LEMBAR PENGESAHAN
TENTANG
PEMBERLAKUAN DOKUMEN
PELAYANAN ANASTESI
i
Daftar Isi
Lembar Pengesahan......................................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................................ii
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat Medika Tentang Identifikasi Pasien...........iii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................................1
1.3 Definisi...........................................................................................................................2
Bab VI Penutup...........................................................................................................................16
Lampiran........................................................................................................................................
ii
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT MEDIKA
NOMOR : ……/…/III/SK_Dir/2018
TENTANG
PELAYANAN ANASTESI
DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT MEDIKA
iii
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : SURAT KEPUTUSAN PELAYANAN ANASTESI DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
MEDIKA
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Anastesi RS Graha Sehat Medika Kota Pasuruan dimaksud
dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini
KETIGA : Kebijakan Pelayanan Anastesi RS Graha Sehat Medika Kota Pasuruan
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua harus dijadikan acuan dalam
menyelenggarakan pelayanan Anastesi di RS Graha Sehat Medika Kota
Pasuruan.
KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan anestesi di RS Graha
Sehat Medika dilakukan oleh Kepala Bidang Pelayanan.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan : Pasuruan
Pada Tanggal : 1 Juli 2019
Direktur RS Graha Sehat Medika
iv
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR …/…/III/SK_Dir TAHUN 2018
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN ANASTESI
DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
anestesi terbagi menjadi 2 yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa
disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam
keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan
rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya
hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Pelayanan
anesthesia di RS. Graha Sehat Medika Kota Pasuruan meliputi pelayanan anesthesia/ analgesia di
kamar bedah dan di luar kamar bedah dan pelayanan VK bersalin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan Rumah Sakit Graha Sehat
Medika Pasuruan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien
1.3 Definisi
Anestesiologi adalah suatu ilmu kedokteran yang melibatkan:
1. evaluasi pasien preoperatif
2. rencana tindakan anestesi
3. perawatan intra- dan pasca-operatif
4. manajemen sistem dan petugas yang termasuk didalamnya
5. konsultasi perioperatif
6. pencegahan dan penanganan kondisi perioperatif yang tak diinginkan
7. tatalaksana nyeri akut dan kronis
8. perawatan pasien dengan sakit berat / kritis
9. Kesemua pelayanan ini diberikan atau diinstruksikan oleh anestesiologis.
American Society of Anesthesiologists (ASA) mendukung konsep pelayanan rawat jalan untuk
pembedahan dan anestesi. Anestesiologis diharapkan memegang peranan sebagai dokter perioperatif di
2
semua rumah sakit, fasilitas pembedahan rawat jalan, dan berpartisipasi dalam akreditasi rumah sakit
sebagai salah satu sarana untuk menstandarisasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Pedoman ini diaplikasikan untuk semua layanan, termasuk petugas yang terlibat dalam tata kelola
rawat jalan anestesi. Ini adalah pedoman minimal yang dapat dikembangkan kapanpun dengan
berdasarkan pada pertimbangan / kebijakan petugas anestesi yang terlibat.
1. Tim Anestesi: spesialis anestesi mengawasi penata/perawat anestesi dalam melakukan pelayanan
anestesi di mana dokter dapat mendelegasikan tugas pemantauan sambil tetap bertanggung jawab
kepada pasien secara keseluruhan.
2. Personel anestesi yang kompeten dan memenuhi syarat: anestesiologis, penata anestesi, perawat
anestesi dan perawat recovery room di Ruang ok sentral dan ICU.
3. Penata/Perawat anestesi: adalah perawat terdaftar dengan SIP yang terlatih yang sesuai dengan
kebijakan, pedoman, dan standar institusi dan nasional dalam memberikan obat anestesi dan
analgesic, serta memantau pasien selama pemberian sedasi ringan (ansiolitik), sedasi sedang, dan
sedasi berat/anestesi umum. Perawat dan asisten anestesi harus bekerja dengan supervisi langsung
oleh dokter yang kompeten dan terlatih baik.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini diterapkan pada pasien rawat jalan, pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat
Darurat (IGD), dan pasien Operasi, dan tindakan medis lainnya. Pelaksana panduan ini adalah semua
tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya); petugas pelaksana dan
manajemen yang bekerja di Rumah Sakit harus menjaga keselamatan pasien yang ada di RS.
2.1 PRINSIP
1. Dokter yang berwenang harus dapat dihubungi 24 jam; baik pada kasus-kasus pelayanan
rawat inap, siap sedia menerima telepon / konsultasi dari paramedis lainnya, availabilitas
sepanjang waktu selama penanganan dan fase pemulihan pasien, hingga pasien
diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
2. Fasilitas rumah sakit harus diorganisir, dilengkapi, dan dioperasikan sejalan dengan regulasi
dan kebijakan pemerintah setempat dan nasional. Seluruh struktur pelayanan, minimalnya,
harus memiliki sumber daya oksigen, suction, peralatan resusitasi, dan obat-obatan
emergensi yang dapat diandalkan.
Petugas harus memiliki kompetensi dalam perawatan pasien dan mampu melakukan
prosedur-prosedur yang diperlukan dalam suatu rumah sakit, yang terdiri atas:
1. Petugas profesional
2. Dokter dan sejawat lainnya yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) / sertifikat yang
memenuhi syarat
3. Penata/perawat yang memiliki surat izin dan memenuhi syarat.
4. Petugas administrative.
5. Petugas Kebersihan dan Pemeliharaan Rumah Sakit
3. Dokter pelayanan medis bertanggungjawab dalam melakukan peninjauan ulang, penyesuaian
kewenangan, jaminan mutu, dan evaluasi rekan sejawat.
4. Petugas dan peralatan yang berkualitas dan tersedia setiap saat diperlukan untuk menangani
situasi emergensi. Harus dibuat suatu kebijakan dan prosedur untuk menangani situasi emergensi
dan transfer pasien yang tidak diantisipasi ke fasilitas pelayanan akut.
Layanan pasien minimal meliputi:
1. Instruksi dan persiapan preoperatif.
4
2. Evaluasi dan pemeriksaan pre-anestesi yang memadai oleh anestesiologis, sebelum dilakukan
tindakan anestesi dan pembedahan. Pada kondisi di mana tidak terdapat petugas medis,
anestesiologis harus memverifikasi informasi yang didapat dan mengulangi serta mencatat
elemen-elemen penting dalam evaluasi.
3. Studi dan konsultasi preoperatif, sesuai indikasi medis.
4. Rencana anestesi dibuat oleh anestesiologis, didiskusikan dengan pasien, kemudian
mendapat persetujuan pasien. Kesemuanya ini harus dicatat di rekam medis pasien.
5. Tindakan anestesi dilakukan oleh anestesiologis, dokter lain yang kompeten, atau petugas
anestesi non-dokter yang dipandu/dibimbing secara langsung oleh anestesiologis. Dokter
non-anestesi yang melakukan / mengawasi tindakan anestesi harus kompeten dalam edukasi,
pelatihan, memiliki surat izin praktik, dan dipercaya oleh rumah sakit.
6. Pemulangan pasien merupakan tanggung jawab dokter
7. Pasien yang tidak hanya menjalani anestesi lokal harus didampingi oleh orang dewasa saat
pemulangan pasien.
8. Instruksi pasca-operasi dan pemantauan selanjutnya harus dicatat dalam rekam medis.
9. Memiliki rekam medis yang akurat, terpercaya, dan terbaru.
2.2 BATASAN OPERASIONAL
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi bahasan pedoman ini, perlu
dibuatkan batasan istilah penting yang terkait. Batasan operasional berikut ini merupakan batasan istilah
yang bersumber dari buku standar pelayanan kedokteran 2010.
1. Pengertian anestesi
Anestesi (pembiusan : berasal dari bahasa Yunani : an – “tidak , tanpa” dan asethtos – “persepsi
, kemampuan untuk merasa”), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun
1846. Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk
sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan.
2. Jenis anestesi
a. Anestesi lokal
Anestesi lokal adalah teknik untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi di bagian
tubuh tertentu. Hal ini memungkinkan pasien untuk menjalani prosedur pembedahan
5
tanpa rasa sakit yang mengganggu. Anestesi lokak dilakukan dengan cara menginfiltrasi
pada ujung saraf di lokasi yang akan di incisi.
b. Anestesi regional
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls saraf sensorik sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya
tetapi pasien tetap sadar. Anestesi regional dilakukan pada berkas saraf dekat medula
spinalis (plexus block) atau pada medula spinalis (epidural block dan subarachnoid block).
c. Anestesi umum
Anestesi umum atau pembiusan umum adalah kondisi atau prosedur ketika pasien
menerima obat untuk amnesia, analgesia, melumpuhkan otot dan sedasi. Anestesi umum
memungkinkan pasien untuk mentoleransi prosedur bedah yang dalam kondisi normal
akan menimbulkan sakit yang tak tertahankan, berisiko eksaserbasi fisiologis yang ekstrim,
dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan. Anestesi umumdapat
menggunakan agen intravena (injeksi) atau hirup.
Kombinasi dari agen anestesi yang digunakan untuk anestesi umum membuat pasien
tidak merespon rangsangan yang menyakitkan, tidak dapat mengingat apa yang terjadi
(amnesia), tidak dapat mempertahankan proteksi jalan nafas yang memadai dan / atau
pernafasan spontan sebagai akibat dari kelumpuhan otot dan perubahan kardiovaskuler.
d. Anestesiologis
Anestesiologis adalah dokter spesialis yang melakukan anestesi. Dokter spesialis
anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda – tanda vital pasien karena
sewaktu – waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari – hari dokter anestesi adalah :
1. Mempertahankan Jalan Nafas
2. Memberi nafas bantu
3. Membantu kompresi jantung bila berhenti
4. Membantu peredaran darah
5. Mempertahankan kerja otak pasien
6
2.3 Landasan Hukum
Adapun Penyelenggaraan Pelayanan Anestesi suatu bagian dari RS. Graha Sehat Medika Kota
Pasuruan bedasarkan :
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Penata Anestesi
4. Standar, Pedoman dan Pernyataan, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Reanimasi Indonesia (IDSAI) Jaya tahun 2003.
5. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
1993.
7
BAB III
TATA LAKSANA
1. Sedasi ringan / minimal (anxiolysis): kondisi di mana pasien masih dapat merespons dengan normal
terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi
kardiovaskular tidak terpengaruh.
Contoh sedasi minimal adalah:
1. Blok saraf perifer
2. Anestesi lokal atau topikal
3. Pemberian 1 jenis obat sedatif / analgesik oral dengan dosis yang sesuai untuk penanganan
insomnia, ansietas, atau nyeri
2. Sedasi sedang : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran di mana pasien memberikan respons terhadap
stimulus berulang / nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat terganggu / tidak adekuat. Pasien mungkin
membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas. Fungsi kardiovaskular biasanya
terjaga dengan baik.
3. Sedasi berat: hilangnya kesadaran di mana pasien tidak sadar, bahkan dengan pemberian stimulus
nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan mungkin
membutuhkan ventilasi tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi spontan/ fungsi
kardiovaskular dapat terganggu.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinu, sehingga tidak selalu mungkin untuk
memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi. Oleh karena itu, petugas anestesi
yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya
lebih dalam / berat daripada efek yang seharusnya terjadi (misalnya: petugas anestesi yang memberikan
anestesi sedang harus dapat melakukan penanganan terhadap pasien yang jatuh ke dalam kondisi sedasi
berat).
8
Sedasi ringan / Sedasi sedang Sedasi berat / dalam
minimal (anxiolysis)
Respons Respons normal Merespons setelah diberikan Tidak sadar, meskipun dengan stimulus
terhadap stimulus stimulus berulang / stimulus nyeri
verbal nyeri
Jalan napas Tidak terpengaruh Mungkin perlu intervensi Sering memerlukan intervensi
Ventilasi spontan Tidak terpengaruh Dapat tidak adekuat Sering tidak adekuat
9
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah menyelesaikan program studi
spesialisasi di bidang anestesi yang terakreditasi.
2. Non-dokter (Penata/perawat anestesi)
Merupakan perawat dengan SIP yang telah menyelesaikan program studi Perawat Anestesi
terakreditasi.
