuan status fisis ASA. Klasifikasi status fisis ASA telah terbukti secara umum
berkorelasi dengan laju mortalitas perioperatif.
e. Diskusi tentang rencana anestesi dengan pasien dan / atau orang dewasa yang
bertanggung jawab dan dibuat surat persetujuan tindakan medik sesuai ketentuan
yang berlaku.

2. Peri-anestesi :
a. Kaji ulang segera sebelum dimulainya prosedur anestesi : reevaluasi pasien,
pengecekan perlengkapan, obat-obatan dan pasokan gas medis.
b. Pemantauan pasien ( pencatatan tanda-tanda vital ).
c. Posisi pasien.
d. Jenis, jumlah dan waktu pemberian semua obat dan bahan yang digunakan.
e. Jenis, jumlah dan waktu pemberian cairan intra vena, mencakup darah dan produk
darah serta jumlah urine yang keluar.
f. Teknik yang digunakan.
g. Peristiwa tidak lazim selama periode anestesi.
h. Kondisi pasien pada akhir anestesi.

3. Pasca-anestesi :
a. Evaluasi pasien pada saat masuk dan keluar dari ruang pulih sadar.
b. Catat tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran secara kronologis.
c. Catat semua jenis dan dosis obat yang diberikan.
d. Catat jenis dan jumlah cairan intravena yang diberikan, termasuk darah dan
produk darah.
e. Catat peristiwa tidak lazim yang mencakup komplikasi pasca anestesi atau
pasca tindakan.

12
f. Catat intervensi tindakan medis yang dilakukan.

B. Pencatatan dan pelaporan:

1. Kegiatan, perubahan-perubahan dan kejadian yang terkait dengan persiapan dan


pelaksanaan pengelolaan pasien selama pra anestesi, pemantauan selama anestesi dan
paska anestesi di ruang pulih dicatat secara kronologis dalam catatan anestesi yang
disertakan dalam berkas rekam medis pasien.
2. Catatan anestesi dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan, diverifikasi dan
ditandatangani oleh dokter spesialis anestesi yang melakukan tindakan anestesi dan
bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
3. Penyelenggaraan pelaporan pelayanan anestesi di rumah sakit sekurang-kurangnya
meliputi teknik anestesi dan jumlahnya : umum, regional, blok saraf.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Desember 2012
Direktur,

Dr. Syafruddin Nasution

1. ALUR PELAYANAN ANESTESI

13
PERAWATAN ANESTESI DAN BEDAH :

PRA OPERATIF

CITO ELEKTIF

(GAWAT DARURAT) (POLI BEDAH)

INTRA OPERATIF

( KAMAR OPERASI )

POST OPERATIF

RUANG PULIH SADAR RUANG RAWAT INAP BEDAH

Keterangan :

1. Pra operatif, pasien yang akan dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu menjalani
pra operatif yang bisa berasal dari poliklinik bedah dan juga bisa dari Instalasi Gawat
Darurat ( tindakan cito ).

2. Tindakan operatif dilakukan dikamar operasi setelah mendapat penjelasan dari tim
operator dan pasien sudah menandatangani formulir persetujuan tindakan operatif
yang akan dilakukan, time out dibacakan oleh perawat kamar operasi dihadapan tim
operator.

3. Post operatif, pasien telah menjalani tindakan operatif kemudian pasien dimasukkan
keruang pulih sadar untuk diobservasi, atas persetujuan dokter anestesi pasien boleh
keruang rawat inap bedah.

2. ALUR PELAYANAN ANESTESI PASIEN PRA OPERASI :

14
PASIEN

- Ruangan

- ICU

DPJP

Konsul Anestesi

Kamar ACC Anestesi

Operasi Pre Op Visite

TIDAK ACC

Konsul

Spesialis Lain

Keterangan :

1. Pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi kemudian DPJP melakukan


konsul pasien kepada dokter anestesi.
2. Hasil pemeriksaan konsul oleh dokter anestesi menyatakan pasien layak untuk
dilakukan tindakan operasi, bila ditunda dengan pertimbangan akan dilakukan konsul
kepada dokter spesialis lain sesuai indikasi sampai ada keputusan dari DPJP, semua akan
ditulis di berkas rekam medis pasien.
3. Dokter anestesi setuju untuk dilakukan operasi dan dilakukan persiapan operasi,
pasien masuk kamar operasi.
4. Paska tindakan operasi pasien keruang pulih sadar, bila kondisi pasien stabil dan
dengan persetujuan dokter anestesi pasien boleh pindah keruang rawat inap, kondisi
pasien perlu pengawasan ketat maka pasien dipindahkan keruang intensive care unit.

