Anda di halaman 1dari 52

21

DAFTAR ISI

Kata sambutan

Kata Pengantar

Daftar Isi

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Landasan Hukum
F. Pengertian

II.PENGENALAN POTENSI BAHAYA DI PUSKESMAS DAN MASALAH YANG DITIMBULKANNYA

A. Potensi Bahaya
B. Hirarki Pengendalian

III.PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PUSKESMAS

A. Tahap Perencanaan
B. Tahap Pelaksanaan
C. Tahap Pengawasan ,pemantauan dan evaluasi

IV.STANDAR PRECAUSTION DI PUSKESMAS

A. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


B. Pemakaian sarung tangan dan alat pelindung diri
C. Pengelolaan jarum dan alat untuk mencegah perlukaan
D. Penatalaksanaan peralatan
E. Pengelolaan limbah dan sanitasi puskesmas
F. Penatalaksanaan tertusuk jarum bekas/benda tajam

V.INDIKATOR KEBERHASILAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

VI.PENUTUP

Lampiran evaluasi pelaksanaan K3 di Puskesmas

Ceklis manajemen K3 di Puskesmas

SPO pengelolaan limbah padat di Puskesmas


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan eselamatan Kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi. Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan
dari pemerintah merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk menyediakan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi Puskesmas
tersebut, maka akan semakin kompleks peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Kerumitan
tersebut menyebabkan Puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya
bagi pasien dan tenaga medis tetapi pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain Penyakit Akibat Kerja(PAK) juga ada potensi bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas yaitu Kecelakaan Akibat Kerja (KAK),
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber cidera lainya, radiasi, bahan-
bahan kimia berbahaya, gas-gas anestesi, psikososial dan ergonomi. Sebagaimana disebutkan di
dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23, bahwa Upaya Kesehatan
Kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10
orang. Oleh karena itu, sudah seharusnya Puskesmas menerapkan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Agar penyelenggaraan K3 di Puskesmas lebih efektif dan efisien
diperlukan sebuah pedoman managemen K3, baik untukpasien, pengunjung, pekerja dan
masyarakat sekitar Puskesmas. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan
yang bermutu, Puskesmas harus menjadi patien & provider safety sehingga mampu melindungi
pasien, pengunjung, pekerja dan masyarakar sekitar Puskesmas dari berbagai potensi bahaya
yang ditimbulkan.

B. Tujuan

Tujuan Umum :
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat
untuk pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar Puskesmas. Sehingga proses
pelayanan di Puskesmas berjalan baik dan lancer
Tujuan Khusus :
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Puskesmas.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk
manajemen, pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK).
e. Terselenggaranya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas secara
optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Puskesmas.

C. Sasaran pedoman
Sasaran pedoman ini adalah petugas puskesmas dan pengguna jasa puskesmas.

D. Ruang Lingkup
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas mencakup; prinsip, kebijakan
pelaksanaan dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas, standar
pelayanan K3 di Puskesmas, standar sarana prasaranan dan peralatan K3 di Puskesmas,
pengelolaan jasa dan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3 di Puskesmas,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

E. Batasan Operasional
Kesehatan Kerja menurut WHO (1995) adalah untuk bertujuan meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerjaan yang disesuaikan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaanya akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta
pemeliharaan dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada setiap manusia kepada pekerjaan atau
jabatanya. Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara menangani kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK), Pengendalian Bahaya dan Promosi Kesehatan, Pengobatan dan Rehabilitasi.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia dalam melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Diploma III dan S1
minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3.
2. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1 orang dengan
sertifikat dalam bidang K3/Hiperkes dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3.
3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
minimal 1 orang.
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3 minimal 1 orang.
B. Distribusi Ketenagaan
Saat ini petugas yang telah mengikuti orientasi UKK adalah satu (1) orang tenaga perawat
(D4)
C. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan Sasaran Cara Melaksanakan Jadwal PJ Ket
Kegiatan Pelaksanaan
1 Membangun Workshop teori dan Kapus dan seluruh Pertemuan/rapat Maret 2021 Ketua tim K3
kesadaran tentang K3 penerapan K3 di staf
Puskesmas sesuai PMK
52/2017
2 Menyusun Program Workshop program TIM K3 Pertemuan Tim K3 Maret 2021 Ketua tim K3
Kerja K3 kerja
3 Sosialisasi Program Sosialisasi verbal dan Kapus dan seluruh Pertemuan lokmin bulanan April 2021 Ketua tim K3
Kerja Tim K3 tertulis staf puskesmas, apel pagi, wa
coordinator pokja dan tim
kerja
4 Penyusunan Pedoman Sesuai PMK 52/2017 Tim K3 Pertemuan tim K3 April 2021 Ketua tim K3
K3
5 Melakukan sosialisasi Kapus dan seluruh Setahun sekali Mei 2021 kapus
penggunaan APAR staf
6 Menyusun form Menggunakan daftar Tiap ruangan poli Sekali bersamaan dengan 3 bulan sekali koordinator
pencatatan dan tilik audit internal audit internal
pelaporan
7 Melakukan Analisis Tiap ruangan poli observasi Tiap bulan Ketua tim K3
Masalah
8 Penerapan K3 Sosialisasi cara cuci Kapus dan seluruh Memasang poster, April 2021 s/d Ketua tim K3 Integrasi
kewaspadaan standar tangan staf peragaan saat apel minimal desember 2021 dengan PPI
kebersihan tangan 2x seminggu, menayangkan
(cuci tangan) video cuci tangan di ruang
tunggu pasien
Monev kepatuhan Kapus dan seluruh Monev menggunakan April 2021 s/d Ketua tim K3 Integrasi
petugas untuk cuci staf daftar tilik kepatuhan cuci desember 2021 dan dengan PPI
tangan yang benar tangan koordinator
audit internal
Penilaian oleh pasien Ruang tindakan, Sekali bersamaan dengan 3 bulan sekali koordinator
tentang kepatuhan poli gigi, KIA, KB audit internal audit internal
petugas untuk cuci
tangan yang benar
sebelum dan sesudah
tindakan klinis
Monitoring, Tiap ruangan poli Observasi dengan Tiap bulan Ketua tim K3
ketersediaan air bersih, menggunakan checklis
sabun dan handrub ketersediaan air bersih,
diruangan sabun dan handrub
9 Penerapan K3 Monev kepatuhan Petugas pemberi Monev menggunakan Tiap bulan Ketua tim K3
kewaspadaan standar petugas untuk pelayanan klinis di daftar tilik kepatuhan dan
penggunaan APD menggunakan APD ruang tindakan, menggunakan APD koordinator
poli umum, poli audit internal
gigi, KIA, ruang
sterilisasi,
laboratorium,
farmasi
10 Penerapan K3 Monev kepatuhan Petugas pemberi Monev menggunakan Tiap bulan Ketua tim K3
kewaspadaan standar petugas dalam sterilisasi pelayanan klinis daftar tilik kepatuhan dan
dekontaminasi alat kesehatan yang menggunakan sterilisasi koordinator
peralatan perawatan peralatan audit internal
pasien perawatan pasien
11 Penerapan K3 Monev kualitas udara, Tiap 3 bulan sanitarian Integrasi
kewaspadaan standar kualitas air bersih, dengan
pengendalian inpeksi permukaan program
lingkungan lingkungan bebas debu, keamanan
bebas sampah, design lingkungan
ruangan dan PPI
12 Penerapan K3 Monev pengelolaan Tiap bulan sanitarian Integrasi
kewaspadaan standar limbah padat tajam di dengan
pengolahan limbah safety box, limbah program
medis padat dengan keamanan
kantung kuning, dan lingkungan
tempat penampungan dan PPI
limbah sementara
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Denah ruang Puskesmas induk terlampir