10
BAB IV
11
Anestesiologis dapat mendelegasikan tugas spesifik kepada petugas non-dokter yang tergabung
dalam Tim Anestesi, dengan syarat kualitas pelayanan pasien dan keselamatan pasien tetap terjaga
dengan baik, tetap berpartisipasi dalam bagian-bagian penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia
untuk menangani situasi emergensi dengan cepat
5. Perawatan Pasca-anestesi
Perawatan pasca-anestesi rutin didelegasikan kepada perawat pasca-anestesi.
Evaluasi dan tatalaksana komplikasi pasca-anestesi merupakan tanggung jawab anestesiologis.
6. Konsultasi Anestesi
Seperti jenis konsultasi medis lainnya, tidak dapat didelegasikan kepada non-dokter.
B. Manajemen Keselamatan Pasien Dalam Penggunaan Sedasi Ringan Dan Sedang Oleh Penata /
Perawat Anestesi.
1. Dokter yang mengawasi bertanggungjawab akan semua aspek yang terlibat selama perawatan
pasien (pre-, intra-, dan pasca-prosedur).
2. Saat pasien disedasi, dokter yang bertanggungjawab harus hadir / mendampingi di ruang
tindakan.
3. Praktisi yang melakukan sedasi harus terlatih dengan baik dalam mengevaluasi pasien sebelum
prosedur dilakukan untuk mengenali kapan terdapat peningkatan risiko anestesi.
4. Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi untuk menolak
berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka merasa tidak kompeten dalam melakukan
suatu tindakan anestesi dan terdapat kemungkinan dapat membahayakan pasien / menurunkan
kualitas pelayanan pasien.
5. Dokter yang mengawasi bertanggungjawab memimpin timnya dalam situasi emergensi di mana
diperlukan tindakan resusitasi, termasuk manajemen jalan napas.
6. Sertifikat ACLS merupakan standar persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh praktisi yang
melakukan sedasi / anestesi.
12
oleh anestesiologis yang bertanggungjawab terhadap pasien.
2. Pasien/wali/keluarga harus membaca formulir tindakan anestesi secara lengkap dan memahami
semua resiko atau komplikasi dan menandatangani di form yang ada disaksikan oleh petugas yang
kompeten. Berikutnya petugas tersebut juga menandatangani form yang ada.
Jika pasien atau keluarganya telah paham dan setuju akan hal ini, tahap selanjutnya adalah
menandatangani surat persetujuan tindakan anestesi. Formulir tersebut juga ditandatangani oleh saksi lain
dari pihak keluarga, saksi pihak rumah sakit dan dokter penanggung jawab anestesi.
BAB V
13
PROSEDUR INTERVENSI
Sebagian besar pelaksanaan prosedur dengan nyeri minor tidak memerlukan pelayanan anestesi selain
anestesi lokal. Penanganan nyeri kronis dilaksanakan di pain clinic atau klinik nyeri. Alat yang dibutuhkan
diklinik nyeri adalah USG, C-Arm, Nerv stimulator, dan radio ablation.
5. Bursal Injection
7. Facet Injection
8. Dll
Penggunaan anestesi umum untuk prosedur yang menimbulkan nyeri minor hanya dibenarkan dalam
kondisi-kondisi khusus, di mana diperlukan perawatan / layanan anestesi yang terampil dan terlatih.
1. Komorbiditas mayor
Penggunaan sedasi dan obat anestesi lainnya harus seimbang dengan potensi risiko / bahaya yang
diakibatkan dari pelaksanaan prosedur dengan nyeri minor terhadap pasien dengan anestesi umum,
Prosedur yang berkepanjangan (lama) dan atau nyeri sering memerlukan sedasi intravena dan penggunaan
14
monitor anestesi (Monitored Anesthesia Care-MAC). Prosedur ini meliputi:
2. Diskografi (discography)
3. Disektomi perkutan
Blok fleksus / saraf utama lebih jarang dilakukan di klinik penanganan nyeri kronis, tetapi diyakini
bahwa prosedur blok ini mungkin memerlukan penggunaan anestesi intravena dan MAC (misalnya: blok
BAB VI
15
PENUTUP
Demikianlah Pedoman Anestesi disusun yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas profesi dengan baik dan benar sesuai ketentuan standar pelayanan kesehatan
ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karenanya senantiasa untuk dilengkapi sesuai kebutuhan
tuntutan pelayanan.
Semoga pedoman pelayanan Anestesi ini dapat dipergunakan oleh seluruh instalasi kamar
Lampiran
16
17
ASESSMENT PRA INDUKSI
18
ASESSMENT PRA INDUKSI
19
ASESSMENT PRA INDUKSI
20
ASESSMENT PRA ANASTESI
PROSEDUR 9. Setelah ada kesepakatan dengan pasien dan keluarga maka, dokter
anestesiologi meminta persetujuan keluarga dengan mengisi lembar DRM
15 Informed Consent tindakan anestesi dan menandatanganinya serta
diikuti oleh pasien (bila anak-anak dapat diwakilkan oleh orang tuanya)
serta diikuti oleh para saksi (keluarga dan perawat/bidan)
10. Informed Consent yang telah ditanda tangani dimasukkan pada map RM
pasien
11. Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa kegiatan telah selesai dilakukan
12. Akhiri kegiatan memberi salam penutup
1. Dokter anastesi
UNIT TERKAIT 2. Perawat kamar oprasi
3. Perawat Anastesi
21
ASESMEN PRA BEDAH
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
Asesmen pra bedah adalah asesmen yang dilakukan dokter spesialis bedah
PENGERTIAN
untuk menilai kondisi pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
22
ASESMEN PRA BEDAH
1. IGD
2. RAWAT INAP
UNIT TERKAIT
3. VK
4. KAMAR OPRASI
23
PELAKSANAAN TINDAKAN ANESTHESI UMUM/GENERAL
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
24
PELAKSANAAN TINDAKAN ANESTHESI UMUM/GENERAL
25
PELAKSANAAN TINDAKAN ANESTHESI UMUM/GENERAL
26
PELAKSANAAN TINDAKAN ANESTHESI SAB DAN EPIDURAL
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
27
PELAKSANAAN TINDAKAN ANESTHESI SAB DAN EPIDURAL
28
PEMBERIAN INFORMASI TENTANG RENCANA TINDAKAN ANESTESI
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
Sebagai acuan untuk tata laksana informasi tentang anestesi yang akan
TUJUAN
dilakukan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat Medika Nomor : ……. Tentang
KEBIJAKAN
Kebijakan pelayanan anastesi
1. Beri salam pada pasien “selamat pagi/siang/malam ………”
2. Perkenalkan identitas diri “saya,………. dokter Sp.An ”
3. Konfirmasi identitas pasien “tolong sebutkan nama dan
tanggal lahir………”
4. Jelaskan tentang prosedur tindakan anestesi yang akan
PROSEDUR dilakukan sesuai dengan :
a) Tindakan Anestesi umum dan sedasi
b)Tindakan Anestesi Regional
c) Tindakan Anestesi Lokal
Mintakan tanda tangan pada pasien atau keluarga pasien yang
bertanggung jawab.
1. IGD dan ruangan
UNIT TERKAIT 2. Vk
3. Kamar oprasi
29
IDENTIFIKASI PASIEN MENINGGAL
30
PEMBERIAN SEDASI DALAM
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
31
IDENTIFIKASI PASIEN MENINGGAL
32
PEMBERIAN SEDASI DALAM
2. Obat sedasi :
- Midazolam
- Propofol
- Ketamine
3. Obat pelumpuh otot :
- Atracurium besylat
- Vecuronium besylat
4. Obat inhalasi :
- Sevoflurane
- Isoflurane
5. Peralatan :
- Monitor saturasi
- Intubasi set dan endotracheal tube dan stylet
- Mesin anestesi siap pakai
PROSEDUR - Spuit
- Alkohol swab
- Sungkup/masker
- Mayo/airway
- Mesin suction dan suction cateter
Pelaksanaan :
1. Beri salam pada pasien “selamat pagi/siang/malam ………”
2. Perkenalkan identitas diri “saya,………. dokter Sp.An, dan saya,………
perawat anestesi.”
3. Konfirmasi identitas “tolong sebutkan nama dan tanggal
lahir………”
4. Tanyakan kepada pasien/keluarga (utk bayi atau anak) MMT(makan
minum terakhir).
