Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

KURANG OPTIMALNYA PENGGUNAAN TEKNIK KOMUNIKASI


DALAM HANDOVER KEPERAWATAN DI RUANG DAHLIA 5 RSUD
TIDAR MAGELANG

Disusun Oleh :

1. Robain 20194030099

2. Annisa Niken S 20194030078

3. Tiara Arindha W.S 20194030034

4. Desy Ivani Fatah 20194030054

5. Siska Kurnia S 20194030026

6. Ririn Ayuningtyas 20194030062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran
dalam penyusunan laporan hasil pengkajian stase manajemen keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Wiwik Kusumawati M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Arianti, M.kep, Ns., Sp. Kep. MB selaku kepala Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Syahruramdhani, S. Kep., Ns., MAN. selaku dosen pembimbing akademik
stase manajemen keperawatan.
4. Agung Widiatmoko, S. Kep., Ns selaku pembimbing klinik stase manajemen
keperawatan.
5. Ranoto, S. Kep., Ns selaku pembimbing klinik stase manajemen keperawatan.
6. Iwan Sutrisno, S. Kep., Ns selaku PJ ruangan bangsal Dahlia 5 yang telah
membimbing kami selama berada di bangsal Dahlia 5.
7. Seluruh perawat di bangsal Dahlia 5 yang telah bekerjasama dan
berkontribusi dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil pengkajian stase
manajemen masih banyak terdapat kekurangan, sehinga kritik dan saran sangat
diharapkan guna kesempurnaan penulisan laporan kedepannya. Akhir kata penulis
berharap laporan hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit, serta
perkembangan ilmu keperawatan.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Penulis
Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. TUJUAN....................................................................................................................................2
C. MANFAAT...............................................................................................................................3

BAB II HASIL PENGKAJIAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH................................4


A. GAMBARAN UMUM RUANGAN..........................................................................................4
B. ANALISIS DATA.....................................................................................................................4
C. ANALISA MASALAH.............................................................................................................5
D. PRIORITAS MASALAH..........................................................................................................6
E. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH........................................................................7

BAB III PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH..............................................8


A. PLANING OF ACTION............................................................................................................8
B. PROSES................................................................................Error! Bookmark not defined.11
LAMPIRAN 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus

disebabkan adanya tekanan eksternal maupun tekanan internal keperawatan.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat menuntut dikembangkannya

pendekatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang berbeda. Hal ini

menyebabkan iptek keperawatan sebagai bentuk tekanan eksternal harus terus

menerus dikembangkan.

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer

keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen

keperawatan. Lebih dari 80% waktu digunakan manajer untuk

berkomunikasi, 16% membaca dan 9% untuk menulis.

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur

utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk

mencapai hasil yang optimal. Komunikasi saat handover atau timbang terima

diperlukan komunikasi yang jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi yang

sudah ada dan yang belum dilaksanakan, serta respon yang terjadi pada

pasien. Perawat melakukan timbang terima dengan cara berkeliling ke setiap

pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien.

Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antar

perawat dan tim kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, fisioterapis dll.

Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.

1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada 6 keselamatan


pasien (ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,

peningkatan kemanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian lokasi dan

prosedur pasien operasi, pengurangan resiko infeksi dan pengurangan resiko

jatuh) yang bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik dalam

keselamatan pasien. Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang

kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif petugas kesehatan.

Timbang terima adalah komunikasi antara perawat pada shift pagi, sore dan

malam terkait kondisi dan keadaan pasien.

Kesalahan akibat penyampaian timbang terima akan berakibat pada

menurunnya indikator kualitas pelayanan terutama patient safety di suatu

rumah sakit (Manopo, 2014). Penerapan pelayanan yang mengacu pada

patient safety ada beberapa standar yang perlu diimplementasikan, salah satu

standar tersebut yaitu penerapan timbang terima menggunakan komunikasi

dengan metode pre dan post conference keperawatan.

Pre conference adalah komunikasi antara Perawat Primer atau PJ shift dan

Perawat Asosiet setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift

tersebut yang dipimpin oleh PP atau koordinator shift. Tujuan dilakukan pre

conference yaitu menetapkan klien yang menjadi tanggungjawab PA.

Pembagian klien didasarkan pada jumlah klien, ketergantungan klien dan

tempat tidur yang berdekatan. Bila ada satu shift PP didampingi oleh dua

orang PA maka semua klien dibagi pada kedua PA sebagai

penanggungjawabnya. Bila PP didampingi oleh satu orang pada satu shift

maka jumlah klien yang menjadi tanggungjawab PP adalah sebanyak 20%.


PP membagi tugas untuk masing-masing PA. Menyiapkan kembali standar

prosedur yang ditetapkan. Menyiapkan kembali tentang kedisiplinan,

ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing-masing PA.

Post conference adalah komunikasi Perawat Primer atau koordinator shift

dengan Perawat Asosiet tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum

operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil asuhan

keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan atau tindak lanjut.

Tujuan dilakukannya post conference yaitu membahas tindakan keperawatan

yang sudah, belum dan akan dilakukan pada shift berikut. Mendiskusikan

masalah keperawatan klien sesuai tanggungjawab PA. Membahas

perkembangan klien dalam satu shift.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, diharapkan

mahasiswa Profesi Ners UMY mampu memahami, menganalisa,

menerapkan manajemen keperawatan, terkait komunikasi efektif di

bangsal Dahlia 5 RSUD Tidar Magelang

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa profesi mampu :

a. Mengidentifikasi tentang gambaran umum handover yang diterapkan

di bangsal Dahlia 5 RSUD Tidar Magelang

b. Merencanakan rekomendasi alternatif pemecahan masalah terkait

handover yang dilakukan oleh perawat


3. Manfaat

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai tambahan evaluasi rumah sakit guna meningkatkan mutu

pelayanan

b. Bagi Bangsal Dahlia 5 RSUD Tidar Magelang

Hasil akhir diharapkan menjadi data dasar dalam evaluasi pelaksanaan

manajemen keperawatan di bangsal Dahlia 5 RSUD Tidar Magelang

c. Bagi Managerial Keperawatan

Pengkajian ini sebagai acuan dan bahan evaluasi sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas handover oleh perawat di bangsal Dahlia 5

RSUD Tidar Magelang

d. Bagi Mahasiswa Profesi Ners

Sebagai bahan pembelajaran bagaimana pengelolaan manajemen

keperawatan dalam meningkatkan kualitas mutu handover perawat di

rumah sakit
BAB II

HASIL PENGKAJIAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH

A. Gambaran Umum Ruangan

1. Profil RSUD Tidar magelang

RSUD Tidar Kota Magelang semula milik Yayasan Zending pada masa

kolonial Belanda (Zendingziekenhuis), yang kemudian diresmikan

menjadi Rumah Sakit Umum pada tanggal 25 Mei 1932, dipimpin oleh

dr.G.J. Dreckmeiers, dengan fasilitas awal sebagai berikut :

a. Ruang Rawat Inap A (sekarang ruang Dahlia)

b. Ruang Rawat Inap B

c. Ruang THT (sekarang ruang Flamboyan)

d. Kamar operasi & poli klinik (sekarang direnovasi menjadi Gedung

Poli VIP)

e. Dapur/instalasi Gizi

f. Gedung Tengah/pendopo

Pada masa pendudukan jepang di Indonesia, RSUD Tidar

diambil alih oleh pemerintahan jepang selama 1 tahun dan setelah

Proklamasi Kemerdekaan R.I. (Th. 1945), RSUD Tidar menjadi milik

pemerintah kotapraja Magelang.

Pada tahun 1983 menjadi RSU kelas C, kemudian tahun 1992

ditetapkan menjadi Unit Swadana Daerah Kodya Dati II Magelang

(perda No.7 Th. 1992) berlangsung sampai dengan tahun 2006 dan

tahun 1995 sampai sekarang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas B


Non Pendidikan (SK.Menkes No.108/Menkes/SK/II/1995) dan pada

tahun 2008 ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

surat keputusan Walikota Magelang No. 445/39/112 Tahun 2008

tentang penetapan RSUD Tidar Kota Magelang sebagai BLUD.

VISI

“Terwujudnya Rumah Sakit Yang Unggul, Profesional, Beretika, dan

berkeadilan”

Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan rujukan yang profesional,

bermutu, terjangkau dan adil kepada segala lapisan.

b. Mengembangkan dan meningkatkan kompetensi SDM rumah.

c. Meningkatkan kualiatas kualitas dan kuantitas sarana dan

prasarana rumah sakit secara memadai dan berkesinambungan.

d. Menyelenggarakan pengelolaan RS secara akuntabel.

e. Menciptakan lingkungankerja yang sehat,suasana yang nyaman

dan harmonis.

f. Melaksanakan pendidikan danpenelitian kesehatan.

g. Moto Pelayanan “Mitra menuju sehat”.

2. Bangsal Dahlia 5 RSUD Tidar Magelang

Bangsal dahlia merupakan salah satu bangsal yang berada di

RSUD Tidar Magelang. Bangsal ini merupakan bangsal rawat inap VIP

untuk karakteristik penyakit dalam. Bangsal dahlia terletak di bagian

tengah rumah sakit yang menghadap ke bagian Dapur. Bangal dahlia ini
memiliki jumlah ruangan sebanyak 8 tempat tidur untuk pasien yang

menggunakan kelas VIP. Untuk perawat yang bertugas dibangsal ini

sebanyak 12 perawat yang terdiri dari 1 kepala ruang, 1 ka tim, 5

kordinator shift, 2 administrasi dan sisanya 5 merupakan perawat

pelaksana . Untuk sarana dan prasaranan dibangsal dahlia sudah sesuai

dengan kebutuhan pasien dan perawat.

1) Man/Tenaga/SDM
a. Kajian Teori
Manajemen SDM sangat berkaitan erat dengan pengelolaan

individu-individu yang terlbat dalam organisasi, sehingga setiap

individu ini dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan

organisasi. Tanggung jawab manajemen sumber daya manusia

mempunyai peranan penting untuk mendukung pencapaian tujuan

organisasi. Tujuan Sumber Daya Manusia adalah untuk

meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan)

terhadap organisasi. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan

organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung kepada manusia-

manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh karena itu karyawam

tersebut harus dikelola dengan baik sehingga dapat membantu

organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

tentang Pedoman Perencanaan SDM kesehatan di tingkat Provinsi,

Kabupaten atau Kota serta Rumah Sakit menyebutkan bahwa

strategi perencanaan SDM kesehatan perlu memperhatikan :


1. Rencana kebutuhan SDM kesehatan harus disesuaikan dengan

kebutuhan pembangunan kesehatan baik kebutuhan local,

nasional maupun global

2. Pendayagunaan SDM kesehatan diselenggarakan secara merata,

serasi, seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan

dunia usaha baik tingkat pusat maupun daerah. Upaya

pemerataan SDM kesehatan perlu memperhatikan antara hak

dan kewajiban perorangan dan kebutuhan masyarakat

3. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional

dari rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat

4. Pemilihan perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan

pada kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan

daerah masing-masing.

Untuk menjadi seorang perawat profesional, lulusan SLTA

harus menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan

Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional,

(primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi

Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat

harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1

Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat

melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan

Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan

Doktor/Konsultan.
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan

pendidikan formal keperawatan dan diberikan kewenangan untuk

melaksanakan peran dan fungsinya. Sebagai tenaga kesehatan

perawat adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Bentuk pelayanan bio,

psiko, sosio dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada

individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh siklus hidup manusia.

Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan atau staffing

merupakan dasar pelaksanaan kegiatan keperawatan (Julia et al.

