Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN

PELAYANAN ANESTHESI

RUMAH SAKIT PERTAMINA


PANGKALAN BRANDAN
2 0 21

Halaman | 0
Lampiran Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-171.A8/L00000/2021-S0
Tanggal : 13 Maret 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang
profesional dan berkualitas.Sejalan dengan upaya tersebut diperlukan adanya suatu pedoman
pelayanan kesehatan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan yang
dilakukan.
Pelayanan anestesiologi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan
kesehatan yang berkembang cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang anestesi. Dalam rangka meningkatkan derajat pelayanan kesehatan
masyarakat, peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting.
Pelayanan anestesi di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan meliputi pelayanan
anestesi/analgesik di kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan sedasi diluar kamar
bedah ( di Radiologi, Kamar Tindakan Kebidanan & Kandungan pelayanan kedokteran
perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis, pelayanan kegawatdaruratan.

B. Tujuan Pelayanan Anestesiologi


1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesik dan sedasi yang aman, efektif,
berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur
medis atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stres psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
3. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan hidup dasar, lanjutan
dan jangka panjang) pada kegawatan mengancam nyawa dimanapun pasien berada
(ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih, ruang terapi intensif/ICU).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang
mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur
medis, trauma atau penyakit lain.
5. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat pembedahan, trauma,
maupun nyeri persalinan), serta masalah nyeri kronik (nyeri kanker dan penyakit kronis).

C. Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:


1. Pelayanan anestesiologi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (pra anestesi), intra
Halaman | 1
anestesi dan pasca anestesi serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara lain
terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
2. Tim pengelola pelayanan anestesiologi adalah tim yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesiologi dengan anggota dokter spesialis anestesiologi dan perawat anestesi
dan/atau perawat
3. Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program
studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui atau lulusan luar
negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek
(SIP).
4. Kepala SMF Anestesiologi adalah seorang dokter Spesialis Anestesi yang diangkat oleh
Direktur Rumah Sakit.
5. Penata anestesi adalah tenaga keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan dan
ilmu keperawatan anestesi.
6. Perawat anestesi adalah perawat yang telah mendapat pelatihan anestesiologi.
7. Pelayanan pra-anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis pra anestesi dan
pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan anestesi.
8. Pelayanan intra anestesi adalah pelayanan anestesi yang dilakukan selama tindakan
anestesi meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu.
9. Pelayanan pasca-anestesi adalah pelayanan pada pasien pasca anestesi sampai pasien
pulih dari tindakan anestesi.
10. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko
mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang.
11. Pelayanan anestesi rawat jalan adalah subspesialisasi dari anestesiologi yang dikhususkan
kepada perawatan, pra operatif, intraoperatif, dan pasca operatif pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan rawat jalan.
12. Pelayanan Anestesi Umum adalah tindakan pemberian obat anestetik dengan tujuan untuk
menghilangkan kesadaran, nyeri dan relaksasi otot selama tindakan pembedahan.
13. Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok saraf
regional sehingga tercapai anestesi di lokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
14. Pelayanan anestesi regional dalam obstetrik adalah tindakan pemberian anestesi regional
pada wanita dalam persalinan.
15. Pelayanan anestesi/analgesia/sedasi di luar kamar operasi adalah tindakan pemberian
obat anestetik/analgesik di luar kamar operasi.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Pelayanan Anestesi /di Kamar Bedah
2. Pelayanan Sedasi di luar Kamar Bedah ( VK, ICU )
3. Pelayanan kedokteran perioperatif,
4. Penanggulangan nyeri akut dan kronis,
5. Resusitasi jantung paru dan otak,
6. Pelayanan kegawatdaruratan.
7. Jenis layanan yang diberikan meliputi anestesi umum, Regional, Blok Syaraf.

E. Batasan Operasional
Kegiatan Pelayanan Anestesi dibagi dalam :
1 General Anestesi/ anestesi umum adalah keadaan hilangnya kesadaran akibat pemberian
obat anestesi dan pasien tidak dapat dibangunkan, tidak dapat mempertahankan jalan
napas, ventilasi terganggu sehingga membutuhkan bantuan untuk mempertahankan jalan
Halaman | 2
napas dan ventilasi. Fungsi kardiovaskuler dapat terganggu untuk tindakan ini di butuhkan
alat monitoring yang lengkap yaitu EKG, pengukur tekanan darah, saturasi oksigen. Perlu
disiapkan obat serta peralatani bantuan pernapasan seperti :
1. Bantuan pernapasan (orofaringeal airway, face mask, self inflated bag atau ambu bag,
laryngoscope, ETT).
2. Obat obat emergency ( Adrenalin, Sulfas atropine, Ephedrin).
3. Mesin Anestesi.
2. Regional Anestesi atau blok saraf adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok
saraf regional sehingga tercapai anestesi di lokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
3 Sedasi ringan adalah suatu keadaan dimana terjadi sedikit penurunan tingkat kesadaran
sehingga pasien masih tetap dapat mempertahankan potensi jalan napasnya dan dapat
merespon terhadap perintah verbal secara terus-menerus. Obat, dosis yang diberikan pada
sedasi ringan tidak ditujukan untuk mengakibatkan hilangnya kesadaran pasien. Sedasi
sedang adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kesadaran, dimana pasien dapat
merespon terhadap perintah verbal ataupun dengan sentuhan. Tidak dibutuhkan intervensi
untuk menjaga patensi jalan dan ventilasi spontan cukup adekuat. Fungsi kardiovaskular
tidak terganggu (tetap stabil). Peralatan yang dibutuhkan adalah untuk memantau nadi dan
saturasi.Sedasi dalam adalah suatu keadaan akibat pemberian obat mengakibatkan terjadi
penurunan kesadaran dimana pasien tidak dapat dibangunkan kecuali dengan rangsang
yang kuat atau nyeri yang berulang. Kemampuan mempertahankan jalan napas dan
ventilasi terganggu, sehingga membutuhkan bantuan untuk menjaga patensi jalan napas
dan bantuan ventilasi. Fungsi kardiovaskular biasanya tidak terganggu. Tindakan sedasi
dalam membutuhkan alat monitoring yang lebih lengkap, yaitu EKG, Saturasi.

F. Landasan Hukum
Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Standar
Pelayanan Anestesi yaitu :
a. Undang - Undang Kesehatan no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
b. Undang –Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Permenkes No 519 tahun 2011 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif rumah sakit
d. Permenkes No 18 tahun 2016 tentang izin dan penyelenggaraan praktek penata anestesi
e. Permenkes No 251 tahun 2015 tentang pedoman nasional penyelenggaraan pelayanan
kedokteran anestesiologi dan terapi intensif rumah sakit

Halaman | 3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


NO JABATAN JUMLAH KUALIFIKASI

1 Ka.Unit Anestesi 1  Pendidikan minimal Dokter Spesialis


Anestesiologi.
 Bekerja minimal 5 tahun sebagai
dokter anestesiologi.
3 Penata Anestesi 4 a. Pendidikan minimal D3 Keperawatan
b. Pelatihan Anestesi Dasar
c. Pelatihan BTCLS
d. Pelatihan Pengendalian Infeksi
Nosokomial
e. Pelatihan Custumer Service
f. Bekerja di Kamar Bedah minimal 3
tahun

B. Distribusi Ketenagaan
A. Pola Ketenagaan
Jumlah dan susunan tenaga di Instalasi Anestesi & ICU dikamar bedah terdiri dari :
1. Ka. Instalasi Anestesi 1 orang

2. Tenaga perawat anestesi dinas shift 2 orang

Jumlah 3 orang

Sistem dinas di kamar bedah terbagi menjadi 2 yaitu


1. Dinas harian
- Bekerja pada hari Senin sampai dengan Jum'at.
Waktu kerja mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB
- Bekerja pada hari Senin sampai dengan Jum'at.
Waktu kerja mulai pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB

2. Dinas oncoll : pukul 21.00 s/d 07.00 WIB


Sabtu s/d Minggu dan hari libur Nasional

B. Standar Perhitungan
Berdasarkan perhitungan beban kerja pada bulan Oktober s/d Desember 2021
1. Waktu kerja untuk operasi elektif adalah Senin s/d Jum'at pukul 07.30 s/d 16.00
2. Jumlah kamar bedah sebanyak 2 kamar operasi yang digunakan untuk operasi elektif
dan operasi cito.

