BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan pembedahan di kamar operasi merupakan pelayanan yang multi
komplek, yang sering kali menimbulkan cidera medik atau Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD). Resiko-resiko atau kemungkinan-kemingkinan yang terjadi
hampir semua berakibat fatal, diantaranya adalah :
1. Salah pasien yang dioperasi (wrong person surgery)
2. Salah sisi operasi (wrong site surgery)
3. Salah prosedur operasi (wrong procedure)
4. Infeksi pada daerah yang dioperasi (surgical site infection)
5. Tertinggalnya instrumen operasi seperti gunting, kasa, jarum (retained
instruments and sponges after surgery)
The joint commission melaporkan 150 KTD yang berhubungan dengan
wrong site surgery, wrong procedure, dan wrong person surgery, kasus terbanyak
terjadi pada operasi tulang (41%), bedah umum (20%), bedah syaraf (14%),
bedah urologi (11%), kemudian operasi wajah, mata, dan THT (JCAHO).
Secara lebih lengkap resiko komplikasi atau KTD tindakan pembedahan
dapat dilihat pada tabel. Paling tidak 30-50% komplikasi berat pada pasien yang
menjalani tindakan operasi bedah sebenarnya dapat dicegah.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memberikan pelayanan bedah yang aman dan nyaman kepada setiap pasien
dari mulai/ sebelum operasi, dengan memastikan tepat sisi, tepat prosedur
dan tepat pasien operasi.
2. Tujuan Khusus :
a. Membangkitkan kesadaran staf atau tim kamar bedah akan pentingnya
keselamatan pasien dan resiko terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD)
dalam memberikan pelayanan pembedahan sehari-hari.
b. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar.
c. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik dan dipampang.
d. Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan atau
implant-implant yang dibutuhkan.
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Secara khusus, dalam the National Patient Safety Goals, 2008, JCAHO
menetapkan protokol universal dalam rangka untuk mencegah kesalahan identifikasi
pasien dalam pelayanan bedah. Dalam protokol tersebut disebutkan tiga prosedur
penting yang harus dilakukan yaitu:
Proses verifikasi pre-operatif. Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah
untuk menjamin semua dokumen yang terkait dengan prosedur operasi tersedia, dan
dikaji ulang dan telah diyakini semuanya telah konsisten sesuai dengan harapan
pasien dan tim bedah. Salah satu daftar tiik atau ceklist yang dapat membanu pada
tahap ini adalah daftar tilik yang dikembangkan oeh rumah sakit Naval (lihat tabel 2 )
Membuat penandaan tempat operasi. Tujuan pemberian tanda di tempat
operasi adalah menjamin tidak terjadinya keraguan tempat insisi bedah. Penandaan
tempat operasi harus jelas dan trlihat serta tidak hilang sewaktu pasien dipersipkan
menjalani prosedur pembersihan diri.
Melakukan time out sebelum tindakan operasi dimulai. Melakukan time out
sebelum operasi betujuan untuk menjamin tidak terjadinya salah pasien, salah
prosedur, salah sisi operasi. Prosedur operasi tidak akan dimulai sampai semua
permasalahan atau pertanyaan menjadi jelas.
Sebagai upaya untuk mencapai layanan bedah yang amn khususnya dalam
rangka mencegah kesalahan sisi, prosedur dan pasien yang menjalani operasi,
maka Rumah Sakit Budi Sehat menerapkan langkah melalui (1) penandaan tempat
operasi dan (2) implementasi checklis sebagaimana direkomendasikan oleh WHO.
A. PENANDAAN TEMPAT
OPERASI
Tujuan pemberian tanda di tempat operasi adalah menjamin tidak terjadinya
keraguan tempat insisi bedah. Dalam prosedur penandaan harus jelas
ditentukan:
1. Siapa yang memberi tanda
2. Kapan dilakukan penandaan
3. Bagaimana cara
penandaannya
4. Jenis operasi apa yang perlu
diberi penandaan
Tabel 2. Ketentuan Penandaan Tempat Operasi
Variabel Penjelasan
Siapa yang memberi tanda Dokter operator operasi
Kapan dilakukan penandaan Penandaan operasi dilakukan di kamar pasien
(diluar kamar operasi)
Bagaimana cara penandaannya a.