B. Standar Fasilitas
1. Lantai
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata tidak licin dan mudah
dibersihkan serta berwarna terang
b. Lantai kamar mandi atau WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air
c. Khusus ruang tindakan lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkrmbang biaknya bakteri, menggunakan bahan vynil anti elektrostatik dan tidak
mudah terbakar
2. Dinding
a. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat
b. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-langit,
membentuk konus (tidak membentuk siku)
c. Dinding kamar mandi atau WC dari bahan kuat dan kedap air
d. Permukaan dinding keramik rata, rapi, sisa permukaan kramik dibagi sama ke kanan
dan ke kiri
e. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m dari
lantai
3. Pintu atau jendela
a. pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm
b. pintu dapat dibuka dari luar 7
c. khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door closer dan
membuka ke arah tangga darurat atau arah evakuasi dengan bahan tahan api
minimal 2 jam
d. ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
e. khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji f. khusus ruang
tindakan, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus menutup sendir
(dipasang door close)
4. Plafond
a. Rangka plafond kuat dan anti rayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak menggunakan
bahan asbes.
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
e. Khusus ruang tindakan, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan
profil baja dobel INP 20 yang dipasang sebelum langitlangit.
5. Ventilasi
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas
minimum 15% dari luas lantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang tindakan
kombinasi antara fan, exhauster dan AC harus dapat memberikan sirkulasi udara
dengan tekanan positif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
6. Atap
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain
b. Atap dengan ketinggian dari 10 m harus menggunakan penangkal petir
7. Sanitair
a. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik utuh dan tidak cacat
serta mudah dibersihkan
b. Urinoir dipasang atau ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue
d. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan
e. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar
mandi 10:1
f. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi 20:1
g. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, keluar dengan
lancar dan jumlahnya cukup
8. Air Bersih
a. Sistem penyedian air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam (artesis)
b. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali 8
c. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran
9. Plumbing
a. Sistem perpipaan menggunakan kode warna: biru untuk perpipaan air bersih dan
merah perpipaan kebakaran
b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan air kotor
c. Instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi
listrik
10.Drainase
a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air dan berkualitas
baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran pembuangan
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi dengan bak kontrol dalam jarak tertentu,
dan tiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah dibuka dan
ditutup memenuhi syarat teknis serta berfungsi dengan baik
11.Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimal 140 cm, khusus ramp
koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kesua ramp tersebut
dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm
c. Area awal dan akhir ram harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak licin
d. Setiap ramp dilengkapi dengan lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif
12. Tangga
a. Lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah
b. Lebar injakan minimal 28 cm
c. Tinggi injakan 21 cm
d. Tidak berbentuk bulat/spiral
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
f. Memiliki kemiringan injakan <90 derajat
g. Dilengkapi pegangan minimal pada salah satu sisinya. Pegangan rambat mudah
dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi
h. Tangga di luar bangunan dirancang ada penutup tidak terkena air hujan
13. Pedestrian
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras atau stabil, kuat dan tidak licin
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border
d. Drainase searah jalur
e. Ukuran minimal 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur dua arah)
f. Tepi jalur pasang pengaman
14. Area parkir
a. Area parkir harus tertata dengan baik 9
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya
c. Untuk penyandang cacat ramp trotoar
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk mempermudah dan
membedakan dengan fasilitas bagi umum
15. Landscape: jalan, taman
a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas
b. Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik dan tidak
menimbulkan bau
c. Tanaman-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang ada
d. Jalan dalam area puskesmas pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan kansten
dan dirawat
e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner)
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu jaga
g. Papan nama puskesmas dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk umum
terpampang dibagian depan puskesmas
h. Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan,
kenyamana bagi pengunjung maupun pekerja pasien puskesmas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Puskesmas perlu menyusun sebuah program manajemen risiko
fasilitas/lingkungan/proses kerja yang membahas pengelolaan risiko keselamatan dan
kesehatan melalui penyusunan manual K3, kemudian berdasarkan manual K3 yang
ditetapkan dipergunakan untuk membuat rencana manajemen fasilitas dan penyediaan
tempat, teknologi, dan sumber daya. Organisasi K3 bertanggung jawab mengawasi
pelaksanaan manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja dimana dalam sebuah
Puskesmas yang kecil, ditunjuk seseorang di unit kerja harus dilibatkan dan dikelola secara
efektif, konsisten dan berkesinambungan.
B. METODE
Metode yang saya gunakan adalah literature review dimana dilakukan dengan cara
menganalisis kajian dan eksplorasi jurnal, text book, maupun e-book yang relevan.
C. LANGKAH KEGIATAN
BAB V

LOGISTIK

Mutu pelayanan kesehatan adalah sebuah derajat atau tingkat tertinggi pada pelayanan
kesehatan yang diadakan sesuai dengan standar pelayanan yang masih berlaku. Untuk dapat
mewujudkan agar tercapainya suatu lingkungan yang sehat dan nyaman , pelayanan kesehatan
khususnya Puskesmas harus mampu memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu, aman, serta dapat menjawab kebutuhan pasien atau masyarakat yang lagi
membutuhkan pertolongan kesehatan. Suatu pekerja kesehatan seperti perawat harus mampu
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja kepada pasien dan kepada petugas keselamatan itu
sendiri agar tidak terjadi resiko kecelakaan kerja atau resiko terjadinya suatu yang membahayakan
bagi pasien atau bagi pekerja kesehatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu baik akan
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan dan kepuasan pasien dapat
juga dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan mutu pelayanan sebuah pasilitas kesehatan. Kepuasan
pasien akan tercapai bila yang didapat oleh pasien lebih besar dari yang telah diharapkan.

Seorang perawat dalam melaksanakan manajemen Kesehatan dan keselamatan kerja harus
memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, dimana seluruh nilai positif yang ada dalam
dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan menjadi upaya dalam meningkatkan kesehatan dan
keselamatan selama bekerja. pengetahuan dan sikap perawat dalam menjaga kesehatan dan
keselamatan selama bekerja, diantaranya dengan memberikan promosi kesehatan dan pelatihan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga hal ini diharapkan mampu merubah perilaku
perawat menjadi lebih baik. Pengalaman perawat juga sangat penting untuk menerapkan suatu
kesehatan dan keselamatan kerja untuk meningkatkan mutu pelayanan yang baik di Puskesmas.
Pengalaman perawat dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah satu dari aspek tersebut adalah masa
kerja dari perawat tersebut. Semakin lama masa kerja perawat maka pengalaman yang dimiliki juga
semakin meningkat sehingga perilakunya dalam menjaga keselamatan dirinya juga menjadi lebih
baik. Selain hal tersebut, pengalaman juga dapat diperoleh dari berbagai sosialisasi maupun
pelatihan tentang Kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan oleh pihak puskesmas yang
mengadakan acara sosialisasi tersebut.

