MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KELIMA : Setiap layanan anastesi dan sedasi harus meliputi proses penerimaan,
penilaian, perencanaan dan persiapan,pelaksanaan dan pemantauan
setelah operasi.
KEENAM : Setiap tindakan anastesi dan sedasi yang dilakukan oleh DPJP harus
melalui proses komunikasi dan pemberian informasi serta mendapat
persetujuan dari pasien atau keluarga pasien
KETUJUH : Pelayanan anestesi dan sedasi sedang dan berat dilakukan oleh DPJP
dan Perawat Anestesi sedangkan pada sedasi ringan, layanan sedasi
dapat dilakukan oleh dokter non anestesiologi.
KEDELAPAN : Pada pelaku sedasi non anestesiologi untuk sedasi ringan adalah :
a. Pelaku sedasi adalah seseorang yang memberikan dan mengawasi
sedasi. Pelaku sedasi adalah dokter yang sudah memiliki
pengetahuan dan kemampuan mengenai teknik sedasi yang aman,
melakukan monitoring, dapat berespon terhadap komplikasi sedasi,
menggunakan zat-zat reversal dan sekurang-kurangnya memiliki
sertifikat Bantuan Hidup Dasar (BHD).
b. Asisten pelaku sedasi adalah perawat yang memiliki STR atau
pekerja kesehatan yang bekerja dibawah pelaku sedasi yang memiliki
wewenang seperti perawat anestesi. Asisten pelaku sedasi
bertanggung jawab terhadap monitoring, penilaian kesadaran, dan
tatalaksana jalan nafas selama dilakukannya prosedur sedasi.
Asisten pelaku sedasi harus memiliki sertifikasi BHD/BHL yang
dikeluarkan rumah sakit. Pengawasan dan pemantauan sedasi
berada dibawah tanggung jawab pelaku sedasi, kecuali tindakan
sedasi tersebut juga melibatkan praktisi yang berkompeten lainnya
yakni dokter anestesiologi atau dokter yang telah menjalani pelatihan
pemberian sedasi.
c. Direktur Rumah Sakit : memiliki tanggung jawab menyediakan
infrastruktur untuk mendukung sedasi yang aman, termasuk
menyediakan pelayanan diluar jam kerja.
KESEPULUH : Layanan sedasi dilakukan di luar kamar operasi adalah : IRD Obgyn dan
IRD Umum.
Ditetapkan di : Watampone
pada tanggal : 06 Februari
DIREKTUR,
Dr.
Pangkat : Pembina Utama Muda, IV/c
NIP : 19641206 199903 2 002