Setiap penandaan tempat operasi harus
melibatkan pasien dan keluarga.
b.
Penandaan likasi tempat operasi berada
diatas atau setidaknya mendekati tempat
insisi.
c.
Bentuk penandaan dapat dilihat dengan jelas
dan berupa tanda lingkaran (o)
d.
Penandaan yang dilakukan tidak hilang saat
tempat operasi dicuci atau disterilisasi.
Jenis operasi apa yan perlu diberi a.
penandaan pembedahan yang melibatkan ekstremitas
secara lateral (kanan/kiri)
b.
struktur multipel (jari tangan/kaki)
c.
level(spine)
d.
pada keadaan berikut adalah pengecualian
dalam prosedr pemberian penandaan:
1)
operasi pada organ yang jumlahnya
hanya satu
2)
intervensi kasus pada tempat yang sedah
terpasang kateter atau instrumen lain.
3)
Gigi
4)
Bayi prematur, dimana penandan dapat
menyebabkan tato permanen
5)
Pasien menolak pemberian penandaan di
lokasi tempat operasi.
C. IMPLEMENTASI SURGICAL
SAFETY CHECKLIS DARI WHO
Sesuai dengan rekomendasi WHO, agar pasien dapat dilayani secara
aman maka Rumah Sakit Budi Sehat menerapkan : Surgical Safety Checklist
(Sign In, Time Out, Sign Out).
1. Sign In
Dalam tahap ini dipastikan bahwa tidak terjadi kesalahan identifikasi,
penandaan telah benar dilakukan, antisipasi terhadap perdarahan,
memastikan kelengkapan peralatan pendukung.
2. Time Out
Sebelum dokter bedah melakukan insisi dilakukan time out singkat untuk
memastikan bahwa semua prosedur telah dilakukan dengan benar, tim dan
peralatan telah lengkap dan semua sudah tesedi sebagaimana diharapkan.
3. Sign Out
Sebelum pasien di kirimke unit pemulihan dipastikan bahwa instrumen bedah,
kasa dan barang lainnya tidak tertinggal di tubuh pasien dan pasien layak
untuk di bawa ke unit pemulihan.
Ruang lingkup dari bahasan ini adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi
elemen penilaian SKP. IV.
1. Rumah sakit menggunakan
suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan
suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat
lokasi, tepat produr, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap
menerapkan dan mencatat prosedursebelum insisi/time out tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/ tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur
dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi/ dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
BAB III
TATA LAKSANA
A. TATA LAKSANA
PENANDAAN
Dalam pelaksanaannya untuk memahami mengenai tepat sisi, tepat
prosedur dan tepat pasien operasi, agar dimengerti oleh semua petugas. Rumah
sakit menggunakan proses 4W1H yaitu:
1. What
Tujuannya:
a. Memastikan tepat lokasi
operasi
b. Memastikan tepat prosedur
operasi
c. Memastikan tepat pasien
operasi
2. Who
Siapa yang memberi tanda?
Yang memberi tanda adalah dokter yang akan mengoperasi pasien tersebut
dan tidak boleh di delegasi kepada siapapun.
3. Which
a. Yang mana harus ditandai :
1) Pembedahan yang melibatkan
ekstremitas secara lateral (kanan atau kiri)
2) Struktur multipel (jari tangan/
kaki)
3) Level (spine)
b. Yang tidak ditandai/
pengecualian:
1) Operasi pada organ yang
jumlahnya hanya satu
2) Intervensi kasus pada tempat
yang sudah terpasang kateter atau instrumen lain
3) Operasi pada gigi
4) Bayi prematur, dimana marker
dapat menyebabkan tato permanen
5) Pasien menolak prosedur
pemberian marer di lokasi tempat operasi
4. Where
a. Ruang preoperasi (perawatan)
1) Pastikan bahwa pasien sudah
diidentifikasi oleh 2 petugas
2) Pastikan bahwa pasien telah
mendapatkan informed consent
3) Pastikan secara verbal ke
pasien/ keluarga pasien mengenai kebenaran tempat operasi
4) Lihat kembali rekam medis
pasien sebagai konfirmasi untuk memastikan tempat operasi
5) Dokter bedah telah
memberikan tanda di tempat opeasi yang akan dilakukan, diatas atau
sedekat mungkin dengan tempat operasi di tubuh pasien dan
mendokumentasikan pada formulir verifikasi pra bedah
b. Ruang operasi
1) Konfirmasi sekali lagi identitas,
informed consent, prosedur operasi sebelum pasien dibaringkan di
meja operasi
2) Lihat kembali rekam medis
bahwa identifikasi tempat operasi adalah sudah benar
3) Lihat kembali hasil
pemeriksaan radiologi dan konfirmasi bahwa sudah sesuai dengan
tempat operasi
4) Setelah pasien dibaringkan dan
segera sebelum insisi dimulai, konfirmasi yang terakhir bahwa pasien
benar, tempat dan sisi operasi benar, prosdur benar, posisi pasien telah
benar, dan tersedia implant yang benar, pealatan khusus atau
persyaratan khusus telah benar, dan telah dikonfirmasikan secara
verbal oleh perawat, dokter bedah dan anestesi.