3. ALUR PELAYANAN ANESTESI PASIEN CITO OPERASI :

15
PASIEN

- Ruangan

- Gawat Darurat

- ICU

DPJP

Konsul Anestesi

di Poliklinik

Kamar Anestesi

Operasi Pre Op Visite

Keterangan :

1. Pasien datang kepoliklinik oleh DPJP segera dikonsulkan kepada dokter


anestesi dengan kondisi darurat kemudian dilakukan tindakan cito operasi.

2. Pasien kekamar operasi untuk dilakukan tindakan operasi sito.

3. Paska tindakan operasi pasien perlu pengawasan ketat kemudian dirawat ke


ICU oleh instruksi dokter anestesi .

4. ALUR PELAYANAN ANESTESI PASIEN RAWAT JALAN :

PASIEN

16
- Rumah

DPJP

Konsul Anestesi

di Poliklinik

Kamar ACC Anestesi TIDAK ACC

Operasi Pre Op Visite

Pulang Ruangan ICU

Keterangan :

1. DPJP mengkonsulkan pasien kedokter Anestesi dipoliklinik.


2. Dokter anestesi menulis hasil konsul pasien di berkas resume pasien bahwa
setuju / tidak setuju untuk dilakukan tindakan operasi.
3. Dokter anestesi setuju, pasien ke kamar operasi dan bila tidak setuju maka
disarankan untuk dikonsulkan kepada dokter spesialis lain sesuai indikasi atas
pertimbangan DPJP.
4. Paska tindakan operasi pasien ke ruang pulih sadar dan hasil evaluasi
observasi kondisi pasien baik maka pasien boleh dirawat keruang rawat inap, bila pasien
memerlukan pengawasan ketat maka rawat ICU atas persetujuan dokter anestesi.

5. ANESTHESIA AND SURGICAL CARE PRA ANESTESI / PRA SEDASI :

KEGIATAN :

17
KONSULTASI :

- POLIKLINIK ANESTESI
- RUANG RAWAT INAP / ICU
- IGD

PRE OP VISITE :

- CEK RENCANA OPERASI


- PEMERIKSAAN PASIEN
- CEK HASIL PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PERENCANAAN :

- STATUS ANESTESI (ASA)


- TENTUKAN TEKNIK ANESTESI
- TENTUKAN OBAT-OBATAN

EDUKASI :

- KEPADA PASIEN / KELUARGA

INFORMED CONSENT:

Keterangan :

1. Konsultasi pasien di poliklinik anestesi, diruang rawat inap, dan di IGD


kemudian pasien dilakukan pemeriksaan di ICU untuk rencana tindakan operasi.
2. Tim dokter operator melakukan pre op visite dan melihat hasil
laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang yang lain.
3. Dokter anestesi menentukan status anestesi ( ASA) lalu pasien
direncanakan untuk dilakukan teknik anestesi dan obat-obatan
4. Edukasi dilakukan perawat kepada pasien / keluarga untuk persiapan
tindakan operasi, kemudian Tim operator melakukan informed consent kepada pasien.

6. ANESTHESIA AND SURGICAL CARE INTRA ANESTESI / SEDASI :

RUANG PERSIAPAN

18
Serah Terima Pasien

KAMAR OPERASI

SIGN IN

- Pengecekan Pasien
- Pengecekan Alkes
- Pengecekan Obat-Obatan

TIME OUT
- pengecekan ulang
- berdoa
- induksi

MONITORING
- Monitoring Vital Sign
- Monitoring Perdarahan
- Monitoring Cairan
- Monitoring Urine Output

SIGN OUT
- Pengecekan Pasien Pasca Operasi
- Pengiriman Pasien Ke Ruang Pemulihan
- Serah Terima Pasien Di Ruang Pemulihan
Keterangan :
1. Perawat ruang rawat inap melakukan serah terima pasien dikamar
persiapan kepada perawat kamar operasi.
2. Perawat kamar operasi melakukan sign in yaitu pengecekan
pasien, alat kesehatan dan obat-obatan.
3. Lakukan time out di kamar operasi dihadapan tim operator
yaitu pengecekan ulang tentang kondisi pasien dan perlengkapan operasi kemudian
dokter anestesi melakukan induksi.
4. Dokter anestesi melakukan monitoring vital sign, perdarahan,
cairan dan urine output pasien selama tindakan operasi.
5. Sign out dikamar operasi dengan melakukan pengecekan pasien
pasca operasi dan melakukan pengiriman pasien keruang pemulihan serta serah terima
pasien diruang pemulihan.

19

Anda mungkin juga menyukai