PELAYANAN
RUANG TINDAKAN
UPTD PUSKESMAS
GIANYAR 1
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ruang Lingkup
1.3 Landasan Hukum
BAB VI LOGISTIK
A. Standart Obat di Poli Umum
6.1 Obat Live Saving
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Ruang Lingkup
B. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan
6. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
4
BAB II
PENGORGANISASIAN
Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan perorangan tingkat pertama secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Organisasi puskesmas disusun oleh DinasKesehatan Kabupaten / Kota berdasarkan
kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.
Organisasi puskesmas paling sedikit terdiri atas :
a. Kepala Puskesmas
5
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
6
BAB IV
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
I. Jenis Peralatan
7
d. Bahan Habis Pakai, teridir dari :
1. Masker wajah
2. Sarung tangan non steril
3. Sabun tangan atau antiseptic
4. Betadine
5. Perban Gulung
6. Gaas steril
7. Alkohol 70%
8. H202
e. Pencatatan dan Pelaporan, terdiri dari :
1. Buku Register Harian Pelayanan Ruang Tindakan
2. Buku Register Rujukan Internal
3. Buku Register Rujukan Eksternal
4. Formulir Permintaan Rujukan Internal
5. Formulir Rujukan Eksternal
8
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. TATA LAKSANA PELAYANAN DI POLI UMUM
Dokter
9
1. Paramedis melakukan anamnesa untuk mengetahui kondisi
tinggi.
harian.
P.CARE )
admission.
Anamnesis
10
adalah wawancara terhadap pasien atau keluarganya tentang
penyakit / keluhan, lamanya sakit dan pengobatan yang sudah
didapatkan
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya konfirmasi dahulu identifas
pasien.
Keluhan utama
Adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.
Riwayat kebiasaan/sosial
Kebiasaan yang biasa dilakukan oleh pasien yang bisa mempengaruhi
kondisi kesehatannya. Seperti kebiasaan merokok, atau minum
alkohol, dan lain lain
11
Kesadaran
Penentuan tingkat kesadaran dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif : compos mentis, apatis, somnolen, stupor,
koma. Sedangkan secara kuantitatif dengan glasgow coma scale (GCS)
Pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan yang mencakup :
a. Inspeksi : Keadaan umum pasien secara visual
b. Palpasi: Pemeriksaan raba(perabaan benjolan,konsistensi hepar/
lien)
c. Perkusi : Pemeriksaan ketuk (batas jantung, paru , hepar ,
asites)
d. Auskultasi : Periksa dengan menggunakan stetoskop
12
Bagian ini berisi rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien
1. Pengobatan / terapi
13
BAB VI
LOGISTIK
a. Injeksi
b. CairanInfus
14
c. Alat
1. Spuit 1 cc buah 1
2. Spuit 3 cc buah 1
3. Spuit 5 cc buah 1
4. Infusion set buah 2
5. Abocat no 18 buah 1
6. Abocat no 22 buah 1
7. Abocat no 24 buah 1
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi.
Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah
mendapat persetujuan dari kepala Puskesmas.
15
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
▪ Asesment resiko
▪ Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
▪ Pelaporan dan analisis insiden
▪ Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
▪ Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan
▪ Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
▪ Meningkatnya akuntabilitas Puskesmasterhadap pasien dan
masyarakat
▪ Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
▪ Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
16
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
17
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga puskesmas
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
18
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 -
49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara -
negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal
Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
19
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
20
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
21
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
22
23