Banyak program program di Puskesmas yang sudah berhasil untuk menerapkan Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja guna meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas yaitu seperti penyuluhan
atau pengadaan penkes tentang gangguan kesehatan ditempat kerja yang dilakukan oleh beberapa
tenaga kerja seperti perawat dari puskesmas terhadap pekerja informal.

Di puskesmas juga harus dapat menyediakan seperti alat pelindung diri (APD) seperti masker
kertas sekali pakai, sarung tangan, penutup kepala, dan baju laboratorim untuk digunakan saat akan
melakukan suatu tindakan keperawatan. APD seperti masker juga harus dibagiakan kepada pekerja
agar saat melakukan suatu tindakan keperawatan tidak tertular oleh virus yang ada pada pasien.
Seorang perawat juga harus selalu mencuci tangannya saat akan melakukan suatu tindakan
keperawatan dan setelah melakukan tindakan keperawatan apalagi saat sudah terkena cairan darah
dan bersentuhan langsung dengan pasien, mencuci tangan dapat dilakukan dengan menggunakan
sabun dan air, dan dapat juga menggunakan handscrub. Pada saat perawat bersentuhan langsung
dengan pasien harus juga selalu memakai handscoon atau sarung tangan agar terhindar dari resiko
tertularnya penyakit yang ada ditubuh pasien. Saat selesai melakukan suatu tindakan keperawatan
sebaiknya perawat membuang APD yang sekali pakai seperti handscoon dan masker ke dalam safty
box, dan harus mencuci alat alat atau membersihkan peralatan seperti thermometer dengan
menggunakan alkhol swab dan bisa juga menggunakan tissue.

Adapun prinsip dari pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan mutu pelayanan di
Puskesmas salah satunya adalah menyelamatkan pasien dengan prosedur dan tindakan yang aman
dan tidak membahayakan pasien sama sekali maupun petugas pemberi pelayanan kesehatan. Setiap
fasilitas layanan kesehatan yang ada di puskesmas harus selalu menjaga keamanan proses pelayanan
kesehatannya untuk menghindari terjadinya kesalahan medis yang bisa berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Pelaksanaan upaya keselamatan pasien tidak dapat dilakukan hanya dengan tim
keselamatan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien yang bersangkutan dan teknologi yang
mendukung saja, melainkan harus melibatkan seluruh bagian dari organisasi yaitu dalam bentuk
dukungan manajemen dan kerjasama antar staf yang baik. Karna kerjasama tim yang baik dapat
mencapai suatu tujuan keselamatan yang benar dan dapat berjalan dengan lancar.

Untuk menerapkan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Guna Meningkatkan Mutu Pelayanan
Di Puskesmas, harus dapat memanfaatan tempat sampah secara optimal, dengan selalu menjaga
kebersihan dan melakukan pengecekan secara berkala mengganti tempat sampah yang rusak
dengan yang baru, memasang instruksi penggunaan yang benar. Letak APAR harus diletakkan di
posisi yang mudah dijangkau agar mudah dijangkau apabila terjadi situasi yang membahayakan.
Apabila ada kamar mandi harus selalu dibersihkan agar tidak licin dan tidak membahayakan pekerja
kesehatan dan pasien. Apabila terdapat kabel kabel yang belum tersusun rapi maka harus
menyingkirkan kabel dan mengganti dengan wireless microphone dan bisa juga dirapikan dan
dijauhkan dari ruang gerak agar terhindar dari resiko bahaya. Pembudayaan penerapan K3
puskesmas diharapkan mampu menciptakan rasa aman dan terlindungi dalam bekerja serta dapat
mengurangi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut dapat terwujud dan
dapat meningkatkan mutu pelayanan puskesmas namun dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari
seluruh pekerja kesehatan yang terkait, baik kepala puskesmas, pelaksana Kesehatan dan
keselamatan kerja puskesmas, seluruh karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung puskesmas
serta Dinas Kesehatan selaku instansi pembina.
BAB IV

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugaS
sebagai pelaksana kegiatan.
Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi
sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya.Tahapan –
tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain
1. Identifikasi Resiko.
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi
resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan rencana
yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resikoatau dampak yang mungkin terjadi. Hal
ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan. Hal
ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan, apakah ada kesenjangan pelaksanaan dengan perencanaan, sehingga dengan
segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap terakhir adalah melakukan Evaluasi
kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan atau Keamanan Saran,


