Anda di halaman 1dari 21

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PRIMA VISION


NOMOR : 001 / SK / DIR / RSKMPV / HPK-01 /VIII / 2017
TENTANG
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, KELUARGA
RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PRIMA VISION

Menimbang : a. Bahwa didalam rumah sakit, hubungan antara pasien,


dokter, perawat dan rumah sakit merupakan hubungan
yang sangat kompleks dan terus berkembang sesuai
dengan berubahnya tata nilai dan norma dalam
masyarakat;
b. Bahwa dengan semakin meningkatnya pendidikan dan
kesadaran masyarakat terhadap hukum maka tertib
hukum dalam pelayanan kesehatan yang pada intinya
akan memberikan kepastian hukum kepada pasien sesuai
dengan hak dan kewajibannya;
c. Bahwa untuk meningkatkan hubungan yang serasi dan
harmonis antara dokter, perawat, pasien dan rumah sakit
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit;
d. Berdasarkan butir a, b dan c maka dipandang perlu untuk
memberlakukan Hak dan Kewajiban Pasien ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Mata
Prima Vision.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
tahun 1996 tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
69 tahun 2014 tertanggal 17 Oktober 2014 tertanggal 17
Oktober 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/ MENKES/PER/XI/2006 tertanggal 28 Nopember
2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1165A / MENKES / SK / X / 2004 tertanggal 15
Oktober 2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menkes Republik Indonesia Nomor 436 /
MENKES / SK / VI / 1993, tertanggal 3 Juni 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
KHUSUS MATA PRIMA VISION TENTANG HAK
DAN KEWAJIBAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
KHUSUS MATA PRIMA VISION.

KEDUA : Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit Rumah Sakit


Khusus Mata Prima Vision sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.

KETIGA : Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan


Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Prima Vision tentang
Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit Khusus Mata
Prima Vision .

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan


apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal : 22 Agustus 2017
Direktur,

dr. Sujan Ali Fing, Sp.M


Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Prima Vision
Nomor : 001/SK/DIR/RSKMPV/HPK-01/VIII/2017
Tanggal : 22 Agustus 2017

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA


DI RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PRIMA VISION

1. Rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan proses yang


mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam asuhan/
pelayanan:
a. Rumah sakit melindungi hak pasien dan keluarganya selama dalam
proses pelayanan sesuai dengan undang-undang no 44 pasal 32 tahun
2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan RI no 69
tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien.
b. Pimpinan rumah sakit memahami hak serta kewajiban pasien dan
bertanggungjawab mengarahkan untuk memastikan agar seluruh staf
termasuk kelompok staf medis (KSM) dan staf klinis lainnya di unit
pelayanan melindungi hak pasien dan keluarga sesuai dengan peraturan
perundang- undangan
c. Rumah sakit menghormati hak serta kewajiban pasien dan dalam kondisi
tertentu terhadap keluarga pasien bahwa pasien memiliki hak untuk
menentukan informasi apa saja yang dapat disampaikan pada keluarga
dan pihak lain yang diinformasikan pada saat admisi.
d. Semua staf memperoleh edukasi dan memahami tentang hak serta
kewajiban pasien dan keluarga, juga dapat menjelaskan
tanggungjawabnya melindungi hak pasien.
2. Rumah sakit memberikan asuhan dan menghargai agama dan
keyakinan dan nilai-nilai pribadi pasien serta merespon permintaan -
permintaan yang berkaitan dengan bimbingan kerohanian.
a. Staf memberikan asuhan dengan cara menghormati agama, keyakinan
dan nilai-nilai pribadi pasien, dan menerapkannya dalam asuhan yang
diberikan selama pasien di rumah sakit.
b. Rumah sakit merespon/ menanggapi permintaan rutin maupun
permintaan kompleks terkait dukungan agama atau bimbingan
kerohanian, untuk keperluan dukungan agama sesuai dengan agama
yang diakui di Indonesia (Islam, Katholik, Prosestan, Hindu, Budha, dan
Kong hu chu).
c. Pelayanan kerohanian yang dilaksanakan secara rutin sesuai dengan
jadwal bimbingan kerohanian atau sesuai kebutuhan pasien, untuk
bimbingan kerohanian kompleks dapat menggunakan sumber dari luar
dengan perjanjian kerjasama atau dari pihak keluarga.
d. Petugas kesehatan dapat mengantarkan doa dengan cara yang
disesuaikan dengan kepercayaan dan agama pasien sebelum pemuka
agama datang.
e. Pelayanan kerohanian yang sudah dilakukan didokumentasikan di
formulir permintaan pelayanan kerohanian dan di formulir KIE.
f. Nilai dan kepercayaan berbeda dengan agama yang dianut pasien, tetapi
lebih kepada keyakinan pasien dan tetap harus dihormati, misalnya :
1) Tidak mau pulang di hari tertentu
2) Tidak mau obat yang mengandung alkohol
3) Tidak mau obat yang mengandung/ bersinggungan dengan bahan
yang tidak halal
4) Tidak mau makan makanan tertentu, misalnya daging, ikan yang
bersisik dll
5) Menolak dilayani oleh petugas laki-laki untuk pasien perempuan.
6) Menolak untuk diberikan pengobatan secara medis dan mencari
pengobatan alternatif.
3. Rumah Sakit menjaga kerahasiaan informasi pasien serta menghormati
kebutuhan privasi
a. Kerahasiaan informasi pasien
1) Pasien diberitahu bahwa segala informasi tentang kesehatan pasien
adalah rahasia dan akan dijaga sesuai peraturan perundangan, baik
informasi tertulis, lisan, elektronik maupun kombinasi tersebut dari
kehilangan atau penyalahgunaan.
2) Informasi tentang identitas, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan
dan riwayat pengobatan pasien dijaga kerahasiaannya oleh dokter,
dokter gigi, tenaga kesehatan dan staf rumah sakit lainnya.
3) Pasien diminta persetujuannya untuk pelepasan informasi yang tidak
tercakup dalam peraturan perundangan, pelepasan informasi tersebut
terdokumentasi dalam rekam medis pasien
4) Informasi pasien dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan undang- undang.
5) Rumah Sakit mengatur untuk tidak memasang informasi rahasia
pasien di pintu kamar pasien, lobby/ Nurse Station, dan tidak
membicarakan/ diskusi terkait pasien di ruang publik/ tempat umum.
6) Petugas yang mengakses data rekam medis pasien selain petugas
kesehatan dilakukan sumpah untuk tidak membuka rahasia pasien.
7) Penyimpanan berkas rekam medis ditempat yang aman dan tidak
dapat diakses orang atau pihak yang tidak mempunyai hak akses.
b. Menghormati kebutuhan privasi pasien
1) Perawat mengidentifikasi harapan dan kebutuhan privasi selama
dalam pelayanan dan pengobatan.
2) Semua staf memfasilitasi keinginan akan kebutuhan pasien untuk
privasi yang dihormati pada saat wawancara klinis, pemeriksaan
klinis, prosedur, pengobatan dan transfer pasien.
3) Wawancara klinis tidak dilakukan pada tempat terbuka dan tidak
dengan suara yang keras, melainkan dilakukan di ruangan khusus.
4) Pemeriksaan klinis dilakukan di ruangan khusus/ tersendiri/
menggunakan gorden tertutup dan terpisah dari pasien lain.
5) Saat melakukan tindakan dan pengobatan, perhatikan lingkungan
pasien dengan cara menutup scerem/ gorden.
6) Saat melakukan transfer pasien/ memindahkan pasien, pasien diberi
selimut/ penutup tubuh pasien sesuai dengan kondisi/ keadaan.
7) Permintaan pasien akan privasi khusus dihormati dan dijalankan oleh
petugas rumah sakit, misalnya :
 Perlindungan dari karyawan/ pasien lain
 Pasien tidak mau diketahui keberadaannya di rumah sakit/
masyarakat
 Tidak mau diketahui diagnosa/ pengobatannya
 Tidak mau dikunjungi oleh orang tertentu/ anggota keluarganya.
 Pasien tidak mau difoto, direkam, diikutsertakan dalam survei/
wawancara
8) Permintaan privasi khusus ditindak lanjuti menggunakan formulir
permintaan privasi khusus.

4. Rumah Sakit menetapkan ketentuan untuk melindungi harta benda


milik pasien dari kehilangan atau pencurian.
a. Rumah sakit memiliki proses mengidentifikasi dan melindungi barang
milik pasien yang dititipkan atau pasien tidak dapat menjaganya untuk
memastikan barang tidak hilang.
b. Proses ini berlaku pada pasien Emergensi, pasien bedah rawat sehari,
pasien rawat inap yang tidak mampu menjaga barang miliknya dan
mereka yang tidak mampu membuat keputusan tentang barang miliknya.
c. Rumah Sakit menetapkan bahwa untuk penitipan barang berupa uang,
perhiasan dan surat-surat berharga disimpan di dalam brankas (safety
box), khusus barang berupa tas tangan, kaca mata, kontak lensa, gigi
palsu dan barang elektronik disimpan dilemari terkunci oleh petugas
keamanan.
d. Petugas keamanan melakukan pemantauan terhadap pengunjung diluar
jam kunjung dan yang tidak memiliki kepentingan dengan pasien atau
pelayanan rumah sakit, memberikan nametag kepada pengunjung rumah
sakit dan penunggu pasien, dan melakukan pemantauan layar CCTV
setiap hari.
e. Pasien menerima informasi tentang tanggungjawab rumah sakit dalam
menjaga barang milik pasien pada saat admisi.

5. Perlindungan pasien rentan terhadap kekerasan fisik serta kelompok


pasien berisiko.
a. Rumah Sakit melakukan identifikasi kelompok pasien berisiko/ rentan
terhadap risiko kekerasan fisik yang terdiri dari:
1) Bayi,
2) Anak-anak usia < 12 tahun,
3) Pasien dengan kelainan kongenital/ cacat,
4) Pasien risiko jatuh (paska bedah, lansia, tirah baring, gangguan
kesadaran/ koma)
5) Pasien gangguan jiwa,
6) Pasien emergensi,
7) Pasien yang sedang diresusitasi,
b. Rumah sakit bertanggung jawab melindungi pasien dari kekerasan fisik
yang mungkin dilakukan oleh pengunjung, pasien lain dan staf rumah
sakit.
c. Rumah sakit menentukan area berisiko sbb :
1) Area publik ; terbuka untuk umum yaitu area parkir, rawat jalan dan
penunjang pelayanan.
2) Area tertutup; hanya dapat dimasuki orang tertentu dengan izin khusus
dan pakaian tertentu yaitu kamar Bedah
3) Area semi terbuka; area terbuka pada saat – saat tertentu dan tertutup
pada saat yang lain, yaitu rawat inap saat jam berkunjung menjadi area
terbuka, diluar jam berkunjung menjadi area tertutup.
d. Pasien/ keluarga diinformasikan jam berkunjung, diatur pengunjung diluar
jam kunjung dengan menggunakan kartu tamu yang ditukar dengan kartu
identitas dan dicatat pada buku oleh petugas keamanan.
e. Lokasi yang terpencil dilakukan pemantauan dengan menggunakan CCTV
dan dimonitor/ dipantau oleh petugas keamanan.
f. Staf rumah sakit melaksanakan proses perlindungan mencakup dari risiko
kekerasan fisik, hal-hal terkait keamanan, kelalaian (negligent) dalam
asuhan, tidak memberikan layanan, memberikan bantuan waktu terjadi
kebakaran atau bencana lainnya.

6. Rumah sakit mendukung partisipasi pasien dan keluarga dalam proses


asuhan melalui pengambilan keputusan tentang asuhan (second
opinion).
a. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses asuhan melalui
pengambilan keputusan tentang asuhan, bertanya tentang asuhan, meminta
pendapat orang lain (second opinion) tanpa rasa khawatir mempengaruhi
proses asuhan
b. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang kondisinya, hasil tes,
diagnosis, rekomendasi tindakan, dan sebagainya, rumah sakit tidak
menyembunyikan informasi ini jika pasien meminta second opinion.
c. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang rencana asuhan dari hasil
asesmen awal meliputi diagnosis, rencana pengobatan/ tindakan/
pemeriksaan, hasil asuhan yang diharapkan oleh pasien/ keluarga serta
kemungkinan yang tidak diharapkan oleh pasien/ keluarga, kondisi DNR
sesuai hasil asesmen.
d. Rumah sakit (DPJP, manajemen, atau perawat) membantu untuk mencari
second opinion baik di dalam maupun di luar rumah sakit sesuai dengan
ketentuan, yaitu dokter yang mempunyai STR dan SIP baik di dalam
maupun di luar rumah sakit.
e. Staf dilatih untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam peran mereka
mendukung hak pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan.
f. Pasien/ keluarga dijelaskan tentang perkiraan biaya sesuai dengan
perencanaan pelayanan/ asuhan pasien oleh petugas admision.

7. Pasien dan keluarga diberitahu semua aspek asuhan medis informasi


penyakit dan rencana tindakan oleh DPJP serta para PPA agar dapat
memutuskan tentang asuhannya.
a. Pasien diberikan penjelasan/ informasi tentang kondisi medis, diagnosis
pasti, rencana asuhan, tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan,
pasien/ keluarga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan termasuk
kejadian yang tidak diharapkan/ diduga oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), terdokumentasi pada formulir informed consent untuk
tindakan yang memerlukan persetujuan khusus tindakan/ informed consent
b. Rumah Sakit memberikan informasi rencana asuhan, tindakan,
pengobatan yang akan dilakukan dan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan serta hasil asuhan termasuk kemungkinan hasil yang tidak
terduga dijelaskan oleh DPJP/ Dokter.
c. Rumah Sakit memberikan informasi tentang hak pasien dalam partisipasi
membuat keputusan terkait asuhan yang diinginkan.
d. Pasien / keluarga diberikan penjelasan tentang faktor-faktor terkait
rencana asuhan yang harus ada persetujuan khusus, diperoleh sebelum
dilakukan prosedur atau tindakan tertentu yang berisiko tinggi antara lain :
1) Tindakan operasi/ bedah
2) Tindakan anestesi lokal
3) Pembrian pengobatan berisiko tinggi
e. Pada kondisi pasien tidak mau diberitahu tentang diagnosis penyakitnya
atau berpartisipasi dalam keputusan tentang asuhannya, mereka diberi
kesempatan dan dapat memilih berpartisipasi melalui anggota
keluarganya, teman, atau wakil yang dapat mengambil keputusan.
f. Staf yang terlatih menjelaskan setiap tindakan/ prosedur yang diusulkan
kepada pasien dan keluarga dengan bahasa yang mudah dipahami
meliputi:
1) Diagnosis ( diagnosis kerja dan diagnosis banding) dan dasar
diagnosis;
2) Kondisi pasien;
3) Tindakan yang diusulkan;
4) Tata cara dan tujuan tindakan;
5) Manfaat dan risiko tindakan;
6) Nama orang mengerjakan tindakan;
7) kemungkinan alternatif dari tindakan;
8) Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan
g. Pasien diberitahu/ diinformasikan tentang DPJP dan PPA lainnya sebagai
penanggung jawab asuhan pasien saat pertama kali bertemu dan
diinformasikan PPA yang akan diberikan izin melakukan tindakan atau
prosedur dan memenuhi persyaratan mempunyai rincian kewenangan
klinis.
h. Rumah sakit menetapkan proses untuk menjawab jika pasien meminta
tambahan informasi tentang kompetensi, pengalaman, dan jangka waktu
bekerja di RS dari DPJP dan PPJA (Perawat Penaggung Jawab Asuhan)
yang mudah diakses di seluruh pelayanan terkait.
i. Pasien mempunyai hak memilih dokter, dan staf rumah sakit menjelaskan
tentang dokter, dan kompetensi masing-masing dokter yang praktik di
rumah sakit.
j. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien melakukan visite
setaip hari, menentukan kesiapan pasien untuk rencana pemulangan,
keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
k. DPJP pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah dokter jaga IGD,
setelah dilakukan konsul via telepon dan dokter spesialis telah
memberikan instruksi terapi, maka DPJP telah beralih ke dokter spesialis.

8. Rumah Sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak dan


tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau
tidak melanjutkan pengobatan.
a. Pasien dan atau keluarga yang membuat keputusan atas nama pasien,
untuk memutuskan menolak atau tidak melanjutkan pelayanan atau
pengobatan yang direncanakan dan atau melanjutkan pengobatan/ asuhan
yang telah dijalankan/ atas permintaan sendiri/ pulang atas permintaan
sendiri.
b. Rumah Sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak mereka
untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan, diinformasikan tentang
konsekuensi dari keputusannya, serta bertanggung jawab atas
keputusannya.
c. Pasien dan keluarga diberitahu tentang alternatif pelayanan dan
pengobatan yang dapat dipilih oleh pasien atau keluarganya.

9. Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak


pelayanan resusitasi, menunda, atau melepas bantuan hidup dasar ( Do
Not Ressucitate )
a. Rumah Sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien menolak
pelayanan resusitasi, menunda atau melepas bantuan hidup dasar (DNR)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan mempertimbangkan
norma agama, dan budaya masyarakat.
b. Rumah Sakit mengatur proses dalam pelaksanaan menghormati keputusan
pasien atau keluarga tentang DNR.
c. Keputusan DNR dapat dibatalkan/ berubah sewaktu-waktu saat pelayanan
sedang berjalan.
d. Keputusan DNR dapat ditentukan oleh pasien sendiri (wasiat awal)/
keluarga/ dokter/ DPJP/ dokter anestesi.
e. Untuk memastikan bahwa proses pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan keinginan pasien dilakukan secara konsisten, rumah sakit
mengembangkan kebijakan dan prosedur melalui suatu proses yang
melibatkan banyak profesional dan sudut pandang yang memandu melalui
isu hukum dan etik.
f. Rumah Sakit mengatur tentang identifikasi tanggung jawab masing-
masing pihak yang terdokumentasi dapat berupa pernyataan pasien
sendiri, pernyataan dari keluarga, pernyataan penolakan tindakan medik
jika ada tindakan yang tidak mau dilakukan serta perintah yang dilakukan
oleh DPJP/ Intensivis.

10. Rumah Sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen dan manajemen
nyeri untuk mengatasi nyeri yang tepat
a. Asesmen dan manajemen nyeri dilaksanakan kepada seluruh pasien yang
mengeluh nyeri termasuk pasien kondisi tahap terminal dengan melakukan
skrining nyeri lebih dahulu.
b. Rumah sakit melakukan proses untuk berkomunikasi dan mendidik pasien
dan keluarga tentang pengelolaan nyeri, pasien didorong/ didukung untuk
melaporkan rasa nyeri dan mempertimbangkan pengaruh pribadi, budaya,
sosial dan spiritual.
c. Pasien yang mengalami nyeri dilakukan asesmen lanjutan dan
pengelolaan rasa nyeri secara teratur dan akurat, pemantauan derajat nyeri
dilakukan selama diberikan tatalaksana nyeri
d. Penilaian dan pengelolaan derajat nyeri disesuaikan dengan usia dan
kondisi pasien seperti pasien neonatus, bayi, anak, dewasa, pasien.
e. Rumah Sakit mendorong dan mendukung pasien untuk melaporkan rasa
nyeri yang dialaminya.

11. Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan


penuh hormat dan penuh kasih sayang di akhir kehidupannya
a. Perawat dan dokter melakukan asesmen terhadap kebutuhan pasien yang
sedang mengadapi kematian, tentang kebutuhan yang unik dalam
pelayanan penuh hormat dan kasih sayang, kenyamanan dan martabat
pasien terhadap semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupannya.
b. Rumah sakit melakukan identifikasi tentang kebutuhan pengobatan
terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap
aspek psikologis, sosial, emosional, agama (pelayanan kerohanian) dan
budaya pasien dan keluarganya dan melibatkan keluarga dapam
pengambilan keputusan pelayanan.
c. Pasien dalam tahap terminal (akhir hidup) diberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pasien dan keluarga untuk mendapatkan
pelayanan dan dilakukan asesmen ulang pada pasien kondisi terminal
dalam rekam medis
d. Rumah Sakit memberikan perhatian terhadap kenyamanan dan martabat
pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
e. Semua staf menghargai hak pasien yang sedang menghadapi kematian,
memiliki kebutuhan yang unik, dan dinyatakan dalam proses asuhan.

12. Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya


tentang proses menerima, menanggapi dan menindaklanjuti bila ada
keluhan, konflik serta perbedaan pendapat tentang pelayanan pasien
a. Rumah sakit mengelola keluhan, konflik serta perbedaan pendapat
tentang pelayanan, ditanggapi, dicatat, ditelaah, ditindaklanjuti dan
dicari penyelesaiannya.
b. Dilema konflik perbedaan pendapat/ komplain dapat berupa masalah
akses dari pendaftaran pasien, transfer dan pemulangan pasien, etis
dalam asuhan pasien dan dalam pelayanan nonklinis misalnya
keuangan, pengobatan, etik dan hokum.
c. Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan tentang keluhan terhadap
pelayanan, konflik atau dilema yang dialami pasien dan memperoleh
informasi sejak pasien masuk rawat inap melalui penjelasan hak pasien
dan keluarga oleh petugas admision.
d. Rumah sakit telah mengidentifikasi dan menetapkan cara-cara
menyelesaikan/ mencari solusi terhadap dilema atau keluhan.
e. Penyampaian keluhan/ konflik dapat disampaikan pada customer
service/ petugas yang ditemui di rumah sakit
f. Petugas yang bertanggung jawab adalah penanggung jawab unit
kerja, customer service, dan Kepala Jaga bila diluar jam kerja dan tetap
mengikutsertakan pihak pasien/ keluarga dalam proses
penyelesaiannya.

13. Semua pasien diberi tahu tentang hak serta kewajiban dengan metode
dan bahasa yang mudah dimengerti.
a. Pemberian informasi 18 hak pasien dan keluarga sesuai dengan Undang-
undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta 8 Kewajiban
Pasien sesuai dengan Permenkes nomor 69 tahun 2014 tentang
kewajiban RS dan kewajiban pasien
b. 18 hak pasien dan keluarga sesuai dengan Undang-undang nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit :
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain (second opinion) yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) baik
di dalam maupun di luar rumah sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data – data medisnya.
10) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
11) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17) Mengadukan rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.
18) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. 8 Kewajiban Pasien sesuai dengan Permenkes nomor 69 tahun 2014
tentang kewajiban RS dan kewajiban pasien
1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab;
3) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga
kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit;
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya ;
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial an jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga
kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penejlasan sesuai ketentuan
peraturan perundangan-undangan;
7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi direkomendasikan oleh tenaga kesehatan
dan/ atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya; dan
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
d. Rumah Sakit memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien
dengan cara dan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien dan
memberikan leaflet/ bannner/ media elektronik yang di letakkan di area
pelayanan Rumah Sakit dan mudah diakses.
e. Jika ada hambatan dalam berkomunikasi/ komunikasi tidak efektif maka
dapat memanggil penerjemah bahasa atau dapat melibatkan keluarga
pasien
f. RS memberikan hak kepada pasien/ keluarga dalam kondisi khusus/
istimewa/ tertentu kepada pasien dan keluarga selama dalam perawatan
antara lain: memberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga,
paliatif care/ kondisi terminal dapat didampingi, tidak mau diketahui
diagnosa/ pengobatannya.
g. Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penjelasan
tentang hak pasien dan keluarga.

14. Persetujuan Umum/ General Consent


a. Persetujuan umum/ general consent diberikan pada pasien baru pertama
kali di rawat jalan dan setiap pasien masuk rawat inap oleh petugas
admisi;
b. Rumah sakit menggunakan formulir persetujuan umum/ general consent
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dengan cakupan dan batasan
persetujuan umum dan terdokumentasi pada rekam medis pasien;
c. Persetujuan umum/ general consent berisi persetujuan tindakan berisiko
rendah, prosedur diagnostik, pengobatan lainnya tentang hal yang
berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan, terkait dengan
keputusan persetujuan secara umum.
d. Pada proses persetujuan umum/ general consent, pasien diberikan
kesempatan untuk membaca, kemudian jika sudah mengerti maka pasien
diminta untuk menandatangani persetujuan umum.

15. Persetujuan Khusus ( Informed Consent )


a. Pernyataan persetujuan dari pasien didapat melalui proses yang
ditetapkan Rumah Sakit yang dilaksanakan oleh DPJP dan staf yang
terlatih dalam bahasa yang dapat dipahami pasien dan sesuai dengan
perundang-undangan.
b. Persetujuan khusus tindakan kedokteran (informed consent) diperoleh
sebelum operasi, anastesi termasuk sedasi, penggunaan darah atau
produk darah dan tindakan/ prosedur invasif serta pengobatan tertentu
yang berisiko tinggi.
c. Untuk mendapatkan persetujuan, pasien harus diberikan penjelasan
tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang telah
direncanakan, terkait dengan keputusan persetujuan tersebut.
d. Pasien dapat memutuskan memberikan/ menolak persetujuan khusus
sesuai dengan keputusan pasien, setelah mendapatkan penjelasan.
e. Batas waktu pemberlakuan persetujuan tindakan kedokteran selama tidak
ada perubahan masih dapat berlaku, jika ada perubahan/ ada
kemungkinan timbul komplikasi/ penyulit harus dijelaskan ulang dan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran/ melakukan verifikasi
f. Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan
persetujuan khusus/ informed consent
g. Proses pemberian persetujuan tindakan terdokumentasi dalam rekam
medik
h. Pemberi persetujuan harus kompeten dan disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan sesuai dengan ketentuan antara lain:
1) Suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung,
saudara-saudara kandung, pengampunya dan induk semang.
2) Pasien anak/ remaja usia > 18 tahun sesuai dengan Permenkes no
290 tahun 2008
3) Pasien sendiri telah berusia 21 tahun atau telah menikah
4) Anak < 21 tahun : ayah/ ibu kandung, saudara kandung
5) Anak < 21 tahun tidak ada orang tua/ berhalangan hadir : ayah/ ibu
adopsi, saudara kandung, induk semang
6) Pasien dewasa gangguan mental: ayah/ ibu kandung, wali yang sah,
induk semang, pengampu pasien
7) Pasien yang telah menikah/ orang tua: suami/ istri, ayah/ibu
kandung, anak kandung, saudara kandung.
i. Rumah sakit menyusun daftar pengobatan/ tindakan/ prosedur yang
memerlukan informed consent/ persetujuan khusus.
Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal : 22 Agustus 2017
Direktur,

dr. Sujan Ali Fing, Sp.M

Anda mungkin juga menyukai