Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS
Jl. H. Abdurrachman No.1 Desa Ulak Rengas Kec. Abung Tinggi
Kode Pos 34556 Email:uptdpkmulakrengas@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS


NOMOR : P.10201/009/UKP/15-LU/2022

TENTANG
PANDUAN INFORMED CONSENT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS,

Menimbang : a. bahwa informed consent  adalah kesepakatan yang dibuat


seorang klien untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur
setelah informasi yang lengkap, termasuk risiko terapi dan
fakta yang berkaitan dengan terapi tersebut, telah diberikan
oleh dokter;
b. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, informed consent sangat diperlukan untuk melindungi
hak & kewajiban petugas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, guna
tercapainya proses pendaftaran tersebut perlu menetapkan
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Ulak Rengas tentang
Panduan Informed Consent;

Mengingat : 1. Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen;
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi;
3. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
4. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514
tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan kesehatan Tingkat Pertama;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS


TENTANG PANDUAN INFORMED CONSENT

KESATU : Panduan Informed Consent tercantum pada lampiran Surat


Keputusan ini;

KEDUA : Panduan Informed Consent sebagaimana yang


dimaksud dalam diktum kesatu dilaksanakan dengan
efektif dan efisien sebagai acuan pelaksanaan kegiatan di UPTD
Puskesmas Ulak Rengas dengan memperhatikan kebutuhan
pelanggan;
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penerapannya, maka akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Ulak Rengas


pada tanggal 05 Desember 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS,

SITI REGINA ANGGRAINI

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS


KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR : P.10201/009/UKP/15-LU/2022
TANGGAL : 05 Desember 2022
TENTANG PANDUAN INFORMED CONSENT

PANDUAN INFORMED CONSENT UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS

A. PENGERTIAN

Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed


consent sangat penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medik di rumah
sakit baik untuk kepentingan dokter maupun pasien.

Menurut john M. echols dalam kamus inggris – Indonesia(2003),


informed berarti telah diberitahukan, teleh disampaikan, telah
diinformasikan. sedangkan consent berarti persetujuan yang yang diberikan
kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.

Menurut  Jusuf  Hanifah (1999), informed consent adalah


persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberi penjelasan.
Dalam praktiknya, seringkali istilah informed consent disamakan dengan
surat izin operasi (SIO) yang diberikan oleh tenaga kesehtan kepada
keluarga sebelum seorang pasien dioperasi, dan dianggap sebagai
persetujuan tertulis.  Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa informed consent
bukan sekedar formulir persetujuan yang didapat dari pasien, juga bukan
sekedar tanda tangan keluarga, namun merupakan proses komuniksi. Inti
dari informed consent  adalah kesepakatan antara tenaga kesehatan dan
klien, sedangkan formulir hanya merupkan pendokumentasian hasil
kesepakatan. sehingga secara keseluruhan dapat diartikan bahwa telah
mendapat penjelasan tentang tindakan apa yang akan dilakukan oleh
petugas medik dan telah disetujui oleh keluarga dengan ditandai oleh
penandatanganan surat persetujuan tindakan medik.

Persetujuan tindakan adalah kesepakatan yang dibuat seorang klien


untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi yang
lengkap, termasuk risiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi
tersebut, telah diberikan oleh dokter. Oleh karena itu, persetujuan tindakan
adalah pertukaran antara klien dan dokter. Biasanya, klien menandatangani
formulir yang disediakan oleh institusi. Formulir itu adalah suatu catatan
mengenai persetujuan tindakan, bukan persetujuan tindakan itu sendiri.
Mendapatkan persetujuan tindakan untuk terapi medis dan bedah
spesifik adalah tanggung jawab dokter. Meskipun tanggung jawab ini
didelegasikan kepada perawat di beberapa institusi dan tidak terdapat
hukum yang melarang perawat untuk menjadi bagian dalam proses
pemberian informasi tersebut.

B. TUJUAN

Keberadaan informed consent sangat penting, karena mengandung


ide moral, seperti tanggung jawab (autonomi tidak terlepas dari tanggung
jawab). Jika individu memilih untuk melakukan sesuatu, ia hanya
bertanggung jawab terhadap pilihannya dan tidak bisa menyalahkan
konsekuensi yang akan terjadi. Ide moral lain adalah pembaruan. Tanpa
autonomi, tidak ada pembaruan dan jika tidak ada pembaruan, masyarakat
tidak akan maju.

Sehingga tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat


informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang
akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil keputusan
bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan
sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan
sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat
dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan
psikis pada pasien.

Informed consent mempunyai peran dan manfaat yang sangat penting


dalam penyelenggaraan praktik,yaitu :
1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent,
secara tidak langsung terjalin kerjasama antara tenaga medis dan
klien sehingga memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Keadaan
ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan
kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Tindakan medis yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko
terjadinya efek samping dan komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena
pasien memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang
dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh
tindakan yang lancar, efek samping dan komplikasi yang minim, dan
proses pemulihan yang cepat
5. Melindungi tenaga medis dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika
tindakan medis menimbulkan masalah, tenaga medis memiliki bukti
tertulis tentang persetujuan pasien.

C. BENTUK – BENTUK INFORMED CONSENT

Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan


medis, sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan
(2002), informed consent dibagi menjadi 2 bentuk :
1. Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat
akan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan
membawa sfingmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si ibu
langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan
apapun, sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap
tindakan yang akan dilakukan bidan).
2.    Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk
tulisan atau secara verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat
diberikan, namun sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan
dalam bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih
kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan
operasi caesar

Yang berhak menandatangani informed consent


1. Pasien dewasa 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan sehat
2. Keluarga pasien bila umur pasien 21, pasien dengan gangguan jiwa,
tidak sadar,atau pingsan
3. Pasien < 21 tahun/ sudah menikah dibawah pengampuan dan
gangguan mental, persetujuan diberikan pada wali
4. Pasien < atau belum menikah dan tidak punya wali/ wali
berhalangan, persetujuan diberikan pada keluarga atau induk
semang/ yang bertanggung jawab pada pasien
5. Dalam keadaan pasien tidak sadar dan tidak ada wali/ keluarga
terdekat dan dalam keadaan darurat yang perlu tindakan medik
segera tidak dibutuhkan informed consent dari siapapun
Syarat syah informed consent menurut The Medical Denfence Union dalam
bukunya Medicolegal Issues in Clinical Practice yaitu
1. diberikan secara bebas
2. diberikan pada orang yang sanggup memberikan perjanjian
3. telah dijelaskannya bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga
pasien memahami tindakan itu perlu dilakukan
4. mengenai sesuatu yang khas
5. tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

D. TATA CARA INFORMED CONSENT

Permenkes RI NO 585/MenKesh/Per/IX/1989
1. Penjelasan langsung dari dokter yang melakukan tindakan medis dan
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
2. Tidak ada unsur dipengaruhi/ mengarahkan pasien pada tindakan
tertentu, semua putusan diserahkan pasien dan dokter hanya
menyarankan dan menjelaskannya
3. Menyakan ulang kembali apakah sudah mengerti
4. Lembar informed consent diisi oleh pasien/keluarga/ wali

Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehatan dan  klien harus


mencakup:
1. pemberi penjelasan, yaitu tenaga kesehatan.
2. penjelasan yang akan disampaikan yang memuat lima hal yaitu:
a. Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan,
b. Tata cara tindakan yamg akan dilakukan,
c. Resiko yang mungkin dihadapi,
d. Alternatif tindakan medik dari setiap alternatif tindakan,
e. Prognosis, bila tindakan itu dilakukan atau tidak.
3. Cara menyampaikan penjelasan .
4. Pihak yang berhak menyatakan persetujuan yaitu pasien, tanpa paksaan
dari pihak manapun.
5.  Cara menyatakan persetujuan (tertulis atau lisan). Dalam praktiknya,
consent dapat diberikan oleh pasien secara langsung atau oleh keluarga/
pihak yang mewakili pasien dalam keadaan darurat.

E. UNSUR-UNSUR INFORMED CONSENT


Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi
minimal 3 (tiga) unsur sebagai berikut :

1.  Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter


2.  Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan
3.  Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan
persetujuan.

Jenis tindakan yang memerlukan informed consent


1. Tindakan-tindakan yang bersifat invasif dan operatif atau memerlukan
pembiusan, baik untuk menegakkan diagnosis maupun tindakan yang
bersifat terapeutik.
2. Tindakan pengobatan khusus, misalnya radioterapi untuk kanker.
3. Tindakan khusus yang berkaitan dengan penelitian bidang kedokteran
ataupun uji klinik (berkaitan dengan bioetika)

Hal yang membatalkan informed consent


 keadaan darurat medis
 ancaman terhadap kesehatan masyarakat
 pelepasan hak pemberian consen pada pasien
 clinical privilage
 pasien tanpa pendamping yang tidak kompeten memberikan consent

F. SANKSI HUKUM TERHADAP INFORMED CONSENT

1. Sanksi pidana
Apabila seorang tenaga kesehatan menorehkan benda tajam tanpa
persetujuan pasien dipersamakan dengan adanya penganiayaan yang
dapat dijerat Pasal 351 KUHP
2.   Sanksi perdata
Tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang mengakibatkan kerugian
dapat digugat dengan 1365, 1367, 1370, 1371 KUHP
3.  Sanksi administratif
Pasal 13 Pertindik mengatur bahwa :
Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa
pencabutan izin praktik.

G. BILA TERJADI PENOLAKAN INFORMED CONSENT

Dalam pelaksanaanya tidak selamanya pasien atau keluarga setuju


dengan tindakan medic yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi
demikian kalangan dokter maupun tenaga kesehatan lainnya harus
memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak menolak usul
tindakan yang akan dilakukan.Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa
pasien mengikuti anjuran, walaupun dokter menganggap penolakan bisa
berakibat gawat atau kematian pada pasien.

Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan


yang diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya
dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani
surat penolakan terhadap anjuran tindakan medic yang diperlukan.

KEPALA UPTD PUSKESMAS ULAK RENGAS,

SITI REGINA ANGGRAINI

Anda mungkin juga menyukai