BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
i
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kuasa–Nya sehingga kami selaku
penyusun mampu menyelesaikan “Pelayanan Anestesi dan Bedah” ini sebagai pedoman bagi
petugas rumah sakit di Rumah Sakit Graha Medika dan memenuhi persyaratan akreditasi.
Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang membantu dalam
penyusunan “Pelayanan Anestesi dan Bedah” ini sehingga panduan ini dapat selesai dan
diaplikasikan dalam kegiatan di Rumah Sakit Graha Medika.
Semoga panduan ini dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Graha
Medika.Penyusun sadar bahwa panduan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
pembuatan panduan ini.
.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KEPUTUSAN DIREKTUR
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ii
1. Pedoman Pelayanan Anastesi………………………………………………... 1
2. Panduan Pelayanan Anastesi………………………………………………… 17
3. Panduan Pelayanan Sedasi Ringan, Moderet, Dalam……………………… 38
4. Pedoman Pelayanan Bedah…………………………………………………... 47
5. Panduan Assesmen Pre Bedah……………………………………………….. 96
6. Panduan Pembuatan Laporan Operasi……………………………………... 101
7. Panduan Monitoring Pasien Di Ruangan Pemulihan……………………… 105
8. Panduan Penggunaan Implant……………………………………………….. 112
PANDUAN
MONITORING PASIEN DI
RUANG PULIMULIHAN
RUMAH SAKIT IBU DANANAK
GRAND FAMILY
TAHUN 2022
iii
1. PANDUAN PELAYANAN ANASTESI
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan dan pelayanaan anestesi dan sedasi ringan , moderat dan dalam
adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan anesthesia dan sedasi pada hakekatnya harus bisa memberikan tindakan medis
yang aman,efektif,berperikemanusiaan, berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan
teknologi tepat guna dengan mendayagunakan sumber daya manusia yang berkompeten
dan professional dalam menggunakan peralatan dan obat-obatan yang sesuai dengan
standar , pedoman dan petunjuk profesi anestesiolagi dan reanemasi Indonesia.
Jenis pelayanan yang diberikan oleh setiap rumah sakit akan berbeda tergantung dari
fasilitas, sarana, dan sumber daya manusia yang di miliki oleh rumah sakit.
Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anetesia di Rumah Sakit
Graha Medika di susunlah pedoman penyelenggaraan pelayanan anesthesia dan sedasi.
B. Tujuan
1. Memberikan pelayanan anesthesia, analgesia dan sedasi secara berperikemanusian dan
memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis atau trauma
yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stress psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan,kardiovaskular dan ke-
sadaran pasien yang mengelami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
3. Melakukan reanimasi / resusitasi ( basic, edvanced, prolonged life support) pada
kegawatan mengancam nyawa dimanapun pasien berada ( Ruang Gawat Darurat, Ka-
mar bedah, Ruang Pulih Sadar, Ruang NICU, PICU dan HCU )
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolism tubuh pasien
yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa pada pembedahan).
5. Memberikan bantuan terapi pernafasan.
D. Batasan Operasional
Pelayanan anesthesia di kamar bedah adalah :
1
1. Pelayanan anesthesia yang mencakup evaluasi dan terapi pra anesthesia yang di-
lakukan di poli anestesi, IGD, Rawat inap dan ruang persiapan kamar bedah.
2. Pelayanan intra anesthesia, Penatalaksanaan medis pasien dan prosedur- prosedur
anesthesia serta pemantauan/monitoring (General anetesia, Spinal anesthesia, Ephidu-
ral anesthesia, Blok perifer,sedasi ,local anesthesia).
3. Evaluasi dan terapi pasca- anesthesia, pelayanan di ruang pulih sadar yaitu peman-
tauan/monitoring secara berkala dengan interval yang ditentukan.pengeluaran pasien
dari ruang pulih sadar menggunakan system aldrette score ( dewasa) dan Steward
score ( anak dan bayi), Bromage Score (pada pasien post Spinal anestesi ).
E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 519/MENKES/PER/III/2011
tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan sedasi di Rumah Sakit.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 31 tahun 2013 tentang penye-
lenggaraan pekerjaan perawat anestesi.
2
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 671).
4. Surat Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 436/MENKES/SK/
VI/1993 tentang berlakunya standar pelayanan di Rumah Sakit.
Anestesiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang melibatkan :
1. Evaluasi pasien preoperatif
2. Rencana tindakan anestesia
3. Perawatan intra dan pasca operatif
4. Manajemen sistem dan petugas yang termasuk di dalamnya
5. Konsultasi perioperatif
6. Pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tak diinginkan
7. Tatalaksana nyeri akut dan kronis
8. Perawatan pasien dengan sakit berat atau kritis.
Kesemua pelayanan ini diberikan atau diinstruksikan oleh anestesiologi.
American Society of Anesthesiologist (ASA) mendukung konsep pelayanan rawat jalan
untuk pembedahan dan anestesia. Anestesiologis diharapkan memegang peranan sebagai
dokter perioperatif di semua rumah sakit, fasilitas pembedahan rawat jalan, dan
berpartisipasi dalam akreditasi rumah sakit sebagai salah satu sarana untuk
menstandarisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Pedoman/panduan ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat
dalam tata kelola rawat jalan anestesi.Ini adalah pedoman/panduan minimal yang dapat
dikembangkan kapan pun dengan berdasarkan pada pertimbangan atau kebijakan petugas
anestesi yang terlibat.
1. Tujuan :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien
b. Menerapkan budaya keselamatan pasien
c. Menstandarisasi layanan kesehatan di rumah sakit yang sesuai dengan akreditasi.
2. Prinsip :
a. Standar, pedoman, dan kebijakan ASA harus diimplementasikan pada semua kon-
disi dan situasi, kecuali pada situasi di mana hal tersebut tidak sesuai atau tidak da-
pat diaplikasikan pada layanan rawat jalan.
b. Dokter yang berwenang harus dapat dihubungi 24 jam, baik pada kasus-kasus
pelayanan rawat inap, siap sedia menerima telepon atau konsultasi dari perawat
lainnya, availabilitas sepanjang waktu selama penanganan dan fase pemulihan
pasien, hingga pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
c. Fasilitas rumah sakit harus diorganisir, dilengkapi, dan dioperasikan sejalan den-
gan regulasi dan kebijakan pemerintah setempat dan nasional. Seluruh struktur
pelayanan minimalnya harus memiliki sumber daya oksigen, suction, peralatan re-
susitasi, dan obat-obatan emergensi yang dapat diandalkan.
d. Petugas harus memiliki kompetensi dalam perawatan pasien dan mampu
melakukan prosedur-prosedur yang diperlukan dalam suatu rumah sakit, yang ter-
3
diri atas Petugas profesional, Dokter dan sejawat lainnya yang mempunyai Surat
Izin Praktek (SIP) atau sertifikat yang memenuhi syarat dan Perawat yang memi-
liki surat izin dan memenuhi syarat.
e. Dokter pelayanan medis bertanggung jawab dalam melakukan peninjauan ulang,
penyesuaian kewenangan, jaminan mutu, dan evaluasi rekan sejawat.
f. Petugas dan peralatan yang berkualitas tersedia setiap saat diperlukan untuk
menangani situasi emergensi. Harus dibuat suatu kebijakan dan prosedur untuk
menangani situasi emergensi dan transfer pasien yang tidak diantisipasi ke fasilitas
pelayanan akut.
g. Layanan pasien minimal meliputi :
1) Instruksi dan persiapan preoperative.
2) Evaluasi dan pemeriksaan pra anestesia yang memadai oleh anestesiologis, se-
belum dilakukan tindakan anestesia dan pembedahan. Pada kondisi dimanati-
dak terdapat petugas medis, anestesiologis harus memverifikasi informasi yang
didapat dan mengulangi serta mencatat elemen-elemen penting dalam evaluasi.
3) Studi dan konsultasi preoperatif, sesuai indikasi medis.
4) Rencana anestesia dibuat oleh anestesiologis, didiskusikan dengan pasien, ke-
mudian mendapat persetujuan pasien. kesemuanya ini harus dicatat di rekam
medis pasien.
5) Tindakan anestesia dilakukan oleh anestesiologis, atau perawat anestesia yang
dibimbing secara langsung oleh anestesiologis.
6) Pemulangan pasien merupakan tanggung jawab dokter anesthesia.
7) Pasien yang menjalani anestesi umum dan lokal harus didampingi oleh kelu-
arga saat pemulangan pasien.
8) Instruksi pascaoperasi dan pemantauan selanjutnya harus dicatat dalam rekam
medis.
9) Memiliki rekam medis yang akurat, terpercaya, dan terbaru.
4
Yaitu dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis anestesi-
ologi di pusat pendidikan yang diakui atau lulusan luar negeri yang telah mendapat
surat tanda registrasi.(STR).
Tanggung jawab dan kompentensi terhadap pasien meliputi :
a. Evaluasi dan terapi pra anesthesia.
b. Penatalaksanaan medis pasien dan prosedur anesthesia.
c. Evaluasi dan terapri pasca anesthesia.
d. Pengelolaan peri operatif.
3) Perawat anesthesia
Perawat anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pedidikan perawat anestesi/ per-
awat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Perawat anesthesia untuk dapat
melakukan pekerjaanya harus memiliki STRPA / STR yang berlaku dan harus mem-
perbaharui sesuai undang-undang yang berlaku ( 5 Tahun ).
Perawat anesthesia dalam melaksanakan pelayanan anesthesia berada di bawah super-
visi dokter spesialis anestesiologi, dan berwenang untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan anesthesia pada pra,intra dan pasca anesthesia.
a. Tindakan asuhan keperawatan pra anestesi meliputi :
1) Pengkajian keperawatan pra anesthesia
2) Pemeriksaan dan penialaian status fisik klien
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital
4) Persiapan administrasi pasien
5) Analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien
6) Evaluasi tindakan keperawatan pra anesthesia, mengevaluasi secara mandiri
maupun kolaboratif
7) Mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian
8) Persiapan mesin anesthesia secara menyeluruh setiap kali akan digunakan dan
memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan baik dan siap pakai.
9) Pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk memastikan
bahwa semua obat-obatan baik obat anesthesia maupun obat emergency terse-
dia sesuai standar ruamh sakit
10) Memastikan tersedianya sarana prasarana anesthesia berdasarkan
jadwal,waktu,dan jenis operasi tersebut.
b. Tindakan asuhan keperawatan intra anesthesia, dilakukan dengan kolaborasi/super-
vise oleh dokter spesialis anestesiologi meliputi :
1) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik
anesthesia
2) Membantu pelaksanaan anesthesia sesuai dengan instruksi dokter spesialis
anestesiologi
3) Membantu pemasangan alat monitoring non invasif
4) Membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring invasif
5) Pemberian obat anesthesia
6) Mengatasi penyulit yang timbul
7) Pemeliharaan jalan nafas
5
8) Pemasangan alat ventilasi mekanik
9) Pemasangan alat nebulisasi
10) Pengakhiran tindakan anesthesia
11) Pendokumentasian semua yang dilakukan agar seluruh tindakan tercatat baik
dan benar.
c. Tindakan asuhan keperawatan pasca anesthesia meliputi :
1) Merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan anesthesia
2) Pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri
3) Pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural dan pemberian
obat anestetika regional
4) Evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anesthesia regional
5) Pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat
6) Pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang dipakai
7) Pemeliharaan peralatan agar siap pakai untuk dipakai pada tindakan anesthesia
selajutnya.
G. Distribusi Ketenagaan
1. Jenis Tenaga / Tim Anestesi terdiri dari :
a. Dr Anestesi 1 orang Full time
b. Perawat Anestesi 3 orang ( D3 Kep 1 orang dan S1 Ners 2 orang )
1) Perawat anestesi pelaksana 3 orang
2. Jumlah Tim
Setiap kegiatan operasi dengan anestesia memerlukan 1 tenaga dokter dan 1 perawat
anestesi untuk melakukan tindakan di ruang sbb :
a. Ruang persiapan
b. Ruang operasi
c. Ruang RR / Recovery Room
3. Waktu Dinas
a. Pagi Pkl. 07.00 - 14.00
b. Sore Pkl. 14.00 - 21.00
c. Sore /Oncall Pkl. 20.00 - 07.00
H. Pengaturan Jaga
6
Jadwal Petugas Senin -Sabtu Minggu (24 jam)
jumlah Jumlah
Dinas Pagi Dr. Sp. An 1 1
Perawat pelaksana 1 On call
Dinas Sore Dr. Sp. An 1
Perawat pelaksana 2
Dinas Hari Dr. Sp.An 1
Minggu/ Hari Perawat Pelaksana 1
Besar
I. Denah Ruangan
7
Terlampir
J. Standar Fasilitas
1) Ruangan
2) Peralatan
Standar fasislitas peralatan dan perlengkapan penyelenggaraan pelayanan
anestesiologi di sesuaikan dengan klasifikasi pelayanan
K. PRA ANESTESIA
9
1) Pendahuluan
Setiap tindakan anestesia baik anestesia umum maupun regional memerlukan evaluasi
pra-anestesia yang bertujuan untuk:
a. menilai kondisi pasien.
b. menentukan status fisis dan risiko.
c. menentukan status teknik anestesia yang akan dilakukan.
d. memperoleh persetujuan tindakan anestesia (informed consent).
e. persiapan tindakan anestesia.
2) Indikasi
Semua pasien yang akan menjalani prosedur yang memerlukan pengawasan dokter
anestesia maupun tindakan anestesia.
3) Tujuan
Mengusahakan kondisi optimal dari pasien agar dapat menjalani pembedahan dengan
sebaik-baiknya.
4) Kegiatan
a. Evaluasi pra anesthesia dilakukan dalam periode 24 jam sebelum tindakan aneste-
sia. Agar supaya terapi atau pemeriksaan yang diperlukan dapat dilaksanakan,
hendaknya diberikan waktu yang cukup untuk evaluasi tersebut. Jika evaluasi dini
tidak dapat dilakukan (misalnya pembedahan darurat) penilaian dilakukan sebelum
memulai anestesia dan pembedahan.
b. Evaluasi pra anestesia meliputi:
1) Anamnesis identifikasi pasien,
2) Pemeriksaan fisik,pemeriksaaan penunjang sesuai indikasi
3) Riwayat medis, khusus dari pasien
4) pemahaman prosedur bedah yang akan dilakukan
5) memberikan penjelasan tentang tindakan anestesia ,komplikasi dan resiko
anesthesia.
6) Memperoleh izin tertulis dari pasien atau keluarga ( Inform consen)
7) konsultasi dengan dr spesialis lain bila diperlukan
8) pengaturan terapi dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencapai kon-
disi pasien yang optimal, misalnya terapi cairan,
tranfusi,dll.
c. Dokter anesthesia dapat menunda atau menolak tindakan anesthesia bila hasil eval-
uasi pra-anestesia dinilai belum dan atau tidak layak untuk tindakan anesthesia.
10
CLEAR
UMUR PADAT SUSU
LIQUIDS ASI (JAM)
(JAM) FORMULA
(JAM)
Neonatus 4 2 4 4
<6 bulan 4 4 6 4
6–36 bulan 6 3 6 4
>36 bulan 6 2 6
Dewasa
6–8 2
5) Aspek keperawatan
Perawatan pra anestesia di mulai saat pasien berada di ruang perawatan atau dapat
juga di mulai pada saat pasien di serah terimakan di ruang operasi dan berakhir saat
pasien di pindahkan ke meja operasi.
Tujuan:
a. menciptakan hubungan yang baik pada pasien memberikan penyuluhan tentang
tindakan anesthesia.
b. mengkaji, merencanakan, dan memenuhi kebutuhan pasien.
c. mengetahui akibat tindakan anestesi yang akan dilakukan.
d. mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin timbul.
Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anestesia, perawat anestesi ru-
ang persiapan wajib memeriksa kembali data dan persiapan anestesia yang tercantum
di lembar Pre-post operasi (formulir terlampir). Setelah dilakukan hal tersebut, di-
lakukan “sign-in” dengan perawat anestesi yang bertugas di kamar bedah yang men-
gacu pada formulir checklist keselamatan bedah.
L. INTRA ANESTESIA
Pedoman Pengelolaan Jalan Napas Intra Anestesia
11
1. Pendahuluan
Dalam pengelolaan anestesia diperlukan pengelolaan jalan napas yang menjamin jalan
napas bebas selama tindakan pembedahan.
a. Pengelolaan jalan napas intra anestesia dapat dilakukan dengan:
1) sungkup muka
2) supraglotic devices
3) pipa endotrakeal
b. Pemilihan jenis alat jalan napas disesuaikan dengan:
1) lokasi operasi
2) lama operasi
3) jenis operasi
4) posisi operasi
5) penyulit jalan napas
c. Persiapan jalan napas:
1) alat jalan napas yang akan digunakan disiapkan sesuai ukuran
2) dapat disiapkan beberapa alat pendukung jalan napas sesuai kebutuhan antara
lain alat jalan napas oro/nasofaringeal, bougie, , bronkoskopi bila diperlukan
dan lain-lain
2. Tujuan
Mengupayakan fungsi vital pasien dalam batas-batass normal selama menjalani pem-
bedahan dan menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan cemas.
3. Kegiatan
1) Tindakan anestesia harus dikerjakan dalam kerjasama tim. Seorang spesialis
anestesi harus di dampingi perawat anestesi.
2) Keamanan pasien selama anestesia dan pembedahan memerlukan pemantauan
fungsi vital (oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu, perfusi jaringan) yang terus
menerus/ berkala yang dicatat dengan lengkap pada rekam medik (Catatan
Anestesi/ sedasi).
3) Sebelum dilakukan insisi, bersama dengan perawat bedah, melakukan “time out”
4. Aspek Keperawatan
Perawatan selama anestesi/ intra-anestesi di mulai sejak pasien berada diatas meja op-
erasi sampai dengan pasien di pindahkan ke ruang pulih sadar.
Tujuan:
Mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar
pembedahan dapat berjalan lancar dan baik.
Sebelum tindakan anestesi perawat anestesi wajib:
1) mencatat semua tindakan anesthesia
2) berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien se-
lama anestesia. Pemantauan meliputi sistem pernapasan, sirkulasi, suhu keseim-
bangan cairan, perdarahan, produksi urin, dan lain-lain.
