Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
memaksimalkan peran dan fungsi perawat, khususnya peranan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antarperawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang mesti ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian
sif/timbang terima pasien (Nursalam, 2014).
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi
pasien. Timbang terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2014).
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat
perhatian penting bagi sistem pelayanan kesehatan.Keselamatan pasien
merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa
keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan
kesehatan. World Health Organization (WHO) Collaborating Center for Patient
Safety Solutions bekerjasama dengan Joint Commision International(JCI) pada
tahun 2005 telah memasukan masalah keselamatan pasien dengan menerbitkan
enam program kegiatan keselamatan pasien dan sembilan panduan/solusi
keselamatan pasien di rumah sakit pada tahun 2007 (WHO, 2007).
Tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan
laporan yang dilakukan di rumah sakit di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian
Tidak Diduga (KTD) sebesar 2,9% dan 6,6% diantaranya meninggal, sedangkan
di rumah sakit yang ada di New York ditemukan 3,7% kejadian KTD dan 13,6%
diantaranya meninggal. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di
seluruh Amerika Serikat yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000
sampai 98.000 dilaporkan meninggal setiap tahunnya dan kesalahan medis
menempati urutan kedelapan penyebab kematian di Amerika Serikat. Publikasi
oleh WHO pada tahun 2004, juga menemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%
pada rumah sakit diberbagai negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark, dan
Australia (Depkes RI, 2006).
Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi
keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien.Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang
kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif.
Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang
tak terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang
dijalankan pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis,
penundaan ruang darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat
mereka melaporkan perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak
sebelum suatu situasi menjadi krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk
pencegahan, dokumentasi tak memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah untuk menjamin
keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat kompleks dan
melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan
ilmu kesehatan. Kerja sama antarpetugas kesehatan sangat menentukan efektivitas
dan efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada pasien. Rumah sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan
seharusnya menunjuk pada penampilan dari pelayanan kesehatan. Keselamatan
pasien merupakan upaya yang harus diutamakan dalam penyediaan pelayanan
kesehatan. Pasien harus memperoleh jaminan keselamatan selama mendapatkan
perawatan atau pelayanan di lembaga pelayanan kesehatan, yakni terhindar dari

2
berbagai kesalahan tindakan medis (medical error) maupun kejadian yang tidak
diharapkan (Koentjoro, 2007).

1.2. Tujuan Umum


Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi penting
1.3. Tujuan Khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
2. Menjelaskan pengertian dari hand over
3. Menjelaskan tujuan hand over
4. Menjelaskan prosedur hand over
5. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
6. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat
dinas berikutnya.
7. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3
BAB 2
TIMBANG TERIMA

2.1 Definisi

Timbang terima atau disebut overan atau komunikasi saat serah terima
tugas antar perawat memerlukan suatu komunikasi mengenai kebutuhan pasien,
intervensi yang telah dan belum dilaksanakan serta mengenai respon pasien. Cara
yang dilakukan adalah dengan berkeliling dari pasien ke pasien lain dan
melaporkan kondisi mereka secara akurat di dekat pasien. Cara ini lebih efektif
ketimbang hanya sekedar membaca dokumentasi yang talah dibuat karena perawat
dapat menerima overan secara nyata dan tidak terlalu menyita waktu (Nursalam,
2014).

Australian Medical Association (2006), mendefinisikan handover sebagai


transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua
aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau
kelompok profesional secara sementara atau permanen.

Timbang terima adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien


yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari timbang terima adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang terima juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya
perawatan.

4
Hand over pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan
informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shif, sebagai petunjuk
praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan
pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan yang
dilakukan secara tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, sehingga dapat dipahami, dan
akan mengurangi kesalahan, serta menghasilkan peningkatan keselamatan pasien
(Faisal, 2019).

2.2 Tujuan timbang terima


Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.

Menurut Nursalam (2014) Tujuan umum timbang terima adalah


mengkomunikasikan kondisi pasien dan menyampaikan informasi yang penting
dan tujuan khususnya adalah:

1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).


2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima memiliki 2 fungsi utama; Sebagai forum diskusi untuk
bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat dan sebagai sumber
informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan
keperawatan.

2.3. Prinsip Hand Over

Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen,


White, dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima
pasien, yaitu:

5
(1) Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah
terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin
menjadi sangat penting untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin
harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses serah terima pasien
dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin
pada eskalasi pasien yang memburuk,

(2) Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa


agar timbul suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan
merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat
pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien
yang relevan untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan
mereka hadir dan mendukung kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-
solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada
saat serah terima pasien.

(3) Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan


mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang
proses serah terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika
memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam tim multidisiplin, serah terima
pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk
pasiennya yang relevan.

(4) Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi
dan frekuensi untuk serah terima pasien.

(5) Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi
secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak
dapat dilakukan secara tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan
untuk memastikan serah terima pasien berlangsung efektif dan aman.
telekomunikasi.

6
2.4. Prosedur dalam Timbang Terima
Berikut adalah prosedur timbang terima menurut Nurslam (2014):

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima Nurse Karu, PP,


dilaksanakan setiap
station PA
pergantian shift.
2. Yang pelu dipertimbangkan,
semua pasien baru dan
pasien yang memiliki
permasalahan yang belum
bisa teratasi serta yang
memerlukan observasi lebih
lanjut
3. PA/PP menyempaikan
timbang terima kepada PP
shift berikutnya. Yang perlu
disampaikan:
S : Sebutkan nama pasien,
umur, tanggal masuk,
dan hari perawatan,
serta dokter yang
merawat. Sebutkan
diagnosis medis dan
masalah keperawtan
yang belum atau sudah
teratasi/keluhan
utama.
B : Jelaskan intervensi yang
telah dilakukan dan
respons pasien dari
setiap diagnosis
keperawatan.
Sebutkan riwayat
alergi, riwayat
pembedahan,
pemasangan alat
invasive, dan obat-
obatan termasuk
cairan infuse yang
digunakan. Jelaskan
engetahuan pasien dan
keluarga terhadap
diagnosisi medis.
A : Jelaskan secara lengkap

7
hasil pengkajian
pasien terkini seperti
tanda vital, skor nyeri,
tingkat kesadaran,
braden score,status
restrain,risiko jatuh,
pivas score, status
nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain.
Jelaskan informasi
klinik lain yang
mendukung.
R : Merekomendasikan
intervensi
keperawatan yang
telah dan perlu
dilanjutkan (refer to
nursing care plan)
termasuk discharge
planning dan edukasi
pasien dan keluarga.

Pelaksanaan Nurse Staion Nurse Karu, PP,


1. Kedua kelompok dinas Station PA
sudah siap (sif jaga)
2. Kelompok yang bertugas
menyiapksan catatan
3. Karu membuka acara overan
4. Penyampaian yang singkat,
padat, jelas oleh perawat
jaga
5. Perawat jaga selanjutnya
dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal
yang kurang jelas
Penyampaian pada saat
timbang terima secara
singkat dan jelas
Di Bed Pasien
Bed
6. Karu menyampaikan salam
dan menanyakan kebutuhan Pasien
dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya

8
mengkaji secara penuh
tentang masalah
keperawatan, kebutuhan dan
intervensi yang telah/belum
dilaksanakan serta hal
penting lain selama masa
perawatan
8. Hal khusus dan memerlukan
perincian matang sebaiknya
dicatat untuk diserah
terimakan ke sif selanjutnya

Pasca 1. Diskusi Nurse Karu, PP,


2. Pelaporan langsung
timbang Station PA
dituliskan pada form timbang
terima terima dengan ditandatangani
PP jaga dn PP jaga
berikutnya, diketahui oleh
Karu
3. Ditutup oleh Karu

2.5. Metode dalam Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya: 1)
Menggunakan Tape recorder, Metode itu berupa one way communication. 2)
Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. 3) Menggunakan komunikasi tertulis
atau written.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.

Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman


implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:

1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya


pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.

9
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.
Berikut beberapa contoh model Timbang terima:
1. Timbang terima dengan menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat.
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum atau
sudah teratasi/keluhan utama.
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
Terkini)
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasive,
dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi medis.
A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda
vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status restrain,risiko
jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation

10
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan
edukasi pasien dan keluarga.
2. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa overan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
1) Dilakukan hanya di meja perawat.
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
3. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu timbang terima yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses overan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:

1. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi


penyakitnya secara up to date.
2. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
3. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit
atau persepsi medis yang lain.

11
2.6. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh Karu atau PP
3. Diikuti semua perawat yang sudah dan akan dinas
4. Informasi harus singkat, akurat, sistematis dan menggambarkan kondisi
pasien saat ini (jaga kerahasiaan pasien)
5. Harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Saat timbang terima si bed pasien, menggunakan volume suara yang cukup
agar hal-hal yang mungkin rahasia tidak didengar oleh pasien lain. Hal-hal
yang rahasia sebaiknya tidak dibicarakan langsung di dekat pasien
7. Sesuatu yang mungkin akan membuat pasien terkejut sebaiknya
dibicarakan di nurse station.

2.7. Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.8. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau overan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.
Efek-efek dari shift kerja atau overan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur
selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibattimbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

12
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.

3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja


Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
yang dilakukan Smithet.Al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling
tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja(malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69% pertenaga kerja.Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.Terdapat
suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan
lebih banyak terjadi pada shift malam (Adiwardana,2011)

2.9. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan

13
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan
oleh perawat.Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
identitas pasien, diagnosa medis pesien, dokter yang menangani, kondisi umum
pasien saat ini, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi
yang belum dilakukan, tindakan kolaborasi, rencana umum dan persiapan lain
serta tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah dapat digunakan lagi untuk keperluan


yang bermanfaat, mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien serta
bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2009).

2.10. Alur Timbang Terima

Situation

data demografi diagnosis medis Diagnosis keperawatan (data)

Background

Riwayat keperawatan

Assessment: KU, TTV, GCS,


Skala nyeri, Jesiko Jatuh, ROS

14
Recomendation: tingkatkan
yang sudah, dilanjutkan, stop,
modifikasi, strategi baru

(Nursalam, 2014)

15
16
2.11. Evaluasi dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: Catatan timbang terima, status klien dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan
kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat
primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer
berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan
di nurse stationkemudian ke tempat tidur klien dan kembali lagi ke nurse
station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan
khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5
menit saat klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.

17
BAB 3
KASUS HANDOVER
Contoh kasus Handover
     Jumlah pasien:
 Identitas klien dan diagnosa medis
 Data (keluhan/subyektif dan obyektif)
 Masalah keperawatan yang masih muncul
 Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan secara murni
 Intervensi kolaborasi dan dependen
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemerilsaan penunjang).
 PP menyampaikan overran pada PP berikutnya mengenai hal yang perlu
disampaikan dalam overran:

OPERAN TIM A
LAPORAN KEGIATAN
1) Ny. Tholhah (42 thn) (5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi
KU: baik, komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Keluhan: nyeri pada luka lengan atas sebelah kanan dengan skala 7. Masalah
keperawatan: Nyeri, Resti infeksi dan gangguan integritas kulit. Rencana yg
sudah dilakukan: monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi
Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum dilakukan:
Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1
amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan lain tidak ada.

2)      Ny. Musayadah (47 thn) (5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU : lemah,
komposmentis, pucat, anemis. TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S:
37 C. Keluhan nyeri diarea anal, skala 7 dari 10. Masalah keperawatan:
Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan

18
relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500
mg peroral.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet.
Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke
Internis, Persiapan kolon in loop.

OPERAN TIM B
LAPORAN KEGIATAN
1) Ny. Dewi (41 thn) (5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik,
komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Keluhan: takut kalau mau dioperasi. Masalah keperawatan: Ansietas.
Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Motivasi individu. Rencana
yg belum dilakukan: Relaksasi, Pendidikan klien. Terapi: Vitamin C 3 x
500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1 tablet peroral. Persiapan lain : Cek
darah rutin.

2)      Ny. Masamah (67 thn) (5870051) Tumor kulit / Dr. Joko KU : baik,
komposmentis. TD: 150/80, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan
nyeri skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Resikio tinggi infeksi,
gangguan integritas kulit. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan
distraksi dan relaksasi, ganti balut, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yang
belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral, Monitor TTV.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg.
Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

19
BAB 4
PENUTUP

4.1. Simpulan
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi
pasien. Timbang terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai
keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang
optimal.

4.2. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse
stasion atau saat di pasien .
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan
PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Australian Healtcare and Hospitals Association, (2009), Clinical handover:
system change, leadership and principle, Australian Healthcare &
Hospitals Association
Faisal,dkk. 2019. Pendampingan Hand Over Pasien Dengan Metode Komunikasi
Situation, Background, Assesment, Recommendation (Sbar) Pada Perawat
Di Rsud Barru Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. (4)1.
Cecep, dkk. 2016. Handover Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan Pasien
(Patient Safety) Di Rumah Sakit. (11) 2.

Friesen, A. M., et al. (2008). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes R.G.

Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover—A case study from Mauritius. BMC
Nursing. 2005 4(1) Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis


Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta

Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: erlangga

21

Anda mungkin juga menyukai