Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN PELAKSANAAN PASIEN RESIKO TINGGI

RUMAH SAKIT AGING

Jakarta,  14 April 2022

JL. SULTAN AGUNG NO. 67, MANGGARAI, JAKARTA 12970

TELP : ( 021 ) 8294955 ( HUNTING ) FAX : ( 021 ) 8305791


SURAT KEPUTUSAN 
DIREKTUR RUMAH SAKIT AGUNG

NOMOR : Skep/820E/RSA/III/2022
TENTANG
PELAKSANAAN PASIEN RISIKO TINGGI
DIREKTUR RUMAH SAKIT AGUNG

Menimbang :
a) Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Agung, maka
diperlukan pelayanan untuk pasien dengan risiko tinggi karena umur, kondisi, atau
kebutuhan yang bersifat kritis.
b) Bahwa agar pelayanan dalam merujuk pasien risiko tinggi di Rumah Sakit Agung
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan kepala Rumah Sakit Agung
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan perujukan pasien risiko tinggi
Rumah Sakit Agung, dan
c) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b
tersebut diatas, perlu ditetapkan dengan keptusan kepala Rumah Sakit Agung.

Meningat :
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Menetapkan :

1. Keputusan Kepala Runah Sakit Agung tentang pelayanan rujukan pasien dengan
risiko tinggi di Rumah Sakit Agung
2. Pelayanan perujukan pasien tinggi di rumah sakit agung sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
3. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pasien emergensi di Rumah
Sakit Agung dilaksanakan oleh kepala bidang pelayanan medis Rumah Sakit Agung.
4. Keputusan ini berlaku sejak tanggan ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekelituan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 juni 2022
Direktur Utama

Dr. Rosita VIvayani


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, Panduan Pelaksanaan Pasien Resiko Tinggi di RS Agung dapat disusun dan
diselesaikan. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih natas bantuan pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan ilmu dan pemikiran.
Kami berharap semoga buku panduan ini bisa menjadi pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, untuk dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi buku agar menjadi lebih baik
lagi.
Akhirnya kami harapkan semoga panduan pelaksanaan pasien resiko tinggi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

Jakarta , 1 juni 2022

TIM PENYUSUN 
BAB I 
PENDAHULUAN 

Masing – masing pemberi layanan kesehatan mempunyai peran yang jelas dalam
pelayanan pasien secara umum dan khusu. Peran tersebut dan ditentukan oleh regulasi. Untuk
pelayanan pasien khusus seperti pelayanan pada pasien dengan pasien beresiko juga
termasuk pelayanan kesehatan yang sangat diperhatikan.
Pelayanan pasien dengan resiko tinggi merupakan pelayanan pasien dengan peralatan
bantuan hidup dasar, penyakit menular atau imunosupressed, peralatan dialysis,
ketergantungan bantuan. Pelayanan pada pasien beresiko tinggi berorientasi untuk dapat
secara optimal memberikan pelayanan dan peralatan sesuai standard dan pedoman yang
berlaku. Panduan ini disusun dalam rangka penyelenggaraan pelayanan pasien berisiko tinggi
yang berkualitas dan mengedepankan mutu dan keselamatan pasien.
Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pasien dengan berbagai variasi
kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan resiko tinggi karena
umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia umumnya dimasukan
dalam kelompok ini karna mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak
mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut member keputusan tentang asuhannya. Demikian
pula, pasien yang ketakutan, bingung atau koma tidak mampu memahami proses asuhan bila
asuhan harus diberikan secara cepat dan efesien.

Pelayanan pada pasien beresiko tinggi berorientasi untuk dapat secara optimal
memberikan pelayanan dan perawatan pasien dengan menggunakan sumber daya, obat-obtan
dan peralatan sesuai standard an pedoman yang berlaku. Panduan ini disusun dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan pasien berisiko tinggi yang berkualitas dan mengedepankan
mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
BAB II

RUANG LINGKUP

Kelompok pasien yang beresiko tinggi antara lain:

1. Pelayanan kasus emergency/gawat darurat


2. Pelayanan pasien koma
3. Pelayanan pasien dengan alat bantu hidup
4. Pasien resiko tinggi lainnya, seperti pasien dengan penyakit jantung, stroke dan diabetes
5. Pasien dengan risiko bunuh diri

Adapun pelayanan resiko tinggi antara lain

1. Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menyebabkan
kejadian luar biasa
2. Pelayanan pada pasien rentan, pasien lansia (geriatric) misalnya anak-anak ataupun bayi
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien Resiko Tinggi merupakan bagian dari pelayanan yang memerlukan


peralatan yang kompeleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, risiko
bahaya pengobatan, potensi yang membahayakan pasien efek toksik dari obat beresiko
tinggi.