12
3) Berespon dan melaporkan pada dokter spesialis anestesi bila terdapat tanda-tanda
kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera.
4) Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan fungsi
vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anesthesia.
5) Mengatur dosis obat anestesia pada pelimpahan wewenang dokter spesialis aneste-
siologi.
6) Menanggulangi keadaan gawat darurat.
Pengakhiran Anestesia:
1) Memantau tanda-tanda vital secara intensif
2) Menjaga jalan napas supaya tetap bebas
3) Menyiapkan alat-alat untuk pengakhiran anestesia dan atau ekstubasi
4) Melakukan pengakhiran anestesia atau ekstubasi sesuai dengan kewenangan yang
diberikan
M. PASCA ANESTESIA
1. Tujuan
Menjaga fungsi vital pasien dalam batas normal setelah pembedahan berakhir dan se-
lama sisa anestesia belum sama sekali hilang serta menjaga agar pasien tidak merasa
nyeri dan atau cemas berlebihan.
2. Kegiatan
a. Setelah pengakhiran anestesia, pasien dikirim ke kamar pulih sadar untuk peman-
tauan fungsi vital tubuh oleh perawat ruang pulih sadar.
b. Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke ruang rawat khusus(misal-
nya: PICU, NICU dan HCU).
c. Bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diberikan.
d. Pemberian analgesia dan sedatif disesuaikan dengan kondisi pasien.
e. Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih sadar dibuat oleh dokter
spesialis anestesiologi.
3. Aspek keperawatan
Perawatan pasca anestesia dimulai sejak pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar sam-
pai diserah terimakan kembali kepada perawat ruang rawat inap.Jika kondisi pasien
tetap kritis pasien dipindahkan ke PICU/NICU/HCU.
Tujuan:
a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih.
b. Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi.
c. Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat peminda-
han/pemulangan pasien sesuai dengan penilaian aldrette score (dewasa) dan stew-
ard score (anak), Bromage Score.
Yang berhak memindahkan pasien dari ruang pasca anestesi adalah dokter spesialis
anestesiologi.Perawat anestesi/ perawat ruang RR dapat mengusulkan pindah ke ruang
perawatan NICU /PICU/ HCU apabila di perlukan.
13
N. DI LUAR KAMAR BEDAH
Mengusahakan kondisi optimal dari pasien agar dapat menjalani tindakan medis dengan
sebaik-baiknya.Ruangan yang dimaksud adalah ruang tindakan kebidanan, kamar bersalin
dan klinik Fertiliti.
Kegiatan
a. Evaluasi pra sedasi
Evaluasi pra sedasidikerjakan sesaat sebelum tindakan sedasi. Agar terapi atau pe-
meriksaan yang diperlukan dapat dilaksanakan,hendaknya diberikan waktu yang
cukup untuk evaluasi tersebut.
Evaluasi pra sedasi meliputi:
1) Anamnesis identifikasi pasien,
2) pemahaman prosedur tindakan yang akan dilakukan
3) riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dan khusus dari pasien
4) memberikan penjelasan tentang tindakan sedasi dan memastikan informed consent
5) pengaturan terapi dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencapai kondisi
pasien yang optimal, misalnya terapi cairan,dll.
b. Intra Sedasi
Tujuan:
Mengupayakan fungsi vital pasien dalam batas-batas normal selama menjalani pembe-
dahan dan menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan cemas.
Kegiatan:
1) Tindakan sedasi harus dikerjakan dalam kerjasama tim. Seorang spesialis anestesi
harus di dampingi perawat anestesi.
2) Keamanan pasien selama sedasi dan pembedahan memerlukan pemantauan fungsi
vital (oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu, perfusi jaringan) yang terus menerus/
berkala yang dicatat dengan lengkap pada rekam medik (Catatan Anestesi/ sedasi).
Aspek Keperawatan
Perawatan selama pemberian sedasi di mulai sejak pasien berada diatas meja tindakan
sampai dengan pasien di pindahkan ke ruang pulih sadar.
Tujuan:
Mengupayakan fungsi vital pasien selama berada pemberian sedasi dalam kondisi op-
timal agar tindakan medis/pemeriksaan diagnostik dapat berjalan lancar dan baik.
Sebelum pemberian sedasi perawat anestesi wajib:
1) Mencatat semua tindakan pemberian sedasi.
2) Berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien se-
lama pemberian sedasi. Pemantauan meliputi sistem pernapasan, sirkulasi, suhu
keseimbangan cairan, perdarahan.
3) Berespon dan melaporkan pada dokter spesialis anestesi bila terdapat tanda-tanda
kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera.
4) Melaporkan kepada dokter yang melakukan tindakan medis/pemeriksaan diagnos-
tik tentang perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan se-
lama pemberian sedasi.
14
5) Mengatur dosis obat sedasi pada pelimpahan wewenang dokter spesialis anestesi-
ologi.
6) Menanggulangi keadaan gawat darurat.
Pengakhiran sedasi:
1) Memantau tanda-tanda vital secara intensif.
2) Menjaga jalan napas supaya tetap bebas.
3) Menyiapkan alat-alat untuk pengakhiran sedasi dan atau ekstubasi.
4) Melakukan pengakhiran sedasi sesuai dengan kewenangan yang diberikan
1) Aspek Keperawatan
Perawatan pra sedasi di mulai saat pasien berada di ruang persiapan tindakan dan
berakhir saat pasien di pindahkan ke meja tindakan.
Tujuan:
a. Menciptakan hubungan yang baik pada pasien memberikan penyuluhan ten-
tang tindakan anesthesia
b. Mengkaji, merencanakan, dan memenuhi kebutuhan pasien.
c. Mengetahui akibat tindakan anestesi yang akan dilakukan.
d. Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin timbul.
Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anestesia, perawat anestesi ru-
ang persiapan wajib memeriksa kembali data dan persiapan anestesia yang tercantum
di lembar Pre-post operasi (formulir terlampir). Setelah dilakukan haltersebut, di-
lakukan “sign-in” dengan perawat anestesi yang bertugas di kamar bedah yang men-
gacu pada formulir checklist keselamatan bedah.
A. DEFINISI
15
1. Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah pelayanan dalam rangka menerapkan
Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif di berbagai unit kerja.
2. Tim Pelaksana Pelayanan Anestesi terdiri dari Dokter Spesialis Anestesiologi serta Penata
Anastesi dan perawat terlatih Anastesi. Dalam melakukan pelayanan Dokter Anestesiologi
dapat mendelegasikan tugas pemantauan kepada anggota tim namun tetap bertanggung
jawab atas pasien secara keseluruhan.
3. Dokter Spesialis Anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program
studi Dokter Spesialis Anestesiologi di institusi pendidikan yang telah diakui atau lulusan
luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek
(SIP).
4. Penata Anastesi adalah petugas kesehatan yang sudah mengikuti Program Pendidikan
Anastesi setara DIII (diploma).
5. Perawat Anestesi adalah perawat yang minimal telah mengikuti pelatihan sehingga
memiliki pengalaman dalam aktivitas keperawatan pada tindakan anestesia. Perawat
Anestesi bekerja sama dan mendapatkan supervisi langsung dari dokter yang kompeten
dan terlatih baik.
6. Pengawasan dan pengarahan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan bahwa
pekerjaan Anestesiologi termasuk mengawasi, mengelola, dan membimbing Dokter co.ass
dan petugas Anestesi non-dokter yang tergabung dalam Tim Anestesi.
7. Kepala Instalasi Anestesi adalah seorang Dokter Spesialis Anestesiologi yang diangkat
oleh Direktur Rumah Sakit Graha Medika.
8. Kepala Staf Medis (KSM) Anestesiologi dan Reanimasi adalah seorang Dokter Spesialis
Anestesiologi yang diangkat oleh Direktur Rumah Sakit.
9. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah suatu perangkat instruksi/langkah – langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, berdasarkan
standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan pedoman nasional yang disusun,
ditetapkan oleh rumah sakit sesuai kemampuan rumah sakit dengan memperhatikan
sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
10. Pelayanan Pra-Anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis pra anestesia dan
pemberian informasi serta persetujuan bagipasien yang memperoleh tindakan anestesi.
11. Pelayanan Intra Anestesia adalah pelayanan anestesia yang dilakukanselama tindakan
Anestesia meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu.
12. Perawatan Pasca Anestesi dilakukan kepada semua pasien yang menjalani Anestesi
Umum/Regional, atau Perawatan Anestesi terpantau (monitored anesthesia care).
13. Pelayanan Kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis di
lingkungan Rumah Sakit Graha Medika.
14. Pelayanan Tindakan Resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko
mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang
dilingkungan Rumah Sakit Graha Medika.
15. Pelayanan Anestesia Regional adalah tindakan pemberian anestesi untuk memblok saraf
regional sehingga tercapai Anestesia di lokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
16
16. Pelayanan Anestesia/Analgesia di luar Kamar Bedah adalah tindakan pemberian
anestetik/analgesik di luar Kamar Bedah.
17. Pelayanan Penatalaksanaan Nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri, terutama nyeri
akut, kronik dan kanker dengan prosedur intervensi (interventional pain management).
18. Pengelolaan akhir kehidupan adalah pelayanan tindakan penghentian atau penundaan
bantuan hidup.
B. RUANG LINGKUP
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif meliputi tindakan untuk mengatasi pasien gawat,
penatalaksanaan nyeri, penilaian pra anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi serta pelayanan
lain sesuai bidang anestesiologi dan terapi intensif.
1) Pelayanan Pasien Gawat
Pelayanan Pasien Gawat adalah penanganan anestesi yang ditujukan menangani
kegawatan terhadap pasien yang melingkupi kegawatan jalan napas, kegawatan napas,
kegawatan sirkulasi dan kegawatan akibat gangguan kesadaran serta kegawatan akibat
exposureterhadapbahanatauzatberbahaya.
a. Kegawatan Pra Hospital
Pelayanan Kegawatan Pra Hospital melingkupi kesiapsiagaan terhadap kegawatan
yang berada diluar rumah sakit, kegawatan dalam rumah tangga, kegawatan dalam
acara formal rutin maupun insidental yang dilakukan secara terencana sebelumnya
maupun on call (panggilan) pada keadaan khusus.
b. Pelayanan Resusitasi
Pelayanan Kegawatan Resusitasi melingkupi penanganan kegawatan di Ruang
Resusitasi untuk stabilisasi pasien yang mengalami gangguan fungsi vital (Airway,
Breathing, Circulationdan Dissability) yang bertujuan agar pasien segera stabil dan
dilakukan terapi definitif dari penyakit yang diderita melalui proses diagnosis lebih
lanjut
c. Pelayanan PadaPasien Emergency
Pelayananpada trauma maupun non trauma yang mengalamikegawatan di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) sehingga membutuhkan tindakan Anestesi dan Reanimasi.
Penanganan pasien ini bersifat life support dengan kolaborasi dengan sejawat spesialis
terkait.
2) Pelayanan Perioperatif
1. Pelayanan Perioperatif merupakanPelayanan Anestesi yang merujuk pada semua
perjalanan prosedur tindakan anestesi dan termasuk sebelum(pre-), selama (intra-) dan
sesudah (pasca-) operasi dan anestesi yang dilakukan pada ranah emergency maupun
elektif.
2. Pelayanan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi pelayanan yang berkaitan dengan anestesi dan pembedahan.
17
3. Masa Perioperatif adalah dimulai saat pasien datang ke rumah sakit, kemudian
direncanakan atau dilakukan tindakan prosedur pembedahan atau diagnostik sampai
pada saat pasien pulang dari rumah sakit.
4. Pelayanan Perioperatif merupakan pelayanan yang memerlukan kerjasama dan
melibatkan semua unsur dan unit pelayanan yang ada.
5. Instansi dan unit yang terlibat dan terkait dengan pelayanan ini meliputi : Instalasi
Rawat Jalan (IRJ), Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Instalasi Rawat Intensif dan Reanimasi (NICU/ PICU/ HCU dan RR) ,Instalasi Bedah
Sentral, Laboratoruim dan Radiologi.
6. Pelayanan Perioperatif tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan kerjasama dan
koordinasi dengan beberapa disiplin keilmuan untuk dapat memberikan pelayanan
yang paripurna.
18
h) Penetuan status fisik pasien berdasarkan kriteria yang dikeluarkan ASA (American
Society of Anesthesiologist) :
b. Informed Consent
a) Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasiendan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan
apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.
b) Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua
pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan
pihak lain.
c) Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak
(yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan
kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak
tersebut diberi informasi secukupnya.
d) Informed consent harus diberikan oleh tenaga medis yang kompeten.
e) Informed consent yang disampaikan harus berdasarkan pemahaman yang adekuat
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat (understanding).
f) Informed cosent ini juga harus memenuhi unsur voluntariness (kesukarelaan,
kebebasan) dan authorization (persetujuan).
g) Informed consent dinyatakan secara tertulis.
h) Informed constentdapat diberikan kepada pasien, suami/istri, anak, orang tua,
saudara kandung, dst.
i) Informed consent tidak berlaku pada 5 (lima) keadaan :
1) Keadaan darurat medis;
2) Ancaman terhadap kesehatan masyarakat;
3) Pelepasan hak memberikan consent (waiver).
j) Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan pada
pasien yang melepaskan haknya memberikan consent.
k) Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.
c. Persiapan Pre Operasi
a) Persiapan perioperatif idealnya memerlukan waktu 24 – 48 jam sebelum
pelaksanaan tindakan.
19
b) Persiapan pasien minimal mencangkup nama, umur, jenis kelamin dan prosedur
tindakan.
c) Penilaian klinik awal diperlukan untuk menemukan permasalahan atau kebutuhan
spesifik pasien, seperti alergi, gangguan mobilitas, gangguan pendengaran atau
riwayat penyakit dahulu yang memerlukan terapi terlebih dahulu.
d) Persiapan Pasien :
1) Persiapan pasien mulai dilakukan di Poli Anestesi, RuangRawatan , Ruang
Rawat Darurat, Ruang Perawatan Intensif (NICU/ PICU/ HCU) dan dari rumah
pasien ataupun dari Ruang Penerimaan Pasien di Kamar Bedah.
2) Operasi elektif sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan dipersiapkan oleh Tim
Dokter yang kompeen pada H-2 hari pelaksanaan pembedahan.
3) Operasi darurat dilakukan persiapan yang lebih singkat disesuaikan dengan
kondisi klinis pasien dan kondisi yang melatar belakangi kegawatannya.
4) Persiapan pre operasi secara umum minimal meliputi :
a) Puasa;
b) Pengosongankandungkemih;
c) Informedconsent (Surat IzinOperasi dan Anestesi);
d) Pemeriksaanfisikulang;
e) Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya;
f) Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara
intravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.
5) Pada operasi darurat dimana pasien tidak puasa atau belum cukup, maka
dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
e) Premedikasi
1) Premedikasi adalah pemberian obat 1 – 2 jam sebelum tindakan Induksi
Anestesi.
2) Tujuan Premedikasi adalah meredakan kecemasan dan ketakutan,
memperlancar induksi anestesia, mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
bronkus, meminimalkan jumlah obat anestetik (obat anestetik adalah obat yang
berefek menghilangkan sensasi -- seperti rasa raba -- dan kesadaran),
mengurangi mual muntah pasca-bedah, menciptakan amnesia, mengurangi isi
cairan lambung, mengurangi refleks yang membahayakan.
3) Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda.
4) Pemberian obat sedatif atau penenang memberikan penurunan aktivitas mental
dan berkurangnya reaksi terhadap rangsang sehingga memerlukan observasi
ketat terhadap fungsi vital.
a) Pemberian obat premedikasi bisa diberikan secara oral (mulut), rectal
maupun intravena (melalui vena);
b) Pemberian premedikasi mempertimbangkan kondisi klinis pasien seperti
usia, suhu tubuh, emosi, nyeri dan jenis penyakit yang sedang dialami
pasien.
20
5) Obat–obatyang sering digunakan dalam premedikasi adalah Obat
Antikolinergik, Obat Sedatif (penenang) dan Obat Analgetik Narkotik
(penghilang nyeri).
f) Persiapan alat dan obat – obatan meliputi persiapan obat–Obat Anestesia, Obat
Pendukung Anestesia dan Obat Resusiatasi.
g) Persiapan alat meliputi
1) Mesin anestesi;
2) Set intubasi termasuk bag and mask (ambubag);
3) Alat pemantau tanda vital;
4) Alat/bahan untuk antisepsis (kalau menggunakan anestesi regional);
5) Alat – alat penunjang :
a) Alat pengisap (suction)
b) Sandaran infus
c) Sandaran tangan
d) Bantal
e) Tali pengikat tangan
f) Anesthesia pin screen/ boug
g) Dll
h) Persiapan obat – obatan meliputi :
Obat-obatan meliputi :
1) Obat Anestesi :
a) Obat premedikasi;
b) Obat induksi;
c) Obat anestesi volatil / abar.
2) Obat Resusitasi
3) Obat Penunjang Anestesi :
a) Pelumpuh otot
b) Anti dot dan reversal
c) Hemostatika
d) Obat lain sesuai dengan jenis operasi.
21
prosedur induksi, rumatan dan pengakhiran anestesi), posisi operasi dan pencegahan
hipotermi.
e. Re-evaluasi kondisi dan persiapan pre operasi
a) Dilakukan evaluasi ulang kondisi dan persiapan yang sudah dilakukan selama
periode pre operasi.
b) Evaluasi ketat ulang perlu pada kondisi pembedahan emergensi dimana kondisi
pasien saat akan menjalani operasi masih belum optimal.
c) Re-evaluasi ini juga penting untuk memastikan kondisi pasien setelah menjalani
optimalisasi selama fase pre operasi dan memastikan tidak ada penyulit tambahan
yang dapat terjadi selama fase optimalisasi tersebut, terutama pada kasus
emergensi atau pasien intensif.
d) Tindakan Anestesi secara umum terdiri dari Anestesi Umum dan Anestesi
Regional.
f. Anestesi Umum adalah kondisi atau prosedur ketika pasien menerima obat untuk
amnesia, analgesia, melumpuhkan otot, dan sedasi.
g. Anestesi Umum dapat menggunakan obat intravena (injeksi) atau inhalasi.
h. Anestesi Regional adalahanestesi localdenganmenyuntikanobatanestesidisekitarsyaraf
sehingga area syarafteranestesi.
i. Anestesi Regional dibagimenjadi epidural, spinal danblok saraf tepi.
j. SpinalAnestesiadalahsuntikanobatanestesikedalamruangsubarahnoid.
k. Anestesi Epidural adalah penyuntikan obat lokal anestesi kedalamekstradural.
l. Blok saraf tepi dilakukan penyuntikan di saraf yang memberikan persarafan didaerah
yang akan dioperasi.
m. Anestesi Umum dan Regional serta prosedur pembedahan dapat menyebabkan kondisi
vital pasien menjadi tidak stabil sehingga perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi
secara kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan
n. Semua kegiatan yang dilakukan selama tindakan anestesi harus di dokumentasikan
pada Catatan Rekam Medis Anestesi.