Halaman | 4
NO RINCIAN TUGAS KERJA SATUAN JUMLAH NORMAL BEBAN KERJA
. VOLUME WAKTU
KERJA

a B c d e F=dxe

1 IDENTIFIKASI MENIT 2.200 20 MENIT 44,000 MENIT


KELENGKAPAN
DAN PERSIAPAN PRE OP

2 MEMPERSIAPKAN OBAT MENIT 2.200 15 MENIT 33,000 MENIT


DAN
ALAT ANESTESI

3 ASISTEN DR ANESTESI MENIT 2.200 210 462,000 MENIT


MENIT

4 MENCATAT PEMAKAIAN MENIT 2.200 20 MENIT 44,000 MENIT


OBAT ANESTESI

5 MERAWAT ALAT2 ANESTESI MENIT 48 10 MENIT 480 MENIT

6 MONITOR PASIEN PASKA MENIT 2.200 60 MENIT 132,000 MENIT


OPERASI DI R R

TOTAL 11,337 470 721,675 MENIT


MENIT

Kebutuhan jumlah tenaga :


- Beban kerja satu tahun 721,675 jam
- Jam kerja efektif satu hari 7 jam
- Hari kerja efektif satu tahun 235 jam
- Jam kerja efektif satu tahun 1,645 jam
- Kebutuhan tenaga kerja 7.31 jam
- Faktor kelonggaran 10 % 1.46 jam
- Kebutuhan tenaga kerja setelah memperhitungkan
Faktor kelonggaran adalah 3 orang

Halaman | 5
C. ANALISA

Dengan menggunakan dasar standar perhitungan ketenagaan diatas yaitu dengan metode
utilisasi beban kerja di kamar bedah maka kebutuhan tenaga perawat anestesi di kamar
bedah secara keseluruhan adalah :
1. Kepala Anesthesi = 1 orang
2. Perawat anestesi Dinas shift sore = 2 orang

Maka kebutuhan tenaga perawat anestesi menurut standar perhitungan kebutuhan tenaga
berdasarkan utilisasi beban kerja adalah sebanyak 3 orang. Sedangkan tenaga kepala dan
perawat anestesi di kamar bedah saat ini berjumlah 2 orang, sehingga tenaga perawat
anestesi belum sesuai dengan standar perhitungan ketenagaan di kamar bedah karena
masih kurang tenaga sebanyak 2 orang

C. Tugas dan Tanggung Jawab


1. Kepala Anestesi
Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program
studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui dan yang telah
mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP).
Tanggung jawab : Melakukan pelayanan anestesi di kamar bedah, di luar kamar bedah (
VK, Radiologi, ICU )
Tugas :
1. Menangani setiap pasien yang akan dilakukan pembiusan baik rawat jalan maupun
rawat inap
2. Meningkatkan mutu layanan medik di SMF anestesiologi
3. Memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan tugas.
4. Membuat laporan proses anestesi (perioperatif, dan intra operatif)
5. Mengadakan pertemuan dengan kolega lain dalam internal SMF Anestesiologi secara
berkala.
6. Mengusulkan kebutuhan fasilitas peralatan yang semakin canggih dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia.
7. Menerima rujukan dari SMF lain di RSPPB kemudian memeriksa dan menjawab.
8. Mengikuti kursus atau pelatihan yang ditugaskan wadir medis atau direktur RSPPB.
9. Mengikuti rapat yang diadakan oleh RSPPB
10.Menyelesaikan tugas anestesiologi Wadir medis dan direktur RSPPB.

2. Penata anestesi
Penata anestesi adalah tenaga keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan dan
ilmu keperawatan anestesi.
Tanggung jawab
1. Secara administratif dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala
perawat anestesi kamar operasi dan secara operasional bertanggung jawab kepada
ahli anestesiologi / ahli bedah dan kepala anestesi.
2. Membantu Kepala Anestesi dalam hal kelancaran pengadaan dan penggunaan
fasilitas anestesi.
3. Pencatatan dan melaporan pengadaan dan penggunaan fasilitas anestesi dengan
baik dan benar.

Halaman | 6
Tugas
1. Sebelum Pembiusan
a. Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.
b. Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anestesi.
c. Memasang infus atau transfusi darah.
d. Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter anestesiologi.
e. Menyiapkan kelengkapan meja anestesi dan mesin suctionnya.
f. Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.
g. Memindahkan pasien ke meja operasi.
h. Menyiapkan obat anestesi dan membantu ahli anestesiologi dalam proses
induksi.

2. Saat Pembiusan
a) Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien dan ETT.
b) Melaksanakan asistensi pembiusan dengan dokter anestesiologi.
c) Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input dan output.
d) Memantau tanda-tanda vital.
e) Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter anestesiologi.
f) Memantau efek obat anestesi.

3. Setelah Pembiusan
a) Mempertahankan jalan napas pasien.
b) Memantau tingkat kesadaran pasien.
c) Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.
d) Memantau pasien terhadap efek obat anestesi.
e) Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.
f) Merapikan dan membersihkan alat anestesi.
g) Mengembalikan alat anestesi ke tempat semula

D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga untuk Dokter Anestesi :
1. Dokter anestesiologi hadir setiap hari Senin s/d Jumat di kamar operasi melayani
operasi sesuai dengan jadwal jaga kamar operasi.
2. Tindakan sedasi di luar kamar operasi dilayani oleh dokter anestesiologi .
3. Hari Sabtu, Minggu dan libur nasional pukul 07.00 s/d 07.00 hari berikutnya tindakan
anestesi dilayani oleh dokter anestesiologi yang telah diatur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
Pengaturan jaga untuk Perawat Anestesi / Penata Anestesi :
1. Perawat /Penata Anestesi dinas di layanan anestesi dibagi sesuai jadwal.
2. Perawat /Penata Anestesi dinas harian adalah melayani kegiatan anestesi di kamar
operasi setiap hari kerja Senin s/d Jumat pukul 07.30 s/d 16.00
3. Perawat /Penata Anestesi dinas Oncall adalah melayani kegiatan anestesi di kamar
operasi setiap hari sesuai jadwal.
4. Jadwal Harian bekerja pada pukul 07.30 s/d 16.00,dan pukull 12.00 s/d 20.00