2014). Dalam suatu layanan profesional, jumlah tenaga yang

diperlukan bergantung pada jumlah klien dan derajat

ketergantungan klien terhadap keperawatan. Untuk menghitung

kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan

yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Penghitungan

jumlah tenaga dapat dibagi menajadi beberapa metode menurut

[CITATION Placeholder1 \l 1057 ] yang terdiri dari Doglass, Gillis dan

Depkes.
b. Analisa data

Tabel. Klasifikasi Tenaga Perawat di Dahlia 5

No Nama Masa Kerja Pendidika Jabatan

n
1 Iwan Sutrisno, S. Kep,. Ns 22 th Ners PJ
2 Wiwi Ridawati, S. Kep,. Ns 22 th Ners Ka tim
3 Siwi Eko Cahyo L, AMK 31 th D3 Ka jaga
4 Endah Widyastuti, AMK 22 th D3 Ka jaga
5 Supriyati, AMK 10 th D3 Ka jaga
6 Erni Yuliati, AMK 10 th D3 Ka jaga
7 Erlin Krismawati, AMK 10 th D3 Ka jaga
8 Rudy Ferry Yanto, AMK 3 th D3 PA
9 Bella Tiara C, AMK 3 th D3 PA
10 Dwi Nurnaningsih, AMK 3 th D3 PA
11 Purna Tri Kurniawan, 3 th D3 PA

AMK
12 Dinaya Rizky E.N, AMK 0 th D3 PA

Tabel. Kuesioner Pengetahuan Perawat tentang Handover pasien

yang dilakukan perawat di bangsal Dahlia 5

No Nilai
1 9
2 9
3 9
4 8
5 9
6 8
7 9
Keterangan :

<5 : Buruk

5-7 : Sedang

>7 : Baik

Grafik. Kuesioner Pengetahuan Perawat tentang Handover

pasien yang dilakukan perawat di bangsal Dahlia 5

9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
8
7.8
7.6
7.4
1 2 3 4 5 6 7

Nilai

Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan perawat tentang

handover pasien yang dilakukan perawat didapatkan hasil bahwa

tingkat pengetahuan tentang perawat semuanya menunjukkan hasil

pengetahuan baik. Tetapi berdasarkan hasil observasi selama 4 hari

oleh mahasiswa ditemukan adanya kesenjangan dimana pengetahuan

perawat saat proses handover kurang optimal ditandai dengan

komunikasi yang belum sesuai dengan teori komunikasi SBAR pada

saat proses handover.


Menurut Febrina, Yenni dan Ramadhani (2018) lama kerja

dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan timbang terima perawat

karena semakin lama kerja perawat maka semakin baik pelaksanaan

timbang terima yang dilakukan, hal ini disebabkan dari pengalaman

perawat yang sudah didapat selama bekerja, baik atau tidaknya

pelaksanaan timbang terima perawat akan menentukan seberapa jauh

perawat memahami pentingnya timbang terima di lapangan.

Ketidaklancaran pelaksanaan timbang terima mayoritas

disebabkan oleh factor internal perawat seperti rasa malas, kurang

kerjasama, kurang motivasi, kurangnya tanggungjawab bersama dalam

pelaksanaan timbang terima di rumah sakit. Kurangnya motivasi serta

rasa malas yang dirasakan oleh perawat membuat perawat merasa tidak

semangat dan patuh dalam melakukan atau menerapkan proses

timbang terima sesuai teori secara baik dan benar (Triwibowo, 2016).

Berdasarkan penelitian ini, secara garis besar hamper 80% perawat

sudah mengetahui bagaimana proses dan komponen apa saja dalam

pelaksanaan serta komunikasi yang diterapkan dalam proses timbang

terima, tetapi akibat rendahnya motivasi dan minat perawat dalam

pelaksanaan serta keterbatasan waktu yang dimiliki, menyebabkan

proses timbang terima tidak dapat berjalan dengan lancer sesuai

dengan teori yang ada. Menurut Wiwin (2018), berdasarkan hasil

pengkajian dan evaluasi timbang terima di ruang Melati Rumah Sakit

X (bangsal rawat inap menggunakan metode tim) di Blitar, mencapai


rata-rata 67% masuk kategori kurang. Selain itu berdasarkan

wawancara yang dilakukan kepada 5 orang di Bangsal tersebut

sebanyak 3 orang perawat mengatakan kurang memiliki motivasi serta

keterbatasan waktu dalam melakukan kegiatan timbang terima dengan

baik dan benar. Motivasi perawat sangat mempengaruhi kinerja dan

performa perawat dalam melaksanakan tugasnya terutama dala proses

timbang terima perawat di rumah sakit.Motivasi seperti adanya reward

ataupenghargaan kepada perawat ataupun punishment pada perawat

yang melakukan prosedur timbang terima dengan baik, maka dapat

membangkitkan motivasi perawat untuk melakukan proses timbang

terima dengan baik dan benar. Hal ini selaras dengan data temuan yang

ditemukan oleh mahasiswa profesi ners UMY di bangsal Dahlia 5:

hasil wawancara dengan 6 perawat pada tanggal 21 November 2019, 4

diantaranya mengatakan merasa kurang memiliki motivasi dalam

pelaksanaan timbang terima, ditambah lagi keterbatasan waktu

membuat perawat merasa kesulitan dalam proses timbang terima

dengan lengkap. Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa Ners

saat pelaksanaan timbang terima pada tanggal 23 November 2019 jam

14.00 WIB, ditemukan kepala ruang jarang memberikan reinforcement

positive kepada anggotanya saat proses timbang terima, serta kurang

memberikan semangat kepada setiap anggotanya. Selain itu, menurut

hasil observasi proses timbang terima pada tanggal 23 November 2019

jam 21.00 yang dilakukan oleh mahasiswa tampak perawat A tidak


fokus dalam pelaksanaan timbang terima karena terburu-buru pulang,

perawat B dalam menyampaikan laporan kelolaan tidak lengkap karena

tidak ada kepala ruang, mengakibatkan komunikasi SBAR kembali

tidak diterapkan terutama unsur S dan R.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa pada

tanggal 22 November 2019 jam 16.00, perawat C ketiakpelaksanaan

timbang terima memang banyak perawat yang terkadang asik

mengobrol sendiri sehingga kirang fokus dalam jalannya timbang

terima. Perawat D mengatakan karena sudah lelah dalam mengelola

pasien sehingga kadang kurang mood dalam melakukan timbang

terima. Perawat E mengatakan bahwa memang kurang termotivasi

dalam melakukan proses timbang terima karena kurang adanya reward

khusus serta sudah menjadi kebiasaan perawat ketika pelaksanaan

timbang terima sudah seperti itu, sehingga mereka mengikuti proses

yang ada.

2) Material and Machine


a. Kajian teori
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang
sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pasal 10 ayat (2) menyebutkan, bangunan rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang:
b. ruang rawat inap; Dalam Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9
butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan teknis bangunan Rumah
Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tersebut,
maka harus disusun pedoman teknis fasilitas ruang rawat inap rumah
sakit yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, keselamatan,
kemudahan dan kenyamanan. Ruang rawat inap yang aman dan
nyaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan pasien. Berikut adalah persyaratan teknis bangunan
ruangan rawat inap yaitu:
 Lokasi.

(a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang,
aman dan nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan
aksesibiltas atau pencapaian dari sarana penunjang rawat
inap.

(b) Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat


pembuangan kotoran, dan bising dari mesin/generator.

 Denah.

Persyaratan umum:

(1). Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang


sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak
membingungkan pemakai bangunan.

(2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu


adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang
diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.
(3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat
dicapai dengan mudah.
(4) Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci
keberhasilan perancangan, sehingga blok unit
sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus
(memanjang)

(5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan


kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung

(6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam


ruang

(7) Alur petugas dan pengunjung dipisah

(8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi


persyaratan minimal seperti ditunjukkan dalam tabel.

Tabel. Kebutuhan minimal luas ruangan pada ruang


rawat inap
No Nama Luas Satuan
ruang (+)
1 Ruang Perawatan :
VIP 18 m2/tempat
tidur
2
Kelas I 12 m /tempat
tidur
2
Kelas II 10 m /tempat
tidur
2
Kelas III 7.2 m /tempat
tidur
2 Ruang Pos perawat 20 m2
3 Ruang Konsultasi. 12 m2
4 Ruang Tindakan. 24 m2
5 Ruang administrasi 9 m2
6 Ruang Dokter 20 m2
7 Ruang perawat. 20 m2
8 Ruang ganti/Locker 9 m2
9 Ruang kepala rawat inap. 12 m2
10 Ruang linen bersih. 18 m2
11 Ruang linen kotor. 9 m2
12 Spoelhoek 9 m2
13 Kamar mandi/Toilet 25 m2
14 Pantri. 9 m2
15 Ruang Janitor/service 9 m2
16 Gudang bersih 18 m2
17 Gudang kotor 18 m2

Persyaratan khusus:

(1) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :

a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar


(VIP).

b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar


(Kelas 1)

c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar


(Kelas 2)

d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap


kamar (kelas 3).

(2). Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan


(Ruang Isolasi), seperti :

a) Pasien yang menderita penyakit menular.

b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan


bau (seperti penyakit tumor, ganggrein, diabetes,
dan sebagainya).

c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara


dalam ruangan).

Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas


dalam kebutuhan jumlah dan jenis pasien yang
akan dirawat.

Pos Perawat (Nurse Station).

Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang
dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih
efektif dan efisien.
 Lantai.

(a). Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga.

(b). Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan tidak berpori,
seperti vinyl yang rata atau keramik dengan nat yang rapat
sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak mengumpul, mudah
dibersihkan, tidak mudah terbakar.

(c) Pertemuan dinding dengan lantai disarankan melengkung


(hospital plint), agar memudahkan pembersihan dan tidak
menjadi tempat sarang debu dan kotoran.
 Langit-langit.

Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak


menghasilkan debu/kotoran.
 Pintu.

(a) Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda,
masing-masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi
pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi dengan kaca jendela
pengintai (observation glass).

(b) Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.

(c) Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas,


minimal harus ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm,
diperuntukkan bagi penyandang cacat.
(d) Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar
mandi.

(e) Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke


luar.
 Kamar mandi.
(1) Kamar madi terdiri dari kloset, shower, dan bak cuci tangan

(2) Kamar mandi harus dilengkapi dengan pegangan tangan


(handrail)

 Jendela

(1) Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah


pemeliharaannya, dan cukup rapat.

(2) Bukaan jendela harus dapat mengoptimalkan terjadinya


pertukaran udara dari dalam ruangan ke luar ruangan.

(3) Untuk bangunan rawat inap yang berlantai


banyak/bertingkat, bentuk jendela tidak boleh
memungkinkan dilewati pasien untuk meloncat.