5. Berikan penjelasan singkat tentang prosedur sedasi yang akan dilakukan
6. Lakukan proses sign in
33
PEMBERIAN SEDASI DALAM
34
PEMBERIAN SEDASI DALAM
35
PEMBERIAN SEDASI RINGAN
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
PROSEDUR - Midazolam.
- petidhine
- ketamin
3. Peralatan :
- Intubasi set dan endotracheal sesuai ukuran.
- Sat O2.
- Ambubag.
36
PEMBERIAN SEDASI RINGAN
- O2 nasal.
- Jackson rees.
- O2 transfer
- Spuit
- Alkohol swab
Pelaksanaan :
1. Beri salam pada pasien “selamat pagi/siang/malam ………”
2. Perkenalkan identitas diri “saya,……….dokter Sp.An, dan saya,
……… perawat anestesi.”
3. Konfirmasi identitas “tolong sebutkan nama dan tanggal
lahir………”
4. Tanyakan kepada pasien/keluarga (utk bayi atau anak) MMT
PROSEDUR
(makan minum terakhir).
5. Berikan penjelasan singkat tentang prosedur sedasi yang akan
dilakukan.
6. Berikan obat sedasi yang ditetapkan sesuai dengan dosis.
7. Berikan O2 melalui nasal canul 2-4 lpm.
8. Pantau jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien.
9. Observasi tanda – tanda vital pasien
10. Bila prosedur tindakan sudah selesai, pantau tanda– tanda vital
pasien dan rangsang pasien untuk bangun.
11. Setelah pasien bangun, minta perawat yang bersangkutan untuk
melanjutkan observasi.
12. Menyelesaikan administrasi di status pasien
1. Petugas Kamar oprasi,
UNIT TERKAIT 2. Vk
3. Bagian anastesi
37
PEMBERIAN SEDASI MODERAT (SEDANG)
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
1. Obat emergensi :
- Sulfas atropin
- Epineprine
- Lidocain 2 %
2. Obat sedasi :
PROSEDUR - Midazolam
- Propofol
- Ketamine
Peralatan :
- Monitor saturasi
- Intubasi set dan endotracheal tube dan stylet
- Mesin anestesi siap pakai
38
PEMBERIAN SEDASI MODERAT (SEDANG)
39
PEMBERIAN SEDASI MODERAT (SEDANG)
- Spuit
- Alkohol swab
- Sungkup/masker
- Mayo/airway
- Mesin suction
Pelaksanaan :
1. Beri salam pada pasien “selamat pagi/siang/malam ………”
2. Perkenalkan identitas diri “saya,………. dokter Sp.An, dan saya,………
perawat anestesi.”
3. Konfirmasi identitas “tolong sebutkan nama dan tanggal lahir………”
4. Tanyakan kepada pasien/keluarga (utk bayi atau anak) MMT (makan
minum terakhir)
5. Berikan penjelasan singkat tentang prosedur sedasi yang akan dilakukan.
6. Lakukan proses sign in.
7. Berikan obat sedasi yang ditetapkan sesuai dengan dosis.
8. Berikan O2 melalui nasal canul 2-4 lpm.
9. Pantau jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien.
10. Observasi tanda – tanda vital pasien
11. Bila prosedur tindakan sudah selesai, pantau tanda – tanda vital pasien
dan rangsang pasien untuk bangun.
12. Bila prosedur sudah selesai, pantau keadaan umum pasien dan rangsang
pasien untuk bangun.
13. Setelah pasien bangun, lanjutkan pemantauan keadaan umum dan
tanda – tanda vital pasien setiap 15’ di ruang pulih sadar.
14. Catat hasil pemantauan di lembar observasi paska anestesi di ruang
pulih sadar.
15. Konfirmasi dengan dokter spesialis anestesi untuk pemindahan pasien
ke ruang perawatan.
40
PEMBERIAN SEDASI MODERAT (SEDANG)
41
PEMBERIAN SEDATIV DIKAMAR OPERASI
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
42
PEMBERIAN SEDATIV DIKAMAR OPERASI
43
MEMBERIKAN PENYULUHAN PRA OPERASI DAN PRA ANESTESI DI KAMAR
OPERASI
No.Dokumen No. Revisi Halaman
10.01.III.2018.PAB 0 1/3
Ditetapkan oleh,
Direktur RS Graha Sehat Medika
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
Penyuluhan pra operasi dan pra anestesi adalah suatu upaya yang
44
IDENTIFIKASI PASIEN
45
MEMBERIKAN PENYULUHAN PRA OPERASI DAN PRA ANESTESI DI KAMAR
OPERASI
46
TINDAKAN PRAOPERATIF
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
47
LAYANAN SEDASI PADA DEWASA
PROSEDUR Setelah operasi selesai dan sebelum pasien dibawa keluar OK lakukan sign
out.
1. Dokter anastesi
UNIT TERKAIT 2. Perawat kamar oprasi, IGD,VK DAN RANAP
3. Perawat Anastesi
48
ANASTESI UMUM (REGIONAL)
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan siap fisik dan mental
TUJUAN
sebelum pembiusan dilakukan.
1. Persiapan alat
a. Alat tulis
b. RM Pasien
c. Set pasang infus
d. Obat-obat premedikasi
2. Berikan salam pembuka dan kenalkan diri DPJP anestesiologi dan perawat
PROSEDUR anestesi
3. Persiapan alat
e. Alat tulis
f. RM Pasien
g. Set pasang infus
h. Obat-obat premedikasi
4. Berikan salam pembuka dan kenalkan diri DPJP anestesiologi dan perawat
anestesi
49
ANASTESI UMUM (REGIONAL)
1. Dokter anastesi
UNIT TERKAIT 2. Perawat kamar oprasi, IGD,VK DAN RANAP
3. Perawat Anastesi
50
ANASTESI SPINAL SUB ARACNOID BLOK (SAB)
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
TUJUAN Agar dalam melakukan tindakan fungsi spinal senatiasa siap Menjaga sterilitas
alat dan metode tindakan.
51
ANASTESI SPINAL SUB ARACNOID BLOK (SAB)
1. Dokter anastesi
UNIT TERKAIT 2. Perawat kamar oprasi
3. Perawat Anastesi
52
LAYANAN SEDASI PASIEN DEWASA
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
53
LAYANAN SEDASI PASIEN DEWASA
PROSEDUR c. Selama sedasi, DPJP Anestesi atau asisten anestesiologi harus bereaksi
/ bertindak cepat terhadap segala kondisi pasien akibat tindakan
sedasi.
d. Troli emergensi dan peralatan resusitasi harus tersedia di kamar bedah
selama operasi berlangsung.
e. Semua kondisi pasien selama sedasi harus di catat dalam RM 16
Catatan Anastesi dan dimasukkan kedalam map RM pasien.
3. Tahap pasca sedasi
a. Setiap pembedahan selesai, kedalaman sedasi pasien harus tetap
dipantau dan dicatat di RM 16 Catatan Anastesi.
b. Pasien pasca sedasi harus dipulihkan diruang pemulihan dan tidak
boleh ditinggal oleh dokter DPJP anestesiologi atau perawat jaga
ruangan pemulihan sampai pulih sepenuhnya dari sedasi (alderet
score minimal 6).
c. Alat suction dan troli emergensi harus tersedia didalam ruang pulih
sadar.
54
LAYANAN SEDASI PADA DEWASA
1. Dokter anastesi
UNIT TERKAIT 2. Perawat kamar oprasi
3. Perawat Anastesi.
55
LAYANAN SEDASI PADA PEDIATRI
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
56
LAYANAN SEDASI PADA PEDIATRI
57
LAYANAN SEDASI PADA PEDIATRI
58
LAYANAN SEDASI PADA PEDIATRI
1. Dokter anastesi
UNIT TERKAIT 2. Perawat kamar oprasi
3. Perawat Anastesi
59
PERSETUJUAN TINDAKAN ANASTESI
Tanggal terbit
01 Maret 2018
STANDAR PROSEDUR
dr. Rudy, SpOG
OPERASIONAL
NIK. M.1.05.18.001
60
PERSETUJUAN TINDAKAN ANASTESI
61
PERSETUJUAN TINDAKAN ANASTESI
62