Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

PENCEGAHAN DEKUBITUS DI PAVILUN LUKAS RUMAH


SAKIT CHARITAS HOSPITAL
PALEMBANG

Oleh :
1. Rikha Saulina Nababan 2235004
2. Priskilla Sindi Arindita 2235005
3. Dewi Rindi Antikawati 2235007
4. Sirwi Laudya 2235011
5. Robertus Bagas Pratama 2235014
6. Arista Theresia Tambunan 2235016
7. Angel YemimaSihombing 2235021
8. Elsa Yuni Audria Sinambela 2235022
9. Puji Lestari 2235034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmatnya penulis dapat mengumpulkan laporan “Proposal
Analisa SWOT Pencegahan Terjadinya Dekubitus”. Laporan ini berisikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses penyakit dan proses pembelajaran
selama stase keperawatan manajemen. Laporan dibuat berdasarkan sumber yang
telah didapatkan dari hasil jurnal maupun buku. Berdasarkan hasil laporan, maka
didapatkan masalah keperawatan tentang pencegahan terjadinya dekubitus pada
pasien.
Dalam kesempatan ini kami berterima kasih kepada, Bapak/Ibu/Saudara/i:
1. E.F. Slamet Santoso Sarwono MBA, DBA, selaku Rektor Universitas
Katolik Musi Charitas Palembang
2. Maria Nur Aeni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Univesitas Katolik Musi Charitas Palembang.
3. Ns. Bangun Dwi Hardika, M.K.M Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.
4. Ns. Lilik Pranata, M.Kes Selaku koordinator mata ajar keperawatan
manajemen
5. Pembimbing lapangan atau klinik Ns. Bangun Dwi Hardika, M.K.M yang
telah meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing dalam
proses dan juga
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun penulisan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki di masa
yang akan datang dari teman-teman, ibu dan bapak dosen mata ajar keperawatan
medikal bedah sangat kami harapkan agar dapat membuat laporan ini menjadi
lebih baik

Palembang, 21 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Ruang Lingkup ...........................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................
BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................
BAB IV PENUTUP .........................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini isu patient safety (manajemen keselamatan pasien)
menjadi perhatian serius pengelola/penyedia layanan kesehatan termasuk
juga untuk rumah sakit. Hal ini dikarenakan salah satu indikator kualitas
sebuah Rumah Sakit ialah patient safety atau manajemen keselamatan
pasien(Sanjaya & Suarjana, 2013).
Patient Safety di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Dalam konsep Patient Safety
ada beberapa Indikator dalam menentukan kondisi keselamatan pasien saat
menerima perawatan di instalasi rawat inap rumah sakit, salah satunya
adalah jumlah penderita dengan dekubitus(Sanjaya & Suarjana, 2013).
Di Indonesia, prevalensi luka tekan seperti dekubitusmencapai
40% dan menjadi yang tertinggidiantara negara asia tenggara yang hanya
berkisar 2,1-31,3 %.Masih tingginya angka insidensi luka tekan di
beberapa negara dan juga di Indonesia menimbulkan dampak negatif tidak
hanya bagi pasien tetapi juga untuk institusi rumah sakit(Gani & Oktarina,
2022).
Dampak kejadian luka tekan pada pasien bukan hanya masalah
pada lukanya, dampak terhadap kualitas hidup (quality of ife) seperti
gangguan interaksi sosial, gangguan peran, nyeri, bau yang tidak nyaman,
gangguan istirahat, dan lain sebagainya.Masalah luka tekan juga
menjadikan rata-rata lama hari rawat inap pasien meningkat 4-17 hari.
Kondisi ini berdampak pada penurunan Bed Occupancy Rate (BOR)
rumah sakit.Timbulnya komplikasi nyeri dan infeksi yang mengikuti luka
tekan dapat meningkatkan
waktu pengobatan, bahkan adanya luka tekan menjadi penanda buruk
prognosis secara keseluruhan dan dapat berkontribusi terhadap mortalitas
pasien (Asman & Dewi, 2021).
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti
berbaring. Dekubitus merupakan salah satu masalah kesehatan sekunder
yang dapat terjadi sebagai dampak lanjut terhadap masalah kesehatan yang
dapat menyebabkan penderita mengalami mobilisasi ditempat tidur
(Syapitri et al., 2017). Dekubitus juga merupakan masalah yang sering
dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat
lemah, dan lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini banyak yang
dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit.
Upaya pencegahan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan,
sikap dan perilaku yang dimiliki oleh perawat. Hal ini dikarenakan
perawat merupakan profesi yang selalu berhubungan dengan pasien
selama 24 jam (Gani & Oktarina, 2022).
B. .Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penulisan proposal analisa swot ini bertujuan untuk melakukan
analisis praktik klinik di stase manajemen keperawatan terhadap kasus
kelolaan pada decubitus dengan pasien di Ruang Lukas RS Charitas
Palembang.
b. Tujuan Khusus
1. Menganalisa kasus kelolaan di ruangan Lukas
2. Menggambarkan pengeahuan perawat tentang pencegahan
dekubitus di ruang Lukas RS Charitas Hospital

C. Manfaat Penulisan
a. Manfaat bagi rumah sakit
Diharapkan hasil proposal ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terkait dengan pencegahan
kejadian dekubitus.
b. Manfaat bagi pendidikan
Diharapkan hasil proposal ini dapat digunakan sebagai menambah
pengetahuan serta memberikan masukan bagi profesi keperawatan
tentang pentingnya pencegahan luka dekubitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Mutu Pelayanan
1. Pengertian mutu pelayanan
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat kepuasaan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standart dan kode etik profesi.
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
pasien dalam mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis,
sosial, danspiritual pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah kegiatan atau upaya
pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan secara mandiri atau
bersama-sama dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
holistik.
2. Tujuan mutu pelayanan keperawatan
Menurut Nursamalam cit Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan
keperawatan terdapat 5 tahap yaitu:
a. Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria.
Dimaksudkan agar asuhan keperawatan lebih terstruktur dan
terencana berdasarkan standar kriteria masing-masing perawat.
b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai
dengan kriteria. Informasidisini diharapkan untuk lebih
mendukung dalam proses asuhan keperawatan dan sebagai
pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih
informasi yang akurat diharuskanpenyeleksian yang ketat dan
berkesinambungan. Beberapa informasi juga didapatkan dari
pasien itu sendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data.
Perawat dapat menyeleksi data dari pasien dan kemudian
menganalisa satu- persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Diharap ini berfungsi untuk
meminimalkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pada
asuhan dan tindakan keperawatan.
3. Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Triwibowo (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
pelayanan keperawatan itu sendiri meliputi 7 kriteria diantaranya:
a. Mengenal kemampuan diri, seorang perawat sebelum melakukan
sebuah tindakan keperawatan kepada pasien harus mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang ada pada diri perawat sendiri.
Karena intropeksi diri yang baik akan menghasilkan atau
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
b. Meningkatkan kerja sama, perawat harus berkerjasama dalam
melakukan asuhan keperawatan baik dengan tim medis, teman
sejawat perawat, pasien dan keluarga pasien.
c. Pengetahuan keterampilan masa kini, dimaksudkan agar perawat
lebih memiliki pengetahuan yang luas dan berfungsi dalam
penyelesaian keluhan pasien dengan cermat dan baik.
d. Penyelesaian tugas, perawat merupakan anggota tim medis yang
paling dekat dengan pasien. oleh karena itu, perawat dituntut untuk
mengetahui keluhan pasien dengan mendetail dan melakukan
pendokumentasian teliti setelah melakukan asuhan.
e. Pertimbangan prioritas keperawatan, seorang perawat harus
mampu melakukan penilaian dan tindakan keperawatan sesuai
dengan prioritas utama pasien.
f. Evaluasi berkelanjutan, setelah melakukan perencanaan perawat
juga harus melakukan evaluasi pasien agar tindakan perawatan
berjalan dengan baik, dan perawat mampu melakukan pemantauan
evaluasi secara berkelanjutan.
4. Jenis indikator mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
a. Angka kejadian plebilitis
b. Angka kejadian dekubitus
c. Angka kejadian pasien jatuh
d. Angka kesalahan pemberian obat
e. Angka kesalahan pengambilan darah
f. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
5. Indikator mutu pelayanan keperawatan
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus
memiliki mutu yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
a. Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada
pasiennya. Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan
sikap yang siap tanggap dan perawat mudah dihubungi pada saat
pasien membutuhkan perawatan.
b. Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan
anggota medis lain, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat
keperawatan dalam menyelesaikan prioritas perencanaan pasien.
Disini perawat juga bertanggung jawab penuh dalam kesembuhan
dan memotivasi pasien.
c. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
d. Empati adalah sikap perawat yang selalu memperhatikan dan
mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien.
e. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri.
Perawat tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat
akan bersikap netral kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga
akan menghargai pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim medis
lain dalam hal kebaikan dan kemajuan pasien.
f. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat.Perawat akan
bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami
pasien.
g. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling
mudah untuk dilakukan perawat dalam memberikan asuhan Karena
B. Konsep Patien Safety
1. Pengertian
Patien safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari harm/cedera yang
tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan
terjadi ( penyakit cedera fisik/sosial/psikologis, cacat, kematian dll)
terkait pelayanan yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen
resiko, identifikasi dan manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya resiko.
2. Jenis insiden keselamatan pasien
a. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
b. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah
terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden
yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
d. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.
3. Tujuan keselamatan pasien
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
4. Sasaran keselamatan pasien
a. Ketepatan Indentifikasi Pasien
b. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
c. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu Diwaspadai
(High-Alert)
d. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur,Tepat-Pasien
Operasi
e. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan
f. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
5. Elemen keselamatan pasien
a. Advers drug events (ADE)/ medication error (ME) ketidak
cocokan obat/ kesalahan pengobatan)
b. Penggunakan restraint
c. Infeksi nosokomial
d. Kecelakaan bedah
e. Luka karena tekanan (dicubitus)
f. Keamanan produk darah
g. Resistensi antimikrobial
h. Program Imunisasi
i. Risiko jatuh/ falls (jatuh)
j. Darah stream(aliran), perawatan kateter pembuluh darah serta
tindak lanjut dan pelaporan insiden keselamatan pasien.
C. Konsep Dekubitus
1. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah salah satu komplikasi immobilisasi lama yang
menjadi tantangan bagi perawat. Saat ini dengan pengembangan ilmu
perawatan modern, membuktikan bahwa dekubitus seharusnya dapat
dicegah (Wisnasari et al., 2021, p. 186).
Dekubitus merupakan luka akibat nekrosis jaringan lokal yang
cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan
tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu yang lama
(Taurina et al, 2022 p.203).
Luka dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di
bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat
adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus dalam waktu
lama sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat
(Asrizal et al, 2022)
2. Penyebab dekubitus
Dekubitus disebabkan oleh penekanan terus menerus terhadap kulit
tempat adanya penonjolan tulang, sehingga daerah yang tertekan
tersebut kurang mendapatkan suplai nutrisi dan oksigen sehingga
lama- lama mati atau nekrosis (Wisnasari et al., 2021, p. 184).
Menurut Taurina et al (2022) terbentuknya luka dekubitus
dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi tekanan yang
menyebabkan iskemik adalah penyebab utama. tekanan yang lama
melampaui tekanan kapiler jaringan pada jaringan yang iskemik akan
mengakibatkan terbentuknya ulkus dekubitus karena dapat mengurangi
oksigen dan nutrisi pada jaringan tersebut sehingga akan menyebabkan
iskemik dan hipoksia kemudian menjadi nekrosis dan ulserasi.
3. Faktor intrinsik dekubitus
Menurut Wisnasari et al., (2021, pp. 182–183) ada beberapa faktor
intrinsik dekubitus, yaitu:
a. Proses penuaan, regenerasi sel pada sistem integument lebih
lambat, menyebabkan lapisan kulit menjadi menipis.
b. Perubahan kandungan kolagen pada kulit menyebabkan
menurunnya elastisitas kulit sehingga rentan mengalami
kerusakan atau gangguan.
c. Menurunnya kemampuan sistem kardiovaskuler dan sistem
arteriovenosus menyebabkan penurunan perfusi kulit secara
progresif.
d. Sejumlah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi
kardiovaskuler atau gangguan pada sistem pernapasan yang
menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun.
e. Status gizi yaitu underweight atau overweight.
f. Anemia.
g. Hipoalnuminemia, dapat mempermudahkan terjadinya dekubitus
serta menghambat proses penyembuhan dekubitus, sebaliknya
jika ada dekubitus maka akan menyebabkan kadar albumin darah
menurun.
h. Gangguan neurologi dan gangguan pada pembuluh darah,
mempermudah terjadinya dekubitus dan memperparah dekubitus.
i. Keadaan hidrasi atau kekurangan cairan tubuh
4. Klasifikasi dekubitus
Menurut Wisnasari et al., (2021, pp. 183–184) ada beberapa
klasifikasi dekubitus, yaitu:
a. Grade 1
Kulit kemerahan (Erythema), dan muncul bila ditekan oleh jari.
Menandakan adanya gangguan sirkulasi. Kelainan terbatas pada
epidermis dan dermis saja. Pasien mulai merasakan nyeri lokal.
Kondisi ini reversible, dengan hilangkan tekanan. Penyembuhan
total 5-10 hari, kenali fase ini dengan benar, agar segera dicegah
efek lanjut.
b. Grade 2
Timbul excoriasi (abrasi/lecet) kulit, blister, menyertai erythema.
Pada fase ini, dekompresi tidak memberi hasil pemulihan. Pada
Grade 2 akhir, terjadi nekrosis superfisialis. Lapisan adipose ikut
terganggu, luka di fase ini masih dapat reversible.
c. Grade 3
Ulkus sudah mencapai seluruh lapisan kulit dan meluas ke lemak
subkutaneus, tetapi sebelum sampai ke otot. Tanda- tanda
inflamasi jelas, edema, sering terjadi infeksi. Tepi ulkus irregular
dan terjadi hipo hiper plagmentasi, sering diikuti tanda- tanda
sistemik seperti demam, leukocytosis, dehidrasi dan anemia.
d. Grade 4
Luka ulkus mencapai fascia, otot dan tulang. Luka sering
menggaung dan penuh jaringan nekrotik. Pada kondisi lanjut,
timbul gambaran patologis: septic arthritis, osteomyelitis, anemia
dan dehidrasi.
5. Lokasi terjadinya dekubitus
Menurut Wisnasari et al., (2021, pp. 184–186) ada beberapa lokasi
terjadinya dekubitus, yaitu:
a. Tuberositas Ischii
Terjadi akibat adanya tekanan langsung pada posisi duduk. Dapat
juga terjadi pada posisi foot rest dikursi roda yang terlalu tinggi,
sehingga daerah ischium menjadi tumpuan berat badan.
b. Trochanter mayor
Terjadi pada beberapa kondisi diantaranya pada saat berbaring
lama bertumpu pada satu sisi, kursi roda yang terlalu sempit,
scoliosis, osifikasi heterotropik, yang mengakibatkan pindahnya
berat berat badan ke sisi panggul yang lain.
c. Sacrum
Terjadi pada penderita yng lama berbaring terlentang, tidak
mengubah posisi berbarng secara teratur, salah posisi pada waktu
duduk dikursi roda, juga dapat terjadi karena penderita merosot
ditempat tidur dengan sandaran miring, terlalu lama kontak dengan
urin, keringat ataupun feses.
d. Tumit
Keadaan statis pada tungkal bawah dapat menimbulkan tekanan
dan gesekan tumit pada tempat tidur atau foot rest pada kursi roda
e. Lutut
Terjadi pada penderita yang lama berbaring dengan posisi
terlungkup. Apabila berbaring lama pada satu sisi makan akan
terjadi dekubitus pada satu sisi lateral.
f. Maleolus
Terjadi karena berbaring terlalu lama pada satu sisi, cedera pada
waktu pemindahan penderita, posisi foot rest yang tidak tepat.
Selain hal tersebut dapat juga terjadi akibat gesekan kedua
maleolus kanan dan kiri karena keadaan spastik otot aduktor.
g. Siku
Tubuh yang sering dipakai sebagai penekanan tubuh atau
penyangga tubuh saat seseorang mengubah posisi.
h. Jari kaki
Dapat terjadi pada posisi telungkup yang lama, sepatu yang sempit
dan sebagainya.
i. Scapulae dan processus spinosus vertebrae
Dapat terjadi akibat terlalu lama berbaring terlentang dan gesekan
yang sering.
6. Tindakan keperawatan sebagai upaya pencegahan dekubitus menurut
Wisnasari et al., (2021, pp. 186) ada beberapa lokasi terjadinya
dekubitus, yaitu:
a. Mengatur posisi yang tepat untuk mencegah terjadinya friksi
b. Mengubah posisi tiap 2 jam. Perubahan posisi tiap 2 jam disini
termasuk sewaktu penderita tidur. Pada kasus- kasus tertentu, jarak
waktu 2 jam masih mempunyai risiko terjadinya dekubitus.
c. Nutrisi yang baik, jika kadar hemoglobin terlalu rendah.
d. Perawatan dan kebersihan yang baik.
e. Waspada terhadap daerah- daerah yang mempunyai risiko tinggi
terbentunya dekubitus.
Menurut Asrizal et al (2022) pencegahan dan intervensi awal pasien
dengan luka dekubitus adalah sebagai berikut :
a. Kaji resiko individu/klien terhadap kejadian luka dekubitus
b. Skala yang sering digunakan adalah skala braden dan Norton. Saat
ini skala tersebut telah diuji validitasnya di Indonesia, dan
memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi
c. Identifikasi usia diatas 60 tahun, bayi dan neonatal, klien injury
tulang belkang adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi
terhadap luka tekan
d. Kaji keadaan kulit secara teratur
1) Minimal setiap hari sekali
2) Kaji kulit di atas tonjolan tulang
3) Kulit yang merah di atas tonjolan tulang tidak di pijat karena
dapat mengganggu perfusi
e. Kaji status mobilitas
f. Gunakan bantal
1) Diantara lutut kanan dan kiri
2) Diantara mata kaki
3) Dibelakang punggung
4) Dibawah kepala
g. Minimalkan terjadinya tekanan
1) Hindari penggunaan donat dari kassa untuk tumit
2) Tentukan jenis matras yang sesuai
h. Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan dan pergeseran
i. Bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah episode
incontinence. Posisi 30 derajat untuk mencegah klien merosot yang
dapat mengakibatkan terjadinya robekan jaringan
j. Kaji inkontinensia
1) Bersihkan setiap kali lembab
2) Hindari menggosok kulit dengan keras
3) Pembersih perianal yang mengandung anti mikroba
4) Gunakanlah air hangat atau sabun yang lembut
5) Beri pelembab setelah dicuci
6) Bila menggunakan diaper, gunakan yang memiliki daya serap
k. Kaji status nutrisi
1) Serum albumin dan Hb biasanya menurun
2) Kaji : berat badan, intake makanan, nafsu makan, masalah
pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan
l. Kaji dan monitor jenis baltan yang dipergunakan
m. Deskripsikan luka tekan : lokasi, ukuran, dasar luka, eksudasi, ada
tidaknya infeksi, stadium, kulit sekitar luka dan nyeri
n. Kaji faktor yang menghambat penyembuhan
1) Malignansi, diabetes, gagal jantung, gagal ginjal, pneumonia
2) Medikasi seperti steroid, agen imunosupresif atau obat anti
kanker
o. Evaluasi proses penyembuhan luka
p. Kaji komplikasi : abses, ostcomiclitis, bacteremia, fistula
q. Edukasi tentang luka dekubitus
r. Ideal support surface /kasur khusus dekubitus
1) Kontrol tekanan dalam jaringan
2) Stabilitas
3) Kontrol suhu permukaan tempat tidur
4) Kontrol kelembapan permukaan kulit
5) Cost effective
6) Tahan lama
7. Manajemen luka dekubitus
a. Gunakan kasur dekubitus
b. Lakukan jadwal perubahan [osisi
c. Gunakan skala resiko
d. Pertahankan kondisi kulit
e. Hindari terjadinya tekanan, gesekan dan pergeseran
f. Perawatan luka yang adekuat
8. Penanganan luka dekubitus
Luka dekubitus dapat dillakukan penanganan sesuai dengan dejarat
dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi (asrizal et al,
2022):
a. Dekubitus derajat I
Dekubitus derajat i dengan reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis, kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air
hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali
sehari.
b. Dekubitus derajat II
Dekubitus derajat ii sudah terjadi ulkus yang dangkal : perawatan
luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptic dan antiseptik.
Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan
udara hangat bergantian untuk merangsang tumbuhnya jaringan
muda/granulasi, penggantian balut dan salep ini jangan terlalu
sering karena malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan
yang diharapkan
c. Dekubitus derajat III
Dekubitus ini merupakan derajat ulkus yang sudah dalam,
menggaung sampai bungkus otot dan sering sudah ada infeksi.
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat
mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya
transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen.
Kelembapan luka dijaga tetap basah. Karena akan mempermudah
regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan
nacl fisiologis.
d. Dekubitus derajat IV
Adanya perluasan ulkus sampai pada luka pada dasar tulang dan
sering pula disertai jaringan nekrotik.
D. Keselamatan Pasien
1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah bebas dari cedera fisik dan psikologis
yang manajemen pasien melalui dengan adanya penetapan sistem
operasional, meminimalisasi terjadinya kesalahan, mengurangi rasa
tida aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan
pelayanan optimal (Pranata et al., 2021, p. 41).
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)
dan tidak terjadinya pengulangan kejadian tidak diharapkan karena
terlaksananya program-program pencegahan (Pranata et al., 2021, p.
42).
3. Prinsip keselamatan pasien
Menurut Pranata et al., (2021, pp. 44–45) prinsip keselamatan pasien,
yaitu :
a. Prinsip 1 : Provide Leadership
b. Prinsip 2 : Memperhatikan keterbatasan manusia dalam
perancangan proses
c. Prinsip 3 : Mengembangkan tim yang efektif
d. Prinsip 4 : Antisipasi untuk kejadian tak terduga
e. Prinsip 5 : Menciptakan atmosfer “Learning”
4. Sasaran keselamatan pasien
Menurut Pranata et al., (2021, pp. 45–48) sasaran keselamatan pasien,
yaitu:
a. Ketetapan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)
d. Kepastian tepat-lokasi tepat-prosedur dan tepat pasien operasi
BAB III
ANALISIS SWOT

A. Strength
a. Pengetahuan perawat tentang pecegahan dekubitus
Hasil survey yang dilakukan pada 25 perawat di paviliun Lukas RS
Charitas Hospital Palembang Pengetahuan tentang pencegahan luka
tekan merupakan hal yang sangat penting, dan menjadi dasar bagi
perawat untuk menentukan kategori pasien yang menerima tindakan
pencegahan, jenis dan cara menerapkan tindakan pencegahan luka
tekan.
b. Pendidikan
Berdasarkan hasil data yang didapatkan dari survey ke 25 perawat
di paviliun Lukas RS Charitas Hospital Palembang lebih banyak
perawat dengan pendidikan sarjana profesi keperawatan dengan jumlah
perawat 13 dan 12 dengan pendidikan diploma keperawatan.
Pendidikan yang semakin tinggi membuat seorang perawat memiliki
pengetahuan yang cukup salah satunya pengetahuan tentang
pencegahan dekubitus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pangemanan et all (2019) p.4 Mengatakan bahwa
pendidikan lebih banyak perawat berlatar belakang pendidikan ners.
Tingkat pendidikan perawat juga dapat mempengaruhi motivasi kerja
perawat tersebut dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin tinggi keinginan perawat untuk memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilannya. Tingkat pendidikan perawat mempengaruhi
kinerja perawat yang bersangkutan. Tenaga keperawatan yang
berpendidikan tinggi kinerjanya akan lebih baik karena telah memiliki
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dapat memberikan saran
atau masukan yang bermanfaat terhadap manajemen keperawatan
dalam meningkatkan kinerja keperawatan.
c. Pengalaman
Berdasarkan analisa yang dilakukan pada perawat di ruang lukas
didapatkan pengalaman kerja > 9 tahun, lamanya bekerja perawat
meningkatkan pengalaman dan keterampilan seorang perawat dalam
melakukan pencegahan dekubitus. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Suwaryo (2019) p.67 bahwa semakin lama dan
semakin banyak pengalaman yang didapat, pengetahuannya juga akan
semakin meningkat. Lamanya pengalaman kerja akan memungkinkan
berkembangnya pengetahuan perawat karena beragamnya kasus pasien
yang dijumpai selama bertahun-tahun.

B. Weakness ( kelemahan)
1) lamanya perawatan
Hasil analisa yang sudah dilakukan di dapatkan hasil penelitian
bahwa lamanya perawatan pasien di ruang lukas rata-rata…… lama.
Lamanya perawatan menjadi satu penyebab terjadinya decubitus. hal
ini sejalan dengan penelitian syaitri ,siregar,ginting, (2017)menujukan
bahwa lama hari rawat inap dalam terjadinya luka dikubitus pada
pasien imobilisasi muncul luka dicubitus dengan rata-rata lama hari
rawat pada hari kelima perawatan.
2) jumlah pasien
Dari hasil analisa yang sudah didapat jumlah pasien di ruang Lukas
rata-rata ….., sehingga membuat beban kerja semakin bertambah
sehingga beresiko menyebabkan terjadinya decubitus. Hal ini sejalan
dengan penelitian Hanituasikal (2020) menunjukan Beban kerja
perawat sangat dipengaruhi oleh jumlah perawat, jumlah pasien dan
kondisi pasien, Beban kerja yang tinggi sangat berhubungan dengan
pasien safety semakin tinggi beban kerja maka memberikan resiko
tinggi untuk perawat dalam memberikan tindakan kepada pasien. Cara
mengurangi beban kerja dengan cara memenuhi jumlah perawat sesuai
dengan kebutuhan, pembagaian tugas sesuai dengan proporsi dan
mampu menciptakan sistem kerja yang dapat mengurangi usaha dalam
bekerja.
C. Opportunity (peluang)
1) Tim keperawatan dekubitus
2) Standar Operasional Prosedur (SOP)

D. Treats (ancaman)
1) Usia pasien
Berdasarkan analisa yang sudah didapatkan pasien di ruangan Lukas
luka decubitus sering terjadi pada pasien 50 tahun ke atas, hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh syapitri,dkk (2017),
penelitiannya menunjukan bahwa 50 tahun keatas sering mengalami
decubitus hal ini disebabkan oleh lansia mempunyai potensi besar
untuk mengalami decubitus yang di akibatkan adanya perubahan kulit,
bertambahnya usia, kecendrungan lansia yang lebih sering berbaring
pada satu posisi.

2) Jenis penyakit pasien


Berdasarkan analisa yang sudah didapatkan pasien di ruang Lukas
yang beresiko mengalami decubitus adalah yang lama perawatannya
panjang seperti penyakit stroke dan fraktur yang menyebabkan pasien
tidak bisa melakukan aktivitas seperti fraktur femur,tibia,fibula. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alimansur,Santoso
(2019 ) hasil penelitian dalam penelitian ini stroke menyebabkan
kelemahan dan kelumpuhan pada pasien sehingga membutuhkan
perawatan cukup lama. Sebagian besar pasien stroke dirawat dengan
kondisi tirah baring lama yang dapat mencetuskan terjadinya luka
dekubitus. Angka kejadian dekubitus pada pasien stroke cukup banyak
terjadi. Tingginya angka kejadian ini akibat banyaknya faktor resiko
yang dapat menyebabkan terjadinya dkubitus pada pasien stroke.

E. Strategi menurut analisis SWOT


1) Pengawasan dan control
Berdasarkan SWOT yang sudah dibahas bahwa di ruangan Lukas
memiliki strategi dalam pencegahan decubitus yaitu dengan
pengawasan untuk menerapkan pencegahan decubitus.
2) Pembuatan brosur pencegahan dekubitus
DAFTAR PUSTAKA

Asman, A., & Dewi, D. S. (2021). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap


Perawat Terhadap Pencegahan Luka Decubitus Diruangan Rawat
Inap Rsup Dr. M. Djamil Padang. Journal Scientific Of Mandalika
(JSM) e-ISSN 2745-5955| p-ISSN 2809-0543, 2(5 (Mei)), 168-174.
Asrizal dan Wahyuni, Sri. (2022). Buku Ajar Manejemen Perawatan Luka,
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Deepublish.
Gani, A. A. (2022). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penerapan
Bundle Care Dalam Pencegahan Luka Tekan Di Rumah Sakit Dr.
Bratanata Jambi. Jurnal Pinang Masak, 1(1).
Hanafi, Wibiwi Ari Susanto dkk, 2022. Perawatan Luka Pada Kulit
Kronis. Sumatera Barat. PT Global Eksekutif Teknologi
Kharabsheh, A., Alrimawi, R., Assaf, A., & Saleh, M. (2014). Exploring
Nurses’ Knowledge and Perceived Barriers to Carry Out Pressure
Ulcer Prevention and Treatment, Documentation, and Risk
Assessment. American International Journal of Contemporary
Research, 4.
Martini, Made, 2022. Perawatan Luka Modern Pada Luka Kronis. Jawa
Barat. CV Media Sains Indonesia
Mashuri, M., & Nurjannah, D. (2020). Analisis SWOT Sebagai Strategi
Meningkatkan Daya Saing. JPS (Jurnal Perbankan Syariah), 1(1),
97-112.
Nisak, Zuhrotun. 2013. “Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi
Kompetitif”. Jurnal Ekonomi 4
Pranata, L., Fari, A., Carito, D., Dinanti, R., Ramahdayani, C., & Suryani,
M. (2021). Manajemen Keperawatan “Kualitas Pelayanan
Keperawatan” (1st ed.). Insan Cendika Medika Mandiri.
https://online.anyflip.com/cqdww/fzfx/mobile/
Ramadhan, Ahmad dan Fivi Rahmatus Sofiyah. 2013. “Analisis SWOT
Sebagai Landasan Dalam Menentukan Strategi Pemasaran (Studi
McDonald’s Ring Road)”. Media Infromasi Manajemen 1 (4).
Sanjaya, I. D. G. W. (2013). Faktor-Faktor Manajerial Yang
Melatarbelakangi Tingginya Kejadian Jumlah Pasien Dengan
Dekubitus (Indikator Patient Safety) Pada Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Umum Puri Raharja Tahun 2012. Community
Health, 1(2), 44345.
Sulidah, & Susilowati. (2017). Pengaruh Tindakan Pencegahan Terhadap
Kejadian Dekubitus Pada Lansia Imobilisasi. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Kesehatan, 15, 161–162.
Syapitri, H., Siregar, L. M., & Ginting, D. (2017). Metode Pencegahan
Luka Decubitus Pada Pasien Bedrest Total melalui Perawatan Kulit.
Idea Nursing Journal, 8, 15.
Taurina, Hilda et al (2022). Perawatan Luka Modern Pada Luka Kronis.
Tangerang : Media Sains Indonesia.
Wijayati, Hiasna . (2019). Panduan Analisa SWOT Untuk Kesuksesaan
Bisnis. ( Anak hebat indonesia), 254.
Wisnasari, S., Utami, Yulian W., & Susanto, Akhiyan H. (2021). Buku
Ajar Keperawatan Dasar. Ub Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Dasar/foZTE
AAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=klasifikasi+dekubitus&pg=PA183&printsec=fro
ntcover
Yustina, A., Setiawan, & Putra, I. B. (2021). Pengembangan Panduan
Pencegahan Ulkus Dekubitus Di Ruangan Intensive Care Unit
(ICU). Journal of Telenursing (JOTING), 3. https://doi.org/:
https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2184

Anda mungkin juga menyukai