22
e. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk
dikeluarkan dari PACU adalah :
a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu;
b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat;
c. Tanda – tanda vital stabil, termasuk tekanan darah;
d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang;
e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
f. Mual dan muntah dalam kontrol;
g. Nyeri minimal.
Atau menggunakan kreteria dibawah ini :
Komponen Nilai
Pernapasan
Dapat menarik napas dalam dan batuk 2
Dyspnea/pernapasan dangkal 1
Apnea 0
Saturasi O2
Dapat mempertahankan SpO2> 92% dengan oksigen ruangan 2
Membutuhkan tambahan O2untuk mempertahankan saturasi > 90% 1
Saturasi O2 < 90% walaupun telah mendapat suplemen oksigen 0
Tingkat Kesadaran
Sadar baik 2
Sirkulasi
Aktivitas
Tingkatan Sedasi
Sedasi Anestesia
Sedasi Sedang Sedasi Dalam
Minimal Umum
Respons Respons
Respons Normal atau
bertujuan bertujuan Tidak dapat
(terhadap sedikit
terhadap terhadap dibangunkan
rangsangan) berubah
verbal/taktil taktil/nyeri
Normal atau
Tidak perlu Intervensi bila Diperlukan
Jalan Napas sedikit
intervensi diperlukan Intervensi
berubah
Normal atau
Ventilasi Mungkin
sedikit Adekuat Inadekuat
Spontan adekuat
berubah
Normal atau
Normal atau Normal atau Mungkin
Tanda Vital sedikit
sedikit berubah sedikit berubah terganggu
berubah
25
C. Tata Laksana
Tata laksana pada berbagai pelayanan Anestesi :
1. Pelayanan Pasien Gawat
a. Kegawatan Pra Hospital
a) Kegawatan Pra Hospital meliputi pelayanan Ambulan Siaga PPGD;
b) Pelayanan ini melibatkan unit pelayanan Ambulan, Dokter Spesialis Anestesi,
Dokter Spesiali Bedah dan unit – unitatau displin ilmu yang terkait;
c) Pelayanan ini siap siaga selama 24 jam penuh.
b. Pelayanan Resusitasi
a) Pelayanan Tindakan Resusitasi meliputi Bantuan Hidup Dasar, Lanjut dan Jangka
Panjang dengan tata laksana;
b) Dokter Spesialis Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi memainkan peranan penting sebagai Tim Resusitasi dan dalam melatih
dokter, perawat serta paramedis;
c) Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru
mengikuti European Resuscitation Council dan/atau American Heart Association
(AHA);
d) Semua upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang berkelanjutan.
c. Pelayanan Emergency
d. Pelayanan Code Blue Rumah Sakit Graha Medika
a) Pelayanan tindakan code blue meliputi Bantuan Hidup Dasar, Lanjut dan Jangka
Panjang dengan tata laksana;
b) Dokter Spesialis Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi memainkan peranan penting sebagai tim resusitasi dan dalam melatih
dokter, perawat serta paramedis.
c) Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru
mengikuti European Resuscitation Council dan/atau American Heart Association
(AHA);
d) Semua upaya resusitasi code blue harus dimasukkan ke dalam audit yang
berkelanjutan.
2. Pelayanan Perioperatif
a. Pelayanan Pra Operatif
a) Konsultasi dan pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Anestesiologi harus dilakukan
sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kondisi
yang layak untuk prosedur anestesi.
26
b) Dokter Spesialis Anestesiologi dan Tim Dokter yang kompeten bertanggung jawab
untuk menilai dan menentukan status medis pasien pra-anestesia
berdasarkanprosedur sebagai berikut :
1) Anamnesis dan pemeriksaan pasien;
2) Meminta dan/atau mempelajari hasil–hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesia.
3) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia yang akan dilakukan dan
memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani Persetujuan
Tindakan(Informed Consent);
4) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat – obat
yang akan dipergunakan.
5) Pemeriksaan penunjang pra-anestesia dilakukan sesuai Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional.
6) Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
c) Pelayanan pra-anestesia ini dilakukan pada semua pasien yang akan menjalankan
tindakan anestesia.
d) Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya gawat darurat yang ekstrim, langkah-
langkah pelayanan pra anestesia sebagaimana diuraikan di panduan ini, dapat
diabaikan dan alasannya harus di dokumentasikan di dalam Rekam Medis pasien.
e) Tata cara kunjungan pra operasi :
1) Mempelajari status Rekam Medis penderita;
2) Memperkenalkan diri pada penderita dan keluarga penderita;
3) Melakukan anamnesa penderita (riwayat penyakit dahulu, penyakit sekarang,
operasi sebelumnya, terapi medikamentosa saat ini);
4) Melakukan pemeriksaan fisik secara teliti dan bila perlu ditambah
pemeriksaan penunjang yang mendukung;
5) melakukan assesment PS ASA penderita;
6) Penjelasana dan Inform consent pasien dan keluarga pasien (pembiusan,
prosedur pembiusan, resiko, komplikasi, alternatif tindakan);
7) Menulis pesanan pre op di status Rekam Medis;
8) Mengoperkan pesanan pre op pada perawat yang bertugas;
9) Dokter Anestesiologi yang bertanggung jawab membuat rencana kerja .
f) Informed Consentdiberikan oleh Dokter Anestesiologi dan Reanimasi Dan Tim
Dokter yang akan melakukan tindakan medis dan disaksikan oleh satu orang
tenaga medis yang lain sebagai saksi.
27
3) Harus ada formulir khusus dari rumah sakit tentang Informed Consent yang
disediakan oleh Sub Bagian Perlengkapan;
4) Setiap pasien harus selalu memiliki lembar Informed Consent yang sudah terisi
lengkap diserta dengan tandatangan dokter serta tandatangan pasien dan
keluarganya sebagai tandatangan persetujuan;
5) Petugas harus memberikan penjelasan dengan sopan, senyum serta manusiawi
terhadap penderita;
6) Bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh pasien dan keluarga;
7) Kelengkapan formulir Informed Concent harus sudah dibuat sebelum pasien
dikirim ke Kamar Bedah, bisa di ruangan rawat inap;
8) Kemudian diberikan premedikasi lebih awal oleh petugas yang berkompeten
(Bagian Anesthesi), 1 (satu) jam sebelum pembedahan
h) Persiapan pasien pre operasi di ruang perawatan meliputi :
1) Puasa, memasang NGT;
2) Pengosongankandungkemih;
3) InformedConsent(Surat IzinOperasi dan Anestesi);
4) Pemeriksaanfisikulang;
5) Pembersihan daerah yang akan dioperasi, bila dimungkinkan dicukur atau
mandi dan keramas;
6) Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
i) Persiapan pasien pre operasi di ruang premedikasi meliputi :
1) Tegur, sapa, sentuh, dan salami pasien;
2) Pada saat tegur sapa dan menyentuh pasien, sekaligus menilai A.B.C.D (lihat
panduan menilai jalan napas, pernapasan,sirkulasi dan kesadaran);
3) Cek ulang data pasien dengan melihat rekam medik; Informed Consent, label,
Formulir Persiapan Darah, dan DMK V Anestesi;
4) Baringkan pasien pada posisi yang dirasa nyaman oleh pasien;
5) Pasang monitoring yang ada, tensi, suhu, dan EKG;
6) Pasang infus. (lihat Panduan Pasang Infus);
7) Siapkan obat premedikasi dan berikan(lihat panduan menyiapkan obat dan cara
pemberian obat);
8) Pantau ketat fungsi vital;
9) Semua dicatat di Rekam Medis.
b. Pelayanan Intra Operatif
a. Dokter Spesialis Anestesiologi dan Tim Pengelola harus tetap berada di Kamar
Bedah selama tindakan Anestesia Umum dan Regional serta prosedur yang
memerlukan tindakan sedasi;
b. Selama pemberian anestesia harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan, serta
di dokumentasikan pada Catatan Anestesia;
c. Pengakhiran Anestesia harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu
dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.
c. Pelayanan Pasca Operatif
28
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan keRuang Pulih Sadar
(RR) atau ekuivalennya kecuali atas perintah khusus Dokter Spesialis
Anestesiologi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien
juga dapat dipindahkan langsung ke unit Perawatan Intensif;
b. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan yang
berlaku;
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di Ruang Pulih, tetapi beberapa di
antaranya memerlukan perawatan di unit Perawatan Intensif;
d. Pemindahan pasien ke Ruang Pulih harus didampingi oleh Dokter Spesialis
Anestesiologi atau anggota tim pengelola anestesi. Selama pemindahan, pasien
harus dipantau/dinilai secara kontinual dan diberikan bantuan sesuai dengan
kondisi pasien;
e. Setelah tiba di Ruang Pulih dilakukan serah terima pasien kepada Perawat Ruang
Pulih dan disertai laporan kondisi pasien;
f. Perawat Ruang Pulih Sadar menempatkan pasien di daerah perawatan yang
tersedia;
g. Kondisi pasien di Ruang Pulih harus dinilai secara kontinual dan bila perlu
melakukan tindakan tertentu yang dibutuhkan oleh pasien (Contoh: usaha
membebaskan jalan napas, memberikan oksigen, memberikan selimut hangat);
h. Tindakan tertentu tersebut selanjutnya akan diatur dalam protap-protap khusus
yang terperinci;
i. Perawat Ruang Pulih Sadar melakukan pencatatan di buku register Ruang Pulih
Sadar;
j. Pasien berada di Ruang Pulih Sadar dilakukan perawatan pasca anestesi dan
pembedahan sampai memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat dipindahkan
keruangan;
k. Tim Pengelola Anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari ruang
pulih.
29
3. Pelayanan Anestesi di Luar Kamar Bedah
a. Pelayanan Anestesi Pada Pemeriksaan Diagnostik
a) Pasien terlebih dahulu dikonsulkan ke dr anastesi pada hari kerja
b) Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 yang terkendali sesuai penilaian dokter
spesialis anestesiologi sebelum hari H dan dievaluasi ulang pada Hari
c) Pelayanan di radiologi meliputi foto thorax,lumbal dan abdomen dll
d) Pemantauan fungsi vital selama tindakan anestesi atau sedasi di Radiologi sesuai
standar pemantauan anestesi dan sedasi.
e) Pemantauan di luar tindakan pembedahan atau di luar kamar bedah dapat
dilakukan oleh dokter atau perawat anestesi yang mendapat supervisi dokter
spesialis anestesiologi
b. Pelayanan Anestesi Pada Tindakan di Luar Kamar Bedah
a. Pelayanan anestesi pada tindakan di luar Kamar Bedah dapat berupa pasien
kondisi kritis yang diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ yang terjadi
akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang
diberikan.
b. Pelayanan anestesi pada tindakan di luar Kamar Bedahdilakukan oleh Dokter
Spesialis Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi.
c. Seorang Dokter Spesialis Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
harus senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang timbul akibat
tindakan pembiusan maupun akibat penyakit yang diderita atau pasien dengan
komorbiditi perlu koordinasi yang baik dalam penanganannya. Seorang Dokter
Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi diperlukan untuk
menjadi koordinator yang bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai semua
aspek penanganan pasien, komunikasi dengan pasien, keluarga dan dokter lain.
d. Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi
prognosis pasien sangat buruk, maka Dokter Spesialis Anestesiologi atau dokter
lain yang memiliki kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus dengan dokter
lain yang terkait untuk membuat keputusan penghentian upaya terapi dengan
mempertimbangkan manfaat bagi pasien, faktor emosional keluarga pasien dan
menjelaskannya kepada keluarga pasien tentang sikap dan pilihan yang diambil.
e. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam rekam medis.
f. Dokter Spesialis Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien dan
keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan
dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada kondisi akhir
kehidupan.
c. Pelayanan Sedasi di Unit – Unit Pelayanan Rumah Sakit.
30
a) Pelayanan sedasi meliputi sedasi minimal sampai sedasi dalam.
b) Pemantauan fungsi vital selama tindakan sedasi sedang dan dalam dilakukan
sesuai standar pemantauan sedasi sedang dan sedasi dalam.
c) Sedasi sedang dan dalam dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis Anestesi atau
Perawat Anestesi dan dapat dilakukan oleh Dokter atau Perawat Anestesi.
d) Sedasi Sedang dan Dalam hendaknya dimulai dan dilakukan hanya ditempat –
tempat dengan perlengkapan resusitasi serta obat-obatan yang dan dapat segera
tersedia untuk menangani kendala yang berkaitan dengan prosedur
d. Pengelolaan Akhir Kehidupan
Prosedur pemberian atau penghentian bantuan hidup ditetapkan berdasarkan
klasifikasi setiap pasien di Ruang Perawatan Intensif, yaitu:
a) Bantuan total dilakukan pada pasien sakit atau cedera kritis yang diharapkan tetap
dapat hidup tanpa kegagalan otak berat yang menetap. Walaupun sistem organ
vital juga terpengaruh, tetapi kerusakannya masih reversibel. Semua usaha yang
memungkinkan harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
b) Semua bantuan kecuali RJP (DNR = Do Not Resuscitation), dilakukan pada
pasien-pasien dengan fungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan
otak, tetapi mengalami kegagalan jantung, paru atau organ yang lain, atau dalam
tingkat akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
c) Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika
diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang
kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan bantuan
hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan
terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri.
d) Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi batang otak
yang ireversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak (MBO) yang ada terpenuhi,
pasien ditentukan meninggal dan disertifikasi MBO serta semua terapi dihentikan.
e) Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu Dokter Spesialis
Anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi, Dokter Spesialis Saraf
dan 1 (satu) dokter lain yang ditunjuk oleh Komite Medis Rumah Sakit.
31
3. PANDUAN SEDASI
A. Definisi
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresi dari sistem saraf
pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama tindakan, kontak verbal
dengan pasien harus tetap terjaga. Berdasarkan definisi ini, maka setiap kehilangan
kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai
anestesi umum. Selama sedasi, diharapkan pasien dapat dipertahankan jalan nafas dan
reflek protektif. Telah disarankan suatu konsep sedasi dalam, akan tetapi definisi terhadap
hal ini belum jelas. Mungkin lebih sulit untuk menentukan tingkat sedasi pada anak serta
kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinu, sehingga tidak selalu mungkin
untuk memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi. Oleh karena
itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan segera
terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam / berat dari pada efek yang seharusnya
terjadi.
Pedoman terbaru dari Departement Of Healthon generalanesthesia anddentistry telah
merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar dan lokal anestesi,
sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan anestesi umum.
B. Kriteria Sedasi
Sedasi diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) tahapan yaitu :
1. SedasiRingan/ Minimal (Anxiolysis)
Kondisi dimana pasien masih dapat merespons dengan normal terhadap stimulus ver-
bal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat terganggu, ventilasi, dan fungsi
kardiovaskular tidak terpengaruh.
Contoh sedasi minimal adalah:
a. Blok Saraf Perifer yang mendapatkan ansiolitik.
b. Anestesi Lokal atau Topikal yang mendapat ansiolitik.
c. Pemberian 1 (satu) jenis obat sedatif/ analgesik oral dengan dosis yang sesuai un-
tuk penanganan insomnia, ansietas, atau nyeri.
2. SedasiSedang / Moderat (Pasien Sadar)
Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respons terhadap
stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk mempertahankan patensi jalan
napas, dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga
dengan baik.
32
3. Sedasi Berat / Dalam
Suatukondisidepresitingkatkesadarandimanapasienmemberikanresponsterhadap stimu-
lus berulang/ nyeri. Fungsiventilasispontandapatterganggu/ tidakadekuat. Pasien-
mungkinmembutuhkanbantuanuntukmempertahankanpatensijalan napas. Fungsikar-
diovaskularpada umumnyaterjagadenganbaik.
Sedasi berbeda dengan Anestesi Umum. Anestesi Umum mempunyai pengertian hi-
langnya kesadaran dimana pasien tidak sadar, bahkan dengan pemberian stimulus ny-
eri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas,
dan mungkin membutuhkan ventilasi tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi
spontan/ fungsi kardio vascular dapat terganggu.
Sedasi Sedasi
Ringan/ Sedang/Mod Sedasi Berat/ Anestesi
Minimal erat (Pasien Dalam Umum
(Anxiolysis) Sadar)
Respons Merespons Merespons Tidak sadar,
normal terhadap setelah meskipun
terhadap stimulus diberikan dengan
Respons
stimulus sentuhan. stimulus stimulus
verbal. berulang/ nyeri.
stimulus nyeri.
Tidak Tidak perlu Mungkin perlu Sering
Jalan Napas terpengaruh. intervensi. intervensi. memerlukan
intervensi.
Ventilasi Tidak Adekuat. Dapat tidak Sering tidak
Spontan terpengaruh. adekuat. adekuat.
Tidak Biasanya Biasanya dapat Dapat
terpengaruh. dapat dipertahankan terganggu.
Fungsi
dipertahanka dengan baik.
Kardiovaskular
n dengan
baik.
C. Tujuan
Tujuan sedasi antara lain :
1. Mengurangi kecemasan, memberikan efek tenang agar dapat membantu berjalannya
prosedur, dan memfasilitasi pengalaman yang membuat pasien merasa nyaman.
2. Meminimalisir cedera selama prosedur.
3. Memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi endoskopi
D. Risiko danKomplikasi
Faktor risiko sedasi antara lain :
1. Riwayat gagal sedasi.
2. Mengalami efek samping pada pemberian obat sedasi.
3. Riwayat sulit intubasi atau ventilasi.
4. Bentuk jalan nafas yang tidak normal.
33
5. Status ASA klas 3-4.
6. Pengosongan lambung terganggu dan risiko reflukGastro-Esphageal yang tinggi.
7. Neonatus, infant, dan prematuritas.
8. Kehamilan.
9. Geriatri.
10. Gangguan fungsi organ vital yang berat (jantung, paru, hati atau ginjal).
E. Ruang lingkup
Jika pemilihan pasien secara cermat dan dengan prosedur yang sesuai, penggunaan sedasi
bisa sangat berhasil (Lihat Kotak 1). Semua penggunaan sedasi harus mempunyai :
1. Staf Trainerdan Asisten Khusustermasuk Staf Medik dan Perawat dan Personil Operasi
lain dalam departemen ini, yang semuanya harus terlatih dalam aspek teoritis dan
klinis tentang sedasi dan masing-masing mengerti jelas tentang peran mereka.
2. Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai Operator dan orang yang
terlatih secara terpisah mengelola sedasi dan merawat selama sedasi disebut
Sedationist.
3. Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk penilaian pra operasi, informasi
pra dan pasca operasi, protokol puasa, pemberian InformedConsent.
4. Tersedianya monitoringdan peralatan yang terawat. Monitoring minimal meliputi
tekanandarah, denyut nadi, pernapasan, ECG (Electrocardiogram) minimal 3 (tiga)
lead. Jika menggunakan sedasi IV, penggunaan oksimetri nadi merupakan prosedur
standar dan pada banyak prosedur lainnya monitoring tekanan darah, Capnography,
Elektrokardiogram dan suhu semakin sering digunakan secara rutin.
5. Fasilitas resusitasi.
6. Pelatihan Basic Life Support, dan idealnya ada pelatihan Advanced Life Support.
7. Pelatihan Resusitasi secara reguler.
8. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis.
9. Rekam medis dan audit praktek.
34
sedasi, kecuali tindakan sedasi tersebut juga melibatkan praktisi yang berkompeten
lainnya yakni Dokter Anestesiologi atau dokter yang telah menjalani pelatihan pembe-
rian sedasi.
35
Bedside monitor yang harus ada mencakup alatpemantauansaturasioksigen
(oksimetri). Terdapat monitoringtekanandarah, denyut nadi, pernapasan, ECG
(Electrocardiogram), dan suhutubuhsebagaipelengkap.
5. Mesin Suction
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung, slang suction
dan cathetersuction (sesuai ukuran).
6. Obat Emergensi
Obat – obatanemergensi yang harus tersedia di ruang pelayanan sedasi, antara lain :
a. SulfasAtrophine (SA);
b. Ephineprine;
c. Epedrine;
d. Lidokain;
e. Dexamethason;
f. Aminophilyne.
7. Lembar Rekam Medis
Lembar Rekam Medis yang diperlukan adalah :
a. Perkembangan Penyakit dan Instruksi Dokter;
b. Formulir Laporan Sedasi;
c. Formulir Edukasi Tindakan Sedasi;
d. Formulir InformedConsentdan Penolakan Tindakan Sedasi.
8. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) minimal harus ada, yaitu :
a. SPO Pengkajian Pra Sedasi;
b. SPO Pemberian Sedasi;
c. SPO Asistensi Pemberian Sedasi;
d. SPO Monitoring Selama Sedasi;
e. SPO Perawatan Pasca Sedasi.
J. Tata Laksana
a) Evaluasi Pre Prosedur
1. Untuk meningkatkan efikasi klinis (proses pemberian sedasi dan analgesik yang ber-
jalan lancar).
2. Menurunkan risiko kejadian efek samping.
3. Evaluasi ini meliputi:
36
a. Riwayat penyakitpasien yang relevan :
1) Abnormalitassistem organ utama;
2) Riwayatanestesi/ sedasisebelumnya, dan efeksamping yangpernahterjadi/ di-
alami;
3) Obat–obatanyang dikonsumsisaatini, alergiobat, dan interaksiobat yang
mungkinterjadi;
4) Asupanmakanterakhir;
5) Riwayatmerokok, alkohol, ataupenyalahgunaanobat–obatan.
b. Pemeriksaanfisikterfokus :
1) Tanda vital;
2) Evaluasi jalan napas;
3) Auskultasi jantung dan paru;
c. Pemeriksaan Laboratorium (berdasarkan pada kondisi yang mendasari dan efek
yang mungkin terjadi dalam penanganan pasien).
d. Temuan klinis dikonfirmasi segera sebelum melakukan sedasi.
e. Konsultasi
b) Konseling Pasien
Mengenai resiko, keuntungan, keterbatasan, dan alternative/pilihan yang ada
c) Puasa Pre Prosedur
1. Prosedur elektif: mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan lambung;
2. Situasi emergensi: berpotensi terjadi pneumonia aspirasi, pertimbangkan dalam
menentukan tingkat / kategori sedasi, apakah perlu penundaan prosedur, dan apakah
perlu proteksi trakea dengan intubasi.
d) Pemantauan
Data yang harus dicatat dengan interval yang teratur sebelum, selama, dan setelah
prosedur dilakukan:
1. Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien terhadap stimulus) :
a. Respons menjawab (verbal) :menunjukkan bahwa pasien bernapas;
b. Hanya memberikan respons berupa reflex menarik diri (withdrawal) : dalam sedasi
berat/ dalam, mendekati anestesi umum, dan harus segera ditangani.
2. Oksigenasi:
a. Memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses anestesi;
b. Gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry).
3. Respons terhadap perintah verbal (jika memungkinkan);
4. Ventilasiparu (observasi, auskultasi) :
a. Semuapasien yang menjalanisedasiharusmemilikiventilasi yang adekuat dan dipan-
tausecaraterus–menerus;
b. Lihattandaklinis: pergerakandinding dada, pergerakankantongpernapasan, auskul-
tasi dada.
5. Sirkulasi
a. Elektrokardiogram (EKG) untukpasiendenganpenyakitkardiovaskular yang sig-
nifikan;
37
b. PemeriksaanAnalisis Gas Darah (AGD);
c. Tekanandarah dan frekuensidenyutjantungsetiap 5 (lima) menit (kecualidikon-
traindikasikan).
6. Temperaturtubuh.
f) Titrasi Dosis
1. Pengobatanintravenadiberikansecarabertahapdengan interval yang cukupantar-pembe-
rianuntukmemperolehefek yang optimal;
2. Pengurangandosis yang sesuaijikamenggunakansedatif dan analgesik;
3. Pemberianberulangdosisobat–obatanoral untukmenambah efek sedasi/ analgesikti-
dakdirekomendasikan.
h) Akses Intravena
1. Pemberianobatsedasimelaluijalurintravena:pertahankanaksesintravenadenganbaikse-
lamaprosedurhinggapasienterbebasdaririsikodepresikardiorespirasi dan ekstravasasi;
2. Pemberianobatsedasimelaluijalurlain:keputusandiambilberdasarkankasus per-kasus;
3. Tersediapersonel/ petugas yang memilikiketerampilan/ keahlianmengaksesjalurintra-
vena
i) Obat Antagonis
Tersedianalokson dan flumazeniljikapasiendiberikanobat opioid danbenzodiazepin.
j) Pemulihan
1. Observasisampaipasienterbebasdaririsikodepresisistemkardiorespirasi
2. Oksigenasiharusdipantausecararutin dan teratursampaipasienterbebasdaririsikohipok-
semia
3. Ventilasi dan sirkulasiharusdipantausecararutin dan teratursampaipasiendiper-
bolehkanpulang.
38
4. Gunakankriteriapemulangan yang sesuaiuntukmeminimalisirrisikodepresikardiovasku-
lar / pernapasansetelahpasiendipulangkan.
A. Latar Belakang
PelayananBedah dan Anasthesi di Rumah Sakit Graha Medikasebagai salah
satubentukkegiatanpelayananprofesionalmerupakanbagian integral yang
tidakdapatdipisahkandariupayapelayanankesehatansecarakeseluruhan.Hal
tersebutdiperjelasdenganPeraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia
Nomor519/MENKES/PER/III/2011 TentangPelayananPenyelenggaraanAnastesiologi dan
TerapiIntensifdiRumah Sakit yang menyebutkanbahwaPelayananAnstesiologidan
TerapiIntensifdirumahsakitmerupakan salah satubagiandaripelayanankesehatan yang
saatiniperananyaberkembangdengancepat.Kemajuanteknologi dan
tingginyakesadaranmasyarakatakanpentingnyakwalitaspelayanankeperawatan demi
keselamatanmakafasilitaspelayananperluditingkatkanseoptimalmungkingunatercapainyape
layanan yang aman demi kesalamatanpasien.
B. Tujuan
1. Memberikan Pelayanan Pembedahan dan Anestesi demi meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan
keparawatan.
2. Memberikan Pelayanan Keparawatandan Kebidanan khususnya Pelayanan
Pembedahan dan Anestesi yang bermutu sesuai dengan standar asuhan keparawatan.
3. Meningkatkan keamanan tindakan bedah dengan menciptakan standarisasi prosedur
yang aman.
4. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas dan disabilitas/kecacatan akibat komplikasi
prosedur bedah.
Fungsi Pelayanan Bedah :
1. Melakukan pengkajian kepada pasien yang akan melakukan pembedahan.
2. Merencanakan tindakan pembedahan dengan menyiapkan sarana dan prasarana
termasuk alat kesehatan, instrumen dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat.
3. Melakukan tindakan pembedahan dengan prinsip PatientSafety.
4. Melakukan asuhan keperawatan pasca bedah.
39
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkupPelayanan Bedah
adalahmemberikanpelayananuntukmemenuhikebutuhanpembedahan yang
melibatkanDokter Bedah, Dokter Anestesi, Perawat Bedah dan PerawatAnastesi.
Ruang lingkuppelayanan Unit Kamar Bedah,
meliputimemberikanPelayananuntukmenunjangPelayananAnestesiologidan
memberikanpelayananuntukmenunjangPelayananPembedahanSpesialistik Dan
Subspesialistik.
1. Cakupan Pelayanan Kamar Bedah
Pelayanan Bedah yang dapat dilakukan di Kamar Bedah meliputi PelayananBedah
Kebidanan, Bedah Umum, Bedah Anak,Laparascopy. Pelayanan Bedah
dapatdilakukan selama jam kerja untuk operasi terjadwal dan setiap saat untukoperasi
emergency.
2. Cakupan Pelayanan Anastesi
Pelayanan anastesi meliputi anastesi di dalam Kamar Bedah, termasuk sedasimoderat
dan sedasidala pada jadwal yang terencana maupun di luar jadwalseperti pada operasi
emergensi. Pelayanan anastesi di rumah sakit harusseragam sesuai dengan pedoman
dan Standar Pelayanan Operasional (SPO) yang ada.Dokter Anestesi yang bertugas
bertanggung jawab terhadap semua tindakananasthesi mulai dari masa preanastesia
sampai masa pasca anestesia. DokterAnastesi bertanggung jawab untuk menjaga dan
meningkatkan wawasan sertaketerampilannya termasuk para Petugas Anestesi yang
lain.
3. Jenis Operasi Menurut Waktunya
a. Operasielektifdilakukandenganperencanaan dan penjadwalan
yangsudahdisetujuiDokterAnestesi dan Dokter Bedah.
b. Operasiemergensidilakukan pada semuapasien yang
harussegeradiambiltindakanpembedahandalamwaktu golden periode.
D. Batasan Operasional
Untukmembatumengarahkanpemahamantentangpedomanpelayananiniperludiketahuibatas
anoperasional yang terkait dan kerangkaPelayanan Bedah Rumah Sakit Graha Medika.
Batasan operasionaldibawahinimerupakanbatasanistilah,
baikdarisumberbukuPedomanStandarPelayanan Bedah Rumah Sakitmaupundarisumber –
sumberlain yang dipandangsesuai denga kerangkakonseppelayanan yang
teruraidalampedomanini.
1. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi
dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata “Chirurgia” (dibaca;
KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya tangan; dan “Ergon” artinya
kerja. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat –
obatansederhana (Potter, 2006). Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan
40
tempat untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatorysurgery),
kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap (outpatientsurgery) atau
pembedahan sehari (one-daysurgery).
2. Bedah Minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara
sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan
bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses superficial,
pembersihan luka, inokulasi, sirkumsisi, dan frenulotomi.
3. Bedah Mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko
terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah sesar,
mammektomi, histerktomi, dan herniatomi.
4. Bedah Elektif Bedah Elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan
penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
5. Bedah Emergensi Bedah Emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam
keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit
atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
6. ODCS (One Day CareSurgery)adalah layanan tindakan pembedahan dengan rawat
singkat di Rumah Sakit Graha Medika.
E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 920/MENKES/PER/II/1986
tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan.
3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Departemen Kesehatan 2008.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1438/MENKES/PER/IX/2010
Tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Undang – Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 36
Ayat 2 “Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pendengalian,pengobatan dan atau perawatan”. Pasal 36 ayat 3 “Pengendalian,
pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan”. Pasal 24 bahwa “Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar
Prosedur Operasional”.
7. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Pasal 1 Ayat 1 “Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”. Pasal 43 Ayat 1
dan 2 “Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien, dilaksanakan
melalui pelaporan insiden,menganalisa, dan menerapkan pemecahan masalah dalam
41
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan”.
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 63 Ayat 2 “Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan dan atau perawatan”. Pasal 63 Ayat 3 “Pengendalian,
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu Kedokteran dan
ilmu Keperawatan”. Pasal 24 “Bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar
Prosedur Operasional”
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
b. PerawatAsisten
1) Definisi
PerawatAsistenbedahadalahseorangtenagaperawatterampil yang
bertanggungjawab dan berwenangdalamjalannya prosespembedahan dan
asuhankeperawatanperioperatif.
2) Kualifikasi
a) Berijazahpendidikan formal Keperawatandarisemuajenjang yang diakui
olehpemerintahatau yang berwenang;
b) S1 Keperawatan/D3 KeperawatanmemilikiSertifikat Kamar Bedah Dasar
danBasic Life Support (BLS) denganpengalamankerja di KamarBedah
minimal 3tahun.
c) Semuaperawat yang memberikanpelayanan/asuhankeperawatan diKamar
Bedah harusmempunyaiSistem Informasi Kesehatan (SIK).
c. Perawat Instrument (Scrub Nurse)
1) Definisi
PerawatInstrumen (Scrub Nurse) adalahseorangtenagaperawatprofesional yang
diberiwewenang dan
ditugaskandalampengelolaanpaketalatpembedahan,selamatindakanpembedahan
berlangsung.
2) Kualifikasi
a) Berijazahpendidikan formal Keperawatandarisemuajenjang yang diakui
olehpemerintahatau yang berwenang;
b) S1 Keperawatan/D3 KeperawatanmemilikiSertifikat Kamar Bedah Dasar
danBasic Life Support (BLS) denganpengalamankerja di KamarBedah
minimal 3tahun.
c) Semuaperawat yang memberikanpelayanan/asuhankeperawatan diKamar
BedahharusmempunyaiSistem Informasi Kesehatan (SIK).
3) Fungsi dan Peran
a) Pre Operasi
(1) Melakukanpengkajian, perencanaan,pelaksanaan dan
evaluasisertadokumentasikeperawatanpasienselama pre operasi;
43
(2) MenyiapkanlingkunganKamar Bedah
dalamkeadaansiappakaimeliputiruanganpembedahan dan
perlengkapandasarKamar Bedah (basic equipment);
(3) Menyiapkan instrument sterilsesuaidenganjenispembedahan;
(4) Menyiapkan linen dan
sarungtangansterilsesuaidengankebutuhanpembedahan;
(5) Menyiapkanberbagaiperlengkapanpersediaanbahanhabispakaiantaralain
:kasa, benang, pisauoperasi, jarumsuntik dan desinfektan;
(6) Menyiapkanperlengkapanpenunjangoperasidengantepat dan benar.
b) Intra operasi
(1) Melakukanpengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasisertadokumentasiperawatanpasienselama intra operasi;
(2) Melakukancucitanganbedahdenganbaik dan benar;
(3) Menggunakanjasoperasi dan
sarungtangansterilsesuaidenganjenispembedahanbaik di meja mayo
maupun di mejatray;
(4) Bersama samadenganperawatsirkulasimenghitungberbagaiperlengkapan
:kasa, instrumen, jarum, depper dan lain lain;
(5) Mengaturposisipasien;
(6) Melaksanakanprinsipantiseptik;
(7) Melakukanprosedurdrapping;
(8) Mengendalikaninstrumen dan alatalatsecarabaik dan
benarsesuaidengankebutuhan;
(9) Melakukanpenghitunganjumlahinstrumen dan bahanhabispakai (kasa,
depper tampon dll ) yang digunakansebelumpenutupanluka;
(10) Menyiapkanbahanpemeriksaanlaboratoriumpatologyjikaada.
c) Post Operasi
(1) Melakukanpengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasisertadokumentasikeperawatanselamapasien post operasi;
(2) Memeriksa dan menghitungkembalisemuainstrumen yang
digunakansebelumpasiendipindahkankeruangpemulihan;
(3) Melakukanfiksasi drain yang digunakan;
(4) Menggantialattenun dan memindahkanpasienkeRuang Pemulihan.
d. PerawatSirkuler
1) Definisi
PerawatSirkuleradalahseorangtenagaperawatprofesional yang diberiwewenang
dan ditugaskanuntukmembantupersiapankebutuhanoperasi dan
memonitoringpasiensertaperlengkapankebutuhanoperasi.
2) Kualifikasi
a) Berijazah pendidikan formal keperawatan minimal D3 Keperawatan
yangdiakui oleh pemerintah atau yang berwenang;
44
b) S1 Keperawatan/D3 Keperawatanyang memilikipengalaman klinis di
Kamar Bedah minimal 3tahun;
c) Memiliki kepemimpinan dalam tim;
d) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan di kamar
bedah dan harus mempunyai SIK;
e) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan.