Prasarana, dan Peralatan Kesehatan
1) Melengkapi perijinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan
2) Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan
3) Melakukan peneraan atau kalibrasi peralatan kesehatan
4) Pembuatan SOP untuk pengoprasian, pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi
terhadap peralatan kesehatan
5) Sertifikasi personil petugas atau operator sarana dan prasarana kesehatan
B. Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja Terhadap
Pekerja
1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja
dan pekerja
2. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko
Ergonomic
C. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja
1. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
2. Pemantauan atau pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi
dan psikososial secara rutin dan berkala
3. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki
lingkungan kerja
D. Pembinaan dan Pengawasan Sanitair
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasaran sanitair,
yang memenuhi syarat, meliputi:
1. Penyehatan makanan dan lingkungan
2. Penyehatan air
3. Penyehatan tempat pencucian
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Pengendalian serangga dan tikus
6. Sterilisasi desinfeksi
7. Perlindungan radiasi
8. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
E. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja
1. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
2. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
3. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
4. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan
peralatan keselamatan dan APD
F. Pelatihan atau Penyuluhan Keselamatan Kerja untuk Semua Pekerja
1. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh pekerja
2. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 kepada petugas K3 di puskesmas
G. Memberi Rokomendasi atau Masukan Mengenai Perencanaan, Pembuatan
Tempat Kerja dan Pemilihan Alat serta Pengadaannya terkait Keselamatan
atau Keamanan
1. Melibatkan petugas K3 di dalam perencanaan, pembuatan, pemilihan serta
pengadaan sarana, prasana dan peralatan keselamatan kerja
2. Membuat evaluasi rekomendasi terhadap kondisi sarana, prasarana dan
peralatan keselamatan kerja
H. Membuat Sistem Pelaporan Kejadian dan Tindak Lanjutnya
1. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
2. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
celaka dan celaka
I. Pembinaan dan Pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan
Kebakaran (MSPK)
1. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
2. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
3. Membuat SOP
4. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
5. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penaggulangan
Kebakaran
J. Membuat Evaluasi, Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Keselamatan Kerja yang Disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Unit
Teknis Terkait di Wilayah Kerja Puskesmas
1. Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja
2. Data perijinan
3. Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja
4. Data pelatihan dan sertifikasi
5. Data petugas kesehatan puskesmas yang berpendidikan formal kesehatan
kerja, sudah dilatih kesehatan dan keselamatan kerja serta sudah dilatih
tentang diaknosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
6. Data kejadian nyaris celaka dan celaka
7. Data kegiatan pemantauan kegiatan lingkungan kerja
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian Barang Berbahaya dan Beracun (B3)
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang bersifat dan konsentrasinya
dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan
merusak lingkungan hidup serta dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainya.
B. Jenis Barang Kategori B3
a. Memancarkan Radiasi
b. Mudah Meledak
c. Mudah Menyala atau terbakar
d. Oksidator : menyebabkan reaksi oksidasi
e. Racun
f. Korosif : Sifat bahanya menyebabkan sel kanker
g. Iritasi : Sifat bahanya mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput endir
h. Teratogenik : Sifat bahanya mempengaruhi pembentukan ambrio
i. Mutagenik : sifat bahanya mengakibatkan perubahan kromosom
j. Arus Listrik
C. Jenis Limbah B3 di Puskesmas Sleman
1. Farmasi Lampu baterai, obat kadaluarsa, kertas karbon
2. Pendaftaran Lampu, batu baterai, pulpen, tinta printer
3. Poli Usila Lampu, batu baterai, pulpen, tinta printer
4. Poli Umum Lampu, batu baterai, pulpen
5. Poli Tindakan Lampu, baterai, Jarum, Spuit, nedle, botol
injeksi, handscoon, Kassa, DC+UB
6. Farmasi Lampu baterai, obat kadaluarsa
7. Kasir Lampu, batu baterai, pulpen
8. IMS Lampu, baterai, Jarum, Spuit, botol injeksi,
handscoon,Kassa
9. VK Lampu, baterai, Jarum, Spuit, botol injeksi,
handscoon,Kassa
10. Laboratorium Lampu, baterai, jarum, spuit, kapas, Fiber
glass, Kassa, Botol reagen
11. Rongent Lampu bekas, baterai bekas, Film bekas, kertas
karbon, Fixer
12. Ruang Jenazah Lampu bekas, baterai bekas, kassa, kapas
13. Linen Lampu bekas, baterai bekas
14. IPSRS Oli bekas, Aki bekas, Lampu bekas, baterai
bekas, obat kadaluarsa, karbon, pita printer.
15. Ruang genset Oli bekas, aki, lampu
16. Dapur Baterai, bekas minyak goreng, lampu
17. Mushola Bekas batu baterai, lampu
18. Bangsal Batu baterai, lampu, kertas karbon, spuit, flabot,
kassa, hanscoon, botol injeksi
19. Administrasi Kertas karbon, lampu bekas, batu baterai, tinta
printer, pulpen
20. Aula Lampu, Baterai bekas
21. R. Direktur Lampu, Baterai bekas
D. Pencegahan dan Pengendalian B3
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi untuk mengenali ciri-ciri karakteristik limbah B3
b. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang dianggap sesuai sifat
dan karakteristik bahan atau instalasi yang ditangani memprediksi resiko yang
mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
c. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang akan
dilakukan meliputi :
1. Pengendalian operasional seperti eliminasi, subtitusi, ventilasi, APD, dan
Higiene perorangan.
2. Pengendalian organisasi administrasi seperti SPO, pengaturan tata ruang,
pemantauan rutin dan pendidikan karyawan.
3. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, Prosedur dan proses kerja
4. Pembatasan keberadaan B3 ditempat kerja sesuai dengan ambang batas
d. Mengurangi resiko paparan B3
1. Upayakan subtansi mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan bahan
kurang berbahaya.
2. Menggunakan dan menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin.
3. Dapatkan informasi tentang bahan berbahaya yang menyangkut sifat cara
penggunaan, cara penyimpanan, cara pembuangan, dan penanganan
sisa/bocoran/tumpahan, cara pengobatan jika terjadi kecelakaan.
4. Proses dilakukan secara tertutup dan dipantau secara berkala agar tidak
melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan.
5. Usahakan pekerja tidak mengalami paparan terlalu lama.
6. Usahakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai dan tepat
melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan
7. Penyimpanan bahan berbahaya sesuai dengan prosedur
8. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman ,
bersih dan terpelihara dengan baik.
E. Pengadaan Barang Berbahaya
Puskesmas Sleman selalu melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang diseleksi minimal memberikan proposal beserta company profil.
Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk,
kapabilitas, rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain
yang dibutuhkan puskesmas.
Setiap unit kerja/instalasi yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3,
menginformasikan kepada bagian logistik (dan bagian pemeliharaan) sebagai pengadaan
barang setiap kali pengajuan permintaan bahwa barang yang dibeli termasuk B3.
Untuk memudahkan proses seleksi, kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan
adalah :
1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertera di kontrak
kerjasama.
2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai spesifikasi yang sudah
disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang
diberikan.
3. Persyaratan K3 dan Lingkungan
a. Menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
b. Melaksanakan sistem managemen lingkungan
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan Lingkungan
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di rumah sakit
4. Sistem Mutu
a. Metodologi bagus
b. Dokumentasi system mutu lengkap
5. Pelayanan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada
b. Pendekatan yang dilakukan suplier dalam melaksanakan tugasnya.
c. Penanganan masalah yang timbul dalam pelaksanaan
d. Memberikan pelayanan purna jual yang memadai dan dukungan disertai sumber
manusia yang handal
F. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, cara
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis dan bahan serta penanganan
dengan melihat SPO dan MSDS yang telah ditetapkan.
1. Penanganan untuk personil
a. Kenali dengan seksama jenis bahan digunkan dan disimpan
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
c. Letakan bahan sesuai dengan ketentuan
d. Tempatkan bahan pada ruangan penyimpanan yang sesuai petunjuk
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi ditempat yang panas dan hampa
udara
g. Jangan menyimpan bahan yang melebihi pandangan mata
h.Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penyimpanan bahan,
hindari terjadi tumpahan dan kebocoran
i. Laporkan segera jika terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya
kecelakaan (accident atau near miss)
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang beresiko (Laboratorium, Farmasi, Ruang Tindakan dan tempat
penyimpanan, penggunaan dan pengelola limbah B3 yang ada di Rumah Sakit harus
ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna diarea yang
bersangkutan serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan
kepada seluruh penghuni puskesmas.
3. Penanganan Administratif
Disetiap tempat penyimpanan, penggunaan dan Pengelolaan B3 harus diberi tanda
sesuai dengan potensi bahaya yang ada, dan dilokasi tersebut tersedia PO untuk
menangani B3 antara lain :
a. Cara penanggulangan jika terjadi kontaminasi
b. Cara penanggulangan bila terjadi kedaruratan
c. Cara penanganan B3
BAB IX
PENUTUP

A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul
dari lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar
sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan.

