Anda di halaman 1dari 41

PEDOMAN

HAK PASIEN DAN KELUARGA

RUMAH SAKIT SARI MULIA


BANJARMASIN
2022

-1-
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI MULIA
NOMOR 067/PER/DIR/RSSM/X/2022

TENTANG
PEDOMAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI MULIA

Menimbang : a. bahwa hak dan kewajiban pasien dan keluarga merupakan elemen dasar
dari semua interaksi di rumah sakit, staf rumah sakit, pasien dan keluarga;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, serta untuk
penyeragaman pelayanan, perlu menetapkan Peraturan Direktur Rumah
Sakit Sari Mulia tentang Pedoman Hak Pasien dan Keluarga;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1226/MENKES/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penatalaksanaan
Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
5. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Indah Nomor
002/SK/YI/X/2022 Tahun 2022 tentang Pengangkatan Direktur Rumah
Sakit Sari Mulia;

-1-
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI MULIA TENTANG


PEDOMAN HAK PASIEN DAN KELUARGA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan
kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak
dilaksanakan.
3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
4. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik
dalam keadaan sehat maupun sakit.
5. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak
kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
6. Hak pasien dan keluarga adalah sesuatu yang harus diperoleh oleh setiap
pasien dan keluarga yang ada di rumah sakit maupun tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
7. Hak Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang menjadi kepentingan Rumah
Sakit yang dilindungi oleh hukum.
8. Kewajiban Pasien adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh pasien.
9. Kewajiban Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang menjadi beban atau
tanggung jawab Rumah Sakit untuk melaksanakannya demi untuk
memenuhi apa yang menjadi hak orang lain berdasarkan UU No. 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
10. Professional Pemberi Asuhan (PPA) adalah staf klinis professional yang
langsung memberikan asuhan kepada pasien, misalnya staf medis,

-2-
keperawatan, farmasi, gizi, staf psikologi klinis, dll, dan memiliki
kompetensi dan kewenangan.

BAB II
HAK PASIEN DAN KELUARGA

Pasal 2
1. Rumah sakit menerapkan proses yang mendukung hak-hak pasien dan
keluarganya selama pasien mendapatkan pelayanan dan perawatan di
rumah sakit.
2. Rumah sakit memiliki proses untuk mengidentifikasi siapa yang
diinginkan pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
terkait perawatannya.
3. Rumah sakit memiliki proses untuk menentukan preferensi pasien, dan
pada beberapa keadaan preferensi keluarga pasien, dalam menentukan
informasi apa mengenai perawatan pasien yang dapat diberikan kepada
keluarga/pihak lain.

Pasal 3
1. Rumah sakit mengidentifikasi hambatan serta menerapkan proses untuk
mengurangi hambatan bagi pasien dalam mendapatkan akses, proses
penerimaan dan pelayanan perawatan.
2. Rumah sakit menyediakan akses yang aman ke unit perawatan/pelayanan,
rambu – rambu disabilitas dan rambu – rambu lain seperti petunjuk arah
atau jalur evakuasi.
3. Informasi mengenai hak dan kewajiban pasien diberikan secara tertulis
dalam bahasa yang dipahami pasien.

Pasal 4
1. Staf memberikan perawatan penuh penghargaan dengan memerhatikan
harkat dan martabat pasien.
2. Rumah sakit menghormati keyakinan spiritual dan budaya pasien serta
nilai-nilai yang dianut pasien.

-3-
3. Rumah sakit memenuhi kebutuhan pasien terhadap bimbingan rohani.

Pasal 5
1. Rumah sakit menjamin kebutuhan privasi pasien selama perawatan dan
pengobatan di rumah sakit.
2. Kerahasiaan informasi pasien dijaga sesuai dengan peraturan
perundangan.
3. Rumah sakit memiliki proses untuk memberikan pasien akses terhadap
informasi kesehatan mereka.

Pasal 6
Rumah sakit melindungi harta benda pasien dari pencurian atau kehilangan.

Pasal 7
1. Rumah sakit melindungi pasien dari serangan fisik dan verbal, dan
populasi yang berisiko diidentifikasi serta dilindungi dari kerentanan.
2. Rumah sakit memantau area fasilitas yang terisolasi dan terpencil melalui
CCTV secara berkala.
3. Rumah sakit melakukan pembatasan pengunjung rawat inap di luar jam
besuk.
4. Rumah sakit melakukan pencatatan nama, tanggal, pukul, keperluan bagi
pengunjung rawat inap di luar jam besuk dengan meninggalkan identitas
pengunjung.
5. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus
menggunakan tanda pengenal berupa tanda identitas pasien, kartu
visitor/pengunjung atau kartu pengenal karyawan.

Pasal 8
1. Rumah sakit menerapkan proses untuk mendukung pasien dan keluarga
terlibat dan berpartisipasi dalam proses perawatan dan dalam pengambilan
keputusan.

-4-
2. Rumah sakit menerapkan proses untuk memberikan edukasi kepada pasien
dan keluarganya mengenai kondisi medis, diagnosis, serta rencana
perawatan dan terapi yang diberikan.
3. Pasien diberikan informasi mengenai hasil perawatan dan tata laksana
yang diharapkan.
4. Pasien diberikan informasi mengenai kemungkinan hasil yang tidak dapat
diantisipasi dari terapi dan perawatan.
5. Rumah sakit memfasilitasi permintaan pasien untuk mencari pendapat
kedua tanpa perlu khawatir akan mempengaruhi perawatannya selama di
dalam dan di luar rumah sakit.

Pasal 9
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai hak
dan kewajibannya untuk menolak atau menghentikan terapi, menolak
diberikan pelayanan resusitasi, serta melepaskan atau menghentikan terapi
penunjang kehidupan.

Pasal 10
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapat pengkajian dan tata
laksana nyeri serta perawatan yang penuh kasih menjelang akhir hayatnya.

Pasal 11
Pasien diberikan informasi mengenai proses untuk menyampaikan keluhan
dan proses yang harus dilakukan pada saat terjadi konflik/perbedaan pendapat
pada proses perawatan.

BAB III
PERMINTAAN PERSETUJUAN PASIEN

Pasal 12
1. Pasien rawat jalan wajib mengisi formulir persetujuan umum untuk
pengobatan pada saat pertama kali datang untuk berobat.
2. Pasien rawat inap wajib mengisi formulir persetujuan umum untuk
pengobatan setiap kali datang untuk berobat.

-5-
3. Rumah sakit menerapkan proses bagaimana persetujuan umum
didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

Pasal 13
1. Rumah sakit menerapkan proses bagi pasien untuk mendapatkan informed
consent.
2. Rumah sakit memiliki daftar tindakan invasif, pemeriksaan dan terapi
tambahan yang memerlukan lembar persetujuan terpisah.
3. Rumah sakit menerapkan proses untuk pemberian informed consent oleh
orang lain selain pasien.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14
Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Nomor
015/PER/DIR/RSSM/XII/2016 tentang Pedoman Penatalaksanaan Hak Pasien
dan Keluarga dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 15
Peraturan Direktur ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Ditetapkan di Banjarmasin
Pada tanggal 01 Oktober 2022

DIREKTUR,

ILHAM NORMADINA

-6-
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
SARI MULIA NOMOR
067/PER/DIR/RSSM/X/2022 TENTANG
PEDOMAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan
bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi. Selanjutnya dalam Pasal 46 dinyatakan bahwa untuk
mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan
upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap pelayanan para dokter ataupun
pelayanan rumah sakit makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu
dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya
informasi yang diberikan dokter kepada pasien/keluarganya, dan tingginya biaya
pengobatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum
masyarakat, yaitu masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya
masalah-masalah hak asasi manusia di seluruh dunia, lebih-lebih dalam dasawarsa terakhir
ini.
Suatu masyarakat akan tertib dan tenteram jika setiap anggotanya memahami,
menghayati dan mengamalkan hak dan kewajibannya masing-masing. Demikian pula dalam
suatu kontrak terapeutik antara dokter dan pasien, tiap-tiap pihak mempunyai hak dan
kewajibannya. Pasien memiliki hak-haknya yang harus dihormati oleh para dokter. Hak-hak
asasi itu dapat dibatasi atau dilanggar apabila tidak bertentangan dengan perundang-
undangan yang berlaku, misalnya persetujuan tindakan medik, atau atas perintah undang-
undang seperti wajib berperan serta dalam kegiatan imunisasi karena adanya wabah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi, melindungi, dan mempromosikan hak-hak pasien.

-7-
b. Menginformasikan pasien tentang hak-hak mereka.
c. Melibatkan keluarga pasien, bila perlu dalam keputusan tentang perawatan pasien.
d. Mendapatkan persetujuan (informed consent); dan
e. Mendidik staf tentang hak pasien.

C. Ruang Lingkup
1. Pedoman Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Sari Mulia meliputi tata laksana hak
pasien dan keluarga di lingkungan Rumah Sakit Sari Mulia.
2. Pedoman Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Sari Mulia diterapkan di lingkungan
Rumah Sakit Sari Mulia kepada pasien / keluarga rawat jalan dan rawat inap Rumah
Sakit Sari Mulia.
3. Pelaksana pedoman ini meliputi petugas kesehatan dan karyawan yang bekerja di
Rumah Sakit Sari Mulia.

-8-
BAB II
PEMBERIAN INFORMASI HAK PASIEN DAN KELUARGA

A. Hak Pasien dan Keluarga Berdasarkan Undang – Undang Rumah Sakit No 44 Tahun
2009 Pasal 32 Meliputi :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturanyang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dantanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuaidengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehinggapasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yangdidapatkan;
7. Memilihdokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya danperaturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yangdideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai SuratIzin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar RumahSakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yangdiderita termasuk data-data
medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata caratindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosisterhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biayapengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atastindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatanterhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaanyang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasienlainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selamadalam perawatan di Rumah
Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan RumahSakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuaidengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabilaRumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidaksesuai dengan standar baik secara perdata ataupunpidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuaidengan standar pelayanan
melalui media cetak danelektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

B. Kewajiban Pasien dan Keluarga Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Pasal 26 Meliputi :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

-9-
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggungjawab;
3. Menghormati hak – hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit
dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi
yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

C. Tanggung Jawab Pasien dan Keluarga


Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, Pasien mempunyai tanggung jawab:
1. Ajukan pertanyaan dan berpartisipasi aktif dalam diskusi dan keputusan mengenai
perawatan kesehatan pasien;
2. Berikan informasi yang lengkap dan akurat tentang kesehatan dan riwayat kesehatan
pasien, termasuk kondisi sekarang, penyakit masa lalu, riwayat rawat inap dan
pengobatan;
3. Diskusikan masalah perawatan kesehatan, kekhawatiran, dan kebutuhan pribadi pasien
dengan penyedia layanan kesehatan secara jujur dan beri tahu penyedia layanan
kesehatan tentang setiap perubahan yang terjadi pada kesehatan pasien;
4. Pastikan pasien bebas narkoba dan alkohol. Pasien yang diyakini berada di bawah
pengaruh hal tersebut akan diminta untuk pergi;
5. Bekerja sama dengan semua petugas kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien
dan berperilaku sopan dan saling menghormati;
6. Hormati hak penyedia layanan kesehatan dan untuk bertukar informasi dengan cara yang
baik dan tidak melakukan kekerasan, secara fisik maupun verbal saat dalam perawatan;
7. Ikuti instruksi asuhan kesehatan atau beri tahu staf kami jika pasien tidak dapat atau
tidak bersedia mengikuti rencana asuhan;
8. Menerima konsekuensi karena menolak rencana asuhan atau tidak mengikuti rencana
asuhan;
9. Hormati hak dan privasi semua profesional pemberi asuhan, karyawan rumah sakit, dan
pasien lain;
10. Beritahu staf rumah sakit bila merubah keputusan persetujan atas rencana asuhan yang
telah disetujui.
D. Tatalaksana Penyampaian Hak Pasien dan Keluarga :

-10-
1. Karyawan Bagian Informasi dan Pendaftaran Pasien :
a. Berikan informasi mengenai hak dan kewajiban pasien selama pasien mendapat
pelayanan kesehatan yang tercantum di dokumen rekam medis.
b. Materi yang dijelaskan tentang hak pasien dan kewajiban secara tertulis dan atau
menggunakan leaflet maupun x-banner.
c. Penjelasan tentang tata tertib dan peraturan Rumah Sakit.
d. Penjelasan tentang persetujuan umum Rumah Sakit.
e. Layani pasien dan keluarga dengan baik, manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
f. Menerima dan menanggapi keluhan pasien sesuai standar.
2. Karyawan Bagian Umum :
a. Hormati hak pasien selama pasien mendapat pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
b. Melayani pasien dengan baik, manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
3. Perawat atau Bidan di Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap :
a. Kepala Instalasi mensosialisasikan dan mendidik karyawan tentang hak pasien.
b. Perawat Instalasi wajib menjelaskan tentang hak pasien dan keluarga pada saat
penerimaan pasien baru.
c. Berikan pelayanan kesehatan dan perawatan dengan baik, manusiawi, adil, jujur,
dan tanpa diskriminasi.
d. Melibatkan pasien atau keluarga dalam proses keperawatan.
e. Hormati privasi pasien selama mendapat asuhan pelayanan kesehatan.
f. Hormati nilai – nilai agama dan kepercayaan yang dianut pasien.
g. Pasien atau keluarga diberi kesempatan untuk membuat keputusan terhadap
pelayanan kesehatan dan perawatan yang diterima tanpa paksaan dari pihak
manapun.
h. Karyawan menerima dan menanggapi setiap keluhan yang diajukan oleh pasien
atau keluarga sesuai dengan prosedur.
4. Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, dan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan:
a. Dokter memahami, menghormati, dan menghargai hak pasien.
b. Berikan pelayanan kesehatan dengan baik, manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
c. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita, rencana pengobatan,
rencana tindakan kedokteran yang akan dilakukan, kemungkinan penyulit dan
komplikasi, prognosis dengan bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh
pasien.
d. Libatkan dan berikan kesempatan pada pasien untuk memutuskan tindakan
pengobatan maupun rencana tindakan medis tanpa merasa takut dan dipaksa.

BAB III
PELAYANAN KEROHANIAN

-11-
Pelayanan kerohanian telah lama diakui sebagai komponen penting dalam memberikan
perawatan holistik untuk pasien yang berkaitan dengan aspek fisik, mental, dan sosial
keperawatan. Dimana pasien rehabilitasi sering memiliki kebutuhan perawatan rohani yang
signifikan terkait dengan kondisi mereka. Karena hubungan jangka panjang antara pasien
rehabilitasi dan perawat, dibutuhkan situasi yang lebih kondusif untuk mengatasi kebutuhan
perawatan rohani, dan yang dapat menjamin pelayanan rohani.
Schmidt (2004) mendefinisikan bahwa ketika dihadapkan dengan hilangnya kemampuan
fisik dan atau mental, pasien dan keluarga mereka umumnya memiliki perasaan marah, berharap,
dan bentuk-bentuk respons emosional kesedihan. Tidak jarang terjadi depresi di antara mereka
karena masalah kesehatan jangka panjang, kecemasan, frustasi, dan putus asa sering muncul
karena masalah kesehatan progresif dan degenaratif. Selain itu, pasien mengungkapkan perasaan
kesedihan kronis dengan kekesalan atau kemunduran.
Pembentukan hubungan baik dokter-pasien, dimana pasien lebih mungkin untuk
membahas keprihatinan rohani dalam konteks kepercayaan dan terapi hubungn dokter-pasien.
Sehingga akan didapat waktu yang tepat untuk diskusi. Hierarki kebutuhan Maslow (yaitu : fisik,
mental dan rohani) adalah salah satu cara untuk membantu menentukan kapan waktu yang tepat
tersebut. Permintaan rutin tentang sumber daya rohani dapat mengalir secara alami mengikuti
diskusi dari system pendukung lainnya dan dapat membuka jalan untuk diskusi lebih lanjut.
Waktu yang tepat untuk diskusi yang lebih dalam memerlukan ketrampilan penafsiran isyarat
verbal dan non verbal dari pasien dan keluarga dan kemampuan untuk mengeksplorasi lebih
lanjut dengan lembut, teknik wawancara terbuka.
Topik kerohanian dapat diperkenalkan selama arahan awal diskusi, diagnosis baru
penyakit parah, perencanaan perawatan akhir, kecanduan, sakit kronis, penyakit kronis,
kekerasan dalam rumah tangga atau berduka. Inti dari memberikan perawatan rohani adalah
penggunaan terapi diri. Perawat dan dokter harus bersedia untuk terlibat “diri” dalam kegiatan ini
sambil menyadari bahwa perawatan rohani harus dipimpin pasien, bukan diarahkan perawat dan
dokter.

A. Tata Cara Permintaan Pelayanan Rohaniawan


1. Petugas administrasi melakukan identifikasi agama dan kepercayaan pasien dengan
lengkap.
2. Di ruang rawat inap perawat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga saat
pasien masuk ke ruang rawat inap tentang pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Sari
Mulia.
3. Perawat memberikan formulir pelayanan kerohanian serta meminta pasien atau keluarga
pasien untuk mengisi formulir.
4. Setelah formulir diisi oleh pasien/keluarga dan ditandatangani oleh pasien/keluarga dan
perawat, kemudian masukkan dalam rekam medis pasien, dan perawat konfirmasi
kepada customer service : senin – minggu : jam 08.00 – 19.00 dan sampaikan kepada

-12-
pasien atau keluarga pasien bahwa customer service akan memberikan informasi
konfirmasi pelayanan kerohanian dalam waktu 1 x 24 jam.
5. Customer service akan menghubungi petugas kerohanian atas permintaan di formulir
tersebut.
6. Customer service akan konfirmasi nama dan waktu petugas pelayanan kerohanian
kepada pasien dan keluarga pasien.
7. Customer service memberitahu perawat dan satpam tentang waktu pemberian pelayanan
kerohanian.
8. Petugas kerohanian yang datang ke Rumah Sakit Sari Mulia harus lapor ke bagian
satpam dengan meninggalkan kartu identitas yang masih berlaku, dan satpam
memberikan kartu identitas pengunjung Rumah Sakit Sari Mulia.
9. Sesampainya di ruang rawat inap petugas kerohanian melapor kepada perawat jaga
sebelum memberikan pelayanan kerohanian kepada pasien.
10. Perawat mengantarkan petugas kerohanian ke kamar pasien.
11. Bimbingan rohani khusus dapat diberikan pada pasien/keluarga/wali dengan sakit
kronik, sakit kritis dan fase terminal. Bimbingan rohani khusus dapat dilakukan setelah
ada persetujuan dari pasien/keluarga/wali pasien.
12. Bila petugas kerohanian berhalangan hadir pada saat tanggal dan pukul yang disepakati,
maka petugas kerohanian harus memberitahukan kepada petugas Customer service /
admision dan menyiapkan penggantinya.

Alur Proses Pelayanan Kerohanian

-13-
Permintaan pasien tentang
kerohanian dengan
mengisi formulir

Perawat mengkonfirmasi
ke Customer
service/admision

Customer
service/admision
menghubungi kerohanian
dan beritahu ke
pasien/keluarga, perawat
dan satpam tentang
rencana kedatangan
petugas kerohanian

Kerohanian ke RSSM,
Lapor ke satpam lalu ke
perawat untuk diantar ke
pasien

B. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kerohanian adalah


sebagai berikut :
1. Aspek Biologis / Fisik
Pendalaman terhadap beberapa kemungkinan adanya masalah fisik yang dialami pasien,
seperti :
a. Jenis penyakit dan prognosisnya;
b. Adanya kemungkinan kecacatan atau kelemahan fisik yang ditimbulkan;
c. Adanya pengaruh dari aspek – aspek psikososiospiritual terhadap keadaan fisik.
2. Aspek Psikologis
Pendalaman dan penjernihan terhadap aspek – aspek psikologis yang ditemukan pada
diri pasien dan memastikan ada tidaknya hubungan yang relevan serta bobot dari setiap
aspek, seperti :
a. Masalah pengendalian emosi;
b. Masalah cara berpikir;
c. Masalah motivasi;

-14-
d. Masalah reaksi stres negative;
e. Masalah kepribadian;
f. Masalah pola hidup atau kebiasaan patologis;
g. Masalah kedukaan.
3. Aspek Sosiologis
Pendalaman dan penjernihan terhadap aspek – aspek sosial yang ditemukan sekaligus
memastikan ada tidaknya hubungan yang relevan dan bobot pengaruhnya terhadap
pasien, seperti :
a. Keadaan keluarga seperti struktur, komunikasi, nilai, pembagian peran, dan fungsi;
b. Keadaan pekerjaan dan ekonomi;
c. Pengaruh lingkungan social terhadap pasien. Hubungan – hubungan sosial patologis
yang melibatkan pasien;
d. Dampak perubahan atau trend social.
4. Analisis Aspek Budaya
Pendalaman dan penjernihan terhadap aspek – aspek budaya yang ditemukan sekaligus
memastikan ada tidaknya hubungan yang relevan dan bobotnya pengaruhnya terhadap
pasien, seperti :
a. Adat istiadat yang berpengaruh;
b. Mitos yang dianut;
c. Kepercayaan terhadap tahayul.
5. Analisis Aspek Rohani
Pendalaman dan penjernihan terhadap aspek – aspek rohani yang ditemukan sekaligus
memastikan ada tidaknya hubungan yang relevan dan bobot pengaruhnya terhadap
pasien, seperti :
a. Masalah pertumbuhan iman pasien;
b. Masalah hubungan pribadi pasien dengan Tuhan;
c. Masalah partisipasi keagamaan;
d. Masalah ritual keagamaan;
e. Masalah pemahaman keagamaan;
f. Tema – tema rohani yang khas.

BAB IV
PELAYANAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN

-15-
A. Standar menjaga privasi identitas pasien :
1. Menjaga identitas pasien / informasi tentang kesehatan atau kondisi pasien agar tidak
dapat dilihat / terbaca oleh khalayak umum.
2. Identitas pasien tidak dicantumkan di depan kamar pasien atau nurse station.
3. Menggunakan simbol atau istilah yang hanya diketahui oleh petugas Rumah Sakit Sari
Mulia.

B. Standar privasi pasien saat wawancara klinis :


1. Pastikan pasien kooperatif dalam wawancara klinis yang akan dilakukan.
2. Bila pasien didampingi oleh orang lain, lakukan konfirmasi kepada pasien apakah
pendamping tersebut boleh ikut serta dalam wawancara klinis.
3. Lakukan wawancara klinis di ruangan yang tertutup dimana orang lain dapat dipastikan
tidak mendengar wawancara yang dilakukan.
4. Menutup pintu dengan rapat.
5. Bika perlu tinggalkan pasien dan dokter tanpa ada petugas kesehatan yang lainnya.
6. Berikan pasien posisi yang nyaman saat wawancara klinis dilakukan.

C. Standar privasi di ruang perawatan :


1. Untuk kamar perawatan yang memuat lebih dari satu orang disetiap tempat tidur pasien
agar dipasang gorden/sampiran.
2. Memastikan pintu/gorden dalam posisi tertutup.
3. Memastikan pasien perempuan terpisah dengan pasien laki-laki, apabila dalam kondisi
darurat dimana pasien laki-laki bercampur dengan pasien perempuan oleh adanya
kebijakan tidak boleh menolak pasien maka harus sepengetahuan dan persetujuan dari
pasien dan keluarga.
4. Peliputan yang dilakukan oleh media massa baik berupa wawancara atau pengambilan
gambar harus mendapat ijin dari manajemen, dokter dan perawat yang merawat pasien
dan pasien serta keluarganya.

D. Menjaga privasi di ruang pemeriksaan :


1. Menempatkan pasien di ruang pemeriksaan.
2. Menutup gorden saat melakukan pemeriksaan.
3. Memasang selimut saat melakukan pemeriksaan.
4. Memberitahukan pasien/keluarga akan dilakukan pemeriksaan dan seijin pasien.
5. Menutup pintu/gorden kamar periksa pada saat pemeriksaan.

E. Menjaga privasi saat melakukan tindakan :


1. Membuka bagian yang akan diintervensi.
2. Memberikan pakaian khusus pada pasien bila diperlukan.

-16-
3. Menutup pintu/gorden dan meminta keluarga pasien menunggu di luar
ruangan/memberikan ijin untuk menunggu kepada keluarga yang mempunyai
keterkaitan/kepentingan dengan kondisi pasien bila diperlukan.

F. Standar menjaga privasi pasien saat pemberian terapi :


1. Pada saat terapi akan diberikan kepada pasien tanyakan kepada pasien apakah orang lain
yang sedang berada di kamar pasien boleh ikut mendampingi pasien.
2. Minta pengunjung atau orang lain menunggu di luar kamar pasien apabila terapi yang
akan diberikan adalah terapi spesifik atau terapi khusus yang berhubungan dengan
diagnosa penyakit pasien.
3. Menutup pintu atau gorden dengan rapat.
4. Jelaskan tujuan pemberian terapi kepada pasien.
5. Pastikan pasien mengerti terapi yang diberikan kepada dirinya.
6. Berikan pasien posisi yang nyaman saat terapi diberikan.

G. Standar menjaga privasi saat melakukan trasportasi :


1. Menutup tubuh pasien dengan selimut.
2. Memastikan bahwa semua bagian tubuh pasien tertutup kecuali muka pasien.
3. Menaikkan pengaman tempat tidur pasien.
4. Bila pasien pakai kursi roda, pastikan bagian bawah tubuh pasien tertutup selimut.

H. Standar menjaga privasi di kamar operasi :


1. Membuka bagian/area yang akan dioperasi.
2. Tidak membicarakan privasi pasien walaupun pasien sudah dianestesi.
3. Jangan tertawa/menertawakan keadaan pasien walaupun pasien dalam kondisi
terbius/pengaruh obat anestesi.
4. Menutup kembali tubuh pasien saat selesai operasi.

I. Standar menjaga privasi rekam medis pasien :


1. Memastikan penempatan rekam medis pasien di tempat yang aman.
2. Permintaan rekam medis pasien hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan
pasien dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan dan pinjaman menggunakan bon
peminjaman.
3. Rekam medis tidak boleh digandakan/difoto copy atau difoto.
4. Semua rekam medis pasien pulang harus dikembalikan di Rekam Medis dalam waktu 24
jam.
5. Akses informasi rekam medis hanya diperbolehkan kepada orang yang berhubungan
langsung dengan pelayanan pasien serta dokter, perawat, tenaga Kesehatan lainnya.
6. Penyimpanan data rekam medis dilakukan secara sentralisasi di Instalasi Rekam Medis
disimpan dalam lemari terkunci.

-17-
7. Terkait keamanan dokumen rekam medis selain petugas tidak diperkenankan masuk ke
ruang penyimpanan dokumen rekam medis.
8. Pengambilan dokumen rekam medis dari tempat penyimpanan hanya dapat dilakukan
oleh petugas rekam medis.
9. Melakukan sumpah untuk petugas rekam medis yang belum menempuh pendidikan D3
Rekam Medis, sedangkan untuk mahasiswa melakukan konfirmasi dengan pihak instansi
pendidikan untuk sumpah profesinya.

J. Standar menjaga privasi pasien yang akan mengakhiri kehidupan :


1. Keluarga pasien diinformasikan kondisi pasien.
2. Bila pasien dirawat di bangsal perawatan maka pasien dipindahkan di tempat khusus
dengan menutup gorden sehingga terpisah dari pandangan pasien lainnya.
3. Mengurangi kegiatan di kamar tersebut atau meminimalkan kebisingan.
4. Memfasilitasi bila keluarga pasien membutuhkan pendampingan rohaniawan.
5. Segera hubungi kamar jenazah untuk memindahkan jenazah dari ruang perawatan ke
kamar jenazah.

K. Standar menjaga privasi dan edukasi pasien :


Tersedianya ruangan khusus untuk edukasi pasien dan keluarga.

-18-
BAB V
PERLINDUNGAN HARTA BENDA MILIK PASIEN
Seringkali terjadi banyak kasus atau peristiwa secara mendadak atau tiba-tiba misalnya
kecelakaan, pingsan, bencana alam yang mengakibatkan timbulnya korban. Hal ini dapat
mengakibatkan suatu kondisi yang cukup berbeda yakni kepanikan, kacau, kecurigaan. Baik
korban yang mengalami maupun orang yang melihat atau menolong. Kadang kala sering juga
dalam kesempatan tersebut kewaspadaan kurang akibat situasi yang tidak menentu. Sehingga
dapat berakibat adanya kehilangan barang atau benda terutama dari korban yang mengalami
bencana.
Negara Indonesia mempunyai landasan hukum yang cukup kuat untuk dapat melindungi
hak pribadi seseorang untuk mendapatkan perlindungan yang layak tanpa terkecuali baik untuk
diri pribadi maupun barang atau benda yang dimilikinya. Sehingga setiap orang yang berada di
tempat manapun tidak merasa terancam baik secara fisik ataupun non fisik akibat kehilangan
barang atau benda.
Tata laksana dalam upaya perlindungan barang harta benda milik pasien di Rumah Sakit
Sari Mulia sebagai berikut :
A. Perlindungan
1. Perlindungan Pasien
Berlaku untuk pasien yang berada di rawat inap dimana dalam hal ini pasien
mengenakan perhiasan atau barang berharga lainnya dan sedang dalam kondisi akan
dilakukan pelayanan medis.
a. Tata laksana perlindungan harta benda pasien.
1) Semua pasien sebelum masuk rawat inap harus diinformasikan bahwa rumah
sakit tidak bertanggung jawab jika ada harta benda yang hilang sebab pada saat
akan masuk rawat inap sudah diinformasikan oleh unit admission.
2) Pastikan bahwa pasien sudah menyetujui dan mengerti tentang informasi yang
disampaikan tentang perlindungan harta benda.
3) Pastikan pasien memberikan surat pernyataan bahwa bersedia tidak akan
menuntut apapun pada pihak rumah sakit apabila terjadi kehilangan harta benda
karena sudah informasikan bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab atas
harta benda pribadi milik pasien.
4) Pastikan adanya proses serah terima penyimpanan sementara untuk harta benda
pribadi milik pasien apabila pada pasien tersebut tidak ada keluarga yang
mendampingi dan akan dilakukan tindakan pelayanan kesehatan. Proses serah
terima menggunakan Formulir penyimpanan barang berharga.
a) Pasien IGD : tempat penyimpanan sementara adalah di pos keamanan.
Serah terima dilakukan antara pasien dengan petugas keamanan.
b) Pasien rawat inap : tempat penyimpanan sementara adalah di ruang kepala
ruang. Serah terima dilakukan antara pasien dengan perawat.

-19-
c) Pasien pemeriksaan penunjang : tempat penyimpanan sementara adalah di
ruangan kepala ruang. Serah terima dilakukan antara pasien dengan petugas
lab/radiologi.
5) Apabila barang milik pasien ketinggalan di lingkungan Rumah Sakit Sari
Mulia :
a) Petugas segera melaporkan kebagian satpam mengenai barang temuan
tersebut.
b) Satpam mencatat identitas petugas yang menemukan dan barang yang
ditemukan.
c) Satpam memasukkan barang temuan ke dalam loker penyimpanan barang
sementara.
d) Satpam mengumumkan barang-barang yang ditemukan.
e) Bila tidak ada yang mengakui barang dalam waktu 1 bulan, maka barang
tersebut diberikan ke petugas yang menemukan barang atau disumbangkan.

Alur Penanganan Barang Milik Pasien yang Ketinggalan

-20-
di lingkungan Rumah Sakit Sari Mulia

Petugas melaporkan
kebagian satpam
mengenai barang
temuan

Satpam mencatat
identitas petugas yang
menemukan dan barang
yang ditemukan

Satpam memasukkan
barang temuan ke dalam
loker penyimpanan
barang sementara

Satpam mengumumkan
barang-barang yang
ditemukan

Bila tidak ada yang


mengakui barang dalam
waktu 1 bulan, maka
barang tersebut diberikan
ke petugas yang
menemukan barang atau
disumbangkan

6) Jika terjadi kasus kehilangan harta benda milik pasien:


a) Pasien memberitahukan kepada perawat tentang kehilangan harta benda.
b) Perawat mencatat identitas pasien dan segera menghubungi pihak
keamanan.
c) Pihak keamanan melakukan penyelidikan mengenai kasus kehilangan harta
milik pasien tersebut.

-21-
Alur Penanganan Kehilangan Harta Benda Milik Pasien

Pasien memberitahukan
kepada perawat tentang
kehilangan harta benda

Perawat segera
menghubungi pihak
keamanan

Pihak keamanan
melakukan
penyelidikan
mengenai kasus
kehilangan harta milik
pasien tersebut
b. Tindakan/prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda pasien.
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda
pasien;
a) Pada saat pasien tidak ada keluarga yang mendampingi sedangkan pada
pasien tersebut akan dilakukan tindakan pelayanan kesehatan.
b) Pada saat pasien mengalami hilang kesadaran/hilang ingatan.
2) Para staf RS Sari Mulia Banjarmasin harus memberikan perlindungan harta
benda pasien dengan benar dengan menanyakan kejelasan informasi yang
disampaikan oleh unit admision untuk tidak meninggalkan harta benda
khususnya yang berharga diluar pengamatan pasien, kemudian
membandingkannya dengan adanya surat pernyataan yang tercantum di rekam
medis. jangan menyebutkan informasi tentang perlindungan dan meminta pasien
untuk menginformasi dengan jawaban ya/tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak mengetahui untuk menjaga
harta bendanya sendiri. Informasi mengenai bahwa rumah sakit tidak
bertanggung jawab atas barang benda milik pasien diinformasikan ulang oleh
perawat yang bertugas menangani pasien secara personal sebelum pasien
menjalani suatu prosedur.
4) Perlindungan harta benda sebaiknya mencakup 2 detail wajib, yaitu :
a) Didata semua harta benda pada saat pasien masuk.

-22-
b) Mendata semua pengunjung yang dating berkunjung di ruang perawatan
tempat pasien dirawat.
1. Perlindungan Pengunjung
a. Tata laksana perlindungan harta benda pengunjung
1) Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam
lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda pengenal yang masih
berlaku (KTP, SIM, Paspor) dan harta benda apa saja yang dibawa.
2) Pastikan pada pengunjung agar menjaga harta benda yang dibawanya dan
jelaskan bahwa tidak ada penitipan harta benda yang dibawanya.
3) Perlindungan harta benda harus diberikan pada semua pengunjung jika terjadi
kecelakaan, bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada diri pengunjung
tersebut dan tidak ada pengecualian selama berada dalam lingkungan rumah
sakit.
4) Jika terjadi kecelakaan/bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada pengunjung
secara tiba-tiba pastikan segera berikan perlindungan terhadap diri dan harta
benda pengunjung, kemudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak
manajemen rumah sakit.
5) Pada situasi dimana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap harta benda
maka harta benda harus dipastikan dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan
dan kemudian dikoordinasikan kepada pihak managemen.
6) Harta benda pengunjung tidak boleh dititipkan kepada pihak rumah sakit
walaupun bersifat sementara dan kondisi pengunjung masih memungkinkan
untuk menjaga harta bendanya sendiri karena rumah sakit tidak bertanggung
jawab perlindungan harta benda tersebut kecuali dalam kondisi tertentu.
7) Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika pengunjung
dalam kondisi terluka atau hilang kesadaran/ingatan maka harus memberikan
untuk Surat Pernyataan Penitipan dengan disertai tanda pengenal
(KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku dan dibubuhi oelh tandatangan /cap
jempol pengunjung.
8) Tanda pengenal yang disertakan di pos keamanan sebaiknya mencakup 2 detail
wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu :
a) Tanda pengenal masih berlaku.
b) Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy.
9) Jelaskan prosedur perlindungan harta benda sementara dan tujuannya kepada
pengunjung.
10) Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum memberikan
perlindungan harta benda pada pengunjung.
11) Saat menanyakan identitas dan harta benda pengunjung, selalu gunakan
pertanyaan terbuka, misalnya : “ siapa nama anda ?” barang apa yang anda
titipkan ? . Jangan menggunakan pertanyaan tertutup (apakah nama anda Ibu
Susi ?).

-23-
12) Jika pengunjung tidak mampu memberitahukan nama lengkap (misalnya pada
pengunjung disfasia), verifikasi harta benda pengunjung kepada
keluarga/pengantarnya. Jika mungkin, tanda pengenal jangan dijadikan satu-
satunya nbentuk identifikasi pada saat menitipkan harta benda. Tanya ulang
nama dan alamat pengunjung, kemudian bandingkan jawaban pengunjung
dengan data yang tertulis dibuku laporan.
13) Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali pergantian jaga
petugas keamanan.
14) Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda pengunjung harus
menanyakan ulang identitas pengunjung dan membandingkan data yang
diperoleh dari laporan verifikasi pihak keamanan.
15) Pada kasus pengunjung yang tidak mau memberikan perlindungan harta benda,
hal ini dikarenakan beberapa sebab, seperti :
a) Menolak diberikan perlindungan harta benda.
b) Tidak ada kepercayaan dari pengunjung.
c) Proses perlindungan harta benda harus diinformasikan akan risiko yang
dapat terjadi jika tidak dilakukan. Alasan pengunjung harus dicatat pada
buku laporan petugas keamanan.
d) Jika pengunjung menolak untuk diberikan perlindungan harta bendanya,
petugas harus lebih waspada dan mencari cala lain untuk memberikan
perlindungan pada harat benda pengunjung dengan benar sebelum
dilakukan tindakan pelayanan kesehatan.
b. Tindakan/prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda
pengunjung :
a) Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa).
b) Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana.
c) Pada saat terjadi kasus pencurian.
d) Pada saat pengunjung hilang kesadaran/ingatan.
2) Para staf Rumah Sakit Sari Mulia harus mengkonfirmasi pengunjung dalam
perlindungan harta benda dengan benar dengan menanyakan nama lengkap dan
harta benda dengan benar dengan menanyakan nama harta benda yang akan
dilindungi, kemudian membandingkannya dengan data berdasarkan informasi
yang didapat dari laporan petugas keamanan. Jangan menyebutkan nama dan
harta benda yang dilindungi dan meminta pengunjung untuk mengkonfirmasi
dengan jawaban ya/tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika pengunjung tidak mau diberikan
perlindungan pada harta benda yang dibawanya. Perlindungan harta benda harus
dipastikan diberlakukan ulang oleh petugas keamanan yang bertugas menangani
pengunjung secara personal pada saat pengunjung datang.
2. Perlindungan Karyawan

-24-
a. Tata laksana perlindungan harta benda karyawan
1) Semua karyawan bertanggung jawab sendiri atas harta benda yang dibawanya.
2) Pastikan pada karyawan agar menjaga harta benda yang dibawanya dan jelaskan
bahwa tidak ada penitipan harta benda yang dibawanya.
3) Perlindungan harta benda harus diberikan pada semua karyawan jika terjadi
kecelakaan, bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada diri karyawan tersebut
dan tidak ada penegcualian selama berada dalam lingkungan rumah sakit.
4) Jika terjadi kecelakaan/bencana atau hilang kesadaran/ingatan pada karyawan
secara tiba-tiba pastikan segera berikan perlindungan terhadap diri dan harta
benda karyawan, kemudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak
managemen rumah sakit.
5) Pada situasi dimana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap harta benda
maka harus dipastikan harta benda dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan
dan kemudian dikoordinasikan pada pihak managemen.
6) Harta benda karyawan tidak boleh dititipkan kepada pihak rumah sakit
walaupun bersifat sementara karena rumah sakit tidak bertanggung jawab
perlindungan harta benda tersebut kecuali dalam kondisi tertentu.
7) Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika karyawan dalam
kondisi terluka atau hilang kesadaran/ingatan maka harus memberikan Surat
Pernyataan Penitipan dengan disertai tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) yang
masih berlaku dan dibubuhi oleh tanda tangan/cap jempol karyawan.
8) Tanda pengenal yang disertakan di pos keamanan sebaiknya mencakup 2 detail
wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu :
a) Tanda pengenal masih berlaku.
b) Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy.
9) Jelaskan prosedur perlindungan harta benda sementara dan tujuannya kepada
karyawan.
10) Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum memberikan
perlindungan harta benda pada karyawan.
11) Saat menanyakan identitas dan harta benda karyawan, selalu gunakan
pertanyaan terbuka, misalnya : “siapa nama anda ?” barang apa yang anda
titipkan ? (jangan menggunakan pertanyaan tertututp seperti “apakah nama anda
Ibu Susi ?”.
12) Jika karyawan tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada
karyawan tidak sadar, disfagia, gangguan jiwa), verifikasi harta benda karyawan
kepada teman sejawat/unit kerjanya. Jika mungkin, tanda pengenal jangan
dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi pada saat menitipkan harta benda.
Tanya ulang nama dan alamat pengunjung, kemudian bandingkan jawaban
karyawan dengan data yang tertulis dibuku laporan.
13) Pengecekan buku laporan dilakukan tiap kali pergantian jaga petugas keamanan.

-25-
14) Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda karyawan harus
menanyakan ulang identitas karyawan dan membandingkan data yang diperoleh
dari laporan verifikasi pihak keamanan.
15) Pada kasus karyawan yang tidak mau diberikan perlindungan harta benda :
a) Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti :
 Menolak diberikan perlindungan harta benda.
 Tidak ada kepercayaan dari karyawan.
b) Proses perlindungan harta benda harus diinformasikan akan risiko yang
dapat terjadi jika tidak dilakukan. Alasan karyawan harus dicatat pada buku
laporan petugas keamanan.
c) Jika karyawan menolak untuk diberikan perlindungan harta bendanya,
petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk memberikan
perlindungan pada harta benda pengunjung dengan benar sebelum
dilakukan tindakan pelayanan kesehatan.
b. Tindakan/prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda
karyawan :
a) Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa).
b) Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana.
c) Pada saat terjadi kasus pencurian.
d) Pada saat karyawan hilang kesadaran/ingatan.
2) Para staf Rumah Sakit Sari Mulia harus mengkonfirmasi karyawan dalam
perlindungan harta benda dengan benar dengan menanyakan nama dan harta
benda yang akan dilindungi, kemudian membandingkannya dengan data
berdasarkan informasi yang didapat dari laporan petugas keamanan. jangan
menyebutkan nama dan harta benda yang dilindungi dan meminta karyawan
untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya/tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika karyawan tidak mau diberikan
perlindungan pada harta benda yang dibawakan. perlindungan harta benda harus
dipastikan diberlakukan ulang oleh petugas keamanan yang bertugas menangani
pengunjung secara personal pada saat pengunjung datang.

B. Tata cara perlindungan


1. Jenis perlindungan
Perlindungan yang tersedia di Rumah Sakit Sari Mulia adalah sebagai berikut :
a. Perlindungan harta benda pasien;
b. Perlindungan harta benda pengunjung;
c. Perlindungan harta benda karyawan.
2. Menitipkan harta benda
Proses perlindungan harta benda yang tersedia di Rumah Sakit Sari Mulia adalah
sebagai berikut :

-26-
a. Pasien
Proses perlindungan harta benda dilaksanakan jika pasien dalam kondisi akan ada
tindakan pelayanan kesehatan dan tidak ada keluarga yang mendampingi atau
dalam kondisi hilang kesadaran.
b. Pengunjung
Proses perlindungan harta benda dilaksanakan jika pengunjung menjadi korban
kecelakaan/hilang kesadaran secara tiba-tiba dan tidak ada keluarga yang
mendampingi
c. Karyawan
Proses perlindungan harta benda dilaksanakan jika karyawan menjadi korban
kecelakaan/hilang kesadaran secara tiba-tiba dan tidak ada keluarga yang
mendampingi.

C. Pelaporan Insiden/Kejadian kesalahan perlindungan harta benda


1. Pasien
a. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
1) Misidentifikasi data/pencatatan di buku laporan.
2) Tidak adanya tanda pada harta benda yang dilindungi.
3) Misidentifikasi laporan investigasi.
4) Registrasi ganda saat mendata harta benda yang dilindungi.
5) Kesalahan penulisan tanda untuk harta benda yang mendapat perlindungan di
buku laporan.
b. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
1) Kesalahan pada administrasi/tata usaha
a) Salah memberikan tanda pada harta benda pasien.
b) Kesalahan mengisi buku laporan.
c) Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah.
d) Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
2) Kegagalan verifikasi
a) Tidak adekuatnya/tidak adanya protokol verifikasi.
b) Tidak mematuhi protokol verifikasi.
c. Kesulitan komunikasi
1) Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa pasien.
2) Kegagalan untuk pembacaan kembali.
3) Kurangnya kultur/budaya organisasi.
d. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda pasien pastikan
keamanan dan keselamatan pasien.
2. Pengunjung
a. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
1) Kesalahan penulisan tanda pengenal yang masih berlaku di buku laporan.
2) Tidak adanya tanda pada harta yang dilindungi.

-27-
3) Registrasi ganda saat mendata harta benda yang dilindungi.
b. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
1) Kesalahan pada administrasi/tata usaha
a) Salah memberikan tanda pada harta benda pengunjung.
b) Kesalahan mengisi buku laporan.
c) Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah.
d) Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
2) Kegagalan verifikasi
a) Tidak adekuat/tidak adanya protokol verifikasi.
b) Tidak mematuhi protokol verifikasi.
3) Kesulitan komunikasi
a) Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa
pengunjung.
b) Kegagalan untuk pembacaan kembali.
c) Kurangnya kultur/budaya organisasi.
4) Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda pengunjung pastikan
keamanan dan keselamatan pengunjung
a) Salah memberikan tanda pada harta benda pengunjung.
b) Kesalahan mengisi buku laporan.
c) Penulisan data berdasar harta benda yang dititipkan salah.
d) Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
3. Karyawan
a. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
1) Kesalahan penulisan pada tanda pengenal karyawan.
2) Tidak adanya tanda pada harta benda yang dilindungi.
3) Registrasi ganda saat mendata harta benda yang dilindungi.
b. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
1) Kesalahan pada administrasi/tata usaha
a) Salah memberikan tanda pada harta benda karyawan.
b) Kesalahan mengisi buku laporan.
c) Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah.
d) Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
 Kegagalan verifikasi
 Tidak adekuatnya/tidak adanya protokol verifikasi.
 Tidak mematuhi protokol verifikasi.

2) Kesulitan komunikasi
a) Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan bahasa
karyawan.
b) Kegagalan untuk pembacaan kembali.

-28-
c) Kurangnya kultur/budaya organisasi.
3) Jika terjadi insiden akibat kesalahan pendataan harta benda karyawan pastikan
keamanan dan keselamatan karyawan
a) Salah memberikan tanda pada harta benda karyawan.
b) Kesalahan mengisi buku laporan.
c) Penulisan data berdasar harta benda yang dititipkan salah.
d) Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
D. Revisi dan Audit
1. Pasien
a. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun;
b. Rencana audit akan disusun dengan bantuan HRD serta akan dilaksanakan dalam
waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi :
1) Jumlah persentase pasien yang membutuhkan perlindungan pada harta benda.
2) Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan.
3) Alasan mengapa pasien tidak menggunakan tanda identitas untuk perlindungan
khusus.
c. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi.
2. Pengunjung
a. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun.
b. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panitia kesehatan keselamatan kerja
serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah inplementasi kebijakan. Audit
ini meliputi :
1) Jumlah persentase pengunjung yang menggunakan tanda visitor.
2) Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan.
3) Alasan mengapa pengunjung tidak menggunakan tanda visitor.
c. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi.
3. Karyawan
a. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun.
b. Rencana audit akan disusun oleh unit HRD serta akan dilaksanakan dalam waktu 6
bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi :
1) Jumlah persentase karyawan yang menggunakan tanda pengenal.
2) Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan.
3) Alasan mengapa karyawan tidak menggunakan tanda pengenal.
c. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan karyawan akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

-29-
BAB VI
PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

A. Identifikasi
1. Identitas Pasien
Berlaku untuk pasien pasien yang merupakan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT), kekerasan pada anak, mendapat intimidasi/intervensi dari pihak tidak dikenal.

-30-
a. Tata laksana identitas pasien
1) Semua pasien yang merupakan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT), kekerasan pada anak, manula dan gangguan jiwa mendapat
intimidasi/intervensi dari pihak tidak dikenal harus diidentifikasi dengan benar
sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda
identitas pasien.
2) Pastikan bahwa pasien harus memang terlindungi dari semua ancaman baik
berupa fisik ataupun melalui alat komunikasi.
3) Pastikan pengamanan secara ketat pada pasien selama pasien mendapatkan
perawatan.
Jika perlu hubungi pihak berwajib untuk kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT), kekerasan pada anak, manula dan gangguan jiwa
intervensi/intimidasi jika kasus tersebut berlanjut.
4) Tanda identitas hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari lingkungan
rumah sakit.
b. Tindakan/prosedur yang membutuhkan identifikasi
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pengunjung :
a) Pada saat terjadi serangan secara fisik.
b) Pada saat terjadi intervensi/intiminasi via telepon.
2) Para staf Rumah Sakit Sari Mulia harus mengkonfirmasi identitas pasien korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), kekerasan pada anak dengan benar
dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien, kemudian
membandingkannya dengan yang tercantum di rekam medis dan gelang
pengenal. Jangan menyebutkan nama, tanggal lahir, dan alamat pasien dan
meminta pasien untuk menkonfirmasi dengan jawaban ya/tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak memakai tanda identitas
pasien. Tanda identitas harus dipakaikan ulang oleh perawat yang bertugas
menangani pasien secara personal sebelum pasien menjalani suatu prosedur.
4) Tanda identitas pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib, yaitu :
a) Berwarna sesuai dengan aturan WHO.
b) Warna abu-abu untuk tindakan kekerasan pada orang dewasa.
c) Warna pink untuk tindakan kekerasan pada anak.
5) Mudah dikenali namun tidak mencolok dengan berupa tanda pita/pakaian
berwarna khusus.
2. Identitas Pengunjung
a. Tata laksana identifikasi pengunjung
1) Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam
lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda pengenal yang masih
berlaku (KTP, SIM, Paspor).

-31-
2) Pastikan pemakaian tanda visitor pada pengunjung di daerah dada (tempat yang
mudah terlihat), jelaskan dan pastikan tanda visitor terpasang dengan baik dan
nyaman untuk pengunjung.
3) Tanda visitor harus diberikan pada semua pengunjung tidak ada pengecualian
dan harus dipakai selama berada dalam lingkungan rumah sakit.
4) Jika tidak dapat diberikan pada pengunjung karena merupakan tamu penting
(sudah ada janji dengan pihak manajemen) maka pastikan pengunjung tersebut
dikenali oleh pihak manajemen sebelum bertemu dengan pihak manajemen
rumah sakit.
Pada situasi dimana tidak dapat diberikan tanda visitor maka tanda pengenal
yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor) harus dipastikan dititipkan/ditinggal
pada pihak keamanan.
5) Tanda visitor hanya boleh dilepas saat pengunjung keluar/pulang dari
lingkungan rumah sakit. Tanda visitor tersebut hanya boleh dilepas di depan dan
dikembalikan pada pihak keamanan dengan menukar tanda pengenal yang
masih berlaku (KTP/SIM/Paspor) yang sudah dititipkan/ditinggalkan pada saat
akan memasuki dalam lingkungan rumah sakit.
6) Tanda visitor sebaiknya mencakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi
pengunjung, yaitu :
a) Berwarna terang, mudah dikenali.
b) Tercantum nomor kedatangan/kunjungan.
7) Pada saat meninggalkan tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) di pos keamanan
sebaiknya mencakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung,
yaitu :
a) Tanda pengenal masih berlaku.
b) Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy.
8) Pada saat mendata pengunjung di pos keamanan sebaiknya mencakup 3 detail
wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu :
a) Nama lengkap pengunjung harus ditulis sesuai dengan tanda pengenal/tidak
boleh disingkat/nama panggilan (minimal dua suku kata).
b) Alamat pengunjung harus ditulis berdasarkan tempat tinggal saat ini.
Nomor telepon pengunjung harus ditulis yang digunakan saat ini/masih
berfungsi.
9) Jangan pernah mencoret dan merobek tanda visitor.
10) Jika tanda visitor rusak dan tidak dapat dipakai, segera berikan tanda visitor
yang baru.
11) Jelaskan prosedur tanda visitor dan tujuannya kepada pengunjung.
12) Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum pengunjung menerima
tanda visitor.

-32-
13) Saat menanyakan identitas pengunjung, selalu gunakan pertanyaan terbuka,
misalnya : ‘siapa nama Anda?’ (jangan menggunakan pertanyaan tertutup
seperti ‘apakah nama anda Ibu Susi?’).
14) Jika pengunjung tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada
pengunjung tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas
pengunjung kepada keluarga/pengantarnya. Jika mungkin, tanda visitor jangan
dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi.
Tanya ulang nama dan alamat pengunjung, kemudian bandingkan jawaban
pengunjung dengan data yang tertulis dibuku laporan.
15) Semua pengunjung menggunakan hanya 1 tanda visitor.
16) Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali pergantian jaga
petugas keamanan.
17) Instalasi yang menerima pengunjung harus menanyakan ulang identitas
pengunjung dan membandingkan data yang diperoleh dari laporan verifikasi
pihak keamanan.
18) Pada kasus pengunjung yang tidak menggunakan tanda visitor :
a) Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti :
 Menolak penggunaan tanda visitor.
 Pengunjung melepas tanda visitor.
 Tanda visitor hilang.
b) Tanda visitor harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tanda
visitor tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada buku laporan petugas
keamanan.
c) Jika pengunjung menolak menggunakan tanda visitor, petugas harus lebih
waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pengunjung dengan
benar sebelum pengunjung masuk dalam rumah sakit.
b. Tindakan/prosedur yang membutuhkan identifikasi
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pengunjung :
a) Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa).
b) Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana.
c) Pada saat terjadi kasus pencurian.
2) Pada staf Rumah Sakit Sari Mulia harus mengkonfirmasi identifikasi
pengunjung dengan benar dengan menanyakan nama dan keperluan kunjungan,
kemudian membandingkannya dengan data berdasarkan informasi yang didapat
dari laporan petugas keamanan. Jangan menyebutkan nama dan keperluan
kunjungan dan meminta pengunjung untuk konfirmasi dengan jawaban ya/tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika pengunjung tidak memakai tanda
visitor. Tanda visitor harus di pastikan diberikan ulang oleh petugas keamanan
yang bertugas menangani pengunjung secara personal pada saat pengunjung
datang.

-33-
3. Identitas Karyawan
a. Tata laksana identifikasi karyawan
1) Semua karyawan harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam
lingkungan rumah sakit dengan melalui proses kelulusan masa percobaan.
2) Pastikan pemakaian tanda pengenal pada karyawan di daerah dada (tempat yang
mudah terlihat), jelaskan dan pastikan tanda pengenal terpasang dengan baik
dan nyaman untuk karyawan. Tanda pengenal harus diberikan pada semua
karyawan tidak ada pengecualian dan harus dipakai selama berada dalam
lingkungan rumah sakit.
3) Tanda pengenal hanya boleh dilepas saat karyawan keluar/pulang dari
lingkungan rumah sakit atau dalam kondisi lepas dinas.
4) Tanda pengenal sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi
karyawan, yaitu :
a) Karyawan menggunakan baju sesuai unit kerjanya.
b) Terdapat tulisan nama dan gelar karyawan tersebut.
c) Terdapat Nomor Induk Karyawan (NIK).
d) Terdapat unit kerja karyawan tersebut.
5) Jangan pernah mencoret dan merobek tanda pengenal.
6) Jika tanda pengenal rusak dan tidak dapat dipakai, segera berikan tanda
pengenal yang baru oleh HRD.
7) Jelaskan prosedur tanda pengenal dan tujuannya kepada karyawan.
8) Periksa ulang 2 (dua) detail tanda pengenal sebelum karyawan menerima tanda
pengenal.
9) Semua keryawan menggunakan hanya 1 (satu) tanda pengenal.
10) Pada kasus karyawan yang tidak menggunakan tanda pengenal.
a) Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti :
 Menolak penggunaan tanda pengenal.
 Karyawan melepas tanda pengenal.
 Tanda pengenal hilang.
b) Tanda pengenal harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika
tanda pengenal tidak dipakai. Alasan karyawan harus dicatat pada buku
pelanggaran disiplin unit HRD.
b. Tindakan/prosedur yang membutuhkan tanda pengenal
1) Tindakan/prosedur yang membutuhkan tanda pengenal
a) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan tanda pengenal :
 Pemberian hak karyawan.
 Pemberlakuan kewajiban karyawan.
 Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa).
 Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana.
 Pada saat terjadi kasus pencurian.

-34-
b) Para staf Rumah Sakit Sari Mulia harus mengkorfirmasi tanda pengenal
dengan benar dengan menanyakan nama karyawan tersebut pada unit HRD.
c) Jangan melakukan prosedur apapun jika karyawan tidak memakai tanda
pengenal. Tanda pengenal harus dipastikan diberikan ulang oleh staf HRD
yang bertugas menangani karyawan pada saat karyawan tersebut mulai
pertama kali bekerja di rumah sakit.
2) Tata cara identitas
a) Jenis identitas
Identitas yang tersedia di Rumah Sakit Sari Mulia adalah sebagai berikut :
 Tanda identitas pasien.
 Tanda visitor/pengunjung.
 Tanda pengenal karyawan.
b) Melepas identitas
Pelepasan identifikasi yang tersedia di Rumah Sakit Sari Mulia adalah
sebagai berikut :
 Pasien
Tanda pasien untuk perlindungan khusus dilaksanakan jika sudah ada
perlindungan secara hukum yang jelas pada pasien pulang atau keluar
rumah sakit oleh pihak berwajib.
 Pengunjung
Tanda visitor hanya dilepas saat pengunjung pulang atau keluar dari
rumah sakit.
 Karyawan
Tanda pengenal hanya dilepas saat karyawan pulang atau keluar dari
rumah sakit setelah jam dinas.
c. Pelaporan insiden/kejadian kesalahan identitas
1) Tata cara identitas pasien
a) Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
 Misidentifikasi data/pencatatan di rekam medis.
 Tidak adanya tanda sebagai pasien dengan perlindungan khusus.
 Misidentifikasi laporan investigasi.
 Registrasi ganda saat masuk rumah sakit.
 Kesalahan penulisan tanda pasien perlindungan khusus yang masih
berlaku di buku laporan.
b) Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
 Kesalahan pada administrasi/tata usaha
 Salah memberikan tanda pasien untuk perlindungan khusus.
 Kesalahan mengisi buku laporan.
 Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah.
 Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.

-35-
 Kegagalan verifikasi
 Tidak adekuatnya/tidak adanya protokol verifikasi.
 Tidak mematuhi protokol verifikasi.
 Kesulitan komunikasi
 Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan
bahasa pengunjung.
 Kegagalan untuk pembacaan kembali.
 Kurangnya kultur/budaya organisasi.
c) Jika terjadi insiden akibat kesalahan identifikasi pengunjung pastikan
keamanan dan keselamatan pengunjung.
2) Tata cara identitas pengunjung
a) Kesalahan yang dapat terjadi adalah :
 Kesalahan penulisan tanda pengenal yang masih berlaku di buku
laporan.
 Tidak adanya tanda visitor pada pengunjung.
 Registrasi ganda saat masuk rumah sakit.
b) Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
 Kesalahan pada administrasi/tata usaha
 Salah memberikan tanda visitor.
 Kesalahan mengisi buku laporan.
 Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah.
 Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
 Kegagalan verifikasi
 Tidak adekuatnya/tidak adanya protokol verifikasi.
 Tidak mematuhi protokol verifikasi.
 Kesulitan komunikasi
 Hambatan akibat keterbatasan fisik, kondisi, atau keterbatasan
bahasa pengunjung.
 Kegagalan untuk pembacaan kembali.
 Kurangnya kultur/budaya organisasi.
c) Jika terjadi insiden akibat kesalahan identifikasi pengunjung, pastikan
keamanan dan keselamatan pengunjung.
3) Tata cara identitas karyawan
a) Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah ;
 Misidentifikasi data/pencatatan di HRD.
 Tidak adanya tanda pengenal sebagai karyawan.
 Misidentifikasi laporan investigasi.
 Registrasi ganda saat masuk rumah sakit.
 Kesalahan penulisan tanda pengenal yang masih berlaku di buku
laporan.

-36-
b) Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
 Kesalahan pada administrasi/tata usaha.
 Salah memberikan tanda pengenal.
 Kesalahan mengisi buku laporan.
 Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah.
 Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.

B. Pengawasan Terhadap Lokasi Pelayanan Yang Terpencil Dan Terisolasi Seperti :


1. Ruang Rawat Inap.
2. ICU/PICU.
3. Ruang Perawatan Anak.
4. Ruang Perawatan Bayi.
5. Ruang Perawatan NICU.

C. Perlindungan Terhadap Pasien Dan Karyawan Dengan 3 (Tiga) Kode Darurat Non
Medis :

NO KODE KETERANGAN RESPON RESPON


SEKUNDER PRIMER
1. GREY Situasi Lindungi / Berusaha untuk
(Gangguan berbahaya pertahankan diri mengurangi
Keamanan) berhubungan sendiri dan hubungi tingkat risiko /
dengan pusat komando untuk bahaya dengan
kejahatan yang mengaktifkan kode memantau ketat
mengancam Grey. daerah / ruang
fisik. perawatan yang
terpencil.
2. Kode Pink Bayi / Anak a. Lakukan
(Penculikan hilang / dicuri pemeriksaan
Bayi) dari Rumah secara berkala
Sakit. pada kamar bayi
dan anak.
b. Monitor seluruh
ruangan dengan
CCTV.
c. Awasi ketat
seluruh pintu
keluar terhadap
seluruh orang
yang akan
meninggalkan
Rumah Sakit
dengan anak /
bayi.

-37-
3. Kode Black Adanya a. Segera ke lokasi a. Melaporkan ke
(Ancaman informasi tempat barang koordinator
Bom) ancaman bom yang dicurigai keadaan
via telepon atau bom diletakkan. darurat gedung
SMS. b. Jangan disentuh dan keamanan.
serta isolasi area / b. Konsultasi
benda yang dengan
dicurigai bom. kepolisian
c. Laporkan pada setempat.
pos keamanan c. Mempertimba
untuk ngkan untuk
menghidupkan mengevakuasi
kode black. penghuni
gedung.

D. Revisi dan Audit


1. Pasien
a. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun;
b. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panitia pasien safety serta akan
dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini
meliputi :
1) Jumlah persentase pasien yang menggunakan tanda identitas untuk
perlindungan khusus.
2) Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan.
3) Alasan mengapa pasien tidak menggunakan tanda identitas untuk perlindungan
khusus.
c. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.
2. Pengunjung
a. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun.
b. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panitia kesehatan dan keselamatan
kerja serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan.
Audit ini meliputi :
1) Jumlah persentase pengunjung yang menggunakan tanda visitor.
2) Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan.
3) Alasan mengapa pengunjung tidak menggunakan tanda visitor.
c. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.
3. Karyawan
a. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun;
b. Rencana audit akan disusun oleh HRD serta akan dilaksanakan dalam waktu 6
bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi :

-38-
1) Jumlah persentase karyawan yang menggunakan tanda pengenal.
2) Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan.
3) Alasan mengapa karyawan tidak menggunakan yang terdapat di buku laporan.
c. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan visitor akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

BAB VII
PENUTUP

Hak pasien dalam pelayanan kesehatan dilindungi oleh undang – undang. Dalam
memberikan pelayanan, rumah sakit menjamin hak pasien yang dilindungi oleh peraturan
perundangan tersebut dengan mengupayakan agar pasien mendapatkan haknya di rumah sakit.

-39-
Oleh karena itu, untuk penyeragaman pelayanan maka disusunlah Pedoman Hak Pasien dan
Keluarga di Rumah Sakit Sari Mulia.

Ditetapkan di Banjarmasin
Pada tanggal 01 Oktober 2022

DIREKTUR,

ILHAM NORMADINA

-40-

Anda mungkin juga menyukai