3) Fungsi dan Peran
a) Pre Operasi
(1) Menerima pasien yang akan dilakukan pembedahan di Ruang
Penerimaan;
(2) Memeriksa kesiapan fisik dan emosional;
(3) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan khusus dari Perawat
Ruangan;
(4) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur persiapan
pembedahan.
b) Intra Operasi
(1) Memantau dan mengkoordinir semua aktivitas selama tindakan
pembedahan;
(2) Mengontrol suasana fisik dan emosi tim kamar bedah;
(3) Mengendalikan keamanan dan kenyamanan kamar bedah;
(4) Mengaplikasikan asuhan keperawatan;
(5) Mengidentifikasi kemungkinan lingkunan yang berbahaya;
(6) Menghubungi petugas penunjang medis bila diperlukan selama
pembedahan.;
(7) Memeriksa kelengkapan instrumen, kassa bersama perawat instrumen
agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi
ditutup.
c) Post Operasi
(1) Memastikan kembali kelengkapan semua instrumen yang digunakan
sebelum pasien dipindahkan ke ruang pemulihan;
(2) Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien;
(3) Memastikan fungsi drain yang digunakan berjalan dengan baik;
(4) Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan selama proses
pembedahan;
(5) Melakukan monitoring ABC, hemodinamika, kesadaran dll;
(6) Memeriksa kelengkapan dokumen medik: Laporan Pembedahan,
Laporan Anestesi, Pengisian Formulir Patology.
e. PerawatAnestesi
1) Definisi
PerawatAnestesiadalah seorangtenagaperawatprofesional yang diberi
wewenang dan
45
tanggungjawabdalammembantuterselenggaranyapelaksanaantindakanpembiusa
n di Kamar Bedah.
2) Kualifikasi
a) Berijazah pendidikan formal D3 Keperawatan Anestesi;
b) Dapat bekerja sama dengan anggota tim yang lain;
c) Cepat tanggap.
3) Fungsi dan Peran
a) Pre Operasi
(1) Menerima pasien di Ruang Penerimaan Kamar Bedah;
(2) Menyiapkan alat dan mesin anestesi dan kelengkapan Formulir
Anestesi;
(3) Menilai kembali fungsi dan keadaan;
(4) Memasang infus;
(5) Memberikan obat premedikasi apabila diperlukan;
(6) Memberikan obat profilaksis 60 menit sebelum operasi dimulai;
(7) Menyiapkan obat – obatanbius dan membantu Ahli Anestesi dalam
proses pembiusan.
b) Intra Operasi
(1) Memenuhi keseimbangan O2 dan CO2 dengan cara membantu
flowmeterpada mesin pembiusan;
(2) Mempertahankan keseimbangan cairan dengan cara mengukur
danmemantau cairan tubuh yang hilang selama pembedahan;
(3) Mengukur tanda – tanda vital;
(4) Memberi obat obatan sesuai dengan program pengobatan;
(5) Menilai hilangnya efek obat anestesi pada pasien;
(6) Melakukan resusitasi pada henti jantung.
c) Post Operasi
(1) Mempertahankan jalan nafas pasien;
(2) Memantau tanda tanda vital untuk mengetahui sirkulasi pernafasan dan
keseimbangan cairan;
(3) Memantau dan mencatat tentang perkembangan pasien;
(4) Menilai respon pasien terhadap efek obat anestesi;
(5) Memindahkan pasien ke Ruang Pemulihan atau ruang Rawat Inap
apabila kondisi pasien sudah stabil atas ijin Dokter Anestesi;
(6) Merapikan kembali dan mengembalikan alat alat anestesi ke tempat
semulaagar siap pakai.
B. DistribusiKetenagaan
Kepala Unit kamarbedahmembawahai unit Kamar Bedah
sertapelayanannyaperlumenyediakanSumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten,
cekatan dan
mempunyaikemampuansesuaidenganperkembanganteknologisehinggadapatmemberikanpe
layanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasartersebut di atas,
46
makaperlukiranyamenyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakansumber–
sumberyang ada. UntukmenunjangPelayanan Bedah di UnitKamar Bedah,
makadibutuhkantenagadokter, perawat yang mempunyaipengalaman, keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai.
Kualifikasi
Nama Jabatan Yang Ada
Formal Non Formal
Ka. Unit kamar S1 Keperawatan, minimal Sertifikat pelatihan 1
Bedah pengalaman 5 tahun
Penanggung D3 Keperawatan, minimal Sertifikat 3
Jawab Shift pengalaman 3 tahun
Pelaksana D3 Keperawan Sertifikat pelatihan 9
1. Tenaga Dokter
Dokter operator berjumlah10Dokter
Spesialisdariberbagaimacamdisiplinilmukedokteran yang
ikutterjundalampelayananbedah. Adapun rincianDokter
Operatoradalahsebagaiberikut :
a. Dokter Bedah Umum : 2 orang
1) dr. Caryl Augustine, Sp.B
2) dr. Adith FilleaNugraha, Sp. B
b. Dokter Orthopedi : 2 orang
1) dr. Anthoni Yusbida, Sp. OT
2) dr. Nolly Kiki Aditya, Sp. OT
c. Dokter Obgyn : 2 orang
1) dr. Made Ayu Suastini, Sp. OG
2) dr. Norman Yusuf, Sp. OG
d. Dokter Urologi : 1 orang
1) dr. M Surya Negara, Sp. U
e. Dokter Mata : 1 orang
1) dr. Doko Triyono, Sp.M
f. Dokter THT-KL : 1 orang
1) dr. Citra DwiNovastuti, Sp.T.H.T.K.L
g. Dokter Bedah Mulut : 1 orang
1) drg. Riska Diana, Sp.BM
h. Dokter Anestesi : 1 orang
1) dr. Yana Agung,Sp.An
2. Tenaga Perawat
a. Distribusi Tenaga Perawat
Pendistribusian ketenagaan diatur oleh kepala ruangan di bawah tanggung jawab
Kepala Bidang Keperawatan.
b. Perawat Kamar Bedah
47
Jumlah tenaga perawat/ Bidan Unit Kamar Bedah 13 yang terdiri dari Perawat
Bedah10 orang, dan perawat anestesi 3 orang.
C. Pengaturan Jaga
Unit Kamar Bedah Rumah Sakit Graha Medikamemberikanpelayananselama 24jam, 7
haridalamseminggu. Maka sistem jaga dibagidalam2 shiftdan Oncall.
1. Shift pagi terdiri dari 4 orang: 1 Kepala Ruang, 2Pelaksana Bedah, 1 Penanggung
Jawab Shift (Asisten),1 Pelaksana Anestesi.Shiftpagi berdinas dari jam 07.00 WIB s/d
14.00 WIB.
2. Shift sore terdiri dari 8 orang: 2 Penanggung Jawab Shift (Asisten), 4 Pelaksana Bedah
dan 2 Pelaksana Anestesi.Shift sore berdinas dari jam 14.00 WIB s/d 20.00 WIB.
3. Oncall terdiri dari 4 orang: 1 penanggung jawab shift (Asisten), 2 pelaksana bedah dan
1 pelaksana anestesi. Oncallmulai jam 20.00 WIB s/d 07.00 WIB.
48
BAB III
STANDAR FASILITAS
Terlampir
49
B. StandarFasilitas
Sebagaisuatupusatpalayananbedah di Rumah Sakit Graha Medika, unit Kamar Bedah
menyediakanfasilitas dan peralatan yang menunjangkegiatanpelayananpembedahan.
Fasilitas dan peralatan yang tersediaadalahsebagaiberikut:
1. Ruang bebasterbatas
a. Ruang Ganti Baju;
b. Ruang Pantry;
c. Ruang Kamar Mandi;
d. Ruang TungguKeluarga
2. Ruang semi ketat
a) Ruang Penerimaan;
b) Ruang Pulih;
c) Ruang Penyimpananalatsteril;
d) Ruang Pencucianalatbekaspakai;
e) Ruang Sterilisasi;
f) Ruang Penerimaan Bayi dan Resusitasi Bayi
3. Ruang Ketat
a) Kamar Operasi 1
b) Kamar Operasi 2
Keterangan :
1. Ruang Kamar Bedah UntukMelakukanPelayanan:
a. Ruang Tengah
PadaRuang Tengah terdapat 2 unit infantwarmer beserta tabelnya, 1 kulkas berisi
obat – obatananestesi, 1 unit komputer, tempat cuci tangan manual dan elektrik
(yang aktif digunakan yang elektrik) terdapat 3 kran air dan 3 botol sabun
antiseptik.
b. Ruang Pemulihan/ Recovery Room(RR)
Ruangan post operasimenampung 6 tempattidurdilengkapidengan 6 unit
monitorpasien, 6 manometer , 1 set troly emergency, 1 O2 transport dan easy move
50
1 buah.
c. Ruang Penerimaan/ Persiapan
Ruang Penerimaan menampung 5 tempat tidur yang dilengkapi dengan 5
manometer, 1 tensi meter.
d. Kamar Operasi1.
e. Kamar Operasi 2
51
f. Spoelhoek.
g. Pantry.
h. Ruang CSSD.
i. Kamar Mandi.
j. Toilet.
k. Kamar Ganti Laki – Laki.
l. Kamar Ganti Perempuan.
52
7. Pinset Chirurgis Sedang BD 560 R 1
8. Pinset Chirurgis Kecil BD 539 R 1
9. Gunting Benang BC 324 R 2
10. Gunting Jaringan BC 569 R 1
11. MosquitoSedang BH 141 R 2
12. MosquitoKecil BH 111 R 4
13. Koher BH 154 R 2
14. Koher BH 614 R 1
15. NadleHolder Besar BM 077 R 1
16. NadleHolde Besar BM 067 R 1
17. NadleHolder Kecil BM 235 R 1
18. Krome BH 339 R 2
19. Miqulick BJ 313 R 4
20. PensterKlem Bengkok BF 123 R 3
21. PensterKlem Lurus BF 122 R 2
22. BlashHak BT 659 R 1
23. RouxHak BT 032 R 1
24. Kom Stainless 1
25. Nearbaken Stainless 1
53
5. Gunting Jar.Panjang BC 607 R 1
6. Duk Klem BF 432 R 4
7. NadleHolde Kecil BM 236 R 1
8. NadleHolde Sedang BM 067 R 1
9. NadleHolde Besar BM 077 R 1
10. Scapel No.3 BB 073 R 1
11. Scapel No.4 BB 084 R 1
12. Pinset Anatomis Besar BD 052 R 1
13. Pinset Anatomis Sedang BD 050 R 1
14. Pinset Anatomis Kecil BD 047 R 1
15. Pensterklem Lurus BF 122 R 2
16. Hak Bermata BT 238 R 1
17. Miqulick Bengkok BJ 315 R 2
18. Miqulickq BJ 313 R 2
19. Over Whole BJ 025 R 1
20. Koher Kecil BH 614 R 4
21. Mosquito Bengkok Kecil BH 111 R 1
22. Mosquito Sedang BH 141 R 1
23. Pinset Chirurgis Besar BD 561 R 1
24. Pinset Sirugis Sedang BD 560 R 1
25. Chrome Panjang BH 448 R 1
No. Nama Alat Kode Jumlah
26. Com Stainless 1
27. Bengkok Stanless 1
56
j. Tabel Daftar Set Instrumen Epidural
57
4. Klem Usus Bengkok EA 157 R AESCULAP 2
5. Gelvi BV 996 R AESCULAP 1
6. Mosquito Bengkok BH 141 R AESCULAP 2
7. PeanLurus BH 166 R AESCULAP 1
8. PeanBengkok BH 111 R AESCULAP 1
9. Jarum Benang Lepas - - 8
10. Gunting BC 441 R AESCULAP 1
11. Gunting Kecil - RENZ 1
ALLGAIER
12. Gunting Jaringan 03.041.170 1
GERMANY
ALLGAIER
13. Gunting Jaringan 03.045.170 1
GERMANY
OXZEPF
14. Gunting Jaringan 08.170.117 1
GERMANY
15. Gunting Jaringan BC 284 R AESCULAP 1
16. Gunting Jaringan Besar RENZ 1
17. Gunting Jaringan Panjang BC 569 R AESCULAP 1
CHRON
18. Gunting - 2
STAINLESS
19. Gunting Benang BC 234 R STAINLESS 2
20. Gunting Benang BC 324 R AESCULAP 2
21. Gunting Jaringan Lurus BC 566 R AESCULAP 1
22. Gunting Jaringan Lurus BC 564 R AESCULAP 1
23. Gunting Preparat 18 cm BC 295 W AESCULAP 1
24. Gunting Preparat 17 cm BC 606 R STAINLESS 1
25. Gunting Preparat BC 607 R AESCULAP 1
No. Nama Alat Kode Merk Jumlah
26. Gunting Preparat 28 cm BC 281 R AESCULAP 1
VOLMEN
27. Curret Untuk Luka Besar 06.11.840 DOUBLE 1
CURRET
WILGER
28. Curret Untuk Luka Kecil 06.11.814 DOUBLE 1
CURRET
29. Sonde Fistula 20.105.13 PROBE BOTONE 1
30. Scapel No. 3 BB 073 R AESCULAP 1
31. Scapel No. 4 BB 84 R AESCULAP 2
32. Scapel No. 7 BB 077 R AESCULAP 2
33. HandleScapelBunder BB 052 R AESCULAP 3
34. Pinset Anatomis Besar BD 052 R AESCULAP 1
35. Pinset Anatomis Sedang BD 050 R AESCULAP 1
58
36. Pinset Chirurgis Sedang BD 539 R AESCULAP 2
37. Pinset Chirurgis Panjang BD 560 R AESCULAP 1
38. Pinset Chirurgis Panjang BD 561 R AESCULAP 2
39. Metal Cateter RENZ 3
40. Penster Klem BF 122 R AESCULAP 4
41. Tenakulum/ Kogel Tang Gigi 1 EO 110 R AESCULAP 1
42. Tenakulum/ Kogel Tang Gigi 1 EO 108 R AESCULAP 3
43. Kogel Tang Gigi 4 EO 150 R AESCULAP 2
44. Elis klem 11 cm EA 010 R AESCULAP 4
45. Elis klem 14 cm - OXZEPF 4
46. Elis klem 17 cm EA 17 INOX 1
47. Elis klem 24 cm EA 018 R AESCULAP 6
48. Koher BH 648 R AESCULAP 4
49. Koher BH 646 R AESCULAP 2
50. Koher BH 652 R AESCULAP 2
51. NadleHolder Bengkok BM 096 R AESCULAP 1
52. NadleHolder BM 077 R AESCULAP 1
53. Naldfuder Lurus BM 270 R AESCULAP 1
54. Penghantar Benang (Dusong) BM 808 R AESCULAP 1
55. Over Hall BJ 055 R AESCULAP 4
56. Over Hall BJ 025 R AESCULAP 2
57. Over Hall BJ 122 R AESCULAP 4
58. Over Hall BH 831 R AESCULAP 1
59. Miqulik BJ 313 R AESCULAP 3
60. Whait Hem BJ 507 R AESCULAP 3
61. Klem Bengkok Bergigi BJ 531 R AESCULAP 4
62. Klem Bengkok Bergigi BJ 532 R AESCULAP 2
No. Nama Alat Kode Merk Jumlah
63. Klem Lurus BH 448 R AESCULAP 1
64. Klem Lurus BH 450 R AESCULAP 1
65. Pinset Chirurgis Kecil - - 1
66. Pinset BD 027R AESCULAP 1
67. Penster Klem - RENZ 1
68. Miom Bor EO 433 R AESCULAP 1
69. Sendok Kuret ER 225 R AESCULAP 1
70. Sendok Kuret ER 230 R AESCULAP 1
71. Sendok Kuret ER 626 R AESCULAP 1
72. Babcock EA 050 R AESCULAP 1
73. Spatel Lurus BT 763 R AESCULAP 2
74. Spatel Bengkok BT 749 R AESCULAP 1
75. Suction Usus GF 862 R AESCULAP 1
76. Duk Klem BF 433 R AESCULAP 6
59
77. Bogie - - 8
78. Sonde - RENZ 2
79. Bengkok - STAINLESS 3
80. Bak Instrumen - STAINLESS 1
81. Spekulum EL 192 R AESCULAP 2
82. Spekulum EL 194 R AESCULAP 2
83. Spekulum Sim EL 443R AESCULAP 1
84. Spekulum Sim 70.2100.02 OX ZEPF 1
85. Spekulum Sim KB 055/03 NOP A 1
86. Retraktor BV 320 R AESCULAP 2
87. Bandulan - - 1
88. Hak Otomatis - RENZ 1
89. Hak Segiempat BV 069 R AESCULAP 1
90. RetraktorHosbah BV 369 R AESCULAP 1
91. RetraktorHosbah BV 528 R AESCULAP 1
92. Kom - RENZ 5
93. Hak Doyen EL 859 R AESCULAP 2
94. Hak Daun BT 328 R aESCULAP 2
95. Hak Daun BT 320 R AESCULAP 2
96. Blash Hak BT 659 R AESCULAP 2
97. Roux Hak BT 032 R AESCULAP 1
98. Roux Hak - - 2
99. Langen - STAINLESS 1
100. Hak Gigi BT 261 R STAINLESS 1
GERMANY
101. Hak Daun - 2
STENLESS
102. Hak Pacul RENZ 1
No. Nama Alat Kode Merk Jumlah
103. Hak Pacul EL 634 R AESCULAP 1
104. Forceps - RENZ 1
105. Langen Hak - RENZ 1
106. Korentang - - 5
107. Botol Betadine - - 9
108. Spekulum Anus 68.110.15 - 1
109. Sonde Fistula 20.117.16 rectumgroved 1
110. DoyenSpekulum 85x60mm 70.305.02 - 1
111. DoyenSpekulum 115x60mm 70.305.03 - 1
112. SuctionCanula Bayi 40.295.10 fraizer 1
61
BAB IV
TATA LAKSANAN PELAYANAN
C. Pelayanan Bedah
1. Pemeriksaan Pra Bedah Dan Perencanaan Pra Bedah yang Terdokumentasi.
Dokter Operator wajib melakukan evaluasi pra bedah untuk menentukan kemungkinan
pemeriksaan tambahan dan konsultasi Kelompok Staf Medis (KSM) lain untuk
62
membuat suatu Asesmen Pra Bedah. Semua informasi yang diberikan pada pasien
mengenai kondisi pasien, diagnosa penyakit, (indikasi operasi/ tindakan), alasan
mengapa harus dioperasi/tindakan, hal yang akan terjadi bila tidak dilakukan operasi
atau tindakan, apa yang dilakukan saat operasi atau tindakan, rencana tindakan,
alternatif tindakan, komplikasi operasi atau tindakan yang mungkin terjadi, alternatif
terapi atau tindakan (bila ada), prognosis atau kemungkinan kemungkinan gambaran
ke depan yang terjadi dan rencana pengelolaan pasca bedah, perkiraan biaya (hanya
biaya operasi) harus didokumentasikan dengan lengkap dan disertakan dalam rekam
medis pasien dan di tanda tangani oleh pasien atau keluarga dan dokter yang
bersangkutan/DPJP, saksi pihak pasien atau keluarga dan saksi dari pihak Rumah
Sakit Graha Medika. Informasi yang diberikan dicatat dalam lembar Persetujuan
Tindakan yang disertakan dalam rekam medis pasien.