1. Potensi Bahaya Umum;


Yaitu potensi bahaya yang sama terdapat disemua ruangan ,al:

N Potensi Jenis Bahaya Masalah Kesehatan/kecelakaan


o Bahaya kerja

1 fisisk  Pencahayaan  gangguan mata


 Suhu kelembaban  kepanasan/kedinginan
 ventilasi  stress
 pengap

2 Biologi  lalat,kecoa,tikus,nyamuk,  diare,pes,malaria,dbd,typhoid,


kucing torch

3 Ergonomi  Posisi duduk terlalu lama  Gangguan musculoskeletal


> 6 jam.
 Posisi berdiri terlalu lama
> 4 jam

4 Psikososial  Hubungan antara petugas  stres kerja dan kelelahan


 Beban kerja
 Shift kerja
 kesejahteraan

5 Sanitasi  sampah non medis  Pencemaran


 air bersih lingkungan,penularan penyakit
 jamban infeksi

6. Gaya  Pola makan  Gangguan gizi


hidup  Olah raga  PTM
 Merokok  Gangguan paru
 Perilaku kerja  PAK/KAK

7 Konstruksi  Bangunan  Kecelakaan akibat


bangunan  Pintu masuk/keluar tertimpa,tersandung,terpeleset,te
 Tata letak ruangan rtabrak
 Ukuran ruangan  Kenyamanan terganggu
 Kabel listrik terkelupas  Luka setrum,bakar
 Instalasi listrik tak standar  Kebakaran
 Hubungan arus pendek
 Beban listrik berlebihan

2.Potensi bahaya khusus

Lokasi Potensi Jehis bahaya Masalah


Bahaya Kesehatan/kecelakaan kerja

Poli umum  Kecelakaan  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


kerja medis

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola

 kimia  desinfektan,mercuri  gangguam SSP

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder

Poli Gigi  Kecelakaan  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


kerja medis

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola

 kimia  mercuri,amalgam,  gangguam SSP, ginjal,


silikat,klor etil,clorin dermatitis

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder


 fisik  getaran,bising  renauld
syndrom.pendengaran

 Psikososial  Bekerja yang  Stres kerja


monoton

KIA/KB  Kecelakaan  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


kerja medis

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  mercuri,clorin  gangguam SSP, ginjal,


dermatitis

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder

 Psikososial  Bekerja yang  Stres kerja


monoton

Ruang  Fisik  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


tindakan medis

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  mercuri,klor  gangguam SSP, ginjal,


etil,clorin,desinfektan dermatitis

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder

 Psikososial  Situasi gawat  Stres kerja

UGD  Fisik  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


medis

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  mercuri,klor  gangguam SSP, ginjal,


etil,clorin,desinfektan dermatitis

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder


 Psikososial  Situasi gawat  Stres kerja

Ruang  Fisik  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


Persalinan medis

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  mercuri,klor  gangguam SSP, ginjal,


etil,clorin,desinfektan dermatitis

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder

 Psikososial  Situasi gawat  Stres kerja

Laboratoriu  Fisik  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera,


m medis,api kebakaran

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri,spora dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  desinfektan, reagen  gangguam SSP, ginjal,


dermatitis

 ergonomi  posisi  musculoskeletal disorder


janggal,statis,visual
acuity

 Psikososial  Beban kerja  Stres kerja

Apotik  Fisik  Pencahayaan,ventilasi  Tertusuk,tersayat,cedera

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  debu obat,  keracunan, dermatitis


desinfektan

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder


 Psikososial  Beban kerja  Stres kerja

Ruang  Fisik  Tata letak ruangan  Kecelakaan


konsultasi kerja,tersandung

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 ergonomi  posisi janggal.duduk  musculoskeletal disorder


lama

 Psikososial  Hubungan petugas  Stres kerja


pasien

Gudang Obat  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Kelelahan, tertimpa


ruangan sempit

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  desinfektan, debu  keracunan, dermatitis


obat,larutan

 ergonomi  angkat-angkat  musculoskeletal disorder

 Psikososial  Beban kerja  Stres kerja

Gudang alat  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Kelelahan, tertimpa


ruangan sempit

 biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 ergonomi  angkat-angkat  musculoskeletal disorder

Loket  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Kelelahan, tersayat


ruangan sempit

 kimia  debu  dermatitis. Iritasi mata

 ergonomi  posisi janggal.duduk  musculoskeletal disorder


lama
 Psikososial  Hubungan petugas  Stres kerja
pasien

Ruang  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Kelelahan, terbentur,mata


administrasi ruangan sempit, lelah
komputer

 ergonomi  posisi janggal.duduk  musculoskeletal disorder


lama

 Psikososial  Hubungan petugas  Stres kerja


pasien

Ruang rapat  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Kelelahan, terbentur,mata


ruangan sempit, lelah
komputer

 ergonomi  posisi janggal.duduk  musculoskeletal disorder


lama

Ruang  Fisik  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera


Perawatan medis

 kimia  mercuri,klor  gangguam SSP, ginjal,


etil,clorin,desinfektan dermatitis

 biologi  mikroorganisme, virus  infeksi hepatitis,tbc, cacar


bakteri dll air,influenza,HIV, ebola,
jamur

 ergonomi  posisi janggal.angkat  musculoskeletal disorder


angkat

 Psikososial  Beban kerja,shift kerja  Stres kerja

Toilet  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Gangguan


ruangan musculoskeletal,pengap,
sempit,ventilasi, terpeleset
pencahayaan,lantai
licin

 biologi  mikroorganisme, virus  infeksi


bakteri dll

 Psikososial  Perilaku penggunaan  kecelakaan


kloset tidak benar

Dapur  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Gangguan


ruangan musculoskeletal,pengap,
sempit,ventilasi, terpeleset,kebakaran
pencahayaan,lantai
licin,api

 biologi  mikroorganisme, virus  infeksi


bakteri dll,tikus,lalat

 ergonomi  posisi janggal.angkat  musculoskeletal disorder


angkat

 kimia  debu,detejen  dermatitis

Ruang cuci  Fisik  Kelembaban,lantai  Kelelahan,terpeleset


licin

 kimia  deterjen,klorin  dermatitis

 biologi  bakteri,tikus,lalat  infeksi

 ergonomi  kerja monoton,  musculoskeletal disorder


angkat-angkat

 Psikososial  Beban kerja  Stres kerja

Ruang  Fisik  Kelembaban,lantai  Kelelahan,terpeleset,


sterilisasi licin,benda tajam,alat tertusuk
medis

 kimia  deterjen,klorin, debu  dermatitis,tersedak, iritasi,


batuk

 biologi  bakteri,virus  infeksi

Kantin  Fisik  Suhu ,kelembaban,  Gangguan


ruangan musculoskeletal,pengap,
sempit,ventilasi, terpeleset,kebakaran
pencahayaan,lantai
licin,api

 biologi  mikroorganisme, virus  infeksi


bakteri dll,tikus,lalat

 ergonomi  posisi janggal.angkat  musculoskeletal disorder


angkat
 Psikososial  Hubungan petugas  Stres kerja
pembeli

Sistem  kimia  limbah  dermatitis


pembuangan
 biologi  mikroorganisme, virus  infeksi
air limbah
bakteri dll,tikus,lalat

Sistem air  Fisik  Kebisingan mesin  Gangguan pendengaran


bersih pompa

 kimia  larutan desinfektan  dermatitis

3.Potensi masalah diluar gedung

No Kegiatan Potensi Bahaya Masalah kesehatan kerja

1 Pusling  Kendaraan  Kecelakaan transportasi

 Peralatan medis  Infeksi

 Psikososial  Stres kerja

2 Taman  Biologi parasit,  Kecacingan


cacing

 Kimia pupul  Keracunan

3 Kunjungan rumah  Kendaraan  Kecelakaan transportasi

 Peralatan medis  Infeksi

4 UKBM  Kendaraan  Kecelakaan transportasi

 Peralatan medis  Infeksi

5 fogging  Lar  Gangguan


organophosphat pernafasan,keracunan,
luka bakar

B. Hirarki Pengendalian
Pengendalian resiko dengan hirarki sebagai berikut;
antian
istrasi
asa
g di
angkan ri
pelindun
menghil
admin
pengg
rekay
alat

1. alat pelindung diri ;merupakan upaya pencegahan oleh pekerja dengan menggunakan
Alat Pelindung Diri.contohnya sarung tangan,kaca mata,apron,masker,penutup
kepala,sepatu boat.
2. Administrasi;mengatur cara kerja mencakup pemilihan pekerjaan,kebijakan-
kebijakan,SOP,pengaturan shift kerja,imunisasi
3. Rekayasa;pengendalian resiko melalui perubahan desain,sistem ventilasi,dan proses
yang mengurangi sumber eksposure
4. Penggantian; prinsipnya mengganti bahaya dengan bahan lain yang mempunyai resiko
lebih kecil contohnya tambal amalgam dengan glass ionomer
5. Menghilangkan;mengganti alat atau bahan yang berpotensi bahaya dengan yang lebih
aman , contohnya mengganti tensi raksa dengan digital.
BABIII.

PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PUSKESMAS

A. Tahap Perencanaan
1. Sosialisasi K3 di puskesmas
2. Membuat komitmen dan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di
Puskesmas .Komitmen adalah kesepakatan seluruh pegawai puskesmas untuk
menjalankan K3 di puskesmas dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh
seluruh petugas.
3. Pembentukan tim K3;ditetapkan dengan surat keputusan kepala puskesmas
4. Perencanaan K3’
a. Mapping potensi masalah di puskesmas
b. Membuat perencanaan (RPK) dan renstra dalam satu tahun dan lima tahun

B. Tahap Pelaksanaan
1. Menyusun SOP,rambu,petunjuk K3
2. Pembudayaan SOP K3
3. Penyediaan sarana dan prasarana K3 (APD,APAR,vaksin dll)
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat
5. Pengelolaan alat (penyediaan,pemeliharaan dan lain-lain)
6. Pengelolaan limbah
7. Peningkatan kemampuan sumber daya (pelatihan pencegahan infeksi,cuci tangan
benar,pemadaman kebakaran,desinfeksi )
8. Pengendalian resiko dengan upaya;
i. Promotif;
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kpd seluruh petugas
b. Memasang leaflet,brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,APD,mengganti
alat berbahaya,pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis
c. Penatalaksanaan limbah puskesmas

No Jenis Asal Perlakuan


Limbah

1 Limbah Kegiatan  Ditampung dalam


domestik dapur,kardus obat, kantong hitam
plastik lain yang  Selanjutnya di
tidak
infeksius,terkontami bawa ke TPA
nasi

2 Limbah Materi padat yang  Tidak boleh


benda memiliki sudut recapping
tajam lancip ,dapat langsung
menyebabkan luka  Dikumpul dalam
tusuk ataupun iris safety box atau
;contohnya ;jarum kontener lain yang
suntik,kaca tidak bocor
sedian,infus set,vial  Tidak boleh didaur
obat ulang

3 Limbah Limbah yang diduga  Ditampung dalam


infeksius mengandung wadah yang kuat
patogen dalam dan tidak
jumlah cukup untuk bocor,tidak boleh
menyebabkan dicampur dengan
infeksi misalnya limbah lain
limbah kultur,stok  Penyimpanan di
agen infeksius dari pkm tidak boleh
laboratorium.limbah lebih dari 48 jam
hasil operasi, limbah sejak mulai dari
pasien dengan penyimpanan
penyakit menular  Penyimpanan di
ruang
khusus,tertutup,ad
a pencatatan
jumlah timbulan
limbah setiap hari,
tidak mungkin
binatang pengerta
masuk,termasuk
pembatasan orang
masuk keruang
tersebut.

4 Limbah Limbah berasal dari  Masukkan dalam


patologis organ tubuh kontener kuat dan
misalnya tidak bocor
janin,organ  Perlakuannya
tubuh,darah,munta sama dengan
han. limbah infeksius
 Jika limbah padat
maka diolah
dengan alat
pengolahan
limbah padat
 Jika cair diolah
dengan alat
pengolahan
limbah cair

5 Limbah Limbah yang  Dapat


Farmasi mengandung bahan dikembalikan
bahan pada
obat,vaksin,produk produsannya
farmasi, serum  Bila terjadi
kadaluarsa tumpahan obat
dapat
menggunakan
pasir absorben
untk menyerap
tumpahan
farmasi,tumpaha
n farmasi
termasuk
sampah B3 dan
harus dikelola
dan diolah oleh
pihak yang
khusus dapat
mengelola
limbah farmasi

6 Limbah Limbah berasal dri  Jika jumlahnya


Kimia zat kimia misalnya kecil
formaldehid,zat pengelolaannya
rontgen,dll, sama dengan
limbah infeksius.

7 Limbah Berasal dari alat  Penampunganny


logam berat medis yang a ditempat yang
mengandung logam tidak bocor dan
berat misalnya dari kuat
bocoran tensi air pengelolaannya
raksa bekerjasama
dengan dinas
atau lingkugan
hidup
d.Deteksi dini melalui medical check up;pemeriksaan pekerja sebelum masuk
kerja,pindah,pemeriksaan berkala pada pekerja ,pemeriksaan khusus pada
petugas yang terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab,radiologi.

iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus

iv. Rehabilitatif
Ditujukan untuk mencegah kecacatan dan kematian,dan rekomendasi penempatan
kembali petugas pasca kecelakaan kerja

C. Tahap Pengawasan ,pemantauan dan evaluasi


Pengawasan dilakukan oleh tim K3 secara berkala sesuai jadwal dalam rencana.
Pemantauan dilakukan terhadap kepatuhan SPO,penyediaan APD, penyediaan kebutuhan
sarana prasarana, pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat, pengelolaan alat,
pengelolaan limbah, peningkatan kemampuan sumber daya,penyediaan alat dukungan
K3,penilaian resiko.dengan menggunakan instrumen.
Evaluasi dilakukan secara internal oleh tim k3 setiap tahun bertujuan untuk menilai
pelaksanaan K3 di Puskesmas ,hasilnya digunakan untuk perencanaan tahun berikutnya
BAB IV.STANDAR PRECAUSTION DI PUSKESMAS

Standar precaution adalah suatu upaya pencegahan terhadap penularan infeksi hepatitis B virus
(HBV),hepatitis virus C (HVC) dan HIV secara parenteral melalui membran mukosa,permukaan kulit
yang intak,dengan memperlakukan semua darah,secret vagina,air mani,cairan amnion,dan cairan
tubuh lainnya kecuali feces,urin,keringat,dahak,ingus,air mata,muntahan tanpa campuran darah dari
semua pasien sebagai sumber yang potensial untuk menularkan infeksi tanpa memperhatikan
diagnosis maupun resiko yang ada pada pasien itu,tahapan kewaspadaan standar adalah

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian sarung tangan dan alat pelindung diri
3. Pengelolaan jarum dan alat untuk mencegah perlukaan
4. Penatalaksanaan peralatan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi puskesmas
6. Penatalaksanaan tertusuk jarum bekas/benda tajam

A. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


Mencuci tangan dengan cara yang benar.dengan menggesekkan tangan dan menggunakan
deterjen.
Jenis cuci tangan;
1. Cuci tangan rutin;cuci tangan dengan air mengalir 10-15 menit dengan sabun.Jika tidak
terdapat air dan tangan tidak dalam keadaan kotor oleh darah atau oleh bahan organik
lainnya dapat menggunakan gliserin dan alkohol 60%-90%.
2. Cuci tangan aseptik
Cuci tangan dengan sabun aseptik selama 1 menit pada air mengalir dan dilakukan pada
kegiatan non bedah yang memerlukan tindakan aseptik.
3. Cuci tangan bedah
Membersihkan tangan kuku dan lengan dengan menggunakan sabun antiseptik (4%
chlorhexaxidine atau detergen yang mengandung povidon iodin 0,75 % selama 3-5
menit (5 menit untuk pencucian pertama dan 3 menit untuk pencucian
berikutnya)posisi tangan lebih tinggi dari siku dan jangan menutup keran dengan tangan
yang telah di cuci.

Indikasi cuci tangan untuk mencegah infeksi silang adalah:

Cuci tangan sebelum tindakan:

 Saat akan mulai pekerjaan


 Saat akan memeriksa pasien
 Saat akan memakai alat yang telah dilakukan Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Cuci tangan sesudah tindakan:

 Saat hendak pulang kerumah


 Setelah memeriksa pasien
 Setelah menyentuh membran mukosa,darah,atau ,cairan tubuh
 Setelah membuka sarung tangan

 Setelah dari toilet
 Setelah bersin atau batuk
B. Pemakaian sarung tangan dan alat pelindung diri
Sarung tangan :
Prosedur tindakan yang memerlukan sarung tangan:

PROSEDUR/TINDAKAN Perlu sarung Sarung tangan Sarung tangan steil


tangan desinfeksi tingkat
tinggi

Memeriksa tekanan darah, Ya Tidak Tidak


temperatur tubuh atau
menyuntik

Menolong persalinan dan Ya Bisa diterima dianjurkan


kelahiran bayi, menjahit
laserasi atau episiotomy

Mengambil contoh Ya Tidak Tidak


darah/pemasangan IV

Menghisap lendir bayi dan Ya Ya Tidak


jalan nafas

Memegang membersihkan Ya Tidak Tidak


peralatan yang
terkontaminasi

Memegang sampah yang Ya Tidak Tidak


terkontaminasi

Membersihkan percikan Ya Tidak Tidak


darah atau cairan tubuh

Hal yang harus diperhatikan saat memakai sarung tangan;


1. Dianjurkan memakai sarug tangan untuk sekali pakai kecuali sarung tangan untuk
membersihkan tempat kerja.
2. Jangan menggunakan sarung tangan bocor
3. Tidak dianjurkan pakai sarung tangan rangkap
4. Sarung tangan yang di DTT jangan dipakai lebi dari 3 kali.

Alat pelindung diri seperti kacamatan,apron,masker,sepatu bergantung pada jenis pekerjaan


atau tingkat paparan dengan darah dan cairan tubuh lain saat melakukan tindakan.
C. Pengelolaan jarum dan alat untuk mencegah perlukaan:
Tindakan mencegah kecelakaan kerja akibat jarum dan alat tajam untuk mengurangi resiko
kecelakaan adalah;
1. Memperhatikan secara cermat ketika menggunakan jarum
2. Meletakkan jarum yang sudah di pakai pada tempat yang kedap tusuk.
3. Memastikan bahwa setiap ruangan tindakan memiliki safety box
4. Menggunakan sarung tangan tebal saat mencuci peralatan
5. Tindakan menyerahkan alat secara langsung antar petugas (hands free teknis).
6. Tidak membengkokkan ,mematahkan atau menutup kembali jarum bekas pakai,jika
terpaksa menggunakan teknis satu tangan.
7. Menggunakan forcep atau pinset saat mengerjakan jahitan.

D. Penatalaksanaan peralatan
Bertujuan untuk menjamin peralatan dalam kondisi steril.semua alat,bahan dan obat yang
dimasukkan ke dalam jaringan yang steril harus dalam keadaan steril.
Proses penetalaksanaan peralatan melalui 4 tahap:
1. Dekontaminasi:
Merupakan proses merendam peralatan pada larutan khlorin 0,5 % selama 10 menit
segera setelah melakukan tindakan.Alat yang didekontaminasi adalah peralatan
operasi/tindakan,jarum atau semprot yang akan dipakai ulang,sarung tangan,kontener
tempat penyimpanan peralatan
2. Pencucian :
Nerupakan langkah pencucian dan penyikatan peralatan dengan sabun dan deterjen
sebelum dilakukan sterilisasi atau DTT.proses pencucian harus dapat menghilangkan
darah,cairan tubuh dan jaringan lain.
3. Sterilisasi atau DTT :
Sterilisasi bertujuan menghilangkan seluruh mikroorganisme dan direkomendasikan
pada alat yang berkontak langsung dengan darah atau jaringan bawah kulit..
Dilakukan dengan :Uap panas bertekanan tinggi,panas kering,atau menggunakan bahan
kimia.
DTT alternatif jika sterilisasi tidak dapat dilaksanakan .DTT tidak membunuh semua
kuman.DTT dilakukan dengan merebus,menggunakan bahan kimia,atau menggunakan
uap panas.
4. Penyimpanan:
Penyimpanan alat yang sudah disterilisasi.Cara menyimpan adalah:
a) Peralatan dibungkus:
Peralatan dibungkus bertujuan untuk tetap menjamin sterilisasi alat.umur
sterilisasi alat sangat bergantung pada packing,handling,jumlah petugas yang
menangani packing,kebersihan,kelembaban,dan suhu penyimpanan.

b) Peralatan tidak dibungkus;


Peralatan harus digunakan setelah proses sterilisasi.

E. Pengelolaan limbah dan sanitasi puskesmas


Kegiaytan kesehatan selain menghasilkan limbah domestik juga limbah medis dan limbah
berbahaya
1.Sampah rumah tangga;
a. Organik
b. Non organik

2.Sampah medis;

a. Padat
b. Cair

3.Limbah berbahaya

F. Penatalaksanaan tertusuk jarum bekas/benda tajam

Kejadian tertusuk,terluka akibat pekerjaan harus didokumentasikan (dicatat dan dilaporkan)

Langkah-langkah pentik kejadian tertusuk;

1. Jangan panik
2. Segera keluarkan darah dengan memijat bagian tertusuk dan mencuci dengan air
mengalir atau jumlah yang banyak,cuci dengan sabun atau anti septik
3. Jika darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka segera cuci dengan air mengalir dan
menggunakan sabun.
4. Jika darah mengenai mulut,ludahkan dan kumur-kumur beberapa kali
5. Jika darah mengenai mata cuci mata dengan mengalir atau garam fisiologis
6. Jika darah mengenai hidung ,hembuskan keluar bersihkan dengan air
7. Luka tertusuk tidak boleh dihisap
8. Lapor ke tim K3 dlam 24 jam.

Tim PIN/K3 akan melakukan tindakan lanjut:

1. Menetukan status pasien sebagai sumber jarum/alat tajam bekas pakai terhadap status
HIV,HBV,dan HVC.
2. Petugas yang terpapar diperiksa status HIV,HBV,dan HVC.jika tidak diketahui sumber
paparannya
3. Bila status pasien HIV,HBV,dan HVC. Tidak dalam masa inkubasi tidak perlu dilakukan
tindakan khusus untuk petugas,atau cukup konseling
4. Bila status pasien HIV,HBV,dan HVC positif maka tentukan status petugas HIV,HBV,dan
HVC petugas tersebut
5. Petugas dilakukan konseling pre test
BAB V.

