A DENGAN HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PALEMBANG
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING AKADEMIK
PEMBIMBING KLINIK
Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmatnya penulis dapat mengumpulkan laporan “ASUHAN
KEPERAWATAN”. Laporan ini berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
proses penyakit dan proses pembelajaran selama stase keperawatan manajemen.
Laporan dibuat berdasarkan sumber yang telah didapatkan dari hasil jurnal maupun
buku. Berdasarkan hasil laporan, maka didapatkan masalah keperawatan tentang
pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih kepada, Bapak/Ibu/Saudara/i:
Penulis menyadari dalam penulisan miniriset ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun penulisan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki di masa yang akan
datang dari teman-teman, ibu dan bapak dosen mata ajar keperawatan medikal bedah
sangat kami harapkan agar dapat membuat laporan ini menjadi lebih baik
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu menyadari kemampuannya,
dapat mengatasi tekanan, dapat menjadi produktif dan mampu berkontribusi
untuk komunitas mereka. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai dengan
individu disebut gangguan mental. Menurut American Psychiatric Association
(APA), gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang
signifikan secara klinis yang terjadi pada individu dan berhubungan dengan
tekanan (misalnya gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan
(ketidakmampuan pada satu atau lebih organ atau fungsi vital) atau secara
signifikan meningkatkan risiko penyakit, kecacatan, atau kehilangan otonomi
Menurut data WHO (2016), dari total penduduk dunia, hingga 25% orang
menderita gangguan jiwa dan angka ini cukup tinggi, hingga 1% mengalami
gangguan jiwa berat. Selain itu, dari tahun 2013 hingga 2015, Departemen
Kesehatan melakukan pendataan jumlah penderita gangguan jiwa yang
meningkat menjadi 5.112 orang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita gangguan jiwa yang relatif tinggi dibandingkan dengan total penduduk
dewasa. Jika ada 250.000.000 orang dewasa, 15.000.000 atau 6,0% penduduk
Indonesia mengalami gangguan jiwa
Halusinasi adalah salah satu manifestasi dari masalah mental. Artinya, pasien
mengalami perubahan persepsi sensori, perasaan palsu seperti ada suara, kadang-
kadang seperti penglihatan, juga dapat berupa rasa, kontak atau bau. Pasien
merasakan peningkatan atau hasutan yang tidak asli (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi yang terdengar oleh pasien berupa rangsangan dimana pasien
mendengar banyak suara yang sebenarnya tidak ada, termasuk suara manusia.
Pasien akan mendengar suara orang lain sesuai dengan apa yang dipikirkan
pasien yang kemudian memerintahkan pasien untuk melakukan sesuatu yang
dapat menyakiti dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di RS Ernaldi
Bahar kota Palembang ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di
RS Ernaldi Bahar kota Palembang .
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan
halusinasi.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan
halusinasi.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan
halusinasi.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan halusinasi.
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian keperawatan pada klien dengan
halusinasi.
D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Laporan asuhan keperawatan ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan
pengalaman dalam asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi.
2. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa RS Ernaldi Bahar ini diharapkan
dapat memberikan gambaran, wawasan serta informasi bagi perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
wawasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien
dengan halusinasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Halusinasi
mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati,
2015).
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
8
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
a. Respon Adaptif
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
b. Respon Psikososial
panca indera.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
11
c. Respon Maladaptif
(Stuart, 2017).
12
3. Etiologi Halusinasi
a) Faktor Predisposisi
a. Faktor pengembangan
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
c. Faktor biokimia
d. Faktor psikologis
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
b) Faktor Presipitasi
a. Dimensi fisik
yang lama.
b. Dimensi emosional
c. Dimensi Intelektual
d. Dimensi sosial
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata.
individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
e. Dimensi spiritual
4. Klasifikasi Halusinasi
1) Halusinasi Pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa
berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan
sesuatu yang tidak jelas. Data subjektif anatar lain: melihat bayangan,
3) Halusinasi Penciuman
tertentu dan menutup hidung. Data subjektif antara lain: mencium bau-
bau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenagkan.
4) Halusinasi Pengecapan
5) Halusinasi Perabaan
sebagai berikut :
a. Data Objektif :
b. Data Subjektif :
bercakap-cakap.
orang lain.
4 tahap, yaitu :
a. Tahap I (Comforting)
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi.
19
b. Tahap II (Condeming)
realitas.
Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah halusinasi ditaati,
d. Tahap IV (Conquering)
terhadap lingkungan.
(2016), diantaranya:
a. Regresi
ansietas.
b. Proyeksi
c. Menarik diri
psikologis.
21
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
8. Penatalaksanaan Halusinasi
a. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakoterapi
obatannya seperti :
promactile.
100 mg pada malam hari saja, atau sesuai dengan advis dokter
(Yosep, 2016).
22
b. Terapi Somatis
lain.
frontalis) klien.
pada klien dengan risiko bunuh diri, klien agitasi yang disertai
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Kelompok
afektif tetapi saat ini telah dikembangkan untuk klien yang resisten
terhadap pengobatan.
25
halusinasi.
Family Psycho Education (FPE) yang terdiri dari lima sesi yaitu
mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang
dll).
27
orang lain.
penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut
terganggu.
gangguan jiwa :
reinforcement.
sebelum kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih
korban.
1. Pengkajian Keperawatan
secara holistik, yakni meliputi aspek biologis, psikologis, social dan spiritual.
sebagai berikut :
a. Identitas Klien
dengan klien tentang : Nama perawat, Nama klien, Tujuan yang akan
3) Agama.
4) Alamat.
Tanyakan pada keluarga klien alasan klien dibawa kerumah sakit jiwa, apa
yang sudah dilakukan keluarga terhadap klien sebelum klien dibawa ke rumah
sakit jiwa serta hasilnya. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
perilaku klien dan gejala yang tidak normal yang dilakukan klien seperti
c. Faktor Predisposisi
1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, karena pada
d. Pemeriksaan fisik
umumnya yang dikaji meliputi TTV (Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan dan
e. Psikososial
1) Genogram
ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh klien, pola
keluarga.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
disukai.
31
b) Identitas diri
masyarakat tidak efektif sehingga klien merasa tidak puas akan status
c) Peran diri
dalam masyarakat.
d) Ideal diri
dengan baik.
32
e) Harga diri
3) Hubungan sosial
tempat mengadu, dan tempat bicara, serta tanyakan kepada klien kelompok
apa saja yang diikutinya dalam masyarakat. pada umumnya klien dengan
dengan kedua orang tuanya, teutama dengan ibunya. Karena klien sering
klien tidak pernah berkunjung kerumah tetangga dan klien tidak pernah
4) Spiritual
a) Nilai keyakinan
terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
b) Kegiatan ibadah
keyakinannya.
f. Status mental
1) Penampilan
sampai ujung kaki seperti : rambut acak acakkan, kancing baju tidak
tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti serta
2) Pembicaraan
pindah dari satu kalimat ke kalimat lain. Pada umumnya klien dengan
3) Aktivitas Motorik
4) Alam perasaan
klien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, serta marah
tanpa sebab.
5) Afek
klien mempunyai emosi labil tanpa ada sebab. Tiba tiba klien menangis
banyak diam diri, pandangan mata melihat kearah lain ketika diajak
bicara.
7) Persepsi
sesuatu yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak
nyata.
8) Proses pikir
9) Isi pikir
kepala.
11) Memori
kembali.
kepada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau makan
seperti jika disuruh untuk memilih mana yang dilakukan dahulu antara
dahulu.
37
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan bercukur serta observasi kebersihan
tubuh dan bau badan klien. Klien dengan gangguan persepsi sensori :
4) Berpakaian
memilih, dan mengenakan pakaian serta alas kaki klien serta observasi
setelah tidur.
6) Penggunaan obat
dengan obat oral serta reaksi obat dapat tenang dan tidur (sesuai advis
dokter).
7) Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan pada klien dan keluarga tentang apa, bagaimana, kapan dan
tempat perawatan lanjutan serta siapa saja sistem pendukung yang dimiliki
penggunaannya.
39
sehari-hari.
pos/dan ke bank).
h. Mekanisme koping
lain:
1) Regresi
2) Proyeksi
3) Menarik diri
seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat
j. Pengetahuan
biasanya memiliki pengetahuan yang baik dimana dia bisa menerima keadaan
k. Aspek medis
sebagai berikut :
Objektif
1. Klien tampak bicara sendiri
2. Klien tampak tertawa sendiri
3. Klien tampak marah-marah tanpa sebab
4. Klien tampak mengarahkan telinga ke arah
tertentu
5. Klien tampak menutup telinga
6. Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu
7. Klien tampak mulutnya komat-kamit sendiri
e. Isolasi sosial
Core Problem
Gangguan Persepsi Sensori :
Isolasi Causa
dengan kondisi pasien saat ini (here and now) (Yusuf dkk. 2015).
terdiri dari fase orientasi, fase kerja, dan terminasi (Yusuf dkk. 2015).
kontrak waktu dan tujuan pertemuan yang diharapkan. Fase kerja berisi
2015).
44
Gangguan SP 1 :
Persepsi 1. Bantu klien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya,
Sensori: frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
Halusinasi 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
4. Peragakan cara menghardik.
5. Minta pasien memperagakan ulang.
6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1), Berikan Pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi bercakap-cakap dengan
orang lain saat terjadi halusinasi.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
dan bercakap-cakap.
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, dan SP 2), Berikan Pujian.
2. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
3. Diskusikan kegiatan/kemampuan positif yang biasa
dilakukan oleh klien.
4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian (mulai 2 kegiatan).
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, SP 2, dan SP 3), Berikan
Pujian.
2. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
3. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.
5. Jelaskan prinsip 6B (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat).
6. Latih klien minum obat.
7. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
bercakap-cakap, kegiatan harian dan minum obat.
45
7. Implementasi Keperawatan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat
ini (here and now) dan sebelumnya harus dilakukan kontrak dengan klien.
8. Evaluasi Keperawatan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan, yaitu terjadi adaptasi pada individu
(Nursalam, 2016).
penelitian. Pada pasien halusinasi yang membahayakan diri, orang lain dan
yang pasien sudah tidak mengamuk lagi, bicara dan tertawa sendiri, sikap
dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata (Yusuf, 2015).
51
halusinasi muncul.
minum obat.
rujukan pasien
1. Definisi Skizofrenia
52
pada proses fikir serta disharmoni antara proses pikir, efek/emosi, kemauan
penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai
dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia adalah sindrom
etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan gangguan kognisi, emosi,
2. Etiologi Skizofrenia
a. Keturunan
dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68%, kembar
b. Metabolisme
tidak sehat, ujung ekstermitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan
53
fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu
kenyataan (otisme).
somatic
54
3. Gejala Skizofrenia
Gejala Primer
a. Gangguan Proses Pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling
Emosi berlebihan
baik
c. Gangguan Kemauan
lain
55
d. Gangguan Psikomotor
Gejala Sekunder
Waham, Halusinasi
4. Penggolongan Skizofrenia
dikejar-kejar.
puas diri, senyum sendiri, atau sikap tinggi hati, tertawa menyeringai,
kata diulang-ulang.
eksternal).
57
4) Menampilkan posisi tubuh tertentu yang aneh dan tidak wajar serta
6) Rigiditas (kaku).
terakhir ini.
sedikit kriteria untuk episode depresif (F32.-), dan telah ada dalam
58
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai
(F20.0 - F20.3).
2) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
skizofrenia.
negatif tersebut.
progresif dari:
episode psikotik.
skizofrenia lainnya
5. Pengobatan Skizofrenia
60
terapi yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia menurut (Yusuf et al.,
2019):
a. Terapi farmakologi
start low go slow dimulai dengan dosis rendah ditingkatkan sampai dosis
terapi yang lain yang bersifat membantu penderitra agar dapat kembali ke
keterampilan sosial.
b. Terapi psikososial
c. Rehabilitasi
bagaimana cara berhubungan dengan cara yang tidak terlalu frontal terhadap
yang baik.
62
BAB III
1. Identitas Klien
Inisial : Nn. A
2. Alasan Masuk
3. Faktor Predisposisi
2. Pengobatan sebelumnya:
3. Masalah Penganiayaan:
63
Penjelasan:
64
Pasien sejak tahun 2017 mengalami gangguan jiwa dengan diagnose Skizofrenia.
Pasien rajin mengkonsumsi obat dibantu oleh orang tua, namun beberapa kali
kambuh kembali sehingga akhirnya harus dirawat inap kembali. Pasien
memiliki riwayat melukai orang lain dan juga percobaan bunuh diri. Pasien
pernah bertengkar dengan sepupu akibat diejek tidak waras dan apabila pasien
mengamuk akan keluar rumah sehingga pasien diikat oleh orang tua di dalam
rumah.
Ya, saudara dari pihak ibu dengan gejala mengamuk dan berbicara sendiri
Riwayat pengobatan/perawatan:
4. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital:
S : 36,4°C P: 20x/m
N : 80x/m TB : 155cm
65
2. Keluhan Fisik:
Masalah Keperawatan:
5. Psikososial
1. Genogram
X x X x
x x x x
x x
Keterangan:
: Laki-Laki
x : Perempuan
X : Meninggal
: Tinggal serumah
x : Pasien
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri:
66
Pasien mengatakan kurang suka dengan bentuk kukunya karena jelak dan juga
kotor
b. Identitas diri:
c. Peran:
d. Ideal diri:
e. Harga diri:
Masalah Keperawatan:
3. Hubungan Sosial
4. Spiritual
b. Kegiatan Ibadah:
6. Status Mental
1. Penampilan: Penampilan pasien tampak tidak rapih. Pasien mampu mandi dan
berganti pakaian yang baru dan juga sesuai. Pasien jarang berdandan dan
merapikan/ mengikat rambut.
3. Aktivitas Motorik: pasien tampak tegang dan juga gelisah, berulang kali
pembicaraan terhentikan dikarenakan pasien ingin minum dan juga minum air
kecil
Masalah Keperawatan:
68
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Isi Halusinasi: menyuruh pasien bunuh diri dan melukai orang lain. Pasien
melihat bayangan manusia yang tidak nyata dan menyeramkan
11. Memori: Pasien dapat mengingat masa lalu yang membuatnya sedih dan
marah, pasien dapat mengingat nama perawat, dokter yang mengobati dan
kapan saja waktu mengkonsumsi obat
14. Daya tarik diri: Pasien sadar bahwa sedang dirawat inap di RS Ernaldi Bahar
di ruang Cempaka dengan alas am masuk mengamuk, memukul ayah dan
ingin keluaur rumah
7. Persiapan Pulang
1. Makan dan minum: (Bantuan minimal) pasien mampu makan dan minum
sendiri, pasien mampu menghabiskan makanan, makan secara rapi dan tidak
berantakan, setelah makan pasien merapikan alat makan dan juga minum
2. BAB/ BAK: (Bantuan minimal) pasien mampu BAB/ BAK di toilet, setelah
BAB/BAK alat kelamin disiram dan kloset disiram hingga bersih
3. Mandi: (Bantuan minimal) Pasien mampu mandi sendiri tanpa bantuan atau
paksaan dari orang lain.
5. Istirahat/ tidur:
Pasien mengatakan biasanya tidur siang dari jam 13.00 sampai jam 15.00, tidur
malam mulai jam 20.00 sampai jam 06.00 pagi, pasien juga mengatakan
sebelum tidur tidak melakukan kegiatan apapun namun sesudah bangun tidur
pasien langung mandi
7. Kegiatan di dalam rumah: Pasien mengatakan dirumah hanya makan dan juga
tidur, tidak membantu/ melakukan pekerjaan runah
8. Kegiatan di luar rumah: Pasien mengatakan hanya dirumah saja dan tidak
diperbolehkan keluar rumah
8. Mekanisme Koping
Pasien melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa emosi
ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS: Pasien mengatakan kurang Harga Diri Rendah Situasional
suka dengan kukunya
karena jelek dan kotor,
pernah dibully ketika SMP
Resiko Perilaku
Kekerasan
Gangguan Persepsi
Sensori:
Strategi Pelaksanaan 1
Nama : Ny. A
Umur : 31 tahun
Pertemuan : I (Satu)
Ruangan : Cempaka
A. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds : pasien mengatakan masih melihat bayangan dan mendengar bisikan
Do : kontak mata kurang, konsentrasi buruk, mengungkapkan dapat
melihat dan mendengar
2) Diagnosa
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3) Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat,
membantu klien mengenal halusinasinya, mengajarkan klien
mengontrol halusinasinya dengan menghardik.
4) Tindakan keperawatan
Mengajarkan cara menghardik untuk menghilangkan halusinasi
pengelihatan dan pendengaran, menganjurkan memasukkan kedalam
jadwal harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Nn.A bilang, pergi Saya
tidak mau lihat... Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-
ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ny.A peragakan!
Nah begitu... bagus! Coba lagi! Ya bagus Ny.A sudah bisa.
3. Fase Terminasi
senang tidak dengan latihan tadi?”. “Setelah kita ngobrol tadi, panjang
sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak
silakan Ny.A coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal
besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan orang lain
kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 07.30 WIB, bisa?” . “Kira-kira
tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok”.
80
Strategi Pelaksanaan 2
Nama : Ny. A
Umur : 31 tahun
Pertemuan : 2 (Dua)
Ruangan : Cempaka
A. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds : pasien mengatakan sesekali melihat bayangan dan mendengar
bisikan
Do : kontak mata kurang, konsentrasi buruk, mengungkapkan dapat
melihat dan mendengar
2) Diagnosa
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3) Tujuan khusus
Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat teratur
4) Tindakan keperawatan
Mengajarkan cara minum obat yang benar dan teratur, menganjurkan
memasukkan kedalam jadwal harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1) Fase orientasi
” Selamat pagi, Nn.A? Masih ingat saya ?. ” Nn.A tampak segar hari ini.
masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah Tn.R masih
yang Nn.A minum”. ”dimana tempat yang menurut Nn.A cocok untuk kita
2) Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum setiap hari. Obat ini namanya
heloperidoldan yang warna putih. kedua obat ini diminum 2x sehari siang
dan malam, kalau yang warna putih minumnya 2 kali sehari. Obat yang
Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual,
mengantuk, sudah jelas? Tolong nanati mas sampaikan ke dokter apa yang
Nn.A rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus diminum terus,
muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh Nn.A pada
saat mionum obat yaitu benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
3) FaseTerminasi
”Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali. Mau
Nn.A bisa? Bagaimana kalau jam 10.00? Nn.A setuju?”. ”Besok kita
Strategi Pelaksanaan 3
Nama : Ny. A
Umur : 31 tahun
Pertemuan : 3 (Tiga)
Ruangan : Cempaka
A. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds : pasien mengatakan bayangan dan mendengar bisikan sudah
berkurang
Do : kooperatif, kontak mata kurang, konsentrasi buruk, mengungkapkan
dapat melihat dan mendengar
2) Diagnosa
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3) Tujuan khusus
Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara berbincang-bincang.
4) Tindakan keperawatan
Mengajarkan cara bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan
memasukkan kedalam jadwal harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
” Selamat pagi Nn.A? Bagaimana kabarnya hari ini? masih ingat dong
tentang halusinasi, apakah Nn.A bisa menjelaskan kepada saya tentang isi
tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu
agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-
2) Fase Kerja
membuat jengkel. Apa yang Nn.A lakukan pada saat itu? Apa yangtelah
saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?” ”cara yang kedua adalah
suara. Nanti perawat akan mengajak Nn.A mengobrol sehingga suara itu
3) Fase Terminasi
Nn.A terus praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut
bincang lagi tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga
85
Strategi Pelaksanaan 4
Nama : Ny. A
Umur : 31 tahun
Pertemuan : 4 (Empat)
Ruangan : Cempaka
A. Proses keperawatan
1) Kondisi pasien
Ds : pasien mengatakan bayangan dan mendengar bisikan berkurang
Do : kooperatif, kontak mata kurang, konsentrasi buruk, mengungkapkan
dapat melihat dan mendengar
2) Diagnosa
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3) Tujuan khusus
Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas
harian.
4) Tindakan keperawatan
Mengajarkan cara melakukan aktiiftas , menganjurkan memasukkan
kedalam jadwal harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
” Selamat pagi, Nn.A? Masih ingat saya ?. ” Nn.A tampak segar hari ini.
masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah Nn.A masih
suara yang sering Nn.A dengar agar bisa dikendalikan dengan cara
Bagaimana kalau di ruang tamu? setuju?”. ”kita nanti akan berbincang kurang
2. Fase Kerja
”Cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu caar
3. Fase Terminasi
”Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali Nn.A
seperti yang sudah diajarkan tadi?”. “kita sudah selesai belajar mengontrol
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan yang bertujuan untuk menggali data-
data masalah dari pasien. Sumber data yang didapatkan kelompok berasal dari pasien, tim
anggota perawat lainnya, rekam medis dan pemeriksaan fisik. Pengkajian dilakukan saat
di ruangan Cempaka. Data yang didapatkan saat pengkajian pada tanggal 06 April 2023
adalah pasien berinisial Ny. A usia 50 tahun dengan diagnosa medik Skizofrenia
Paranoid. Pasien masuk RS pada tanggal 03 April 2023. Pada tahun 2022 pasien juga
telah dirawat di RS ERBA 2x pada bulan juni dan November. Pasien masuk RS dengan
alasan mengamuk, marah marah, gelisah, memukul ibunya, menggigit dan meludahi
ayahnya. Sebelumnya +- satu minggu, pasien mulai mengalami perubahan perilaku,
berbicara atau mengoceh seolah-olah ada teman bicara, tertawa sendiri, bicara tidak
nyambung, mudah marah bila ditegur dan dilarang keluar rumah. Pada saat pengkajian
pasien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang berkata tidak baik mengenai dirinya
menyuruh bunuh diri dan melukai orang lain dan pasien juga melihat bayangan manusia
yang seram. Pasien mengatakan mendengar bisikan tersebut jika sendirian dan sedang
melamun, saat mendengar bisikan tersebut pasien mendengarkan dan mengikuti perintah
nya. Tetapi pasien tidak ada tindakan, pikiran bunuh diri maupun menyakiti diri dan
mengatakan tindakan tersebut tidak baik. Bisikan dan bayangan tersebut hanya muncul
pada siang hari, dan muncul setiap saat. Kemudian ditemukan juga bahwa klien mudah
tersinggung karena perkataan orang lain dan mengoceh - ngoceh marah, membanting
pintu kamar, pandangan tajam, pasien sering mondar-mandir, dan sulit berkonsentrasi
saat diajak berkomunikasi.
Menurut Fitria (2012) dan Keliat & Pasaribu (2016) faktor predisposisi meliputi : faktor
perkembangan, faktor sosiokultural, faktor biokimia, faktor psikologis, faktor genetik.
Pada Tn. A faktor predisposisi yang terjadi pada pasien yaitu faktor psikologis.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan subjektif dan objektif yang telah diuraikan. Masalah keperawatan prioritas
adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan gangguan pendengaran
dan penglihatan. Alasan penentuan diagnosa ini adalah berdasarkan data-data pasien yang
telah dianalisa yang menunjukkan bahwa alasan utama pasien dirawat dan data pasien
yang paling banyak adalah halusinasi yang terlihat mengalami gejala khas yaitu berbicara
atau tertawa sendiri dan marah-marah tanpa sebab. Hal ini sesuai dengan teori tanda dan
gejala pada pasien halusinasi yang juga dialami oleh pasien. Perilaku tersebut muncul
pada Ny. A saat terjadi halusinasi pendengaran dan penglihatan yaitu terlihat berbicara
dan tertawa sendiri, marah marah. Halusinasi adalah ketidakmampuan pasien menilai dan
merespon pada realitas pasien tidak dapat membedakan rangsangan eksternal dan
internal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan (Lalla et al., 2022). Menurut
Keliat & Akemat (2012) yang mengatakan bahwa tanda dan gejala seseorang yang
mengalami halusinasi pendengaran, biasanya
Masalah keperawatan kedua adalah risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan faktor
risiko halusinasi. Masalah ini diangkat menjadi diagnosa kedua dengan alasan bahwa
masalah tersebut merupakan akibat dari halusinasi yang dialami pasien yang terlihat dari
data subjektif pasien mengatakan ada bisikan yang menjelek-jelekkan pasien dan
menyuruh bunuh diri selain itu data objektif nya tampak pasien marah marah sendiri. Hal
ini sejalan dengan penelitian Rabba et al., (2014) yang menjelaskan bahwa salah satu
penyebab resiko perilaku kekerasan adalah halusinasi.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi yang disusun untuk pasien dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi pendengaran dan penglihatan yang ditujukan untuk Ny. A adalah dengan
melakukan manajemen halusinasi dan strategi pelaksanaan. Tujuan bagi pasien dapat
mengenali halusinasi yang dialami, pasien dapat mengontrol halusinasinya, pasien
mengikuti program pengobatan secara optimal. Untuk mengontrol halusinasi nya.
Perawat merencanakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan terdiri dari 4 SP yang
diterapkan kepada Ny. A yaitu identifikasi halusinasi (isi, waktu, frekuensi, situasi, dan
respon), mengontrol halusinasi dengan menghardik, benar 5 obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan yang sudah direncanakan. Pada pertemuan pertama rencana
keperawatan yang diberikan ialah bina hubungan saling percaya. kemudian dilanjutkan
dengan tindakan SP 1-4. Dalam SP 1 diharapkan Ny. A dapat menyebutkan isi, waktu,
frekuensi, situasi yang menimbulkan, respon yang dilakukan pada saat timbul halusinasi
dan mengerti cara menghardik halusinasi. Sedangkan perencanaan SP 2 diharapkan
pasien memahami cara mengontrol halusinasi dengan meminum obat secara benar dan
teratur. SP 3 diharapkan dia memahami cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dan dapat berinteraksi dengan orang lain. Sp 4 diharapkan pasien dapat mengontrol
halusinasi dengan melaksanakan aktivitas yang biasa dilakukan pasien. Selain dengan SP,
pasien juga diberikan terapi psikofarmakologi. Dalam perencanaan psikofarmakologi Ny.
A diberikan obat Clozapine 10 mg 2x1, THP 2mg 2x1, HDL 7,5 mg 2x1.
4. Implementasi Keperawatan
Adapun implementasi yang dilakukan perawat dilakukan 5 kali pertemuan. Hari pertama
perawat melakukan bina hubungan saling percaya dengan memperkenalkan nama
perawat, asal perawat dan hobi perawat kemudian menanyakan nama pasien, hobi, dan
asalnya. Pada saat membina hubungan saling percaya, pasien merespon dengan
menyebutkan namanya ialah Ny. A berasal dari musi banyuasin, hobinya bernyanyi.
Pertemuan ketiga dengan pasien, perawat melakukan Strategi pelaksanaan kedua yaitu
mengevaluasi gejala halusinasi mengajarkan 5 benar obat yaitu nama, dosis, waktu, cara,
fungsi. Pada saat diajari 5 benar obat pasien mampu mengingat waktu minumnya yaitu
07.00 pagi dan jam 18.00 sore. Pasien juga mampu mengingat warna obat yang
diminumnya yaitu warna orange. Untuk fungsinya pasien susah untuk mengingatnya.
Kemudian setelah mengajari 5 benar obat, perawat memasukkan jadwal minum obat ke
jadwal kegiatan harian pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Saat dilakukan evaluasi hari pertama pada tanggal ….. didapatkan pasien belum mampu
membina hubungan saling percaya karena pasien belum mampu memulai percakapan,
sedikit kontak mata dan pasien kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan.
Saat dilakukan evaluasi SP 1 pada tanggal…. pasien sudah mulai mampu membina
hubungan saling percaya, kontak mata cukup baik meskipun terkadang menunjukkan
tatapan mengalihkan pandangan, pasien masih kurang kooperatif dalam menjawab
pertanyaan. Pasien dapat mengerti jenis, isi, waktu, frekuensi, respon pasien terhadap
halusinasi dan pasien mampu mempraktekkan cara menghardik halusinasi, namun belum
mampu membuat jadwal kegiatan harian.
Pada evaluasi hari berikutnya pada tanggal…. SP 3 ditemukan pasien dapat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian yang telah diberikan kepada pasien, pasien dapat membina
hubungan saling percaya, tetapi kontak mata masih kuran, dan pasien juga masih kurang
kooperatif. Pasien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap–cakap dengan orang lain walaupun untuk saat ini pasien hanya ingin bercakap-
cakap dengan orang tertentu saja, pasien dapat memasukkan ke dalam jadwal harian
mengenai tindakan kedua yang telah diberikan. Pasien masih masih cukup kooperatif
tetapi bisa dibimbing untuk belajar atau berlatih apa yang diajarkan oleh perawat, sikap
pasien sudah mulai lebih terbuka daripada pertemuan hari sebelumnya.
Pada evaluasi hari terakhir yaitu tanggal …… pasien mampu mencapai SP 4 yaitu sudah
mampu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien bersama perawat, kontak mata masih
kurang, dan pasien juga masih kurang kooperatif. Pasien dapat mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian seperti membersihkan
tempat tidur, melakukan aktivitas senam dan olahraga kecil seperti lari-lari, pasien dapat
memasukkan ke kegiatan kedalam jadwal harian. Pasien kooperatif dan mampu berlatih
apa yang diajarkan oleh perawat.