63
6. Pemantauan Keadaan Pasien Selama Tindakan Pembedahan.
Pada tindakan bedah dengan anestesi baik umum atau regional kebijakan pencatatan
keadaan tanda – tanda vital dan status fisiologis pasien diserahkan kepada Perawat
Anestesi yang bertugas.
7. Tata Laksana Pasca Bedah
a. Asuhan pasien pasca bedah harus segera direncanakan dandidokumentasikan
dalam rekam medis pasien, termasuk asuhan medis,keperawatan dan yang lain
sesuai kebutuhan pasien.
b. Dokter Operator memberikan instruksi tata laksana pasca bedah sesuai dengan
kebutuhan pasien.
64
4) Laparatomy APP.
9. Jenis Operasi Berdasarkan Waktunya
a. Operasi terjadwal (elektif) dilakukan dengan perencanaan dan penjadwalan yang
sudah disetujui Dokter Bedah.
b. Operasi One Day Care (ODC) dilakukan dengan perencanaan dan penjadwalan
yang sudah disetujui Dokter Bedah.
c. Operasi emergensi (cito) dilakukan pada semua pasien yang harus segera diambil
tindakan pembedah.
10. PenanganLimbah
Pembuangan dan
penanganlimbahtergantungdarijenislimbahdenganprinsiplimbahpadat dan
cairharusditanganidengancaraterpisah.
Carapenangananlimbah:
a. Limbah cair dibuang di tempat khusus yang berisi larutan desinfektan, yang
selanjutnya mengalir ke tempat pengelolaan limbah cair Rumah Sakit Graha
Medika;
b. Limbah padat atau anggota tubuh, ditempatkan pada kantong yang tertutup;
c. Limbah yang non infeksi yang kering dan basah ditempatkan paada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan Rumah Sakit Graha Medika;
d. Limbah infeksi ditempatkan pada plastik warna kuning dan tidak mudah bocor
serta diberikan label infeksius;
e. Seluruh limbah yang dihasilkan di kamar bedah digolongkan menjadi limbah
berbahaya atau B3.
65
BAB V
LOGISTIK
Program pengendalian logistik disusun untuk mengatur kegiatan pengadaan dan pemeliharaan
barang, alat, obat dan alkes Unit Kamar Bedah yang disusun setiap tahun mengacu pada
kebutuhan tahunan dan dilaporkan dalam laporan bulanan dan tahunan. Kelompok barang
logistik adalah alat medik dan keperawatan, alat elektromedik, alat kantor, alat rumah tangga,
dan alat habis pakai.
Tujuan pengadaan logistik adalah agar pengadaan kebutuhan akan barang terencana dan
terpantau dengan baik, sehingga tercapai efesiensi dan penghematan biaya serta kualitasnya
dapat dipertanggungjawabkan.
Unit Kamar Bedah dalam memberikan pelayanan membutuhkan alat/ instrumen bedah, obat
obatan dan alat tulis kantor, yang berguna dalam memberikan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien dan mendukung pekerjaan yang bersifat administrasi di Unit Kamar Bedah.
Kebutuhan tersebut dipenuhi oleh bagian logistik yang meliputi :
1. Logistik Farmasi
a. Perencanaan
1) Barang habis pakai farmasi ditentukan sesuai dengan permintaan dari Perawat
Kamar Bedah, pengajuannya dilakukan satu hari sebelum tindakan dengan
menyerahkan formulir yang sudah diisi oleh Perawat Kamar Bedah yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Barang habis pakai dilakukan dengan pengajuan ke Gudang Farmasi setiap
seminggu sekali.
3) Apabila Unit Kamar Bedah membutuhkan barang habis pakai di luar perencanaan
dapat melakukan permintaan cito ke Gudang Farmasi atau ke Depo Kamar Bedah.
b. Pengadaan
Unit Kamar Bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang dan obat – obatan
logistik farmasi baik yang terencana atau pun yang bersifat cito.
c. Penyimpanan
66
Unit Kamar Bedah melakukan penyimpanan barang – barang ataupun obat – obatan
berdasarkan pada :
1) Obat – obatannarkotika disimpan dalam lemari dalam lemari yang khusus
doubellock dengan kunci di pegang oleh Perawat Anestesi.
2) Obat – obatanyang perlu disimpan.
d. Pendistribusian
Setiap petugas kamar bedah bertanggung jawab dalam hal pencatatanpemakaian yang
telah dipakai operasi di setiap Kamar Bedah kemudiandiberikan ke Petugas Depo
Farmasi Unit Kamar Bedah yang bertugas.
e. Penghapusan
Penghapusan barang dan alat –alat di Kamar Bedah dilakukan apabila terjadi :
1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali;
2) Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expiredate)
2. Logistik Umum
a. Perencanaan
Kamar Bedah merencanakan kebutuhan rumah tangga, alat tulis kantor, dandilakukan
setiap semester pertama dan kedua, selanjutnya perencanaaankebutuhan disesuaikan
dengan jadwal Logistik Umum dimanapermintaanbarang kebutuhan rumah tangga,
alat tulis kantor dan biomedic dilakukanseminggu sekali.
b. Pengadaan
Kamar Bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang Logistik Umumyang
telah direncanakan.
c. Penyimpanan
Barang – barang logistik disimpan dalam lemari sesuai dengan jenis barang,mudah
terjangkau.
d. Pendistribusian
Semua barang yang ada dilakukan inventaris dan pencatatan barang yang terpakai.
67
10. Pensil 2b 5
11. Pen StandartAction Hitam 12
12. Pen StandartActionMerah 12
13. Penggaris Besi 30cm Joyco 2
14. Penghapus Pensil 2
15. PostIt 656 3
16. Selotif 1inc 1
17. Spidol Marker Hitam 24
18. Spidol WhiteBoard Hitam 24
19. Spidol WhiteBoard Merah 24
No. Nama Barang Jumlah
20. Stepler Kecil 2
21. Stiker Tom & Jerry No.109 15
22. Tinta RefileWhiteBoard 12
23. TippExJoyco 12
24. TionerLasser Jet P1102 Black 85A 7
a. House Keeping
b. Cetakan
c. KitchenEquipment
69
d. Barang Umum
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian PatientSafety
PatientSafetyatau Keselamatan Pasien adalah suatu systemyang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadiya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya tidak diambil.
71
dan jelas tentang keselamatan pasien;
c. Mengintegrasikan aktifitaspengelolahan risiko. mengembangkan sistem dan proses
dan pengelolahanresiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
yang bermasalah;
d. Mengembankan sistem pelaporan. memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPS – RS);
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. mengembangkan cara – cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien;
72
5. Beberapapotensikesalahan yang terjadi di kamarbedah :
a. Kesalahan pada pasien yang dioperasi;
b. Kesalahan prosedur operasi;
c. Kesalahan lokasi operasi;
d. Kesalahan memberikan tranfusi darah;
e. Kesalahan memberikan obat;
f. Terjadinya infeksi dan atau sepsis akibat pembedahan.
6. Cara memastikanproseduroperasi yang benar
a. Persetujuan Tindakan;
b. MarkingThe Site;
c. PatientIdentification;
d. Time-OutBriefing;
e. Imaging Data.
7. Komponen–komponendalamSurgical Safety Checklist :
a. Sign In
1) Sign in, merupakanverifikasipertamasesaatpasientiba di Ruang
TerimaatauRuang Persiapan;
2) Evaluasikembalirekammedispasien yang
bersangkutanberkaitandenganidentitas, hasilpengukuran vital sign terakhir,
kelengkapandokumentermasukSurat
PersetujuanPembedahanatauFormulirPersetujuanOperasi;
3) Riwayat alergi;
4) Risikokehilangandarahsaatpembedahan;
5) Risikogangguan pada jalannafas;
6) Konfirmasilokasi pada tubuh yang akandimanipulasi oleh pembedahan;
7) Konfirmasikesiapanperalatansertajenisanasthesi yang akandigunakan.
b. Time Out
1) Verifikasidilaksanakanketikapasiensudahsiap di atasmejaoperasi,
sudahdalamkeadaanterbius, dimanaTim Anestesidalamkeadaansiaga dan Tim
Bedahtelahdalamposisisteril;
2) Scrub Nurseygmemberikankodeuntukdilakukantimeout.
Sirkulatormembacakan dan melakukandokumentasi;
3) Tim Bedah kembalimengkonfirmasitentangpasien, lokasiinsisi pada
tubuhpasien, prosedur yang akandijalankan dan
kemungkinankesulitanteknikpembedahan yang dihadapiselama proses
berlangsungnyaoperasi;
4) Di sisi lain perawatbedahdiwajibkanuntukmenyatakankesiapanalat/ instrumen,
keadaansterilitasalat dan termasukperhitunganjumlahkasa;
5) Pada kesempataninidiungkapkan juga mengenaiobatantibiotikaprofilaksis yang
telahdiberikanbesertahasilpemeriksaanpenunjangseperti x-ray dan lain–
lainyang sewaktuwaktumungkindiperlukan operator
ketikamenjalankanoperasinya;
6) Kemungkinan
73
risikopembiusanselamaberlangsungnyaoperasimenjadikewajiban team
anasthesiuntukmenyampaikannya.
c. Sign Out
1) Scrub Nurseyang akanmemberikankodeuntukdilakukansign out;
2) Dilakukansebelumpenutupanronggatubuhpasien yang dioperasi;
3) Hitunganjumlahinstrumen, jarum dan kasasecarabenar, disaksikan oleh
PerawatSirkulatordan didokumentasikan;
4) Pemberian label sesuaiidentitaspasien pada jaringan yang
telahdiangkatdaritubuhpasien;
5) Peran PerawatSirkulator;
6) Dokter Bedahsebagai operator besertaDokterAnestesi menyampaikanhal–
halyang perludiperhatikan pada masa pemulihanpasien dan
perawatanpascaoperasiselanjutnya.
74
i. Formulir Catatan Keperawatan Perioperatif.
a. Definisi
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan yang menggunakan cara infansife dengan
cara membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Proses operasi merupakan pembukaan bagian tubuh untuk dilakukan perbaikan yang diakhkiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.
Perioperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi/ pembedahan
dibuat dan diahkiri ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Dalam tahapan ini persiapan
fisik maupun persiapan penunjang serta persiapan mental sangat penting dilakukan karena
kesuksesan suatu tindakan tindakan pembedahan berhasil dari kesuksesan persiapan yang
dilakukan selama tahap pre operasi.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan Preoperasiapapun bentuknya dapat berdampak
pada tahap – tahap selanjutnya untuk diperlukan kerja sama yang baik antara masing – masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcomeyang optimal. Berikut ini
persiapan yang perlu dilakukan pada tahap preoperasi yaitu :
1. PersiapanFisik
Persiapanfisik yang dilakukansebelumoperasibiasanyamencakup status kesehatanfisik,
secaraumum, status nutrisi, pencukurandaerahoperasi, personal hygiene.
2. PersiapanPenunjang
Persiapanpenunjangmerupakanbagian yang tidakdapatdipisahkandaritindakanpembedahan
/ operasi. Pemeriksaanpenunjang yang dimaksudadalahberbagaipemeriksaanradiologi,
laboratoriummaupunpemeriksaanlainnya.
3. Persetujuan Tindakan (InformmedConcent)
Informed concentadalahsebuahistilah yang
seringdipakaiuntukterjemahandaripersetujuantindakanmedik. Informed
concentterdiridaridua kata yaitu inform dan concent. Inform
diartikansudahdiberitahukantelahdisampaikanatautelahdiinformasikan dan
concentberartidpersetujuan yang diberikankepadaseseoranguntukberbuatsesuatu.
Dengandemikian informed concentadalahpersetujuan yang diberikan oleh
pasienkepadadokteruntukberbuatsesuatusetelahmendapatkanpenjelasanatauinformasi.
Pengertian InformedConcent oleh Komalawati ( 1986:86 ) disebutkan sebagai berikut : “
Yang dimaksud informedconcent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya
75
medis yang dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat mungkin terjadi.
Sedangkan tata cara pelaksanaan tindakan medik yang akan dilaksanankan oleh dokter pada
pasien, lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek
Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut :
1. Setiaptindakankedokteranataukedokterangigi yang akandilakukan oleh
dokterataudoktergigiterhadappasienharusmendapatkanpersetujuan.
2. Persetujuansebagaimanadimaksud pada ayat (1)
diberikansetelahpasiendiberikanpenjelasan yang lengkap.
3. Penjelasanlengkapsebagaimanadimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnyamencakup :
a. Diagnosis dan tata caratindakanmesis
b. Tujuan tindakanmedisdilakukan
c. Alternatiftindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkinterjadi dan
e. Prognosisiterhadaptindakan yang akandilakukan.
Denganlahirnya UU No.29 Tahun 2004 ini,
makasemakinterbukaluaspeluangbagipasienuntukmendapatkaninformasimedis yang sejelas-
jelasnyatentangpenyakitnya dan
sekaligusmempertegaskewajibandokteruntukmemberikaninformasimedis yang benar, akurat
dan berimbangtentangrencanasebuahtindakanmedis yang akandilakukan,
pengobatanmaupunperawatan yang akanditerima oleh pasien. Karena pasien yang paling
berkepentinganterhadapapa yang
akandilakukanterhadapdirinyadengansegalaresikonyamakainformed
concentmerupakansyaratsubjektifterjadinyasyarattransaksiterapeutik dan
merupakanhakpasien yang
harusdipenuhisebelumdirinyamenjalanisuatuupayatindakanmedisnyangakandilakukan oleh
dokterterhadapdirinya.
Sehubungandenganpenjelasantersebut di atasmaka informed
concentbukanhanyasekedarmendapatkanformulirpersetujuantindakan yang ditandatangani
oleh pasienataukeluargatetapipersetujuantindakanmedisadalahsebuah proses
komunikasiintensifuntukmencapaisebuahkesamaanpersepsitentangdapattidaknyadilakukansua
tutindakan, pengobatan, perawatanmedis. Jika proses komunikasiintensifeinitelahdilakukan
oleh keduabelahpihakyaituantaradoktersebagaipemberipelayanan dan
pasiensebagaipenerimapelayanankesehatanmakahaltersebutdikukuhkandalambentukpernyataa
ntertulis yang ditandatangai oleh keduabelahpihak, demikianhalnyajikabahwaternyatasetelah
proses komunikasiiniterjadi dan
pasienmenolakmakadokterwajibuntukmenghargaikeputusantersebut dan
memintapasienuntukmenandatanganisuratpernyataanmenolaktindakanmedisjadi informed
concentadalahsebuah proses bukanhanyasekedarmendapatkantandatangan di
lembarpersetujuantindakan. Hal pokok yang harusdiperhatikandalam proses
mencapaikesamaanpersepsiantaradokter dan pasien agar
terbangunsuatupersetujuantindakanmedisadalahbahasakomunikasi yang digunakan. Jika
terdapatkesenjanganpenggunaanbahasaatauistilah yang sulitdimengerti oleh
76
pasienmakabesarkemungkinanterjadinyamispersepsi yang
akanmembuatgagalnyapersetujuantindakanmedis yang akandilakukan.
Sehubungandenganhaltersebut, Komalawati (2002 :111) mengungkapkanbahwa informed
concentdapatdilakukanantara lain:
1. Denganbahasasempurna dan tertulis.
2. Denganbahasasempurnasecaralisan.
3. Denganbahasa yang tidaksempurnaasaldapatditerimapihaklawan.
4. Denganbahasaisyaratasaldapatditerima oleh pihaklawan.
5. Dengan diam ataumembisutetapiasaldipahamiatauditerima oleh pihaklawan.
Jika setelah prosesinformed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan ternyata pasien gagal
memberikan concentsebagaimana yang diharapkan, tidaklah berarti bahwa upaya memperoleh
persetujuan tersebut menjadi gagal total tetapi dokter harus tetap memberikan ruang yang
seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali setiap keuntungan dan kerugian jika tindakan
medis dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu dokter tetap berusaha melakukan
pendeketan-pendekatan yang lebih efektif dan efesienyan memungkinkan untuk memperoleh
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan jika memang tindakan tersebut adalah tindakan
yang utama dan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong, menyembuhkan dan
meringankan sakit pasien.
77
BAB II
RUANG LINGKUP
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap kesembuhan
dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi
yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat – obat sederhana.
A. Jenis Pembedahan
1. Bedah Minor
Bedah Minormerupakanpembedahandimanasecarasederhana, tidakmemiliki
risikoterhadapriwayatpasien dan
tidakmemerlukanbantuanasistenuntukmelaksanakannyaseperti:
a) Membukaabsessuperfisial;
b) Pembersihan Luka;
c) Debridemen;
d) Incisi;
e) Eksterpasi;
f) Sirkumsisi;
g) Hemoroidectomy;
h) Hernioraphy;
2. Bedah Mayor
Bedah Mayormerupakanpembedahandimanasecararelatifelebihsulituntukdilakukandari
pada pembedahan minor, membutuhkanwaktu, melibatkan risikoterhadapnyawapasien
dan memerlukanbantuanasistenseperti :
a) Sectio Caesaria;
b) Miomektomy;
c) Kistektomy;
d) Histerektomy;
e) Laparatomy;
f) Nefro/Uretrolitotomy;
B. Sifat Operasi
1. Bedah Elektif
78
Bedah
Elektifmerupakanpembedahandimanadapatdilakukanpenundaantanpamembahayakann
yawapasien. Di Rumah Sakit Graha Medikauntukmengetahuijadwaloperasielektif,
perawatkamarbedahmendapatkaninformasisatuharisebelumtindakanoperasidariRuang
BersalinatauRuang Perawatan.
2. Bedah Emergency
Bedah Emergency merupakanpembedahan yang dilakukandalamkeadaansingkat dan
mendadakuntukmenghindarikomplikasilanjutdari proses
penyakitataumenyelamatkanjiwapasien.
C. Batasan Operasional
PelayananBedahsebagaisaranalayananterpaduuntuktindakanoperatifterencana, darurat dan
diagnostik. Untuk Unit Kamar Bedah Rumah Sakit Graha Medikaterdiridari 3 (tiga)
Kamar Operasi, Ruang Penerimaandan Ruang Pulih dapatmelayani :
1. Tindakan Bedah Umum;
2. Tindakan Bedah Orthopedi;
3. Tindakan Bedah Obgyn;
4. Tindakan Bedah Urologi;
5. Tindakan Bedah Mata;
6. Tindakan Bedah THT-KL;
7. Tindakan Bedah Mulut;
Jenis – jenis tindakan yang dapat dilayani di Rumah Sakit Graha Medika adalah :
1. Tindakan Bedah Umum
a) Sirkumsisi;
b) Hemoroidectomy;
c) Herniatomy/Hernioraphy;
d) Apendiktomy;
e) Laparatomy;
f) Eksisi;
g) Ekterpasi;
h) Debridement;
i) Skin Tag.
2. Tindakan Bedah Orthopedi
a) Orif Plate, Nail, Wire, Screw;
b) HIP Replacement;
c) Total Knee Replacement;
d) Repair tendon;
e) Squestrectomy;
3. Tindakan Bedah Obgyn
a) Sectio Caesaria;
b) Miomektomy;
c) Kistektomy;
d) Histerektomy;
79
e) Laparatomy KET;
f) MOW;
g) Rehecting;
4. Tindakan Bedah Urologi
a) Endoscopy TUR Prostat;
b) Endoscopy TUR Tumor Buli;
c) Endoscopy Sasche;
d) Endoscopy URS + Lithotripsi;
e) EndoscopyVesicolitotripsi;
f) Prostatectomy;
g) Vesikolitotomy;
h) Nefrolitotomy;
i) Uretrolitotomy;
j) Palomo;
k) Hidrokelectomy;
l) Varikokelectomy;
m) Sirkumsisi;
n) Uretroplasty;
5. Tindakan Bedah Mata
a) ECCE;
b) Eksisi
6. Tindakan Bedah THT-KL
a) Tonsilectomy
b) EksterpasiPolipHidung
c) Eksterpasi Tumor MEA
7. Tindakan Bedah Mulut
a) Odontectomy
b) Insisi
c) Eksisi
80
BAB III
TATA LAKSANA
81
C. PenerimaanPasien
Menerimapasien yang akandilakukantindakanoperasi yang diantar oleh perawatbaikdari
IGD, Rawat Inap, Ruang BersalinmaupunOne DayCare (ODC).
Agar tidakterjadikesalahanpasien dan kesalahandiagnostik/tindakanmakaperawat pre
operasimemeriksakelengkapanpasien :
a) Informed Concent;
b) IdentitasPasien;
c) Daerah operasi yang akandilakukantindakanoperasi yang telahditandai;
d) Riwayat Penyakit;
e) Terpasang Protease atautidak;
f) PengosonganKandungKemih;
g) Menanggalkansemuaperhiasan;
h) Pastikan kuku dan bibirpasienbebasdarizatpewarna;
i) DokumenPasien;
j) PemeriksaanPenunjang.
Dalam pemberian rasa aman dan nyaman kepada pasien sangat berhubungan dengan
pemeberian informasi yang sejelas – jelasnya mencakup diagnosa, indikasi, komplikasi,
alternatif dan resiko pembedahan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Persetujuan Tindakan (Informed Concent)harusdibuatsecaratertulis;
b) Untukoperasi yang
melibatkanbeberapadisiplinharusadapertemuanantaratimdenganpasien dan
keluargasebelumoperasidilaksanakan.
82
4. Penandaanlokasioperasidapatdilakukan di Ruang Perawatanatau di Ruang
Penerimaan;
5. Tanda yang digunakandapatberupatandalingkaran;
6. Penandaandilakukansedekatmungkindenganlokasioperasi;
7. Penandaanlokasioperasimenggunakanspidolpermanen/Skin Marker;
G. LaporanOperasi
Dokter Operatorharusmendokumentasikansemuatindakanbedah dan kejadian – kejadian
yang tejadiselamapembedahan. Dokter Bedahmencatatlaporanoperasi yang
harusmemuatminimal :
1. Tanggal dan jam waktuoperasidimulai dan selesai;
2. DiagnosaPre dan Pasca Bedah;
3. Dokter Operator, Asistendan Instrument;
4. Nama Prosedur Bedah;
5. Spesimenbedah dan pemeriksaan;
6. Catatanspesifik yang
terjadiselamapembedahantermasukadatidaknyakomplikasiyangtterjadi dan
jumlahperdarahan;
7. Tanda tangandokterbedah.
83
H. Post Operasi
1. MembersihkanLingkunganOperasi
Hal – hal yang perludiperhatikanterkaitpembersihanlingkunganoperasi :
a. Pembuangansisa- sisabekasoperasi;
b. Sisa patologianatomimeliputijaringanataubagiantubuh;
c. Darah dan komponendarah;
d. Benda tajam;
e. Sisa – sisaalatataubarang yang terkontaminasidenganpasien
Ketika menanganisisa- sisabekasoperasi, petugas yang bertugasharusmemakaiAlat
Pelindung Diri (APD)utukmencegahpajanan.
Kemudianpetugaskebersihanmembawaketempatpenyimpanan/ pembuangan yang
sesuai.
2. Linen Yang Terkontaminasi
Linen yang sudahterkontaminasidenganpasiendimasukkandalamplastikinfeksius
(warnakuning) kemudian di simpan di tempatpenyimpanan linen kotor,
kemudianpetugasmengangkutplastikinfeksius yang berisi linen
dengankeretadoronguntuk di serahkankebagianlaundry.
3. Membersihakan Area Operasi
a. Kamar Operasi minimal harusdibersihkansetiap 24 jam
apabilatidakadakegiatanatauruangantidakdipakai;
b. PembersihanrutinyaituKamar
Operasidibersihkansesegeramungkinsetelahdilakukantindakan;
c. Pembersihanmingguan (bongkarbesar) yaituKamar Operasidan lingkungan area
operasidibersihkansetiapseminggusekali.
I. Asal Pasien
1. Pasien (Rawat Inap,Rawat Jalan, Ruang Bersalin, Intensive Care)
a. PasienumunyadiantardariRuang Bersalin, Ruang Perawatanatau Ruang Intensive
CaremenujuKamarBedah.
b. Perawat Ruang Rawat, Ruang BersalinatauRuang Intensive
Caremelakukanserahterima di Ruang PenerimaandenganperawatKamar Bedah
meliputioveran status pasien, hasilpenunjangdll.
ApabilapasienhamilperawataruanganatauRuang Bersalinmelakukancek DJJ
terlebihdahulu. KemudianPerawat Kamar Bedah
melakukanverifikasiidentitaskepasien.
Perawatanestesimemasanginfusuntukpersiapanpembedahan,
memberikanpremedikasiatauantibiotikprofilaksissesuaidenganprotap
DokterPenanggungJawabPelayanan.
c. PasiendipindahkandariruangpersiapankeRuang Operasidenganmenggunakanbed
(bedkhususruangpenerimaan).
d. Selesaidilakukanpembedahan, pasien di
pindahkankeruangpemulihanuntukdilakukanobservasi.
84
ApabiladianggapperluPasien Post Operasidapat juga di bawakeRuang
PerawatanIntensiveCare.
e. ApabilaPasien Post
OperasikondisinyasesuaikreiteriapasienbisadipindahkankeRuang Perawatan.
2. Pasien ODC
a. Pasiendiantar oleh PetugasRawat JalankeRuang Penerimaan Kamar Bedah.
b. PerawatKamar Bedah menerimapasiendaripendaftaran,
kemudianmemasanggelangdenganmelakukanverifikasiidentitaspasien.
PerawatKamar Bedah melakukanpengkajian dan mencatat di
catatanperkembanganpasien.
c. PerawatmembawapasienkeKamar Operasiuntukdilakukantindakanpembedahan.
d. Setelahselesaidilakukantindakanpembedahanpasien di pindahkan di Ruang
Pemulihan, kemudianpasiendiobservasisampaipasiensadarpenuh.
e. Setelahpasiensadarpenuh dan berkasrekammedisselesaidiisilengkap,
pasiendiinstruksikanuntukganti baju dan Perawat Kamar Bedah
menghubungiPerawat Rawat Jalan untukmenjemputpasien dan
diuruskanadministrasinya.
f. PerawatRawat
Jalanmemeberitahukankepasienataukeluargapasienuntukmenyelesaikanadministras
i.
g. Setelahselesaipasien/keluargapasienmemeberikantandalunaskePerawatRawatJalan.
KemudianPerawatRawat Jalanmenjelaskantentangobat–obatanyang dibawapulang
dan rencanakontrol.
BAB IV
DOKUMENTASI
86
PANDUAN ASSESMEN PRE BEDAH
Asesmen Pra Bedah adalah suatu pemeriksaan dan perencanaan sebelum tindakan
pembedahan dilaksanakan.Adapun tujuannya :
1. Sebagaipanduan yang sistematisuntukmenetukanstatuskesehatanpasien pada perencanaan
dan perawatanlebihlanjut.
2. Dasar untukmemilihprosedur yang tepat, waktu yang optimal dan prosedur yang aman.
3. Memberikanmanfaatterhadapprosedur yang direncanakan.
4. Pasien dan keluargamemperolehinformasi yang
jelasmengenaikemungkinanterjadinyakomplikasipembedahan.
87
BAB II
RUANG LINGKUP
Setiap pasien yang datang ke rumah sakit harus dilakukan penilaian awal dan skrining oleh
petugas yang berwenang dan kompeten untuk melakukan perawatan selanjutnya, mengenai
kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Ruang lingkup penilaian tiap disiplin
ditentukan oleh kebijakan setiap bagian Bedah. Ruang lingkup dan intensitas penilaian
ditentukan oleh kondisi pasien sebagai berikut :
1. Kondisidiagnosa;
2. Perencanaanperawatan;
3. Motivasitentangperawatan;
4. Respon pada perawatansebelumnya;
5. Persetujuantindakan.
A. Ruang LingkupPelayanan
1. Dokter Bedah Umum;
2. Dokter Bedah Orthopedi;
3. Dokter Bedah Obgyn;
4. Dokter Bedah Urologi;
5. Dokter Bedah Mata;
6. Dokter Bedah THT-KL;
7. Dokter Bedah Mulut;
B. Unit Terkait
Kamar Bedah,IntalasiGawat Darurat (IGD),Rawat Jalan, ICU dan Rawat Inap.
88
BAB III
TATA LAKSANA
A. Penjadwalan
Dokter yang berwenang dan
berkompetenmelakukanpermintaanpelayananoperasiatauberkoordinasidenganstafbagianK
amar Bedahtentangjadwal dan ketersediaanperalatan yangdiperlukandalmoperasitersebut.
Apabilaperalatanatausaranapenunjanglainnya yang akandigunakantidaktersedia di Kamar
Bedahmakapasienakandirujukkerumahsakitlain. Danapabilaperalatan yang
akandigunakantersedia, maka di lakukanpenjadwalan dan
persiapanperalatansertadilakukanpersiapanpasien oleh ahlibedah.
B. AsesmenPra Bedah
AsesmenPra Bedahdilakukan pada pasien yang
telahbersediauntukdilakukantindakanoperasi.
Asesmentersebutdilakukanuntukmenentukankebutuhanpasien dan
kebutuhanstafmedisdalammelakukantindakanpembedahan.
AsesmenPraBedah di Rumah Sakit Graha Medikaterbagimenjadi:
1. Tata Laksana AsesmenPra Bedah Emergency/ Cito
a. Operator melakukanAsesmenPra Bedah dan melakukanCatatanSingkat
(anamnesis,pemeriksaanfisik, pemeriksaanpenunjang (jikaada), diagnosis,
rencanatindakanoperasi ) di lembarTriageapabilapasiendari IGD ataulembar
CatatanPerkembanganPasienTerintegrasi)apabilapasiendariRawat Inap;
b. Perawatmelakukanasesmentanda vital dan CatatanSingkatKeperawatanlainnya di
lembarTriageatau di lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT);
c. Operator menerangkankepadapasien dan keluargapasiententang diagnosis dan
tindakan yang akandilakukan, termasukalasandilakukantindakanemergency/ cito
dan memintapersetujuankepadapasienataukeluarga;
d. Dokter Operator/ PerawatIGD/ Perawat Rawat Inap/ Bidan Ruang
Bersalinmelakukankordinasidengan unit Kamar Bedah dan Dokter
Anestesiuntuktindakananestesi.
2. Tata Laksana AsesmenPra Bedah Rawat Inap
89
a. PasienRawat Inapyang menjalanipembedahandilakukanAsesmenPra Bedah oleh
Dokter Operator, AsesmenPraAnestesidilakukan oleh Dokter SpesialisAnestesidi
ruangRawat Inapminimal sesaatsebelumdilakukantindakanoperasi;
b. Dokter Operator juga melakukanpenandaanlokasioperasijikadiperlukan. Saat
penandaanlokasioperasiDokter Operator selainmelibatkanPerawatRuanganjuga
melibatkanpasien dan keluargapasien;
c. AsesmenKeperawatanPra Bedah dilakukan oleh PerawatKamar Bedah;
d. Dokter Operatormenentukanjadwaltindakan,
kemudianPerawatRuanganmenghubungiPerawat unit Kamar
Bedahuntukpenjadwalantindakanoperasi;
e. Semuahasilasesmen di catat dilembarAsesmenPra Bedah,
dijadikansatudenganberkasRekamMedispasien dan disertakansaatpasien di antar di
unit KamarBedah.
90
BAB IV
DOKUMENTASI
91
PANDUAN PEMBUATAN LAPORAN OPERASI
Laporan operasi adalah tindakan penulisan pada lembar Rekam Medis pasien yang
wajibdilakukan oleh Dokter Operator Bedah setelahmelakukantindakanoperasi yang
beruparincianspesifiktindakanpembedahan yang dilakukansampaidaritemuan yang
didapatkanselamatindakanpembedahan, komplikasiatautidakadanyakomplikasi, perdarahan
dan alatkesehatan yang dipakai (implant, draindll).
Laporanoperasiiniharusdibuat dan ditandatangani oleh Dokter Operator Bedah yang
melakukantindakanpembedahansertadiberiwaktu dan tanggaltindakanpembedahan yang
dilakukan.
Dokter Operatorharusmendokumentasisemuatindakanbedah dan kejadian–kejadianyang
terjadiselamapembedahan. Dokter Bedahmencatatlaporanoperasi yang harusmemuat minimal:
1. Tanggal dan jam waktuoperasidimulai dan selesai;
2. Diagnosa pre dan pascabedah;
3. Dokter Operator dan Asisten;
4. Nama prosedurbedah;
5. Spesimenbedah dan pemeriksaan;
6. Catatanspesifik yang terjadiselampembedahantermasukadatidaknyakomplikasi yang
terjadi, dan jumlahperdarahan;
7. Tanda tanganDokter yang bertanggungjawab.
92
BAB II
RUANG LINGKUP
93
BAB III
TATA LAKSANA
94
BAB IV
DOKUMENTASI
95
PANDUAN MONITORING PASIEN DI RUANG PEMULIHAN
Pada prinsipnya dalam penatalaksananaan anestesi pada suatu operasi, terdapat beberapa
tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi, tahap penatalaksana ananestesi dan
pemeliharaan serta tahap pemulihan dan perawatan pasca anestesi.
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan anestesi yang biasa
dilakukan di Ruang Pemulihan atau Recovery Room, yaitu ruangan untuk observasi pasien
pasca bedah atau anestesi. Ruang Pulih Sadar adalah batu loncatan sebelum pasien
dipindahkan ke Rawat Inap atau masih memerlukan Perawatan Intensif. Dengan demikian
pasien pasca operasi dan anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena
operasi atau pengaruh anestesinya.
Pulih dari anestesi umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola di Ruang
Pemulihan atau Recovery Room. Idealnya bangun dari anestesi secara bertahap, tanpa keluhan
dan mulus. Kenyataannya sering dijumpai hal – hal yang tidak menyenangkan akibat stres
pasca bedah atau pasca anestesi yang berupa gangguan napas, gangguan kardiovaskular,
gelisah, kesakitan, mual-muntah, menggigil dan kadang – kadang pendarahan.
Ruang Pemulihan atau Recovery Room adalah sebuah ruangan di rumah sakit, dimana pasien
dirawat setelah mereka telah menjalani operasi bedah dan pulih dari efek anestesi. Pasien
yang baru saja di operasi atau prosedur diagnostik yang menuntut anestesi atau obat penenang
dipindahkan ke Ruang Pemulihan, dimana keadaan vital pasien (nadi, tekanan darah, suhu
badan dan saturasi oksigen) diawasi ketat setelah efek dari obat anestesi menghilang.
Pasien biasanya akan mengalami disorientasi setelah mereka sadar kembali, dan di Ruang
Pemulihan ini pasien ditenangkan apabila menjadi anxietas dan dipastikan kalau fisik dan
emosional mereka terkendali.
96
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang Pemulihan atau Recovery Room harus berada dalam satu lantai dan dekat dengan
Kamar Bedah, supaya kalau timbul kegawatan dan perlu segera diadakan pembedahan ulang
tidak akan banyak mengalami hambatan. Selain itu karena segera setelah selesai pembedahan
dan anestesi dihentikan pasien sebenarnya masih dalam keadaan anestesi dan perlu diawasi
dengan ketat seperti masih berada di Kamar Bedah.
