Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS


(INFORMED CONSENT) PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUGERAH SEHAT AFIAT


Jl. Raya Tapos RT.005 RW 004 Kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos Kota
Depok - Jawa Barat 16459
Email : rsudasa@depok.go.id

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belakangan ini, peristiwa yang diduga malpraktik cukup sering terjadi di

rumah sakit. Hal ini berdampak pada kurangnya rasa percaya dari pasien atau

keluarga pasien yang hendak berobat di rumah sakit. Dengan kurangnya rasa

kepercayaan pasien atau keluarga pasien terhadap rumah sakit, mengakibatkan

angka orang yang terserang penyakit akan meningkat bahkan sampai meninggal

Salah satu upaya rumah sakit untuk mencegah terjadinya peristiwa yang

diduga malpraktik yaitu dengan adanya persetujuan tindakan medis (informed

consent) kepada pasien/wali pasien. Dengan adanya persetujuan tindakan medis,

pihak rumah sakit mengharapkan keikutsertaan pasien/wali pasien dalam

pengambilan keputusan tindakan medis yang akan di lakukan oleh pihak rumah

sakit. Hal ini bertujuan agar meminimalisir terjadinya kecurigaan pasien atau wali

pasien akan dugaan malpraktik di rumah sakit.

Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu hak

pasien/wali pasien adalah pengambilan keputusan antara pihak rumah sakit dan

pasien/wali pasien dengan adanya persetujuan tindakan medis (informed consent).

Pengambilan keputusan dari pasien/wali pasien sangat penting diterapkan rumah

sakit agar hak sebagai pasien/wali pasien dapat berjalan sesuai dengan prosedur

yang berlaku.

B. Pengertian Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)

Persetujuan merupakan suatu pernyataan setuju atau menyetujui,

membenarkan, mengesahkan, perkenan, atau kesepakatan antara kedua belah

pihak demi terciptanya kesepakatan.

Tindakan merupakan sebuah perbuatan yang merupakan respon dari hasil

pengamatan yang memunculkan persepsi.

Medis merupakan termasuk atau berhubungan dengan bidang kedokteran.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 2


Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persetujuan tindakan

medis atau persetujuan tindakan kedokteran merupakan suatu persetujuan yang

dibuat oleh pasien atau keluarganya, untuk memberikan izin terhadap dokter dalam

melakukan serangkaian pemeriksaan, menetapkan diagnosis, melakukan

pemeriksaan fisik dan penunjang medis serta melakukan tindakan medis tertentu

kepada pasien. Persetujuan tersebut diberikan oleh pasien atau keluarganya

setelah melalui suatu proses komunikasi interpersonal dua arah yang berimbang.

Adapun beberapa pengertian persetujuan tindakan medis (Informed

Consent) yaitu sebagai berikut:

1. Pesetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan

kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi,

setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan.

2. Pernyataan sepihak dari pasien dan bukan perjanjian antara pasien dengan

dokter atau dokter gigi, sehingga dapat ditarik kembali setiap saat.

3. Proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif antara pasien

dengan dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar penandatanganan formulir

persetujuan.

C. Tujuan

1. Menerima semua informasi tentang pilihan prosedur dan pengobatan yang akan

diberikan oleh dokter.

2. Memahami informasi yang diberikan dan memiliki kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan.

3. Memutuskan apakah akan menjalani atau menolak langkah penanganan yang

direkomendasikan.

D. Ruang Lingkup

1. Panduan ini ditetapkan kepada semua pasien/wali pasien untuk mendapatkan

informasi dan tindakan yang di lakukan oleh dokter.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 3


2. Pemberian informasi yang di berikan tergantung pada pengetahuan medis pasien

pada saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu mengenai tanggung

jawab orang lain yang berperan serta dalam pengobatan pasien.

3. Pelaksanaan panduan ini adalah semua karyawan yang bekerja di rumah sakit

(medis ataupun nonmedis).

Pada pasal 45 UU Praktik kedokteran memberikan batasan minimal

informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu:

1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis

2. Tujuan tindakan medis

3. Alternatif tindakan lain dan risikonya

4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan Informasi yang sebaiknya diberikan

kepada pasien meliputi :

a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak

diobati.

b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)

termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan.

c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya,

termasuk pilihan untuk tidak diobati.

d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan, rincian dari prosedur

atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti

penanganan nyeri, bagaimana, bagaimana pasien seharusnya

mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan

sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang

serius.

e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang

kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan

diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi dan

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 4


perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut.

f. Nyatakan bahwa rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih

eksperimental.

g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan

dimonitor atau dinilai kembali.

h. Nama dokter yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk

pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya.

i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,

maka sebaiknya dijelaskan perananya di dalam rangkaian tindakan yang

akan dilakukan.

j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap

waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggung jawab penuh atas

konsekuensi pembatalan tersebut.

k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari

dokter yang lain.

l. Bila memungkinkan, diberitahukan juga tentang perincian biaya.

E. Prinsip

1. Seluruh staff rumah sakit yang berkaitan dengan pemberian informasi medis

harus memastikan bahwa persetujuan tindakan medis sudah terinformasikan

dengan baik kepada pasien/wali pasien.

2. Setiap pasien/wali pasien yang sudah menandatangani persetujuan tindakan

medis harus memahami semua isi dari persetujuan tindakan medis.

3. Tujuan utama persetujuan tindakan medis yaitu sebagai bentuk upaya rumah

sakit untuk mengikutsertakan pasie/wali pasien dalam pengambilan keputusan

tindakan medis oleh dokter yang di lakukan agar tercapainya kesepakatan

antara dokter dan pasien/wali pasien.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 5


4. Sebagai dasar acuan agar tidak terjadinya kesalahpahaman antara dokter dan

pasien/wali pasien untuk pengambilan keputusan tindakan medis yang beresiko

tinggi.

BAB II

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

Dalam hal menetapkan persetujuan tindakan kedokteran harus memperhatikan

ketentuan- ketentuan sebagai berikut :

1. Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya

memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter dan dokter gigi.

2. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi

persyaratan dibawah ini :

a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan

kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The consent must be for what will

be actually performied);

b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan

(Voluntary);

c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang

(pasien) yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari

segi hukum;

d. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan

cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya

tindakan kedokteran dilakukan.

3. Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya

mencakup :

a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran (contemplated medical

procedure);

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 6


c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and risk);

d. Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang mungkin

terjadi;

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without

medical procedures);

f. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak

dilakukan;

g. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan

kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedure);

h. Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan kedokteran.

4. Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan.

Dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan medis mempunyai

tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila

berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada

dokter atau dokter gigi lain dengan sepengetahuan dokter atau dokter gigi yang

bersangkutan. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan informasi tanggung jawab

berada ditangan dokter atau dokter gigi yang memberikan delegasi.

Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah

dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Penjelasan

tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau

dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :

a. Tanggal;

b. Waktu;

c. Nama;

d. Tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 7


Dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat

merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan,

maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat

dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi. Hal-hal yang

disampaikan pada penjelasan adalah :

1. Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :

a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut.

b. Diagnosis penyakit atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-

kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding.

c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya

tindakan kedokteran.

d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.

2. Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi :

a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,

terapeutik, ataupun rehabilitatif.

b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan

sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin

terjadi

c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan

dengan tindakan yang direncanakan.

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif

tindakan.

e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat

akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.

3. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko

dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan,

kecuali:

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 8


a. Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum.

b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan.

c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable).

4. Penjelasan tentang prognosis meliputi :

a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam).

b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam).

c. Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 9


BAB III

TATALAKSANA PERLINDUNGAN HARTA BENDA PASIEN

Cara memberikan informasi kepada pasien, sebelum pasien memberikan

persetujuan sama pentingnya dengan informasi apa yang akan anda berikan

kepada pasien. Pasien tidak dapat memberikan persetujuan yang sah kecuali

mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk membantu pasien membuat keputusan,

maka hal-hal yang harus dipertimbangkan:

1. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka,

sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap

yang penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota

keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam

mengikutsertakan interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal

yang bersifat pribadi.

2. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila

hal itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci. Pastikan

bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan informasi yang terakhir. Misalnya,

sebuah leaflet yang menjelaskan tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut

akan membuat jelas kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan

digunakan untuk berfikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak

ada diskusi.

3. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga

atau teman dalam diskusi atau membuat rekamam dengan tape recorder.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 10


4. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress) agar

diberikan dengan yang sensitif dan empati. Rujuk mereka untuk konseling bila

diperlukan.

5. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi,

misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun

untuk turut membantu memberikan penjelasan.

6. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.

7. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang

diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat klarifikasi,

sebelum kemudian membuat keputusan.

A. Pemberian Persetujuan atau Penolakan Tindakan

Informed Consent adalah pengakuan atas hak autonomy pasien, yaitu hak

untuk dapat menentukan sendiri apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya, karena

tidak hanya informed consent (persetujuan tindakan) yang kita kenal, melainkan

ada juga Informed Refusal (Penolakan tindakan).

Secara umum, persetujuan (consent) dapat diberikan dalam bentuk:

dinyatakan (Expressed), yakni secara lisan (oral) atau tertulis (written).

Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau

tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan

biasa. Pasien disampaikan informasi terlebih dahulu mengenai tindakan yang akan

dilakukan supaya tidak terjadi salah pengertian, misalnya pemeriksaan colok rectal

atau colok vagina, mencabut kuku dan tindakan-tindakan lain yang melebihi

prosedur pemeriksaan dan tindakan umum, maka belum diperlukan pernyataan

tertulis, persetujuan secara lisan sudah mencukupi. Namun bila tindakan yang akan

dilakukan mengandung risiko seperti tindakan pembedahan atau prosedur

pemeriksaan dan pengobatan invasive, maka diminta persetujuan tindakan medis

secara tertulis.

Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan bukti dikemudian hari,


RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 11
biasanya pada tindakan yang invasif atau yang berisiko mempengaruhi kesehatan

pasien secara bermakna. Di RSUD Anugerah Sehat Afiat persetujuan tindakan

medis secara tertulis, diminta oleh petugas setelah pasien memperoleh penjelasan

dari dokter penanggung jawab pasien (DPJP), dengan menggunakan formulir

persetujuan tindakan medis, yang ditandatangani oleh pasien, DPJP dan dua orang

saksi. Formulir tersebut disimpan dalam berkas rekam medis pasien.

Untuk prosedur invasif, anesthesia/sedasi, tindakan atau pengobatan yang

berisiko tinggi, seperti penggunaan darah atau produk darah, hemodialisa, tes HIV-

AIDS menggunakan persetujuan (Informed Consent) secara khusus dan terpisah.

B. Tindakan-Tindakan Medis yang Memerlukan Informed Consent (Persetujuan

Tindakan Medis) Tertulis Dapat Dibagi ke dalam Beberapa Kelompok

1. Tindakan invasif untuk diagnostik, Misalnya : Biopsi dan Laparaskopi

diagnostik.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 12


C. Tindakan-Tindakan Medis Yang Memerlukan Informed Consent (Persetujuan

Tindakan Medis) Tidak Tertulis

Tindakan medis yang memerlukan informed consent selain memerlukan

persetujuan tertulis ada juga yang tidak memerlukan persetujuan tertulis. Mengacu

kepada kriteria di atas (informed consent yang memerlukan persetujuan tertulis),

maka informed consent dapat diberikan tidak tertulis oleh pasien yang telah

mendapatkan informasi yang cukup baik dari dokter untuk tindakan medis yang

tidak beresiko tinggi. Tindakan medis yang dianggap tidak beresiko tinggi:

1. Tindakan invasif untuk diagnostik, misalnya : Pemeriksaan laboratorium (darah)

rutin.

2. Tindakan untuk diagnostik rutin, misalnya : Elektro Kardio Graphy (EKG),

Spirometri, Audiometri, Echo Cardio Graphy (ECG) dan Pemeriksaan Radiologi

rutin seperti : Rontgen, USG (tindakan tanpa kontras).

3. Tindakan invasif untuk terapi, misalnya : Pemasangan intra vena catheter untuk

nutrisi parenteral atau akses masuk obat dan Pemasangan Naso/orofaring

gastric tube.

4. Tindakan untuk terapi/pemantauan terapi, misalnya : Wound toilet ringan-

sedang, Ganti verband dan Pemasangan Dower/Condom Catheter Urin.

5. Tidak dinyatakan/ dianggap diberikan (Implied or tacit consent), yaitu dalam

keadaan biasa (normal) atau dalam keadaan darurat (emergency).

Implied Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat,

tanpa persyaratan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap oleh dokter dari sikap

dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah yang biasa dilakukan

atau sudah diketahui umum, misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium, melakukan suntikan pada pasien, penjahitan luka dan sebagainya.

Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun

melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukan jawabannya, missal : pasien

menggulung baju ketika akan di ambil darahnya.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 13


Implied consent dalam bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan

darurat (Emergency) sedangkan dokter memerlukan tindakan segera / life saving,

sementara pasien dalam keadaan tidak dapat memberikan persetujuan dan

keluarganya pun tidak di tempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medis

tertentu yang terbaik menurut dokter (tidak memerlukan persetujuan tindakan

medis). Jenis persetujuan ini disebut sebagai presumed consent, dalam arti bila

pasien sudah dalam keadaan sadar, maka pasien dianggap akan menyetujui

tindakan yang dilakukan dokter.

D. Persetujuan Umum (General Consent).

Di RSUD Anugerah Sehat Afiat, persetujuan umum diberikan terkait

informasi yang dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

proses pelayanan medis umum di Rumah Sakit dan tindakan-tindakan medis yang

umum dilakukan dalam rangka pelayanan medis selanjutnya. Hal ini dijelaskan baik

pada saat proses administrasi maupun pada saat pelayanan medis (oleh dokter

atau perawat).

Persetujuan umum pada proses administrasi akan diberikan oleh pasien

secara tertulis (untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Rumah Sakit),

demikian juga pada proses pelayanan medis diberikan pasien/keluarga pasien yang

bertanggung jawab pada saat pemberian informasi/edukasi oleh tenaga medis

kepada pasien (bukti edukasi/informasi).

Persetujuan umum (General Consent) yang diberikan oleh pasien/keluarga

pasien yang bertanggung jawab, terkait dengan :

a. Hak dan kewajiban pasien

b. Aturan-aturan yang berlaku di RSUD Anugerah Sehat Afiat

c. Pelayanan medis rutin yang dilakukan baik pada rawat jalan maupun rawat inap

(pada bukti edukasi/informasi).

E. Pihak yang Berhak Memberikan Persetujuan

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 14


a. Pasien yang kompeten: pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan

perundang- undangan atau telah pernah menikah, tidak terganggu kesadaran

fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran

perkembangan mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu

membuat keputusan secara bebas.

b. Keluarga terdekat pasien : suami atau isteri, ayah atau ibu kandung, anak-anak

kandung dan saudara-saudara kandung atau penampunya.

c. Penerima informasi diberi kesempatan untuk bertanya kepada pemberi informasi

apabila penjelasan dokter belum di mengerti.

Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (Oral

Consent), tersurat (Written Consent), atau tersirat (Implied Consent). Setiap

tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan

tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.

Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir

Persetujuan Tindakan Kedokteran.

Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir

tersebut sudah diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang akan melakukan

tindakan kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi delegasi, untuk

kemudian yang bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang

perlu dibacakan dihadapannya.

Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak

mengandung risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap

meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.

F. Masa Berlaku Persetujuan

Tidak ada satu ketentuanpun yang mengatur tentang lama keberlakuan

suatu persetujuan tindakan kedokteran. Teori menyatakan bahwa suatu

persetujuan akan tetap sah sampai dicabut kembali oleh pemberi persetujuan atau

pasien. Namun demikian, bila informasi baru muncul, misalnya tentang adanya efek

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 15


samping atau alternatif tindakan yang baru, maka pasien harus diberitahu dan

persetujuannya dikonfirmasikan lagi. Apabila terdapat jeda waktu antara saat

pemberian persetujuan hingga dilakukan tindakan, maka alangkah lebih baik

apabila ditanyakan kembali apakah persetujuan tersebut masih berlaku. Hal-hal

tersebut pasti juga akan membantu pasien, terutama bagi mereka yang sejak awal

memang masih ragu-ragu atau masih memiliki pertanyaan.

G. Penolakan Tindakan Kedokteran

Pasien yang kompeten (memahami informasi, menahannya dan

mempercayainya dan mampu membuat keputusan) berhak untuk menolak suatu

pemeriksaan atau tindakan kedokteran, meskipun keputusan pasien tersebut tidak

logis. Kalau hal seperti ini terjadi dan bila konsekuensi penolakan tersebut

berakibat serius maka keputusan tersebut harus didiskusikan dengan pasien,

tidak dengan maksud untuk mengubah pendapatnya tetapi untuk mengklarifikasi

situasinya. Untuk itu perlu dicek kembali apakah pasien telah mengerti informasi

tentang keadaan pasien, tindakan atau pengobatan, serta semua kemungkinan

efek sampingnya.

Kenyataan adanya penolakan pasien terhadap rencana pengobatan yang

terkesan tidak rasional bukan merupakan alasan untuk mempertanyakan

kompetensi pasien. Meskipun demikian, suatu penolakan dapat mengakibatkan

dokter meneliti kembali kapasitanya, apabila terdapat keganjilan keputusan tersebut

dibandingkan dengan keputusan-keputusan sebelumnya. Dalam setiap masalh

seperti ini rincian setiap diskusi secara jelas didokumentasikan dengan baik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, berkaitan dengan penolakan tindakan

kedokteran adalah sebagai berikut :

1. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga

terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan

dilakukan.

2. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 16


atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah orang tua,

keluarga, wali atau kuratornya.

3. Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau isteri tidak diikut sertakan

menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan keluarga

berencana yang sifatnya irreversible yaitu tubektomi atau vasektomi.

4. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan

kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter gigi

maka orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang

akan dilakukan dokter atau dokter gigi.

5. Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk

memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut harus

dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut menjadi

tanggung jawab pasien.

6. Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dan pasien.

7. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat,

kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan

pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.

8. Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang

berhak menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau

anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.

Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus

diberikan secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 17


H. Penundaan Persetujuan Tindakan Kedokteran

Persetujuan suatu tindakan kedokteran dapat saja ditunda pelaksanaannya

oleh pasien atau yang memberikan persetujuan dengan berbagai alasan, misalnya :

terdapat anggota keluarga yang masih belum setuju, masalah keuangan atau

masalah waktu pelaksanaan. Dalam hal penundaan suatu tindakan kedokteran

dengan waktu yang cukup lama, maka perlu dilakukan pengecekan kembali,

apakah persetujuan tersebut masih berlaku atau tidak.

I. Pembatalan Persetujuan Tindakan Kedokteran yang Telah Diberikan

Pada prinsipnya, setiap saat pasien dapat membatalkan persetujuan

mereka dengan membuat surat atau penyataan tertulis pembatalan persetujuan

tindakan kedokteran. Pembatalan tersebut sebaiknya dilakukan sebelum tindakan

dimulai. Selain itu, pasien harus diberitahu bahwa pasien bertanggung jawab atas

akibat dari pembatalan persetujuan tindakan kedokteran tersebut. Oleh karena itu,

pasien harus kompeten untuk dapat membatalkan persetujuan.

Menentukan kompetensi pasien pada situasi seperti ini seringkali sulit.

Nyeri, syok atau pengaruh obat-obatan dapat mempengaruhi kompetensi pasien

dan kemampuan dokter dalam menilai kompetensi pasien. Bila pasien dipastikan

kompeten dan memutuskan untuk membatalkan persetujuannya, maka dokter

harus menghormatinya dan membatalkan tindakan.

J. Ketentuan pada Situasi Khusus

1. Tindakan penghentian / penundaan bantuan hidup (withdrawing / withholding

life support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga

terdekat pasien.

2. Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat

pasien diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim dokter atau

dokter gigi yang bersangkutan. Persetujuan harus diberikan secara tertulis.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 18


3. Keputusan untuk penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/

withholding life support) dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu dokter spesialis

anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi dan 2 (dua) orang

dokter lain yang ditunjuk oleh komite medis rumah sakit.

4. Prosedur pemberian atau penghentian bantuan hidup ditetapkan berdasarkan

klasifikasi setiap pasien di ICU yaitu :

a. Bantuan total dilakukan pada pasien sakit atau cedera kritis yang

diharapkan tetap dapat hidup tanpa kegagalan otak berat yang menetap.

Walaupun sistem organ vital juga terpengaruh, tetapi kerusakannya masih

reversibel. Semua usaha yang memungkinkan harus dilakukan untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas.

b. Semua bantuan hidup kecuali RJP (DNAR = Do Not Attempt

Resuscitation), dilakukan pada pasien-pasien dengan fungsi otak yang

tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, tetapi mengalami

kegagalan jantung, paru atau organ yang lain, atau dalam tingkat akhir

penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

c. Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika

diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang

kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan

bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya

dilakukan tindakan terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan

bebas nyeri.

d. Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi

batang otak yang irreversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak (MBO)

yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan disertifikasi MBO

serta semua terapi dihentikan. Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3

(tiga) dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang

memiliki kompetensi, dokter spesialis saraf dan 1 (satu) dokter lain yang

ditunjuk oleh komite medis rumah sakit.


RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 19
BAB IV

DOKUMENTASI

A. Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan

tindakan kedokteran harus dicatat dalam rekam medis pasien.

B. Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disimpan

bersama-sama dalam berkas rekam medis pasien.

C. Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran,

menggunakan formulir dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan

bertindak sebagai salah satu saksi;

2. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien;

3. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan

kedokteran;

4. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelaan harus ikut membubuhkan

tanda tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan

secukupnya;

5. Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus

membubuhkan cap jempol jari kanan.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 20


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah di bahas pada bab-bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. persetujuan tindakan medis atau persetujuan tindakan kedokteran merupakan

suatu persetujuan yang dibuat oleh pasien atau keluarganya, untuk memberikan

izin terhadap dokter dalam melakukan serangkaian pemeriksaan, menetapkan

diagnosis, melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang medis serta melakukan

tindakan medis tertentu kepada pasien. Persetujuan tersebut diberikan oleh

pasien atau keluarganya setelah melalui suatu proses komunikasi interpersonal

dua arah yang berimbang.

2. Tujuan dari adanya pedoman persetujuan tindakan medis (informed consent)

meliputi:

a. Menerima semua informasi tentang pilihan prosedur dan pengobatan yang

akan diberikan oleh dokter.

b. Memahami informasi yang diberikan dan memiliki kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan.

c. Memutuskan apakah akan menjalani atau menolak langkah penanganan

yang direkomendasikan.

B. Saran

Pemberian informasi yang jelas kepada pasien/wali pasien sangat penting


demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Pasien/wali pasien diwajibkan
mempunyai andil dalam pengambilan keputusan agar terciptanya kesepakatan
antar dokter maupun pasien/wali pasien.

RUMAH SAKIT ANUGERAH SEHAT AFIAT 21

Anda mungkin juga menyukai