Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PELAYANAN SIMRS

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERMATA BUNDA

SOLOK
TAHUN 2019
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA)
PERMATA BUNDA
NOMOR 047/DIR/PER/ RSIA-PB/IX/2019

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN SIMRS
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA

Menimbang : a. bahwa RSIA Permata Bunda sebagai institusi yang


bergerak dibidang pelayanan kesehatan harus mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi –
tingginya.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu adanya pedoman
pelayanan SIMRS Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
Permata Bunda.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan
Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan
SIMRS Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Permata
Bunda.

Mengingat : a. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan
b. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1691/MenKes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN SIMRS RUMAH SAKIT
IBU DAN ANAK PERMATA BUNDA
KEDUA : Pedoman Pelayanan SIMRS Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) Permata Bunda sebagaimana terlampir dalam surat
keputusan ini.
KETIGA : Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan SIMRS
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Permata Bunda
sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua harus
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan kepada pasien di RSIA Permata Bunda.
KEEMPAT : Dengan dikeluarkannya peraturan direktur ini, apabila
terdapat peraturan yang bertentangan dengan peraturan
direktur ini, maka peraturan terdahulu dinyatakan tidak
berlaku.

Ditetapkan di Solok
Pada tanggal 30 September 2019
RSIA Permata Bunda
Direktur

dr. Vyola Regina

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, rumah sakit masa kini bukan lagi berfungsi
sebagai lembaga sosial semata, tetapi merupakan lembaga bisnis yang patut
diperhitungkan keberadaannya. Perubahan fungsi ini terjadi dengan banyak
ditemukannya penyakit-penyakit baru maupun teknologi pengobatan yang
makin maju. Sehingga rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kinerja dan
daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi sosial yang
dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis
antara lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta
harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif,
inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Salah satu bentuk teknologi yang dapat dimanfaatkan rumah sakit saat
ini adalah teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi telah
terbukti dapat menigkatkan efesiensi dan efektifitas dalam pelayanan dan
manajemen suatu organisasi. Untuk itu pemerintah mendorong rumah sakit
untuk menggunakan teknologi infomasi berupa Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
82 tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah suatu sistem teknologi informasi
komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan
prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat,
dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
SIMRS secara umum bertujuan untuk mengintegrasikan sistem
informasi dari berbagai subsistem dan mengolah informasi yang diperlukan
sebagai pengambilan keputusan. Selain itu, SIMRS merupakan sistem
komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan
prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan memperoleh informasi
secara cepat, tepat dan akurat.
B. Tujuan
Tersusunnya Pedoman Pelayanan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit sebagai dasar acuan seluruh kebijakan, prosedur dan program
kerja yang terkait dengan kegiatan SIMRS di RSIA Permata Bunda Solok.

C. Ruang Lingkup
Pedoman Pelayanan SIMRS ini juga meliputi proses perencanaan,
pembuatan sistem, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta proses
pengembangan lebih lanjut.
1. Tahap Perencanaan
a. Penyusunan Pedoman Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
b. Penyusunan berbagai Kebijakan dan Prosedur.
c. Penyusunan berbagai program kerja unit SIMRS.
d. Pengorganisasian kegiatan dan aktivitas.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan penggunaan aplikasi SIMRS di unit-unit terkait.
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan SIMRS bagi staf unit
kerja SIMRS
c. Pelatihan penggunaan aplikasi SIMRS di tiap unit kerja terkait.
3. Tahap Pengawasan dan Evaluasi
Unit kerja SIMRS memonitoring penggunaan SIMRS di lingkungan RSIA
Permata Bunda Solok, melakukan maintenance jaringan, dan
mendiskusikan dengan seluruh pihak yang terkait dengan pengguna
Aplikasi SIMRS.

4. Tahap Pengembangan
Hasil pengawasan dan evaluasi akan dikaji oleh direktur dan kepala
bidang/unit terkait untuk peningkatan dan pengembangan lebih lanjut.

D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Utama
Pelayanan utama rumah sakit secara umum meliputi proses pendaftaran,
pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan IGD. Selain
itu terdapat unit pelayanan pendukung seperti laboratorium, gizi, dan
apotik.
2. Pelayanan Admistrasi
Pelayanan administrasi merupakan kegiatan yang terkait dengan
manajemen rumah sakit meliputi, kebutuhan SDM, pengelolaan
keuangan, pengelolaan aset serta pelayanan untuk instansi pemerintah
terkait atau pihak luar lainnya.
3. Infrastruktur, Data dan Aplikasi
a. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjalanan SIMRS antara lain
komputer, jaringan, server serta ruangan khusus server.
b. Data SIMRS harus tersimpan dalam satu database yang terstruktur
dan terlindungi dan hanya dapat diakses oleh rumah sakit.
c. Aplikasi SIMRS dikembangkan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Unit SIMRS
Kualifiasi personil:
a. Minimal DIII, di utamakan S1 Sistem Informatika
b. Memahami bahasa pemrograman untuk front-end dan back-end
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Memiliki jiwa kepemimpinan
e. Bertanggungjawab
2. Koordinator Logistik
Kualifiasi personil:
a. Minimal SMA atau sederajat, di utamakan D III Komputer Jaringan
b. Memahami sistem komputer dan jaringan
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Bertanggungjawab
3. Koordinator Inputer SIMRS
Kualifiasi personil:
a. Minimal SMA atau sederajat, di utamakan D III Sistem Informasi
b. Memahami bahasa pemrograman untuk front-end dan back-end
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Bertanggungjawab
4. Koordinator Data
Kualifiasi personil:
a. Minimal SMA atau sederajat, di utamakan D III
b. Memahami statistik dan pengolahan data
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Bertanggungjawab

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan mengenai jumlah staf di unit SIMRS menujukkan
bahwa jumlah staf yang ada di unit SIMRS sudah cukup dalam menunjang
proses pengelolaan SIMRS di RSIA Permata Bunda Solok dan tugas-tugas
yang dilakukan oleh staf unit SIMRS.
C. Jadwal Kerja
Shift pagi : 08.00 – 14.00
Shift siang : 14.00 – 21.00
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Ruangan
1. Ruangan operator
Ruangan operator adalah ruang khusus bagi pegawai SIMRS untuk
memonitoring berjalannya aplikasi SIMRS di RSIA Permata Bunda Solok.
Melalui ruangan ini, petugas SIMRS selain memonitoring, juga melakukan
perawatan, perbaikan data, dan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah
diuraikan sebelumnya.
Karena di ruangan ini terdapat data-data penting dan rahasia bagi
rumah sakit, maka letaknya seharusnya tidak berdekatan dengan area publik
yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja, bahkan bagi yang tidak
berkepentingan.
2. Server
Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan
seluruh data milik rumah sakit. Ruangan ini sebaiknya berdekatan dengan
ruang operator SIMRS agar lebih mudah dimonitoring dan dijangkau bila
terjadi masalah. Selain itu, di dalam ruangan server perangkat elektronik yang
ada harus tetap menyala 24 jam. Karena itu untuk mencegah kerusakan
perangkat akibat suhu yang panas, ruangan harus tertutup dan dingin.

SERVER ROOM RUANG OPERATOR

Gambar 3.1. Layout Ruang Server


B. Standar Sarana dan Prasarana
Standar sarana dan prasarana SIMRS adalah memiliki komponen-komponen
berikut ini:
1. Komponen input dan output 
Komponen input adalah media untuk menangkap data yang akan
dimasukkan ke dalam sistem, seperti seperangkat komputer, printer, dan
scanner.
2. Komponen teknologi
Teknologi merupakan aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi.
Teknologi digunakan untuk menerima input, menyimpan dan mengakses
data, menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian
dari sistem secara keseluruhan.
3. Komponen basis data 
Basis data (database)  merupakan  kumpulan data  yang saling  berkaitan
dan berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di peranagkat keras
komputer dan menggunakan perangkat lunak  untuk  memanipulasinya. 
Data  perlu  disimpan dalam basis data  untuk  keperluan penyediaan
informasi lebih  lanjut. Data  di dalam basis data  perlu  diorganisasikan
sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi
basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas
penyimpanannya. Basis data  diakses atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak  paket yang  disebut DBMS  (Database  Management
System).
4. Komponen kontrol 
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam,
api, temperatur, air, debu, kegagalan sistem, inefisiensi, sabotase dan lain
sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah dan
jika terjadi dapat segera diatasi.
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Rawat Jalan dan IGD


Alur pendaftaran pasien rawat jalan dan IGD adalah sebagai berikut:
1. Pada saat pasien datang akan dilakukan konfirmasi apakah pasien
merupakan pasien baru atau berulang.
2. Pasien baru melakukan pengisian formulir data yang kemudian diserahkan
kebagian pendaftaran, sedangkan pasien lama cukup menunjukkan kartu
pasien kepada petugas
3. Petugas inputer memasukkan data, untuk pasien baru inputer menginput
data sesuai dengan formulir isian dan mencetakan kartu pasien, sedangkan
untuk pasien berulang petugas inputer memasukan nomor rekam medis
untuk mencari data pasien.
4. Petugas inputer memilih poliklinik dan dokter yang dituju oleh pasien, dan
memcetak nomor antrian sesuai dengan poliklinik yang dituju.

Cetak
Cetak Kartu
Kartu
Pasien
Pasien Baru
Baru Input
Input Data
Data Pasien
Pasien Pasien
Pasien

Pasien Datang
Pasien Datang

Cari
Cari Data Berdasarkan
Data Berdasarkan
Pasien Lama
Pasien Lama Pilih Poli // Dokter
Pilih Poli Dokter Cetak
Cetak Antrian
Antrian
NORM
NORM Pasien
Pasien

Gambar 4.1. Alur Pendaftaran Rawat Jalan / IGD

B. Pendaftaran Rawat Inap


Alur pendaftaran pasien rawat inap adalah sebagai berikut:
1. Petugas inputer unit rawat inap (admission) melakukan pengecekan
kondisi ketersediaan kamar/tempat tidur.
2. Petugas inputer mangakses data pasien rawat jalan atau IGD yang dirujuk
ke rawat inap.
3. Petugas inputer memilih kamar/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan
pasien.
4. Petugas inputer memilih jadwal operasi atau bersalin pasien tersebut
sesuai dengan permintaan dokter penanggung jawab.

Pilih Kamar/Tempat Jika pasien akan di


Pasien dari IGD atau Unit Cari Data Pasien sesuai Tidur yang tersedia operasi / bersalin
Rawat Jalan NORM sesuai buatkan jadwal sesuai
kebutuhan/permintaan permintaan DPJP

Gambar 4.2. Alur Pendaftaran Rawat Inap (admission)

C. Unit Rawat Jalan


1. Petugas rawat jalan memanggil pasien sesuai dengan nomor antrian
menggunakan SIMRS.
2. Petugas rawat jalan menginput data anamnesa, jam masuk pasien,
tindakan, dan jam keluar pasien.

D. Pengelolaan Data
Pengelolaan data meliputi kebutuhan internal maupun eksternal rumah sakit.
Jenis data yang dibutuhkan mencakup:
1. Untuk mendukung proses asuhan dibutuhkan data rekam medik pasien
dan data capaian mutu pelayanan (indikator area pelayanan)
2. Untuk mendukung proses manajerial dibutuhkan data analisa pasien, data
indikator area klinis, manajemen dan sasaran keselamatan pasien, serta
data SDM, sarana, dan keuangan.
3. Untuk mendukung proses mutu pelayanan dibutuhkan data capaian
indikator mutu rumah sakit, termasuk manajemen risiko, manajemen
sarana, program pencegahan infeksi.
4. Untuk keperluan pihak diluar rumah sakit seperti Dinas Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, BPJS atau asuransi lainnya.
Proses pengelolaan data RSIA Permata Bunda Solok meliputi:

a. Pengumpulan dan penyimpanan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber


data dan penyimpanan data merupakan kegiatan penyimpanan data yang
ada di rumah sakit baik secara manual maupun elektronik.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan dan penyimpanan
data adalah sebagai berikut:
1) Petugas mengidentifikasi kebutuhan data.
2) Petugas menentukan sumber data.
3) Petugas meminta data.
4) Petugas menerima data dari sumber data.
5) Petugas melakukan pengecekan kelengkapan data.
6) Petugas mengembalikan data kepada sumber data untuk data yang
belum lengkap.
7) Petugas menyimpan data ke dalam file sesuai jenis data dan
urutannya.

b. Analisa data

Analisis data merupakan kegiatan mengolah/memproses data yang telah


dikumpulkan menjadi informasi yang disajikan dalam bentuk grafik,
histogram ataupun bentuk lainnya agar lebih mudah dipahami.
Metode analisis data yang dipakai:
1) Analisis Deskriptif/ berdasarkan karakteristik data.
2) Analisis Komparatif/perbandingan.
3) Analisis hubungan dalam dan antar program.
Langkah-langkah dalam melakukan analisa data meliputi:
1) Petugas menentukan metode analisis yang di pakai.
2) Petugas mengambil data-data yang akan dianalisa.
3) Petugas melakukan validasi data.
4) Petugas mengubah bentuk data (transform) dari data narasi menjadi
bentuk angka/tabel.
5) Petugas melakukan pengelompokan data.
6) Petugas membuat grafik/histogram ataupun bentuk lainnya yang
diperlukan.
7) Petugas melakukan validasi informasi.
8) Petugas mengembalikan data-data yang telah dianalisa.
9) Petugas menyimpan arsip informasi.
10) Petugas melaporkan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

c. Pelaporan dan distribusi informasi

Pada tahap ini kegiatannya adalah melaporkan informasi yang telah


dibuat kepada atasan serta mendistribusikan informasi kepada unit terkait
atau instansi pemerintah dan atau pihak luar lainnya yang membutuhkan
data tersebut.
BAB V

LOGISTIK

Logistik di rumah sakit adalah konsep yang kurang dipahami dan sering
tidak dihargai, meskipun meliputi bagian penting dari anggaran operasional rumah
sakit. Studi menunjukkan bahwa sekitar 30% sampai 45% dari pengeluaran rumah
sakit didedikasikan untuk kegiatan logistik. Logistik di rumah sakit tidak hanya
layanan yang berhubungan dengan pembelian, toko dan farmasi, tetapi juga
mencakup layanan kesehatan seperti unit operasi dan ruang perawatan pasien.

a. Pengertian
Logistik adalah bagian dari instantsi yang tugasnya adalah menyediakan
barang atau bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi
tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat dengan harga serendah
mungkin.

b. Tujuan
Kegiatan logistik memiliki tujuan agar operasional dapat terlaksana
dengan biaya yang serendah-rendahnya dan agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pencurian, penyusutan, dll.

Logistik unit SIMRS RSIA Permata Bunda Solok meliputi:

1. Komponen Input dan Output


Komponen input dan output adalah media untuk menangkap data yang akan
dimasukkan ke dalam sistem, seperti seperangkat komputer, printer, dan
scanner.
2. Komponen Basis Data
Basis data (database)  merupakan  kumpulan data  yang saling  berkaitan dan
berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di peranagkat keras
komputer dan menggunakan perangkat lunak  untuk  memanipulasinya.  Data 
perlu  disimpan dalam basis data  untuk  keperluan penyediaan informasi
lebih  lanjut. Data  di dalam basis data  perlu  diorganisasikan sedemikian
rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis
data yang baik  juga  berguna  untuk  efisiensi kapasitas penyimpanannya.
Basis data  diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak  paket
yang  disebut DBMS  (Database Management System).
3. Komponen Penunjang
Komponen penunjang adalah komponen pelengkap yang membantu teknis
tugas-tugas SIMRS seperti alat tulis menulis, kertas, dan jenis alat tulis kantor
yang standar.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana


rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan kejadian tidak diharapkan

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien

1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan


SIMRS

2. Terdapat petugas bagian SIMRS yang memahami mengenai


keselamatan pasien

3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik sarana maupun


prasarana sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak
diharapkan (KTD)
4. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien seperti
penataan kabel dan lain sebagainya

5. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana

6. Terdapat evaluasi berkala tentang kelayakan sarana dan prasarana

7. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :

- Kesalahan informasi nama pasien

- Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien


BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja pada unit kerja SIMRS berfokus kepada peralatan-


peralatan utama dan penunjang yang digunakan oleh staf SIMRS selama
melaksanakan tugasnya. Selain dari perangkat teknis, budaya kerja staf SIMRS
juga turut memengaruhi keselamatan staf tidak hanya dari sisi fisik tapi juga dari
sisi psikologis.

a. Keselamatan Kerja ditinjau dari Instalasi Peralatan Kerja


1. Dari segi instalasi peralatan kerja di unit SIMRS, penggunaan dan
peletakan kabel-kabel yang tidak tepat beresiko mencelakakan staf.
Misalnya kabel-kabel yang tidak rapi dan dibiarkan berserakan begitu
saja.
2. Selain itu penempatan pemancar sinyal WiFi yang terlalu dekat dengan
staf juga beresiko bagi kesehatan staf yang efeknya terlihat beberapa
tahun yang akan datang.
3. Penggunaan PC yang terlalu lama juga memengaruhi kesehatan staf dari
sisi penglihatan dan paparan radiasi komputer dalam jangka waktu yang
lama.
b. Keselamatan Kerja ditinjau dari Budaya dan Perilaku Kerja
Budaya dan perilaku staf SIMRS memengaruhi keselamatan psikologis staf.
Pengaturan jadwal shift dan jam kerja yang tidak tepat akan mengganggu
kenyamanan staf dalam bekerja.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pada unit SIMRS RSIA Permata Bunda Solok akan
mengarah pada keakuratan data atau informasi yang ada di dalam sistem.
Informasi yang terdapat dalam sistem meliputi data pasien, seperti nama, alamat,
tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Data pegawai juga memiliki data, seperti
nama, unit kerja, pangkat, serta tagihan pasien, Rekam Medis, pembukuan rumah
sakit dan lain-lain.

A. Nilai Informasi

Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory
and Practice, nilai informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut:

1. Mudahnya dapat diperoleh


Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran
informasi. Kecepatan memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa
nilainya bagi pemakai informasi, sulit mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya
mengenai volumenya, akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya.
Sifatnya ini sangat kabur dan oleh karena itu sulit mengukurnya.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran
informasi. Dalam hubungannya dengan volume data yang besar, maka
biasanya terjasi dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan
kesalahan perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya
dengan permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya
dengan masalah yang dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna
akan tetapi masalah mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek,
daripada siklus dapat diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan
pelaporan keluaran kepada para pemakai. Biasanya agar informasi itu tepat
waktu, lamanya siklus ini harus dikurangi. Dalam beberapa hal ketepatan
waktu dapat diukur.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah
yang tidak jelas. Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi
tidak hanya dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih
dari seorang pengambilan keputusan. Sifat ini sulit mengukurnya, akan
tetapi dalam banyak hal dapat diberikan nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk
menguji keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah
informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan
sebelumnya.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem
informasi formal. meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan,
klenik, dan sebagainya sering dianggap sebagai informasi, hal-hal tersebut
berada diluar lingkup pembicaraan kita.

Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan


diizinkan untuk memilih keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan
keputusan yang “rata-rata” akan menjadi optimal, dan untuk menghindarkan
kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu kerugian. Informasi ini
tidak sempurna karena lebih banyak memberikan perkiraan daripada
memberikan angka yang pasti.
Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, menurut Gordon B.
Davis, adalah sebagai berikut :

1. Tentukan tindakan-tindakan yang terbaik yang didasarkan atas


kemungkinan-kemungkinan sebelumnya.
2. Tentukan apakah tindakan itu akan berguna untuk memperoleh informasi
sampel.
3. Tentukan ukuran sampel yang optimal.
4. Sampel
5. Perbaiki kemungkinan-kemungkinan sebelumnya didasarkan data sampel.

B. Mutu Informasi
Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau
kesalahan. Menurut Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh:
1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3. Hilang atau tidak terolahnya data.
4. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah
5. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen sejarah
yang salah)
6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan(misalnya kesalahan program
komputer)
7. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja

Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan informasi


melalui prosedur untuk menemukan dan mengukur penyimpangan dan
menyesuaikannya. Kesulitan karena kesalahan dapat diatasi dengan :

1. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan


2. Pemeriksaan intern dan extern
3. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,
4. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar para
pemakai dapat menilai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelayanan SIMRS RSIA Permata Bunda Solok diharapkan dapat


memberikan kejelasan peran, fungsi dan kewenangan unit kerja SIMRS sehingga
dapat meningkatkan kinerja dari unit ini.
Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah
mengikuti perubahan peraturan yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok dan
fungsi, kebijakan pimpinan serta kondisi dan situasi lingkungan . Untuk itu
pedoman ini harus dievaluasi secara berkala.
Diharapkan pedoman ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi unit terkait
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi khususnya dalam penyusunan
rencana kebijakan dan program di lingkungan Rumah Sakit Permata Bunda.

Anda mungkin juga menyukai