Besar ruangan dan fasilitas tergantung pada kemampuan kerja Kamar Bedah. Kondisi ruangan
yang membutuhkan suhu yang dapat diatur dan warna yang tidak mempengaruhi warna kulit
dan mukosa sangat membantu untuk membuat diagnosa dari adanya kegawatan nafas dan
sirkulasi. Ruang Pulih Sadar yang terletak di dekat kamar bedah akan mempercepat atau
memudahkan bila diperlukan tindakan bedah kembali. Alat untuk mengatasi gangguan nafas
dan jalan nafas harus tersedia, misalnya jalan nafas orofaring, jalan nafas orotrakeal,
laringoskop, alat trakeostomi, dalam segala ukuran.
97
BAB III
TATA LAKSANA
Ruang Pemulihan atau Recovery Room harus seperti sewaktu berada di kamar bedah sampai
pasien bebas dari bahaya, karena itu peralatan monitor yang baik harus disediakan.
Tensimeter, oksimeter denyut (pulse oxymeter), EKG,peralatan resusitasi jantung-paru dan
obatnya harus disediakan tersendiri, terpisah dari kamar bedah.
Personil dalam Ruang Pemulihan sebaiknya sudah terlatih dalam penanganan pasien gawat,
mahir menjaga jalan napas tetap paten, tanggap terhadap perubahan dini tanda vital yang
membahayakan pasien.
Setelah dilakukan pembedahan pasien dirawat di Ruang Pulih Sadar. Pasien yang dikelola
adalah Pasien Pasca Anestesi Umum ataupun Anestesi Regional. Di ruang pulih sadar
dimonitor jalan nafasnya apakah bebas atau tidak, ventilasinya cukup atau tidak dan
sirkulasinya sudah baik atau tidak. Pasien dengan gangguan jalan nafas dan ventilasi harus
ditangani secara dini. Selain obstruksi jalan nafas karena lidah yang jatuh ke belakang atau
spasme laring, pasca bedah dini kemungkinan terjadimuntah yang dapat berakibat aspirasi.
Anestesi yang masih dalam, dan sisa pengaruh obat pelumpuh otot akan berakibat penurunan
ventilasi.
Pasien yang belum sadar diberikan oksigen dengan kanul nasal atau masker sampai pasien
sadar betul. Pasien yang sudah keluar dari pengaruh obat anestesi akan sadar kembali. Kartu
observasi selama di Ruang Pulih Sadar harus ditulis dengan jelas, sehingga dapat dibaca bila
pasien sudah kembali ke bangsal. Bila keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien normal
dan stabil, maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian instruksi pasca
operasi.
Tingkat perawatan pasca anestesi pada setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada
kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi. Monitoring lebih ketat dilakukan pada
pasien dengan risiko tinggi seperti: kelainan organ, syok yang lama, dehidrasi berat, sepsis,
trauma multiple, trauma kapitis, gangguan organ penting, misalnya otak.
Pada saat melakukan observasi di ruang pulih, agar lebih sistematis dan lebih mudah dapat
dilakukan monitoring B6, yaitu :
1. Breath (Nafas) : Sistem Respirasi
Pasien belum sadar dilakukan evaluasi :
Polanafas : Tanda–tanda obstruksi, pernafasan cuping hidung, frekuensi
98
nafas.
Pergerakanrongga dada : Simetris/ tidak, suara nafas tambahan : tidak ada pada
obstruksi total, udara nafas yang keluar dari hidung, sianosis
pada ekstremitas.
Auskultasi : Wheezing, ronkhi
Pasiensadar : Tanyakan adakah keluhan pernafasan. Jika tidak ada
keluhan cukup berikan O2. Jika terdapat tanda–tanda
obstruksi: terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid,
tindakan triple manuver airway).
2. Blood (Darah) : Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah, Nadi, Perfusi, Perifer, Periksa status hidrasi (hipotermi ± syok), Kadar Hb.
3. Brain (Otak) : sistem SSP (Sistem Saraf Pusat)
Menilai kesadaran pasien dengan GCS (Glasgow Coma Scale).
4. Bladder (Kandung Kencing) : Sistem Urogenitalis,
Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urine. Untuk menilai : Apakah pasien masih
dehidrasi, Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi, acute renal failure.
5. Bowel(Usus) : Sistem Gastrointestinalis
Periksa dilatasi lambung, tanda-tanda cairan bebas, distensi abdomen, perdarahan
lambung post operasi, obstruksi atau hipoperistaltik, gangguan organ lain, misal:
hepar,lien, pancreas, dilatasi usus halus. Hati – hati, pasien operasi mayor sering
mengalami kembung yang mengganggu pernafasan, karena ia bernafas dengan diafragma.
6. Bone (Tulang) : Sistem Musculoskeletal
Periksa :Tanda – tandasianosis, warna kuku, perdarahan post operasi Gangguan
neurologis : gerakan ekstremitas.
Kriteria yang digunakan dan umunya yang dinilai pada saat observasi di ruang pulih
adalah warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernafasan, dan aktivitas motorik,seperti Skor
Aldrete. Idealnya pasien baru boleh dikeluarkan bila jumlah skor total adalah 10. Namun
bila skor total telah di atas 8, pasien boleh keluar ruang pemulihan.
Namun bila pasien tersebut anak-anak kriteria pemulihan yang digunakan adalah Skor
Steward, yang dinilai antara lain pergerakan, pernafasan dan kesadaran. Bila skor total di
atas 5, pasien boleh keluar dari ruang pemulihan.
Untuk pasien dengan spinal anestesi digunakan kriteria Skor Bromage, yang dinilai
adalah pergerakan kaki, lutut dan tungkai, apabila total skor di atas 2, pasien boleh di
pindahkan ke Rawat Inap.
2. Komplikasi Kardiovaskular
a. Hipertensi
Hipertensidapatdisebabkankarena nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakea,
cairan infus berlebihan, buli-buli penuh atau aktivasi saraf simpatis karena
hipoksia, hiperkapnea dan asidosis. Hipertensi akut dan berat yang berlangsung
lama akan menyebabkan gagal ventrikel kiri, infark miokard, disritmia, edema
paru atau pendarahan otak. Terapi hipertensi ditujukan pada faktor penyebab dan
kalau perlu dapat diberikan klonidin (catapres) atau nitroprusid (niprus) 0,5 ± 1,0
µg/kg/ menit.
b. Hipotensi
Hipotensi yang terjadi karena isian balik vena (venous return) menurun disebabkan
pendarahan, terapi cairan kurang adekuat, diuresis, kontraksi miokardium kurang
kuat atau tahanan veskuler perifer menurun. Hipotensi harus segera diatasi untuk
mencegah terjadi hipoperfusi organ vital yang dapat berlanjut dengan hipoksemia
dan kerusahan jaringan. Terapi hipotensi disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Berikan O2 100%dan infus kristaloid RL atau Asering 300-500 ml.
c. Disritmia
Disritmia adalah gangguan irama jantung akibat perubahan elektrofisiologi sel –
sel miokard yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan irama, frekuensi,dan
konduksi.
3. Mengigil
Pada akhir anestesi dengan tiopental, halotan atau enfluran kadang – kadang timbul
mengigil di seluruh tubuh disertai bahu dan tangan bergetar. Hal ini mungkin terjadi
karena hipotermia atau efek obat anestesi, Hipotermi terjadi akibat suhu ruang operasi,
ruang RR yang dingin, cairan infus dingin, cairan irigasi dingin, bedah abdomen luas
dan lama. Faktor lain yang menjadi pertimbangan ialah kemungkinan waktu anestesi
aliran gas diberikan terlalu tinggi hingga pengeluaran panas tubuh melalui ventilasi
meningkat.
Terapi petidin 10-25 mg i.v. pada pasien dewasa, selimut hangat, infus hangat dengan
infusion warmer, lampu penghangat untuk menghangatkan suhu tubuh.
4. Gelisahsetelahanestesi
Gelisahpascaanestesidapatdisebabkankarenahipoksia, asidosis,hipotensi,
kesakitan.Penyulit ini sering terjadi pada pemberian premedikasi dengan sedatif tanpa
anelgetika, hingga pada akhir operasi penderita masih belum sadar tetapi nyeri sudah
101
mulai terasa. Komplikasi ini sering didapatkan pada anak dan penderita usia lanjut.
Setelahdisingkirkansebab–sebabtersebut di atas, pasien dapat diberikan midazolam
0,05-0,1mg/kgBB atau terapi dengan analgetika narkotika (petidin 15-25 mg I.V ).
5. Kenaikan Suhu
Kenaikan suhu tubuh harus kita bedakan apakah demamatau hipertermia
(hiperpireksia). Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas 38oC dan masih dapat
diturunkan dengan pemberian salisilat. Sedangkan hipertermia ialah kenaikan suhu
tubuh diatas 40oCdan tidak dapat diturunkan dengan hanya memberikan salisilat.
Beberapa hal yang dapat mencetuskan kenaikan suhu tubuh ialah: Puasa terlalu lama,
suhu Kamar Bedah terlalu panas (suhu ideal 23 – 24 oC), penutup kain operasi yang
terlalu tebal, dosis premedikasi sulfas atropin terlalu besar, infeksi, kelainan herediter
(kelainan ini biasanya menjurus pada komplikasi hipertermia maligna). Hipertermia
maligna merupakan krisis hipermetabolik dimana suhu tubuh naik lebih dari 2 oC
dalam waktu satu jam. Walaupun angka kajadian komplikasi ini jarang, yaitu 1:
50.000, pada penderita dewasa dan 1: 25.000 pada anak – anak, tetapi jika terjadi,
angka kematiannya cukup tinggi yaitu 60%. Etiologi komplikasi ini masih
diperdebatkan, tetapi telah banyak dikemukakan bahwa kelainan herediter ini karena
adanya cacat pada ikatan kalsium dalam reticulum sarkoplasma otot atau jantung.
Adanya pacuan tertentu akan meyebabkan keluarnya kalsium tersebut dan masuk
kedalam sitoplasma hingga menghasilkan kontraksi miofibril hebat,penumpukan asam
laktat dan karbondioksida, meningkatkan kebutuhan oksigen,asidosis metabolik, dan
pembentukan panas. Kebanyakan obat anestetika akan menjadi triger pada penderita
yang berbakat hipertermia maligna herediter ini. Halotan dan suksinilkolin adalah obat
– obat yang sering dilaporkan sebagai pencetus penyulit ini. Akan tetapi tidak berarti
obat – obat lain aman terhadap komplikasi ini. Gejala klinis selain kenaikan suhu
mendadak, tonus otot bertambah, takikardi, tetani, mioglobinuria, gagal ginjal dan
gagal jantung.
B. PenanggulanganKomplikasi
Hentikanpemberiananestetikadan berikan O2 100%.Seluruh tubuh dikompres es atau
alkohol, kalau perlu lambung dibilas dengan larutan NaCl fisiologis dingin.Pemeriksaan
gas darah segera dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat.Koreksi
hiperkalemia dengan glukosa dan insulin.Oradekson dosis tinggi diberikan i.v. Dantrolene
i.v. 1-2 mg/ kgBB dapat diulang tiap 5-10 menit dan maksimum 10 mg/kgBB.Obat ini
merupakan satu-satunya obat spesifik untuk hipertermia maligna.
C. Pengobatan
Hentikanpemberianobatanestetika. Dilakukan napas buatan dan kompresi jantung luar
kalau terjadi henti jantung adrenalin 0,3-0,5 cc (1:1000) i.v. atau intratrakeal. Steroid,
aminofilin atau vasopresor dipertimbangkan pada keadaan tertentu.Percepat cairan infus
kristaloid.Operasi dihentikan dulu sampai gejala-gejala hilang.
102
PANDUAN PENGGUNAAN IMPLANT
a. Alat Kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan/atau implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
danmeringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. fungsi tubuh.
b. Implant adalah bahan atau materi yang secara buatan di pasang pada tubuh.
Banyaktindakan bedah di rumah sakit yang menggunakan implant prostetik atara lain
panggul, lutut, jantung, dan pompa insulin. Tindakan Operasi seperti ini
mengharuskan tindakan yang di modifikasi dengan mempertimbangkan beberapa
factor
c. Alur pemesanan implant adalah rangkaian tahapan jalan pemesanan implant dari
analisa kebutuhan sampai datangnya implant.
d. Alur pendistribusian implant adalah rangkaian tahapan jalan pendistribusian implant
dari implant datang sampai di gunakan pasien implant datang sampai di gunakan
pasien.
e. Farmasi adalah unit rumah sakit yang bertugas untuk meyediakan dan mengadakan
segala kebutuhan obat maupun bahan habis
f. Penjabat pengadaan alat kesehatan adalah bagian yang memverifikasi pengajuan
pengadaan alat kesehatan adalah bagian yang memverifikasi pengajuanpermintaan
dari implant
g. Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril.
Banyaktindakan bedah yang menggunakan implant prostetik antara lain panggul, lutut,
pacu jantung, pompa jantung, pompa insulin. Tindakan insulin. Tindakan
103
pembedahan seperti pembedahan seperti ini mengharuskan tindakan operasirutin yang
dimodifikasi dengan mempertimbangkan factor-faktor tertentu.
h. Instalasi sterilisasi Sentral atau CSSD adalah unit di rumah sakit yang bertanggung
jawab melakukan sterilisasi alat pembedahan termasuk implant.
i. RS adalah singkatan dari Rumah Sakit, dalam hal ini yang di maksud adalah Rumah
Sakit RS adalah Rumah Sakit Graha Medika.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit maupun di Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Gunamencapai kondisi maupun fungsi Peralatan kesehatan yang baik serta dapat mendukung
pelayanan kesehatan maka perlu adanya pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu
Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik diperlukan Adanya kebijakan
pemerintah dalam pengelolaan peralatan kesehatan di rumah Sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
104
BAB II
B. Kamar operasi
Pengajuan kebutuhan barang di lakukan oleh petugas kamar operasi sesuai dengan
assessment yang dilakukan dan di berikan kepada petugas UPS Farmasi untuk di teruskan
kepada bagian pengadaan kepada bagian pengadaan
E. Pendistribusian barang
105
Implant yang datang dari hasil pemesanan kemudian di distribusikan ke masing-masing
depo farmasi kamar operasi dan kemudian di lakukan verifikasi oleh pihak pengelola dari
kamar operasi
F. Pemeliharaan barang
106
BAB III
A. Perencanaan Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis, spesifikasi
dan jumlah implan sesuai dengan kemampuan pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban
pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang
mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana. Perencanaan kebutuhanperalatan
sangat bermanfaat untuk penyediaan anggaran. Pelaksanaan pengadaanimplan secara
efektif, efisien dan prosesnya dapat di pertanggung
B. Penilaian Kebutuhan
Penilaian kebutuhan ( Penilaian kebutuhan (need assessment need assessment ) adalah
proses untuk menentukan dan ) adalah proses untuk menentukan danmengatasi
kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan situasi atau kondisiyang
diinginkan, Penilaian kebutuhan adalah kegiatan strategis dan merupakan bagian yang
diinginkan, dari proses perencanaan peralatan medis yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja pelayanan kesehatan atau memperbaiki kekurangan pelayanan kesehatan.
107
Perencanaan kebutuhan implant dilakukan karena faktor: Perencanaan kebutuhan implant
dilakukan karena factor :
1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3. Ketersediaan jumlah dan jenis implant
4. Kesesuaian dengan ilmu kedokteran
5. Anggaran Pembelian Barang
Pelaksanaan penilaian kebutuhan implan diatur dalam standar prosedur operasional yang
memuat :
a. Peran para pihak terkait pengguna (dokter, perawat, keteknisian medik dan Peran
keterapian fisik), tenaga teknis pemelihara dan keterapian fisik), tenaga teknis
pemelihara dan manajemen rumah sakit.
b. Mekanisme pengajuan kebutuhan dari kamar operasi kepada pihak farmasi yang
bertanggung jawab terhadap ketersediaan implant di rumah sakit.
c. Proses pengkajian oleh tim perencanaan kebutuhan peralatan medis.
d. Rekomendasi pemenuhan implan
Perhitungan implant untuk pemenuhan sesuai standar, jenis dan jumlah peralatan medis harus
memperhatikan kemampuan layanan berdasarkan klasifikasi rumah sakit dan ketersediaan
108
jumlah dan kompetensi SDM yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan jenis dan volume
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pada rumah sakit yang telah operasional, perhitungan
implant untuk pemenuhan implant untuk pemenuhanstandar dibutuhkan data inventarisasi
peralatan tiap unit pelayanan seperti kamar operasi.
Jenis, jumlah yang ada, kapasitas alat, pemanfaatan, estimasi peningkatan pelayanan,
kebutuhan.pelayanan, :
1. Menilai dengan melihat data utilisasi / penggunaan peralatan medis setiap harinya baik
dari catatan rekam medik atau melalui penelitian, bilamana utilisasi / penggunaan
peralatan medis cukup tinggi, maka diperlukan peralatan medis baru. medis baru.
2. Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan, artinya, diperlukan
penambahan implant dengan teknologi generasi terbaru untuk mendukung
pengembangan pelayanan kesehatan.
3. Menelaah ketersediaan ketersediaan implant tersebut apakah sudah sudah teredia
tersedia di fasilitas kesehatan atau rumah sakit lain yang dengan Rumah Sakit Graha
Medika.
4. Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan. kesehatan. HealthTechnology
Management, jumlah pasien, , perhitungan ekonomi, dan SDM.
109
D. Penyimpanan
a. Implant yang Implant yang digunakan untuk operasi disimpan dalam disimpan dalam
trolley implant.
b. Petugas pengelolan Implant di kamar operasi betanggung jawab dalam penyimpanan
implant untuk di lakukan sterilisasi di ISS/CSSD dan kemudian dipisahkan sesuai
jenis nya.
c. Penyimpanan implant dikendalikan depo farmasi kamar operasi
E. Pendistribusian
Petugas kamar operasi bertanggung jawab dalam hal pencatatan pemakaian yang telah
dipakai operasi di setiap kamar operasi kemudian diberikan ke petugas farmasi yang
bertugas.
F. Penghapusan
Penghapusan barang dan alat -alat di kamar operasi dilakukan apabila terjadi :
110
BAB IV
DOKUMENTASI
111