5. How
Bagaimana caranya dokter yang akan melakukan tindakan operasi
memberikan penandaan pada tubuh pasien dengan :
a. Setiap penandaan tempat
operasi harus melibatkan pasien dan atau keluarga dan dalam keadaan
sadar.
b. Penandaan menggunakan
marker tepat pada lokasi operasi berada di atas atau setidaknya
mendekati tempat insisi.
c. Bentuk penandaan dapat dilihat
dengan jelas berupa tanda lingkaran (o)
d. Penandaan dengan
menggunakan spidol marker.
Marker yang digunakan tidak hilang atau tetap terlihat jeas saat tempat
operasi dicuci atau dilakukan desinfektan di kamar operasi.
e. Jika tanda hilang atau tidak
jelas wajib dilakukan penandaan ulang oleh dokter yang akan melakukan
tindakan operasi.
f. Penandaan ini berlaku untuk
semua tindakan invasif baik di kamar opeasi maupun di luar kamar
operasi.
E. IMPLEMENTASI SURGICAL
SAFETY CEKLIST
1. Sign In
Pada fase ini dilakukan penilaian sebelum awal induksi anestesi.
a. Hal hal yang perlu dilakukan :
1) Pastikan bahwa identitas
pasien, tempat operasi dan prosedur bedah serta informed consent
telah sesuai dan dipenuhi.
2) Pastikan bahwa tempat operasi
telah ditandai dengan benar.
3) Pastikan bahwa hal hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan anestesi (peralatan, obat, koneksi
alat, dsb ) dalam keadaan benar dan baik.
4) Pastikan bahwa pulse oximeter
telah berada pada pasien dan berfungsi dengan baik.
5) Pastikan bahwa pasien :
a) Tidak memiliki riwayat alergi
b) Nilai adakah masalah kesulitan
jalan nafas dalam rangka melakukan intubasi
c) Adakah risiko kehilangan darah
> 500cc pada pasien dewasa dan 7cc/kgBB pada anak selama
operasi.
b. Standar komunikasi dalam fase
sign in
1) Perkenalan
Selamat pagi/siang/sore/malam....ibu/bapak/adik.....perkenalkan saya
sr.../br.... yang nanti akan membantu ibu/bapak/adik...selama proses
operasi berlangsung. ( sambil menjabat tangan kontak mata penuh
empati) Boleh tahu ibu/bapak/adik ....namanya siapa dan tanggal
lahir/umur? (sambil mencocokan identitas pasien dengan gelang yang
terpasang)
2) Lokasi dan prosedur
Ibu/bapak/adik...lokasi atau daerah yang akan diopersi seblah mana?
(pasien diminta untuk menunjukkan tempat yang akan dioperasi)
Ibu/bapak/adik...apakah dokter sudah menjelaskan rencana prosedur
yang akan dilakukan?
3) Inform consent
Baik....ibu/bapak/adik...saya akan memeriksa apakah surat izin
operasi sudah ditanda tangani?
Ibu/bapak/adik...apakah ini tanda tanganmu? (sambil menunjukkan
surat izin dan tanda tangan yang ada)
Pertanyaan ini digunakan untuk pasien yang dianggap dewasa sesuai
standar.
4) Penandaan lokasi operasi
Ibu/bapak/adik...apakah daerah atau lokasi yang akan dioperasi sudah
ditandai? Jika daerah operasi merupakan daerah yang tidak perlu
ditandai, tidak perlu ditanyakan.
5) Keamanan anestesi
Ibu/bapak/adik...apakah memiliki riwayat alergi?...gangguan
pernafasan?...
(jika jawaban ya tanyakan lebih lanjut apa jenisnya dan kapan
kambuh yang terakhir)
a) Cek kelengkapan alat atau
mesin anestesi dan obat-obat yang akan digunakan bersama tim
anestesi
b) Cek alergi dan gangguan
pernafasan dengan tim anestesi
c) Cek apakah ada resiko
kekurangan darah atau kehilangan darah dengan tim anestesi
2. Time Out
Pada fase ini dilakukan penilaian sebelum dokter bedah melakukan insisi.
a. Hal hal yang perlu dilakukan :
1) Setiap anggota tim telah
memperkenalkan diri tugas dan perannya terlebih dahulu kepada
pasien
2) Dokter bedah, anestesi dan
perawat secara verbal telah memastikan kebearan dalam hal identitas
pasien, tempat operasi dan prosedur yang akan dilakukan
3) Dokter bedah dan tim dapat
memperkirakan dan mengantisipasi hal hal yang dapat terjadi selama
prosedur pembedahan, seperti: risiko perdarahan, lama operasi dan
langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah yang
timbul selama proses oprasi.
4) Dokter anestesi dapat
memperkirakan dan mengantisipasi terhadap keadaan spesifik pasien (
pasien obesitas )
5) Perawat dapat menjamin
terhadap sterilitas alat, kebutuhan peralatan dan instrument yang
diperlukan selama operasi
6) Mengevaluasi kembali perlukah
pasien mendapatkan antibiotik profilaksis dalam 60 menit sebelum
operasi
7) Melihat kembali penunjang
diagnostik dalam hal ini imaging telah tersedia dan telah sesuai dengan
identitas pasien dan tempat lesi.
b. Standar komunikasi dalam time
out :
1) Tim operasi memperkenalkan
diri
Perawat sirkuler :
Selamat pagi/siang/sore/malam,, saya ( sr/br...... ) sebagai perawat
sirkuler akan memandu proses time out untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat pasien. Silahkan tim memperkenalkan diri :
a) Dokter dan penata
anestesi : ....
b) Dokter operator : ....
c) Dokter anak dan konsulen ( bila
ada ) : ....
d) Asisten operasi : ....
e) Perawat instrumentator : ...
2) Dokter bedah, dokter
anestesim dan perawat menjamin benar pasien, benar lokasi, dan
prosedur operasi :
Perawat sirkuler :
Bagaimana dokter/tim, apakah benar :
a) Pasien bernama Tn
/Ny...../umur..../No.RM : ....
b) Lokasi : ....
c) Prosdur : ....
3) Antisipasi dokter bedah
terhadap kehilangan darah, lama operasi, KTD, yang dapat terjadi
selama operasi :
Perawat sirkuler :
Bagaimana dr....( sebut nama dokter bedahnya ) adakah
kemungkinan terjadi perdarahan???,,, berapa lama kira-kira
operasinya???,,,adakah kemungkinan penyulit selama operasi???
Antisipasi dokter anestesi terhadap resiko operasi yang timbul :
Perawat sirkuler :
Bagaiman dr....( sebut nama dokter anestesinya ) adakah kemungkinan
timbul resiko anestesi selama pembedahan???
Antisipasi perawat terhadap sterilisasi dan kebutuhan alat :
Perawat sirkuler :
Bagaimana sr/br (sebut nama perawat instrumentator ) apakah alat
yang digunakan sudah steril, alkes yang akan digunakan sudah
lengkap???
A. KEBIJAKAN KESELAMATAN
BEDAH
B. SPO
1. SPO Penandaan ( site
marking )
2. SPO Surgical Safety Ceklist
3. SPO serah terima dari ruangan
ke OK
C. FORM
1. Form surgical safety checklist
( Sign In, Time Out, Sign Out ) di OK
2. Form Checklist Pre Op/Post Op
3. Form Surgical Safety Checklist
( Sign In, Time Out, Sign Out) di luar OK
BAB V
PENUTUP
Direktur
RS Budi Sehat Purworejo