Halaman | 7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Keterangan:
1. Kamar Operasi I
2. Kamar Operasi II
3. Ruang Pulih Sadar
4. Ruang Peralatan
5. Ruang Persiapan
6. Ruang Rapat
7. Ruang Panel Listrik

Halaman | 8
B. Standar Fasilitas
No Fasilitas Anestesi Jumlah
1 Boztron (mesin Anestesi) 1
2 Mindray (mesin Anestesi) 1
3 Bed Side Monitor Cardiac scine /PC 5000 1
4 Bed Side Monitor /Boztron BT 2000 1
5 Suction pump portable 2
6 Pulse oksimetri portable 3
7 Defibrilator paddle dada dewasa dan anak G E -
8 Bag Resusitasi set -
9 Bag Resusitasi Pediatri set -
10 Perlengkapan anestesi regional (Trolly Set Regional anestesi) 1
11 Medicine trolley Emergency -
12 Alat pemanas infuse (Animec) -
13 Sirkuit untuk dewasa 4
14 Sirkuit anak dan bayi 2
15 Oxygen Tabung 5
16 Alat penghangat pasien (blanket warmer) -
17 Infus standar 5
18 Sungkup muka N0 2 / 3 / 4 / 5 6 /6 / 6/ 6
19 LMA No 3 / 4 / 5 -
20 Laringoscope Set anestesi pediatric 2
21 Laringoskop bayi -
22 Laringoskop dewasa 2
23 Thermometer Digital 1
24 Magill forceps ukuran dewasa -
25 Nasopharingeal airway No. 7/8 -
26 Oropharingeal airway 40mm/50mm/90mm/100mm -
26 Stetoskop 2
27 LMA No 1,5/ 2 / 2,5 / 3 / 4 / 5 -
28 Pipa endotrakea oral No 2,5/ 3,5 / 4 / 4,5 / 5 / 5,5 / 6 / 6,5 / 7 / 7,5 / 8 2/2/2/2/2/2/2/2/2/2/
29 Pipa endotrakea spiral (non kinking) No 3,5 / 4 /4,5/ 5 /5,5/6/6,5/7/7,5/8 -
30 Mouth Gag -

1. Mesin Anestesi Merk BOZTRON dengan specifikasi :


a. Feature : Full collour display 31/12,1 inc diagonal,
b. Mode ventilation : Volume control,Pressure control, SIMV,PSVP,PEEP, Tidal Volume
Compensation,One motion from mechanical to manual mode, two key press to total stanby;
end case, cardiac bypass case mode.
c. Ventilation parameter : TV range 20 to 1500 ml, Rate 4 to 100 BPM (breaths per Menit),
Inspiratory/respiratory Ratio 2 : 1 to 1 : 8, Inspiratory Time 0.2 to 5.0, Trigger window 0
to 80 %, Flow Trigger 1 to 10 L/min, PEEP range OFF, 4 to 30 cm H2O.
d. Gas Monitoring : O2, CO2, Anestesic Agent, Spirometry.
e. Composition : Main unit anestesi machine with integrated ventilator : 1 unit, Vaporizer 2
Unit, O2 hose Asembly 1 pc, N2O Hose Asembly 1 pc, Air hose Asembly 1 pc, Reusable
breathing set Adult Reuseble set pediatric 1 pc.

Halaman | 9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan anestesi mencakup tindakan anestesi (pra anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi)
serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi seperti pelayanan kritis, gawat darurat,
penatalaksanaan nyeri, dan lain-lain. Dokter spesialis anestesiologi hendaknya membatasi beban
pasien yang dilayani dan tangung jawab supervisi anestesi sesuai dengan jumlah, kondisi dan
risiko pasien yang ditangani.

A. Pelayanan Anestesi Perioperatif


Pelayanan anestesi peri-operatif merupakan pelayanan anestesi yang mengevaluasi,
memantau dan mengelola pasien pra, intra dan pasca anestesi serta terapi intensif dan
pengelolaan nyeri berdasarkan keilmuan yang multidisiplin.

1. Pra Anestesi
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus dilakukan
sebelum tindakan anestesi untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kondisi yang
layak untuk prosedur anestesi.
b. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan menentukan
status medis pasien pra anestesi berdasarkan prosedur sebagai berikut :
1. Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2. Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesi.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan rencana tindakan anestesi yang akan dilakukan.
4. Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani persetujuan
tindakan.
5. Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesi dan obat-obat yang
akan dipergunakan.
6. Kegiatan ini tercatat dalam formulir Pra Anestesi
c. Pemeriksaan penunjang pra anestesi dilakukan sesuai Standar Profesi dan Standar
Prosedur Operasional.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
Pelayanan pra anestesi ini dilakukan pada semua pasien yang akan menjalankan
tindakan anestesi. Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya gawat darurat yang
ekstrim, Langkah-langkah pelayanan pra anestesi sebagaimana diuraikan di atas, dapat
diabaikan dan alasannya harus didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

2. Pelayanan Pra Induksi


Pemeriksaan pada semua pasien yang akan menjalani tindakan pembiusan yang
dilakukan tepat sebelum diberikan obat anestetik yang bertujuan menilai kembali kondisi
pasien sebelum dilakukan pembiusan Pemeriksaan pra induksi dilakukan didalam kamar
operasi, maupun untuk tindakan anestesi diluar kamar operasi. Pemeriksaan pra induksi
harus didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
3. Pelayanan Intra Anestesi
a. Seluruh tindakan pembedahan harus melalui prosedur surgical safety check list

Halaman | 10
b. Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan anestesi umum dan regional serta prosedur yang memerlukan tindakan
sedasi.
c. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan perfusi jaringan, serta
didokumentasikan pada catatan anestesi.
d. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan perfusi
jaringan dalam keadaan stabil.

4. Pelayanan Pasca-Anestesi
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih (Unit Rawat
Pasca anestesi/PACU) atau ekuivalennya kecuali atas perintah khusus dokter spesialis
anestesiologi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien
juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU).
b. Selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan darah, pernapasan, kadar oksigen,
serta penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-menerus
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di
antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis anestesiologi
atau anggota tim pengelola anestesi. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai
secara terus menerus dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat ruang pulih
dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi pemantauan
oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis perkembanmgan kondisi di
ruang pulih dengan menggunakan system score pelayanan anestesi yaitu Aldrete score.

SCORE menurut Aldrete Score :

1. Aktifitas Motorik

Gerakan bebas semua tungkai atas perintah :2

Gerakan bebas 2 Ekstrimitas atas perintah :1

Tak mampu bergerak :0

2. RESPIRASI

Nafas dalam dan Batuk :2

Sesak nafas :1

Tak bernafas :0

3. SIRKULASI

Tekanan darah 20 % beda dengan pra Anestesi :2

Tekanan darah 20-50 % dengan pra Anestesi :1

Halaman | 11
Tekanan darah sama dengan 50 % pra Anestesi :0

4. Kesadaran

Sadar penuh :2

Dapat dibangunkan :1

Tidak dapat dibangunkan :0

3. WARNA KULIT

Kemerahan :2

Pucat :1

Sianotik :0

Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan apabila Aldrete score > 8,Untuk pasien bedah
rawat jalan,pemulangan pasien harus memenuhi Pads Score = 10, apabila < 8 pasien harus
keruang perawatan khusus/ICU.

