DAFTAR ISI
Kata sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Landasan Hukum
F. Pengertian
A. Potensi Bahaya
B. Hirarki Pengendalian
A. Tahap Perencanaan
B. Tahap Pelaksanaan
C. Tahap Pengawasan ,pemantauan dan evaluasi
VI.PENUTUP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan eselamatan Kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi. Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan
dari pemerintah merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk menyediakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi Puskesmas
tersebut, maka akan semakin kompleks peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Kerumitan
tersebut menyebabkan Puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya
bagi pasien dan tenaga medis tetapi pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain Penyakit Akibat Kerja(PAK) juga ada potensi bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas yaitu Kecelakaan Akibat Kerja (KAK),
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber cidera lainya, radiasi, bahan-
bahan kimia berbahaya, gas-gas anestesi, psikososial dan ergonomi. Sebagaimana disebutkan di
dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23, bahwa Upaya Kesehatan
Kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10
orang. Oleh karena itu, sudah seharusnya Puskesmas menerapkan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Agar penyelenggaraan K3 di Puskesmas lebih efektif dan efisien
diperlukan sebuah pedoman managemen K3, baik untukpasien, pengunjung, pekerja dan
masyarakat sekitar Puskesmas. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan
yang bermutu, Puskesmas harus menjadi patien & provider safety sehingga mampu melindungi
pasien, pengunjung, pekerja dan masyarakar sekitar Puskesmas dari berbagai potensi bahaya
yang ditimbulkan.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat
untuk pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar Puskesmas. Sehingga proses
pelayanan di Puskesmas berjalan baik dan lancer
Tujuan Khusus :
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Puskesmas.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk
manajemen, pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK).
e. Terselenggaranya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas secara
optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Puskesmas.
C. Sasaran pedoman
Sasaran pedoman ini adalah petugas puskesmas dan pengguna jasa puskesmas.
D. Ruang Lingkup
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas mencakup; prinsip, kebijakan
pelaksanaan dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas, standar
pelayanan K3 di Puskesmas, standar sarana prasaranan dan peralatan K3 di Puskesmas,
pengelolaan jasa dan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3 di Puskesmas,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
E. Batasan Operasional
Kesehatan Kerja menurut WHO (1995) adalah untuk bertujuan meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerjaan yang disesuaikan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaanya akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta
pemeliharaan dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada setiap manusia kepada pekerjaan atau
jabatanya. Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara menangani kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK), Pengendalian Bahaya dan Promosi Kesehatan, Pengobatan dan Rehabilitasi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Denah ruang Puskesmas induk terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Lantai
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata tidak licin dan mudah
dibersihkan serta berwarna terang
b. Lantai kamar mandi atau WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air
c. Khusus ruang tindakan lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkrmbang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti elektrostatik dan tidak
mudah terbakar
2. Dinding
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-langit,
membentuk konus (tidak membentuk siku)
c. Dinding kamar mandi atau WC dari bahan kuat dan kedap air
d. Permukaan dinding keramik rata, rapi, sisa permukaan kramik dibagi sama ke kanan
dan ke kiri
e. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m dari
lantai
3. Pintu atau jendela
a. pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm
b. pintu dapat dibuka dari luar 7
c. khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door closer dan
membuka ke arah tangga darurat atau arah evakuasi dengan bahan tahan api
minimal 2 jam
d. ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
e. khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji f. khusus ruang
tindakan, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus menutup sendir
(dipasang door close)
4. Plafond
a. Rangka plafond kuat dan anti rayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak menggunakan
bahan asbes.
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
e. Khusus ruang tindakan, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan
profil baja dobel INP 20 yang dipasang sebelum langitlangit.
5. Ventilasi
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas
minimum 15% dari luas lantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang tindakan
kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan sirkulasi udara
dengan tekanan positif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
6. Atap
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain
b. Atap dengan ketinggian dari 10 m harus menggunakan penangkal petir
7. Sanitair
a. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik utuh dan tidak cacat
serta mudah dibersihkan
b. Urinoir dipasang atau ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue
d. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan
e. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar
mandi 10:1
f. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi 20:1
g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, keluar dengan
lancar dan jumlahnya cukup
8. Air Bersih
a. Sistem penyedian air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam (artesis)
b. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali 8
c. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran
9. Plumbing
a. Sistem perpipaan menggunakan kode warna: biru untuk perpipaan air bersih dan
merah perpipaan kebakaran
b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan air kotor
c. Instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi
listrik
10.Drainase
a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air dan berkualitas
baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran pembuangan
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi dengan bak kontrol dalam jarak tertentu,
dan tiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah dibuka dan
ditutup memenuhi syarat teknis serta berfungsi dengan baik
11.Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimal 140 cm, khusus ramp
koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kesua ramp tersebut
dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm
c. Area awal dan akhir ram harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak licin
d. Setiap ramp dilengkapi dengan lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif
12. Tangga
a. Lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah
b. Lebar injakan minimal 28 cm
c. Tinggi injakan 21 cm
d. Tidak berbentuk bulat/spiral
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
f. Memiliki kemiringan injakan <90 derajat
g. Dilengkapi pegangan minimal pada salah satu sisinya. Pegangan rambat mudah
dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi
h. Tangga di luar bangunan dirancang ada penutup tidak terkena air hujan
13. Pedestrian
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras atau stabil, kuat dan tidak licin
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border
d. Drainase searah jalur
e. Ukuran minimal 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur dua arah)
f. Tepi jalur pasang pengaman
14. Area parkir
a. Area parkir harus tertata dengan baik 9
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya
c. Untuk penyandang cacat ramp trotoar
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk mempermudah dan
membedakan dengan fasilitas bagi umum
15. Landscape: jalan, taman
a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas
b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan tidak
menimbulkan bau
c. Tanaman-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang ada
d. Jalan dalam area puskesmas pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan kansten
dan dirawat
e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner)
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu jaga
g. Papan nama puskesmas dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk umum
terpampang dibagian depan puskesmas
h. Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan,
kenyamana bagi pengunjung maupun pekerja pasien puskesmas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Puskesmas perlu menyusun sebuah program manajemen risiko
fasilitas/lingkungan/proses kerja yang membahas pengelolaan risiko keselamatan dan
kesehatan melalui penyusunan manual K3, kemudian berdasarkan manual K3 yang
ditetapkan dipergunakan untuk membuat rencana manajemen fasilitas dan penyediaan
tempat, teknologi, dan sumber daya. Organisasi K3 bertanggung jawab mengawasi
pelaksanaan manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja dimana dalam sebuah
Puskesmas yang kecil, ditunjuk seseorang di unit kerja harus dilibatkan dan dikelola secara
efektif, konsisten dan berkesinambungan.
B. METODE
Metode yang saya gunakan adalah literature review dimana dilakukan dengan cara
menganalisis kajian dan eksplorasi jurnal, text book, maupun e-book yang relevan.
C. LANGKAH KEGIATAN
BAB V
LOGISTIK
Mutu pelayanan kesehatan adalah sebuah derajat atau tingkat tertinggi pada pelayanan
kesehatan yang diadakan sesuai dengan standar pelayanan yang masih berlaku. Untuk dapat
mewujudkan agar tercapainya suatu lingkungan yang sehat dan nyaman , pelayanan kesehatan
khususnya Puskesmas harus mampu memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu, aman, serta dapat menjawab kebutuhan pasien atau masyarakat yang lagi
membutuhkan pertolongan kesehatan. Suatu pekerja kesehatan seperti perawat harus mampu
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja kepada pasien dan kepada petugas keselamatan itu
sendiri agar tidak terjadi resiko kecelakaan kerja atau resiko terjadinya suatu yang membahayakan
bagi pasien atau bagi pekerja kesehatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu baik akan
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan dan kepuasan pasien dapat
juga dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan mutu pelayanan sebuah pasilitas kesehatan. Kepuasan
pasien akan tercapai bila yang didapat oleh pasien lebih besar dari yang telah diharapkan.
Seorang perawat dalam melaksanakan manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja harus
memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, dimana seluruh nilai positif yang ada dalam
dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan menjadi upaya dalam meningkatkan kesehatan dan
keselamatan selama bekerja. pengetahuan dan sikap perawat dalam menjaga kesehatan dan
keselamatan selama bekerja, diantaranya dengan memberikan promosi kesehatan dan pelatihan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga hal ini diharapkan mampu merubah perilaku
perawat menjadi lebih baik. Pengalaman perawat juga sangat penting untuk menerapkan suatu
kesehatan dan keselamatan kerja untuk meningkatkan mutu pelayanan yang baik di Puskesmas.
Pengalaman perawat dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah satu dari aspek tersebut adalah masa
kerja dari perawat tersebut. Semakin lama masa kerja perawat maka pengalaman yang dimiliki juga
semakin meningkat sehingga perilakunya dalam menjaga keselamatan dirinya juga menjadi lebih
baik. Selain hal tersebut, pengalaman juga dapat diperoleh dari berbagai sosialisasi maupun
pelatihan tentang Kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan oleh pihak puskesmas yang
mengadakan acara sosialisasi tersebut.
Banyak program program di Puskesmas yang sudah berhasil untuk menerapkan Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja guna meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas yaitu seperti penyuluhan
atau pengadaan penkes tentang gangguan kesehatan ditempat kerja yang dilakukan oleh beberapa
tenaga kerja seperti perawat dari puskesmas terhadap pekerja informal.
Di puskesmas juga harus dapat menyediakan seperti alat pelindung diri (APD) seperti masker
kertas sekali pakai, sarung tangan, penutup kepala, dan baju laboratorim untuk digunakan saat akan
melakukan suatu tindakan keperawatan. APD seperti masker juga harus dibagiakan kepada pekerja
agar saat melakukan suatu tindakan keperawatan tidak tertular oleh virus yang ada pada pasien.
Seorang perawat juga harus selalu mencuci tangannya saat akan melakukan suatu tindakan
keperawatan dan setelah melakukan tindakan keperawatan apalagi saat sudah terkena cairan darah
dan bersentuhan langsung dengan pasien, mencuci tangan dapat dilakukan dengan menggunakan
sabun dan air, dan dapat juga menggunakan handscrub. Pada saat perawat bersentuhan langsung
dengan pasien harus juga selalu memakai handscoon atau sarung tangan agar terhindar dari resiko
tertularnya penyakit yang ada ditubuh pasien. Saat selesai melakukan suatu tindakan keperawatan
sebaiknya perawat membuang APD yang sekali pakai seperti handscoon dan masker ke dalam safty
box, dan harus mencuci alat alat atau membersihkan peralatan seperti thermometer dengan
menggunakan alkhol swab dan bisa juga menggunakan tissue.
Adapun prinsip dari pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan mutu pelayanan di
Puskesmas salah satunya adalah menyelamatkan pasien dengan prosedur dan tindakan yang aman
dan tidak membahayakan pasien sama sekali maupun petugas pemberi pelayanan kesehatan. Setiap
fasilitas layanan kesehatan yang ada di puskesmas harus selalu menjaga keamanan proses pelayanan
kesehatannya untuk menghindari terjadinya kesalahan medis yang bisa berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Pelaksanaan upaya keselamatan pasien tidak dapat dilakukan hanya dengan tim
keselamatan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien yang bersangkutan dan teknologi yang
mendukung saja, melainkan harus melibatkan seluruh bagian dari organisasi yaitu dalam bentuk
dukungan manajemen dan kerjasama antar staf yang baik. Karna kerjasama tim yang baik dapat
mencapai suatu tujuan keselamatan yang benar dan dapat berjalan dengan lancar.
Untuk menerapkan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Guna Meningkatkan Mutu Pelayanan
Di Puskesmas, harus dapat memanfaatan tempat sampah secara optimal, dengan selalu menjaga
kebersihan dan melakukan pengecekan secara berkala mengganti tempat sampah yang rusak
dengan yang baru, memasang instruksi penggunaan yang benar. Letak APAR harus diletakkan di
posisi yang mudah dijangkau agar mudah dijangkau apabila terjadi situasi yang membahayakan.
Apabila ada kamar mandi harus selalu dibersihkan agar tidak licin dan tidak membahayakan pekerja
kesehatan dan pasien. Apabila terdapat kabel kabel yang belum tersusun rapi maka harus
menyingkirkan kabel dan mengganti dengan wireless microphone dan bisa juga dirapikan dan
dijauhkan dari ruang gerak agar terhindar dari resiko bahaya. Pembudayaan penerapan K3
puskesmas diharapkan mampu menciptakan rasa aman dan terlindungi dalam bekerja serta dapat
mengurangi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut dapat terwujud dan
dapat meningkatkan mutu pelayanan puskesmas namun dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari
seluruh pekerja kesehatan yang terkait, baik kepala puskesmas, pelaksana Kesehatan dan
keselamatan kerja puskesmas, seluruh karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung puskesmas
serta Dinas Kesehatan selaku instansi pembina.
BAB IV
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugaS
sebagai pelaksana kegiatan.
Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi
sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya.Tahapan –
tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain
1. Identifikasi Resiko.
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi
resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan rencana
yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resikoatau dampak yang mungkin terjadi. Hal
ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan. Hal
ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan, apakah ada kesenjangan pelaksanaan dengan perencanaan, sehingga dengan
segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap terakhir adalah melakukan Evaluasi
kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul
dari lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar
sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan.
B. Hirarki Pengendalian
Pengendalian resiko dengan hirarki sebagai berikut;
antian
istrasi
asa
g di
angkan ri
pelindun
menghil
admin
pengg
rekay
alat
1. alat pelindung diri ;merupakan upaya pencegahan oleh pekerja dengan menggunakan
Alat Pelindung Diri.contohnya sarung tangan,kaca mata,apron,masker,penutup
kepala,sepatu boat.
2. Administrasi;mengatur cara kerja mencakup pemilihan pekerjaan,kebijakan-
kebijakan,SOP,pengaturan shift kerja,imunisasi
3. Rekayasa;pengendalian resiko melalui perubahan desain,sistem ventilasi,dan proses
yang mengurangi sumber eksposure
4. Penggantian; prinsipnya mengganti bahaya dengan bahan lain yang mempunyai resiko
lebih kecil contohnya tambal amalgam dengan glass ionomer
5. Menghilangkan;mengganti alat atau bahan yang berpotensi bahaya dengan yang lebih
aman , contohnya mengganti tensi raksa dengan digital.
BABIII.
A. Tahap Perencanaan
1. Sosialisasi K3 di puskesmas
2. Membuat komitmen dan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di
Puskesmas .Komitmen adalah kesepakatan seluruh pegawai puskesmas untuk
menjalankan K3 di puskesmas dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh
seluruh petugas.
3. Pembentukan tim K3;ditetapkan dengan surat keputusan kepala puskesmas
4. Perencanaan K3’
a. Mapping potensi masalah di puskesmas
b. Membuat perencanaan (RPK) dan renstra dalam satu tahun dan lima tahun
B. Tahap Pelaksanaan
1. Menyusun SOP,rambu,petunjuk K3
2. Pembudayaan SOP K3
3. Penyediaan sarana dan prasarana K3 (APD,APAR,vaksin dll)
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat
5. Pengelolaan alat (penyediaan,pemeliharaan dan lain-lain)
6. Pengelolaan limbah
7. Peningkatan kemampuan sumber daya (pelatihan pencegahan infeksi,cuci tangan
benar,pemadaman kebakaran,desinfeksi )
8. Pengendalian resiko dengan upaya;
i. Promotif;
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kpd seluruh petugas
b. Memasang leaflet,brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,APD,mengganti
alat berbahaya,pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis
c. Penatalaksanaan limbah puskesmas
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
iv. Rehabilitatif
Ditujukan untuk mencegah kecacatan dan kematian,dan rekomendasi penempatan
kembali petugas pasca kecelakaan kerja
Standar precaution adalah suatu upaya pencegahan terhadap penularan infeksi hepatitis B virus
(HBV),hepatitis virus C (HVC) dan HIV secara parenteral melalui membran mukosa,permukaan kulit
yang intak,dengan memperlakukan semua darah,secret vagina,air mani,cairan amnion,dan cairan
tubuh lainnya kecuali feces,urin,keringat,dahak,ingus,air mata,muntahan tanpa campuran darah dari
semua pasien sebagai sumber yang potensial untuk menularkan infeksi tanpa memperhatikan
diagnosis maupun resiko yang ada pada pasien itu,tahapan kewaspadaan standar adalah
D. Penatalaksanaan peralatan
Bertujuan untuk menjamin peralatan dalam kondisi steril.semua alat,bahan dan obat yang
dimasukkan ke dalam jaringan yang steril harus dalam keadaan steril.
Proses penetalaksanaan peralatan melalui 4 tahap:
1. Dekontaminasi:
Merupakan proses merendam peralatan pada larutan khlorin 0,5 % selama 10 menit
segera setelah melakukan tindakan.Alat yang didekontaminasi adalah peralatan
operasi/tindakan,jarum atau semprot yang akan dipakai ulang,sarung tangan,kontener
tempat penyimpanan peralatan
2. Pencucian :
Nerupakan langkah pencucian dan penyikatan peralatan dengan sabun dan deterjen
sebelum dilakukan sterilisasi atau DTT.proses pencucian harus dapat menghilangkan
darah,cairan tubuh dan jaringan lain.
3. Sterilisasi atau DTT :
Sterilisasi bertujuan menghilangkan seluruh mikroorganisme dan direkomendasikan
pada alat yang berkontak langsung dengan darah atau jaringan bawah kulit..
Dilakukan dengan :Uap panas bertekanan tinggi,panas kering,atau menggunakan bahan
kimia.
DTT alternatif jika sterilisasi tidak dapat dilaksanakan .DTT tidak membunuh semua
kuman.DTT dilakukan dengan merebus,menggunakan bahan kimia,atau menggunakan
uap panas.
4. Penyimpanan:
Penyimpanan alat yang sudah disterilisasi.Cara menyimpan adalah:
a) Peralatan dibungkus:
Peralatan dibungkus bertujuan untuk tetap menjamin sterilisasi alat.umur
sterilisasi alat sangat bergantung pada packing,handling,jumlah petugas yang
menangani packing,kebersihan,kelembaban,dan suhu penyimpanan.
2.Sampah medis;
a. Padat
b. Cair
3.Limbah berbahaya
1. Jangan panik
2. Segera keluarkan darah dengan memijat bagian tertusuk dan mencuci dengan air
mengalir atau jumlah yang banyak,cuci dengan sabun atau anti septik
3. Jika darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka segera cuci dengan air mengalir dan
menggunakan sabun.
4. Jika darah mengenai mulut,ludahkan dan kumur-kumur beberapa kali
5. Jika darah mengenai mata cuci mata dengan mengalir atau garam fisiologis
6. Jika darah mengenai hidung ,hembuskan keluar bersihkan dengan air
7. Luka tertusuk tidak boleh dihisap
8. Lapor ke tim K3 dlam 24 jam.
1. Menetukan status pasien sebagai sumber jarum/alat tajam bekas pakai terhadap status
HIV,HBV,dan HVC.
2. Petugas yang terpapar diperiksa status HIV,HBV,dan HVC.jika tidak diketahui sumber
paparannya
3. Bila status pasien HIV,HBV,dan HVC. Tidak dalam masa inkubasi tidak perlu dilakukan
tindakan khusus untuk petugas,atau cukup konseling
4. Bila status pasien HIV,HBV,dan HVC positif maka tentukan status petugas HIV,HBV,dan
HVC petugas tersebut
5. Petugas dilakukan konseling pre test
BAB V.
NO Kegiatan Indikator
INPUT
PROSES
OUT PUT
VI.PENUTUP
LAMPIRAN
Nama Puskesma :
Kecamatan :
Kabupaten :
Propinsi :
Alamat :
Pelaksana Evaluasi :
1........................................................................................Jabatan.....................................................
2........................................................................................Jabatan.....................................................
3........................................................................................Jabatan.....................................................
4........................................................................................Jabatan.....................................................
A.Perencanaan :
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok
2. Pembentukan tim K3
3. Perencanaan K3
B.PELAKSANAAN K3 DI PUSKESMAS
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok
2. Pembudayaan K3
a. MCU
b. Emergency plan
c. Mapping bahaya
d. Penyiapan sarana tanggap
darurat,
a. Alat sterilisasi
b. Alat medis
c. Alat K3
d. Kalibrasi alat
6. Pengelolaan Limbah;
a. Limbah padat
b. Limbah cair
c. Limbah gas
d. Limbah medis
e. Limbah non medis.
a. Pelatihan K3 eksternal
b. Pelatihan K3 internal
c. Sosialisasi K3
d. Sosialisasi pencegahan Infeksi
a. APAR
b. APD
c. Sterilisasi
d. Anti septik
e. Vaksin
9. Monitoring dan pemantauan K3 di
puskesmas
a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitatif
CEKLIST
MANAJEMEN K3
PUSKESMAS XXXXX
TAHUN :
1. Komitmen :
2. Kebijakan
4. SK Dinas Kesehatan
B. Tahap Pelaksanaan
b. khusus
4. Penilaian resiko K3
5. Pengendalian resiko K3
a. Secara umum:
i. Menghilangkan bahaya
ii. Subsitusi/mengganti
iii. Rekayasa teknik
iv. Administrasi:
1. Cara kerja yang aman
2. Bekerja sesuai SPO
3. Pengaturan waktu kerja atau shift kerja
4. Kebujakan /aturan
b. Pengendalian dalam aspek kesehatan
i. Promotif
1. Penyuluhan bahaya potensial dengan
gangguan yang timbul
2. Penyuluhan penggunaan APD yang benar
3. Pemasangan leaflet dan brosur
4. Pemenuhan gizi
5. Penyusunan SPO pelayanan
6. PHBS Kerja
7. Pelatihan K3
8. Olahraga
9. Rekreasi bersama
10. Konseling
11. Manajemen stress
12. Bimbingan rohani
ii. Preventif
1. Penggunaan APD berdasarkan potensi
bahaya :
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Topi
d. Kacamata
e. Apron
f. Sepatu bot
g. Dll..
2. Imunisasi
a. Hepatitis
b. Dll..
3. Penatalaksanaan Limbah :
a. Limbah domestik
b. Limbah benda tajam
c. Limbah infeksius
d. Limbah patologis
e. Limbah farmasi
f. Limbah kimia
g. Limbah logam berat
4. Deteksi dini melalui MCU
a. Pemeriksaan prakerja
b. Pemeriksaan berkala
c. Pemeriksaan khusus
iii. Kuratif
1. Penatalaksanaan tertusuk jarum
bekas/benda tajam
2. Penatalaksanaan kecelakaan kerja
3. Penatalaksanaan gawat darurat
4. Pengobatan penyakit akibat kerja
5. Rujukan kasus
6. Penatalaksana paska pajanan.
iv. Rehabilitatif
1. Evaluasi tingkat kecacatan
2. Rekomendasi penempatan kembali sesuai
kemampuan.
Puskesmas Keliling
Kunjungan rumah:
o PHN
o Gizi
o UKS
o Surveilan
UKBM
o Posyandu
o Pos UKK
o Pos Lansia
Fogging
Pemantauan
C. Pengawasan :
-Inspeksi
-Pengajian
3.Audit K3
- audit Internal
-audit eksternal