Anda di halaman 1dari 13

Jln. W.R. Supratman No.

183 Cangkrep Lor,


Purworejo, Jawa Tengah
Telepon : (0275) 3128272
Email : rumahsakit.budisehat@gmail.com

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI SEHAT PURWOREJO
NOMOR : 105/KPTS/DIR/RSBS/I/2022

TENTANG
PEMBERLAKUAN IDENTIFIKASI DAN MELINDUNGI
POPULASI PASIEN RENTAN TERHADAP RESIKO KEKERASAN FISIK DN
VERBAL
DI RUMAH SAKIT BUDI SEHAT PURWOREJO

DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI SEHAT PURWOREJO

Menimbang : a. Bahwa memberikan perlindungan pasien dari kekerasan


fisik adalah tanggung jawab rumah sakit dalam
melindungi pasien dari penganiayaan fisik terutama bagi
bayi, anak-anak, orang tua dan pasien lain yang tidak
mampu melindungi dirinya sendiri;
b. Bahwa kelompok yang karena keterbatasan secara fisik
maupun psikologis, memiliki kemungkinan untuk
mendapatkan perlakuan kekerasan secara fisik, sehingga
rumah sakit bertanggung jawab melindungi kelompok
pasien tersebut dari kekerasan fisik oleh pengunjung,
pasien lain dan staf rumah sakit;
c. Bahwa agar pelayanan di rumah sakit budi sehat
purworejo dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
keputusan direktur rumah sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Sehat Purworejo.

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.69


tahun 2014 tentang kewajiban rumah sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen;
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Perlindungan Pasien Pasal 56;
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan

i
publik;
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Perlindungan Anak;
7. Peraturan Direktur Nomor 401/RSBS/PER-DIR/I/2022
tentang Kebijakan Pelayanan Satuan Pengamanan RS
Budi Sehat Purworejo.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI SEHAT


PURWOREJO TENTANG PEMBERLAKUAN IDENTIFIKASI
DAN MELINDUNGI POPULASI PASIEN RENTAN
TERHADAP KEKERASAN FISIK.

Pertama : Menetapkan Identifikasi dan melindungi populasi pasien


rentan terhadap kekerasan fisik adalah sebagaimana yang
terlampir dalam surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini disampaikan kepada Direktur RS, Kepala Unit
Pelayanan dan Kepala Unit Pengamanan, serta petugas
medis (perawat atau bidan) untuk diketahui dan dilaksanakan
di RS Budi Sehat Purworejo.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan keputusan ini, akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Purworejo
Pada Tanggal : 03 Januari 2022

dr. Putri Sayekti Mahanani, M.P.H.

ii
DAFTAR ISI

Peraturan Direktur tentang Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga ................... i


Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Lampiran I Panduan Pemberlakuan Identifikasi dan Melindungi
Populasi Pasien yang Rentan terhadap Kekerasan Fisik ............................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA................................................................................. 4
BAB IV DOKUMENTASI................................................................................. 9
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 10

iii
Lampiran : Keputusan direktur RS Budi Sehat Purworejo
Tentang : Panduan Identifikasi dan Melindungi Populasi Pasien yang Rentan
terhadap Kekerasan Fisik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
1. Kekerasan Fisik adalah ekspresi yang dilakukan secara fisik yang
mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau
martabat seseorang. Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang.
2. Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik adalah suatu upaya rumah
sakit untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien
lain atau staf rumah sakit.
3. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama
kelahiran.
4. Anak – Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa
pubertas yaitu 13-18 tahun.
5. Lansia (Lanjut Usia) adalah periode dalam kehidupan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle
age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 –
90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
6. Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami suatu
perubahan pada fungsi kejiwaan. Keadaan ini ditandai dengan adanya
gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
7. Perempuan adalah seorang manusia yang mempunyai vagina, dapat
menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui anak.
8. Kekerasan Pada Perempuan adalah segala bentuk kekerasan berbasis
gender yang berakibat menyakiti secara fisik, seksual, mental atau
penderitaan terhadap perempuan.
9. Koma dalam istilah kedokteran adalah suatu kondisi tidak sadar yang sangat
dalam, sehingga tidak memberikan respon atas rangsangan rasa sakit atau
rangsangan cahaya.
10. Pasien Koma adalah pasien yang tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan
respon normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki
siklus tidur-bangun dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat
timbul karena berbagai kondisi termasuk keracunan, penyakit system saraf
pusat, serta luka neurologis akut seperti stroke dan hipoksia, gegar otak

1
karena kecelakaan berat terkena kepala dan terjadi pendarahan di dalam
tempurung kepala. Koma juga dapat secara sengaja ditimbulkan oleh agen
farmasentika untuk mempertahankan fungsi otak setelah timbulnya trauma
otak lain.