Kesadaran nilai harus dua ( 2 )

Respirasi nilai harus dua ( 2 )

Dokter anestesiologi yang melakukan pembiusan bertanggung jawab atas pengeluaran pasien
dari ruang pulih
Dokter anestesiologi yang melakukan pembiusan bertanggung jawab atas pengelolaan efek
samping dari anestesi (nyeri, mual muntah,hipotensi) selama 1X 24 jam.

B. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan


a. Pelayanan anestesi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani tindakan
pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta tidak menjalani
rawat inap.
b. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 serta ASA 3 yang terkendali sesuai penilaian
dokter spesialis anestesiologi dan disiapkan dari rumah.
c. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan unit/fasilitas
pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan akses layanan dukungan
perioperatif.

C. Pelayanan Anestesi Regional


a. Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok saraf
sehingga tercapai anestesi dilokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
b. Analgesia regional dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi yang kompeten ditempat
yang tersedia sarana dan perlengkapan untuk tindakan anestesi umum sehingga bila
diperlukan dapat dilanjutkan atau digabung dengan anestesi umum.
c. Pada tindakan analgesia regional harus tersedia alat pengisap tersendiri yang terpisah dari
alat penghisap untuk operasi.
d. Sumber gas oksigen diutamakan dari sumber gas oksigen sentral agar tersedia dalam
jumlah yang cukup untuk operasi yang lama atau bila dilanjutkan dengan anestesi umum.

Halaman | 12
e. Analgesia regional dimulai oleh dokter spesialis anestesiologi dan dapat dirumat oleh
dokter atau perawat anestesi/perawat yang mendapat pelatihan anestesi dibawah anestesi
dokter spesialis anestesiologi.
f. Pemantauan fungsi vital selama tindakan analgesia regional dilakukan sesuai standar
pemantauan anestesi.
g. Analgesia regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca bedah atau nyeri
kronik.
h. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapat dilakukan oleh dokter
atau perawat anestesi/perawat yang mendapat pelatihan anestesi dibawah dokter spesialis
anestesiologi.

D. Pelayanan Anestesi Regional dalam Obstetrik


a. Pelayanan anestesi regional dalam obstetrik adalah tindakan pemberian anestesi lokal dan
regional kepada wanita dalam persalinan.
b. Anestesi regional dimulai dan dirumat hanya di tempat dengan perlengkapan resusitasi
serta obat-obatan yang tepat dan dapat segera tersedia untuk menangani kendala yang
berkaitan sesuai dengan prosedur.
c. Anestesi regional diberikan oleh dokter spesialis anestesiologi setelah pasien diperiksa dan
diminta oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan atau dokter yang merawat.
d. Anestesi regional dilakukan oleh dokter spesialis anetesiologi dan dapat dirumat oleh
dokter spesialis anetesiologi atau dokter/bidan/perawat anestesi/perawat di bawah
pengawasan dokter spesialis anetesiologi.
e. Anestesi regional untuk persalinan per vaginam disyaratkan penerapan pemantauan dan
pencatatan tanda-tanda vital ibu dan laju jantung janin. Pemantauan tambahan yang sesuai
dengan kondisi klinis ibu dan janin hendaknya digunakan bila ada indikasi. Jika diberikan
blok regional ekstensif untuk kelahiran per vaginam dengan penyulit, maka standar
pemantauan dasar anestesi hendaknya diterapkan.
f. Selama pemulihan dari anestesi regional, setelah bedah cesar dan atau blok regional
ekstensif diterapkan standar pengelolaan pasca anesthesia.
g. Pada pengelolaan pasca persalinan, tanggung jawab utama dokter spesialis anestesiologi
adalah untuk mengelola ibu, sedangkan tanggung jawab pengelolaan bayi baru lahir
berada pada dokter spesialis lain. Jika dokter spesialis anestesiologi tersebut juga diminta
untuk memberikan bantuan singkat dalam perawatan bayi baru lahir, maka manfaat
bantuan bagi bayi tersebut harus dibandingkan dengan risiko terhadap ibu.

E. Pelayanan Nyeri (Akut atau Kronis)


a. Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang
berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronis. Pada nyeri akut, rasa nyeri
timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma, persalinan, dan umumnya
dapat diobati. Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung menetap dalam waktu tertentu dan
seringkali tidak respon terhadap pengobatan.
b. Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan standar prosedur
operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang disusun mengacu pada standar
pelayanan penanganan nyeri tim RSPPB.

Halaman | 13
F. Pelayanan Sedasi Di Luar Kamar Bedah
Pelayanan sedasi diluar kamar bedah menggunakan standar yang sama dengan layanan
anestesi di kamar operasi, (melakukan pemeriksaan dan pemantauan pra sedasi intra
sedasi dan pasca sedasi). Obat dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan tingkat
sedasi. Seluruh kegiatan sedasi harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

1. Pelayanan sedasi
Pemeriksaan pada semua pasien yang akan menjalani tindakan sedasi dilakukan tepat
sebelum diberikan obat anestetik yang bertujuan menilai kembali kondisi pasien
sebelum dilakukan sedasi, Pemeriksaan sedasi harus didokumentasikan di dalam
rekam medis pasien.

2. Pelayanan Intra sedasi


a. Seluruh tindakan sedasi harus melalui prosedur surgical safety check list
b. Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan sedasi
c. Selama pemberian sedasi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan perfusi jaringan, serta
didokumentasikan pada catatan anestesi.
d.Pengakhiran tindakan sedasi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi,
sirkulasi,suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.

3. Pelayanan Pasca-sedasi
a. Setiap pasien pasca tindakan sedasi kembali ke ruang rawat semula kecuali atas
perintah dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang bertanggung jawab ditemukan
suatu keadaan kritis yang mengharuskan pasien tersebut dipindahkan langsung ke
unit perawatan kritis (ICU).
b. Setiap pasien pasca sedasi dipantau tekanan darah, pernapasan, kadar oksigen, serta
penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-menerus dan di berikan bantuan sesuai
dengan kondisi
c. Dokter spesialis anestesiologi memberikan intsruksi dan menyatakan bahwa pasien
layak untuk kembali ke ruang rawat atau ruang perawatan kritis sesuai dengan kondisi
dan catatan perkembangan yang tertulis dalam catatan ruang pemulihan yang
dinyatakan dengan sistem score yaitu Aldrete.

G. Operasi Cito ( Life Saving )


Operasi cito atau life saving adalah Tindakan pembiusan yang dilakukan pada pasien dengan
kondisi darurat ( life saving)
1. Pra Anestesi
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus dilakukan
sebelum tindakan anestesi untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kondisi siap
untuk prosedur anestesi.
b. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan menentukan
status medis pasien pra anestesi berdasarkan prosedur sebagai berikut :
1. Pemeriksaan screening pasien dapat dilakukan di unit gawat darurat atau di kamar
operasi
2. Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesi.
Halaman | 14
3. Mendiskusikan dan menjelaskan rencana tindakan anestesi yang akan dilakukan.
4. Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani persetujuan
tindakan.
5. Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesi dan obat-obat yang
akan dipergunakan.
6. Kegiatan ini tercatat dalam form Pra Anestesi
c. Pemeriksaan penunjang pra anestesi dilakukan sesuai dan Standar Prosedur
Operasional.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.

2. Pelayanan Intra Anestesi


a. Seluruh tindakan pembedahan harus melalui prosedur surgical safety check list
b. Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan anestesi umum atau regional serta prosedur yang memerlukan
tindakan anestesi.
c. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan perfusi jaringan, serta
didokumentasikan pada catatan anestesi
d. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan
perfusi jaringan dalam keadaan stabil.

3. Pelayanan Pasca-Anestesi
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih (Unit Rawat
Pasca anestesi/PACU) atau ekuivalennya kecuali atas perintah khusus dokter spesialis
anestesiologi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien
juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU).
b. Selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan darah, pernapasan, kadar oksigen,
serta penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-menerus
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di
antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis anestesiologi
atau anggota tim pengelola anestesi. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai
secara terus menerus dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat ruang pulih
dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi pemantauan
oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis perkembanmgan kondisi di
ruang pulih dengan menggunakan system score pelayanan anestesi yaitu Aldrete score.
1. AKTIVITAS MOTORIK
Gerakan bebas semua tungkai atas perintah 2
Gerakan bebas dua ektremitas atas perintah 1
Tak mampu bergerak 0

2. RESPIRASI
Nafas dalam dan dapat batuk 2
Sesak nafas 1
Tidak bernafas 0

Halaman | 15
3. SIRKULASI
Tekanan darah beda 20 % dengan pra anestesi 2
Tekanan darah 20-50 % dengan pra anestesi 1
Tekanan darah > 50 % pra anestesi 0

4. KESADARAN
Sadar penuh 2
Dapat dibangunkan 1
Tidak dapat dibangunkan 0

5. WARNA KULIT
Kemerahan 2
Pucat 1
Sianotik 0

Pasien dapat dikeluarkan dari ruang pulih bila Aldrette Score lebih dari delapan.

Kesadaran nilai harus dua ( 2 )

Respirasi nilai harus dua ( 2 )

g. Dokter anestesiologi yang melakukan pembiusan bertanggung jawab atas pengeluaran


pasien dari ruang pulih
h. Dokter anestesiologi yang melakukan pembiusan bertanggung jawab atas pengelolaan
efek samping dari anestesi (nyeri, mual muntah,hipotensi) selama 1X 24 jam.

Halaman | 16
BAB V
LOGISTIK

A. Definisi
Suatu sistem terpadu yang meliputi pengadaan, pengawasan dan pelaporan obat dan alat
kesehatan untuk kelancaran operasional layanan anestesi.

B. Tujuan
1. Menyediakan obat dan alat kesehatan untuk kelancaran operasional layanan anestesi
2. Melakukan penyimpanan obat dan alat kesehatan dengan baik dan benar
3. Mencegah terjadinya kehilangan obat dan alat kesehatan di layanan anestesi (dapat
diketahui kurang dari 48 jam)

C. Pengadaan Obat Dan Alat Kesehatan Di Layanan Anestesi Kamar Bedah


Obat dan alat kesehatan yang diperlukan di layanan anestesi terdiri dari alat habis pakai dan
alat–alat modal (investasi). Obat dan alat yang termasuk habis pakai pengadaannya dari
farmasi, sedangkan alat modal sistem pengadaannya dengan tender melalui anestesi atau tim
pengadaan alat investasi RSPPB.

Adapun pengadaannya obat dan alat kesehatan dari farmasi dilakukan dengan cara
1. Untuk pengadaan obat dan alat kesehatan yang habis pakai yang bersifat rutin diadakan
oleh Farmasi Kamar Bedah.
2. Obat dan alat khusus yang diperlukan oleh layanan anestesi diajukan dengan cara :
a. Diminta oleh Kepala SMF Anestesiologi
b. Diajukan ke Wadir Medis untuk diketahui dengan tembusan ke Wadir Penunjang Medis
dan Ka Instalasi Farmasi
c. Dilanjutkan ke Direktur untuk disetujui
d. Kemudian dikirim dari Farmasi ke bagian anestesi untuk proses pengadaannya
e. Pengambilannya dengan pembuatan Bon Pengeluaran Material

D. Pendistribusian obat dan alat kesehatan di Kamar Bedah


1. Dalam Jam Kerja
a. Bagian Farmasi kamar bedah menyiapkan obat dan alat kesehatan dalam bentuk paket
b. Perawat Anestesi meminta obat dan alat kesehatan dari bagian farmasi kamar bedah
sesuai dengan jenis operasi
c. Paket sisa obat dan alat kesehatan yang tidak terpakai dikembalikan ke farmasi kamar
bedah.
d. Obat resusitasi dan emergency di sediakan di trolly disetiap kamar operasi

2. Luar Jam Kerja


a. Perawat anestesi di beri kewenangan untuk mengambil paket obat dan alat kesehatan
yang sudah disediakan di farmasi kamar bedah sesuai jenis operasi.
b. Mencatat pengeluaran obat dan alat kesehatan yang dipergunakan dalam formulir
pemakaian

Halaman | 17
E. Penyimpanan
Obat dan alat kesehatan Emergency di simpan di trolly masing masing kamar operasi sesuai
kebutuhan.

F. Pencatatan dan Pelaporan


Koordinator layanan Anestesi bertanggung jawab terhadap perlengkapan alat kesehatan tidak
habis pakai atau modal termasuk pencatatan dan pelaporan barang masuk dan yang tidak
dapat dipakai lagi setiap bulan.

Halaman | 18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi
Suatu sistem yang mendorong rumah sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman dan
nyaman . Sistem ini untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak memberikan tindakan yang seharusnya
diberikan.

B. Tujuan
Semua kegiatan pelayanan anestesi baik di kamar bedah maupun diluar kamar bedah wajib
mengacu pada program patient safety / keselamatan pasien Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan, dan secara umum setiap layanan anestesi.
Keselamatan dan Keamanan pasien, semua anggota tim bedah harus memperhatikan
kembali:
1. Identitas pasien
2. Rencana tindakan
3. Jenis pemberian anastesia yang dipakai
4. Faktor-faktor alergi
5. Respon pasien selama operatif
6. Respon pasien post operatif
7. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat / kurang teliti
Keselamatan pasien secara kusus meliputi :
A. Pra Anestesi
1. Melakukan pemeriksaan pre operasi di ruang rawat untuk pasien pasien operasi elektif,
dengan tujuan :
a. Mempelajari rekam medis pasien untuk mengetahui kondisi pasien.
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
c. Menilai aspek kondisi fisik sehubungan dengan resiko dan penatalaksanaan
perioperatif
d. Meminta hasil pemeriksaan dan konsultasi yang diperlukan.
e. Memberikan informasi mengenai kondisi dan tindakan anestesi yang akan
dilakukan kepada pasien.
f. Menentukan medikasi pra anestesi yang tepat berdasarkan kondisi pasien.
g. Memastikan dan menandatangi informed consent.
2. Melakukan pemeriksaan pra induksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kamar
operasi sebelum dilakukan tindakan pembiusan untuk memastikan kondisi pasien
melalui :
a. Identifikasi pasien.
Setiap petugas kamar bedah wajib memverifikasi mengenai identitas pasien yang
akan dilakukan tindakan melalui upaya :
1. Menayakan secara langsung kepada pasien / keluarga pasien mengenai nama
dan tanggal lahirnya.
2. Mencocokan gelang identitas pasien dengan jawaban verbal pasien / keluarga
mengenai nama dan tanggal lahir.
3. Mencocokan gelang identitas pasien dengan rekam medis pasien.
b. Komunikasi efektif
Halaman | 19
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
Saat melakukan hand over perawat ruangan dan petugas anestesi/bedah
melaksanakan sesuai dengan prosedur S B A R dan melakukan ceklist serah
terima pasien secara benar.
c. Keamanan obat
1. Penyediaan dan penyimpanan obat-obat anestesi baik yang intravena dan
inhalasi ditempatkan diruang tersendiri dan dikelola oleh depo farmasi yang ada
dikamar bedah sentral agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pengambilan.
2. Proses pengambilan obat anestesi intravena dan inhalasi melalui depo farmasi
kamar bedah sentral dan dilakukan independent doble cek oleh petugas depo
farmasi dan dokter anestesi/perawat anestesi yang mengambil.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan operasi
1. Memastikan tepat lokasi operasi
Menggunakan site marking dengan menggunakan tanda lingkaran sesuai lokasi
yang akan di operasi, penandaan dilakukan di ruang perawatan oleh dokter
bedah atau operator disaksikan oleh pasien atau keluarga pasien atau perawat.
2. Memastikan tepat prosedur operasi
Melaksanakan Proses identifikasi
Melaksanakan surgical safty cheklist
Melaksanakan prosedur sesuai SOP Kamar Bedah
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan rumah sakit
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilator)
Pelaksanaan yang di lakukan di kamar bedah meliputi :
1. Surgical hand hygiene yang digunakan adalah Chloorhexydine 4% dengan cara
7 langkah hand hygiene sebelum melakukan pembedahan.
2. Hand hygiene dengan menggunakan alkohol based handrub dengan cara 7
langkah 7 langkah dan sesuai 5 moment.
3. Melakukan prinsip-prinsip steril sebelum, selama dan sesudah melakukan
tindakan pembedahan
4. Penanganan limbah sesuai dengan SPO
f. Pencegahan Pasien Jatuh
Pelaksanaan yang di lakukan di kamar bedah :
1. Melengkapi dan memberikan pengaman semua brankar/tempat tidur pasien
yang digunakan pasien.
2. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai resiko jatuh saat serah terima
pasien
3. Sebelum pasien dipindahkan kemeja operasi pastikan bed pasien dan meja
operasi terkunci dan posisikan bed pasien dan meja operasi dalam keadaan
horizontal/ sejajar sama tinggi.
4. Untuk pasien yang tidak bisa mobilisasi proses pemindahan dibantu dengan
mengunakan transfer bed dan pastikan bed pasien serta meja operasi dalam
keadaan terkunci.

Halaman | 20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Definisi :
Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian akibat kerja, baik yang
mengakibatkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung.

B. Kegunaan dan pilihannya :


Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat yang setinggi
tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan, meliputi mencegah dan melindungi timbulnya gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh kegiatan / kondisi lingkungan kerja dari faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
Tujuan Pelaksanaan K3 di Kamar Operasi
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dan kesehatan kerjanya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
kamar operasi Rumah Sakit.
2. Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja setiap orang lain yang berada di tempat kerja
(kamar operasi).
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman. (Permenaker 05/MEN/1996
tentang SMK3).

C. Kebijakan Pelaksanaan K3 Di Kamar Operasi


Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yaitu :
1) Undang – undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2) Undang – undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
3) Program LK3 Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
4) Secara khusus dalam bidang kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja diatur dalam
UU Kesehatan tahun 1992 pasal 23 ayat 1,2,3 dan 4 ditujukan kepada pasien, petugas dan
alat meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Keselamatan dan Keamanan Petugas
1. Melakukan pemeriksaan secara periodic sesuai ketentuan.
2. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan petugas
diatur dalam Permenkertrans RI No.PER.03MEN/1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja.
3. Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan, penghargaan dan pendidikan
berkelanjutan ( UU Kesegatan tahun 1992 pasal 51 ayat 1 )
4. Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka mempertahankan hasil
kerja
5. Membina hubungan kerjasama intern dan antar profesi, dalam mencapai tujuan
tindakan pembedahan.
6. Selalu menggunakan alat pelindung diri pada tindakan yang beresiko tinggi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
8. Melakukan vaksinasi
b. Bahaya Yang Mungkin Timbul Di Kamar Operasi
1. Bahaya Terpapar / infeksi
Halaman | 21
2. Bahaya tertusuk / terpotong
3. Bahaya terjatuh
4. Bahaya radiasi
5. Bahaya terbakar
6. Bahaya ledakan
c. Target K3 Di Kamar Operasi
1) Pasien.
2) Tenaga Medis ( Perawat Kamar Bedah, Ahli Bedah dan Tim Anestesi ).
3) Tenaga Non Medis ( Cleaning Service dan TU / Administrasi, tenaga Tehnik).
d. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Di Kamar Operasi
1) Kondisi Tidak Aman ( Unsafe Condition ).
Berkaitan dengan faktor eksternal anestesi seperti :
a. Alat yang tidak dikalibrasi rutin. Contoh : Mesin anestesi, Monitor, defibrillator.
b. Instrumen yang komplek (penanganan tidak aman), contoh : penggunaan C-
arm.
c. Sistem Ventilasi Kamar Operasi (tidak baik).
d. Bahan dan limbah yang berbahaya B3 (Penanganan tidak aman).
2) Perilaku Tidak Aman ( Unsafe Action ).
Faktor manusia sendiri, disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
a. Pengetahuan dan keterampilan tidak sesuai dengan pekerjaannya.
b. Keadaan fisik dan mental yang belum siap, untuk tugas tugasnya.
c. Tingkah laku dan kebiasaan yang ceroboh, sembrono, terlalu berani tanpa
memperdulikan petunjuk dan instruksi.
d. Kurang perhatian dan pengawasan dari atasannya.
3) Upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dari kondisi tidak aman
a. Menggunakan sarung tangan tidak steril dan masker ketika serah terima
pasien.
b. Menggunakan sarung tangan steril setiap melakukan tindakan invasive.
c. Menggunakan Apron ketika ada tindakan pembedahan menggunakan alat
radiasi.
d. Menggunakan alas kaki selama kegiatan pembiusan di ruang kamar bedah.
e. Menggunakan sistem pembuangan gas anestesi untuk mesin anestesi.
f. Menggunakan tempat khusus pembuangan semua benda tajam bekas pakai
dan disiapkan di masing-masing kamar operasi.

4) Upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dari Perilaku tidak aman


a. Menggunakan sistem kerja secara bergiliran sesuai jadwal jaga kamar operasi.
b. Melakukan pemeriksaan dan menyiapkan alat serta mesin anestesi secara rutin
sebelum digunakan.
c. Memberikan pelatihan(pembekalan ilmu-ilmu anestesi) yang berkesinambungan
kepada perawat anestesi.
d. Melakukan tindakan anestesi sesuai SPO dalam bekerja.

Halaman | 22
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan anestesi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat
memuaskan pelanggan.
.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan layanan anestesi yang mengacu pada standar operation prosedur
pelayanan anestesi Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang berlaku.
b. Terciptanya pelayanan anestesi yang menjamin keamanan dan kenyamanan pasien
c. Meningkatkan kepuasan pelanggan
d. Mencapai sasaran mutu sesuai ISO 9001 yang telah ditetapkan Rumah Sakit

3. Sasaran Mutu Kamar Bedah dan Anestesi

SASARAN MUTU

UNIT KERJA : Instalasi Anestesi

REVISI :

TARGET
DEPT/ BAG SASARAN MUTU
PENCAPAIAN ACTION PLAN

Anestesi 1 .Efek samping sedasi 100 % 1.Memonitor k/u


moderat atau dalam pasien durante operasi
dengan penggunaan pada saat pembiusa dan
memgisi form catatan
anesthesi umum. anesthesi dan asuhan
pelayanan anesthesi

2. Pelaksanaan 2 Melaksanakan
assessment pra sedasi 100 % kunjungan pra-anestesi
dan pra anestesi & mengisi form visite
pra-anestesi.
3. Proses monitoring 100 %
3. Melaksanakan
proses pemuliahan
anestesi dan sedasi dalam pemantauan pasien post
operasi dan mengisi form
100 % pemantauan di ruang
pemulihan.

Halaman | 23
4. Proses monitoring 100 % 4. Melakukan asuhan
status fisiologi selama keperawatan pada post
anestesi operasi durante operasi

5. Evaluasi ulang bila


terjadi konversi tindakan 5. Mengisi form catatan
100 %
dari local / regional ke
anesthesi durante operasi
general.
Memonitor pasien
durante operasi dengan
konversi tindakan
anestesi

Halaman | 24
BAB IX
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan


Brandan, tidaklah berarti semua permasalahan tentang pelayanan anestesi menjadi mudah.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, Pedoman Pelayanan Anestesi ini sudah barang tentu akan
menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia / tenaga, kebijakan manajemen
serta pihak-pihak terkait.
Untuk keberhasilan pelaksanaan pedoman pelayanan anestesi ini, perlu komitmen dan kerjasama
yang lebih baik antara pihak terkait, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan
semakin optimal, dan khususnya pelayanan anestesi dapat dirasakan oleh dokter, perawat, pasien
/ masyarakat.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 01 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur

Dr.Rahmat sw Siregar,Mked(PD),M.H(Kes),Sp.PD

Halaman | 25
Jalan Wahidin Nomor 01 Sei Bilah
Sei Lepan, Pangkalan Bandan Kabupaten
Langkat Prov. Sumatera Utara 20857
Ph : (0620) 20120, Email :
sekretaris.rspertamina@gmail.com
aaa Rumah Sakit
Pertamiaa Pangkalan Brandan

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-171.A8/L00000/2021/-S0

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN ANASTESI


RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Pertamina Pangkalan Brandan, maka diperlukan pedoman pelayanan
Anastesi yang bermutu tinggi;
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Anastesi di Rumah
Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, maka dipandang perlu untuk
dibuatkan adanya pedoman pelayanan anastesi Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan
b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.

Mengingat : 1. Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Permenkes No 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan Rumah
Sakit
3. Permenkes No 251 tahun 2011 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif

4. Permenkes No 18 tahun 2016 tentang izin dan penyelenggaraan praktek


penata anestesi
5. Surat Keputusan Direktur Utama PT RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN No. Kpts-0178/A00000/2021-S8 tanggal 01
Februari 2021 tentang Pengangkatan Direktur RSPPB

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan tentang
pedoman pelayanan Anastesi di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

KEDUA : Pedoman Pelayanan Anastesi Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan


Jalan Wahidin Nomor 01 Sei Bilah
Sei Lepan, Pangkalan Bandan Kabupaten
Langkat Prov. Sumatera Utara 20857
Ph : (0620) 20120, Email :
sekretaris.rspertamina@gmail.com
aaa Rumah Sakit
Pertamiaa Pangkalan Brandan

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Anastesi


dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa hal-
hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan kemudian.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 01 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur

Dr.Rahmat sw Siregar,Mked(PD),M.H(Kes),Sp.PD
Jalan Wahidin Nomor 01 Sei Bilah
Sei Lepan, Pangkalan Bandan
Kabupaten Langkat Prov.
Sumatera Utara 20857 Ph :
(0620) 20120, Email :
Rumah Sakit sekretaris.rspertamina@gmai
l.com
Pertamina Pangkalan Brandan

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-166.A8/L00000/2021-S0

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN ANASTESI


RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Menimbang : a. Bahwa rumah sakit pertamina Pangkalan Brandan sebagai salah satu
sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat;

b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Pembedahan dan


Pembiusan di Kamar Bedah Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan, maka dipandang perlu untuk dibuatkan adanya kebijakan
Kamar Bedah Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan;

c. Bahwa dengan adanya kebijakan Kamar Bedah, maka pelayanan


pembedahan dan pembiusan akan berjalan dengan lancar.

Mengingat : 1. Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Permenkes No 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan
Rumah Sakit
3. Permenkes No 251 tahun 2015 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif
4. Permenkes No 18 tahun 2016 tentang izin dan penyelenggaraan
praktek penata anestesi
5. Surat Keputusan Direktur Utama RSPPB No.Kpts-
0178/A00000/2021-S8 tanggal 01 Februari 2021 tentang
Pengangkatan Direktur RSPPB.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan tentang
kebijakan pelayanan anastesi di RSPPB.
Jalan Wahidin Nomor 01 Sei Bilah
Sei Lepan, Pangkalan Bandan
Kabupaten Langkat Prov.
Sumatera Utara 20857 Ph :
(0620) 20120, Email :
Rumah Sakit sekretaris.rspertamina@gmai
l.com
Pertamina Pangkalan Brandan

KEDUA..........

Keputusan Direktur
Nomor : No. Kpts-166.A8/L00000/2021-S0

KEDUA : Memberlakukan Kebijakan Anastesi Rumah Sakit Pertamina Pangkalan


Brandan sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa


hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan
kemudian.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 01 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur

Dr.Rahmat sw Siregar,Mked(PD),M.H(Kes),Sp.PD
Jalan Wahidin Nomor 01 Sei Bilah
Sei Lepan, Pangkalan Bandan
Kabupaten Langkat Prov.
Sumatera Utara 20857 Ph :
(0620) 20120, Email :
Rumah Sakit sekretaris.rspertamina@gmai
l.com
Pertamina Pangkalan Brandan
Lampiran Keputusan Direktur
Nom or : K pts-166.A8/L00000/2021- S0
Ta nggal : 13 Maret 2021

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI


RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Kebijakan Umum Anestesi


1. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) memenuhi standar di rumahsakit,
nasional dan peraturan perundang – undangan yang berlaku

2. Pelayanan anestesi yang adekuat, reguler dan nyaman harus selalu berorientasi kepada mutu
dan keselamatan pasien dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.

3. Pelayanan anestesi dilakukan 24 jam, untuk keadaan darurat diluar jam kerja yang
ditentukan,disesuaikan dengan jadwal oncall yang telah dibuat

4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.

5. Koordinator pelayanan anestesi di rumah sakit dibawah tanggung jawab dokter spesialis
anestesi.

6. Tugas dan tanggung jawab koordinator pelayanan anestesi diatur dalam SK direktur RSPPB.

7. Semua petugas di anestesi wajib memiliki ijin sesuai dengan ketentuan yang berlaku

8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam


K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

9. Informed consent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan tindakan
pembiusan harus ada secara tertulis karena menyangkut legalitas yang dilakukan dokter
anestesi.

10. Setiap tindakan anestesi yang dilakukan ditulis dalam rekam medis pasien.

11. Asesmen pra sedasi/pra anestesi untuk pasien elektif dilakukan oleh dr. Sp.An di ruang rawat
inap 1 hari sebelum operasi dilakukan.

12. Asesmen pra sedasi/pra anestesi untuk pasien emergensi/cito dilakukan sesaat oleh dr.Sp.An
di IGD atau di ruang premedikasi kamar operasi sebelum operasi dilakukan.

13 . Asesmen pra induksi untuk pasien dilakukan oleh dr. Sp.An sesaat sebelum obat anestesi
diberikan

14. Persiapan pra anestesi dilakukan di rawat inap setelah dilakukan asesmen pra
sedasi/praanestesi yang dilakukan oleh dr. Sp.An maka dr. Sp.An akan memberikan instruksi
untuk persiapan anestesi.

15. Pelayanan pra anestesi setiap pasien dilakukan di ruang premedikasi sebelum pasien masuk
ke ruang kamar operasi.
1
16. Pelayanan anestesi sedasi ringan untuk tindakan pemasangan endotracheal tube di ICU
dilayani oleh dokter spesialis anestesi dibantuoleh perawat anestesi atau perawat ruangan.

17. Pelayanan anestesi termasuk didalamnya sedasi sedang, berat/dalam di setiap pembedahan
dilayani oleh dokter spesialis anestesi dibantu oleh perawat anestesi

18. Pelaksanaan tindakan anestesi lokal dapat dilakukan oleh dr. operator bedah atau dr.Sp.An
sesuai dengan standar prosedur operasional.

19. Pelaksanaan pelayanan anestesi umum/general, anestesi regional/spinal untuk pasienoperasi


elektif maupun darurat dilakukan oleh dokter Sp.An dengan dibantu oleh perawat anestesi
dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional.

20. Monitoring selama pasien dilakukan tindakan anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
dan perawat anestesi.

21. Monitoring pasien selama tindakan anestesi dan pasca anestesi sesuai dengankebijakan yang
berlaku.

22. Pelayanan anestesi lokal, monitoring pasien selama 15 – 30 menit oleh perawat kamaroperasi
utnuk mengawasi tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien.

23. Pelayanan anestesi general untuk pasien ODC/rawat jalan dilakukan monitoring diruang pulih
sadar selama 1 – 2 jam atau kondisi pasien sesuai dengan kriteria transfer ke ruang ODC di
IGD.

24. Transfer pasien untuk perawatan selanjutnya dari kamar operasi ke rawat inap, ODC dan ke
ICU menggunakan kriteria yang telah ditentukan

A. Kebijakan Khusus
1. Setiap pelayanan tindakan anestesi meliputi :

a. Pra Anestesi
1) Dokter anestesi wajib melakukan kunjungan Pra Anestesi,
2) Dokter anestesi wajib memberikan informasi tentang rencana tindakan
pembiusan yang akan dilakukan termasuk penyuluhan tentang risiko pada
tindakan yang akan dilakukan.
3) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembiusan harus sudah mendapat
penjelasan menyetujui dan menandatangani informed consent secara lengkap.
4) Pemeriksaan screening pra anestesi dilakukan sesuai kebijakan bedah tetapi
bila ada kondisi khusus dokter anestesi bisa berkonsultasi dengan dokter
spesialis lain.
5) Setiap tindakan Anestesi/pembiusan harus disertai peralatan monitoring yang
meliputi nadi, EKG, Tekanan darah, ventilator (mesin anestesi).

b. Intra anestesi
1) Mendapatkan suasana yang nyaman dan kondusif selama di kamar bedah.
2
2) Sebelum tindakan pembiusan, dilakukan verifikasi pasien dengan
membacakan surgical safety check list.
3) Selama tindakan pembiusan, dokter anestesi wajib melakukan pemantauan
secara terus menerus dan berada di kamar operasi sampai pasien dipindahkan
ke ruang pulih.
4) Seluruh tindakan intra operatif didokumentasikan pada form catatan anestesi.
5) Dokter anestesi bertanggung jawab selama 24 jam pasca operasi terutama
hemodinamik, manajemen nyeri, dan efek samping teknik anestesi.

c. Pasca anestesi
1) Dokter anestesi yang melakukan pembiusan bertanggung jawab terhadap
pasien di ruang pulih dan melakukan pemantauan sampai pasien dinyatakan
dapat kembali ke ruang rawat atau ruang intensif, atau pulang.
2) Dokter anestesi menuliskan instruksi discharge pasien yang menyatakan
pasien boleh kembali ke ruang rawat semula, ICU, ataupun SU dalam form
catatan kamar pemulihan. Dengan menggunakan Aldrete score. Pasien dapat
score > 8 pasien boleh meninggalkan ruang pemulihan untuk kembali keruang
perawatan,pasien dengan score < 8 pasien dirawat diruang khusus (ICU atau
SU).Untuk pasien ODC (One Day Care) harus memenuhi score = 10.

2. Sedasi
a. Tindakan sedasi di luar kamar bedah merupakan salah satu tindakan pelayanan
anestesi di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.
b. Sedasi di luar kamar bedah diberikan oleh dokter anestesi sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional yang berlaku
c. Tindakan sedasi dilakukan di kamar bedah maupun di luar kamar bedah meliputi,
VK.
d. Tindakan sedasi dilakukan oleh dokter anestesiologi dengan di bantu perawat
anestesi.

1) Pra sedasi
a) Dokter anestesi wajib melakukan kunjungan Pra sedasi,
b) Dokter anestesi melakukan pemeriksaan secara lengkap (Anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang), di dokumentasikan ke dalam
formulir pemeriksaan pra sedasi.
c) Dokter anestesi wajib memberikan informasi tentang rencana tindakan
pembiusan yang akan dilakukan termasuk penyuluhan tentang risiko pada
tindakan yang akan dilakukan.
d) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembiusan harus sudah mendapat
penjelasan menyetujui dan menandatangani informed consent secara
lengkap.
e) Setiap tindakan sedasi harus disertai peralatan monitoring yang meliputi
nadi, EKG, Tekanan darah.

3
f) Pemeriksaan screening pra sedasi dilakukan sesuai kebijakan bedah tetapi
bila ada kondisi khusus dokter anestesi bisa berkonsultasi dengan dokter
spesialis lain.

2) Intra sedasi
a) Mendapatkan suasana yang nyaman dan kondusif selama di kamar tindakan.
b) Sebelum tindakan sedasi, dilakukan verifikasi pasien dengan membacakan
surgical safety check list.
c) Selama tindakan sedasi, dokter anestesi wajib melakukan pemantauan
secara terus menerus dan berada di kamar tindakan sampai pasien
dipindahkan ke ruang perawatan semula, atau rawat kusus.
d) Seluruh tindakan intra sedasi didokumentasikan pada formulir catatan
anestesi.
e) Dokter anestesiologi bertanggungjawab selama 24 jam pasca sedasi
terutama hemodinamik, manajemen nyeri, dan efek samping obat sedasi.

3) Pasca sedasi
Dokter anestesi menuliskan instruksi discharge pasien yang menyatakan
pasien boleh kembali ke ruang rawat semula, ICU, ataupun SU dalam form
catatan anestesi. Dengan menggunakan Aldrete score.
Pasien dapat score > 8 pasien boleh meninggalkan ruang pemulihan untuk
kembali keruang perawatan,pasien dengan score < 8 pasien dirawat diruang
khusus (ICU atau SU).Untuk pasien ODC (One Day Care) harus memenuhi
score = 10.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 01 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur

Dr.Rahmat sw Siregar,Mked(PD),M.H(Kes),Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai