KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
NOMOR :
/AKR/RSUD-2015
TENTANG
HAK PASIEN DAN KELUARGA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
2006.
Undang - Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
DAN KELUARGA
Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga seperti yang tertera pada lampiran Surat Keputusan
KETIGA
ini.
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan aturan hak pasien dan keluarga di RSUD
Dr. M. Zein Painan dilaksanakan oleh Kepala Bidang Pelayanan RSUD Dr. M. Zein
KEEMPAT
Painan.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini, maka akan diperbaiki
kembali sebagaimana mestinya dan agar dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung
jawab.
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-1.0/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputin diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DIREKTUR
H. BUSRIL
PANDUAN
HAK PASIEN DAN KELUARGA
BAB I
DEFINISI
1.
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya, sesuai dengan
keadilan, moralitas dan legalitas.
2.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak dilaksanakan.
3.
General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang diberikan oleh pasien
terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.
4.
Informed Consent adalah pernyataan setuju (consent) ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara
bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.
5.
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan sehat maupun
sakit.
6.
Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan
pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7.
Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung
atau pengampunya.
a)
Ayah :
-
Ayah kandung
Termasuk ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hukum adat
b) Ibu :
-
Ibu kandung
Termasuk ibu adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hukum adat.
c)
Suami :
-
Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
d) Istri :
-
Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki- laki berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri perlindungan hak keluarga dapat
diberikan kepada salah satu istri.
BAB II
RUANG LINGKUP
Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar pasien
mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga kesehatan yang memenuhi standar
pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
1. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan:
a) Bahwa upaya kesehatan yang semula di titik beratkan pada upaya penyembuhan penderita,
secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh.
b) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat
perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.
c) Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat.
d) Bahwa meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup tenaga, sarana,
prasarana baik jumlah maupun mutu.
e) Bahwa pelayanan kesehatan amat penting apabila dihadapkan pada pasien yang sangat
membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para pasien.
f) Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena merupakan sifat yang
melekat pada setiap hak yang dimiliki.
g) Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi kewajibannya, oleh karena
itu kewajiban menjadi hak yang paling utama dilakukan.
h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang bersifat timbal
balik artinya pihak-pihak tersebut dapat terlindungi atas hak-haknya bila melakukan
kewajibannya.
i) Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan informasi
atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan disampaikan melalui keluarga.
j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus ada pedoman
sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit.
k) Menyediakan tenaga keamanan yaitu satpol PP untuk memantau area di lingkungan rumah
sakit.
l) Menyediakan tenaga penterjemah, baik bagi pasien yang tidak bisa memahami bahasa
Indonesia maupun bagi pasien tuna rungu.
m) Memberikan Informasi bila terjadi penundaan pelayanan.
n) Menyediakan formulir permintaan rohaniawan.
o) Menyediakan formulir permintaan menyimpan harta benda.
p) Menyediakan formulir pelepasan informasi.
pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain, dalam situasi tertentu.
b) Pasien diinformasikan tentang kerahasiaan informasi dalam rekam medik pasien, pembukaan
atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam rekam medik diperbolehkan dalam UU No
29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut:
1)
Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum misalnya, visum et
repertum
2)
3)
4)
c) Pasien diminta persetujuannya untuk membuka informasi yang tidak tercakup dalam undangundang dan peraturan.
d) Rumah Sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan membatasi akses ke
ruang penyimpanan rekam medik, tidak meletakan rekam medis pasien ditempat umum, dan
sebagainya.
e) Rumah Sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk pelayanan rohani
atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien. Respon tersebut antara lain
dengan menyediakan rohaniawan serta buku doa
f) Menyediakan partisi/ sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di ruang perawatan
g) Menyediakan loker/lemari untuk menyimpan harta benda pasien memasang CCTV pada area
yang perlu pengawasan ketat seperti di ruang perinatology, serta area Rumah Sakit yang jauh
dari keramaian.
h) Memasang kunci pengaman pada area yang
mempunyai
akses
perynatologi dan tempat penyimpanan obat- obatan berbahaya di gudang farmasi, dan
sebagainya.
i) Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang masuk ruang
perawatan.
j) Menyediakan tenaga satpol PP untuk memantau area di lingkungan Rumah Sakit.
4. Kewajiban Pasien
Kewajiban pasien tertuang dalam Persetujuan Umum atau disebut juga general consent yaitu persetujuan
yang bersifat umum yang diberikan pasien pada saat masuk ruang rawat inap atau didaftar pertama kali
sebagai pasien rawat jalan, yaitu :
a) memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan sakit sekarang, riwayat medis
yang lalu, medikasi/pengobatan dan hal-hal lain yg berkaitan dengan kesehatan pasien.
b) Mengikuti rencana pengobatan yg di-advis-kan oleh dokter termasuk instruksi para perawat
dan tenaga kesehatan yang lain sesuai perintah dokter.
c) Memperlakukan staf Rumah Sakit dan pasien lain dengan bermartabat dan hormat serta tidak
melakukan tindakan yang akan mengganggu operasional Rumah Sakit.
d) Menghormati privasi orang lain dan barang milik orang lain dan Rumah Sakit.
e) Tidak membawa alkohol, obat-obat terlarang atau senjata tajam ke dalam Rumah Sakit
f) Menghormati bahwa Rumah Sakit adalah area bebas rokok.
g) Mematuhi jam kunjungan dari Rumah Sakit.
h) Meninggalkan barang berharga di rumah dan membawa hanya barang-barang yang penting
selama tinggal di Rumah Sakit.
i) Memastikan bahwa kewajiban finansial atas asuhan pasien dipenuhi sebagaimana kebijakan
Rumah Sakit
j) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri apabila menolak pengobatan atau advis yang
diberikan oleh dokter.
BAB III
TATA LAKSANA
Selanjutnya, UU no. 29/2004 pada pasal 46 menyatakan dokter WAJIB mengisi rekam
medis untuk mencatat tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien secara clear, correct dan
complete. Dalam pasal 47, dinyatakan, rekam medis merupakan milik Rumah Sakit yang wajib dijaga
kerahasiannya, tetapi ISI-nya merupakan milik pasien. Artinya, pasien BERHAK mendapatkan
salinan rekam medis dan pasien BERHAK atas kerahasiaan dari isi rekam medis miliknya tersebut,
sehingga Rumah Sakit tidak bisa memberikan informasi terkait datadata medis pasien kepada orang
pribadi/perusahaan asuransi atau ke media cetak /elektronik tanpa seizin dari pasiennya.
3. Pada Saat Perawatan
Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan privasi baik saat wawancara klinis,
saat dilakukan tindakan ataupun menentukan siapa yang boleh mengunjunginya. Begitu pula untuk
pelayanan rohani, pasein berhak mendapatkan pelayanan rohani baik secara rutin maupun secara
insidensial manakala dibutuhkan.
RSUD Dr.
HAK PASIEN DAN KELUARGA
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
No. Revisi
001-HPK
Tanggal Terbit
STANDAR
Halaman
1/2
Ditetapkan Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
01 Maret 2015
PROSEDUR
keluarga.
Tersedia formulir tentang hak pasien dan keluarga, tata tertib Rumah
2.
3.
UNIT TERKAIT
Direktur
Staf Medis
Managemen Rumah Sakit
PKRS
Klinik Rawat Jalan
Klinik Rawat Inap
IGD
Seluruh Pegawai Rumah Sakit
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-1. 1/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KEROHANIAN
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan, maka diperlukan aturan tentang Pelayanan
Kerohanian;
b.
c.
Zein Painan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
:
:
KEDUA
KETIGA
Keputusan ini.
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan aturan Pelayanan Kerohanian di
RSUD Dr. Muhammad
KEEMPAT
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN :
1.
: 01-1.1/III/AKR/RSUD/2015
: 01 Maret 2015
: Kebijakan Pelayanan Kerohanian
Memberikan pelayanan kerohanian kepada pasien sebagai hak pasien dan keluarga dengan menghormati
nilai-nilai pribadi dan kepercayaan pasien tersebut yang merupakan bagian dari proses pelayanan selama
pasien dirawat di rumah sakit.
2.
Pasien/ keluarga yang berkeinginan dilayani oleh rohaniawan dilakukan dengan prosedur yang sudah
ditetapkan oleh rumah sakit melalui staf bidang pelayananan rumah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
3.
Proses pelayanan kerohanian untuk pasien beragama Islam, oleh RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
disediakan Rohaniawan/Konseris yang dilaksanakan oleh Staf Pelayanan yang ada di Rumah Sakit.
4.
Untuk pelayanan bimbingan kerohanian selain agama islam, maka perawat ruangan akan berkoordinasi
dengan Manajemen Rumah Sakit maupun pasien dan keluarga untuk mendapatkan informasi kemana
rohaniawan yang bisa dihubungi oleh pihak RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
5.
Diusahakan untuk menjalin kerjasama dengan Pemuka agama atau Rohaniawan dari semua Agama, agar
dapat melayani kebutuhan rohani pasien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
DIREKTUR
H. BUSRIL
PANDUAN
PELAYANAN KEROHANIAN
BAB I
DEFINISI
Pelayanan kerohanian merupakan bagian internal dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan biologi, psikologi, sosiologi dan spiritual lyang kompehensif karena pada
dasarnya setiap diri manusiaterdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic Spiritual, DadangHawani, 1999).
1.
Pelayanan kerohanian pasien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan adalah kegiatan bimbingan
dan pemulihan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai bentuk upaya kepedulian kepada
2.
c.
d.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan kerohanian bagi pasien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan meliputi:
1.
Pelayanan bimbingan kerohanian dengan tenaga konseris langsung dari internal RSUD Dr.
2.
Muhammad Zein Painan baru untuk pelayanan bimbingan kerohanian agama Islam.
Untuk pelayanan bimbingan kerohanian selain agama Islam,maka perawat ruangan akan
berkoordinasi dengan Manajemen Rumah Sakit maupun pasien dan keluarga untuk mendapatkan
informasi kemana Rohaniawan yang bisa dihubungi oleh pihak RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan.
BAB III
TATA LAKSANA
Tata laksana pelayanan kerohanian bagi pasien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tentang pelayanan
kerohanian kepada pasien adalah sebagai berikut:
1.
Pasien/keluarga melapor keperawat ruangan jika ingin mendapatkan pelayanan kerohanian dengan
2.
3.
4.
Painan.
Bila pasien meminta pelayanan kerohanian diluar agama Islam, perawat ruangan akan
berkonsultasi terlebih dahulu dengan manajemen pelayanan Rumah Sakit untuk menghubungi
5.
6.
BAB IV
DOKUMENTASI
1.
2.
3.
RSUD Dr.
PELAYANAN KEROHANIAN
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
No. Revisi
002-HPK
Tanggal Terbit
STANDAR
Halaman
Ditetapkan Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
bersangkutan.
Konseris/Rohaniawan mengisi Form Pelaksanaan Pelayanan Kerohanian ketika
telah selesai melaksanakan tugasnya.
UNIT TERKAIT
Umur
Alamat
ini
menyatakan
permintaan
pendampingan
pelayanan
kerohaniaan
agama/kepercayaan ......................................................................................................................
Kepada RSUD Dr. Muhammad Zein Painan terhadap pasien:
Nama
: ..........................................................................................................................
No. RM : ..........................
Umur
: ......................
Alamat : .................................
Demikian surat permohonan permintaan pelayanan kerohaniaan ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.
Painan,
Diketahui oleh perawat
(...............................................)
2015
(...............................................)
Umur
Agama
Alamat
No. RM
Umur
Alamat
Demikian pernyataan ini saya buat sebagai bukti pelaksanaan pelayanan kerohanian di RSUD Dr,
Muhammad Zein Painan.
Painan,
Pasien/Keluarga Pasien
(...........................................)
2015
Konseris/Rohaniawan
(...........................................)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-1.2/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-1.2/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
Pada semua tindakan/pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter ataupun perawat di kamar
2.
perawatan, pastikan privasi pasien terlindungi dengan pintu dan tirai kamar tertutup.
Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan pemeriksaan penunjang atau
pindah rawat/kamar, pastikan saat transfer privasi pasien terlindungi, contoh dengan
3.
4.
menggunakan selimut.
Pastikan dokumen rekam medis/file pasien tersimpan pada tempatnya.
Memastikan seluruh staf Rumah Sakit tidak membicarakan hal-hal yang menyangkut
kondisi/penyakit pasien di area umum.
Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat di ruang
2.
konsultasi pastikan privasi pasien terlindungi dengan pintu dan tirai ruangan tertutup.
Memastikan seluruh staf Rumah Sakit tidak membicarakan hal-hal yang menyangkut
kondisi/penyakit pasien di area umum.
DIREKTUR
H. BUSRIL
PANDUAN
PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
A. Pendahuluan
Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan /ketetapan yaitu : PP No. 10 Tahun
1966 dan PP No. 33 Tahun 1963 untuk dokter gigi yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan
termasuk mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan
dan / atau perawatan diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran. Pasal 22 ayat (1) b PP No. 32
Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan diatur bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien. Kode Etik kedokteran dalam pasal 12 menetapkan setiap dokter wajib
merahasiakan sesuatau yang diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga penderita itu
meningggal dunia. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan
pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Dan pasal 51 huruf c Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 adanya kewajiban merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meningggal dunia.
Berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran tersebut diatur dalam pasal 10 ayat (2)
Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis sebagai berikut: Informasi tentang
identitas pasien, diagnosis, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
a. Untuk kepentingan kesehatan
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas
c.
d.
e.
permintaan pengadilan
Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri
Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien.
Mengenai rahasian kedokteran dikenal adanya trilogy kedokteran yang meliputi persetujan
tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu sama lain. Jika
menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien dan bahan rahasia
kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis.
Hak Atas Privasi
Hak privasi ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari hak ini adalah suatu
hak atau kewenangan untuk tidak diganggu. Setiap orang berhak untuk tidak dicampuri urusan
pibadinya oleh orang lain tanpa persetujuannya. Hak atas privasi disini berkaitan dengan hubungan
teraupetik antara dokter-pasien. Hubungan ini didasarkan atas kepercayaan bahwa dokter itu akan
berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan pengobatan. Selain itu pula
kepercayaan bahwa penyakit yang diderita tidak akan di ungkapkan lebih lanjut kepada orang lain
tanpa persetujuannya.
Dalam pasal 11 Permenkes No. 26/ Menkes/Per/ III/2008 diatur bahwa penjelasan tentang
isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan
izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis, prosedur tindakan, pengobatan, dokter
atau perawat atau bidan atau petugas medis lainnya wajib melindungi privasi pasien, diagnosa
pasien dan lainnya, dapat juga menutup korden pintu pada saat dilakukan pemeriksaan atau
pengobatan semua bergantung dari kebutuhan pasien.
B. Pengertian
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada
suatu kondisi atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau
justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain.
Adapun definisi lain dari pivasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol
interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan atau kemampuan untuk mencapai interaksi
seperti yang diinginkan. Privasi jangan dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara
fisik terhadap pihak pihak yang lain.
Identifikasi privasi pasien adalah suatu proses untuk mengetahui kebutuhan privasi pasien
selama dalam rumah sakit.
Privasi pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu dilindungi dan dijaga selama dalam
rumah sakit.
a. Faktor Privasi
Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu penelitian pria lebih memilih
ruangan yang terdapat tiga orang sedangkan wanita tidak mempermasalahkan isi dalam
ruangan itu. Menurut Maeshall, perbedaan dalam latar belakang pribadi akan behubungan
dengan kebutuhan privasi.
b.
Faktor Situasional
Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan
mengizinkan orang-orang di dalamnya untuk mandiri.
c.
Faktor Budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya privasi yang di
inginkan, tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi. Misalnya
rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap muka jalan, tinggal di rumah kecil
dengan dinding dari bamboo. Terdiri dari anak, ayah dan ibu.
C. Tujuan
Guna mengetahui kebutuhan pasien akan privasinya selama dalam rumah sakit sebagai
bentuk kepedulian rumah sakit yang diterapkan untuk melingdungi hak asasi pasien (hak privasi).
D. Prosedur
Untuk Pasien Rawat Inap
1. Perawat menerima pasien baru dan melakukan indentifikasi pasien dengan meminta pasien
2.
3.
Memastikan prefensi pasien untuk gender atau jenis kelamin petugas yang di beri izin
masuk kamar
4. Pada semua tindakan atau pemerikasaan yang di lakukan oleh dokter dan perawat di kamar
5.
perawatan pastikan privasi pasien terlindungi dengan pintu atau tirai kamar tertutup.
Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan di lakukan pemeriksaan penunjang
pindah rawat atau kamar, pastikan saat transfer privasi pasien terlindungi, contoh dengan
6.
7.
menggunakan selimut
Pastikan dokumen/file pasien terdapat pada tempatnya
Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang menyangkut pasien di
area umum
konsultasi tertutup.
Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang menyangkut
pasien di area umum.
RSUD Dr.
PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
003-HPK
Ditetapkan Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
Drg. H. Busril, MPH
PENGERTIAN
TUJUAN
01 Maret 2015
NIP. 19740227 200212 1004
Pelayanan di Rumah Sakit dengan tetap menghormati privasi pasien saat medapat
perawatan.
Mengetahui kebutuhan pasien akan privasinya selama dalam Rumah sakit sebagai
bentuk kepedulian Rumah Sakit yang diterapkan untuk melindungi hakhak pasien
KEBIJAKAN
(hak privasi)
SK Keputusan Direktur Nomor : 01-1.2/III/AKR/RSUD-2015 Tentang Kebijakan
Pelayanan Sesuai Kebutuhan Privasi Pasien.
PROSEDUR
1.
2.
3.
RSUD Dr.
PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
003-HPK
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR
c) Pastikandokumen/file pasien terdapat pada tempatnya.
d) Memastikan seluruh staf rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut pasien di area umum.
UNIT TERKAIT
: .........................................................................................
NO. RM
: .........................................................................................
Nama
: .........................................................................................
Alamat
: .........................................................................................
Nomor Telepon/HP
: .........................................................................................
bernama ................................................................................................
(....................................................)
Pasien/Keluarga/Wali
(....................................................)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-1.3/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
PERLINDUNGAN HARTA BENDA MILIK PASIEN
a.
bahwa dalam
pelayanan RSUD
Dr.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
Perlindungan Harta Benda Milik Pasien di RSUD Dr. Muhamad Zein Painan wajib
dipatuhi oleh seluruh petugas maupun pasien/keluarga.
KEEMPAT
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini, maka akan
diperbaiki kembali sebagaimana mestinya dan agar dilaksanakan dengan penuh rasa
tanggung jawab.
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
Kebijakan Umum
Nomor
: 01-1.3/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan melindungi harta benda milik pasien ketika Rumah Sakit
mengambil alih tanggung jawab atau ketika pasien tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya.
Kebijakan Khusus
1.
2.
3.
DIREKTUR
H. BUSRIL
PANDUAN
PERLINDUNGAN HARTA BENDA PASIEN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seringkali terjadi banyak kasus atau peristiwa secara mendadak atau tiba-tiba rnisalnya
kecelakaan, pingsan, bencana alarn yang mengakibatkan timbulnya korban. Hal ini dapat
mengakibatkan suatu kondisi yang cukup berbeda yakni kepanikan, kacau, kecurigaan. Baik korban
yang mengalarni maupun orang yang melihat atau menolong. Kadang kala sering juga dalam
kesempatan tersebut kewaspadaan kurang akibat situasi yang tidak menentu. Sehingga dapat
berakibat adanya kehilangan barang atau benda terutama dan korban yang mengalami bencana.
Pengertian
Pengertian perlindungan adalah proses menjaga atau perbuatan untuk melindungi harta benda milik pasien
saat dirawat di Rumah Sakit..
Tujuan
1.
Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya adanya kehilangan harta benda
2.
Ruang Lingkup
Panduan ini diterapkan kepada semua pasien/pengunjung/karyawan selama berada dalam rumah
sakit.
Pelaksana panduan ini adalah semua karyawan yang bekerja di rumah sakit (medis ataupun non
medis).
Prinsip
1.
Semua pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus mendapat perlindungan
2.
harta benda pribadi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama berada dirumah sakit.
Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus berusaha menjaga harta
3.
benda pribadi.
Tujuan utarna perlindungan harta benda adalah untuk menjaga keamanan yang memiliki harta benda
4.
tersebut.
Perlindungan harta benda digunakan pada proses pasien/pengunjung/ karyawan masuk dalam rumah
sakit atau selama berada dalam lingkungan rurnah sakit.
BAB II
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
1.
2.
Bertanggung jawab memberikan perlindungan harta benda pasien dan memastikan perlindungan
Bertanggung jawab memberikan pengamanan harta benda pasien dan mernastikan pengamanan
Memastikan seluruh staf di Instalasi mernahami prosedur perlindungan harta benda pasien.
Menyelidiki semua insiden salah perlindungan harta benda pasien dan mernastikan terlaksananya
suatu tindakan untuk rnencegah terulangnya kembati kejadian tersebut.
Manajemen
Memantau dan memastikan panduan perlindungan harta benda dikeloa dengan baik oleh Kepala
Instalasi.
Menjaga
standarisasi
dalam
pasien/pengunjung/lkaryawan.
rnenerapkan
panduan
perlindungan
harta
henda
BAB III
TATA LAKSANA PERLINDUNGAN HARTA BENDA
I. PERLINDUNGAN PASIEN
Berlaku untuk pasien yang berada di rawat inap dimana dalam hal ini pasien mengenakan
perhiasan atan barang berharga lainnya dan sedang dalam kondisi akan dilakukan tindakan pelayanan
medis.
1) Tatalaksana perlindungan harta benda pasien
a. Semua pasien sebelum masuk rawat inap harus diinformasikan bahwa rumah sakit tidak
bertanggung jawab jika ada harta benda yang hilang sebab pada saat akan masuk rawat inap
b.
c.
d.
bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab atas harta benda pribadi milik pasien.
Pastikan adanya proses serah terima penyimpanan sementara untuk harta benda pribadi milik
pasien apabila pada pasien tersebut tidak ada keluarga yang mendampingi dan akan dilakukan
e.
f.
peristiwa kehilangan.
Jika perlu hubungi pihak yang berwajib untuk menangani kasus kehilangan harta benda milik
b.
c.
d.
PENGUNJUNG
1.
c.
d.
e.
kernudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak manajemen rumah sakit.
Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap harta benda maka harta
benda harus dipastikan dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan dan kemudian
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
kernudian bandingkan jawaban pengunjung dengan data yang tertulis dibuku laporan..
m. Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali pergantian jaga petugas
n.
kearnanan
Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda pengunjung harus menanyakan
ulang identitas pengunjung dan membandingkan data yang diperoleh dan laporan verifikasi
o.
pihak keamanan.
Pada kasus pengunjung yang tidak mau diberikan perlindungan harta benda:
Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
kearnanan.
Jika pengunjung menolak untuk diberikan perlindungan harta bendanya, petugas harus
lebih waspada dan mencari cara lain untuk memberikan perlindungan pada harta
2.
b.
pengunjung:
Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa).
Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana.
Pada saat terjadi kasus pencurian.
Pada saat pengunjung hilang kesadaran/ingatan.
Para staf RSUD Dr. Muhammad Zein Painan harus mengkonfirmasi pengunjung dalam
perlindungan harta benda dengan benar dengan menanyakan nama dan harta benda yang
akan dilindungi, kernudian niembandingkannya dengan data berdasarkan infornasi yang
didapat dan laporan petugas keamanan. Jangan menyebutkan nama dan harta benda yang
c.
d.
e.
kemudian catat pada buku laporan dan laporkan pada pihak manajemen rurnah sakit.
Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap harta benda maka harus
dipastikan harta benda dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan dan kemudian
f.
g.
dengan disertai tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku dan dibubuhi oleh
h.
i.
j.
k.
l.
kearnanan.
Pada kasus karyawan yang tidak mau diberikan perlindungan harta benda:
Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
Menolak diberikan perlindungan harta benda.
Tidak ada kepercayaan dari karyawan
Proses perlindungan harta benda harus diinformasikan akan risiko yang dapat tenjadi
jika tidak dilakukan. Alasan karyawan harus dicatat pada buku laporan petugas
keamanan.
Jika karyawan menolak untuk diberikan perlindungan harta bendanya, petugas harus
lebih waspada dan mencari cari lain untuk memberikan perlindungan pada harta benda
2.
2.
Pengunjung
1.
2.
BAB III
PENUTUP
Perlindungan terhadap kekerasan fisik merupakan salah satu unsur pada perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia
serta cara berpikir yang kritis dan rasional. Untuk itu Rumah Sakit harus dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik termasuk pelayanan perlindungan pada semua orang yang berada di
Iingkungan ruinah sakit.
Pengamanan perlindungan berlaku untuk siapapun yang berada dalam lingkungan rumah
sakit baik
untuk
perlindungan tersebut maka baik pasien/pengunjung atau karyawan harus memberikan Surat
Pernyataan Perlindungan secara tertulis sehingga jelas sejauh mana pengamanan akan diberikan.
Panduan Perlindungan Terhadap Harta Benda ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit
dalarn mengembangkan pengamanan sehingga dapat diketahui sumber daya rnanusia dan fasilitas
yang dirniliki oleh rumah sakit dalam menunjang pengamanan tersebut.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
NO. REVISI
HALAMAN
004-HPK
Tanggal Terbit
1/2
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
selama pasien dirawat dan akan dikembalikan saat pasien selesai berobat.
Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pasien yang dirawat terhadap
TUJUAN
KEBIJAKAN
1
2
Petugas menyimpan barang milik pasien dalam kantong yang telah di sediakan
Petugas membuat daftar barang sesuai spesifikasi barang dan kondisi barang yang
6
7
pada perawat ruangan pasien dirawat dengan formulir serah terima barang
Penyerahan barang milik pasien setelah pasien sadar diri atau kepada keluarga
RSUD Dr.
PENYIMPANAN BARANG BERHARGA MILIK PASIEN
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
004-HPK
2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT
IGD
Rawat Inap
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. REVISI
HALAMAN
005-HPK
Tanggal Terbit
1/2
STANDAR
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
Drg. H. Busril, MPH
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
diamankan.
Pencatatan dan penghitungan nilai barang tersebut harus disaksikan oleh petugas
Ruang IGD.
Setelah dilakukan pencatatan dengan teliti, barang tersebut disimpan di dalam
RSUD Dr.
PENYIMPANAN BARANG MILIK PASIEN DI IGD
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
005-HPK
2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT
IGD
SECURITY
RAWAT INAP
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-1.4/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu
Muhammad
Zein Painan,
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
Nomor
: 01-1.4/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan berrtanggung jawab terhadap pasien yang memerlukan
perlindungan dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien dan staf Rumah Sakit terutama pada
pasien bayi, anak-anak, lansia dan pasien lainnya yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri
selama dirawat di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
2
Bila ada laporan keluarga & petugas ruangan kepada Securiti/Satpol PP Rumah Sakit tentang
kekerasan fisik yang dialami pasien termasuk penyiksaan, kelalaian asuhan dan tidak
dilaksanakannya pelayanan atau bantuan kejadian kebakaran, petugas Securiti/ Satpol PP Rumah
Sakit melakukan investigasi dan bersama pimpinan rumah sakit melaksanakan penindakan sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku.
Jam berkunjung dilakukan dengan tepat waktu oleh Petugas Securiti/Satpoll PP Rumah Sakit
dengan menyisir semua area dan ruangan pasien terutama ruang Perynatologi, Kebidanan,
monitoring ruangan terpencil dan terisolasi di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Satpol PP Rumah Sakit bertindak/bereaksi cepat terhadap pasien yang berada dalam keadaan
bahaya atau kekerasan dengan kordinasi kepada petugas ruangan
DIREKTUR
H. BUSRIL
PANDUAN
PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK
BAB I
DEFINISI
I. PENGERTIAN
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain memukul, menendang,
menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan seksual, dan lain-lain yang dilakukan baik oleh
pasien, staf maupun oleh pengunjung di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau sosial termasuk pelecehan secara
verbal.
Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain, secara verbal (katakata yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau membunuh) atau merusak harta
benda.
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan,
pemukulan,
pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti pasien, pengunjung atau staff RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai
sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap, pengunjung atau staff RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan. Istilah kekerasan juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan
terhadap orang.
II. II. TUJUAN
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak-anak dan
yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari kekerasan fisik yang dilakukan
oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien
berisiko yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Dan juga buku panduan ini digunakan sebagai
acuan bagi seluruh staf RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dalam melaksanakan pelayanan
perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita, anak-anak dan yang berisiko
disakiti.
BAB II
TATA LAKSANA
A. Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien sebagai berikut :
1.
Petugas Rumah Sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui pengkajian secara
terperinci.
2.
Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien: Perawat unit bertanggung jawab untuk
mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik dan psikologis
dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
3.
Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit : Perawat unit bertanggung jawab
menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut.
4.
Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggung jawab dan memiliki wewenang
untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki area RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan.
5.
Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun dilokasi terpencil
atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV (Closed Circuit Television) yang terpantau oleh
Direktur.
6.
Setiap pengunjung rumah sakit RSUD Dr. Muhammad Zein Painan wajib mengisi daftar buku
pengunjung dan penunggun pasien wajib memakai tanda pengenal selama berada di dalam RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan.
7.
Pemberlakuan jam berkunjung pasien : Senin jumat pagi : jam 10.00 12.00 WIB Sore : jam
15.00 17 .00 WIB
8.
9.
Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai pengunjung yang
mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun kekerasan.
10. Petugas keamanan mengunci akses pintu penghubung antar unit pada jam 21.00 WIB.
11. Pengunjung diatas jam 22.00 WIB lapor dan menulis identitas pengunjung pada petugas keamanan.
B. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :
1. Pasien Rawat jalan
yang dituju dengan memakai alat bantu brangkar atau kursi roda bila diperlukan.
Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan
sampai selesai.
Pendampingan oleh perawat dan mengantarkan sampai ke tempat periksa yang dituju jika
periksa
Meminta keluarga untuk menjaga pasien, baik oleh keluarga atau pihak yang ditunjuk dan
dipercaya.
3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat menggunakan bel
tersebut.
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.
D. Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak:
1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan tidak boleh
ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan
yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang yang keluar masuk dari ruang
tersebut.
5. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan kepada
keluarga yang lain.
E. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti ( risikopenyiksaan, napi, korban
dan tersangka tindak pidana, korban kekeran dalam rumah tangga ) :
1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat.
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas dikantor perawat,berikut
dengan penjaga psien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien berisiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi perawatan pasien,penjaga
maupun pengunjung pasien.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.
F. Daftar kelompok pasien berisiko adalah sebagai berikut :
1. Pasien dengan cacat fisik dan cacat mental.
2. Pasien usia lanjut
3. Pasien bayi dan anak-anak
4. Korban kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT)
5. Pasien Napi,korban dan tersangka tindak pidana.
BAB III
PENUTUP
Dengan ditetapkan panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut penderita
cacat, anak anak dan yang beresiko disakiti maka setiap personil RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
dapat melaksanakan prosedur perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat,
anak anak yang beriso disakiti dengan baik dan benar serta melayani pasien dengan memuaskan.
KODE DARURAT
KODE
SIMBOL
PANGGILAN
DARURAT
161(Pos
Kebakaran
MERAH
Keamanan)
108 (Kasi
Pelayanan)
139 (IGD)
BIRU
BIRU
MERAH MUDA
Depan)
142 (Pos
Keamanan
Belakang)
161 (Pos
Keamanan
ABU-ABU
Depan)
142 (Pos
Keamanan
Belakang)
161 (Pos
Keamanan
PERAK
Depan)
142 (Pos
Keamanan
Belakang)
161 (Pos
Keamanan
Ancaman bom
KUNING
Depan)
142 (Pos
Keamanan
Bencana di dalam RS
TRIAGE DI RS
Belakang)
161(Pos
Keamanan)
108 (Kasi
Pelayanan)
139 (IGD)
161(Pos
Bencana di luar RS
Keamanan)
TRIAGE DI LUAR
108 (Kasi
RS
Pelayanan)
139 (IGD)
132 (IPLRS)
108 (Kasi
ORANYE
Pelayanan)
161 (Pos
Keamanan)
Nama
Alamat
No. Identitas
Keterangan
Nama Pasien
TT
Pengunjung
(KTP/SIM)
& Kelas
Jam
Jam
Perawatan
Datang
Pulang
Painan,...............................................................
Petugas Keamanan
(...........................................................
.....)
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
1/1
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
01 Maret 2015
PENGERTIAN
Tata cara menerima pengunjung yang akan membezuk di rumah sakit.
TUJUAN
Terjaganya ketertiban saat bezuk dan menjaga kenyamanan pasien saat dalam
perawatan di Rumah Sakit.
KEBIJAKAN
Kebijakan
Direktur
RSUD
Dr.
Muhammad
Zein
Painan
No
01-
1.4/III/AKR/RSUD-2015
PROSEDUR
1.
2.
3.
membezuk
Perawat di ruangan yang bersangkutan menanyakan data pengunjung
Perawat mengkonfirmasikan terlebih dahulu ke pasien, bila pasien bersedia
4.
5.
6.
7.
8.
UNIT TERKAIT
1.
2.
Satuan Pengamanan/satpol pp
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
007-HPK
Tanggal Terbit
STANDAR
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
1.
2.
3.
4.
5.
UNIT TERKAIT
3.
4.
OK
5.
IGD
6.
Keamanan
Tujuan :
Memberikan sistem kondisi umum dan petunjuk khusus sebagai bantuan dalam menghadapi kondisi
darurat.
Menciptakan kondisi yang aman dan selamat di lingkungan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
terkait dengan kedaruratan dan kesehatan kerja .
Sasaran :
Terciptanya suasana aman dan selamat bagi karyawan, pasien maupun pengunjung RSUD Dr. Muhammad
zein Painan.
Definisi :
APAR atau alat pemadam api ringan (fire extinguisher) adalah alat yang dipakai untuk
memadamkan api/kebakaran pada tahap dini untuk mencegah kebakaran berskala besar.
Assembly point (tempat berkumpul) adalah tempat evakuasi sementara untuk tiap kejadian
kebakaran, gempa bumi, tumpahan bahan kimia, bencana alam, huru-hara dan lain-lain.
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas kepada kehidupan masyarakat dari segi materi, ekonomi, atau
lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah.
Tanda peringatan adanya keadaan bahaya adalah adanya bunyi alarm panjang sebanyak satu kali.
Bila keadaan telah aman akan diumumkan kembali dengan alarm pendek sebanyak tiga kali.
Keadaan
darurat
Kecelakaan
kerja
Gempa
Kebakaran
Api tidak
berhasil
dipadamkan
Api berhasil
dipadamkan
IGD
Kembali menuju tempat aman
dengan tertib
Alarm/sirine dibunyikan
sebanyak satu kali dan
panjang
Menuju titik
kumpul
basah atau alat pemadam api tradisional lainnya, bila ragu-ragu lebih baik mengurungkan niat.
Apabila api belum berhasil dipadamkan, segera keluar menuju emergency exit terdekat.
Bila Anda berada di lantai 2, dalam keadaan darurat jangan melompat, tetap tenang sampai tim
6.
evakuasi/penolong datang.
Bila terjebak dalam kepulan asap kebakaran, maka tetap menuju tangga darurat dengan
mengambil nafas pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk menghindari asap,
7.
jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang Anda.
Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap kebakaran maka tahanlah nafas Anda dan cepat
8.
9.
dengan tangan.
Hindari berlindung dekat pohon, tiang listrik atau papan reklame yang berpotensi roboh.
Bila kesulitan keluar gedung segera berlindung di tempat yang aman, semisaldibawah
4.
5.
3.
4.
5.
6.
menangani bencana.
Setelah kondisi aman, akan dinyalakan alarm pendek sebanyak 3 kali dan semua orang
7.
akan diminta berjalan tertib menuju tempat masing-masing yang telah aman.
Satuan pengamanan rumah sakit bekerjasama dengan tim penanggulangan bencana
bertanggung jawab terhadap ketertiban dan keamanan pada saat berlangsung evaluasi
lokasi parkir bagi kendaraan pemadam kebakaran atau mobil bantuan lainnya.
Lakukan langkah pengamanan selama proses evakuasi atau pemadama kebakaran dengan cara :
Mengatur lingkungan sekitar lokasi untuk memberikan ruang yang cukup untuk
menangani keadaan darurat, baik kecelakaan kerja, kebakaran, gempa maupun bencana
yang lain
Bersama-sama pegawai yang terlatih siaga bencana membantu pegawai lain, pasien
3.
4.
mencuri barang-barang rumah sakit, pegawai maupun barang pasien dan pengunjung.
Menangkap pelaku tindak kejahatan selama proses evakuasi dan membawanya ke pos
5.
keamanan.
Bekerja sama dengan tim penanggulangan bencana rumah sakit maupun tim penolong yang
6.
H. Busril
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
PERYNATOLOGI
No. Revisi
008-HPK
Halaman
1/2
Tanggal Terbit
STANDAR
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
Perlindungan terhadap upaya penculikan bayi di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan,
khususnya di ruang perynatology.
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
3.
4.
5.
perynatologi.
6.
7.
Jika ada orang dengan gerak-gerik yang mencurigakan, segera hubungi Satpol
PP.
8.
Jika terjadi penculikan bayi, segera hubungi Satpol PP dan pihak yang
berwajib.
UNIT TERKAIT
1.
Irna Kebidanan
2.
Perynatologi
3.
4.
Satpol PP
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-1.4/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD
Muhammad
Zein Painan,
Dr.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
H. BUSRIL
LAMPIRAN
PAINAN
1.
Nomor
: 01-1.4/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan berrtanggung jawab terhadap pasien yang memerlukan
perlindungan dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien dan staf Rumah Sakit terutama pada pasien
bayi, anak-anak, lansia dan pasien lainnya yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri selama
dirawat di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
2.
Bila ada laporan keluarga & petugas ruangan kepada Securiti/Satpol PP Rumah Sakit tentang
kekerasan fisik yang dialami pasien termasuk penyiksaan, kelalaian asuhan dan tidak dilaksanakannya
pelayanan atau bantuan kejadian kebakaran, petugas Securiti/ Satpol PP Rumah Sakit melakukan
investigasi dan bersama pimpinan rumah sakit melaksanakan penindakan sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku.
3.
Jam berkunjung dilakukan dengan tepat waktu oleh Petugas Securiti/Satpoll PP Rumah Sakit dengan
menyisir semua area dan ruangan pasien terutama ruang Perynatologi, Kebidanan, monitoring ruangan
terpencil dan terisolasi di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
4.
Satpol PP Rumah Sakit bertindak/bereaksi cepat terhadap pasien yang berada dalam keadaan bahaya
atau kekerasan dengan kordinasi kepada petugas ruangan
DIREKTUR
H. BUSRIL
Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain, secara verbal (kata-kata
yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau membunuh) atau merusak harta benda.
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan
lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain,
dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada
situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah kekerasan juga
mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda
biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
B. TUJUAN
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak-anak dan yang
berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh
pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko yang
mendapat pelayanan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan. Dan juga buku panduan ini digunakan sebagai
acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan perlindungan pasien terhadap kekerasan
fisik, usia lanjut, penderita, anak-anak dan yang berisiko disakiti.
C. TATA LAKSANA
Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien sebagai berikut :
Petugas RSUD Dr. Muhammad Zein Painan melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui
menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut.
Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggung jawab dan memiliki wewenang
untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki area Rumah Sakit.
Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun di lokasi terpencil
atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV ( Closed Circuit Television ) yang terpantau oleh
barang, dan lain-lain wajib melapor ke petugas informasi dan wajib memakai kartu Visitor.
Pemberlakuan jam berkunjung pasien : Senin jumat pagi : jam 10.00 11.00 WIB Sore : jam 16.00
17 .00 WIB
Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan danmendampingi pengunjung
Pengunjung diatas jam 22.00 WIB lapor dan menulis identitas pengunjung pada petugas keamanan.
1) Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :
Pasien Rawat jalan
a)
Pendampingan oleh petugas penerimaan poasien dan mengantarkan sampai ke tempat periksa yang
Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan
maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang
tersebut.
d) Perawat memasang dan memsatikan pengaman tempat tidur pasien.
3.
Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan tidak boleh
ruang tersebut.
Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan kepada
keluarga yang lain.
4.
Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti (risiko penyiksaan, napi, korban
dengan penjaga psien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien berisiko.
Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi perawatan
pasien,penjaga maupun pengunjung pasien.
D. PENUTUP
Dengan ditetapkannya Panduan Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik,Usia Lanjut Penderita
Cacat, Anak-anak dan yang Berisiko Disakiti di Lingkungan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, maka
setiap personil RSUD Dr. Muhammad Zein Painan harus melaksanakan prosedur perlindungan terhadap
kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti dengan baik dan benar serta
melayani pasien dengan memuaskan.
KELOMPOK
Bayi dan anak
TINDAKAN PENCEGAHAN
Ruang bayi selalu dalam kondisi tertutup dan terkunci
Penghalang tempat tidur harus selalu dipasang
Pasien bayi yang dipulangkan harus diantar oleh
petugas/bidan sampai ke pintu pembatas rawat inap
Bayi baru lahir yang diserahkan kepada keluarga,
harus menggunakan formulir serah terima bayi baru
Manula
lahir.
Setiap ruangan harus tersedianya tombol darurat
Harus selalu ditunggu oleh satu orang sesuai
ketentuan rumah sakit
Menyedikan alat bantu gerak misalnya: Tongkat,
Penyandang cacat
kebutuhan pasien
Tempatkan di dalam ruangan khusus
Korban Kriminal
H. Busril
Dengan persetujuan atau kehendak pasien, misalnya informasi kesehatan untuk kepentingan
asuransi kesehatan, perusahaan, pemberi kerja dan lain-lain. Dalam hal ini harus diingat prinsip
minimal, relevan dan cukup, yaitu bahwa informasi kesehatan yang diberikan harus minimal tetapi
2.
3.
harus relevan dengan yang dibutuhkan serta cukup dalam menjawab pertanyaan.
Dengan perintah undang-undang, misalnya:
a. UU wabah dan UU karantina
b. UU acara pidana: visum et repertum, surat/dokumen, keterangan ahli di persidangan,
keterangan ahli di depan penyidik/ penuntut umum.
Untuk kepentingan pasien, misalnya pada waktu konsultasi medis antara tenaga kesehatan/medis,
terutama dalam hal pasien berada dalam keadaan darurat dan tidak bisa memberikan consent.
Lebih lanjut dapat ditambahkan bahwa informasi kesehatan yang tidak mencantumkan ciri
identitas pasien dapat dipergunakan untuk tujuan yang lebih luas, seperti kepentingan statistik kesehatan
dan kesakitan, kepentingan audit medis/klinis dan audit utility, penelitian dan lain-lain. (Permenkes
749a).
Masalah dapat saja timbul pada saat keluarga pasien meminta informasi kesehatan pasien. Pada
umumnya keluarga inti-terutama budaya timur, dianggap secara implied memiliki hak akses atas
informasi kesehatan, namun menjadi tidak berlaku apabila pasien secara eksplisit melarangnya.
Pengecualian juga dapat diberlakukan, yaitu pada informasi tentang, psikoterapi, informasi
yang dikumpulkan dalam rangka untuk kepentingan penyidik/pengadilan, informasi yang dapat
membahayakan jiwa atau fisik pasien atau orang lain,yang dapat disimpan dengan lebih ketat sebagai
rahasia, bahkan kadang juga bagi pasien itu sendiri.
Dalam upaya hal pembuatan surat-menyurat, pengiriman dokumen atau hal lain sebagaimana
diuraikan di atas yang membutuhkan biaya, maka biaya tersebut dapat dibebankan kepada peminta
informasi.
Dampak dari audit medis yang diharapkan tentu saja adalah peningkatan mutu dan
efektifitas pelayanan medis di sarana kesehatan tersebut. Namun di samping itu, kita juga perlu
memperhatikan dampak lain, seperti dampaknya terhadap perilaku para profesional, tanggung jawab
manajemen terhadap nilai dari audit medis tersebut, seberapa jauh mempengaruhi beban kerja, rasa
akuntabilitas, prospek karier dan moral, dan jenis pelatihan yang diperlukan.
Aspek legal terpenting dari audit medis adalah penggunaan informasi medis pasien, yang
tentu saja terkait dengan kewajiban menyimpan rahasia kedokteran. Pada Permenkes RI tentang rekam
medik disebutkan bahwa salah satu tujuan dari rekam medis adalah untuk riset dan sebagai data dalam
melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan medis. Permenkes ini juga memberikan peluang
pembahasan informasi medis seseorang pasien di kalangan profesi medis untuk tujuan rujukan dan
pengembangan ilmiah. Demikian pula Asosiasi dokter sedunia (WMA Oktober 1983) menyatakan
bahwa penggunaan informasi medis untuk tujuan riset dan audit dapat dibenarkan.
It is not a breach of confidentiality to release or transfer confidential health care
information required for the purpose of conducting scientific researchs, management
audits, financial
information released does not identify, directly or indirectly, any individual patient in
any report or such research, audit or evaluation, or otherwise disclose patient
identities in any manner (Statement of World Medical Association, 1983)
Ketentuan model yang diajukan oleh the American Medical Record Association
menyatakan bahwa informasi medis dapat dibuka dalam hal: (a) memperoleh otorisasi tertulis dari
pasien, (b) sesuai dengan ketentuan undang-undang, (c) diberikan kepada sarana kesehatan lain yang
saat ini menangani pasien, (d) untuk evaluasi perawatan medis, (e) untuk riset dan pendidikan sesuai
dengan peraturan setempat. (2)
Di pihak lain, audit medis yang mereview rekam medis dapat saja menemukan kesalahankesalahan orang, kesalahan prosedur, kesalahan peralatan dan lain-lain, sehingga dapat menimbulkan
rasa kurang nyaman bagi para profesional (dokter, perawat, dan profesi kesehatan lain). Oleh karena itu
perlu diingat bahwa audit medis bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan medis dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan bukan untuk mencari kesalahan dan menghukum seseorang.
Tindakan manajemen yang diusulkan oleh panitia untuk mengoreksi perilaku dan atau kapasitas
perorangan harus dilakukan secara bijaksana sehingga tidak terkesan sebagai sanksi hukuman. Boleh
dikatakan bahwa audit medis tidak mencari pelaku kesalahan (liable person/parties), melainkan lebih ke
arah menemukan risiko yang dapat dicegah (avoidable risks) sehingga arahnya benar-benar menuju
peningkatan kualitas dan safety.
Dengan demikian dalam melaksanakan audit medis perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Semua orang/staf yang turut serta dalam audit medis adalah mereka yang telah disumpah untuk
menjaga kerahasiaan kedokteran, dikenal memiliki integritas yang tinggi dan memperoleh
2.
3.
Harus disepakati tentang saksi bagi pelanggaran atas rahasia kedokteran ini, misalnya penghentian
4.
5.
6.
INFORMED CONSENT
Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
2.
3.
kebaikan pasien;
Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk
4.
keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau do no harm;
Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Otonomi pasien dianggap sebagai cerminan konsep self governance, liberty rights, dan
individual choices. Immanuel Kant mengatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk
memutuskan nasibnya sendiri, sedangkan Johns S Mills berkata bahwa kontrol sosial atas seseorang
individu hanya sah apabila dilakukan karena terpaksa untuk melindungi hak orang lain.
Salah satu hak pasien yang disahkan dalam Declaration of Lisbon dari World Medical
Association (WMA) adalah the rights to accept or to refuse treatment after receiving adequate
information5. Secara implisit amandemen UUD 45 pasal 28G ayat (1) juga menyebutnya demikian
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, ...dst6. Selanjutnya UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan juga memberikan hak kepada pasien untuk memberikan persetujuan atas tindakan
medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hak ini kemudian diuraikan dalam Permenkes tentang
Persetujuan Tindakan Medis.
Suatu tindakan medis terhadap seseorang pasien tanpa memperoleh persetujuan terlebih
dahulu dari pasien tersebut dapat dianggap sebagai penyerangan atas hak orang lain atau perbuatan
melanggar hukum (tort).
Prinsip otonomi pasien ini dianggap sebagai dasar dari doktrin informed consent. Tindakan
medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan (otorisasi) dari pasien tersebut, setelah ia
menerima dan memahami informasi yang diperlukan. Informed consent dapat dianggap sebagai a
patient with substantial understanding and in substantial absence of control by others, intentionally
authorizes a professional to do something.
Informed Consent
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara
dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akandan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian
antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak
lain:
Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu:
1. Treshold elements
Elemen ini sebenarnya tidak dianggap sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke arah syarat,
yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai
kapasitas untuk membuat keputusan (medis). Kompetensi manusia untuk membuat keputusan
sebenarnya merupakan suatu kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga
memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya keputusan tertentu (keputusan yang reasonable
berdasarkan alasan yang reasonable).
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) adalah apabila telah dewasa, sadar dan berada
dalam keadaan mental yang tidak dibawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah
mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak
kompeten adalah apabila ia mempunyai penyakit mental sedemikian rupa atau perkembangan
mentalnya terbelakang sedemikian rupa, sehingga kemampuan membuat keputusannya terganggu 7.
2.
Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian, yaitu disclosure ( pengungkapan ) dan understanding
(pemahaman).
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis
untuk memberikan informasi ( disclosure ) sedemikian rupa agar pasien dapat mencapai pemahaman
yang adekuat.
Dalam hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien dapat dilihat dari 3 standar,
yaitu :
b.
dinyatakan sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang
akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melalui yang telah disepakati hanya apabila gawat
darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat untuk mengatasinya.
Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien
itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan
consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia
mampu memberikannya ( baik buat pasien, bukan baik untuk orang banyak ). Umumnya
urutan orang yang dapat memberikan proxy-consent adalah suami/istri,anak, orang tua,
saudara kandung, dll 8.
Proxy-consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan
ketat. Suatu kasus telah membuka mata orang Indonesia betapa riskannya proxy-consent ini,
yaitu ketika seorang kakek kakek menurut dokter yang telah mengoperasinya hanya
berdasarkan persetujuan anaknya, padahal ia tidak pernah dalam keadaan tidak sadar atau
tidak kompeten.
Hak menolak terapi lebih sukar diterima oleh profesi kedokteran daripada hak
menyetujui terapi. Banyak ahli yang mengatakan bahwa hak menolak terapi bersifat tidak
absolut, artinya masih dapat ditolak atau tidak diterima oleh dokter. Hal ini karena dokter
akan mengalami konflik moral dengan kewajiban menghormati kehidupan, kewajiban untuk
mencegah perbuatan yang bersifat bunuh diri atau self inflicted, kewajiban melindungi pihak
ketiga, dan integritas etis profesi dokter.
Pengaruh konteks
Doktrin informed consent tidak berlaku pada lima keadaan, yaitu: (1) keadaan darurat
medis, (2) ancaman terhadap kesehatan masyarakat, (3) pelepasan hak memberikan consent (waiver),
(4) clinical privilege, dan (5) pasien yang tidak kompeten memberikan consent 9. May menambahkan
bahwa penggunaan clinical previlege hanya bisa dilakukan pada pasien yang melepaskan haknya
memberi consent.
UPAYA PREVENTIF
Berbicara mengenai langkah-langkah tindakan profesi kedokteran dalam menghadapi
kemungkinan adanya tuntutan hukum, seharusnya dimulai langkah pencegahan terjadinya medical
accident atau adverse event.
Penyebab dan pencegahannya
Perlu diingat bahwa suatu kecelakaan tidak terjadi sebagai akibat dari suatu sebab (single
cause), melainkan merupakan hasil dari banyak sebab (multiple cause atau kemudian disebut sebagai
multiple factors). Suatu kesalahan manusia (human error) yang terlihat pada waktu terjadi kecelakaan
sebenarnya hanyalah merupakan active error, yang mungkin kita sebut sebagai faktor penyebab ataupun
pencetus/presipitasi. Sementara itu terdapat faktor-faktor kontribusi penyebab lain merupakan latent
errors atau yang biasa kita sebut sebagai predisposisi, underlying dan lain-lain.
Alangkah lebih baik apabila kita mencari faktor penyebab yang tergolong ke dalam
predisposisi, yang lebih bersifat sistematik, organisasi dan manajerial, sehingga kita dapat melakukan
langkah-langkah pencegahannya, juga secara sistematik. Dalam diskusi internal Ikatan Dokter Indonesia
dimunculkan beberapa akar penyebab tersebut, yaitu:
1.
Pemahaman dan penerapan etika kedokteran yang rendah. Hal ini diduga merupakan
akibat dari sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran yang tidak memberi materi etika
2.
kedokteran sebagai materi yang juga mencakup efektif- tidak hanya kognitif.
Paham materialisme yang semakin menguat di masyarakat pada umumnya dan di dalam
3.
4.
atas yang dapat diajukan, seperti peraturan yang membolehkan para dokter bekerja di banyak tempat
praktek (sarana kesehatan) dengan risiko menipisnya mutu hubungan dokter-pasien, mahalnya
pendidikan kedokteran terutama PPDS, sistem pembiayaan yang membebankan sebagian besar
keputusan kepada dokter, dan lain-lain.
Dengan melihat faktor-faktor penyebab diatas maka pencegahan terjadinya kelainan medis
harus dilakukan dengan melakukan perbaikan sistem, mulai dari pendidikan hingga ke tatalaksana
praktek kedokteran. Pendidikan etika kedokteran dianjurkan dimulai lebih dini sejak tahun pertama
pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik,
memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik
tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan
dari pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu
dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apbila teladan yang diberikan para seniornya bertolak
belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan
memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti autonomy,
beneficence, non maleficence, dan justice, serta sikap altruisme. Diyakini bahwa hal ini adalah
bagiantersulit dari upaya sistemik pencegahan malpraktek, oleh karena diperlukan kemauan politis yang
besar dan serempak dari masyarakat profesi kedokteran untuk mau bergerak ke arah tersebut. Perubahan
besar harus dilakukan.
Undang-undang Praktik Kedokteran diharapkan menjadi wahana yang dapat membawa kita
ke arah tersebut, sepanjang penerapannya dilakukan dengan benar. Standar pendidikan ditetapkan guna
mencapai standar kompetensi, kemudian dilakukan registrasi secara nasional dan pemberian lisensi bagi
mereka yang akan berpraktek. Konsil harus berani dan tegas dalam melaksanakan peraturan, sehingga
akuntabilitas profesi kedokteran benar-benar dapat ditegakkan. Standar perilaku harus ditetapkan
sebagai suatu aturan yang lebih konkrit dan dapat ditegakkan daripada sekedar kode etik. Demikian pula
standar pelayanan harus diterbitkan untuk mengatur hal-hal pokok dalam praktek, sedangkan ketentuan
rinci agar diatur dalam pedoman-pedoman. Keseluruhannya akan memberikan rambu-rambu bagi
praktek kedokteran, menjadi aturan disiplin profesi kedokteran, yang harus diterapkan, dipantau dan
ditegakkan oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Profesional yang
kotor dibersihkan dan mereka yang busuk dibuang dari masyarakat profesi.
Ketentuan yang mendukung good clinical govermance harus dibuat dan ditegakkan. Dalam
hal ini peran sarana kesehatan sangat diperlukan. Sarana kesehatan harus mampu mencegah praktek
kedokteran tanpa kewenangan atau diluar kewenangan, mampu memaksa para profesional bekerja
sesuai dengan standar profesinya, serta mampu memberikan suasana dan budaya yang kondusif bagi
suburnya praktek kedokteran yang berdasarkan bukti (EBM).
Pencegahan di tingkat rumah sakit dan individu
Dalam upaya pencegahan harus dimasukkan perspektif safety di setiap langkah prosedur
atau tindakan medis dengan juga melibatkan proses manajemen resiko. Dengan prespektif safety berarti
meyakini bahwa faktor-faktor yang berkontribusi dalam keberlangsungan layanan medis, baik perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software), maupun sumber daya manusia (liveware atau
brainware) sudah berorientasi kepada keselamatan.
Pada umumnya dokter dan tenaga kesehatan lainnya paham benar tentang perlunya
memperhatikan keselamatan pasien, tetapi sedikit diantara mereka yang mampu mengaplikasikannya
dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Memperhatikan keselamatan pasien berarti bertindak etis, berarti
memperhatikan quality assurance dan risk management serta berarti pula mematuhi segala peraturan
dan standar yang berlaku.
Dengan keselamatan pasien sama sekali bukan berarti harus ada risiko sama sekali agar
suatu tindakan medis dapat dilakukan. Safety berarti menjunjung tinggi prinsip bahwa risiko tersebut
haruslah dalam katagori acceptable bagi dunia kedokteran dalam situasi dan kondisi saat itu. Adalah
benar apabila dikatakan bahwa pada umumnya risiko yang dapat diterima adalah risiko yang sangat
kecil, baik probabilitas terjadinya maupun derajat keparahannya, sehingga dapat diantisipasi dan
dikendalikan. Namun di dalam dunia kedokteran dikenal jenis risiko lain yang juga masih acceptable,
yaitu risiko yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi sebelumnya (unforeseeable) dan risiko yang
cukup besar tetapi harus diambil oleh karena tindakan tersebut adalah satu-satunya cara / metode
penyembuhan atau penyelamatannya.
Seorang dokter yang melihat adanya risiko pada tindakan medis yang akan dilakukannya,
maka ia wajib berupaya menghilangkannya (eliminasi) atau setidaknya menguranginya (reduksi).
Apabila hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan tepat waktu maka wajib baginya menginformasikan
risiko tersebut secara jelas kepada pasien atau keluarganya, dan memberi peluang bagi pasien untuk
menentukan pilihannya (ingat proses informed consent). Persetujuan pasien atas kemungkinan
terjadinya risiko mengakibatkan terbebasnya dokter dari tanggung jawab apabila risiko tersebut benar
terjadi, sepanjang dokter telah melakukan tindakan medisnya sesuai dengan standar dan telah
melakukan upaya untuk encegah timbulnya, mengurangi kemungkinan timbulnya, mengantisipasi dan
mengendalikan timbulnya risiko (volenti non fit ijuria).
Ditinjau dari sisi perspektif patient safety, suatu kecelakan medis (medical mishap) pada
dasarnya merupakan akibat kumulatif dari kesalahan manajemen di berbagai tingkatan (lihat model
James Reason).
Pembuat keputusan (direktur) mungkin membuat keputusan yang memberi peluang untuk
terjadinya kesalahan, misalnya mempekerjakan dokter yang kualifikasinya tidak sesuai, dokter yang
tidak memiliki ijin praktek, dokter yang memiliki ikatan buruk berulang, atau mempekerjakan dokter
tanpa ikatan perjanjian tertulis. Kesalahan ini kita sebut sebagai latent failure, dan pada umumnya tidak
mengakibatan kecelakaan medis secara langsung.
Pada tingkat manajemen madya dapat pula terjadi kesalahan yang mendukung
kesalahan pada tingkat pembuat keputusan, misalnya saja tidak memberikan pengawasan khusus kepada
para dokter tersebut diatas, membebaskannya bekerja tanpa jadwal yang pasti dsb. Latent failure ini pun
juga tidak secara langsung mengakibatkan kecelakaan medis.
Kecelakaan hanya terjadi apabila kesalahan-kesalahan latent tersebut bersinergi dengan
situasi-kondisi (preconditions) yang tertentu, dan defense yang ada tidak memadai.
Secara umum pengendalian risiko membutuhkan komitmen dari semua staf rumah sakit
dan budaya tidak saling menyalahkan. Pelaporan kejadian (incident report) dan review kasus bukan
ditujukan untuk mencari siapa yang bersalah untuk kemudian dianalisa guna menemukan cara-cara
pencegahan agar tidak terjadi di kemudian hari. Tindakan korektif yang diperlukan adalah melakukan
pembuatan atau revisi software (peraturan, standar), atau perbaikan prasarana dan sarana.
Penghukuman tentu saja tetap dibutuhkan bagi mereka yang mengulang kesalahan yang
sama tanpa upaya memperbaikinya, atau melakukan kesalahan secara sengaja atau secara nyata-nyata
melanggar peraturan atau standar akibat dari tindakan yang indisipliner.
Pencegahan sebagai perlindungan hukum
UU Kesehatan dan UU Praktik Kedokteran telah menyebutkan bahwa para tenaga
kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum apabila mereka melaksanakan tugas-tugasnya
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Hal ini menunjukkan bahwa
perlindungan hukum hanya dapat diperoleh oleh para tenaga kesehatan apabila mereka bertindak di
dalam koridor yang dibatasi dengan rambu-rambu yang dibuat oleh profesi mereka sendiri.
Dikenal 4 upaya agar profesi kedokteran aman dari tuntutan pasien yang tidak puas, yaitu:
1.
Dalam bidang ini para tenaga medis harus memiliki kompetensi yang memadai dan melakukan
praktek medis dengan setidaknya sesuai standar minimal. Untuk itu mereka harus menjalankan
isi sumpah, etik dan standar profesi mereka termasuk mengikuti pendidikan kedokteran
berkelanjutan di bidangnya. Sikap profesional harus dibudayakan sehingga kebebasan profesi
dapat diterapkan secara adekuat, tanpa harus dipengaruhi pertimbangan yang tidak relevan.
Dalam upayanya memastikan agar hanya dokter yang bermutu saja (safe doctors) yang
memberikan layanan kepada masyarakat, maka masyarakat profesi kedokteran harus mampu
melakukan self goverming, self regulating dan self disciplining, dengan secara aktif melakukan
pengaturan, pengawasan, dan koreksi atas pelaksanaan praktek medis.
Biasanya kata kunci yang sering digunakan dalam menganalisis adalah (1) bahwa kewajiban
profesi dokter adalah memberi layanan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
normalnya diharapkan akan dimiliki oleh rata-rata dokter pada situasi-kondisi yang sama
(reasonable competence), (2) bahwa tindakan dokter adalah sesuai standar atau layak, dan
didukung oleh alasan penalaran yang benar (reasonable care), (3) bahwa dokter harus
memperoleh informed consent untuk tindakan diagnostik/ terapi yang ia lakukan (reasonable
2.
communication), dan (4) bahwa dokter harus membuat rekam medis yang baik.
Upaya mencegah terjadinya risiko/ meningkatkan mutu
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, resiko sekecil apapun harus dikelola dengan layak (
risk management ); apakah harus dengan dihilangkan, dikurangi kemungkinan terjadinya,
diperkecil dampaknya, atau dihindari. Di sisi lain, mutu pelaksanaan praktek medis juga dijaga
atau bila mungkin di tingkatkan. Produk ( makanan, obat, alat, gas ) yang digunakan harus pula
diyakini tidak akan menimbulkan masalah hukum. Untuk itu pengadaan produk medis harus
3.
4.
medik yang dilakukannya sebaiknya dialihkan kepada pihak lain, yaitu asuransi profesi.
Asuransi profesi yang liberal mungkin dapat meningkatkan biaya pelayanan kedokteran, namun
sistem asuransi profesi yang terkendali diyakini dapat mencegahnya.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No dokumen
009-HPK
No Revisi
Halaman 1/1
Tanggal Terbit
Ditetapkan
STANDAR
Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
Drg.H. Busril, MPH
NIP: 19740227 200212 1 014
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1.
Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki rumah sakit tidak boleh
disebarkan.
2.
Unit Terkait
1.
Rekam Medis
2.
Semua Unit
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-2.0.a/III/AKR//RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK MENDORONG KETERLIBATAN PASIEN DAN
KELUARGANYA DALAM PROSES PELAYANAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam
c.
1.
2.
3.
4.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KOMUNIKASI
PASIEN
DAN
EFEKTIF
UNTUK
KELUARGANYA
MENDORONG
DALAM
PROSES
PELAYANAN
Kebijakan Komunikasi efektif untuk mendorong keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam proses pelayanan seperti yang tertera pada lampiran Surat
Keputusan ini.
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-2.0.a/III/AKR//RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1.
2.
3.
RSUD Dr. MuhammaD Zein Painan mendukung pasien dan keluarganya berpartisipasi dalam proses
pelayanan selama pasien dirawat/menjalani pengobatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui :
a. Memutuskan tentang pelayanannya
b. Menanyakan tentang pelayanannya
c. Menerima/menolak prosedur diagnostik dan pengobatan
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan mendukung Pasien mencari second opinion/pendapat kedua.
4.
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan akan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga berkenaan
dengan :
a. Kondisi medis dan diagnosis
b. Rencana pelayanan dan pengobatan
c. Proses mendapat persetujuan
d. Hak pasien untuk berpartisipasi dalam keputusan pelayanannya
DIREKTUR
H. BUSRIL
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-2.0.a/III/AKR//RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK MENDORONG KETERLIBATAN PASIEN DAN
KELUARGANYA DALAM PROSES PELAYANAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD
Dr.
c.
1.
2.
3.
4.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KOMUNIKASI
PASIEN
DAN
EFEKTIF
UNTUK
KELUARGANYA
MENDORONG
DALAM
PROSES
PELAYANAN
Kebijakan Komunikasi efektif untuk mendorong keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam proses pelayanan seperti yang tertera pada lampiran Surat
KETIGA
Keputusan ini.
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan aturan Komunikasi efektif
untuk mendorong keterlibatan pasien dan keluarganya dalam proses
pelayanan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dilaksanakan oleh Kepala
KEEMPAT
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-2.0.a/III/AKR//RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan mendukung pasien dan keluarganya berpartisipasi dalam proses
pelayanan selama pasien dirawat/ menjalani pengobatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui :
d. Memutuskan tentang pelayanannya
e. Menanyakan tentang pelayanannya
f. Menerima/ menolak prosedur diagnostik dan pengobatan
3. RSUD Dr. Muhammad Zein Painan mendukung Pasien mencari second opinion/pendapat kedua.
4. RSUD Dr. Muhammad Zein Painan akan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga berkenaan
2.
dengan :
e. Kondisi medis dan diagnosis
f.
g.
h.
DIREKTUR
H. BUSRIL
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
KOMUNIKASI EFEKTIF
No. Revisi
010-HPK/2015
Halaman
Tanggal Terbit
STANDAR
1/2
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
tindakan)
Menilai kesiapan diri perawat
2.
3.
pertemuan lanjutan.
Memperkenalkan nama perawat
Perawat menanyakan nama panggilan kesukaan klien
Perawat menjelaskan hak dan tanggung jawab perawat pasien
Perawat menjelaskan pada pasien tentang peran perawat pasien
Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
Perawat menjelaskan tujuan
Perawat menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
Perawat menjelaskan kerahasiaan
Tahap ketiga dari komunikasi efektif yaitu tahap kerja, perawat melakukan
sebagai berikut :
a. Perawat memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
b. Perawat menanyakan keluhan utama pasien
c. Perawat dan pasien memulai kegiatan dengan cara yang baik
d. Perawat dan pasien melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
4. Tahap keempat dari komunikasi efektif adalah tahap terminasi, perawat
melakukan sebagai berikut :
a. Perawat menyimpulkan hasil wawancara (evaluasi proses dan hasil)
b. Perawat memberikan reinforcemen positif pada pasien
c. Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
d. Perawat melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
e. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik
5. Dokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan dengan pasien.
6. Hal hal yang perlu diperhatikan saat komunikasi dengan pasien :
a. Berhadapan
b. Mempertahankan kontak mata
c. Tersenyum pada saat yang tepat
d. Membungkuk kearah pasien
e. Mempertahankan sikap terbuka.
UNIT TERKAIT
1.
Staf Medis
2.
Perawat
3.
PKRS
4.
Seluruh Karyawan/i
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-2.0.b/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN CARA MEMPEROLEH SECOND OPINION/PENDAPAT KEDUA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam
Muhammad
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
Zein Painan
Painan.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini,
maka akan diperbaiki kembali sebagaimana mestinya dan agar dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-2.0.b/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1.
Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi, dan hal ini
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan
merugikan bagi penderita/pasien
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan mendukung hak pasien dalam memperoleh second
2.
3.
4.
g.
berdarah, dll
Pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi kesehatan nasional
5.
6.
DIREKTUR
H. BUSRIL
A.
DEFINISI
1.
Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli
medis terhadap suatu diagnosa, terapi dan rekomendasi medis lain terhadap penyakit
seseorang.
2.
Meminta Pendapat Lain (Second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan
oleh dokter lain terhadap suatu diagnose atau terapi maupun rekomendasi medis lain
terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai
upaya penemuan sudut pandang lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau
berkonsultasi dengan dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam
realitanya di lapangan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk
dimintakan pendapat medisnya.
Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang no.
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak
pasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang
penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit".
B.
RUANG LINGKUP
Perbedaan diagnosis dan peatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di
belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para
dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses
terapi,
sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya. Begitu juga di Indonesia,
perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi.
Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan mungkin tidak menjadi
masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan
bagi
penderita.
Tetapi
bila
hal
itu
merugikan
ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien
dan keluarga untuk mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan
kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatan yang maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin
terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan
ini. Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan
tentang permasalahan kesehatannya. Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam
menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien atau keluarganya
merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini juga membuat pasien dan
keluarganya mempertahankan informasi yang di dapat tanpa mempertimbangkan
masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
1.
c) Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau
dampak finansial yang besar.
2.
a) Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat perubahan
anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
b) Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,
misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka
panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lannya.
c) Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum,
antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal.
d) Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang
tidak seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran napas, diare, muntah, demam
virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi
selalu diberi antibiotika.
e) Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar.
f) Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya : penyakit
tifus berulang.
g) Keputusan
diagnosis
dokter
yang
meragukan:
biasanya
dokter
tersebut
menggunakan istilah gejala seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam
berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan
gangguan perilaku lainnya.
h) Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun biasanya
diizinkan meminta pendapat lain.
i) Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi
kesehatan nasional atau internasional : seperti pengobatan dan terapi bioresonansi,
terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.
3.
a) Second Opinion sebaiknya didapatkan dari dokter yang sesuai kompetensinya atau
keahliannya.
b) Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga
terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan
referensi. Karena, pengalaman yang sama tersebut sangatlah penting dijadikan
sumber referensi.
c) Carilah informasi sebanyak-banyaknya diinternet tentang permasalahan kesehatan
tersebut. Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena seringkali akurasinya
tidak dipertanggung jawabkan. Carilah sumber informasi internet dari sumber yang
kredibel seperti : WHO, CDC, IDAI, IDI atau organisasi resmi lainnya.
opinion
sulit.
yang
C.
TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak
seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai
pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya.
Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu untuk
mendapatkan second opinion tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan akan menjadi
banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan
komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya, pasien sudah
direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada salahnya melakukan
permintaan pendapat dokter lain.
Dalam melakukan second opinion tersebut sebaiknya dilakukan terhadap
dokter yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta
second opinion kepada sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila
pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak ada
salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak pasien untuk meminta
konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat
Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih
teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang
meragukan bagi pasien pada saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter
pertama menyarankan operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari dokter lain akan
berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika hadir di
ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi
perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan
keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang
merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini).
Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka formulir Permintaan
Pendapat Lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh
Dokter (DPJP) serta saksi.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
NO. REVISI
HALAMAN
011-HPK/2015
1/1
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
Pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
lain
Simpan formulir permintaan pendapat lain ke dalam berkas rekam medis
pasien.
1.
2.
3.
4.
5.
UNIT TERKAIT
Staf Medis
Perawat
IGD
Klinik Rawat Inap
Klinik Rawat Jalan
Nama
: ............................................................................................................
Umur
: ............................................................................................................
Jenis Kelamin
: ............................................................................................................
Alamat
: ............................................................................................................
Nama
: ............................................................................................................
Umur
: ............................................................................................................
Jenis Kelamin
: ............................................................................................................
Alamat
: ............................................................................................................
Saya memahami perlunya dan manfaat second opinion tersebut sebagaimana telah dijelaskan kepada saya.
Saya telah mendapat kesempatan untuk bertanya dan telah mendapat jawaban yang memuaskan.
Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti dan selalu berkembang, maka
perbedaan pendapat ahli adalah biasa terjadi dalam dunia kedokteran.
Saya menyadari beban biaya second opinion menjadi tanggung jawab saya.
Painan, ...............................
Petugas
Saksi
( ..........................................)
( ..........................................)
Pasien/Wali
( ..........................................)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-2.1/III/AKR//RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
Keputusan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor 011.0/III/AKR/RSUD-2015 tentang Hak Pasien dan Keluarga.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-2.1/III/AKR//RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal sebaik-baiknya sesuai dengan standar profesi kedokteran.
Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
dokter/perawat.
Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien.
Hak atas rahasia kedokteran/data penyakit, status, diagnosis dll.
Hak untuk memberi persetujuan/menolak atas tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien.
Hak untuk menghentikan pengobatan.
Hak untuk mencari pendapat kedua/pendapat dari dokter lain/Rumah Sakit lain.
Hak atas isi rekaman medis/data medis.
Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang dikenakan/dokumen
pembayaran/bon /bill.
11. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan yang tidak mengikuti standar
operasi profesi kesehatan.
DIREKTUR
H. BUSRIL
Definisi
Adalah informasi yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit kepada pasien atau keluarganya yang
mencakup informasi tentang hak dan kewajiban pasien. Hak pasien dan keluarga merupakan elemen dasar
dari semua kontak di Rumah Sakit. Rumah Sakit harus terus menerus mengedukasi semua stafnya tentang
hak pasien dan keluarga sehingga seluruh staf Rumah Sakit memahami dan bertanggung jawab melindungi
dan mengedepankan hak pasien dan keluarga.
Tujuannya agar pasien dan keluarga memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya.
B.
C.
Ruang Lingkup
1.
2.
3.
Tata Laksana
1. Pihak Rumah Sakit memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien kepada pasien atau
keluarga pasien saat pasien di rawat inap, saat pasien atau keluarga bertanya tentang hak dan
kewajibannya.
2. Lembar hak pasien dan keluarga ada di setiap nurse station lobi dan administrasi rawat inap.
3. Bila keluarga pasien bertanya tentang hak dan kewajiban pasien, pihak Rumah Sakit menjelaskan hal
yang belum dipahami pasien.
4. Pihak rumah sakit dalam menjalankan tugasnya menghormati hak pasein dan keluarganya.
Setiap pasien mempunyai hak:
Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.
Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai denganstandar profesi
kedokteran, kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi
Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannyadan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapatklinis dan pendapat
etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumahsakit tersebut
/second opinion terhadap penyakit yang dideritanya!sepengetahuan dokter yang merawat.
Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data - data
medisnya.
penyakit yang diderita dan tindakan medik apa yang hendak dilakukan
kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk mengatasinya
prognosanya.
Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang
jelas tentang penyakitnya.
Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit.
Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
012-HPK/2015
Tanggal Terbit
STANDAR
Ditetapkan Direktur
RSUDDr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
7. Memberikan layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
8. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
9. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second
opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah
sakit.
10. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
13. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
14. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya.
15. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
UNIT TERKAIT
A. DEFINISI
1.
Informed Consent adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan
kedokteran yang dimaksud.
2.
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya, sesuai
dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
3.
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit.
4.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan,
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.
5.
Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6.
DPJP adalah seorang dokter yang bertanggung jawab mengelola rangkaian asuhan medis pasien.
7.
Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara
kandung atau pengampunya.
a.
Ayah:
-
Ayah kandung
Termasuk ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hokum adat
b.
Ibu:
Ibu kandung
Termasuk ibu adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan
atau berdasarkan hukum adat.
c.
Suami:
-
d.
Istri:
-
B. RUANG LINGKUP
Dalam menetapkan Persetujuan Tindakan Kedokteran harus memperhatikan ketentuanketentuan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan kedokteran yang
b.
c.
dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be actually performied)
Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan (Voluntary).
Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien) yang
d.
sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum.
Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan cukup (adekuat)
b.
c.
Alternatif tindakan lain dan risikonya (alternative medical procedures and risk);
d.
Besarnya risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang mungkin
terjadi;
e.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without medical
procedures);
f.
Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak dilakukan;
g.
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan kedokteran yang
dilakukan (purpose of medical procedure);
h.
C. TATA LAKSANA
1.
d.
2.
Pemberian Informasi
a.
Dari pihak RS
b.
DPJP sebagai dokter yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab utama
memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi dan
penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada dokter atau dokter gigi lain dengan
sepengetahuan DPJP yang bersangkutan. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan informasi
tanggung jawab berada ditangan DPJP yang memberikan delegasi.
Penjelasan harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara
lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman.
Penjelasan tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam format rekam medis oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan:
1)
Tempat
2)
Tanggal
3)
Waktu
4)
5)
Dalam hal DPJP menilai bahwa penjelasan yang akan diberikan dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan penjelasan, maka DPJP dapat memberikan
penjelasan kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain
sebagai saksi.
Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan adalah :
1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi :
a)
b) Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurangkurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;
c)
b) Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi;
c)
3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali :
a)
b) Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan;
c)
langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada DPJP lain yang kompeten.
Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan
kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
Demi kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien gawat
darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak
memberikan persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran.
2.
a)
b)
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
Ayah/Ibu Kandung
Saudara-Saudara Kandung
3)
Bagi pasien dibawah umur 18 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orangtuanya
berhalangan hadir, persetujuan tindakan medis (Informed Consent) atau penolakan tindakan
a)
b)
c)
Wali
4)
(Informed
Consent) atau penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut:
a) Ayah/Ibu kandung
b) Wali yang sah
c) SaudaraSaudara Kandung
5) Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
a) Wali
b) Curator
6) Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan medik
diberikan pleh mereka menurut urutan hal tersebut.
a) Suami/Istri
b) Ayah/Ibu Kandung
c) Anak-anak Kandung
d) Saudarasaudara Kandung
3.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
013-HPK/2015
1/2
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
01 Maret 2015
Drg. H. Busril, MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
Persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
yang dilakukan.
Dokter memberikan penjelasan secara lengkap dengan bahasa yang mudah
dimengerti pasien dan atau keluarganya, kemudian didokumentasikan
dalam berkas rekam medis dengan mencantumkan tanggal, nama dan tanda
3.
4.
5.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
PROSEDUR
NO. REVISI
HALAMAN
013-HPK/2015
2/2
OPERASIONAL
6.
7.
8.
UNIT TERKAIT
Nama
: ............................................................................................................
Umur
: ............................................................................................................
Jenis Kelamin
: ............................................................................................................
Alamat
: ............................................................................................................
:
PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
: ............................................................................................................
Umur
: ............................................................................................................
Jenis Kelamin
: ............................................................................................................
Alamat
: ............................................................................................................
Saya memahami perlunya dan manfaat pengobatan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti di atas
kepada saya, termasuk risiko dan komplikasi yang mungkin timbul.
Saya bertanggungjawab secara penuh atas segala akibat yang mungkin timbul sebagai akibat TIDAK
DILAKUKAN TINDAKAN KEDOKTERAN tersebut.
Painan, ...............................
Petugas
( ..........................................)
Saksi
( ..........................................)
( ..........................................)
Nama
: ............................................................................................................
Umur
: ............................................................................................................
Jenis Kelamin
: ............................................................................................................
Alamat
: ............................................................................................................
:
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
.................................................................................................................................................
Terhadap Saya/Anak Saya/Orang Tua Saya/Keluarga Saya :
Nama
: ............................................................................................................
Umur
: ............................................................................................................
Jenis Kelamin
: ............................................................................................................
Alamat
: ............................................................................................................
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti di
Atas kepada saya, termasuk risiko dan komplikasi yang mungkin timbul.
Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan
Tindakan kedokteran bukanlah keniscayaan, melainkan sangat bergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Painan, ...............................
Petugas
( ..........................................)
Saksi
( ..........................................)
( ..........................................)
:
:
Materi Edukasi
Pasien
Daftar Pertanyaan :
Staf RS
: .....................................................................................................
Alamat
: .....................................................................................................
: .....................................................................................................
TTL
: .....................................................................................................
No RM : .....................................................................................................
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Dengan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun meminta kepada pihak Rumah Sakit untuk
PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI yang merupakan hak saya/pasien dengan alasan :
........................................................................................................................
2. Saya telah memahami sepenuhnya penjelasan yang diberikan dari pihak Rumah Sakit mengenai
penyakit dan kemungkinan/konsekuensi terbaik sampai dengan terburuk atas keputusan yang saya
ambil. Serta tanggungjawab saya dalam mengambil keputusan ini.
3. Apabila terjdi sesuatu hal berkaitan dengan putusan yang telah diambil, maka hal tersebut adalah
menjadi tanggung jawab pasien/keluarga sepenuhnya dan tidak akan menyangkut pautkan/menuntut
Rumah Sakit ini.
4. Atas keputusan saya ini, rumah sakit telah memberikan penjelasan mengenai alternatif pengobatan
selanjutnya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk diketahui dan digunakan sebagaimana
perlunya.
Painan, ........................................
Petugas
(............................................)
Saksi
(............................................)
Pembuat pernyataan
(............................................)
RSUD Dr.
PENOLAKAN RESUSITASI
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
014-HPK/2015
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
1/2
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
nafas.
SK Direktur RSUD Dr. Muhammad .Zein Painan No 01-1.0/III/AKR/ RSUD-2015
tentang Hak Pasien dan Keluarga.
PROSEDUR
1.
Ucapkan Salam
2.
Jelaskan mengenai tindakan dan tujuan CPR kepada pasien dan atau
keluarganya
3.
4.
5.
Tempatkan kopi/salinan pada rekam medis pasien dan serahkan juga salinan
pada pihak pasien/keluarganya
6.
Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya.
Revisi bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam
medis. Bila keputusan DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang
DNR dimusnahkan.
7.
Diagnosis
Alasan DNR
8. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter
yang merawat atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR di rekam
medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) dimusnahkan.
RSUD Dr.
PENOLAKAN RESUSITASI
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
014-HPK/2015
2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT
9.
IGD
10. Dokter
11. Klinik Rawat Inap
: ............................................................................................
: ............................................................................................
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya membuat keputusan dan menyetujui perintah do not resuscitate
(jangan di resusitasi).
Saya menyatakan bahwa jika jantung saya berhenti berdetak atau jika saya berhenti bernapas, tidak ada
prosedur medis untuk mengembalikan bernapas atau berfungsi kembali jantung akan dilakukan oleh staf
Rumah sakit, termasuk pada staf layanan medis darurat.
Saya memahami bahwa keputusan ini tidak akan mencegah saya menerima pelayanan kesehatan lainnya
seperti pemberian Maneuver Heimlich atau pemberian oksigen dan langkah-langkah perawatan untuk
meningkatkan kenyamanan lainnya.
Saya memberikan izin agar informasi ini diberikan kepada seluruh staf rumah sakit, Saya memahami bahwa
Saya dapat mencabut pernyataan ini setiap saat.
Painan,
Saksi 1
(..)
Saksi 2
(...........)
(......)
RSUD Dr.
ASESMEN NYERI
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
015-HPK/2015
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
1/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) untuk anak usia < 3
Tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk pasien-pasien
anak yang tidak dapat dinilai dengan skala lain
Wong Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa dan anak > 3
Tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan
angka.
VAS (Visual Analog Scale) untuk pasien dewasa dan anak > 8 Tahun,
dengan skala 0-10 dimana 0 tidak nyeri dan 10 sangat nyeri. Pasien
diminta mengekspresikan rasa nyerinya.
Comfort Scale untuk menilai derajat sedasi pada anak dan dewasa
dengan terapi sedasi, yang dirawat di ruang rawat intensif/kamar
operasi/ruang rawat inap, yang tidak dapat dinilai menggunakan
Visual Analog Scale atau Wong Baker FACES Pain Scale.
3.
4.
5.
6.
Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit 1 jam setelah
pemberian obat nyeri.
7.
Hasil asesmen nyeri didokumentasikan dalam rekam medis pada form catatan
terintegrasi, monitoring terpadu dan indikator mutu klinik.
8.
Hasil
asesmen
nyeri
diinformasikan
kepada
pasien/keluarga
UNIT TERKAIT
: .........................................................................................
dan
TANGGAL/JAM ASESMEN
: .........................................................................................
P:
Q:
..
R:
S:
T:
Skala Nyeri
Keterangan :
P= Provokatif: yang memprovokasi nyeri apa yang menjadi penyebab nyeri ? Rudapaksa,
benturan ? Apa yg membuat lebih baik atau lebih buruk ?
Q=Quality/Kualitas: seperti apa rasanya ? Seperti tertusuk benda tajam, tumpul, sakit, berdenyut,
ditusuk jarum, dll?
R=Regio/Radiasi Daerah nyeri dimana rasa sakit itu berada? Menyebar kemana ?
T=Tempo/timing: waktu yang berkaitan dengan nyeri Kapan nyeri datang? Apakah rasa sakit itu
datang dan pergi atau itu terus menerus?
PENDAHULUAN
Pasien yang menuju akhir hidupnya, dan keluarganya, memerlukan asuhan yang terfokus akan kebutuhan mereka
yang unik. Pasien dalam tahap terminal dapat mengalami gejala yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi
kuratif atau memerlukan bantuan yang berhubungan dengan masalah-masalah psikososial, spiritual dan budaya yang berkaitan
dengan kematian dan proses kematian. Keluarga dan pemberi pelayanan dapat diberikan kelonggaran dalam melayani anggota
keluarga pasien yang sakit terminal atau membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
Tujuan rumah sakit untuk memberikan asuhan pada akhir kehidupan harus mempertimbangkan tempat asuhan atau
pelayanan yang diberikan (seperti hospice atau unit asuhan palliatif), tipe pelayanan yang diberikan dan kelompok pasien
yang dilayani. Rumah sakit mengembangkan proses untuk mengelola pelayanan akhir hidup. Proses tersebut adalah :
memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan asesmen dan dikelola secara tepat.
memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani dengan hormat dan respek.
melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala-gejala.
merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala.
mendidik pasien dan staf tentang pengelolaan gejala-gejala.
PRINSIP PELAYANAN PASIEN PADA TAHAP TERMINAL (AKHIR HIDUP)
1.
2.
Asuhan pasien dalam proses kematian harus meningkatkan kenyamanan dan kehormatannya.
A.
DEFINISI
1.
Kondisi Terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan dan
teknologi kesehatan terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga
akan menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat. Pengaplikasian
terapi untuk memperpanjang/mempertahankan hidup hanya akan berefek dan
memperlama proses penderitaan/sekarat pasien.
2.
Pasien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin lama
makin memburuk.
3.
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
4.
Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel.
5.
dimulai dengan
neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti
oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam
atau hari.
6.
Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isi
saraf/neuronalintrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang
otak dan
serebelum.
7.
membantu
hidup
9.
10. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup (Withdrowing life support) atau penundaan bantuan hidup (Witholding
life support).
11. Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent)
atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa
paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup (informed) tentang
kedokteran yang dimaksud.
12. Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada
resipien.
13. Perawatan
Paliatif
adalah
upaya
medik
untuk
meningkatkan
atau
RUANG LINGKUP
1.
Aspek Keperawatan
Banyak masalah yang melingkupi kondisi terminal pasien, yaitu mulai dari titik
yang aktual dimana pasien dinyatakan kritis sampai diputuskankan meninggal dunia
atau mati. Seseorang dinyatakan
berhenti, kematian sistemik atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa
menit, dan otak merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi
yang ireversibel, selanjutnya organ-organ lain akan mati. Respon pasien dalam kondisi
terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami,
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini
mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Menurut Elisabeth Kbler-Ross, M.D., ada 5 fase menjelang kematian, yaitu :
a. Denial (fase penyangkalan/pengingkaran diri)
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia menderita penyakit yang parah dan dia
tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya. Penyangkalan ini merupakan mekanis pertahanan yang acapkali
ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar berita
mengejutkan tentang keadaan dirinya.
b. Anger (fase kemarahan)
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal. Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah
dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan
kemarahan. Kemarahan ini seringkali diekspresikan dalam sikap rewel dan
mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah. Umumnya
pemberi pelayanan tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien sebagai ekspresi
dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien adalah
pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang tersinggung
oleh karena kemarahannya.
c. Bargaining (fase tawar menawar)
Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih
lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam
hal kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu, dan keajaiban
kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk
melayani-Mu."
d. Depresion (fase depresi)
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Penderita merasa
putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan.
e. Acceptance (fase menerima / pasrah)
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia
alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu
tertentu
mereka
akan dapat
dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
Problem
Problem
peristaltic menurun,
distensi abdomen,
kehilangan
Problem
selimut
e.
Problem
kabur,
vena,
Problem
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang
sering.
h.
Masalah psikologis;
pasien
terminal
dan
orang
terdekat
biasanya
2.
Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif bertujuan mencapai quality of life dan quality of death. Perawatan
paliatif menyangkut psikologis, spiritualis, fisik, keadaan sosial. Terkait hal ini,
memberikan pemahaman bagi keluarga dan pasien sangat penting agar keluarga
mengerti betul bahwa pasien tidak akan sembuh, sehingga mereka akan memberikan
perhatian dan kasih sayang diakhir kehidupan pasien tersebut.
3.
Aspek Medis
Kebanyakan kalangan dalam dunia kedokteran dan hukum sekarang ini mendefinisikan
kematian dalam pengertian mati otak (MO) walaupun jantung mungkin masih
berdenyut dan ventilasi buatan (ventilator) dipertahankan. Akan tetapi banyak pula
yang memakai konsep mati batang otak (MBO)
penentuan mati.
mana berbagai intervensi medis (misalnya pemakaian ventilator) tidak lagi diberikan
kepada pasien dengan harapan bahwa pasien akan meninggal akibat penyakit yang
mendasarinya.
Ketika keluarga/ wali meminta dokter menghentikan bantuan hidup (withdrowing life
support) atau menunda bantuan hidup (withholding life support) terhadap pasien tersebut,
maka dokter harus menghormati pilihan tersebut. Pada situasi tersebut, dokter memiliki
legalitas dimata hukum dengan syarat sebelum keputusan penghentian atau penundaan
bantuan hidup dilaksanakan, tim dokter telah memberikan informasi kepada keluarga
pasien tentang kondisi terminal pasien dan pertimbangan keputusan keluarga/ wali
tertulis dalam informed consent.
C.
1.
TATA LAKSANA
Aspek Keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal dan mengintervensi dengan
melakukan asesmen yang tepat sebagai berikut:
a.
Closed Awareness: pasien dan atau keluarga percaya bahwa pasien akan
segera sembuh.
2)
3)
b.
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada berbagai masalah
menurunnya fisik, perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi
pada pasien terminal, meliputi:
1) Pernapasan (breath)
a) Apakah teratur atau tidak teratur,
b) Apakah ada suara napas tambahan
crackles, dll,
c) Apakah terjadi sesak napas,
d) Apakah ada batuk, bila ada apakah produktif atau tidak
e) Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah, warna, bau dan
jenisnya
f) Apakah memakai ventilasi mekanik ( ventilator ) atau tidak.
2) Kardiovaskuler (blood)
a) Bagaimana irama jantung, apakah reguler atau ireguler
b) Bagaimana akral, apakah hangat, kering, merah, dingin, basah dan
pucat
g)
3) Persyarafan (brain)
a) Bagaimana ukuran GCS total untuk mata, verbal,
motorik
kesadaran pasien
b) Berapa ukuran ICP dalam CmH2O
c) Apakah ada tanda TIK seperti nyeri kepala atau muntah
proyektil
dan
4) Perkemihan (blader)
a) Bagaimana area genital, apakah bersih atau kotor
b) Berapa jumlah cairan masuk dalam hitungan cc/hari
c) Bagaimana cara buang air kecil, apakah spontan atau dengan bantuan
dower kateter
d) Bagaimana produksi urin, berapa jumlah cc/jam, bagaimana warnanya,
bagaimana baunya
5) Pencernaan (bowel)
a) Bagaimana nafsu makan, apakah baik atau menurun
b) Bagaimana porsi makan, habis atau tidak
c) Minum berapa cc/hari, dengan jenis cairan apa
d) Apakah mulut bersih, kotor dan berbau
e) Apakah ada mual atau muntah
f) Buang air besar berapa kali sehari, apakah teratur atau tidak, bagaimana
konsistensi,warna dan bau dari feses.
6) Muskuloskeletal/intergumen
a) Bagaimana kemapuan pergerakan sendi, bebas, atau terbatas
b) Bagaimana warna kulit, apakah ikterus, sianotik, kemerahan, pucat atau
hiper pigmentasi
c) Apakah ada odema atau tidak, bila ada dimana lokasinya
d) Apakah ada dekubitus atau tidak, bila ada dimana lokasinya
e) Apakah ada luka atau tidak bila ada dimana lokasinya dan apa jenis
lukanya
f) Apakah ada kontraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya
g) Apakah ada fraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya dan apa jenis
frakturnya
h) Apakah ada jalur infus atau tidak bila ada dimana lokasinya
c.
d.
kalimat
Asesmen
keinginan
pasien
untuk
istirahat/menyendiri.
e.
tahapan bargaining.
1)
Intervensi keperawatan
a) Pertahankan kebersihan tubuh, pakaian dan tempat tidur pasien
b) Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
c) Lakukan suction bila terjadi penumpukan secret pada jalan nafas
d) Berikan nutrisi dan cairan yang adekuat
e) Lakukan perawatan mata agar tidak terjadi kekeringan/ infeksi kornea
f) Lakukan oral hygiene
g) Lakukan reposisi tidur setiap 2 jam sekali dan lakukan masase pada
daerah penonjolan tulang dengan menggunakan minyak kayu putih
untuk mencegah dekubitus
h) Lakukan manajemen nyeri yang memadai
i) Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan mengajak pasien berdoa
j) Tunjukkan perhatian dan empati serta dukungan kepada keluarga yang
berduka
k) Ajak keluarga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
terhadap
asuhan
pasien,
seperti
penghentian
bantuan
hidup
Aspek Medis
Intervensi Medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang serius, maka
beberapa
sebagai berikut:
b.
c.
Pemberian Nutrisi
1) Feeding
Tube,
Seringkali
pasien
sakit
terminal
tidak
bisa
untuk
Tindakan Dialisis
Tindakan dialysis diberikan pada pasien terminal yang mengalami
penurunan fungsi ginjal, baik yang akut maupun yang kronik dengan
LFG < 15 ml/menit. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun
sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai
uremia.
e.
Pemberian Antibiotik
Pasien terminal, memiliki risiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi di
bandingkan pasien lainnya. Infeksi berat ini paling sering ditemukan pada
saluran pernapasan,
Penyebab
multifaktorial,
barrierusus,
meningkatnya
meliputipenurunan
penggunaan
risiko
fungsi
antibiotik
infeksi
imun,
spektrum
ini
gangguan
luas,
bersifat
fungsi
katekolamin,
(withholding
life support)
yangdilakukan pada pasien yang dirawat di ruang rawat intensif care (IRIR dan
ROI I ). Keputusan withdrawing / withholding adalah keputusan medis dan etis
yang dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi atau dokter
lain yang memiliki kompetensi dan 2 (dua) orang dokter lain yang ditunjuk oleh
komite medis rumah sakit.
Adapun persyaratan withdrawing life support & withholdinglife support
sebagai berikut :
a.
Informed Consent
Pada
yang
b) Indikasi
dan
keadaan
klinis
pasien
yang
membutuhkan
With
Kondisi Terminal
Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika
diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang
bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya dilakukan
tindakan terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri.
c.
MBO
dilakukan
oleh
3(tiga)dokter
yaitu
dokter
spesialis
anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi, dokter spesialis saraf
dan 1(satu)dokter lain yang ditunjuk oleh komite medis rumah sakit dengan
prosedur pengujian MBO sebagai berikut :
1) Memastikan hilangnya reflex batang otak dan
(ireversibel). yaitu:
a)
area
somatic
e)
Tidak ada reflex muntah (gag reflex) atau reflex batuk karena rangsang oleh
kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakea.
f)
2) Bila tes hilangnya reflex batang otak dinyatakan positif, tes diulang lagi 25
menit kemudian
3) Bila tes tetap positif, maka pasien dinyatakan mati walaupun jantung masih
berdenyut, dan ventilator harus segera dihentikan.
4) Pasien dinyatakan mati ketika batang otak dinyatakan mati danb ukan sewaktu
mayat dilepas dari ventilator atau jantung berhenti berdenyut.
Donasi Organ
Prosedur donasi organ pasien MBO, adalah sebagai berikut:
a.
Seseorang
yang
telah
membuat
testimony
donasi
organ
harus
c.
Khusus pada penentuan MBO untuk donor organ, ketiga dokter yang
menyatakan MBO harus tidak ada sangkut paut dengan tindakan
transplantasi.
d.
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
NO. DOKUMEN
016-HPK/2015
Tanggal Terbit
01 Maret 2015
PENGERTIAN
NO. REVISI
HALAMAN
1/2
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
Agar pasien dalam tahap terminal mendapat pelayanan terbaik di akhir sisa hidupnya.
SK Direktur RSUD Dr. Muhammad .Zein Painan No 01-1.0/III/AKR/ RSUD-2015
tentang Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga.
1. Ucapkan salam
2.
3.
Dokter penanggung jawab memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarga
yang diberi wewenang mengenai penyakit pasien berada pada kondisi tahap
terminal.
4.
Berikan kesempatan pasien dan atau keluarga untuk bertanya dan atau pendapat
yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan pasien tahap terminal.
5.
6.
Pasien dan atau keluarga meminta pelayanan pasien tahap terminal kepada
perawat dan perawat membantu mengisikan form tersebut.
7.
8.
9.
10. Berikan pelayanan pasien tahap terminal sesuai dengan formulir permintaan
pasien dan keluarga oleh petugas pelayanan pasien tahap terminal yang diminta.
Ucapkan Terima Kasih.
UNIT TERKAIT
1.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad Zein Painan merupakan Rumah Sakit
pelayanan publik yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Untuk menciptakan hubungan
yang dinamis dan harmonis dengan pasien, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan
membentuk Unit Komplain untuk menanggapi dan menangani keluhan pasien serta memberikan
informasi pelayanan rumah sakit kepada pasien, yang diharapkan dapat menciptakan hubungan
baik antara pihak rumah sakit dengan pasien.
Adapun tugas Unit Komplain berperan dalam membina hubungan baik dengan pasien
dengan menjadi problem solving fasilitator dan komunikator yang berperan dalam memberikan
informasi kepada pasien. dalam menanggapi dan menangani keluhan pasien.
Selain itu Unit Komplain Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad Zein Painan
sangat
berperan mulai dari menampung keluhan, mendengarkan setiap keluhan pasien, berkoordinasi
dengan unit yang dikeluhkan pasien, sampai dengan memberikan solusi kepada pasien.
Mayoritas, faktor penyebab pasien mengeluh adalah faktor internal rumah sakit yaitu
mengenai pelayanan seperti kurang ramahnya petugas atau perawat dan kurang cepatnya pelayanan
di unit pelayanan. Untuk itu telah di sediakan sarana bagi pasien untuk dapat menyampaikan
keluhannya melalui telepon, email, sms atau dapat langsung mengunjungi ruang Unit Komplain.
Sehingga di harapkan pasien menggunakan sarana untuk menyampaikan keluhan dan mendapatkan
informasi mengenai pelayanan yang ditawarkan.
Untuk itu perlu dibuat suatu panduan menangani complain/ keluhan dalam mengatasi hal
tersebut agar semuanya bisa diatasi dan agar tidak sampai terjadi konflik yang serius terhadap
pasien. Setiap permasalahan yang terjadi selalu diusahakan untuk diselesaikan dengan mengaju
pada panduan ini.
B.
Tujuan
1. Umum
Secara umum, tujuannya adalah menangani semua keluhan dan pasien agar bisa diselesaikan
secara professional dan kekeluargaan.
2. Khusus
Agar pasien yang tidak puas bisa mendapat jawaban dan penjelasan informasi sebaik baiknya
dari pihak rumah sakit.
Agar tidak sampai terjadi konflik yang serius dan berkepanjangan terhadap pasien.
Sebagai peluang untuk memperbaiki pelayanan , menjaga image Rumah Sakit serta
meningkatkan kepuasan pasien.
C.
BAB II
TATA LAKSANA
A.
Pengertian
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak terlepas adanya komplain
yang terjadi antara pasien dan rumah sakit. Komplain merupakan akibat situasi dimana keinginan
atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara pasien dengan pihak rumah sakit, sehingga
keduanya saling terganggu. Untuk itu komplain tersebut perlu diselesaikan dengan baik sehingga
tidak melebar terlalu jauh dari pokok permasalahannya.
Komplain ini terjadi karena ketidak cocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin
diharapkan oleh pasien terhadap pihak rumah sakit. Hal ini dapat mengganggu bahkan membuat
emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Untuk itu perlu dibuat suatu panduan menangani komplain dalam mengatasi hal tersebut
agar semuanya bisa diatasi. Pasien yang merasa tidak puas akan mengambil sikap untuk komplain
terhadap pihak rumah sakit atas keluhannya, dan sudah menjadi kewajiban pihak rumah sakit untuk
menjawab dan menjelaskan komplain dari pihak pasien. Dalam setiap komplain yang diberikan,
oleh pasien terhadap rumah sakit, RSUD Dr. M. Zein selalu berusaha menanggapi dengan baik dan
dapat diselesaikan dengan cepat, Hal ini memang dilakukan agar tidak sampai terjadi konflik yang
serius terhadap pasien. Setiap permasalahan yang terjadi selalu diusahakan untuk diselesaikan
dengan mengaju pada panduan ini.
B.
Minta bantuan kepada Unit Komplain, untuk(Koordinasi dengan unit terkait bila perlu
disampaikan ke manajemen pada hari itu juga.
3.
Pasien akan mengisi formulir keluhan, kritik dan saran tentang isi komplainnya diberikan oleh
Unit Komplain untuk ditindak-lanjuti pada hari itu juga.
4.
Unit Komplain akan menyampaikan kepada manajemen terkait dan pihak yang terkait atas
komplain tersebut dan meminta jawabannya pada hari itu juga.
5.
Komplain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada dokter medical information yang
dimana akan di rapatkan di komite medik (jika perlu) untuk memberikan jawaban dan
penjelasannya berdasarkan standar RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
6.
Komplain yang tidak bersifat medis, akan diatasi oleh Unit Komplain dengan pihak yang terkait
berdasarkan standar RSUD Dr. Muhammad Zein Painan paling lambat 2 x 24 jam.
7.
Jika jawaban sudah diterima oleh Unit Komplain, Unit Komplain akan menyampaikan jawabannya
kepada pasien secara langsung (yang sifatnya non medis), dan ditemani oleh medical information
(yang sifatnya medis) sebagai jawaban resmi dari pihak manajemen. Dalam menyampaikan jawaban,
Unit Komplain mengundang pasien / keluarga secara kekeluargaan yang bertempat di ruang
pelayanan.
8.
Bila pasien tidak puas dengan jawaban manajemen,(Bila perlu diskusikan solusi dengan Direktur
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan).
9.
Semua komplain akan di laporkan oleh Unit Komplain untuk direkap menjadi laporan bulanan Unit
Komplain kepada pihak manajemen.
10. Setiap komplain yang terjadi akan dijadikan acuan untuk perbaikan, baik dan sisi SDM maupun
Sistem Rumah Sakit.
C.
Unit petugas terkait Rumah Sakit menerima komplain dari pasien diluar jam kerja.
2.
3.
Bila belum dapat terselesaikan oleh Karu, Pasien komplain diminta untuk mengisi Formulir Keluhan.
4.
Formulir keluhan pasien diserahkan ke unit komplain saat jam kerja dan unit komplain bersama Karu
Unit terkait dan Manajemen menyelesaikan permasalahan komplain. Dan menyiapkan penyelesaian
yang terbaik.
5.
Bila pada akhirnya jawaban dari unit komplain dan manajemaen tidak dapat menyelesaikan
permasalahan yang dikeluhkan, maka dengan terpaksa harus ditempuh Jalur Hukum..
D.
Unit Komplain terkait menerima komplain dan pasien dan mencatat komplain tersebut.
2.
Unit Komplain akan meminta waktu kepada pasien untuk meminta jawaban dari unit terkait saat itu
juga.
3.
Unit Komplain akan menyampaikan jawaban kepada pasien sesuai dengan jawaban yang diberikan
oleh unit terkait. Jika komplain menyangkut medis maka Unit Komplain akan ditemani oleh dokter
pemberi informasi medis.
4.
Jika pasien tidak puas dengan jawaban dan unit terkait, maka Unit Komplain akan meminta waktu
kepada pasien untuk disampaikan ke pihak manajemen.
5.
Unit Komplain membuat laporan tertulis dengan lengkap untuk disampaikan ke manajemen.
6.
Pihak manajemen akan memberikan jawaban kepada Unit Komplain untuk disampaikan kepada
pasien sebagai jawaban resmi dari manajemen.
7.
Komplain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada dokter medical information yang dimana
akan di rapatkan di komite medik (jika perlu) untuk memberikan jawaban dan penjelasannya
berdasarkan standar RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
8.
Komplain yang tidak bersifat medis, akan diatasi oleh Unit Komplain dengan pihak yang terkait
berdasarkan standar RSUD Dr. Muhammad Zein Painan paling lambat 2 x 24 jam.
9.
Bila pasien tidak puas dengan jawaban manajemen, (Bila perlu diskusikan dengan Direktur RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan). Langkah terakhir melalui Jalur Hukum.
10. Setiap komplain yang terjadi akan dijadikan acuan untuk perbaikan, baik dari sisi SDM maupun
Sistem.
E.
Alur Proses
Proses Komplain Di hari Kerja Dan Diluar Hari kerja
Pasien komplain
(Langsung & tak langsung
(SMS, Kotak Saran)
Jam Kerja
Karu Unit
Terkait
Unit Komplain
Selesai
Unit Terkait
Belum Selesai
Belum Selesai
Selesai
Unit Komplain
Belum Selesai
Selesai
MANAJEMEN
Jalur Hukum
Selesai
Jalur Hukum
BAB III
PENUTUP
Panduan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatakan mutu dan kualitas
pelayanan Rumah Sakit. Untuk itu diperlukan upaya-upaya pemberdayaan, sumber daya manusia baik
pemberdayaan terhadap SDM di rawat jalan dan rawat inap maupun terhadap pasien.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung oleh upaya-upaya bina
suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap mereka yang paling berpangaruh terhadap pasien/klien.
Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka yang dapat mendukung dan membantu rumah sakit dari segi
kebijakan (peraturan perundang-undangan) dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien melalui
komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga
tidak sampai terjadi konflik yang serius terhadap pasien. Setiap permasalahan yang terjadi selalu diusahakan untuk
diselesaikan dengan mengaju pada panduan ini.
FORMULIR KELUHAN
Nama Pasien/Keluarga
No. RM
Tanggal Lahir
Masalah : Baru
Tanggal/Jam Komplain
Lama
Ruangan/Bagian
URAIAN KELUHAN
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
....................................................................................
TINDAKAN APA YANG DIHARAPKAN DARI RUMAH SAKIT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH
TERSEBUT :
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
...............................................................................................
(..............................)
EVALUASI/TINDAK LANJUT :
Tidak perlu tindak lanjut
Perlu tindak lanjut
Evaluasi oleh
(...................................)
RSUD Dr.
No. Dokumen
MUHAMMAD ZEIN
017-HPK/2016
Halaman
PAINAN
Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
Penanganan komplain pasien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Memberikan hak pasien untuk menanyakan tentang perbedaan pendapat, pelayanan,
TUJUAN
Kebijakan
Direktur
RSUD
Dr.
Muhammad
Zein
Painan
Nomor
01-
PROSEDUR
3.
4.
5.
UNIT TERKAIT
6.
Penyelesaian akhir harus dicatat kembali beserta solusi, rekomendasi oleh unit
3.
4.
PKRS
5.
Umum
6.
Keuangan
7.
Pelayanan
8.
Penunjang
9.
Satuan Pengamanan
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-4.0/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI NILAI NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN DALAM PELAYANAN
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD
Zein Painan,
b.
Dr. Muhammad
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Kebijakan Identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien dalam pelayanan seperti yang
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-4.0/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan menghormati nilai-nilai dan kepercayaan pasien selama menjalani
perawatan/pengobatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
2.
Staf RSUD Dr. Muhammad Zei Painan di bagian pelayanan rawat jalan dan rawat inap diharapkan menghormati
dan mampu mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien selama dalam pelayanan.
3.
b.
4.
c.
d.
e.
Tidak memakan suatu jenis tertentu, misal : daging sapi, ikan tidak bersisik, dll
f.
g.
Dan lain-lain
Staf RSUD Dr. Muhammad Zein Painan bersedia membantu pasien jika mengalami kesulitan dalam
melaksanakan kepercayaannya selama dirawat di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
5.
Staf RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dilarang membicarakan kepercayaan pasien diluar area RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan.
DIREKTUR
H. BUSRIL
RSUD Dr.
IDENTIFIKASI NILAI - NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN DALAM
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
No. Dokumen
018-HPK/2016
Tanggal Terbit
STANDAR
PELAYANAN
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
kehidupannya
1. Agar petugas Rumah Sakit mampu mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan
pasien.
2.
Agar petugas Rumah Sakit memahami peran mereka dalam melindungi hak pasien
dan keluarga dalam hal menjalankan nilai-nilai dan kepercayaannya.
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
Saat pasien dinyatakan rawat inap oleh DPJP, pasien diwajibkan mengisi kolom
agama yang dianut dan suku bangsa di lembar keluar masuk
2.
Saat tiba di ruang rawat, perawat melakukan asesmen pasien rawat inap
tentang nilai-nilai dan kepercayaan pasien
3.
Jika ada kebutuhan khusus pasien tentang kebutuhan spiritual, perawat akan
menindaklanjuti untuk dikoordinasikan dengan bidang terkait.
4.
b.
c.
d.
e.
f.
Tidak memakan suatu jenis makanan tertentu, misal : daging sapi, ikan
tidak bersisik dll
g.
RSUD Dr.
Lain lain
MUHAMMAD ZEIN
PELAYANAN
PAINAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
018-HPK/2016
2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
5.
Petugas meyakinkan kepada pasien bahwa petugas Rumah Sakit akan bersedia
membantu
pasien
jika
mengalami
kesulitan
dalam
melaksanakan
6. Petugas Rumah Sakit harus menunjukkan sikap empati pada perasaan pasien.
Bidang Pelayanan Medis
Bidang Keperawatan
Bidang Pelayanan
Bagian Gizi
Seluruh Staf Pelayanan
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-5.0/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan, maka diperlukan aturan pemberian informasi hak dan tanggung
b.
jawab pasien;
bahwa agar pemberian informasi hak dan tanggung jawab pasien di RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan sebagai landasan bagi
c.
penyelenggaraannya;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu detetapkan dengan keputusan Direktur RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
PASIEN
Kebijakan Pemberian Informasi Hak dan Tanggung Jawab Pasien seperti yang tertera
KETIGA
KEEMPAT
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-5.0/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
A. RSUD Dr. Muhammad Zein Painan memberikan informasi hak dan tanggung jawab pasien selama pasien
dirawat di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
B. Selama dalam pengobatan dan perawatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, pasien mempunyai hak :
1.
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
2.
3.
4.
Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
5.
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6.
7.
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit;
8.
Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Mendapat privaci dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi mengenai diagnostik dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar, baik secara perdata maupun pidana;
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak
dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Selama dalam pengobatan dan perawatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, pasien mempunyai
tanggung jawab :
1.
Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah sakit;
2.
3.
Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang dideritany kepada
dokter yang merawat;
4.
5.
D. Pemberian informasi mengenai hak dan tanggung jawab pasien disampaikan melalui pamlet, banner,
brosur tata tertib atau komunikasi langsung dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami pasien.
E. Bila penyampaian informasi hak dan tanggung jawab pasien diatas tidak efektif/tidak dapat dimengerti
oleh pasien, RSUD Dr. Muhammad Zein Painan akan meminta bantuan pihak ketiga yang dapat
dimengerti oleh pasien, baik dari lingkungan internal Rumah Sakit maupun ekternal.
DIREKTUR
H. BUSRIL
RSUD Dr.
PEMBERIAN INFORMASI
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
No. Revisi
Halaman
019-HPK/2015
1/2
Tanggal Terbit
PROSEDUR
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
Tersedia formulir tentang Hak dan Kewajiban Pasien serta Tata Tertib
Rumah Sakit.
3.
Di Rawat Jalan :
4.
Di Rawat Inap :
PEMBERIAN INFORMASI
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pasien memahami akan hak dan kewajiban pasien maupun tata tertib
selama di rumah sakit.
5.
IGD :
UNIT TERKAIT
PKRS
IGD
Nama :
Lk/Pr
1.
Hak dan kewajiban sebagai pasien : Dengan menandatangani dokumen ini saya mengakui bahwa proses pendaftaran untuk
mendapatkan perawatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan telah mendapat informasi tentang hak-hak dan kewajiban saya
sebagai pasien
2.
Saya menyetujui dan memberika persetujuan untuk dirawat di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dan dengan ini saya meminta
dan memberikan kuasa kepada RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, dokter dan perawat, didampingi oleh pegawai RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan untuk memberikanasuhan dan perawatan, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter dan perawat
dan melakukan prosedur diagnostik radiologi dan/atau terapi dan tatalaksana sesuai pertimbangan dokter yang diperlukan atau
disarankan pada perawatan saya. Hal ini mencakup seluruh pemeriksaan dan prosedur diagnostik rutin termasuk x-ray
pemberiandan/atau menyuntikkan produk farmasi dan obat-obatan, pemasangan alat kesehatan (kecuali yang membutuhkan
persetujuan khusus) dan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan patologi.
3.
Saya memberi kuasa kepada setiap dan seluruh orang yang merawat saya untuk memeriksa dan atau memberitahukan
informasi kesehatan saya kepada pemberi kesehatan lain yang turut merawat saya selama di rumah sakit.
4.
Saya bersedia dalam pelepasan informasi untuk kepentingan pendidikan, manajemen, penelitian, asuransi dan hukum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5.
Saya setujui rumah sakit wajib menjamin kerahasiaan informasi medis sya baik untuk kepentingan perawatan dan pengobatan,
pendidikan maupun penelitian kecuali saya mengungkapkan sendiri atau orang lain yang saya beri kuasa untuk itu (orang tua
kandung/suami istri, kakak/adik saya).
6.
Saya memberi kuasa kepada rumah sakit untuk menjaga privasi dan kerahasiaan penyakit saya selama dalam perawatan.
7.
Saya mengetahui bahwa RSUD Dr. Muhammad Zein Painan merupakan RS pendidikan yang menjadi tempat praktek klinik
bagian mahasiswa kedokteran dan profesi-profesi kesehatan lainnya, karena itu mereka mungkin berpartisipasi dan atau
terlibat dalam perawatan saya. Saya menyetujui bahwa mahasiswa kedokteran dan profesi kesehatan lain berpartisipasi dalam
perawatan saya sepanjang dibawah supervisi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
8.
Saya tidak boleh membawa barang-barang berharga yang tidak diperlukan (seperti perhiasan, elektronik dll) ke RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan dan jika saya membawanya maka RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tidak bertanggung jawab
terhadap kehilangan, kerusakan atau pencurian.
9.
Saya menyatakan bahwa saya telah menerima informasi tentang adanya tata cara mengajukan dan mengatasi keluhan terkait
pelayanan medik yang diberikan terhadap diri saya. Saya setuju untuk mengikuti tata cara mengajukan keluhan sesuai
prosedur yang ada.
10. Saya menyatakan setuju, baik sebagai wali atau sebagai pasien, bahwa sesuai pertimbangan pelayanan yang diberikan
kepada pasien, maka saya wajib untuk membayar total biaya perawatan yang diberikan sesuai acuan biaya dan ketentuan
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dengan jaminan atau pribadi.
11. Melalui dokumen ini, saya menegaskan kembali bahwa saya mempercayakan kepada semua tenaga kesehatan rumah sakit
untuk memberikan perawatan, diagnostik dan terapi kepada saya sebagai pasien rawat inap atau rawat jalan atau instalasi
gawat darurat (IGD), termasuk semua pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk pengobatan dan tindakan yang aman.
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah menerima dan memahami informasi sebagaimana diatas dan menyetujuinya.
Painan, ..........................
Pasien/Keluarga/Penanggung Jawab
Pemberi
Saksi 1
Saksi 2
(........................................)
(.........................)
(.........................)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-6.0/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
(..........................)
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Dr. Muhammad
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
Surat Keputusan Direktur RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Nomor 011.0/III/AKR/RSUD-2015 tentang Hak Pasien dan Keluarga.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Kebijakan Persetujuan tindakan kedokteran seperti yang tertera pada lampiran Surat
Keputusan ini.
KETIGA
KEEMPAT
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-6.0/III/AKR/RSUD/2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1.
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi, kedokteran gigi, tindakan invasif, tindakan
anastesi dan pemberian darah, harus atas persetujuan pasien yang bersangkutan.
2.
Pasien berhak menyetujui atau menolak tindakan kedokteran yang disarankan oleh dokter.
3.
Bentuk persetujuan atau penolakan pasien terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan adalah
dengan mengisi formulir persetujuan/penolakan tindakan kedokteran.
4.
Bila pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan dikarenakan belum dewasa atau dikarenakan
pertimbangan kesehatan yang tidak memungkinkan, persetujuan/penolakan dapat diberikan oleh keluarga
terdekat atau pengampunnya.
5.
Keadaan darurat
Penjelasan tentang tindakan kedokteran diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien
bersangkutan atau salah satu dokter dari tim dokter yang merawatnya atau didelegasikan kepada dokter lain
yang berkompeten.
DIREKTUR
H. BUSRIL
1. Umum
a.
Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab seorang (pasien) itu sendiri.
Dengan demikian, sepanjang keadaan kesehatan tersebut tidak sampai menggangu orang lain, maka
keputusan untuk mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud, sepenuhnya terpulang dan
menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
b.
Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi untuk meningkatkan atau
memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh
seorang (pasien) yang bersangkutan. Karena sesungguhnya dalam pelayanan kedokteran, tidak
seorangpun yang dapat memastikan keadaan hasil akhir dari diselenggarakannya pelayanan kedokteran
tersebut (uncertainty result), dan karena itu tidak etis jika sifatnya jika penerimaannya dipaksakan. Jika
seseorang karena satu dan lain hal, tidak dapat atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang
ditawarkan, maka sepanjang penolakan tersebut tidak membahayakan orang lain, harus dihormati.
c.
Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila terjalin
kerjasama yang baik antara dokter dan pasien sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi. Dalam
rangka menjalin kerjasama yang baik ini perlu diadakan ketentuan yang mengatur tentang perjanjian
antara dokter atau dokter gigi dengan pasien. Pasien menyetujui (consent) atau menolak, adalah
merupakan hak pribadinya yang tidak boleh dilanggar, setelah mendapat informasi dari dokter atau
dokter gigi terhadap hal-hal yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi sehubungan dengan
pelayanan kedokteran yang diberikan kepadanya.
d.
Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapatkan informasi dan consent
berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah
pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa
paksaan (voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup tentang kedokteran yang dimaksud.
e.
Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan, dan ketertiban hubungan dokter atau dokter gigi
dengan pasien melalui informed consent harus ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah
sakit.
2. Dasar
Sebagai dasar ditetapkannya Panduan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran ini adalah peraturan
perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang menyangkut persetujuan tindakan kedokteran, yaitu :
a.
b.
c.
d.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran;
e.
f.
g.
h.
Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik nomor : HK.00.06.3.5.1866 tahun 1999 tentang
Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis.
3. Tujuan
Panduan ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh dokter, dokter gigi dan seluruh tenaga kesehatan
Rumah Sakit Husada dalam melaksanakan ketentuan tentang persetujuan tindakan kedokteran.
4. Pengertian
a.
Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang akan dilakukan terhadap pasien.
b.
Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang selanjutnya disebut Tindakan Kedokteran,
adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
c.
Tindakan invasif, adalah tindakan yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh
pasien.
d.
Tindakan Kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan
tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.
e.
Pasien, adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit.
f.
Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
g.
Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudarasaudara kandung atau pengampunya.
Ayah
Ayah Kandung
Termasuk Ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan
atau berdasarkan hukum adat.
Ibu
:
-
Ibu Kandung
Termasuk Ibu adalah Ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hukum adat
Suami :
-
Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri
-
:
Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri persetujuan / penolakan
dapat dilakukan oleh salah satu dari mereka.
h.
Wali, adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk
mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang yang menurut hukum menggantikan
kedudukan orang tua.
i.
Induk semang, adalah orang yang berkewajiban untuk mangawasi serta ikut bertangung jawab terhadap
pribadi orang lain, seperti pemimpin asrama dari anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang
pembantu rumah tangga yang belum dewasa.
j.
Gangguan Mental, adalah sekelompok gejala psikologis atau perilaku yang secara klinis
menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi kehidupan seseorang, mencakup Gangguan
Mental Berat, Retardasi Mental Sedang, Retardasi Mental Berat, Dementia Senilis.
k.
Pasien Gawat Darurat, adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
Memperoleh Informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya memberikan informasi dan
penjelasan adalah kewajiban dokter atau dokter gigi.
2.
Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi persyaratan dibawah ini :
a. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan kedokteran yang
dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be actually performied)
b. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan (Voluntary)
c. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang (pasien) yang sehat
mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
d. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan cukup (adekuat)
informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.
3.
j.
k.
Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and risk);
l.
Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang mungkin terjadi;
m.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without medical procedures;
n.
Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak dilakukan;
o.
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan kedokteran yang
dilakukan (purpose of medical procedure);
p.
tanggal
waktu
nama
tanda tangan
b.
Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-kurangnya
diagnosis kerja dan diagnosis banding;
c.
Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran;
d.
a.
Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik, ataupun
rehabilitatif;
b.
Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan,
serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi;
c.
Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan tindakan
yang direncanakan;
d.
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan;
e.
Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan
komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya dapat dilakukan
untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan kedokteran dilakukan, dokter atau
dokter gigi harus memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat.
3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko dan komplikasi
yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali :
a.
b.
Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan;
c.
b.
c.
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien atau salah satu dokter atau dokter gigi
dari tim dokter yang merawatnya.
Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan secara
langsung, maka pemberian penjelasan harus didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang kompeten.
Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan penjelasan sesuai dengan kewenangannya. Tenaga
kesehatan tersebut adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung
kepada pasien.
Demi kepentingan pasien, persetujuan tindakan kedokteran tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam
keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak memberikan persetujuan atau
penolakan tindakan kedokteran.
6.
Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
b.
Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau Penolakan Tindakan Medis
diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah/ Ibu Kandung
2) Saudara saudara kandung
c.
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan
hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan medis diberikan oleh mereka menurut
hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara saudara Kandung
3) Induk Semang
d.
Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau penolakan
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara Saudara Kandung
e.
Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau penolakan tindakan
medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali
2) Curator
f.
Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan medik
diberikan pleh mereka menurut urutan hal tersebut.
1) Suami/ Istri
2) Ayah/ Ibu Kandung
3) Anak- anak Kandung
4) Saudara saudara Kandung
Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral consent), tersurat (written consent),
atau tersirat (implied consent).
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk
pernyataan yang tertuang dalam formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kiri, formulir tersebut sudah diisi lengkap oleh
dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi
delegasi, untuk kemudian yang bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan
dihadapannya.
Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak mengandung risiko tinggi. Dalam hal
persetujuan lisan yang diberikan dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
(2) Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disimpan bersama-sama rekam
medis.
(3) Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran, menggunakan formulir
dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan bertindak sebagai salah
satu saksi;
b.
c.
Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan kedokteran;
d.
Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelaan harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai
bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan secukupnya;
e.
Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus membubuhkan cap jempol jari
kanan.
A.Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasive yang memerlukan informed consent antara lain:
NO
1
KSM/INSTALAS
I/UNIT
KSM Bedah
Saraf
TINDAKAN
1
Cingulotomy (Psichiatric)
10
11
Denervasi Facet
12
13
Eksisi Ensefalokel/Mielokel
14
15
Eksisi Osteoma/Osteositosis
16
17
Dura
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
19
Dura
20
21
22
23
Hemisferektomi (Epilepsi)
24
Hemisferoktomi (Epilepsi)
25
26
27
28
(Epilepsi,movement,psikiatrik)
Kordotomi Perkutan
29
30
31
32
33
34
35
Laminoplasti
36
37
38
39
Lesionectomy (Epilepsi)
40
Lobektomi (Epilepsi)
41
Mesencephalectomy (Pain)
42
Mikrodisekktomi HNP
43
44
Neurektomi/Neurolise
45
Neuroendoskopi (Otak,Spinal)
46
Neuroplasti
47
Omaya drain
KSM/INSTALAS
NO
TINDAKAN
I/UNIT
48
49
50
51
52
53
54
Revisi VP Shunt
55
56
Rhizotomy (Pain)
57
58
59
60
Simpatektomi Perkutan
61
SLTH
62
63
64
Suturektomi Kraniostenosis
65
Thalomotomy (Pain)
66
67
68
advancement
Trepanasi Cedera Kepala (<4jam)
69
70
71
72
73
74
VA Shunt
75
VP Shunt Multiple
KSM/INSTALAS
NO
2.
TINDAKAN
I/UNIT
KSM Bedah
Kepala Leher
Deseksi submandibula
10
flap local
11
12
13
flap local
14
15
16
17
18
Kulit
19
20
21
22
Ekskokleasi epulis
23
24
25
26
27
28
KSM/INSTALASI
No
3.
/UNIT
KSM
Bedah THT-KL
29
TINDAKAN
Fiksasi interna fraktur nasal
30
31
Hemiglosektomi
32
33
34
35
36
patahan
37
38
atau lebih
39
Laringectomi
Adenotonsilektomi
Anthrostomi+Sinuskopi
Biopsi Tumor
Bronkoskopi Rigid
10
DCR
11
Eksisi Ekstostosis
12
13
14
15
Ekstraksi Polip
16
17
Ethmoidektomi (Intranasal)
18
KSM/INSTALASI/
NO
TINDAKAN
UNIT
19
20
21
22
23
24
25
26
Faringotomi
27
FESS
28
FESS Advance
29
Frontal Sinusotomi
30
31
32
FOL
33
Glosektomi Total/Parsial
34
Glosektomi Total/Hemiglosektomi+RND
35
Hemiglosektomi+SOHND
36
37
Inversi Grommet
38
Insisi Perikondritis
39
40
41
Imunoterapi
42
Konka Reduksi
43
44
Laringektomi
45
Laringektomi+ND
46
47
48Laringoskopi Rigid
KSM/INSTALASI/
NO
TINDAKAN
UNIT
49
Laringoskopi Fleksible
50
Laringoskopi Direkta
51
Maksilektomi Total+Rekontruksi
52
Mastoidektomi Radikal
53
Mini FESS
54
55
Myringoplasty/Timpaniplasti
56
Mandibulekromi
57
58
Osteotomi+Septum koreksi
68
69
70
Rhinoplasti
71
72
73
74
75
Septum Koreksi+Konkotomi
76
Stapedektomi
77
78
Tiroidektomi Sub-Total
79
Tonsilektomi/Adenoidektomi
80
Tracheostomi
81
Turbinektomi
82
Tiroidektomi Total+ND
83
84
85
NO
4
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
KSM Orthopedi
Abdominopelvic amputation
Dan
Achillotenotomy
Traumatologi
Advancement of tendon
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Ankle fusion
23
24
25
26
KSM/INSTALAS
NO
TINDAKAN
I/UNIT
28
Arthrodesis of elbow
29
Arthrodesis of hip
30
Arthrodesis of knee
31
32
Arthrodesis of shoulder
33
34
35
36
37
38
39
40
Aspiration of bursa
41
42
43
44
45
Biopsy of bone
46
47
48
Bone graft
49
50
51
52
the
first metatarsal
Bursectomy
53
Bursectomy of hand
54
Bursotomy
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
55
Bursotomy of hand
56
Carporadial fusion
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
75
76
77
78
79
84
metatarsal
Excision of bone for graft
85
86
87
88
89
90
91
posterior technique
Excision of bone for graft
92
93
94
95
96
97
98
99
100
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
102
103
104
105
106
107
108
109
Exploratory thoracotomy
110
Fasciotomy
111
Fasciotomy of hand
112
Finger reattachment
113
114
Foot reattachment
115
116
117
118
119
120
121
122
oxidized
zirconium-on-polyethylene
Hip
bearing
surface, metal-on-metal
123
124
125
126
127
128
129
NO
TINDAKAN
KSM/INSTALASI
/UNIT
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
152
153
154
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
155
156
157
158
159
160
Interphalangeal fusion
Interthoracoscapular amputation, Forequarter amputation
161
162
163
164
165
166
167
Neuromonitoring
Intervertebral chemonucleolysis
Limb lengthening procedures
Limb shortening procedures
Local excision of lesion or tissue of bone
Lower leg or ankle reattachment
168
169
anterior technique
Lumbar and lumbosacral fusion of the anterior column,
170
posterior technique
Lumbar and lumbosacral fusion of the posterior column,
171
172
173
174
175
176
177
178
179
posterior technique
Lysis of adhesions of hand
Lysis of adhesions of muscle, tendon, fascia, and bursa
Lysis of adhesions of spinal cord and nerve roots
Metacarpocarpal fusion
Metacarpophalangeal fusion
Metatarsophalangeal fusion
Midtarsal fusion
Muscle transfer or transplantation
Myotomy
180
181
NO
Myotomy of hand
Neurectasis
KSM/INSTALASI/
UNIT
TINDAKAN
182
183
184
185
186
187
188
189
190
dislocation
Open reduction of dislocation of knee -Fresh dislocation
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
204
205
Open
Simplereduction
fracture of fracture with internal fixation- humerus -
206
Comminutive or Segmental
Open reduction of fracture with internal fixation- other
207
208
209
210
211
212
213
214
-Simple fracture
Open reduction of fracture with internal fixation-tibia and fibula-
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
Comminutive or Segmental
Open reduction of fracture without internal fixation
Open reduction of separated epiphysis
Osteoclasis (correction of bone deformity)
Other
Other (peripheral) vascular shunt or bypass
Other amputation below knee
Other anastomosis of cranial or peripheral nerve
Other and unspecified repair of the anulus fibrosus
Other arthrotomy
Other bunionectomy
226
227
228
229
230
NO
KSM/INSTALAS
TINDAKAN
I/UNIT
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
Decompression
Other fasciectomy
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
Other myectomy
254
255
Other neuroplasty
256
257
Suture of bursa
Other partial ostectomy (including : Bone curretage,
258
NO
KSM/INSTALAS
marginal resection/excision)
TINDAKAN
I/UNIT
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
Other
plastic
operations
on neurolysis
fascia
adhesions
Peripheral
nerve
NOS
Other plastic operations on hand
Other plastic operations on muscle
293
294
295
296
297
Quadricepsplasty
Reattachment of muscle
Reattachment of muscle of hand
Reattachment of tendon
Reattachment of tendon of hand
298
299
NO
KSM/INSTALAS
I/UNIT
TINDAKAN
300
301
posterior technique
Refusion of lumbar and lumbosacral spine, anterior column,
302
anterior technique
Refusion of lumbar and lumbosacral spine, anterior column,
303
posterior technique
Refusion of lumbar and lumbosacral spine, posterior column,
304
posterior technique
Refusion of other cervical spine, anterior column, anterior
305
technique
Refusion of other cervical spine, posterior column, posterior
306
307
308
309
310
311
312
313
314
technique
Refusion of spine, not elsewhere classified
Refusion of spine, not otherwise specified
Release of carpal tunnel
Release of clubfoot, not elsewhere classified
Release of tarsal tunnel
Removal of (cement) spacer
Removal of bone growth stimulator (invasive)
Removal of foreign body from spinal canal
Removal of implanted devices from bone - carpals and
315
316
317
318
319
(invasive) (
Removal of implanted devices from bone - femur
Removal of implanted devices from bone - humerus
Removal of implanted devices from bone - radius and ulna
320
321
322
323
324
325
326
NO
KSM/INSTAL
ASI/UNIT
TINDAKAN
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
spinal canal
Replacement of joint of foot and toe
Resurfacing hip, partial, acetabulum, Hip resurfacing arthroplasty,
346
347
partial, acetabulum
Resurfacing hip, partial, femoral head
Revision of total knee replacement, tibial insert (liner), Replacement of
348
tibial insert(liner)
Revision or replacement of artificial spinal disc prosthesis,
349
cervical
Revision or replacement of artificial spinal disc prosthesis,
350
lumbosacral
Revision or replacement of artificial spinal disc prosthesis,
351
352
353
354
355
356
357
thoracic
Rotator cuff repair
Separation of equal conjoined twins
Separation of unequal conjoined twins
Sequestrectomy
Spinal fusion, not otherwise specified
Subtalar fusion
358
359
Suture of Artery
360
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
361
362
363
364
365
366
367
Suture of Vein
368
Synovectomy
369
Tarsometatarsal fusion
370
Tendon graft
371
372
373
374
Tenotomy of hand
375
Thigh reattachment
376
Thumb reattachment
378
Toe reattachment
379
380
381
Total ostectomy
382
383
384
389
390
Triple arthrodesis
391
392
393
394
NO
5
KSM/INSTALASI
/UNIT
KSM
BEDAH
THORAKS
DAN
KARDIOVASKULA
R
TINDAKAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
NO
TINDAKAN
KSM/INSTALASI
/UNIT
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Bedah
JantungKardio (Jantung)
Aortic Valve Repair (AVR)
Aortic Valve Repair (AVR) dengan Bioprosthesis Valve
Aortic Valve Repair (AVR) dengan Mechanical Valve
Atrial septal Defect (ASD) Closure
Bidirectional Cavo-Pulmonary Shunt (BCPS)
Biopsi Jantung
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Biopsi Perikardium
KSM/INSTALASI/
NO
TINDAKAN
UNIT
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
1
Pembuluh Darah
3
4
Embolektomi/Trombektomi Aorta
Embolektomi/Trombektomi Pembuluh Darah Arteri Abdominal
5
6
7
8
9
10
11
NO
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
KSM BEDAH
DIGESTIVE
27
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
NO
Total gastrektomi
KSM/INSTALASI
/UNIT
KSM BEDAH
UROLOGI
TINDAKAN
60
Total pantreaktomi
61
Total prokto-kolektomi
62
63
64
65
66
67
68
69
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Funikokelektomi
Ganti Nefrostomy
Hidrokel per Inguinal/Ligasi Tinggi
Hidrokel per Skrotal
Hipospadia Subkoronal
Holmium YaG Laser (Sewa)
Ileal Conduit (Bricker)
Insersi DJ Stent
Insisi Abses Perineum
Insisi Abses Skrotum
Insisi Posterior Urethral Valve
Johanson
Johanson I
Johanson II
Kalibrasi Uretra
Kauterisasi
Koreksi Horseshoe Kidney
Koreksi Priapismus
Laparoskopi Adrenalektomi
Laparotomi Eksplorasi
Ligasi V.Spermatika Interna (Microsurgery)
56
Limfadenektomi Retroperitoneal/RPLND
57
Litholapaksi
58
Lithotripsi
59
Masase Prostat
Meatoplasti
Meatotomi
60
61
62
Limfadenektomi Ilioinguinal
MMK/Sling Uretra
63
Nefrektomi
64
65
Nefrektomi Parsial
66
67
Nefrektomi Radial
Nefropeksi/Renopeksi
Nefrostomi Perkutan/Temporer
Nefrostomi Terbuka/Permanen
Nefroureterektomi
Neobladder
Operasi Priapismus (prosedur Winter)
Operasi Repair Buli Trauma
Operasi Sistokel
68
69
70
71
72
73
74
75
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
115
116
117
118
119
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
KSM ILMU
KESEHATAN
MATA
Sistoskopi
Sistoskopi ODS
TINDAKAN
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Sistostomi perkutan
Sistostomi Terbuka
Skrotoplasti
Spermatokelektomi
Tailoring Ureter
Transplan Resipien
Transuretero-ureterostomi
TUR Prostat/TUIP/BNI
TUR Tumor Buli
TVP/TMP
Ureterokutaneostomi
Ureterolisis
Ureterolithotomi
Ureterolithotomi Distal
Ureterolithotomi Proksimal
Ureterosigmoidostomi (Caffey)
Ureterostomi
Ureterouretostomi
Uretroplasti Hipospadia
Uretroskopi/Uretrosistoskopi
Uretrotomi Interna (Sachse)
URS/Lithotripsi
Varikokelektomi (Palomo)
Vasektomi (anestesi lokal)
Vasektomi (narkose)
Vasoepididimostomi
Vasografi
Vasovasostomi
Angkat Jahitan
Angkat Jahitan dengan GA
Anterior Chamber Tap/Parasintesis
Aspirasi Massa Lensa
Blefaroplasty (2 Kelopak Mata)
Claw Lens
Cryopexy Kornea
Cyclo Cryo
Dacryocystorinostomi (Without Silicon Tube)
Dekompresi Orbital/Lateral Orbitotomi
Disisi Aspirasi & IOL
ECCE
ECCE & IOL
Eksenterasi
Eksisi Hordeolum / Chalazion
16
17
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
NO
10
KSM/INSTALASI
/UNIT
Divisi Onkologi
TINDAKAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
NO
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
47
48
Advancement Flap
49
50
51
52
Diseksi Axilla
53
Diseksi Inguinal
54
55
56
57
58
Ismulobectomy
59
Kemoterapi Perinfus
60
61
Maksilektomi Total
62
Mastopexy
63
Modifikasi RND
64
65
Ovariectomy Bilateral
66
Reseksi Mandibula
67
Rotation Flap
68
Skin Grafting
69
70
Superficial Parotidectomy
71
72
Total Parotidectomy
73
Total Thyyroidectomy
74
NO
11
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
DIVISI BEDAH
ANAK
Adhesiolisis
Appendektomi laparoskopik
Biopsi rectum
10
Divertikulektomy
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Eksisi urachus
24
25
Ekstirpasiranula
26
Endoskopik diagnostik
27
Endoskopik terapeutik
28
Gastrostomi
29
Hemikolektomi
30
31
NO
Herniotomi laparoskopik
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
32
33
Hidrokolektomi
34
Intraoperatif kolangiografi
35
36
37
38
39
40
Kolesistektomi
41
Kolesistektomi laparoskopik
42
43
44
45
Ligasihemoroid (49.4)
46
47
Orchidopexy (62.5)
48
49
50
Polipektomi (48.36)
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
NO
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
61
62
RPLND (40.59)
63
64
65
66
Splenektomi (41.5)
67
68
12
69
(48.42)
Transplantasi organ
70
71
72
73
74
75
76
77
78
KSM BEDAH
Abdominoplasty
PLASTIK
7
8
9
10
Augmentasi mamae
Blefaroplasty (2 kelopak mata)
Blefaroplasty pada kasus sulit
12Blefaroptosis
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
13
14
15
Cheilonasoraphy
16
Chordectomy
17
Chordectomy+urethroplasty
18
19
Comisuroplasty
20
21
22
23
24
25
26
mikrovaskular
Eksisi malformasi lymphatik / vaskuler
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
TINDAKAN
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
LD flap
Le fort I osteotomy
Liposuction
Lobuloplasti
Malarplasty
Mamma aberan unilateral
Mandibular distraksi
Mandibular rekonstruksi dengan costochondral graft
Mastopexi
Mentoplasty
Microsurgery
56
Muskulokutaneus flap
57
58
59
Neo vagina
Operasi bedah mikro
Orif fraktur zygoma
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
NO
KSM/INSTALASI
/UNIT
Rekonstruksi nasal
TINDAKAN
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Rekonstruksi palpebra
Released buried penis
Released syndactyly kompleks
Repair canalis lacrimalis (without silicon tube)
Repair coloboma palpebra (skin/mucosal graft)
Repair ductus nasolacrimalis
Repair fingertip injury
Repair fistel urethra
Replantation
Reposisi fraktur nasal sederhana
Reposisi fraktur os nasalis (complicated)
Reseksi mandibula + bone graft
Rhinoplasty
Rotation flap
Sagital Split osteotomi mandibula
Simple bone grafting
Simple skin grafting
Skin flap
Skin graft >5 cm
Skin graft sedang 5 cm
Skin grafting kecil
Skin grafting luas
Skin grafting sedang
Skin grafting with complication
Tendon reconstruction
Tendon transfer
Tendon transfer with complication
Tennoraphy
Tennoraphy with complication
TMJ arthroplasty
TMJ arthrostomy
Tram flap
Wound Dressing
Wound Repair
NO
13
KSM/INSTALASI/
TINDAKAN
UNIT
KSM
Cauter serviks
OBGYN
Cordosentesis
Eksplorasi vagina
Embryotomi
10
Histeroctomy radikal
11
Kistektomi
12
Konisasi serviks
13
14
15
16
Laparoskopi Histerektomi
17
Laparoskopi steril
18
Laparoskopik Diagnostik
19
20
21
22
LEEP
23
24
Mikrokuret
25
Miomectomy
26
Neovagina
27
Operasi Ca vagina
28
29
30
40
31
NO
Overectomi
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
32
Painless labor
33
Persalinan normal
34
35
36
Persalinan sungsang
37
Rekanalisasi
38
Rekanalisasi tuba
39
Salfingektomi unilateral
40
Salvingoovarectomi unilateral
41
42
Seksio sesaria
43
44
Sirklase serviks
45
46
Sirklase serviks
47
48
Surgical staging
49
50
51
52
Tubektomi klinik
53
41
NO
14
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
KSM
GIGI dan
MULUT
NO
KSM/INSTALASI
TINDAKAN
/UNIT
30
31
32
33
Mandibular Distraksi
34
35
15
36
37
38
39
40
41
DIVISI PEDIATRI
Intubasi Endotrakea
GAWAT DARURAT
2
3
4
5
Krikotirotomi
Kanulasi vena perifer
Vena sectie
Pungsi lumbal
Pungsiv Pleura
KSM PENYAKIT
JANTUNG &
2
3
4
PTMC
PTCA/Stenting
Pacemaker Temporer&Permanen
IABP
Perikardiosintesis
Pemasangan Amplatzer/ADO/Coilling
CVC
10
ILMU
KESEHATAN
ANAK
16
PEMBULUH
DARAH
KSM PENYAKIT
17
DALAM
Endoscopy
B. Tindakan Anestesi &Sedasi ( Sedang dan Dalam), tindakan yang memerlukan informed
consenttersebut antara lain:
a.
b.
Plasma sel
b.
PRC
c.
d.
Trombosite
e.
Albumin
f.
lain lain
No
KSM /
INSTALASI
KSM Anak
THT-KL
NAMA TINDAKAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
1
2
3
4
5
6
Chest tube
Tindakan kemotherapi
Pemasangan Ventilator
Intubasi Endotrakea
Pemasangan Laryngeal mask
Krikotirotomi
Infus intraosseus
Kanulasi vena perifer
Vena sectie
Pengambilan darah intra vena dan intra arteri
Pungsi lumbal
Pungsiv Pleura
Pemasangan kateter urine
Pemasangan keteter rectal
Pemasangan orogastrik tube
Pemasangan nasogastrik tube
Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan Timpanometri
Pemeriksaan Audiometri Tutur
Pemeriksaan Sisi&Tore Decay
Pemeriksaan Pendengaran Pada Anak
Pemeriksaan Brainstem Evoked Response Audiometry
KSM Patologi
3
Anatomi
Inst.
4
Radiotherapi
KSM
5
Neurologi
KSM Patologi
Tindakan Radiotherapi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Cerebral Angiografi
AVM&Embolisasi
Aneurisma Coiling
Embolisasi pre operasi
Diagnosis DSA
Lumbal Punksi
Pain Intervention
Injeksi Triger point
Injeksi Triger Fringer
Injeksi CTS
Sub Optical Functional
Injeksi botox
EMG
Phlebotomi
Klinik
Mulut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Scaling
Curettage/root planning (jika diperlukan anestesi)
Gingivektomi
Frenektomi
Flap operasi (bone graft/membrance/GTR/interseptif)
Implant
Vital pulpektomi dan Partial Nekrose
Cauter
Retraksi Gingiva pada prep.crown
Poli
8
Andrologi
KSM
Kardiologi dan
KSM
Pulmonologi dan
10
Ilmu Kedokteran
Respirasi
3
4
Treadmill Tes
Exercise Stress Ekhokardiografi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
Bronchoscopy/FOB
Tindakan kemotherapi
Thoracoscopy
Contra Ventil/WSD
Punctie Pleura
FNAB
Scalene Biopsy
Reposisi
Pleurodesis
AFF WSD
Perawatan Luka WSD
USG Thorax Marker
Tindakan Radiologi Injectee contrast
Tindakan Radiologi pada pasien dengan kelainan cardiovaskuler
KSM
11
Radiologi
KSM
12
Neurologi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Instalasi
13
14
Hemodialisis
KSM
Rehabilitasi
Medik
1
Psycho Analisa
16
15
IRNA Jiwa
RSUD Dr.
PEMBERIAN INFORMED CONSENT
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
020-HPK/2016
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
1.
2.
3.
4.
5.
Lakukan verivikasi kepada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah
memahami materi yang disampaikan.
6.
7.
8.
9.
10. Tawarkan bantuan kembali, Apakah masih ada yang dapat saya bantu?
11. Ucapkan terimakasih.
12. Berdiri ketika pasien hendak pergi/pulang.
RSUD Dr.
PEMBERIAN INFORMED CONSENT
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
2/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT
-
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-6.1/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PEMBERIAN INFORMASI TERMASUK RENCANA PENGOBATAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan, maka diperlukan aturan pemberian informasi termasuk rencana
b.
pengobatan;
bahwa agar aturan pemberian informasi termasuk rencana pengobatan di
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan sebagai
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
Keputusan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Nomor 011.0/III/AKR/RSUD-2015 tentang Hak Pasien dan Keluarga.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-6.1/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1.
Pasien yang dirawat/ menjalani pengobatan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan termasuk keluarga
mendapat penjelasan tentang penyakit yang dideritanya dan saran pengobatan, sehingga pasien dan
keluarga dapat membuat keputusan tentang pelayanan selanjutnya.
2.
Staf RSUD Dr. Muhammad Zein Painan memperkenalkan dokter, perawat dan petugas pemberi
pelayanan yang berkaitan dengan perawatan pasien dan bersedia memberi informasi bila pasien
menanyakan siapa saja yang terlibat dalam proses perawatannya di Rumah Sakit.
3.
Pasien dijelaskan tentang rencana pengobatannya oleh dokter atau petugas Rumah Sakit yang
berkompeten dan berkaitan dengan perawatannya.
4.
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan menanggapi permintaan tambahan informasi dari pasien tentang
tanggung jawab praktisi untuk pelayanannya.
DIREKTUR
H. BUSRIL
RSUD Dr.
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
STANDAR
NO. REVISI
HALAMAN
Ditetapkan Direktur
RSUD Dr. M. Zein Painan
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
01 Maret 2015
TUJUAN
akan dilakukan.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian informasi pelayanan
sehingga :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Pasien dan atau keluarga dapat memahami dan mengerti informasi pelayanan yang
diberikan oleh Staf Rumah Sakit.
3. Pasien dan atau keluarga mengerti penyakit yang diderita dan dapat membuat
keputusan akan rencana pengobatan selanjutnya.
KEBIJAKAN
PROSEDUR
2.
3.
4.
5.
6.
7.
B. Bagian Keperawatan
Berikan informasi pelayanan kesehatanyang bersifat umum dan khusus meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
C. Dokter Instalasi Gawat Darurat, dokter di klinik rawat jalan dan spesialis, dokter
gigi, dokter anastesi, dan dokter penanggung jawab pasien
1.
2.
3.
4.
D. Bagian Administrasi
Berikan informasi tentang biaya Rumah Sakit secara keseluruhan.
E. Bagian penunjang seperti Laboratorium, Radiologi, Rehabilitasi Medis
Berikan Informasi mengenai :
1. Rencana tindakan yang akan dilakukan
2. Biaya tindakan.
UNIT
TERKAIT
1.
PKRS
2.
3.
4.
Instalasi Laboratorium
5.
Instalasi Radiologi
6.
UTDRS
7.
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
NOMOR : 800/
/RSUD- 2014
TENTANG
PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
Mengingat
a.
bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Muhammad Zein Painan, maka dipandang perlu menetapkan Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad
Zein Painan;
b.
bahwa dalam rangka kelancaran tugas, maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) memiliki beberapa kewajiban yang harus dilakukan;
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
17.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
18.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas
di Lingkungan Pemerintah Daerah;
19.
Menetapkan
KESATU
Menetapkan Dokter yang namanya tercantum dalam lajur 2 untuk menduduki jabatan
KEDUA
KETIGA
Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2014 dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini, maka akan diperbaiki kembali
sebagaimana mestinya dan agar dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal Januari 2014
DIREKTUR,
H. SATRIA WIBAWA
LAMPIRAN I
Nomor
Tanggal
Tentang
:
:
:
:
NO
NAMA/NIP
JABATAN
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
II.
III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
IV.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
V.
1.
VI.
1.
VII.
1.
DIREKTUR,
H. SATRIA WIBAWA
No
1.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dapat seorang Dokter / Doklter Gigi Umum maupun Dokter /
Dokter Gigi Spesialis
2.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang Dokter yang bertanggung jawab terhadap :
a. Rencana Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada Pasien. Rencana Pelayanan ini harus ditulis
dilembar khusus yang telah disediakan.
b. Penjelasan yang benar dan dapat dimengerti oleh pasien dan atau keluarganya mengenai rencana
pelayanan tersebut, termasuk prosedur yang akan dilaksanakan, hasil pelayanan serta kemungkinan
Seorang Dokter hanya diperbolehkan menjadi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) untuk kasus
penyakit utama dari pasien yang merupakan bidang keilmuan yang dikuasainya.
4.
Apabila diperlukan konsultasi ke dokter lain, Dokter Penanggung Jawab (DPJP) harus memberitahu kepada
dan mendapat persetujuan dari pasien yang dikuasainya.
5.
Saran maupun rencana pelayanan yang diberikan oleh dokter konsultasi harus diketahui oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) agar tidak bertentangan dengan pelayanan yang telah dan akan
diberikan.
6.
Pasien dapat menerima pelayanan dari Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) maupun dokter
konsultan pada saat yang sama (rawat bersama).
7.
Apabila kasus penyakit utama yang ditangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sudah
dinyatakan sembuh tetapi perlu pelayanan di bidang keilmuan yang lain, Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) wajib menyerahkan tanggung jawabnya kepada dokter lain sesuai dengan bidangnya.
Dokter memberikan pelayanan selanjutkannya adalah Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang
baru.
DIREKTUR,
H. SATRIA WIBAWA
DPJP adalah dokter yang bertugas mengelola asuhan medis pada pasien di RSUD Dr.M.Zein Painan.
DPJP utama adalah koordinator yang memimpin proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang harus
TUJUAN
1.
Menyediakan panduan untuk Rumah Sakit/fasilitas kesehatan lainnya mengenai kebijakan manajemen
2.
3.
KEBIJAKAN
1.
2.
Staf Medik Fungsional harus menunjuk salah satu dokter untuk menjadi DPJP
Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit (baik rawat jalan, IGD maupun rawat inap)
3.
4.
PROSEDUR
Menetukan DPJP untuk melakukan asuhan medis pada pasien yang disesuaikan dengan kondisi pasien
1.
2.
3.
4.
medis rumah sakit secara komprehensif mulai dari diagnose, terapi, tindak lanjut sampai rehabilitasi
Melakukan konsultasi dengan disiplin ilmu lain yang dianggap perlu untuk meminta pendapat atau
c.
perawatan bersama.
Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam medis yang membuat segala aspek asuhan
d.
ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan multi disiplin, maka perlu dilakukan rawat bersama
DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin lain sesuai kebutuhan
Segera ditentukan siapa menjadi DPJP utama dengan beberapa cara antara lain :
Penyakit yang terberat atau penyakit yang memerlukan tindakan segera atau dokter yang
5.
6.
7.
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pembedahan,
sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP tambahan. Dalam melaksanakan tugas mengikuti SPO masing8.
masing, akan tetapi semua harus mengikuti Save Surgery Check List
Pengalihan DPJP di IGD
Pada pelayanan di IGD dalam memenuhi respons time yang cepat dan demi keselamatan pasien, maka
9.
apabila konsulen jaga ridak dapat dihubungi dapat dilakukan pengalihan DPJP
Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP
a. Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus dilaksanakan secara
b.
c.
komprehensif, terpadu dan efektif serta selalu berpedoman pada standar keselamatan pasien
Koordinasi dan transfer dilaksanakan tertulis
Apabila secara tertulis dirasa belum optimal, maka harus dilakukan koordinasi langsung dengan
d.
komunikasi pribadi
Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dalam Departemen / SMF yang sama dapat ditulis dalam
e.
f.
RSUD Dr.
PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
(DPJP)
NO. REVISI
HALAMAN
022-HPK/2015
1/2
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
bersangkutan.
SK Direktur RSUD Dr. Muhammad .Zein Painan No 01-1.0/III/AKR/ RSUD-2015
tentang Hak Pasien dan Keluarga.
PROSEDUR
8.
9.
1.
2.
3.
Komite Medik
: ........................................................................
: ........................................................................
Alamat
: ........................................................................
.....................................................................................................................
Diri Sendiri / Suami / Isteri / Ayah / Ibu / Anak / Kakak / Adik / Teman / Kerabat dari Pasien (Coret yang tidak
perlu)*
:
Nama
: ........................................................................
: ........................................................................
No RM
: ........................................................................
Telah menerima dan memahami informasi mengenai dokter penanggungjawab pasien selama dirawat di Rumah
Sakit.
2.
Painan, .....................................
Saya yang menyatakan,
( ......................................... )
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-6.3/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PENJELASAN DAN PERSETUJUAN UMUM/GENERAL CONSENT
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan,
b.
umum/general consent;
bahwa agar aturan penjelasan dan persetujuan umum/general consent di
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan sebagai
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
Pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
penjelasan
dan
persetujuan
H. BUSRIL
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
Nomor
: 01-6.3/III/AKR/RSUD-2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1.
Pasien Instalasi Gawat Darurat dan rawat inap di RSUD Dr. Muhammad Zein painan diberikan lembar
persetujuan umum/general consent pada saat mendaftar berobat di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
2.
Staf memberikan penjelasan pada pasien sebelum pasien menandatangani lembar persetujuan
umum/general consent.
3.
Dalam hal pasien belum cukup umur atau karena satu dan lain hal tidak bisa menandatangani sendiri
lembar persetujuan umum, dapat diwakilkan pada orangtua/wali.
4.
Untuk di Instalasi Gawat Darurat apabila pasien tiba dalam kondisi tidak sadarkan diri, bisa diwakilkan
pada wali/pihak yang mengantar pasien, dengan syarat pihak tersebut memang berkompeten.
5.
Privasi
f)
Informasi biaya
DIREKTUR
H. BUSRIL
RSUD Dr.
PENJELASAN DAN PERSETUJUAN UMUM
MUHAMMAD ZEIN
(GENERAL CONSENT)
PAINAN
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
023-HPK/2015
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
1/2
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Maret 2015
PENGERTIAN
TUJUAN
oleh pasien dan keluarga, serta mendapat persetujuan dari pasien dan atau keluarga.
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan Persetujuan Umum terhadap pelayanan
kesehatan yang akan diberikan pada pasien.
KEBIJAKAN
2.
3.
4.
perawatan/pengobatan.
01-6.3/III/AKR/RSUD-2015 tentang
Kebijakan
Penjelasan
dan
Persetujuan
Umum/General Consent.
PROSEDUR
1.
2.
3.
Sampaikan penjelasan tentang informasi persetujuan umum, dan pointpoint yang terkandung dalam persetujuan umum.
4.
5.
Beri kesempatan Pasien dan atu keluarga bertanya bila ada hal yang tidak
mereka pahami.
6.
7.
Ucapkan Terimakasih.
8.
RSUD Dr.
PENJELASAN DAN PERSETUJUAN UMUM
MUHAMMAD ZEIN
PAINAN
NO. DOKUMEN
(GENERAL CONSENT)
NO. REVISI
023-HPK/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT
1.
PKRS
2.
3.
IGD
4.
Instalasi Laboratorium
5.
Instalasi Radiologi
6.
UTDRS
7.
HALAMAN
2/2
: .........................................................................................
Nomor RekamMedis
: .........................................................................................
Tanggal Lahir
: .........................................................................................
Alamat
: .........................................................................................
No Telp
: .........................................................................................
PASIEN DAN/ ATAU WALI HUKUM HARUS MEMBACA, MEMAHAMI DAN MENGISI INFORMASI
BERIKUT
Yang bertandatangan dibawah ini : .........................................................................................
Nama
: .........................................................................................
Alamat
: .........................................................................................
No Telp
: .........................................................................................
SelakuPasien/Wali hukum RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dengan ini menyatakan persetujuan :
I.
rawat inap tergantung kepada kebutuhan medis. Pengobatan dapat meliputi pemeriksaan x-ray/radiology, tes darah,
perawatan rutin dan prosedur seperti cairan infuse atau suntikan dan evaluasi (contohnya wawancara dan
pemeriksaan fisik).
Jika
saya
memutuskan
untuk menghentikan perawatan medis untuk diri saya sendiri. Saya memahami dan menyadari bahwa RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan atau dokter tidak bertanggungjawab atas hasil yang merugikan Saya.
II. PERSETUJUAN PELEPASAN INFORMASI
Saya memahami informasi yang ada di dalam diri Saya, termasuk diagnosis, hasil laboratorium dan hasil tes
diagnostic yang akan digunakan untuk perawatan medis RSUD Dr. Muhammad Zein Painan akan menjamin
kerahasiaannya. Saya memberi wewenang kepada RSUD Dr. Muhammad Zein Painan untuk memberikan
informasi tentang diagnosis, hasil pelayanan dan pengobatan bila diperlukan untuk memproses klaim
asuransi/perusahaan dan atau lembaga pemerintah. Saya memberi wewenang kepada RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan untuk memberikan informasi tentang diagnosis, hasil pelayanan dan pengobatan saya kepada anggota
keluarga saya dan kepada :
1.
2.
3.
III. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Saya memiliki hak untuk mengambil bagian dalam keputusan mengenai penyakit saya dan dalam hal
perawatan medis dan rencana pengobatan.
tentang Hak dan tanggungjawab pasien di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan melalui Leaflet dan banner yang
disediakan oleh petugas.
Saya
memahami
bahwa
RSUD
Dr. Muhammad
Zein
Painan
tidak
bertanggungjawab atas kehilangan barang-barang pribadi dan barang berharga yang di bawa ke RumahSakit.
IV. INFORMASI RAWAT INAP
Saya tidak diperkenankan untuk membawa barang-barang berharga keruang rawat inap, jika ada anggota
keluarga
atau
teman
harus
diminta
untuk
membawa
pulang
uang
atau
perhiasan.
Bila tidak ada anggota keluarga, rumah sakit menyediakan tempat penitipan barang milik pasien di tempat
resmi yang telah disediakan R u m a h S a k i t .
peraturan yang diberlakukan oleh Rumah Sakit dan saya beserta keluarga bersedia untuk mematuhinya, termasuk
akan mematuhi jam berkunjung pasen sesuai dengan aturan di Rumah Sakit.
Anggota keluarga saya yang menunggu saya, bersedia untuk selalu memakai tanda pengenal khusus yang
diberikan oleh rumah sakit, dan demi keamanan seluruh pasien setiap keluarga dan siapapun yang akan
megunjungi saya diluar jam berkunjung, bersedia untuk diminta/diperiksa identitasnya dan memakai identititas
yang diberikan oleh rumah sakit.
V. PRIVASI
Saya mengijinkan/tidakmengijinkan (coret salah satu) Rumah Sakit memberi akses bagi: Keluarga dan
handai taulan serta orang-orang yang akan menengok saya (sebutkan nama (bila ada permintaan khusus yang tidak
diijinkan ) : ...................
VI. INFORMASI BIAYA
Saya memahami tentang informasi biaya pengobatan atau biaya tindakan yang dijelaskan oleh petugas
rumah sakit.
VII.TANDA TANGAN
Dengan tanda tangan saya di bawah, saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami item
pada Persetujuan Umum/General Consent.
Painan, ............................
Diketahui
Saksi
Pasien
(..........................................)
(...........................................)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. ZEIN PAINAN
NOMOR : 01-6.0/III/AKR/RSUD-2015
TENTANG
KEBIJAKAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
Menimbang
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD Dr. Muhammad
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
Surat Keputusan Direktur RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Nomor 011.0/III/AKR/RSUD-2015 tentang Hak Pasien dan Keluarga.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Kebijakan Persetujuan tindakan kedokteran seperti yang tertera pada lampiran Surat
Keputusan ini.
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di Painan
Pada tanggal 01 Maret 2015
DIREKTUR
H. BUSRIL
LAMPIRAN
: 01-6.0/III/AKR/RSUD/2015
Tanggal
: 01 Maret 2015
Tentang
1.
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi, kedokteran gigi, tindakan invasif, tindakan
anastesi dan pemberian darah, harus atas persetujuan pasien yang bersangkutan.
2.
Pasien berhak menyetujui atau menolak tindakan kedokteran yang disarankan oleh dokter.
3.
Bentuk persetujuan atau penolakan pasien terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan adalah
dengan mengisi formulir persetujuan/penolakan tindakan kedokteran.
4.
Bila pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan dikarenakan belum dewasa atau dikarenakan
pertimbangan kesehatan yang tidak memungkinkan, persetujuan/penolakan dapat diberikan oleh keluarga
terdekat atau pengampunnya.
5.
Keadaan darurat
Penjelasan tentang tindakan kedokteran diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien
bersangkutan atau salah satu dokter dari tim dokter yang merawatnya atau didelegasikan kepada dokter lain
yang berkompeten.
DIREKTUR
H. BUSRIL