IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang melibatkan evaluasi pasien preoperatif,
rencana tindakan anestesi, perawatan intra dan pasca-operatif,manajemen sistem dan petugas
yang termasuk didalamnya, konsultasi perioperatif, pencegahan dan penanganan kondisi
perioperatif yang tak diinginkan, tatalaksana nyeri akut dan kronis, perawatan pasien dengan
sakit berat / kritis,semua pelayanan ini diberikan atau diinstruksikan oleh anestesiologis.
Pedoman ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat dalam tata
kelola rawat jalan anestesi,
American Society of Anesthesiologists (ASA) mendukung konsep pelayanan rawat jalan
untuk pembedahan dan anestesi. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam)
memenuhi standar di rumah sakit, nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Anestesiologis diharapkan memegang peranan sebagai dokter perioperatif di semua rumah
sakit, fasilitas pembedahan rawat jalan, dan berpartisipasi dalam akreditasi rumah sakit
sebagai salah satu sarana untuk menstandarisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
Pelayanan anestesi yang adekuat, reguler dan nyaman (termasuk sedasi moderat dan dalam),
tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
B. TUJUAN
D. BATASAN OPRASIONAL
Pelayanan anestesi (sedasi moderat dan dalam) harus seragam pada seluruh pelayanan
di rumah sakit. Pelayanan anestesi berada dibawah kepemimpinan satu orang atau lebih
yang kompeten. Tanggung jawab anestesiologis yang meliputi pengembangan,
implementasi, dan memelihara/menegakkan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan
dan dilaksanakan. Tanggung jawab untuk memelihara/mempertahankan program
pengendalian mutu yang ditetapkan dan dilaksanakan. Merekomendasikan sumber luar
untuk pelayanan anestesi kalau diperlukan harus ditetapkan dan dilaksanakan. Standar,
Pedoman, dan Kebijakan ASA harus diimplementasikan pada semua kondisi dan
situasi, kecuali pada situasi di mana hal tersebut tidak sesuai / tidak dapat diaplikasikan
pada layanan rawat jalan.
E. LANDASAN HUKUM
Tim pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tim yang
dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter lain dan perawat
anestesi dan/atau perawat (termasuk bidan).
1. Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui
atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP).
2. Dokter lain yaitu dokter spesialis lain dan/atau dokter yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan di bidang anestesiologi atau yang telah bekerja di
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif minimal 1 (satu) tahun.
3. Kepala Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah seorang dokter yang
diangkat oleh Direktur Rumah Sakit Umum Khalishah Palimanan.
4. Perawat anestesi adalah tenaga keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan
dan ilmu keperawatan anestesi.
5. Perawat adalah perawat yang telah mendapat pelatihan anestesia
Pelayanan anestesi (sedasi moderat dan dalam) harus seragam pada seluruh pelayanan
di rumah sakit. Pelayanan anestesi berada dibawa kepemimpinan satu orang atau lebih
yang kompeten.Tanggung jawab anestesiologis yang meliputi pengembangan,
implementasi, dan memelihara/menegakkan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan
dan dilaksanakan. Tanggung jawab untuk memelihara/mempertahankan program
pengendalian mutu yang ditetapkan dan dilaksanakan. Merekomendasikan sumber luar
untuk pelayanan anestesi kalau diperlukan harus ditetapkan dan dilaksanakan. Standar,
Pedoman, dan Kebijakan ASA harus diimplementasikan pada semua kondisi dan
situasi, kecuali pada situasi di mana hal tersebut tidak sesuai / tidak dapat diaplikasikan
pada layanan rawat jalan.
1. Dokter yang berwenang harus dapat dihubungi 24 jam; baik pada kasus-kasus
pelayanan rawat inap, siap sedia menerima telepon / konsultasi dari paramedis
lainnya, availabilitas sepanjang waktu selama penanganan dan fase pemulihan
pasien, hingga pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
2. Fasilitas rumah sakit harus diorganisir, dilengkapi, dan dioperasikan sejalan dengan
regulasi dan kebijakan pemerintah setempat dan nasional. Seluruh struktur
pelayanan, minimalnya, harus memiliki sumber daya oksigen, suction, peralatan
resusitasi, dan obat-obatan emergensi yang dapat diandalkan.
3. Petugas harus memiliki kompetensi dalam perawatan pasien dan mampu
melakukan prosedur-prosedur yang diperlukan dalam suatu rumah sakit, yang
terdiri atas:
a. Petugas profesional
1) Dokter dan sejawat lainnya yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) /
sertifikat yang memenuhi syarat
2) Perawat yang memiliki surat izin dan memenuhi syarat
b. Administratif
c. Kebersihan dan Pemeliharaan Rumah Sakit
A.DISTRIUBUSI KETENEGAAN
Tenaga pelayanan anestesi terbagi menjadi 3 :
1. Ruang Persiapan Anestesi yang dikerjakan oleh penata anestesi untuk melakukan
asesmen ulang kondisi pasien sebelum dilakukan pre-medikasi/pra-sedasi.
2. Kamar operasi, tempat dimulai dan diakhiri tindakan anestesi.
3. Ruang Pemulihan (Recovery Room)
B.PENGATURAN JAGA
Jadwal jaga dokter anestesi dibagi menjadi 7 hari kerja (jadwal jaga terlampir)
\
BAB IIISTANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
11
4 13 14
12
3 3
5 2 1
ecovery room
67
10
8
B.STANDAR FASILITAS
1. Ruang Persiapan ( ruang pre-operasi )
Ruangan tempat untuk transit dimana ditempat ini pasien yang menggunakan
brancar dari ruang perawatan dipindahkan ke brancar khusus kamar bedah. Serta
mengganti baju pasien dengan baju khusus kamar bedah dan memakai penutup
kepala.
2. Koridor Resusitasi Neonatal dan Induksi
Tempat untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pasca operasi sectio caesaria
dan Tempat untuk menunggu dan mengkondisikan pasien yang akan dilakukan
pembedahan.
3. Ruang Bedah
Tempat untuk melakukan tindakan pembedahan .
Mempunyai 2 ruangan yang difasilitasi dengan:
a. Mesin Anestesi 2 buah
b. Monitor Anestesi 2 buah
c. Trolly obat Anestesi 2 buah
d. Mesin Diatermi 1 unit
e. Suction Pump 2 buah
f. Lampu Operasi 2 buah
g. Lampu baca Rongent 1 buah
h. Standar Infus 2 buah
i. Meja Operasi 2 buah
j. Meja Mayo 4 buah
k. Instrument Bedah:
1) Set Laparatomi Kebidanan 2 set
2) Set Bedah Sectio Caesaria 7 set
3) Set Bedah Umum 2 set
4. Ruang Scrub Station
Tempat untuk mencuci tangan personil yang akan melakukan pembedahan,
mempunyai 1 keran air dengan tuas panjang dilengkapi dengan dispenser sabun
antiseptik.
5. Ruang Dokter
Ruangan untuk transit dokter sebelum masuk keruangan dalam instalasi kamar
bedah.
6. Ruang ganti
Tempat untuk mengganti pakaian luar dengan pakaian khusus kamar bedah.
7. Recovery Room(Ruang pemulihan)Tempat perawatan untuk memulihkan keadaan
pasien setelah pembedahan,menampung 2 pasien yang dilengkapi 02.satu monitor
8. Nurse Station
Tempat perawat melakukan observasi pasien diruang RR serta serah terima pasien
dengan ruangan.
9. Ruang Toilet
Tempat MCK Staf instalasi kamar bedah.
Periode tersebut di atas dapat diperpanjang bila perlu selama pasien masih dalam
ancaman bahaya terhadap fungsi vital (jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan kesadaran)
dan atau masih adanya rasa nyeri dan kecemasan berlebihan akibat pembedahan, trauma
atas penyakit lain.
Apabila anestesi yang harus diberikan secara darurat, asesmen pra anestesi dan
asesmen pra induksi dapat segera dilaksanakan secara berurutan atau secara serempak,
tetapi masing-masing didokumentasikan dalam catatan anestesi rekam medis pasien.
1. LEMARI ANESTESIA
a) Alat resusitasi (Ambu Bag, Ventilator) yang sesuai untuk pasien. Juga harus
disediakan alat penghisap dengan kateter yang sesuai.
b) Tabung oksigen yang cukup untuk selama transport ditambah cadangan untuk
60 menit.
c) Sebaiknya Alat — alat bantuan pernafasan (Laringoskop, Tube Trachea, Tube
Oro/Nasopharynxada monitor ECG, Pulse Oxymeter dan Defibrillator.
d) Tensimeter.
e) Alat - alat intravena : kanula i.v., cairan, pipa infus, jarum, alat suntik dll.
f) Obat - obat resusitasi seperti adrenalin, lidocain, atropine, natrium bicarbonat.
g) Obat - obat tambahan lain yang diperlukan sesuai jadwal pengobatan.
h) Sebaiknya ada alat komunikasi untuk berhubungan dengan rumah sakit pengirim
dan penerima selama dalam perjalanan.
2. DEPO FARMASI
Pemenuhan kebutuhan atau logistik untuk kebutuhan anestesi dilaksanakan oleh
instalasi farmasi dan untuk managemen control peralatan medis dilaksanakana oleh
instalasi pemeliharaan sarana dan prasarana ( tehnik medik )
3. GUDANG KAMAR OPERASI
BAB VIKESELAMATAN PASIEN
Untuk mencapai terwujudnya keselamatan pasien yang optimal, anestesiologis bertanggungjawab
terhadap hal-hal berikut ini:
A. Manajemen Kepegawaian
Anestesiologis harus memastikan terlaksananya penugasan dokter dan petugas non-
dokter yang kompeten dan berkualitas dalam memberikan layanan / prosedur anestesi
kepada setiap pasien.
B. Evaluasi Pre-anestesi Pasien
1. Suatu evaluasi pre-anestesi memungkinkan terwujudnya perencanaan anestesi
yang baik, di mana perencanaan tersebut juga mempertimbangkan kondisi dan
penyakit pasien yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi.
2. Meskipun petugas non-dokter dapat berkontribusi dalam pengumpulan dan
pencatatan data pre-operatif pasien, anestesiologislah yang memegang tanggung
jawab terhadap evaluasi keseluruhan pasien.
C. Perencanaan Tindakan Anestesi
1. Anestesiologis bertanggungjawab dalam menyusun rencana tindakan anestesi
yang bertujuan untuk mewujudkan kualitas pelayanan pasien yang terbaik dan
tercapainya keselamatan pasien dengan optimal.
2. Anestesiologis sebaiknya melakukan diskusi dengan pasien (jika kondisi pasien
memungkinkan) mengenai risiko tindakan anestesi, keuntungan dan alternatif
yang ada, dan memperoleh izin persetujuan tindakan (informed consent).
3. Ketika terdapat situasi di mana suatu bagian dari layanan anestesi akan dilakukan
oleh petugas anestesi kompeten lainnya, spesialis anestesi harus memberitahukan
kepada pasien bahwa pendelegasian tugas ini termasuk dalam pelayanan anestesi
oleh Tim Anestesi.
D. Manajemen Tindakan Anestesi
1. Manajemen tindakan anestesi bergantung pada banyak faktor, termasuk kondisi
medis setiap pasien dan prosedur yang akan dilakukan.
2. Anestesiologis harus menentukan tugas perioperatif mana yang dapat
didelegasikan.
3. Anestesiologis dapat mendelegasikan tugas spesifik kepada petugas non-dokter
yang tergabung dalam Tim Anestesi, dengan syarat kualitas pelayanan pasien dan
keselamatan pasien tetap terjaga dengan baik, tetap berpartisipasi dalam bagian-
bagian penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia untuk menangani situasi
emergensi dengan cepat
4. Monitoring fisiologis memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang status
pasien selama pemberian anestesi ( umum, spinal, dan regional) dan periode
pemulihan.
5. Metode monitoring tergantung pada status pra anestesi pasien, anestesi yang
dipilih dan kompleksitas dari pembedahan atau prosedur lain yang dikerjakan
selama anestesi, dalam semua kasus proses monitoring dilakukan terus menerus
dan hasilnya dituliskan ke dalam rekam medis pasien.
6. Monitoring selama durante anestesi adalah dasar dari monitoring selama periode
pemulihan pasca anestesi.
E. Perawatan Pasca-anestesi
1. Perawatan pasca-anestesi rutin didelegasikan kepada perawat pasca-anestesi.
2. Evaluasi dan tatalaksana komplikasi pasca-anestesi merupakan tanggung jawab
anestesiologis.
3. Pengumpulan data secara sistematik dan analisis data yang berlangsung terhadap
kondisi pasien yang dalam pemulihan, mendukung keputusan untuk
memindahkan pasien ke setting pelayanan lain dengan pelayanan yang kurang
intensif.
4. Pencatatan data monitoring merupakan merupakan dokumentasi untuk
mendukung keputusan memindahkan pasien.
5. Memindahkan pasien dari ruang pulih pasca anestesi dapat menggunakan salah
satu cara alternatif berikut ini :
a. Pasien dipindahkan oleh seorang anestesiolog yang kompeten penuh atau
petugas lain yang diberi otorisasi oleh petugas yang bertanggung jawab untuk
mengelola pelayanan anestesi.
b. Pasien dipindahkan oleh seorang perawat atau petugas yang setaraf dan
kompetensinya sesuai dengan kriteria pasca anestesi yang dikembangkan
oleh pimpinan rumah sakit dan bukti pemenuhan kriteria didokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
c. Pasien dipindahkan ke suatu unit yang telah ditetapkan sebagai tempat yang
mampu memberikan pelayanan pasca anestesi/sedasi terhadap pasien tertentu,
antara lain seperti pada unit pelayanan intensif kardiovaskuler atau unit
pelayanan inensif bedah saraf.
Waktu datang dan pemindahan dari ruang pulih (atau menghentikan monitoring
pemulihan) harus dicatat/didokumentasikan
BAB VIIKESELAMATAN KERJA
A. Standar Fasilitas
Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat
tervisualisasi oleh mata maupun teraba panca indra dan dapat dengan mudah
dikenali oleh pasien adan umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan
gedung (pintu, lantai, dinding, tiang, kolong gedung, jendela) ataupun bangunan
itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh jaringan/instansi yang membuat
suatu sarana bisa berfungsi sesuai tujuan yang diharapkan, antara lain : instalasi
air bersih dan air kotor, instalasi listrik, gas medis, komunikasi, pengkondisian
udara dll.
1. Standar Teknis Sarana
a. Lokasi dan Bangunan
Secara umum lokasi rumah sakit hendaknya mudah dijangkau oleh
masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan dengan
rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak-anak,
pabrik industri dan limbah pabrik.
Dalam UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit khususnya pasal 8
disebutkan bahwa persyaratan lokasi Rumah Sakit hanrus memenuhi
ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkunangan dan tata
ruang serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah sakit.
Untuk persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, harus sesuai dengan
fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayaanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak dan usia lanjut. Luas lahan untuk bangunan tidak
bertingkat minimal 1,5 kali luas bagunan. Sedangkan luas lahan untuk
bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. Luas
bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi
rumah sakit. Bangunan minimal adalah 50 m2 per tempat tidur.
b. Lantai
1) Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan serta berwarna terang
2) Lantai KM/WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan
air.
3) Khusus Ruang Operasi (OK) lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang
untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar.
c. Dinding (Mengacu KepMenkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit)
1) Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung
logam berat.
2) Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan
langit-langit, membentuk kosus (tidak membentuk siku) khususnya pada
bagian kamar operasi (OK) untuk menjamin sterilisasi ruangan.
3) Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air.
4) Permukaan dnding keramik rata, rapih, sisa permukaan keramik dibagi
kekanan dan kekiri.
5) Khusus ruang radiologi dilapisi PB yang tebalnya minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti
radiasi.
6) Dinding rang alboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5
m dari lantai.
d. Pintu/Jendela :
1) Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar 120 cm
2) Pintu dapat dibuka dari luar
3) Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic heandle),
penutup pintu otomatis (outomatic door closer) dan membuka ke arah
tangga darurat/arah jalur evakuasi dengan tahan api minimal 2 jam.
4) Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
5) Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji
6) Khusus Ruang Operasi (OK) pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka
tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang penutup pintu)
e. Plafond
1) Rangka plafon kuat dan anti rayap
2) Permukaan plafon berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
menggunakan asbes
3) Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai
4) Langit-langit menggunakan cat anti jamur
5) Khusus Ruang operasi (OK) harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit
f. Ventilasi
1) Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang
cukup luas minimum 15% dari luas lantai
2) Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang
operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif
3) Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
g. Atap
1) Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan
binatang pengganggu lainnya
2) Atap dengan ketinggian lebih dari 10 m harus menggunakan penangkal
petir
h. Sanitasi
1) Close, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan
tidak cacat serta mudah dibersihkan.
2) Urinoir dipasang/ditempel pada dinding kuat, berfungsi dengan baik
3) Wastafel dipasang rata, tegak lurus dan dinding kuat, tidak ti mandi, cuci,
urinoir, wastafel, closet, keluar dengan lancar dan menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang
4) Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan
mudah dibersihkan.
5) Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, mencuci, urinoir, wastafel,
closet, keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.
i. Air Besih
1) Kapasitas reservoir sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit (250-500
liter/tempat tidur)
2) Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan n PAM atau sumur
dalam (artesis)
3) Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan
sekali
4) Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air
dalam panunggalangan kebakaran
j. Pemipaan (phambing)
1) Sistem pemipaan menggunakan kode warna : biru untuk pemipaan air
bersih dan merah untuk pemipaan kebakaran
2) Pipa air bersih tidak boleh bersilang dengan pipa air kotor
3) Instalasi pemipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan
instalasi listrik
k. Saluran (drainase)
1) Saluran keliling drainase dari bahan yang kuat, kedap air dan berkualitas
baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran
pembuangan
2) Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi dengan
penutup yang mudah dibuka/ditutup, memenuhi syarat teknis serta
berfungsi dengan baik.
l. Jalur yang melandai/lereng (ramp)
1) Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
2) Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240cm,
kedua ramp tersebut dilengkapi pegang pegangan rambatan, kuat,
ketinggian 80 cm.
3) Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar
dan tidak licin.
m. Ramp
1) Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
2) Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimum 140cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240cm,
kedua ramp tersebut dilengkapi engan pegangan rambata, kuat,
ketinggian 80cm
3) Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar,
tidak licin.
4) Setiap ramp dilengkapi lampu peneangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positf.
n. Tangga
1) Lebar tangga minimum 120cm jalan searah dan 160cm jalan dua arah
2) Lebar injakan minimum 28cm
3) Tinggi injakan minimum 21cm
4) Tidak berbentuk bulat atau spirl
5) Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
6) Memiliki kemiringan injakan ≤ 90 derajat
7) Dilengkapi pegangan minimum pada salah satu sisinya. Pegangan rambat
mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala
instalasi
8) Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup dan tidak kena air hujan
o. Jalur Pejalan kaki
1) Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras/sabil, kuat dan tidak
licin
2) Hindari sambungan atau gundukan permukaan
3) Kemiringan 7 derajat setiap jarak 9 meter ada border
4) Drainase secara jalur
5) Ukuran minimum 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur 2 arah)
p. Area Parkir
1) Area Parkir harus tertata dengan baik
2) Mempunyai ai ruang bebas sekitarnya
3) Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar
4) Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk
mempermuda dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum
5) Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhanster yang memadai
untuk menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar (basement),
dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai
serta pemadam kebakaran.
q. Pemandangan (Landscape) : Jalan Taman
1) Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas
2) Saluran pembuangan smpah yang melewati jalan harys tertutup dengan
baik dantidak menimbulkan bau
3) Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu
yang ada
4) Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi
dengan konsten dan dirawat
5) Harus terdsedia area untuk tempat berkumpul (public comer)
B. Kegiatan Pokok
1 Penyusunan Tim Terdapat tim yang Staff Pengusulan Mei 2016 2 Dr. Spesialis
pengendalian mengelola fungsional dalam anestesi
mutu anestesi pengendalian mutu dan bentuk
anestesi administrasi proposal
2 Penyusunan Terdapat standar Tim PAB Diskusi dan Mei 2016 2 Ka.Ru Anestesi
pedoman pelayanan anestesi pengetikan
pelaksanaan
pelayanan
anestesi
3 Penyusunan Tersusunnya format Tim Pokja Diskusi dan Mei 2016 1 Dr Spesialis
format penilaian penilaian pelayanan Pengetikan Anestesi
pelayanan anestesi
anestesi
4 Penyusunan SPO Tersusunnya SPO Tim Pokja Diskusi dan Juni 2016 3 Kepala ruangan
tentang pelayanan pelayanan anestesi Pengetikan anestesi
anestesi
5 Sosialisai SPO Tersosialisasinya SPO Tim Pokja Diskusi dan Juni 2016 2 Dr spesialis
pelayanan pelayanan anestesi revisi anestesi
anestesi
PENUTUP