 Kelompok pasien yang beresiko tinggi antara lain:


o Pelayanan kasus emergency/gawat darurat
o Pelayanan pasien koma
o Pelayanan pasien dengan alat bantu hidup
o Pasien resiko tinggi lainnya, seperti pasien dengan penyakit jantung,
stroke dan diabetes
o Pasien dengan risiko bunuh diri

 Adapun pelayanan resiko tinggi antara lain


o Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa
o Pelayanan pada pasien rentan, pasien lansia (geriatric) misalnya anak-
anak ataupun bayi

A. Pelayanan kasus emergency/gawat darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau angggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak dilakukan pertolongan secepatnya. Pengkajian pada kasus gawat darurat
dibedakan menjadi dua, yaitu: pengkajian primer dan pengkajian sekunder.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survey primer untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang
mengancam hidup pasien barulah selanjutnya dilakukan survey sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi
 A (Airway) memeriksa jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
diertai control sevical
 B (Breathing) memeriksa pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan
agar oksogenasi adekuat
 C (Circulation) memeriksa system sirkulasi disertai control perdarahan
 D (Disability) memeriksa status neurologi
 E (Exposure) envorontmen control, buka baju penderita akan tetapi
mencegah hipotermi

Pengkajian primer bertujuan untuk mengetahui dengan egera kondisi yang


mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial
sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prateknya dilakukan secara
bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik)
difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi
kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi
ini dapat diakibatkan karena masalah system pernafasan ataupun bersifat
sekunder akibat dari gangguan system tubuh yang lain. Pasien dengan
kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat
darurat sehingga memerlukan pertolongan dengan segera. Apabila terjadi
kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak
permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karea
ini pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan
secara ekfetif dan efisien.

B. Pelayanan Resusitasi Jantung Paru


Resusitasi jantung paru merupakan salah satu tindakan/usaha untuk
mengembalikan fungsi jantung paru, tanpa tindakan ini, maka henti
sirkulasi menyebabkan gangguan disfungsi serebral yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian sel otak yang ireversibel. Tujuan resusitasi
jantung paru adalah untuk mengadakan kembali pembagian substrat
sementara sehingga memberikan waktu untuk memulihkan fungsi jantung
paru secara spontan. RJP dilakukan jika ada henti nafas dan henti jantung.

C. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :
a. Pasien Rawat Jalan
i. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan
sampai tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila
diperlukan.
ii. Perawat poli umum, spesialos dan gigi wajib mendampingi pasien
untuk dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
b. Pasien Rawat Inap
i. Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan
konter perawat
ii. Petugas kesehatan memastikan dan memasang pengaman tempat
tidur.
iii. Petugas kesehatan memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh
pasien dan dapat digunakan
iv. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau
pihak yang ditunjuk dan dipercaya.
D. Tata Laksana perlindungan terhadap penderita cacat:
1. petugas kesehatan penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien
penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu
serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses
selesai dilakukan.
2. bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien
atau pihak lain yang ditunjuk sesuai dengan kecacatan yang disandang.
3. memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan
pasien dapat menggunakan bel tersebut.
4. petugas kesehatan memasangkan meamastikan pengaman tempat hidup
pasien.

E. Tata Laksana perlindungan terhadap anak-anak 


 Ruang perinatology harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau  bidan yang
menjaga.
 Petugas kesehatan meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang
tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
 Pemasangan CCTV di ruang perinatology hanya kepada ibu kandung bayi
bukan kepada keluarga yang lain.

F. Tata Laksana perlindungan pasien yang berisiko disakiti (risiko


penyiksaan,napi,korban dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam
rumah tangga):
 Pasien ditempatkan dikamar perawtan sedekat mungkin dengan konter
perawar.
 Pengunjung maupun penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu
konter perawat, berikut dengtan penjaga maupun pengunjung pasien lain
yang satu konter perawatan dengan pasien beresiko.
 Petugas kesehatan berkoordiunasi dengan satuan pengaman untuk
memantau lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
 Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai