Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pelaksanaan timbang terima

Oleh

Nikodimus Margo R, S.Kep.Ns,. M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GRIYA HUSADA SUMBAWA
TAHUN AKADEMIK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Keperawatan
dengan judul “Pelaksanaan timbang terima“. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan Makalah ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena
itu, dengan kerendahan hati, kami minta maaf kepada pembaca dan kami harap pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Timbang Terima.....................................................................3
B. Tujuan Timbang Terima.......................................................................4
C. Manfaat Timbang Terima.....................................................................5
D. Prinsip Timbang Terima.......................................................................7
E. Macam-Macam Timbang Terima.........................................................9
F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Timabng Terima…………………10
G. Pelaksanaan Timbang Terima……………………………………….11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik
melalui komunikasi yang efektif antar perawat maupun dengan tim kesehatan yang
lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat
pergantian dinas atau saat timbang terima pasien (Nursalam, 2007).
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu atau laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
maupun yang belum dilakukan dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
(penanggung jawab) dinas sebelumnya kepada perawat primer (penanggung jawab)
dinas berikutnya secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2007).
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Tujuan komunikasi
selama timbang terima adalah untuk membangun komunikasi yang akurat dan reliabel
tentang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada dinas berikutnya agar
layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga keamanan,
kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan ketidakakuratan
perawatan, serta memberi kesempatan perawat meninggalkan pelayanan langsung
(Lardner, 1996).
Hasil penelitian Chaboyer, Mc Murray dan Wallis (2007) di Australia dan
sejumlah negara lain menunjukkan bahwa lebih kurang 30% aktivitas keperawatan
bergantung dari komunikasi. Apabila komunikasi dan pengetahuan perawat baik,
layanan yang diberikan akan efektif dan efisien. Sebaliknya, apabila komunikasi dan
tim kerja perawatan buruk, hasil akhir yang dicapai pun akan buruk. Menurut Kassean
dan Jagoo (2005) operan sering dilakukan sebagai suatu kegiatan ritual, tradisional,
1
2

berupa komunikasi satu arah yang kerap menimbulkan ketidakpuasan kerja perawat
serta meningkatkan insidensi kecelakaan dan keluhan ketidakpuasan dari pasien dan
tim kesehatan lainnya, sering kali muncul kendala, seperti waktu operan yang terlalu
lama, adanya interupsi, tidak ada standar operan, perawat yang pulang lebih dulu
sebelum operan, atau mobilisasi status pasien.
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian
bagi sistem pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari
pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO) Collaborating Center for
Patient Safety Solutions bekerja sama dengan Joint Commision International (JCI)
pada tahun 2005 telah memasukkan masalah keselamatan pasien dengan menerbitkan
enam program kegiatan keselamatan pasien dan sembilan panduan/solusi keselamatan
pasien di rumah sakit pada tahun 2007 (WHO, 2007).
Program keselamatan pasien atau patient safety adalah untuk menjamin
keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat kompleks dan
melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan ilmu
kesehatan. Kerja sama antar petugas kesehatan sangat menentukan efektivitas dan
efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada pasien. Rumah sakit sebagai institusi
pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan seharusnya merujuk
pada penampilan dari pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien merupakan upaya yang harus diutamakan dalam
penyediaan pelayanan kesehatan. Pasien harus memperoleh jaminan keselamatan
selama mendapatkan perawatan atau pelayanan di lembaga pelayanan kesehatan,
yakni terhindar dari berbagai kesalahan tindakan medis atau medical error maupun
kejadian yang tidak diharapkan (Koentjoro, 2007).
3

B. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan penerapan timbang terima pasien dengan keselamatan
pasien oleh perawat.
C. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi Pelaksanaan Timbang
Terima
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tujuan dari Pelaksanaan Timbang
Terima
c. Mahasiswa mampu mengetahui tentang perencanaan dalam manajemen
keperawatan
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis Pelaksanaan Timbang
Terima
e. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah dalam Pelaksanaan. Timbang
Terima
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga
informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut
Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan
pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau
semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau
kelompok profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat
melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu
mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan
keperawatan sebelumnya.
B. Tujuan Timbang Terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan
dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan
kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima
adalah:
1 Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2.Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3.Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

5
6

C. Manfaat Timbang Terima


Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya
Penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat
membahayakan kondisi pasien.
2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan
sebuah
kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima
mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu,
timbang terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang
dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas
dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima dapat
mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.
4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya
(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat,
menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat,
serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.
5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya,
pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat
menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
Bagi rumah sakit, timbang terima dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
7

Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi


perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat
timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap.
D. Prinsip Timbang Terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip
timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien Semakin luas proses timbang
terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang terima), peran
pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima pasien
di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan
segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang
memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien Mengatur sedemikian rupa
agar
timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan
dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat
dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri
timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas
staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan
timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan
untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima
pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien Mengidentifikasi dan
mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala
tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus
hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan
dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam
8

tim multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan


memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu timbang terima pasien Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan
frekuensi untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan,
dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan
waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja,
tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien
diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan
waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan
yang berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi
secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat
dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan
timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari
gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat
telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis
pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien
secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar
biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
9

E. Macam-Macam Timbang Terima


Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
1. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa perawat
lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial keperawatan selama
laporan lisan.
2. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa
rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan emosional.
Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr (2002) bahwa rekaman timbang terima
membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
3. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:
a. Persiapan (pasien dan informasi).
b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan,
dan penjelasan kepada pasien.
c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
4. Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
bedside timbang terima adalah:
a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak
hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi.
b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu
disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota
keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak
dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien.
5. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong
pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada
potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan
tertentu.
10

F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima
adalah:
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

G. Pelaksanaan Ttmbang terima yang baik dan benar


Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar
diantaranya:
1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu
yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam
keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk
mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima
juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas
penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan
dikerjakan.
6. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar
peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan
jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan
atau saat mereka pergi berlibur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semuafungsidarifungsi–fungsimanajemen di dalamlayanan keperawatan
adalah penting dan semuanya saling berhubungan sebagai suatu siklus yang
sekuen dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi dan
seterusnya. Perencanaan adalah esensial dalam manajemen keperawatan dan
merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen.Manajer keperawatan
bertugas untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatankepada pasien.Perencanaan bisa dibedakan menjadi perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, namun biasanya
perencanaan keperawatan adalah rencana jangka pendek.Perencanaan jangka
pendek dalam keperawatan meliputi rencana harian yang harus dikerjakan
semua perawat, rencana bulanan yang dibuat oleh ketua tim/perawat primer,
dan kepala ruang dan rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruang.
Perencanaan kebutuhan tenaga/sumber daya manusia keperawatan dapat
dihitung dari jumlah kasus yang dirawat dengan menggunakan rumus atau
formula yang ada sesuai ketentuan.

11

Anda mungkin juga menyukai