Oleh :
1. Dewi Rindi Antikawati 2235007
2. Priskilla Sindi Arindita 2235005
3. Sirwi Laudya 2235011
4. Oktianto Wanrefen Tamba 2235003
5. Riski Eko Saputra 2235001
6. Eka Yuniarti 2235009
7. Intan 2235015
8. Tri Widyastuti 2235019
9. Indriyani 2235013
10. Mirza Kurniawan 2235017
Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Base Practice” laporan ini berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
proses pembelajaran selama stase keperawatan gawat darurat dan kritis profesi
ners. Laporan dibuat berdasarkan sumber yang telah didapatkan dari hasil jurnal
tentang Gambaran tentang pelaksana RJP sampai pada tahap ROSC pada pasien di
IGD CHP.
keperawatan PPKGK
4. Kepada Ns.Vincensius Surani, M.Kep, Ns. Aniska Indah Fari, M.Kep, dan
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun penulisan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki di masa
yang akan datang dari teman-teman, ibu dan bapak dosen mata ajar keperawatan
medikal bedah sangat kami harapkan agar dapat membuat laporan ini menjadi
lebih baik
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
serangan jantung dan pernapasan. Keadaan darurat dapat terjadi di mana saja
dan pada siapa saja dan merupakan keadaan darurat yang dapat mengancam
terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas dengan tujuan
korban henti jantung dan henti nafas. Kembali dan bertahannya fungsi organ
vital pada korban henti jantung yang diberikan tindakan RJP ditandai
ROSC jika terdapat bukti adanya nadi teraba selama 10 menit, terdapat tanda
sirkulasi yang bertahan atau berlanjut, nadi karotis teraba, serta tekanan darah
tahun 2015 “High Quality CPR”, salah satu komponennya adalah “minimize
Flow Time (NFT). NFT adalah keadaan dimana Cardiac Output(CO) tidak
tercapai, hal ini dapat berkaitan dengan terjadinya ROSC yang kemudian akan
dilakukan kurang berkualitas atau terdapat interupsi, maka CPP hanya akan
mencapai <15 mmHg dan akan terus menurun. Keadaan tersebut akan
berdampak pada titik tercapainya ROSC dengan minimal, selain itu perfusi ke
peredaran darah dan pernapasan, dan merupakan terapi umum yang digunakan
pada sebagian besar henti jantung atau henti napas. Kompresi dan ventilasi
adalah tindakan efektif untuk melakukan CPR. Orang normal dan orang yang
terlatih dalam industri medis juga dapat melakukan CPR (Suratinah, 2022).
Serikat dan Kanada, 350.000 orang mengalami henti jantung setiap tahun, dan
dan sebagian besar tidak akan bertahan untuk dipulangkan. Sekitar 81% kasus
disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan kondisi jantung lainnya yang
sebanyak 1,5 % dari 371,0 ribu jiwa, dengan prevalensi tertinggi di Provinsi
penyakit jantung yaitu pada kelompok usia diatas 75 tahun (4,7%). Prevalensi
daruratan pada kejadian henti jantung adalah Basic Life Supportatau yang
kompresi dada saat CPR berdampak positif pada status hemodinamik pasien
jantung dengan hasil kelompok usia >65 tahun sekitar 30,1% menunjukkan
angka kematian yang tinggi dan usia 12–16 tahun sekitar 0,4% menunjukkan
perempuan sekitar 40,4%. Pada data luaran hasil RJP, angka keberhasilan
pada kelompok usia 46–55 tahun dan >65 tahun menunjukkan persentase
tertinggi yaitu 27,8%. Laki-laki menunjukkan angka keberhasilan yang tinggi
B. Rumusan Masalah
hanya sekedar tahu tentang RJP dan pada saat perawat melakukan tindakan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Manfaat Penelitian
mahasiswa keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Nurdiansyah, 2022).
tanda- tanda sirkulasi pada korban (Patel & Hipskind, 2020). Henti
Nurwidiyani, 2021).
2. Etiologi
Pada dasarnya ada dua penyebab yang dapat mengakibatkan henti
jantung yaitu riwayat penyakit jantung dan penyakit non jantung (Patel
lainnya yang menjadi penyebab henti jantung antara lain gagal jantung
Sedangkan penyebab henti jantung dari faktor penyakit lain atau non
2023)
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
berikut:
6. Pemeriksaan diagnostik
jantung.
Nurdiansyah, 2022).
7. Penatalaksanaan
1. Definisi BHD
2. Indikasi
a) Henti Napas
aliran udara pernapasan dari pasien. Henti napas dapat terjadi pada
b) Henti Jantung
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis,
2020).
3. Komplikasi RJP
b) Cek kesadaran
c) Panggil bantuan
Jika ada orang lain, maka minta ia untuk menghubungi rumah sakit
pernafasan pasien. Jika nadi tidak teraba maka lakukan RJP. Jika
maka berilah satu kali bantuan nafas setiap 5 atau 6 detik, periksa
g) Kompresi
yang dibawah. Luruskan kedua siku dan posisikan bahu tepat tegak
dan rasakan udara yang keluar dari mulut atau hidung. Lakukan
untuk membuat dada naik (sebanyak volume tidal 500-600 ml, 6-7
j) Cek kembali nafas dan nadi setiap 5 siklus RJP, jika tidak ada
nafas dan nadi, lanjutkan RJP. Jika denyut nadi muncul, periksa
120x/mnt)
dilakukan CPR
2. Response time
durasi RJP, waktu saat henti jantung, waktu dari saat henti jantung
sampai inisiasi RJP dan defibrilasi pada menit pertama saat henti
durasi RJP yang melebihi 20 menit sudah tidak efektif lagi untuk
A. Desain penelitian
secara deskriptif.
B. Hasil Penelitian
1. Usia
67 tahun hal ini menunjukan bahwa kedua pasien termasuk kedalam usia lansia
(> 55 tahun).
2. Diagnosa medis
Berdasarkan tabel diatas didapatkan kondisi pasien sama-sama
mengalami henti jantung dan henti napas. Namun yang membedakan ialah
penyakit sebelum pasien mengalami henti jantung dan henti napas yaitu pasien 1
dengan keluhan batuk 4 hari tidak ada perbaikan dan mempunyai riwayat
penyakit CHF, pada saat setelah melakukan pemeriksaan rontgen tiba tiba pasien
3. Manifestasi Klinis
a. Nani (05-september-1958)
sebelumnya pasien sesak dan batuk sudah 4 hari namun tidak ada
perbaikan.
b) O: keadaan umum : sakit berat, kesadaran : coma, GCS E:1, M:1, V:1,
GCS: E:1, V:1, M:1. Pupil 3mm/3mm, reaction (-/-). Henti napas,
ECG: Vt
d) P : MRS
4. Tindakan resusitasi jantung paru
waktu tindakan resusitasi jantung paru yaitu pasien 1 dan pasien 2 sama sama
dilakukan resusitasi jantung paru setelah dinyatakan henti jantung dan henti
napas tindakan dilakukan dalam jangka waktu 5 menit saat pasien dinyatakan
Tabel diatas menunjukkan siklus Rjp yang dilakukan pada pasien 1 ialah
dan pasien 2 berbeda yaitu pasien 1 dengan medikasi 7 kali pemberian adrenalin
Sulfate).
C. Algoritma RJP atau penanganan henti jantung pada masing-masing pasien
Pasien 1 Pasien 2
Siapkan troli emergency dan Cek nadi dan pernapasan : tidak ada
pasang monitor
Pasien dibawa
Pasang OPA dan ETT keruang resusitasi
Pemberian epineprin
Pasang alat monitor
Gelombang monitor VT
Pasang OPA dan ETT
RJP
RJP
Observasi nadi,
pernapasan dan TD
D. Pembahasan
oleh Safitri, Victoria dan Nugraha (2022) menunjukkan usia rata rata
> 60 tahun keatas. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan yang
resusitasi jantung paru, hal ini berkaitan dengan laki laki yang memiliki
faktor risiko seperti gaya hidup tidak sehat (kurang olahraga, kurang
(Safitri, Victor, dan Nanda 2022). Oleh sebab itu, laki-laki lebih rendah
yang lalu. Hal ini berkaitan dengan kondisi jantung yang memiliki
masalah sulit untuk bisa diperbaiki dengan resusitasi jantung paru pada
kondisi henti jantung, sedangkan pada kondisi henti jantung yang tidak
henti jantung dan henti napas, kedua pasien sama sama dilakukan
hipoksia jaringan dan risiko kematian. Hal ini juga sejalan dengan
Siklus RJP pada survey ini tidak tampak memiliki peran dalam
memiliki siklus rjp yang kurang lebih sama yaitu 16 siklus dan 15
keberhasilan pada siklus rjp ialah Hight Quality CPR dimana ketepatan
jantung paru (RJP) kemudian pada saat nadi karotis telah teraba maka
yang tidak beraturan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dan beta untuk meningkatkan aliran darah ke koroner dan otak. Dosis
yang diberikan pada pasien dewasa sebanyak 1,0 mg dan diulang setiap
3-5 menit melalui akses intravena (IV) atau intraosseous (IO). Epinefrin
pada kasus asistol atau PEA diberikan sejak siklus pertama dan diulang
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati nurul afif, akbar aldika ilham muhammad, & rosyid nur alfian. (2018).
Gawat darurat medis dan bedah. erlangga unniversity press.
Lubis, B., Amelia, P., Nafiah Nasution, A., Silvanni Nasution, M., & Nasution, S.
(2021). Promotive and preventive programs about basic life support in
Medan Barat district. ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 6(1), 40–45. https://doi.org/10.32734/abdimastalenta.v6i1.5104
Miftahul Reski Putra Nasjum. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan bantuan hidup dasar resusitasi jantung paru di unit gawat
darurat rsd dr. Drajat prawiranegara kabupaten serang. Kaos gl dergisi,
8(75), 147–154.