 Terdapat SOP (Standard Operating Procedures)

Standard operating procedures adalah serangkaian


instruksi yang tertulis yang dilakukan mengenai berbagai
proses penyelenggaraan administrasi, bagaimana dan kapan
harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan.Departemen kesehatan republik Indonesia
memberlakukan adanya standard operasional prosedur. SOP
di bangsal harus dilakukan secara konsisten dan setiap
penerapannya perlu dievaluasi.
 Peralatan Di Ruang Rawat Inap
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting
dalam penyelenggaraan kesehatan, baik dirumah sakit maupun
di layana pelayanan kesehatan lain. Setiap peralatan yang akan
digunakan di pelayanan kesehatan akan melalui pengeloalaan
perawatan dan diawali dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan,
termasuk inventarisasi dan dokumentasi.
Peralatan kesehatan merupakan instrumen, apparatus,
mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia dan/atau membentuk dan
memperbaiki fungsi tubuh.
INVENTARIS ALAT DAN BARANG
RUANG DAHLIA 5 RSUD TIDAR KOTA MAGELANG
TAHUN 2019

No Nama alat-alat rumah tangga Bulan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ac Panasonic 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
2 Remot Ac Panasonic 3 3 3 11 11 11 11 11 11 11
3 Tv LG 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
4 Remot Tv LG 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
5 Kulkas Sharp/Sanken 2 2 2 2/8 2/8 2/8 2/8 2/8 2/8 2/8
6 Meja Kerja 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7 Meja Counter Perawat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Monitor Samsung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Pc Intel 13 Rakitan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Printer Canon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 Dispenser Miyako 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 Sofa 2 2 2 10 10 10 10 10 10 10
13 Kursi Sandaran Chitose Abu-abu 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
14 Kursi Sandaran Chitose Hijau 16 16 16 14 14 14 14 14 14 14
15 Kursi Sandaran Chitose Biru 10 10 10 3 3 3 3 3 3 3
16 Tempat Sampah Kecil 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
17 Tempat Sampah Sedang 13 13 13 10 10 10 10 10 10 10
18 Tempat Sampah Besar 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 Ember Besar 14 14 14 13 13 13 13 13 13 13
20 Ember Kecil 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Baskom Steril 20 20 20 20 20 20 20 19 19 19
22 Rak Handuk 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
23 Meja Makan Paramount 18 18 18 10 10 10 10 10 10 10
24 Bed Paramount Elektrik 16 16 16 8 8 8 8 8 8 8
25 Troly Mandi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 Jam Dinding 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
27 Almari Kayu Pintu 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
28 Almari Kayu Pintu 4/8 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1
29 Apar Besar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 Kursi Tunggu - 2 2 2 2 2 2 2 2 2
31 Rak Obat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 Rak Alat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 Box Pengambilan Darah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 Box Cssd 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
35 Nampan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
36 Box Obat - - - - - - - - - -
37 Gunting Perban - - - - - - - - - -
38 Cermin Kayu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 Loker Obat Oral 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2
40 Box Tindakan - - - - - - - - - -
41 Pesawat Telpon Internal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 Interkom 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 Loker Petugas/ Rak Piring 1 1 1 1 1 1 1 1/1 1/1 1/1
44 Rak Plastik Injeksis 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2
45 Box Alat Pasang Infus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 Box Sampel Laborat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 Meja C Lemari Pasien 16 16 16 10 10 10 10 10 10 10
48 HP Samsung Galaxi J2 Pro 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
49 Keyboard Legitech 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 Mouse Legitech 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
51 Troli Medikasi 1 1 1 1 1 1

INVENTARIS ALAT DAN BARANG


RUANG DAHLIA 5 RSUD TIDAR KOTA MAGELANG
TAHUN 2019
No Nama Alat-alat Kesehatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Bak Spuit Kecil 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 Bak Spuit Sedang - - - - - - - - - 1
3 Bengkok 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
4 EKG Cardimax 1 1 1 1 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2
5 Glucotest Terumo 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
6 Handrup 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
7 Infus Pump 1 1 1 1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1
8 Syiring Pump 2 2 2 2 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1
9 Section Pump 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Kasur Decubitor 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
11 Kursi Roda 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
12 Manometer Oksigen 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
13 Nebulizator 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
14 Saturasi Oksigen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Stetoscope 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 Spigmanometer/Tensi Meter 1 1 1 rusak rusak 1 rusak rusak 1 1
Digital
17 Spigmanometer/Tensi Meter 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Raksa
18 Termometer Digital Sensor 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
19 Termometer Digital Axila 1 1 1 1 1 1 rusak - - -
20 Tabung Oksigen 2 Besar Dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Trolinya
21 Tabung Oksigen 2 Kecil Dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Trolinya
22 Tibangan BB Dewasa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 Torniquet 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
24 Ambugas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 Senter Led 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

INVENTARIS ALAT DAN BARANG


RUANG DAHLIA 5 RSUD TIDAR KOTA MAGELANG
TAHUN 2019
No Nama Alat-alat Tenun Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Baju Kerja 10 10 10 10 16 15 15 15
2 Baju Pasien 20 20 20 18 18 17 15/10 15/10
3 Bantal Darkon 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Gordyn Cream 4 4 4 4 4 4 4 4
5 Gordyn Hijau 8 8 8 8 8 8 8 8
6 Handuk Besar 15 15 15 12 1 1 1 1
7 Handuk Kecil 10 10 10 5 - - - -
8 Sarung Bantal 36 36 36 30/24 -/24 -/24 -/24 -/24
9 Selimut 48 48 48 48/24 11/24 11/24 11/24 10/24
10 Sprey Hijau 48 48 48 48/24 8/24 8/24 8/24 8/24
11 Steak Laken 28 28 28 20/24 -/24 -/24 -/24 -/23
12 Sarung Guling Biru - - - 24 24 24 24 24
13 Perlak - - - - 16 16 16 16
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan kondisi
ruang pada bangsal dahlia 5 terdiri dari:

 Bangsal dahlia 5 terdiri dari 8 kamar yang diperuntukkan


untuk pasien kelas VIP dimana setiap kamar terdiri dari 1
tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 sofa, 1 ac, 1 kulkas, 1 TV, 1
meja tempat makan pasien, 1 jemuran baju, 3 rak
penyimpanan barang. Setiap tempat tidur dilengkapi oleh
oksigen sentral, tiang infus, bel pasien, dan 3 stop contack
 Di bangsal dahlia juga terdapat 1 buah ruang perawat yang
terletak di belakang nurse station dimana di ruangan perawat
terdapat 1 buah meja, 1 buah kursi, 1 buah sofa, 1 toilet, dan
loker-loker perawat
 Di bangsal dahlia terdapat 1 buah nurse station yang terletak
di samping pintu masuk ruang dahlia 5, peralatan di nurse
station ini lengkap yang terdiri dari 1 buah komputer, 1 kursi,
2 meja, seperangkat alat tulis, 1 rak rekam medis,8 buah
rekam medis pasien, dan buku-buku visit dokter
 Di bagsal dahlia terdapat 1 ruang yang digunakan sebagai
ruang obat, loker pasien, dan alat keperluan medis pasien. Di
dalam ruang tersebur terdapat tempat untuk mengoplos obat.
 Di bangsal dahlia juga terdapat 1 buah ruangan dokter yang
terletak di belakang nurse station yang terdiri dari 1 meja, 2
kursi, dan 1 buah x ray film viewer
 Di bangsal dahlia terdapat 1 buah gudang tempat menyimpan
barang-barang serta terdapat 1 ruang spoelhoek yang terdiri
dari 1 buah tempat sampah non inveksius, 8 buah ember
mandi pasien, 1 buah watafel dan 1 buah spolhoek, serta
seperangkat alat cuci
 Di bangsal dahlia terdapat 1 buah ruang pantry tempat
menyiapkan makanan pasien serta 1 buah ruang tempat
penyimpanan linen yang terdiri dari seperangkat linen pasien,
bantal guling, bantal tidur, dan alat-alat medis seperti 1 buah
suction, 2 buah kursi roda, 2 buah alat ekg.

Hasil obeservasi tentang peralatan yang menjadi penunjang ruangan


inap berdasarkan data investarisasi dan pengkajian terbaru.
Setelah dilakukan pengkajian material yang ada di bangsal
dahlia 5 didapatkan bahwa ada ruangan yang belum tersedia seperti
ruangan isolasi. Sedangkan untuk ruangan yang lain sudah tersedia
sehingga setiap ruangan memiliki fungsi masing-masing seuasi
dengan peralatan yang tersedia disetiap ruangan. Kamar mandi
berdasarkan standar yang ada sudah memenuhi standar karena
terdapat handrail untuk mencegah jatuh serta terdapat kloset,
shower, dan bak cuci tangan. Berdasarkan data inventarisasi diatas,
dapat disimpulkan bahwa sudah memadai. Untuk jumlah linen sudah
sesuai dengan data tabel yang ada. Hal ini dikarenakan linen yang
dikembalikan dari londri sudah sesuai dengan data yang diberikan
sebelumnya. Bahan yang digunakan untuk linen sendiri sudah sesuai
dengan standar yang mana terbuat dari katun yang mudah menyerap
keringat. Alat kedokteran masih lengkap seperti 2 buah ekg, 2 buah
syiring pump, 2 buah nebulizer, 1 buah saturasi oksigen, 3 buah
stetoskcope, 1 buah tensimeter digital, 1 buah amubag dll.
b. Analisa
Handover merupakan tehnik yang digunakan untuk
menyampaikan dan menerima laporan sehubungan dengan keadaan
pasien dilakukan antar perawat dengan perawat maupun dengan
perawat dengan klien secara akurat serta lebih nyata, dilakukan harus
bersifat jelas, singkat,dan lengkap. Handover dilakukan mulai dari
persiapan, pelaksanaan di nurse station dan dilanjutkan di samping
samping tempat tidur pasien serta setelah itu dilakukan post handover
pasien. Post handover pasien salah satunya perlu dilakukan evaluasi
dengan menggunakan form evaluasi handover pasien untuk
mengetahui ketepatan dan kesesuaian dari tindakan handover yang
telah dilaksanakan (Nursalam,2015). Berdasarkan hasil wawancara
kepada 8 orang perawat bahwa dibangsal dahlia 5 bahwa belum
terdapat form kusus untuk menilai atau untuk mengevaluasi tindakan
handover yang sudah dilaksanakan selama ini. Form evaluasi handover
perlu diadakan dibangsal agar kegiatan komunikasi saat handover
dapat menjadi lebih efektif serta dapat meningkatkan keselamatan
pasien, menjamin kepuasan dan keamanan pasien, dan dapat
meningkatkan kepercayaan antar profesi (Rokhmah, dkk, 2017).

3) Method/Metode
a. Kajian Teori
MPKP adalah suatu metode pelayanan dari system struktur, proses dan

nilai-nilai professional yang memfasilitasi perawat professional yang


mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang mengatasi masalah

keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang produk keperawatan

untuk pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan

keperawatan tersebut diberikan (Huber, 2010).

1. Tujuan MPKP sendiri adalah seccara umum untuk meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan, sedangkan secara khusus:

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b. Mengurangi konflik tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim perawatan

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

2. Metode penugasan mode praktek keperawatan professional (MPKP)

dalam keperawatan:

a. Metode kasus

Dimana satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan

kepada seorang klien secara total dalam suatu periode dinas.

Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada

kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien

(Dewi, 2014). Kelebihan metode kasus terdiri dari, kebutuhan

pasien terpenuhi, pasien merasa puas, masalah pasien dapat

dipahami oleh perawat tersebut. Kekurangan metode kasus,


membutuhkan banyak tenaga, beban kerja tinggi, terutama jika

jumlah klien banyak sehingga tugas rutin sederhana terlewatkan.

b. Metode fungsional

Metode ini dimana setiap perawat akan diberi satu atau beberapa

tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di suatu ruangan

(Sitorus, 2006). Kelebihan metode fungsional yaitu sederhana,

efisien, perawat terampil dalam suatu tugas tertentu. Kekurangan

metode fungsional yaitu, metode ini kurang efektif karena prioritas

yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan

pada pemenuhan kebutuhan holistic, komunikasi antar perawat

terbatas antar perawat dengan perawat lainnya.

c. Metode tim

Metode tim merupakan metode dimana perawat professional

memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien melalu upaya kooperatif dan

kolaboratif (Huber, 2010). Pelaksanaan metode tim berlandasan

konsep dimana ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang

prioritas, perencanaan, supervise dan evaluasi asuhan keperawatan,

selain itu komunikasi yang efektif dan terbuka harus dilakukan.