B. Tujuan
1. Memberikan perlindungan bagi pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik
oleh pengunjung, pasien lain atau staf rumah sakit. Memberikan rasa nyaman
bagi pasien selama perawatan di RS Budi Sehat Purworejo.
2. Melindungi pasien (bayi/anak) dari tertukarnya atau tindak penculikan di
lingkungan RS Budi Sehat Purworejo.
3. Sebagai acuan untuk melindungi pasien dari tindakan kekerasan fisik selama
dalam masa perawatan di rumah sakit.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Sasaran dan ruang lingkup :


1. Semua pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik di RS Budi Sehat
Purworejo, yaitu :
a. Pasien bayi baru lahir
b. Pasien anak-anak
c. Pasien usia lanjut
d. Pasien perempuan
e. Pasien gangguan kejiwaan
f. Pasien koma
g. Penyandang cacat
h. Pasien dengan penurunan kesadaran
i. Wanita hamil
j. Pasien dengan penyakit infeksi
k. Pasien di instalasi gawat darurat
l. Pasien korban perkelahian
2. Semua pengunjung dan atau keluarga pasien yang dirawat
3. Staf RS Budi Sehat Purworejo

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Prosedur pengunjung Saat Jam Besuk RS Budi Sehat Purworejo


1. Waktu kunjung pasien (jam besuk pasien) dibatasi sesuai jangka waktu yang
ditetapkan (pagi pukul 10.00-13.00 WIB, sore pukul 16.00-21.00)
2. Setelah jam kunjung habis, pengunjung pasien diharapkan meninggalkan
ruang perawatan RS Budi Sehat Purworejo
3. Satpam yang bertugas melakukan sterilisasi pengunjung
4. Pengunjung pasien yang masuk ke area ruang perawatan melebihi pukul
21.00 WIB, wajib mengisi buku pengunjung di luar jam besuk dan
menyerahkan kartu identitas (KTP/SIM) kepada satpam yang bertugas.
Pengunjung diberi ID Card pengunjung
5. Pengunjung pasien menyerahkan kembali ID Card pengunjung kepada
Satpam saat akan meninggalkan RS Budi Sehat Purworejo. Satpam
menyerahkan kembali kartu identitas pasien (KTP/SIM). Pasien juga
menandatangani buku pengunjung sebagai bukti serah terima ID Card
pengunjung dengan kartu identitas (KTP/SIM).

B. Prosedur pengunjung di Luar Jam Besuk RS Budi Sehat Purworejo


1. Pengunjung datang/menemui petugas keamanan.
2. Petugas satpam menanyakan maksud dan tujuan kedatangan.
3. Petugas satpam mengkoordinasikan dengan perawat jaga ruang perawatan
yang akan dituju
4. Perawat minta persetujuan pasien
5. Apabila pasien setuju, petugas satpam mempersilahkan pengunjung masuk
6. Karena pengunjung datang di luar jam besuk maka pengunjung wajib mengisi
buku pengunjung di luar jam besuk yang telah tersedia di meja petugas
satpam
7. Pengunjung diminta kartu identitas (KTP/SIM) sebagai bukti dan petugas
keamanan memberikan pengunjung kartu kunjung
8. Apabila pasien tidak berkenan untuk dikunjungi, petugas satpam akan
menyarankan kepada pengunjung untuk berkunjung di waktu yang lain
9. Setelah berkunjung, pengunjung wajib kembali ke pos petugas satpam untuk
mengembalikan kartu pengunjung dan mengambil kartu identitas yang ditinggalkan
sebagai bukti

C. Prosedur perlindungan terhadap kekerasan fisik


1. Usaha yang dilakukan rumah sakit melalui stafnya untuk memberikan
perlindungan pada kelompok pasien yang lemah dan beresiko dari kekerasan
fisik. Kelompok pasien yang beresiko adalah :
a. Anak-anak
1) Pasien anak dimasukan ke ruang anak
2) Tempat tidur dengan pengaman samping untuk menghindari jatuh

4
3) Ada pendamping dari keluarga terdekat setiap waktu
b. Lanjut usia
1) Tempat tidur khusus atau dengan pengaman
2) Penerangan ruangan cukup
3) Ada pendamping dari keluarga setiap waktu
c. Penyandang cacat
1) Tempat tidur khusus dengan pengaman
2) Ada pendamping dari keluarga setiap waktu
d. Wanita hamil
1) Tempat tidur khusus pengaman
2) Rancangan kamar mandi khusus (ada pegangan)
e. Pasien dengan penurunan kesadaran
1) Pasien dirawat di ICU
2) Pengunjung dibatasi jumlahnya
f. Pasien dengan penyakit infeksi ditempatkan diruang khusus (Janaka)
g. Pasien di ruang gawat darurat :
1) Ruangan tertutup untuk umum hanya petugas serta pasien yang
diperbolehkan masuk
2) Satpam siaga di pintu masuk gawat darurat
h. Pasien korban perkelahian, amuk massa dan perkelahian
Mendapat pengawasan khusus dari petugas bila perlu melibatkan satpam
2. Identitas Pasien
Pemasangan gelang pasien :
a. Gelang biru untuk pasien laki-laki
b. Gelang merah jambu untuk pasien perempuan
c. Gelang merah untuk pasien alergi obat
d. Gelang kuning untuk pasien resiko jatuh
3. Regulasi pengunjung
a. Memberlakukan jam kunjung pasien jam 10.00 – 13.00 di siang hari dan
jam 16.00 – 21.00 di sore hari
b. Membuat aturan anak-anak dibawah umur 12 tahun dilarang memasuki
ruang rawat inap
c. Memberikan kartu tunggu untuk penunggu pasien, satu kartu untuk satu
pasien dan berlaku untuk dua penunggu
d. Melakukan investigasi pada setiap pengunjung yang tidak membawa kartu
tunggu
e. Mencatat pengunjung pasien di luar jam kunjung dan menyerahkan kartu
identitas selanjutnya diberikan ID card pengunjung
4. Rumah sakit menyediakan fasilitas sesuai kebutuhan pasien
a. Tersedianya ruang isolasi
b. Penerangan ruangan yang cukup
c. Alat pemadam kebakaran di masing-masing ruang
5. Mengintensifkan sistem pengamanan
a. Menjaga setiap pintu masuk dan keluar rumah sakit

5
b. Melakukan keliling ke semua bagian dan ruang rawat inap secara berkala
terutama di bagian yang terisolasi/ terpencil
c. Memasang CCTV ditempat parkir, IGD, juga lorong/ koridor rumah sakit.

D. Prosedur perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan


kesadaran
1. Pasien Rawat jalan
a. Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai
ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
b. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat
dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
2. Pasien rawat inap
a. Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan ruang
perawat
b. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur
c. Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.
d. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak
yang ditunjuk dan dipercaya.

E. Prosedur perlindungan terhadap penderita cacat (disabilitas)


1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita
cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta
menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai
dilakukan.
2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau
pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang.
3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat
menggunakan bel tersebut.
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.

F. Prosedur perlindungan terhadap bayi di ruang VK (ruang bersalin)


1. Ruang VK harus dijaga minimal satu orang bidan, ruangan tidak boleh
ditinggalkan tanpa ada bidan yang menjaga.
2. Bidan meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila
akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
3. Bidan memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV di lorong ruang VK untuk memantau setiap orang yang
keluar masuk dari ruang tersebut.
5. Bidan memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung
bayi bukan kepada keluarga yang lain.
Setelah proses persalinan, biasanya ibu dan bayi dibawa ke ruang rawat inap.
Jadi perlindungan di ruang bersalin hanya bersifat sementara. Selebihnya akan

6
menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Dan prosedur perlindungan sama
dengan saat di ruang bersalin.

G. Prosedur perlindungan terhadap bayi tertukar dan penculikan bayi


1. Lakukan pemeriksaan identitas atau tanda pengenal bagi orang tua, keluarga
atau pengunjung secara berkala di ruang rawat bayi/ anak.
2. Larang orang asing yang tidak berkepentingan berada pada area tersebut.
3. Awasi dengan seksama setiap pintu keluar di ruang rawat bayi/ anak, semua
orang yang akan meninggalkan rumah sakit dengan bayi/ anak.
4. Lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah sakit. Jika ada laporan
terjadi penculikan bayi dan anak.

H. Prosedur perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti (risiko


penyiksaan, napi, korba dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan
dalam rumah tangga)
1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan ruang
perawat.
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di
ruang perawat, berikut dengan penjaga pasien lain yang satu kamar
perawatan dengan pasien berisiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan petugas keamanan untuk memantau lokasi
perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

I. Kode keamanan jika terjadi kejadian yang tidak diharapkan


1. Petugas satpam menerima telepon dari ruang perawatan atau unit lain.
2. Petugas satpam menuju ke ruang yang menelepon
3. Petugas satpam tiba di lokasi dan bertanya kepada petugas ruangan apa
yang telah terjadi
4. Petugas satpam menindaklanjuti laporan yang telah diterima
5. Kode keamanan digunakan oleh petugas jika ada kejadian yang tidak
diharapkan terjadi di lingkungan rumah sakit seperti adanya orang
mencurigakan, pasien kabur, penculikan, perkelahian dll.
Adapun kode keamanan tersebut adalah :
a. K3 1 (kebakaran )
b. K3 2 ( Gempa bumi)
c. K3 3 ( Banjir)
d. K3 4 (Penculikan bayi )
e. K3 5 ( Perkelahian pengunjung)
f. K3 6 ( Pasien lari/kabur)
g. K3 7 ( Pencurian barang didalam RS)
h. K3 8 (Pencurian diluar RS)
i. K3 9 ( Demonstrasi/huru - hara)
j. K3 10 ( Orang mencurigakan)

7
k. K3 11 (Percobaan pembunuhan)

J. Identifikasi populasi pasien rentan terhadap resiko kekerasan fisik


1. Perawat mengidentifikasi pasien berisiko dengan mengisi formulir identifikasi
pasien rentan supaya pasien dengan resiko rentan dapat terlindungi. Yang
termasuk dalam kelompok pasien berisiko yaitu :
a. Pasien bayi baru lahir
b. Pasien anak-anak
c. Pasien usia lanjut
d. Pasien perempuan
e. Pasien gangguan kejiwaan
f. Pasien koma
g. Penyandang cacat
h. Pasien dengan penurunan kesadaran
i. Wanita hamil
j. Pasien dengan penyakit infeksi
k. Pasien di instalasi gawat darurat
l. Pasien korban perkelahian
2. Mengisi identitas pasien dengan menuliskan nama pasien dan nomor rekam
medis pasien.
3. Mengisi kriteria kelompok pasien sesuai ketentuan yang telah berlaku
4. Kepala ruang perawatan menandatangani formulir.
5. Setelah pengisian formulir maka perawat dan unit terkait seperti satpam
melindungi pasien berisiko tersebut.

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Rumah Sakit Budi Sehat Purworejo mengidentifikasi populasi pasien yang rentan
dan beresiko terhadap kekerasan fisik serta menetapkan proses untuk melindungi
hak dari populasi pasien tersebut. Proses identifikasi pasien berisiko dan
perlindungan dari kekerasan fisik menjadi tanggung jawab rumah sakit dan sudah
mempunyai standar asuhannya.
Dokumentasi yang digunakan yaitu :
1. Kartu penunggu pasien
2. Kartu pengunjung pasien
3. Buku pengunjung diluar jam besuk
4. Formulir identifikasi pasien rentan

9
BAB V
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Buku Panduan identifikasi dan melindungi populasi pasien


yang rentan terhadap kekerasan fisik maka setiap staf RS Budi Sehat Purworejo
dapat melaksanakan prosedur tersebut untuk keamanan pasien dan keluarga dan
melayani pasien dengan baik dan memuaskan.

Ditetapkan di : Purworejo
Pada Tanggal : 03 Januari 2022

dr. Putri Sayekti Mahanani, M.P.H.

10

Anda mungkin juga menyukai