INDIKATOR KEBERHASILAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

1. Komitmen dan kebijakan kepala puskesmas


2. Adanya SK Tim
3. Adanya rencana kerja
4. Adanya dukungan sarana dan prasarana
5. Tingkat kepatuhan petugas akan SOP
6. Angka kecelakaan akibat kerja
7. Angka penyakit umum dan angka penyakit akibat kerja
8. Review sop,rambu,petunjuk
9. Pembudayaan k3 melalui SOP dan pertemua
10. Pelayanan kesehatan kerja dan tangggap darurat
11. Pengelolaan limbah.

NO Kegiatan Indikator

INPUT

1 Kebijakan Ka PKM  Adanya kebijakan teknis


 SK Tim

2 Komitmen  Adanya komitmen tertulis yang ditanda tangani oleh


seluruh petugas

3 Rencana K3  Ada renja tahunan

4 Dukungan sumber daya  SDM terlatih K3


 Adanya peralatan pendukung K3
 Tersediaanya dana K3

PROSES

5 Kepatuhan pelaksanaan K3  Kepatuhan standar K3


o Mencuci tangan
o Penggunaan sarung tangan
o Pengelolaan jarum
o Kepatuhan pemilihan tempat sampah
 Kepatuhan mapping dan penilaian

OUT PUT

6 Pencatatan dan pelaporan  Catatan kasus kecelakaan kerja (tertusuk jarum


 Jumlah kasus diduga akibat kecelakaan kerja
 Jumlah kasus diduga penyakit akibat kerja pada
petugas puskesmas
 Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada petugas
puskesmas
 Jumlah kecelakaan kerja pada petugas puskesmas

VI.PENUTUP
LAMPIRAN

INSRUMEN EVALUASI INTERNAL PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI


PUSKESMAS

Nama Puskesma :

Kecamatan :

Kabupaten :

Propinsi :

Alamat :

Tanggal Pelaksanaan Evaluasi :

Pelaksana Evaluasi :

1........................................................................................Jabatan.....................................................

2........................................................................................Jabatan.....................................................

3........................................................................................Jabatan.....................................................

4........................................................................................Jabatan.....................................................

A.Perencanaan :

Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok

1. Komitmen dan Kebijakan

2. Pembentukan tim K3

3. Perencanaan K3

B.PELAKSANAAN K3 DI PUSKESMAS
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok

1. Penyusunan SOP,tanda bahaya,Petunjuk


K3

2. Pembudayaan K3

3. Penyediaan kebutuhan dan sarana K3

4. Pelayanan Kesehatan Kerja:

a. MCU
b. Emergency plan
c. Mapping bahaya
d. Penyiapan sarana tanggap
darurat,

5. Pengelolaan dan pemeliharaan alat


puskesmas

a. Alat sterilisasi
b. Alat medis
c. Alat K3
d. Kalibrasi alat

6. Pengelolaan Limbah;

a. Limbah padat
b. Limbah cair
c. Limbah gas
d. Limbah medis
e. Limbah non medis.

7. Peningkatan kapasitas SDM

a. Pelatihan K3 eksternal
b. Pelatihan K3 internal
c. Sosialisasi K3
d. Sosialisasi pencegahan Infeksi

8. Penyediaan srana dan dukungan K3

a. APAR
b. APD
c. Sterilisasi
d. Anti septik
e. Vaksin
9. Monitoring dan pemantauan K3 di
puskesmas

10. Penilaian resiko K3 di Puskesmas (sesuai


mapping)

11. Pengendalian resiko kesehatan :

a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitatif
CEKLIST

MANAJEMEN K3

PUSKESMAS XXXXX

TAHUN :

A. Tahap Perencanaan Ada Tidak

1. Komitmen :

2. Kebijakan

3. Advokasi Dinas Kesehatan

4. SK Dinas Kesehatan

B. Tahap Pelaksanaan

B.1 Dalam Gedung Puskesmas

1. Sosialisasi K3 kepada semua petugas

2. Peningkatan Kemampuan petugas K3

3. Identifikasi bahaya potensial :


a. Umum

b. khusus

4. Penilaian resiko K3

5. Pengendalian resiko K3
a. Secara umum:
i. Menghilangkan bahaya

ii. Subsitusi/mengganti
iii. Rekayasa teknik
iv. Administrasi:
1. Cara kerja yang aman
2. Bekerja sesuai SPO
3. Pengaturan waktu kerja atau shift kerja
4. Kebujakan /aturan
b. Pengendalian dalam aspek kesehatan
i. Promotif
1. Penyuluhan bahaya potensial dengan
gangguan yang timbul
2. Penyuluhan penggunaan APD yang benar
3. Pemasangan leaflet dan brosur
4. Pemenuhan gizi
5. Penyusunan SPO pelayanan
6. PHBS Kerja
7. Pelatihan K3
8. Olahraga
9. Rekreasi bersama
10. Konseling
11. Manajemen stress
12. Bimbingan rohani
ii. Preventif
1. Penggunaan APD berdasarkan potensi
bahaya :
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Topi
d. Kacamata
e. Apron
f. Sepatu bot
g. Dll..
2. Imunisasi
a. Hepatitis
b. Dll..
3. Penatalaksanaan Limbah :
a. Limbah domestik
b. Limbah benda tajam
c. Limbah infeksius
d. Limbah patologis
e. Limbah farmasi
f. Limbah kimia
g. Limbah logam berat
4. Deteksi dini melalui MCU
a. Pemeriksaan prakerja
b. Pemeriksaan berkala
c. Pemeriksaan khusus
iii. Kuratif
1. Penatalaksanaan tertusuk jarum
bekas/benda tajam
2. Penatalaksanaan kecelakaan kerja
3. Penatalaksanaan gawat darurat
4. Pengobatan penyakit akibat kerja
5. Rujukan kasus
6. Penatalaksana paska pajanan.
iv. Rehabilitatif
1. Evaluasi tingkat kecacatan
2. Rekomendasi penempatan kembali sesuai
kemampuan.

B2. Luar Gedung Puskesmas

 Puskesmas Keliling
 Kunjungan rumah:
o PHN
o Gizi
o UKS
o Surveilan
 UKBM
o Posyandu
o Pos UKK
o Pos Lansia
 Fogging
 Pemantauan

C. Pengawasan :

Dilakukan oleh Kepala Puskesmas:

Dilakukan oleh Dinas Kesehatan

D. Monitoring dan Evaluasi

1.Pencatatan dan pelaporan :

a. Pencatatan semua kegiatan K3


b. Pencatatan KAK
c. Pencatatan PAK
d. Pencatatan gaat darurat
e. Pencatatan tertusuk benda tajam/jarum suntik,
f. Pencatatan pasca pajanan
2.-Inspeksi dan pengujian

-Inspeksi

-Pengajian

3.Audit K3

- audit Internal

-audit eksternal

4.Tindakan perbaikan dan pencegahan

E. Tinjauan penerapan /pelaksaan K3

F. Pengembangan /peningkatan berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai