Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan. Sebagai
perawat profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan
penuh kasih sayang, perhatian dan rasa hormat terhadap harga diri klien.
Sebagai ilmu pengetahuan, keperawatan merupakan ilmu pengetahuan yang
terus berubah. Untuk dapat bertindak secara profesional, perawat harus dapat
memberikan perawatan secara teliti dan berdasarkan pengetahuan serta
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain (Potter dan Perry,
2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien
merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
terhadap klien yang pada akhirnya penerapan proses keperawatan akan
meningkatkan kualitas perawatan kepada klien (Asmadi, 2013).
Pada saat perawat melakukan tugasnya, harus sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. Seorang
perawat harus menjunjukkan sikap profesionalismenya dalam menjalankan
pekerjaan. Salah satu tugas yang menuntut sikap profesionalisme seorang
perawat adalahbagaimana membangun komunikasi antar perawat dalam
meningkatkan kualitas asuhan pada pasien melalui timbang terima atau
operan pasien antar pergantian shift jaga perawat (Rifiani, 2013).
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Operan atau timbang terima adalah, suatu caradalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien, bertujuan menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum
pasien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya. Timbang terima pasienharus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri

1
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien
saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2013).
Operan atau timbang terima merupakan sistim kompleks yang
didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki
perawat dalam berkomunikasi. Operan shif penting untuk menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Operan pada setiap
pergantian shif merupakan periode persiapan perawat yang telah selesai
berdinas, perawat yang telah selesai berdinas dan perawat yang akan berdinas
pada shift berikutnya saling berkomunikasi untuk menyampaikan informasi
yang berkaitan dengan dinas dan mencocokkan informasi (Lardner dalam
Keliat, 2013).
Pelaksanaan timbang terima ini seringkali masih menjadi permasalahan
di setiap rumah sakit. Hasil penelitian Mayasari (2011) di Ruang Kelas I Irna
Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang ditemukan pada
pelaksanaan timbang terima (operan) yang diobservasi pada pergantian shift
pagi sore malam yang dilaksanakan tiga kali pertemuan tidak ada yang
dilaksanakan dengan efektif dengan ratarata persentase yang diperoleh
adalah 60.3%. Hasil penelitian Hardianti Anthon (2012) tentang penerapan
metode tim (MPKP), masih ada 25,6% perawat yang belum melaksanakan
sepenuhnya timbang terima diruang rawat inap di RSUD Kabupaten Majene.
Agar pelaksanaan prosedur timbang terima atau operan pasien yang dilakukan
oleh perawat, dibutuhkan peran kepala ruangan sebagai manajer ruangan
dimana salah satunya fungsinya adalah pengarahan.
Menurut Keliat (2013), bentuk fungsi pengarahan kepala ruangan antara
lain adalah operan atau timbang terima. Fungsi pengarahan ini dilakukan oleh
kepala ruangan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Seorang pemimpin
khususnya kepala ruangan atau ketua tim harus dapat mengarahkan stafnya
karena implikasi fungsi pengarahan dapat meningkatkan kemampuan dan
pemahaman perawat pelaksana tentang asuhan keperawatan khususnya
pelaksanaan timbang terima. Sebagai seorang pemimpin, kepala ruangan
harus mengetahui bagaimana mengatur bawahannya dan mampu

2
mempertahankan kualitas kerja. Pengarahan bisa mencakup penugasan,
perintah atau instruksi yang mudah dimengerti dan diikiuti oleh bawahannya
agar tujuan organisasi khususnya asuhan keperawatan dapat tercapai dengan
baik. Khusus pada pelaksanaan timbang terima, dengan adanya pengarahan
yang baik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam
menjalin komunikasi antar perawat dan pemahaman tentang pentingnya
timbang terima akan semakin baik (Kurniadi, 2013).
Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 April 2015
melalui observasi di salah satu ruang rawat inap RSUD Toto Kabila, prosedur
timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian shift jaga,
namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara
komprehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien
lebih fokus pada diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa ada
pendokumentasian, sehingga rencana tindakan yang belum dan sudah
dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk
disampaikan pada shift berikutnya.
Hasil observasi ini juga sejalan dengan ungkapan oleh salah seorang
perawat ruangan yang mengatakan bahwa timbang terima saat ini hanya
dilaksanakan berdasarkan diagnose medis tanpa adanya penjelasan diagnosa
keperawatan dan tindak lanjut implementasi keperawatan. 6 dari 10 perawat
juga mengungkapkan pengarahan yang diberikan oleh kepala ruangan belum
sepenuhnya dilaksanakan misalnya kepala ruangan belum mengidentifikasi
tanggung jawab pekerjaan terhadap staf perawat, kepala ruangan belum
sepenuhnya melakukan kooordinasi dan efisiensi dengan unit kerja lain.
Pelaksanaan timbang terima dan pengarahan kepala ruangan dalam
menjamin terlaksananya asuhan keperawatan yang pada pasien penting
dilakukan karena apabila hal ini tidak dilaksanakan dengan baik, maka dapat
berdampak pada intervensi keperawatan yang diberikan misalnya pada
pelaksanaan timbang terima, perawat tidak melaporkan keadaan pasien yang
sebenarnya kepada perawat shif selanjutnya maka resiko kesalahan intervensi
dan pemberian tindakan medis dapat saja terjadi. Demikian pula dengan
pengarahan kepala ruangan terhadap jalannya pelayanan keperawatan.

3
Apabila kepala ruangan tidak memberikan arahan pada setiap kegiatan
perawat maka dampaknya adalah 5 perawat akan bekerja sesuai dengan
pemahamannya sendiri tanpa ada arahan yang jelas. Untuk itu dalam
kaitaannya dengan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan suatu kajian yang mendalam tentang hubungan pengarahan kepala
ruangan dengan pelaksanaan timbang terima perawat di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembahsan mengenai timbang terima,
pendelegasian, dan supervisi diharapkan mahasiswa dapat memahami
serta mengaplikasikan dilapangan dengan prosedur yang telah
dilakukan.
2. Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian dari operan atau timbang terima.
2. Memahami hal-hal yang diperhatikan dalam timbang terima.
3. Memahami Komunikasi SBAR.
4. Memahami prosedur SBAR dalam timbang terima.

1.3 Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini bermanfaat bagi seorang perawat,


pasien, pendidikan dan mahasiswa.
a. Manfaat bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna dan
meminimalkan terjadinya kesalahan tindakan.
b. Manfaat bagi pasien
a. Pasien dan keluarga menjadi lebih nyaman.

4
b. Pasien dan keluarga dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.
c. Manfaat bagi pendidikan
a. Memiliki mahasiswa/i yang berkompeten.
b. Meningkatkan derajat pendidikan khususnya keperawatan.
d. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menerapkan komunikasi yang baik.
b. Menjadikan suatu bimbingan belajar yang baik.
c. Sebagai dasar acuan menerapkan operan dengan baik saat praktik
klinik/Rumah Sakit.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga
informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan. Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan
pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat
dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut
Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan
pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau
semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau
kelompok profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat
melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu
mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan
keperawatan sebelumnya.

6
2.2 Tujuan Timbang Terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai
pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan
timbang terima adalah:
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.

2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas


berikutnya.

3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3. Manfaat Timbang Terima

Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:


1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,
penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat
membahayakan kondisi pasien.

2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan


sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang
terima mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan.
Selain itu, timbang terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.

3. Timbang terima juga memberikan manfaat katarsis (upaya untuk


melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang
dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian
dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima
dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.

7
4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya
(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab
antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
komprehensif.

5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya,


pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat
menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
Bagi rumah sakit, timbang terima dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan kepada pasien secara komprehensif.

Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi


perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.

2.4 Prinsip Timbang Terima


Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip
timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan
timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola
timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman
yang komprehensif dari proses timbang terima pasien dan perannya

8
sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada
eskalasi pasien yang memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa
timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting
dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan
bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan
untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka
hadir dan mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-
solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran
staf pada saat timbang terima pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien

9
4.

10
11
multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu timbang terima pasien

Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan
untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya
pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab
misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu
pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan
proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien

Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat
tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan
untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk
komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari
gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat
telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien

a. Standar protocol

Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi
klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting,
latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan
yang perlu dilakukan.
Universitas Sumatera Utara

12
b. Kondisi pasien memburuk

Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat


dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya

Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa,


rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau
tekanan yang dialami oleh staf.
2.1.5. Jenis timbang terima

Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan
dengan perawat, antara lain:
1. Timbang terima pasien antar dinas

Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di
samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat
menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori.
2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan

Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka
tinggal di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara

13
3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik.

Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama
rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah
dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan

Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi
antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah
sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
5. Timbang terima pasien dan obat-obatan

Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang


obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan
cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap
kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.
2.1.6. Macam-macam timbang terima

Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:


1. Timbang terima secara verbal

Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk membahas aspek
psikososial keperawatan selama laporan lisan.
2. Rekaman timbang terima

Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima dapat merusak


pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr
Universitas Sumatera Utara

14
(2002) bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi
pendukung.
3. Bedside timbang terima

Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:


a. Persiapan (pasien dan informasi).

b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan, dan


penjelasan kepada pasien.

c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.

4. Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bedside


timbang terima adalah:

a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak hadir
pada timbang terima untuk mengakses informasi.

b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu
disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota keluarga,
bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan
pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien.

5. Timbang terima secara tertulis

Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong pendekatan


yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada potensi akan
kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.
Universitas Sumatera Utara

15
2.1.7. Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima

Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima


adalah:
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.

2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal


apa yang akan disampaikan.

3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang


selanjutnya meliputi:

a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.

b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.

c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.

d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.

e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien. 2.1.8. Pelaksanaan Ttmbang terima yang baik dan benar

Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar
diantaranya:
1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang
cukup panjang agar tidak terburu-buru.

2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam


keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.

Universitas Sumatera Utara

16
3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk
mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.

4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga
perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.

5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas


penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan.

6. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan
ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika perawat absen
untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi
berlibur. 2.1.9. Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima

AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan dilakukan
pelaksanaan timbang terima adalah:
1. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima.
3. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan
untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan informasi yang
tidak tepat.
4. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.

Universitas Sumatera Utara

17
2.1.10. Prosedur timbang terima

Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:
1. Persiapan

a. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam keadaan
siap.

b. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan dinas sebaiknya
menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan

a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.

b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi untuk


melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif hal-hal yang
berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah ada
namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dibicarakan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap


sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan kepada perawat jaga
berikutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:

1) Identitas pasien dan diagnosis medis.

2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.

4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.

Universitas Sumatera Utara

18
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.

6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya


jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat timbang
terima dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.

8) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan
terperinci.

9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer.

Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima juga dapat:


a. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien
kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication atau komunikasi satu arah.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.

Universitas Sumatera Utara

19
c. Menggunakan komunikasi tertulis atau written. Yaitu melakukan pertukaran
informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.
2.1.11. Tahapan dan bentuk pelaksanaan timbang terima

Lardner (1996) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:


1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung
jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.

2. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya timbang terima itu sendiri
yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang dinas sebelumnya kepada perawat yang datang.

3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
timbang terima untuk melakukan pengecekan dan informasi pada medical record
dan pada pasien langsung.

20
2.1.12. Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima

Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan
timbang terima, diantaranya adalah:
1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima

2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar
masuk pada saat pelaksanaan timbang terima

3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini 2.1.13. Efek timbang terima

Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang


perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari timbang terima
menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologis

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial

Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis


hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara

21
3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan
seperti kualitas rendah dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan

Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini cenderung


terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan rata-
rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada dinas
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam.

22

Anda mungkin juga menyukai