Kelebihan metode tim ini antara lain, saling memberi pengalaman

sesama tim, terciptanya kaderisasi kepemimpinan, terciptanya

kerjasama yang baik. Sedangkan kekurangannya yaitu, tim yang

satu tidak mengetahui kondisi pasien yang bukan menjadi


tanggungjawabnya, perawat yang belum terampil dan belum

berpengalaman akan selalu tergantung kepada suatu anggota tim

yang mampu atau ketua tim.

d. Metode primer

Menurut Dewi (2014), keperawatan primer merupakan metode

pemberian model asuhan keperawatan dimana terdapat hubungan

yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang

perawat ertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan,

pemberian, dan koordinasi asuhan keperawatan klien selama klien

dirawat. Pada metode keperawatan primer yang bertanggungjawab

terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer

(PP). Kelebihan metode perawatan primer yaitu mendorong

kemandirian perawat, perawatan bersifat komperhensif. Sedangkan

kelemahannya yaitu hanya bisa dilakukan kepada perawat

professional.

e. Metode tim primer

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi

keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode

keeperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada

beberapa alasan sebagai berikut :

1) Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan

keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga


memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat

yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional,

2) Terdapat satu orang perawat profesional yang disebut PP, yang

bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan

keperawatan yang diberikan. Pada MPKP, perawat primer

adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners

3) Pada metode keperawataan primer, hubungan professional

dapat ditingkatkan terutama dengan profesi lain

4) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni

karena membutuhkan jumlah tenaga S.kp/Ners yang lebih

banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada

metode modifikasi keperawatan primer, setiap PP merawat 9-

10 klien.

5) Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan

kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan

perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan

kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan

membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.

6) Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode

ini tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi

kepada semua anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa

yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua

asuhan yang diberikan.


3. Karakteristik model praktek keperawatan professional

a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien

berdasarkan jumlah ketergantungan klien

b. Penetapan jenis tenaga keperawatan pada suatu ruang rawat

MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan

keperawatan yaitu, clinical care manager (CCM), perawat primer

(PP), perawat asociet (PA), selain jenis tenaga tersebut terdapat

seorang kepala ruang yang bertanggungjawab terhadap manajemen

pelayanan keperawatan diruangan tersebut.

c. Penetapan standar asuhan keperawatan mencakup 14 kebutuhan

dasar manusia

d. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer. Pada MPKP

modifikasi ini terdapat satu perawat professional yang disebut

perawat primer yang bertanggungjawab pada asuhan keperawatan

yang diberikan, disamping itu terdapat CCM yang mengarahkan

dan membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. SP2KP

SP2KP merupakan system pemberian keperawatan professional

yang merupakan pengembangan dari MPKP, dimana dalam SP2KP ini

terjadi kerjasama professional antara, PP dan PA (Potter Perry, 2010).

Pelaksanaan SP2KP merupakan aplikasi nilai-nilai profesional dalam

praktik keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan

di unit ruang rawat Rumah sakit dan perkembangan profesional diri


(Kemenkes RI, 2010). SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian

yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan diatur secara profesional (Sitorus, 2011).

Komponen SP2KP merupakan kegiatan asuhan keperawatan disetiap

ruang rawat inapdirumah sakit. Komponennya terdiri dari : perawat,

profil pasien, sisitem pemberian asuhan keperawatn, kepemimpinan,

nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana, serta dokumentasi

asuhan keperawatan (DEPKES RI, 2009).

5. Menurut Dewi (2014) dalam Depkes (2009), tanggungjawab kepala

ruang, ketua tim dan anggota tim dalam metode penugasan tim terdiri

dari:

a. Tanggungjawab kepala ruang

1) Menetapkan standar kinerja staf

2) Membantu staf menetapkan sasaran pada unit yang

dipimpinnya

3) Memberikan kesempatan kepada ketua tim dan membantu

mengembangkan keterampilan menejemen dan kepemimpinan

4) Secara berkesinambungan mengorientasikan anggota staf baru

tentang prosedur tim keperawatan

5) Menjadi narasumber bagi ketua dan staf saat diskusi

6) Memotifasi staf atau perawat pelaksana dalam meningkatkan

asuhan keperawatan
7) Melakukan komunikasi terbuka untuk setiap staf yang

dipimpinnya.

b. Tanggungjawab ketua tim meliputi:

1) Mengkaji setiap klien dan menetapkan tindakan keperawatan

yang tepat

2) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dan pengobatan

3) Menyusun rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing

anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan

4) Meyakinkan hasil evaluasi berupa respon klien terhadap

tindakan keperawatan tercatat

5) Menilai kemajuan klien dari hasil pengamatan langsung atau

laporan anggota tim.

c. Tanggungjawab anggota tim

1) Menyadari bahwa yang bersangkutan memiliki

tanggungjawab setiap klien di unit tersebut. Misalnya,

pengaturan istirahat dan rapat tim

2) Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana

keperawatan secara teliti termasuk program pengobatan

3) Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan

keperawataan yang dilakukan serta respon klien.

4) Menerima bantuan dari ketua tim.

6. Tahapan kegiatan perawat pada model asuhan keperawatan tim


Timbang terima merupakan kegiatan yang rutin dilakukan sebelum

dan sesudah perawat melaksanakan tugasnya, pada proses ini dapat

diketahui lebih cermat terkait kondisi pasien, tindakan yang akan

dilakukan dan telah dilakukan kepada pasien serta memberikan

kejelasan yang tidak dapat diuraikan secara tertulis dalam laporan.

Kegiatan operan sebaiknya dilakukan oleh kepala ruangan, ketua tim

serta oleh seluruh perawat yang sedang bertugas saat itu dan yang akan

bertugas

Kegiatan terdiri dari preconferens dan postconferens. Pada tahap

preconferens kegiatan yang dilakukan melaporkan rencana kegiatan

asuhan keperawatan baik yang sudah dan yang akan dilakukan oleh

petugas di ruangan tersebut. Postconference pada tahap ini, kegiatan

berfokus kepada pembahasan rencana program asuhan keperawatan

serta pembagian tugas yang dilakukan ketua tim terhadap perawat

pelaksana. Pada tahap ini harus dilakukan secara singkat namun jelas

sehingga terlaksananya proses asuhan keperawatan selanjutnya dengan

maksimal (Nursalam, 2014).

Dalam handover keperawatan, proes pelaporan asuhan

keperawatan pasien dilakukan dengan komunikasi SBAR. Komunikasi

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien

yang memerlukan tindakan segera. Komunikasi SBAR terdiri dari:

S. Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)


-Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, hari perawatan dan

dokter yang merawat.

-Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum dan

yang sudah teratasi/ keluhan utama

B. Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi

pasien terkini)

-Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari

diagnosis keperawatan

-Sebutkan riwayat alergi, pembedahan, pemasangan alat invasif dan

obat-obatan termasuk cairan infus yang diberikan

-Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terkait diagnosis medis

pasien

A.Assessment (hasil pengkajian dari kondisi saat ini)

-Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti, tanda

vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden scor, status restrain,

risiko jatuh, status nutrisi, kemampuan evaluasi, dll.

-Jelaskan informasi klinik yang lain yang mendukung

R. Recommendation

- Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu

dilanjutkan (refer to nursing care plan), termasuk discharge planning

dan edukasi pasien dan keluarga.

C. Hasil pengkajian
1. Model penugasan asuhan keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat dan kepala ruang

dibangsal Dahlia 5 pada tanggal 11–14 November 2019, disimpulkan

bahwa metode model asuhan keperawatan yang diterapkan dibangsal

tersebut adalah metode tim, dimana pada metode ini dibangsal

tersebut terdiri dari 1 kepala ruang, 1 ketua tim, 10 anggota tim.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada 3-4 perawat saat

jaga pagi serta 4 perawat saat jaga siang pada tanggal 13 november

2019 salah satu perawat mengatakan bahwa proses handover atau

timbang terima yang dilakukan kurang optimal terutama terkait

postconference, dimana ketua tim belum membagi tugas tiap anggota

tim dalam rencana pemberian asuhan keperawatan pada pasien,


sehingga menyebabkan anggota tim tidak memahami tugas dan

tanggungjawabnya dalam perencanaan tindakan asuhan keperawatan

kepada klien serta belum pernah mendapatkan pelatihan terkait

pelaksanaan handover.

Berdasarkan hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 11

November 2019 terkait pelaksanaan handover dari shift malam ke

shift pagi yang dilakukan oleh 7 orang perawat yang terdiri dari 1

orang Karu, 1 Ka tim dan 5 perawat pelaksana. Di nurse station

terlihat 4 perawat pelaksana belum melaksanakan komunikasi SBAR

dengan baik dan benar saat pelaksanaan handover dilakukan. Keempat

perawat tersebut dua diantaranya kurang optimal dalam melaporkan

unsur komunikasi SBAR dibagian S (Situation) dimana perawat a

lupa menyebutkan masalah keperawatan serta DPJP pasien yang

dikelolanya, perawat kurang menyebutkan RM pasien, usia pasien,

diagnose medis pasien serta masalah keperawatan yang sudah atau

belum teratasi. Sedangkan untuk kedua perawat yang lain kurang

optimal dalam penyampaian unsur komunikasi B (backround)

dimana perawat c dan d tidak menyebutkan alat invasif yang terpasang

pada pasien, respon pasien intervensi yang telah dilakukan seperti

respon nyeri atau penurunan/peningkatan RR pasien, reaksi tranfusi.

Hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 12 November

2019 terkait proses dan pelaksanaan handover saat shift sore ke shift

malam yang dilakukan oleh 7 orang perawat yang terdiri dari 1 karu,
katim dan 5 orang perawat pelaksana terdapat 3 orang perawat yang

kurang fokus dalam proses timbang terima. Dimana perawat a dalam

melaporkan pasien kelolaannya saat shift sore waktunya lebih dari

lima menit per pasien sehingga proses timbang terima menjadi lama.

Perawat b kurang fokus dalam mendengarkan proses hand over karena

sibuk mengisi buku injeksi, serta perawat c yang tidak menyebutkan

jenis cairan atau terapi IVFD yang terpasang pada pasien.

Hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 13 November

2019 terkait proses pelaksana handover yang dilakukan oleh 4 orang

perawat saat shift sore ke shift malam yang terdiri dari 1 orang kepala

jaga dan 3 orang perawat pelaksana. Mahasiswa menemukan data

bahwa proses handover kurang berjalan dengan baik akibat kepala

jaga lupa untuk membagi tugas kelolaan kepada perawat shift

selanjutnya serta perawat shift sebelumnya kurang optimal membahas

kondisi pasien sesuai urutan SBAR terutama pada unsur R

(recommendation) dimana perawat a lupa untuk menyampaikan

rencana program pengambilan darah.

Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiwa profesi pada

tanggal 14 November 2019 saat pelaksanaan handover shift malam ke

shift pagi yang dilakukan oleh 7 orang perawat yang terdiri dari 1

orang kepala ruang, 1 orang katim dan 5 orang perawat pelaksana.

Saat proses handover 2 perawat pelaksana banyak yang melewatkan

unsur komunikasi A (assessment) dimana perawat c dan d tidak


menyampaikan kondisi pasien seperti tanda vital, skor nyeri, risiko

jatuh, status nutrisi dan kemampuan eliminasi.

Dari hasil wawancara pada tanggal 21 November 2019, 5 pasien

dan keluarga terdapat 3 orang merasa tidak puas terkait pelayanan

yang diberikan perawat, tidak tahu DPJP, tidak tahu penyakit serta

cara menanggulanginya.

Tabel. Kuesioner pelaksanaan handover pasien yang dilakukan

perawat di ruang Dahlia 5

NO TIDAK JARANG SERING SELALU


PERNAH
1 0% 0% 67,65 % 32,35 %
2 0% 0% 58,82 % 41,18 %
3 2,94 % 14,7 % 26,47 % 55,88 %
4 0% 14,7 % 61,76 % 23,53 %
5 0% 5,88 % 23,53 % 70,59 %
6 2,94 % 0% 2,94 % 94,12 %
7 0% 2,94 % 2,94 % 94,12 %
Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7

TIDAK PERNAH JARANG SERING SELALU

Grafik. Kuesioner pelaksanaan handover pasien yang dilakukan

perawat di ruang Dahlia 5

Berdasarkan kuesioner pelaksanaan handover pasien yang dilakukan

perawat di bangsal Dahlia 5 menunjukkan bahwa yang tidak pernah


tidak melakukan handover sebanyak 0 % sedangkan yang selalu

melakukan handover sebanyak 94,12 %.

2. Proses pendokumentasian asuhan keperawatan

Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa terkait

pencatatan perencanaan tindakan asuhan keperawatan di rekam medis

pada tanggal 11-13 November 2019 di nurse station dari 8 rekam

medis terdapat 6 rekam medis banyak tercantum kegiatan rutinitas

saja, sedangkan untuk perencanaan kegiatan tindakan keperawatan

sesuai dengan NCP atau masalah keperawatan yang muncul jarang

dicantumkan.

Data tersebut di dukung oleh data wawancara dengan 10 perawat

pada tanggal 12-14 November 2019 saat shift pagi dan sore yang

berada di bangsal Dahlia 5 didapatkan bahwa 7 perawat mengatakan

masih menuliskan kegiatan rutin seperti personal hygiene, memonitor

infus dan tanda-tanda vital pasien dan terkadang tidak mencantumkan

implementasi yang sesuai dengan NCP.

3. Pedoman kerja ruang Dahlia 5

a. Panduan komunikasi efektif

b. Panduan pelayanan tranfusi darah

c. Panduan pelayanan pasien terminal

d. Panduan risiko jatuh

e. Panduan identifikasi pasien

f. Panduan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi


g. Panduan penyakit menular

h. Panduan do not resuscitation (DNR)

i. Panduan tuberculosis

j. Panduan hak pasien dan keluarga

k. Panduan pelayanan CSSD

l. Panduan laundry

m. Panduan rencana pemulangan pasien

n. Panduan pelayanan pasien

4. Standar asuhan keperawatan (SAK)

a. Penyakit dalam

b. Penyakit anak

c. Penyakit bedah

D. Analisis Data

NO DATA FOKUS MASALAH


1 Berdasarkan hasil observasi Proses pelaksanaan handover di
mahasiswa profesi pada tanggal 11 ruang dahlia 5 kurang optimal
November 2019 terkait pelaksanaan terutama berkaitan dengan teknik
handover dari shift malam ke shift pelaksanaan serta komunikasi
pagi, di nurse station terlihat 4 SBAR yang digunakan oleh
perawat pelaksana belum perawat saat proses handover
melaksanakan komunikasi SBAR dilakukan.
dengan baik dan benar saat
pelaksanaan handover dilakukan.
Keempat perawat tersebut dua
diantaranya kurang optimal dalam
melaporkan unsur komunikasi
SBAR dibagian S (Situation)
dimana perawat a lupa menyebutkan
masalah keperawatan serta DPJP
pasien yang dikelolanya, perawat
kurang menyebutkan RM pasien,
usia pasien, diagnose medis pasien
serta masalah keperawatan yang
sudah atau belum teratasi.
Sedangkan untuk kedua perawat
yang lain kurang optimal dalam
penyampaian unsur komunikasi B
(backround) dimana perawat c dan
d tidak menyebutkan alat invasif
yang terpasang pada pasien, respon
pasien intervensi yang telah
dilakukan seperti respon nyeri atau
penurunan/peningkatan RR pasien,
reaksi tranfusi.
Hasil observasi mahasiswa profesi
pada tanggal 12 November 2019
terkait proses dan pelaksanaan
handover saat shift sore ke shift
malam terdapat 3 orang perawat
yang kurang fokus dalam proses
timbang terima. Dimana perawat a
dalam melaporkan pasien
kelolaannya saat shift sore waktunya
lebih dari lima menit per pasien
sehingga proses timbang terima
menjadi lama. Perawat b kurang
fokus dalam mendengarkan proses
hand over karena sibuk mengisi
buku injeksi, serta perawat c yang
tidak menyebutkan jenis cairan atau
terapi IVFD yang terpasang pada
pasien.
Hasil observasi mahasiswa profesi
pada tanggal 13 November 2019
terkait proses pelaksana handover
Mahasiswa menemukan data bahwa
proses handover kurang berjalan
dengan baik akibat kepala jaga lupa
untuk membagi tugas kelolaan
kepada perawat shift selanjutnya
serta perawat shift sebelumnya
kurang optimal membahas kondisi
pasien sesuai urutan SBAR terutama
pada unsur R (recommendation)
dimana perawat a lupa untuk
menyampaikan rencana program
pengambilan darah.
Hasil observasi yang dilakukan oleh
mahasiwa profesi pada tanggal 14
November 2019 saat pelaksanaan
handover shift malam ke shift pagi.
Saat proses handover 2 perawat
pelaksana banyak yang melewatkan
unsur komunikasi A (assessment)
dimana perawat c dan d tidak
menyampaikan kondisi pasien
seperti tanda vital, skor nyeri, risiko
jatuh, status nutrisi dan kemampuan
eliminasi.
Hasil wawancara dengan 6 perawat
pada tanggal 21 November 2019, 4
diantaranya mengatakan merasa
kurang memiliki motivasi dalam
pelaksanaan timbang terima,
ditambah lagi keterbatasan waktu
membuat perawat merasa kesulitan
dalam proses timbang terima dengan
lengkap. Hasil observasi yang
dilakukan oleh mahasiswa Ners saat
pelaksanaan timbang terima pada
tanggal 23 November 2019 jam
14.00 WIB, ditemukan kepala ruang
jarang memberikan reinforcement
positive kepada anggotanya saat
proses timbang terima, serta kurang
memberikan semangat kepada setiap
anggotanya. Selain itu, menurut hasil
observasi proses timbang terima
pada tanggal 23 November 2019 jam
21.00 yang dilakukan oleh
mahasiswa tampak perawat A tidak
fokus dalam pelaksanaan timbang
terima karena terburu-buru pulang,
perawat B dalam menyampaikan
laporan kelolaan tidak lengkap
karena tidak ada kepala ruang,
mengakibatkan komunikasi SBAR
kembali tidak diterapkan terutama
unsur S dan R.
Hasil wawancara yang dilakukan
oleh mahasiswa pada tanggal 22
November 2019 jam 16.00, perawat
C ketiakpelaksanaan timbang terima
memang banyak perawat yang
terkadang asik mengobrol sendiri
sehingga kirang fokus dalam
jalannya timbang terima. Perawat D
mengatakan karena sudah lelah
dalam mengelola pasien sehingga
kadang kurang mood dalam
melakukan timbang terima. Perawat
E mengatakan bahwa memang
kurang termotivasi dalam melakukan
proses timbang terima karena kurang
adanya reward khusus serta sudah
menjadi kebiasaan perawat ketika
pelaksanaan timbang terima sudah
seperti itu, sehingga mereka
mengikuti proses yang ada.
Dari hasil wawancara pada tanggal
21 November 2019, 5 pasien dan
keluarga terdapat 3 orang merasa
tidak puas terkait pelayanan yang
diberikan perawat, tidak tahu DPJP,
tidak tahu penyakit serta cara
menanggulanginya.

2 Hasil observasi yang dilakukan oleh Pelaksanaan proses


mahasiswa terkait pencatatan pendokumentasian asuhan
perencanaan tindakan asuhan keperawatan tidak sesuai teori
keperawatan di rekam medis pada dikarenakan tidak adanya
tanggal 11-13 November 2019 di panduan secara tertulis terkait
nurse station dari 8 rekam medis pendokumentasian serta
terdapat 6 rekam medis banyak kebiasaan perawat yang selalu
tercantum kegiatan rutinitas saja, menuliskan implementasi berupa
sedangkan untuk perencanaan kegiatan rutin sehingga tidak
kegiatan tindakan keperawatan sesuai dengan NCP dan kondisi
sesuai dengan NCP atau masalah klien terkini.
keperawatan yang muncul jarang
dicantumkan.
Data tersebut di dukung oleh data
wawancara dengan 10 perawat pada
tanggal 12-14 November 2019 saat
shift pagi dan sore yang berada di
bangsal Dahlia 5 didapatkan bahwa
7 perawat mengatakan masih
menuliskan kegiatan rutin seperti
personal hygiene, memonitor infus
dan tanda-tanda vital pasien dan
terkadang tidak mencantumkan
implementasi yang sesuai dengan
NCP.
Fish Bone Diagram

METHOD MATERIAL
Pelaksanaan
handover Belum ada Belum ada form
belum optimal langkah/cara evaluasi
Kurang handover dengan Handover yang
optimalnya benar baik dan benar
penggunaan
teknik
handover di Handover merupakan kebiasaan
bangsal
pengalaman
masa kerja

MAN
Analisis SWOT

No Problem S (kekuatan) W (kelemahan) O (kesempatan) T (hambatan)


1 Proses pelaksanaan  Edukasi mudah  Tidak adanya  Bekerjasama  Belum ada
handover di ruang dilakukan sosialisasi serentak untuk form evaluasi
dahlia 5 kurang optimal  Tidak memakan kepada perawat terkait merekomend handover
terutama berkaitan waktu lama pelaksanaan hand over asikan
dengan teknik  Mudah dilakukan  Hanya ada SOP yang dengan
pelaksanaan serta mengatur tentang kepala ruang
komunikasi SBAR yang komunikasi efektif untuk
digunakan oleh perawat yang baik dan benar pemberian
saat proses handover secara umum sehingga edukasi
dilakukan. dirasa cukup dengan melalui
hanya 1 peraturan sosialisasi
terkait
penggunaan
teknik
handover
yang baik
dan benar
 Bekerjasama
dengan
kepala ruang
terkait
pembuatan
form evaluasi
handover
2 Pelaksanaan proses  Sudah ada form yang bisa  Kurangnya  Adanya  Dapat
pendokumentasian digunakan kesadaran perawat mahasiswa menimbulkan
asuhan keperawatan  Tidak memakan waktu untuk membuat praktikan miss
tidak sesuai teori lama askep sesuai kondisi  Adanya komunikasi
dikarenakan tidak  Mudah dilakukan terkini pasien perawat yang
adanya panduan secara melengkapi
tertulis terkait dokumentasi
pendokumentasian serta asuhan
kebiasaan perawat yang keperawatan
selalu menuliskan
implementasi berupa
kegiatan rutin sehingga
tidak sesuai dengan
NCP dan kondisi klien
terkini.
E. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan perawat terhadap

handover pasien yang diberikan kepada 10 orang perawat di bagsal

dahlia 5 dalam melakukan handover pasien belum dilakukan oleh

perawat secara maksimal. Hal ini terjadi karena faktor ketidaktahuan

atau kurangnya pengetahuan perawat dalam menjalankan handover.

Berdasarkan hasil observasi secara langsung dan wawancara kepada 8

orang perawat pada tanggal 13 November 2019 perawat di bangsal

Dahlia 5 mengatakan tidak pernah mengikuti pelatihan tentang

handover dan belum pernah ada sosialisasi terkait handover yang

efektif antar pemberi layanan kesehatan serta tidak dilakukannya

evaluasi terhadap kegiatan handover pasien. Berdasarkan hasil

observasi mahasiswa profesi pada tanggal 11 November 2019 terkait

pelaksanaan handover dari shift malam ke shift pagi, di nurse station

terlihat 4 perawat pelaksana belum melaksanakan komunikasi SBAR

dengan baik dan benar saat pelaksanaan handover dilakukan. Keempat

perawat tersebut dua diantaranya kurang optimal dalam melaporkan

unsur komunikasi SBAR dibagian S (Situation) dimana perawat a

lupa menyebutkan masalah keperawatan serta DPJP pasien yang

dikelolanya, perawat kurang menyebutkan RM pasien, usia pasien,

diagnose medis pasien serta masalah keperawatan yang sudah atau

belum teratasi. Sedangkan untuk kedua perawat yang lain kurang

optimal dalam penyampaian unsur komunikasi B (backround)


dimana perawat c dan d tidak menyebutkan alat invasif yang terpasang

pada pasien, respon pasien intervensi yang telah dilakukan seperti

respon nyeri atau penurunan/peningkatan RR pasien, reaksi tranfusi.

Hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 12 November 2019

terkait proses dan pelaksanaan handover saat shift sore ke shift malam

terdapat 3 orang perawat yang kurang fokus dalam proses timbang

terima. Dimana perawat a dalam melaporkan pasien kelolaannya saat

shift sore waktunya lebih dari lima menit per pasien sehingga proses

timbang terima menjadi lama. Perawat b kurang fokus dalam

mendengarkan proses hand over karena sibuk mengisi buku injeksi,

serta perawat c yang tidak menyebutkan jenis cairan atau terapi IVFD

yang terpasang pada pasien. Hasil observasi mahasiswa profesi pada

tanggal 13 November 2019 terkait proses pelaksana handover

Mahasiswa menemukan data bahwa proses handover kurang berjalan

dengan baik akibat kepala jaga lupa untuk membagi tugas kelolaan

kepada perawat shift selanjutnya serta perawat shift sebelumnya

kurang optimal membahas kondisi pasien sesuai urutan SBAR

terutama pada unsur R (recommendation) dimana perawat a lupa

untuk menyampaikan rencana program pengambilan darah. Hasil

observasi yang dilakukan oleh mahasiwa profesi pada tanggal 14

November 2019 saat pelaksanaan handover shift malam ke shift pagi.

Saat proses handover 2 perawat pelaksana banyak yang melewatkan

unsur komunikasi A (assessment) dimana perawat c dan d tidak


menyampaikan kondisi pasien seperti tanda vital, skor nyeri, risiko

jatuh, status nutrisi dan kemampuan eliminasi. Hasil wawancara

dengan 6 perawat pada tanggal 21 November 2019, 4 diantaranya

mengatakan merasa kurang memiliki motivasi dalam pelaksanaan

timbang terima, ditambah lagi keterbatasan waktu membuat perawat

merasa kesulitan dalam proses timbang terima dengan lengkap. Hasil

observasi yang dilakukan oleh mahasiswa Ners saat pelaksanaan

timbang terima pada tanggal 23 November 2019 jam 14.00 WIB,

ditemukan kepala ruang jarang memberikan reinforcement positive

kepada anggotanya saat proses timbang terima, serta kurang

memberikan semangat kepada setiap anggotanya. Selain itu, menurut

hasil observasi proses timbang terima pada tanggal 23 November

2019 jam 21.00 yang dilakukan oleh mahasiswa tampak perawat A

tidak fokus dalam pelaksanaan timbang terima karena terburu-buru

pulang, perawat B dalam menyampaikan laporan kelolaan tidak

lengkap karena tidak ada kepala ruang, mengakibatkan komunikasi

SBAR kembali tidak diterapkan terutama unsur S dan R. Hasil

wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa pada tanggal 22

November 2019 jam 16.00, perawat C ketiakpelaksanaan timbang

terima memang banyak perawat yang terkadang asik mengobrol

sendiri sehingga kirang fokus dalam jalannya timbang terima. Perawat

D mengatakan karena sudah lelah dalam mengelola pasien sehingga

kadang kurang mood dalam melakukan timbang terima. Perawat E


mengatakan bahwa memang kurang termotivasi dalam melakukan

proses timbang terima karena kurang adanya reward khusus serta

sudah menjadi kebiasaan perawat ketika pelaksanaan timbang terima

sudah seperti itu, sehingga mereka mengikuti proses yang ada. Dari

hasil wawancara pada tanggal 21 November 2019, 5 pasien dan

keluarga terdapat 3 orang merasa tidak puas terkait pelayanan yang

diberikan perawat, tidak tahu DPJP, tidak tahu penyakit serta cara

menanggulanginya.

F. Prioritas Masalah

Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas


Proses pelaksanaan handover di 4 5 3 5 5 22 1
ruang dahlia 5 kurang optimal
terutama berkaitan dengan
teknik pelaksanaan serta
komunikasi SBAR yang
digunakan oleh perawat saat
proses handover dilakukan.
Pelaksanaan proses 5 4 3 4 4 21 2
pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak sesuai teori
dikarenakan tidak adanya
panduan secara tertulis terkait
pendokumentasian serta
kebiasaan perawat yang selalu
menuliskan implementasi
berupa kegiatan rutin sehingga
tidak sesuai dengan NCP dan
kondisi klien terkini.

Skor tertinggi menunjukkan prioritas


Metode pembobotan memperhatikan aspek-aspek berikut :

a. Magnitude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah

b. Severity (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan

c. Manageability (Mn) : Kemungkinan masalah bisa dipecahkan

d. Nursing consenc (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat

e. Affordability (Af) : Ketersediaan sumber daya

G. Alternatif penyelesaian masalah

Tabel. Seleksi alternatif penyelesaian masalah


Metode CARL (Capability, Accebility, Readness, Leverage)

dengan menggunakan skore nilai 1 (tidak mampu), 2 (cukup mampu), 3

(mampu), 4 (sangat mampu). Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :

C : Ketersediaan sumber daya (dana dan saran / peralatan)

A :Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak kemudahan dapat

didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang

pelaksanaan seperti peraturan atau tujuan pelaksana.

R : Kesiapan dari tenaga pelaksanaan maupun kesiapan sasaran seperti

keahlian/kemampuan dan motivasi.

L : Seberapa besar pengaruh criteria yang satu dengan yang lain dalam

pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau

prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.

No Alternatif Pemecahan C A R L Skor


Masalah
1 Rekomendasi pembuatan form 4 4 3 3 144
evaluasi handover pasien
diruang perawat dahlia 5
2 Rekomendasi pelaksanaan 4 3 3 108
roleplay handover serta aplikasi
form evaluasi handover
POA (PLAIN OF ACTION)

No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Metode Tempat KPI PJ


1. Mencari literature Untuk membuat Mahasiswa 13-16 Pengkajian Perpustakaan 100%, yaitu Ririn
terkait proses
kegiatan handover rekomendasi kegiatan profesi November di bangsal dan bangsal mahasiswa
serta evaluasinya
handover yang berlaku Ners 27 2019 Dahlia 5, Dahlia 5 memperoleh

di RS & form evaluasi study literature yang

handover. literature akurat terkait

proses handover

dan form

evaluasi

handover
2. Pembuatan form Membantu Kepala Mahasiswa 16 Diskusi Perpustakaan 100%, yaitu Desy
evaluasi proses
handover Ruang untuk November dan study terbentuknya

mengevaluasi proses 2019 literature form evaluasi

handover pasien di handover

ruang Dahlia 5
3. Melakukan Agar perawat dapat Perawat 20-21 Presentasi Nurse station 80%, yaitu 8 dari Siska
sosialisasi terkait memaksimalkan bangsal November Dahlia 5 12 perawat dapat
handover yang baik
dan benar pemahaman dan Dahlia 5 2019 hadir dan

kesadaran dalam memperhatikan

pelaksanaan handover sosialisasi terkait

handover yang

baik dan benar


4. Role play proses Sebagai acuan terkait Kepala 27 Roleplay Nurse station 80%, yaitu Robain,
handover serta
pengaplikasian handover agar dapat ruang & November Dahlia 5 dimana 8 dari 12
form evaluasi
diterapkan di bangsal perawat 2019 perawat bersedia
handover di
Bangsal Dahlia 5 dan Kepala Ruang bangsal mengaplikasikan

dapat memiliki Dahlia 5 jalannya

gambaran handover sesuai

pengaplikasian evaluasi teori serta

handover tersebut Kepala Ruang

bersedia
mengaplikasikan

form evaluasi

handover dengan

sesuai teori
5. Evaluasi Untuk mengetahui Perawat 27-30 Observasi Bangsal 80%, yaitu 8 dari Niken,
pelaksanaan
handover di Ruang sesuai atau tidaknya bangsal November Dahlia 5 12 perawat Tiara
Dahlia 5
proses hand over di Dahlia 5 2019 mampu

ruangan Dahlia 5 melakukan

setelah dilakukan handover dengan

proses role play dan baik dan benar

proses sosialisasi sesuai teori


6. Evaluasi Untuk mengetahui Kepala 27-30 Obeservasi Bangsal 70 % yakni karu
pengaplikasian
form evaluasi hand pelaksanaan form ruang dan November Dahlia 5 dan katim
over di ruang
evaluasi handover oleh ketua tim 2019 mengaplikasikan
Dahlia 5
kepala ruang dan ketua form tersebut
tim sebanyak 2 kali

dalam sehari

selama 4 hari

observasi.
Time Line Kegiatan Mahasiswa Stase Manajemen Keperawatan di
BAB IV
Bangsal Dahlia 5IMPLEMENTASI
pada tanggal 11 November – 7 Desember 2019
DAN EVALUASI

A. TIMELINE KEGIATAN

No Kegiatan 11 12 13 14 15Time
16 Line
17 Kegiatan
18 19 Mahasiswa
20 21 22 Stase
23 Manajemen
24 25 26 Keperawatan
27 28 29 di 30 1 2 3 4 5 6 7

1. Pengkajian Bangsal Dahlia 5 pada tanggal 11 November – 7 Desember 2019

2. Mentoring

3. MTE
4. Presentasi
jurnal
5. Presentasi
hasil
pengkajian
dan POA
kegiatan
inovasi
6. Revisi
laporan
7. Ronde
keperawatan
8. Askep 1 pre
conference
9. Askep 2 pre
conference
10. ACC hasil
POA
11. Penyusunan
form
evaluasi
hand over
12. Laporan
conference
dan post
conference
askep 1
13. Laporan
conference
dan post
conference
askep 2
14. Konsultasi
form
evaluasi
hand over
15. Sosialisasi
POA
(komunikasi
SBAR dalam
handover)
16. Revisi form
evaluasi
hand over
17. Role play
DOMS
18. Role play
POA
19. Evaluasi
POA
(roleplay dan
form
roleplay)
20. Penyusunan
laporan bab
4-5
21. Presentasi
hasil
22. Revisi
laporan hasil
23. Refleksi

24. Portofolio
B. IMPLEMENTASI KEGIATAN

Implementasi kegiatan dilakukan pada minggu II dan III selama stase

manajemen keperawatan. Implementasi yang dilakukan mengacu pada POA yang

dibuat sebelumnya. Kegiatan implementasi yang dilakukan ada 4 yakni sosialisasi

proses handover kepada perawat Dahlia 5, proses roleplay handover yang baik

dan benar oleh mahasiswa & pengaplikasian lembar form evaluasi kegiatan

handover oleh kepala ruang atau ketua tim, evaluasi pelaksanaan handover

perawat dahlia 5 oleh mahasiswa, serta evaluasi pelaksanaan form evaluasi

handover oleh mahasiswa kepada kepala ruang dan katim.

Pelaksanan sosialisasi handover dilakukan sebanyak 2 hari yakni tanggal

20-21 November 2019, jumlah perawat yang mengikuti kegiatan sosialisasi

sebanyak 10 dari 12 perawat di ruang Dahlia 5. Selama pelaksanaan sosialisasi

handover oleh mahasiswa tampak perawat antusias dan memperhatikan materi

yang disampaikan, ditandai dengan sesi tanya jawab yang dilakukan oleh perawat

dengan mahasiswa setelah proses sosialisasi dilakukan dimana 4-5 perawat

menanyakan terkait unsur komunikasi SBAR dan pengaplikasiannya. Hasil dari

sosialisasi menunjukkan bahwa 83% bersedia hadir dan tertarik dengan kegiatan

sosialisasi yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Febrianti,dkk

(2017) bahwa pelaksanaan sosialisasi terkait handover dan komunikasi SBAR

adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menarik minat, pemahaman

dan motivasi perawat ruang rawat inap dalam melakukan kegiatan timbang terima

dengan baik dan benar.


Pada pelaksanaan roleplay handover sesuai teori oleh mahasiswa pada

tanggal 27 November 2019 jam 08.00 dan jam 14.00 wib kami melihat 6-8

perawat memperhatikan dengan seksama pelaksanaan roleplay handover yang

mahasiswa contohkan. Terdapat 5 perawat yang antusias dan memberikan

feedback positif kepada mahasiswa yang meroleplaykan proses handover, perawat

tersebut secara langsung menyampaikan bersedia untuk mencoba menerapkan

pelaksanaan handover dan komunikasi SBAR sesuai teori yang dicontohkan.

Hasil kegiatan roleplay yang dilakukan oleh mahasiswa 80% tercapai ditandai

dengan 5-8 perawat bersedia untuk menerapkan kegiatan handover dan

komunikasi SBAR sesuai teori dan kepala ruang bersedia untuk menerapkan form

evaluasi handover sesuai teori yang telah dicontohkan sebelumnya. Hal ini selaras

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, Yulirocita, Hidayat (2018)

bahwa kegiatan roleplay handover di bangsal X RSUD ciamis tahun 2018 mampu

meningkatkan motivasi perawat untuk melaksanakan proses timbang terima sesuai

prosedur dan teori yang ada sebanyak 55 % dari sebelumnya yang hanya berkisar

38 %.

Pelaksanaan kegiatan evaluasi handover perawat Dahlia 5 oleh mahasiswa

dilakukan selama 4 hari pada tanggal 27-30 November 2019, pada kegiatan ini

mahasiswa melakukan observasi setiap perawat melakukan kegiatan handover

terutama saat pagi dan siang hari. Selama kegiatan dilakukan mahasiswa

menemukan pada hari 1 terlihat 3 dari 5 perawat shift pagi semangat dan sudah

menerapkan kegiatan dan komunikasi SBAR saat handover dengan baik,

sedangkan pada siang hari terlihat perawat masih belum melakukan tindakan
handover dan komunikasi SBAR sesuai dengan teori, dimana terdapat unsur

komunikasi SBAR yang terlewat seperti unsur S dan unsur B.

Pada hari ke 2 terlihat 1 dari 5 perawat shift pagi semangat dan sudah menerapkan

kegiatan dan komunikasi SBAR saat handover perawat mulai menerapkan unsur S

dan B lebih lengkap dari sebelumnya namun ada perawat yang masih lupa dan

sedikit tidak terbiasa untuk menerapkan komunikasi SBAR yang baik dan benar

sedangkan untuk shift siang terdapat 1 dari 2 perawat sudah menerapkan tindakan

handover dan komunikasi SBAR dengan benar.

Pada hari ke 3 dan 4 terlihat 2 dari 5 perawat shift pagi sudah menerapkan

komunikasi SBAR saat handover secara bertahap mereka menyampaikan unsur S,

B, A, R lebih lengkap dari sebelumnya sedangkan shift siang masih belum

menerapkan komunikasi SBAR dengan lengkap dan benar.

Berdasarkan data observasi tersebut diketahui bahwa sebanyak 7 perawat

sudah mulai menerapkan kegiatan handover dan komunikasi SBAR dengan

lengkap dan benar sesuai teori. Pada tahap ini target pencapaian evaluasi

pelaksanaan handover oleh perawat dahlia yang dilakukan masih belum tercapai.

Hal ini dapat berkaitan dengan kurangnya motivasi dalam pelaksanaan

komunikasi SBAR serta kebiasaan perawat menyebabkan perawat sulit untuk

menerapkan kegiatan handover dan komunikasi SBAR. Hal ini sesuai dengan

penelitian Sulistiyawati (2018) bahwa evaluasi pelaksanaan handover di ruang

Melati RS. X di Blitar mencapai 67 % dimana memiliki arti kurang baik yang

disebabkan oleh rendahnya motivasi perawat di ruangan tersebut, motivasi pada

dasarnya akan meningkatkan performa kerja perawat terutama dalam proses


handover akan tetapi kurangnya minat dan motivasi pada perawat dapat

menurunkan performa peran perawat itu sendiri.

Pelaksanaan evaluasi kegiatan pengaplikasian form evaluasi handover oleh

kepala ruang dan ketua tim. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa selama 4 hari

yakni pada tanggal 27-30 November 2019 dengan menggunakan metode

observasi. Selama kegiatan observasi kepala ruangan tindak mengisi form

evaluasi handover. Hal ini mungkin disebabkan beban kerja kepala ruangan yang

tinggi sehingga tidak sempat mengisi form evaluasi handover yang sudah

dilakukan selama 4 hari. Menurut Asdiyatul (2016), beban kerja yang tinggi

menyebabkan perawat tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya.

C. EVALUASI

1. Sosialisasi handover yang baik dan benar

Proses sosialisasi handover yang baik dan benar dilakukan kepada 10

orang perawat di bangsal Dahlia 5 pada tanggal 20 dan 21 November 2019.

Sosialiasi handover ini dilaksanakan pada saat operan jaga sehingga perawat

yang akan menjalani shift sebelumnya maupun perawat yang shift selanjutnya

bisa tersosialisasikan. Hal yang disosialisasikan kepada perawat yaitu

mengenai handover yang baik dan benar dengan menggunakan komunikasi

SBAR yang lengkap sesuai dengan teori di buku Nursalam 2016.

Target capaian kegiatan sosialisasi adalah 80%, yaitu 8 dari 12 perawat

dapat hadir dan memperhatikan sosialisasi terkait handover yang baik dan

benar setelah dilakukan sosialisasi pada 2 hari itu, target sosialisasi handover
yang baik dan benar sudah tercapai, hal ini dapat dilihat dari daftar hadir

perawat dimana perawat yang hadir sebanyak 10 orang (83%).

Dalam kegiatan sosialisasi ini tidak terdapat hambatan karena semua

perawat yang disosialisasikan dapat mengikuti dan memperhatikan dengan

baik serta beberapa perawat tampak antusias selama proses sosialisasi dengan

memberikan respon positif terhadap pelaksanaan sosialisasi juga memberikan

pertanyaan terkait materi sosialisasi yang sudah disampaikan. Setelah

sosialisasi dilakukan maka rencana tindak lanjutnya yaitu melakukan roleplay

sesuai materi sosialisasi yang telah diberikan.

2. Role play serta pengaplikasian form evaluasi handover

Proses role play serta pengaplikasian form evaluasi handover dilaksanakan

pada hari Rabu, 27 November 2019. Dalam pelaksanaan role play serta

pengaplikasian form evaluasi handover ini target capaian kegiatannya adalah

80%, yaitu 8 dari 12 perawat dapat mengaplikasikan jalannya handover. Hasil

kegiatan role play serta pengaplikasian form evaluasi handover yang sudah

dilakukan oleh mahasiswa coners UMY didapatkan 80% target sudah tercapai

ditandai dengan 5-8 perawat bersedia untuk menerapkan kegiatan handover

dan komunikasi SBAR sesuai teori yang sudah diberikan serta kepala ruang

dan katim bersedia untuk menerapkan form evaluasi handover sesuai teori

yang sudah dicontohkan sebelumnya.

Dalam proses role play serta pengaplikasian form evaluasi handover yang

sudah dilakukan ini tidak terdapat hambatan dalam pelaksanaannya. Proses

role play dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala. Untuk rencana tindak
lanjutnya yaitu dengan mengevaluasi pelaksanaan handover di ruang Dahlia 5

pada tanggal 27-30 November 2019 yang mana kegiatan tersebut untuk

mengetahui sudah sesuai atau tidaknya proses handover di ruang Dahlia 5

setelah dilakukan sosialisasi dan role play.

3. Evaluasi pelaksanaan handover di ruang Dahlia 5

Pelaksanaan kegiatan evaluasi handover pada perawat Dahlia 5 oleh

mahasiswa dilakukan selama 4 hari pada tanggal 27-30 November 2019, pada

kegiatan evaluasi pelaksanaan ini mahasiswa melakukan observasi setiap

perawat melakukan kegiatan handover terutama saat pagi dan siang hari.

Target evaluasi handover di ruang Dahlia 5 yaitu sebesar 80% yakni 8 dari 12

perawat mampu melakukan handover dengan baik dan benar sesuai teori

namun target ini belum bisa tercapai dikarenakan selama kegiatan dilakukan

mahasiswa menemukan pada hari 1 terlihat 3 dari 5 perawat shift pagi

semangat dan sudah menerapkan kegiatan dan komunikasi SBAR saat

handover dengan baik, sedangkan pada siang hari terlihat perawat masih

belum melakukan tindakan handover dan komunikasi SBAR sesuai dengan

teori, dimana terdapat unsur komunikasi SBAR yang terlewat seperti unsur S

dan B. Pada hari ke 2 terlihat 1 dari 5 perawat shift pagi semangat dan sudah

menerapkan kegiatan dan komunikasi SBAR saat handover, sedangkan pada

siang hari terlihat 1 dari 2 perawat sudah melakukan tindakan handover dan

komunikasi SBAR sesuai dengan teori. Pada hari ke 3 dan 4 terlihat 2 dari 5

perawat sudah menerapkan komunikasi SBAR saat handover secara bertahap,

mereka menerapkan unsur SBAR lebih lengkap dari sebelumnya, sedangkan


pada shift siang belum menerapkan. Dari target 8 dari 12 perawat mampu

melakukan handover dengan baik dan benar hanya terdapat 7 orang perawat

yang bisa melakukan hand over dengan baik dan benar hal ini dapat diartikan

bahwa target evaluasi handover di bangsal Dahlia 5 belum tercapai. Hambatan

dalam pelaksanaan evaluasi handover ini adalah masih kurangnya motivasi

perawat dalam menerapkan handover secara benar. Untuk solusi dari

kurangnya motivasi perawat dalam pelaksanaan handover ini adalah sebaiknya

dari kepala ruangan memberikan reward dan punishment kepada perawat

setiap pelaksanaan handover di ruangan Dahlia 5. Tindak lanjut yang akan

dilakukan yaitu melakukan evaluasi pengaplikasian form evaluasi handover.

4. Evaluasi kegiatan pengaplikasian form evaluasi handover

Pelaksanaan evaluasi kegiatan pengaplikasian form evaluasi handover

dilaksanakan selama 4 hari pada tanggal 27-30 November 2019 dengan

menggunakan metode observasi untuk pelaksanaan evaluasi kegiatan

pengaplikasian form evaluasi handover ini dilakukan oleh kepala ruang dan

juga ketua tim. Berdasarkan target dari kegiatan evaluasi pengaplikasian form

evaluasi handover target kami yaitu sebesar 70% dimana kepala ruang dan

katim dapat mengaplikasikan form tersebut sebanyak 2 kali dalam sehari

selama 4 hari observasi. Target ini belum tercapai karena menurut hasil

observasi kami, kepala ruang dan katim tidak mengisi form evaluasi handover.

Hambatan dari kegiatan ini adalah karena beban kerja kepala ruang yang

tinggi sehingga tidak sempat mengisi form evaluasi handover yang sudah

dilakukan selama 4 hari. Solusi untuk kegiatan ini sebaiknya kepala ruang dan
katim saling mengingatkan satu sama lain dan berbagi tugas ketika kepala

ruang sibuk atau tidak ada di ruangan maka katim yang melakukan evaluasi

kegiatan handover menggunakan form evaluasi handover tersebut dan juga

sebaliknya.

A. Kesimpulan

1.Sosialisasi handover

Dalam proses sosialisasi handover target capaian dalam

kegiatannya sudah tercapai yaitu 83%, hal ini dapat dilihat dari daftar

hadir perawat dimana perawat yang hadir sebanyak 10 dari 12 perawat

yang berada di ruang Dahlia 5. Perawat juga terlihat antusias dalam

proses sosialisasi yang dilakukan oleh mahasiswa, dibuktikan dengan

respon positif dari beberapa perawat yang memberikan pertanyaan

terkait materi sosialisasi.

2.Role play serta pengaplikasian form evaluasi handover

Proses role play serta pengaplikasian form evaluasi handover target

capaian kegiatannya sebesar 80%, hal ini dapat dilihat sebanyak 8 dari

12 perawat dapat mengaplikasikan handover, sedangkan

pengaplikasian form evaluasi handover didapatkan 80% target capaian,

ditandai dengan 5-8 dari 12 perawat bersedia menerapkan kegiatan

handover dan komunikasi SBAR sesuai dengan teori.

3.Evaluasi pelaksanaan handover


Target capaian dalam evaluasi pelaksanaan handover yaitu sebesar

80%, hal ini dapat dilihat sebanyak 8 dari 12 perawat mampu

melakukan handover sesuai dengan teori. Tetapi target ini belum

tercapai karena berdasarkan observasi mahasiswa menemukan masih

terlihat perawat yang belum melakukan tindakan handover dan

komunikasi SBAR sesuai dengan teori dimana terdapat unsur

komunikasi SBAr yang terlewat seperti unsur S dan B. Dari target 8

dari 12 perawat mampu melakukan handover dengan baik dan benar

hanya terdapat 7 orang perawat yang bisa melakukan hand over

dengan baik dan benar hal ini dapat diartikan bahwa target evaluasi

handover di bangsal Dahlia 5 belum tercapai

4.Evaluasi kegiatan pengaplikasian form evaluasi handover

Berdasarkan target capaian dari kegiatan evaluasi pengaplikasian

form evaluasi handover target kami yaitu 70% dimana kepala ruang

dan katim dapat mengaplikasikan form tersebut sebanyak 2 kali dalam

sehari selama 4 hari observasi, namun target ini belum tercapai karena

menurut hasil observasi kami, kepala ruang dan katim tidak mengisi

form evaluasi handover.

B.Saran

1. Sosialisasi handover
Diharapkan kepala ruang dan katim selalu mengingatkan kepada

perawat ketika perawat lupa tentang handover yang baik dan benar

sesuai dengan teori

2. Role play serta pengaplikasian form evaluasi handover

Diharapkan seluruh perawat di ruang Dahlia 5 selalu menerapkan

handover dan komunikasi SBAR sesuai teori sehingga tidak ada data

pasien yang tertinggal saat dilakukan handover.

3. Evaluasi pelaksanaan handover

Diharapkan kepala ruang dan katim selalu mengingatkan ketika

perawat membacakan hasil asuhan keperawatannya agar selalu

menggunakan komunikasi SBAR dan kepala ruangan memberikan

reward serta punishment kepada perawat setiap pelaksanaan handover

di ruangan Dahlia 5

4. Evaluasi kegiatan pengaplikasian form evaluasi handover

Diharapkan kepala ruang dan katim saling mengingatkan satu sama

lain dan berbagi tugas ketika kepala ruang sibuk atau tidak ada di

ruangan maka katim yang melakukan evaluasi kegiatan handover

menggunakan form evaluasi handover tersebut dan juga sebaliknya.


Daftar Pustaka

Devi, Nurmalia. 2014. Fungsi Manajemen Keperawatan dalam Aplikasi

Mentoring Budaya Keselamatan Pasien. Jurusan Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Dipenogoro.

Mugiarti, Sri. 2016. Manajemen dan Praktik Kepemimpinan dalam Praktik

Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik Kesehatan

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Sitorus. 2016. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta:

EGC
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 11 November

2019 terkait pelaksanaan handover dari shift malam ke shift pagi, di nurse station

terlihat 4 perawat pelaksana belum melaksanakan komunikasi SBAR dengan baik

dan benar saat pelaksanaan handover dilakukan. Keempat perawat tersebut dua

diantaranya kurang optimal dalam melaporkan unsur komunikasi SBAR dibagian

S (Situation) dimana perawat a lupa menyebutkan masalah keperawatan serta

DPJP pasien yang dikelolanya, perawat kurang menyebutkan RM pasien, usia

pasien, diagnose medis pasien serta masalah keperawatan yang sudah atau belum

teratasi. Sedangkan untuk kedua perawat yang lain kurang optimal dalam

penyampaian unsur komunikasi B (backround) dimana perawat c dan d tidak

menyebutkan alat invasif yang terpasang pada pasien, respon pasien intervensi

yang telah dilakukan seperti respon nyeri atau penurunan/peningkatan RR pasien,

reaksi tranfusi.

Hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 12 November 2019 terkait proses

dan pelaksanaan handover saat shift sore ke shift malam terdapat 3 orang perawat

yang kurang fokus dalam proses timbang terima. Dimana perawat a dalam

melaporkan pasien kelolaannya saat shift sore waktunya lebih dari lima menit per

pasien sehingga proses timbang terima menjadi lama. Perawat b kurang fokus

dalam mendengarkan proses hand over karena sibuk mengisi buku injeksi, serta

perawat c yang tidak menyebutkan jenis cairan atau terapi IVFD yang terpasang

pada pasien.
Hasil observasi mahasiswa profesi pada tanggal 13 November 2019 terkait proses

pelaksana handover Mahasiswa menemukan data bahwa proses handover kurang

berjalan dengan baik akibat kepala jaga lupa untuk membagi tugas kelolaan

kepada perawat shift selanjutnya serta perawat shift sebelumnya kurang optimal

membahas kondisi pasien sesuai urutan SBAR terutama pada unsur R

(recommendation) dimana perawat a lupa untuk menyampaikan rencana program

pengambilan darah.

Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiwa profesi pada tanggal 14 November

2019 saat pelaksanaan handover shift malam ke shift pagi. Saat proses handover 2

perawat pelaksana banyak yang melewatkan unsur komunikasi A (assessment)

dimana perawat c dan d tidak menyampaikan kondisi pasien seperti tanda vital,

skor nyeri, risiko jatuh, status nutrisi dan kemampuan eliminasi.

Hasil wawancara dengan 6 perawat pada tanggal 21 November 2019, 4

diantaranya mengatakan merasa kurang memiliki motivasi dalam pelaksanaan

timbang terima, ditambah lagi keterbatasan waktu membuat perawat merasa

kesulitan dalam proses timbang terima dengan lengkap. Hasil observasi yang

dilakukan oleh mahasiswa Ners saat pelaksanaan timbang terima pada tanggal 23

November 2019 jam 14.00 WIB, ditemukan kepala ruang jarang memberikan

reinforcement positive kepada anggotanya saat proses timbang terima, serta

kurang memberikan semangat kepada setiap anggotanya. Selain itu, menurut hasil

observasi proses timbang terima pada tanggal 23 November 2019 jam 21.00 yang

dilakukan oleh mahasiswa tampak perawat A tidak fokus dalam pelaksanaan

timbang terima karena terburu-buru pulang, perawat B dalam menyampaikan


laporan kelolaan tidak lengkap karena tidak ada kepala ruang, mengakibatkan

komunikasi SBAR kembali tidak diterapkan terutama unsur S dan R. Hasil

wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa pada tanggal 22 November 2019 jam

16.00, perawat C ketiakpelaksanaan timbang terima memang banyak perawat

yang terkadang asik mengobrol sendiri sehingga kirang fokus dalam jalannya

timbang terima. Perawat D mengatakan karena sudah lelah dalam mengelola

pasien sehingga kadang kurang mood dalam melakukan timbang terima. Perawat

E mengatakan bahwa memang kurang termotivasi dalam melakukan proses

timbang terima karena kurang adanya reward khusus serta sudah menjadi

kebiasaan perawat ketika pelaksanaan timbang terima sudah seperti itu, sehingga

mereka mengikuti proses yang ada. Dari hasil wawancara pada tanggal 21

November 2019, 5 pasien dan keluarga terdapat 3 orang merasa tidak puas terkait

pelayanan yang diberikan perawat, tidak tahu DPJP, tidak tahu penyakit serta cara

menanggulanginya.
Lampiran 2. Kuesioner Pengetahuan Perawat Tentang Handover Pasien

Kuesioner Pengetahuan Perawat Tentang Handover pasien


Petunjuk:
a. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab
pertanyaan
b. Berikan tanda centang (√) pada jawaban yang anda anggap benar

No. Pertanyaan Benar Salah


1 Handover adalah komunikasi dan serah terima antara
perawat pada shift pagi, sore, dan malam
2 Tujuan hand over adalah untuk menyusun rencana
kerja untuk shift sebelumnya
3 Jika kepala ruangan atau ketua tim ada, maka perawat
pelaksana dapat memimpin ronde ke kamar pasien
4 Saat handover kepala ruangan tidak mempersilahkan
ketua tim untuk memimpin operan di dalam tim nya
masing-masing
5 Laporan pasien tidak menggunakan pendekatan
SBAR (situation, background, assessment,
recommendation)
6 Ketua tim bertugas untuk menyampaikan tindakan
keperawatan yang sudah dan belum dilakukan
7 Kepala ruangan tidak bertugas untuk merangkum
informasi operan
8 Handover sangat penting dilakukan dan jika tidak
dilaksanakan maka akan menimbulkan dampak yang
negatif pada pelayanan kesehatan
9 Saat kepala ruangan berada di ruangan, maka ketua
tim memimpin doa bersama saat handover
10 Kepala ruangan bertugas untuk memberikan saran
dan tindak lanjut

Lampiran 3. Form Evaluasi Prosedur Timbang terima

EVALUASI PROSEDUR TIMBANG TERIMA


TAHAP KEGIATAN YA TIDAK
Preconferens 1. Timbang terima dilakukan setiap
pergantian shift/ operan
2. Prinsip timbang terima, semua pasien
baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya
pasien yang memiliki permasalahan
yang belum/ dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut
3. PA/ PP menyampaikan timbang
terima kepada PP, terkait:
a. Aspek umum
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan diagnosis
medis
d. Data (keluhan/subjektif dan
objektif)
e. Masalah keperawatan yang masih
muncul
f. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
g. Intervensi kolaboratif dan
dependen
h. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang,
dan program lainnya)
Conferens Nurse Station
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif
jaga)
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan
3. Kepala ruang membuka acara
timbang terima
4. Penyampaian jelas, singkat dan padat
oleh perawat jaga
5. Penyampaian SBAR lengkap,
meliputi:
a. S: Situation
 Nama
 Tanggal lahir
 Tanggal masuk
 DPJP
 Diagnosa medis
 Keluhan utama
 Masalah keperawatan
b. B: Background
 Riwayat alergi
 Riwayat pembedahan
 Penggunaan alat invasif
 Cairan infus
 Obat-obatan
 Intervensi yang telah
dilakukan
c. A: Assesment
 Tingkat kesadaran
 TTV
 Status nutrisi
 Kemampuan eliminasi
 Hasil laboratorium terbaru
 Hasil px penunjang terbaru
d. R: Recommendation
6. Perawat jaga sif melakukan
klasifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan dan
menanyakan mengenai hal-hal yang
kurang jelas
Di Bed Pasien
7. Kepala ruang menyampaikan salam
dan PP menanyakan kebutuhan dasar
pasien
8. Perawat jaga mengkaji secara penuh
terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang telah/
belum dilaksanakan, serta hal-hal
penting lainnya selama masa
perawatan
9. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterima kepada
petugas berikutnya
Postconferen 1. Diskusi
s 2. Pelaporan dalam timbang terima
dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang jaga saat
itu dan PP yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala ruang
3. Kepala ruang menutup operan
Catatan:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………........
....................................................................................................................................
.................................................................................

………….……...20…

…………………………………
(nama & ttd)

Lampiran 4. Daftar Hadir Sosialisasi Handover Pada Perawat


Lampiran 5. Dokumentasi Presentasi Hasil Pengkajian Dan Presentasi
Jurnal
Lampiran 6. Dokumentasi Sosialisasi

Lampiran 7. Dokumentasi Pelaksanaan Role Play

Anda mungkin juga menyukai