Anda di halaman 1dari 147

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENERAPAN


PHBS DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN
DI PUSKESMAS KALUKU BODOA KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh:

ALYA MARCHANDA SANGADJI


17.01.002

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG
MAKASSAR
2021
HUBUNGAN PERILAKU DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENERAPAN
PHBS DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN
DI PUSKESMAS KALUKU BODOA KOTA MAKASSAR
SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S..Kep)

Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar

Disusun Oleh:

ALYA MARCHANDA SANGADJI


17.01.002

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG
MAKASSAR
2021

i
ii
iii
iv
ABSTRAK

ALYA MARCHANDA SANGADJI: HUBUNGAN PERILAK U DAN PENGETAHUAN


IBU DALAM PENERAPAN PHBS DENGAN K EJADIAN ST UNTING PADA
BALITA USIA 3-5 TAH UN DI PUS K ESMAS K ALUK U BODOA K OTA
MAK ASSAR
PEMBIMBING: Mikawati, Muaningsih (i-xii + 116 halaman + 8 tabel + 1 gambar + 10 lampiran)
Pendahuluan: Stunting merupakan kondisi tinggi badan yang tidak sesuai dibandingkan usianya,
karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan masalah kurang gizi
kronis. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku dan pengetahuan ibu dalam
penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun Di Puskesmas Kaluku Bodoa
Kota Makassar. Metode Penelitian: Analitik korelasi dan desain penelitian cross sectional.
Sampel penelitian sebanyak 68 responden dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner google form. Hasil: Hasil yang didapatkan yaitu
ada hubungan yang signifikan antara perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS
dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun dengan p value<α 0,05 dimana 0.012 dan
0.016<0,05 sehingga Ha diterima. Kesimpulan: Perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan
PHBS memiliki hubungan dengan kejadian stunting dan perilaku serta pengetahuan ibu yang
kurang baik merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting. Saran: saran peneliti kepada
tenaga kesehatan agar memberikan informasi pentingnya PHBS kepada masyarakat terutama ibu.

Kata Kunci: Perilaku ibu, PHBS, stunting, balita


Referensi: 30 (2015-2021)

v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada hentinya kupanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha

Kuasa dengan terselesainya Skripsi ini. Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua

orang tua saya.

Terima kasih yang tak terhingga atas doa, support, cinta, dan kasih

sayangnya selama ini. Terima kasih karena papa dan mama tidak pernah

menyerah untuk menjadikanku sebagai seorang sarjana keperawatan. Semoga

bekal kesuksesanku dan usahaku ini membuat kalian bangga.

Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman

sejawatku di Program Studi S1 Keperawatan 2017 yang sudah membantu

menyelesaikan skripsi ini.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

yang selalu senantiasa memberikan rahmat serta nikmat-Nya atas segala

keberanian, kelancaran, kekuatan, kesabaran dan segala ketenangan yang Engkau

berikan. Terimakasih Ya Rabb atas kasih sayang-Mu yang selalu terpancarkan

hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Perilaku Dan Pengetahuan Ibu Dalam Penerapan PHBS Dengan

Kejadian Stunting Pada Balita Usia 3 -5 Tahun Di Puskesmas

Kaluku Bodoa Kota Makassar ” ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Rasullulah Sallahu Alaihi Wasallam beserta

keluarganya dan sahabat- sahabatnya yang telah membawa umatnya menuju

pintu pencerahan dan peradaban serta jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu

Wa Taala.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada

keluarga terkhususnya Ibunda Baimanur Sangadji dan Ayahanda Ali Sangadji

yang telah memberikan doa dan dukungannya yang tiada henti serta memberikan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis

sendiri, melainkan dari bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat serta doa dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat:

viii
1. H. Sumardin Makka, SKM.,M.Kes, Selaku Ketua Yayasan STIKes

Panakkukang Makassar yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ns. Makassau Plassay, S.Kep.,M.Kes.,M.EDM Selaku Ketua STIKes

Panakkukang Makassar yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. drg. Clara Jansz, selaku Kepala Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian dan telah memfasilitasi

dalam penyelesaian skripsi ini

4. Hj. Andi Marwah, SKM, selaku Bagian Tenaga Pelaksanaan Gizi di

Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar yang telah mengizinkan untuk

melakukan penelitian dan telah memfasilitasi dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ns. Muh. Zukri Malik, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Panakkukang Makassar yang telah memberikan

pengarahan dan memfasilitasi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Mikawati, S.Kp.,M.Kes, selaku wakil ketua satu bidang akademik sekaligus

selaku pembimbing satu yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan serta

motivasi yang tiada henti dan juga memfasilitasi hingga selesainya penyusunan

skripsi ini.

7. Ns. Muaningsih, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing dua yang

selalu memberikan pengarahan, bimbingan serta motivasi yang tiada henti dan

juga memfasilitasi hingga selesainya penyusunan skripsi ini.


8. Ns. Suryani, S.Kep.,M.Kep, selaku dosen penguji satu yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ns. Evi Lusiana, S.Kep.,M.Kep, selaku penguji dua yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Dosen di Prodi S1 Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

selama proses studi serta segenap staf Akademik Tata Usaha di STIKes

Panakkukang Makassar yang banyak membantu penulis dalam berbagai urusan

administrasi selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

11. Teman angkatan 2017 (1N7EKS1) yang telah memberikan semangat dan

dukungan dalam penyusunan skripsi hingga sampai pada penyelesaian skripsi.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas bantuan

dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan yang berupa

saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu.

Semoga skripsi bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, Juli 2021

Penulis

Alya Marchanda Sangadji


17.01.002

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK (Bahasa Indonesia) .................................................... v
HALAMAN ABSTRAK (Bahasa Inggris) ........................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………...…...…vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka Tentang Stunting ................................................... 8
1. Pengertian Stunting ........................................................................ 8
2. Klasifikasi Stunting ........................................................................ 9
3. Ciri-ciri Stunting ............................................................................ 9
4. Penyebab Stunting........................................................................ 10
5. Dampak Stunting.......................................................................... 13
6. Upaya Pencegahan Stunting......................................................... 14
B. Tinjauan Pustaka Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
15
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ................. 15
2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) .............................. 16
3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ..................... 17
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS ................................. 18
5. Indikator Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) .................... 18
C. Tinjauan Pustaka tentang Perilaku .................................................. 21

xi
1. Definisi......................................................................................... 21
2. Prosedur Pembentukan Perilaku .................................................. 23
3. Bentuk Perilaku............................................................................ 24
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku .......................................... 24
5. Perilaku Kesehatan ...................................................................... 25
D. Tinjauan Pustaka Tentang Pengetahuan .......................................... 28
1. Pengertian Pengetahuan ............................................................... 28
2. Fungsi Pengetahuan ..................................................................... 28
3. Tingkatan Pengetahuan ................................................................ 29
4. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan .................................... 30
D. Hubungan Antar Variabel ............................................................... 32
1. Hubungan Perilaku Ibu dalam Penerapan PHBS dengan Kejadian
Stunting Pada Balita usia 3-5
tahun………………………………………………………...…. 32
2. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Penerapan PHBS dengan
Kejadian Stunting Pada Balita usia 3-5
tahun………………………………………………………...…. 33
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual....................................................................... 36
B. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 37
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 38
B. Populasi, Sampel dan Sampling....................................................... 38
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 41
D. Definisi Operasional ........................................................................ 42
E. Tempat Penelitian ............................................................................ 44
F. Waktu Penelitian ............................................................................. 44
G. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 44
H. Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 46
I. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 48
J. Teknik Analisa Data ....................................................................... 50
K. Etika Penelitian ................................................................................ 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 53
B. Pembahasan .................................................................................... 62

xii
C. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 76
D. Implikasi Keperawatan .................................................................... 77
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Klasifikasi Variabel dan Definisi Operasional...................................... 35

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia, pendidikan terakhir, pekerjaan


dan penghasilan keluarga responden di puskesmas kaluku bodoa kota makassar 46

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia, jenis kelamin dan tinggi badan
balita di puskesmas kaluku bodoa kota makassar ................................................ 48

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam penerapan PHBS ................... 49

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam penerapan 10 indikator PHBS
............................................................................................................................... 50

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam PHBS ............................. 53

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di
puskesmas kaluku bodoa kota makassar .............................................................. 53

Tabel 5.7 Perilaku ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada
balita usia 3-5 tahun di puskesmas kaluku bodoa kota makassar ........................ 54

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan Perilaku ibu dalam penerapan PHBS
dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa
Kota Makassar

xv
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

1000 HPK 1000 Hari Pertama Kehidupan

ASI Air Susu Ibu

Covid Corona Virus Disease

MPASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

UNICEF United Nations Children’s Fund

WHO World Health Organization

xvi
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Lampiran 1. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Pada Anak Umur 0-60
bulan

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5. Instrumen Penelitian Kuesioner

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 7. Tabulasi Skor Variabel

Lampiran 8. Hasil Analisa Data

Lampiran 9. Hasil Uji Analisis Bivariat

Lampiran 10. Dokumentasi

Lampiran 11. Lembar Konsul Penyusunan Proposal dan Skripsi

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan masalah gizi yang dialami oleh balita didunia saat

ini dikarenakan terjadi kekurangan gizi khususnya pada periode pertumbuhan

dan perkembangan diawal masa kehidupannya. United Nations Children’s

Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) mengemukakan

terdapat tiga jenis permasalahan gizi pada balita, salah satunya yaitu stunting.

Permasalahan stunting pada balita merupakan permasalahan kekurangan gizi

paling kritis secara global karena berdasarkan tingkat global menunjukan lebih

dari 2 juta terjadinya kematian pada balita diseluruh dunia yang disebabkan

oleh stunting. Secara global pada tahun 2018 prevalensi stunting terjadi pada

kurang lebih 149 juta anak dibawah usia lima tahun atau sekitar 21,9%. Pada

tahun 2018 Data prevalensi anak balita stunting berdasarkan World Health

Organization (WHO) menyebutkan negara Indonesia termasuk kedalam negara

ketiga yang prevalensi angka stuntingnya tertinggi khususnya di South-East

Asian Region setelah timor leste (50,5%), india (38,4%) dan Indonesia 36,4%

(Pusat data dan Informasi Kemenkes, 2018).

Kasus stunting di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan yang

diprioritaskan untuk menurunkan angka kejadiannya. Riset yang dikemukakan

pada tahun 2018 di Indonesia menunjukan bahwa 29,9% anak di bawah usia 24

bulan mengalami stunting. Angka tersebut terbilang lebih rendah dari tahun

sebelumnya dan menunjukan penurunan lagi di tahun 2019 dimana angka


2

prevalensi stunting nasional yaitu 27,67%. Walaupun terjadi penurunan

dibandingkan tahun 2018 akan tetapi stunting masih menjadi permasalahan

yang dianggap serius dan sangat difokuskan dalam upaya pencegahannya

dikarenakan angka prevalensi masih menunjukkan diatas 20% yang artinya

belum mencapai target WHO yang dibawah dari 20% (UNICEF, 2020).

Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

memperlihatkan terdapat kecenderungan pada prevalensi balita pendek

(stunting) provinsi sulawesi selatan yang dimana mengalami trend fluktuasi.

Pada tahun 2010 sebesar 36,8% dan meningkat menjadi 40,9% pada tahun

2013 selanjutnya setelah dikeluarkannya hasil dari riskesdas tahun 2018

menunjukkan prevalensi balita stunting yang mengalami penurunan yaitu

35,6%. Di akhir tahun 2019 berdasarkan hasil pemantauan surveilans gizi

(PSG) di provinsi sulawesi selatan prevalensi balita stunting menunjukkan

angka penurunan menjadi 30,09%. Walaupun penurunan prevalensi tersebut

belum mencapai sesuai dengan target yang diharapkan tetapi upaya

pencegahan masih terus berjalan agar menunjukkan hasil sesuai yang ingin

dicapai(Dinkes Sulsel, 2019).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan tahun 2019 data

prevalensi stunting di kota makassar sebesar 8,62%. Sedangkan pada tempat

penelitian didapatkan berdasarkan kunjungan awal yaitu Puskesmas Kaluku

Bodoa hasil yang menunjukan 197 balita dengan kejadian stunting atau sekitar

4.9% dari data tersebut mencakup 82 balita stunting dengan usia 3-5 tahun,

data tersebut berdasarkan prevalensi bulan april tahun 2021.


3

Kondisi stunting atau biasa disebut dengan balita pendek merupakan

suatu kondisi tinggi badan yang tidak sesuai dibandingkan dengan usianya

kondisi tersebut terjadi karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup

lama sehingga menyebabkan masalah kurang gizi kronis. Dampak dari stunting

yang bisa ditimbulkan yaitu terhambatnya perkembangan otak sehingga

memiliki IQ di bawah rata-rata, rentan terkena penyakit degeneratif, dan

gangguan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh sehingga tubuh rentan

terkena penyakit. Kejadian stunting dapat disebabkan oleh faktor langsung dan

tidak langsung. Faktor langsung yang meliputi penyakit infeksi dan asupan

makanan baik asupan makanan pada ibu saat hamil dan asupan makananpada

balita itu sendiri. Sedangkan faktor tidak langsung yang meliputi kurangnya

pengetahuan ibu, penerapan pola asuh yang tidak sesuai, sanitasi yang buruk

dan kurangnya pelayanan kesehatan di daerah setempat (Alfadhila Khairil

Sinatrya & Lailatul Muniroh, 2019).

Sanitasi lingkungan erat kaitannya dengan ketersediaan jamban yang

bersih, air yang terjaga kebersihannya, lantai rumah yang bersih dan kebersihan

peralatan dapur khususnya peralatan makan pada setiap keluarga. Ketersediaan

air bersih untuk kebutuhan sehari-hari berperan dengan minimnya risiko anak

terkena penyakit kurang gizi (Lynawati, 2020). Masalah gizi yang kurang

bukan hanya ditangani dengan memperbaiki asupan nutrisi saja tetapi bisa

dicegah dengan masalah jangka panjang dan bersifat kronis salah satunya

masalah PHBS meliputi ketersediaan air bersih, perilaku (mencakup

pengetahuan, sikap, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari) yang


4

dimana dengan memperbaiki permasalahan tersebut dapat menjadi salah satu

upaya pencegahan yang berperan penting. Untuk itu dalam upaya penanganan

sanitasi yang buruk dapat dimulai dengan menerapkan Perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) agar menjadi langkah awal penanganan kesehatan bagi ibu

dan balita (Dinkes Sulsel, 2019).

PHBS merupakan salah satu upaya pencegahan dari gerakan nasional

dalam meningkatkan percepatan gizi yang difokuskan pada kelompok usia

pertama 1000 hari kehidupan yang terkandung pada keputusan presiden nomor

42 tahun 2013. PHBS adalah manifestasi atau pelaksanaan dari paradigma

sehat yang terkait dengan perilaku individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang berfokus dalam meningkatkan, menjaga serta merawat

kualitas kesehatan baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial (Dinas

Kesehatan Prof Sul-Sel, 2018).

Kejadian stunting pada balita akan mempengaruhi sistem imunitas

tubuh yang rendah sehingga rentan terkena serangan infeksi kuman dan

penyakit lainnya jika tidak bersih dan terawat dalam menjaga kesehatan. Hal

tersebut erat kaitannya dengan penerapan PHBS yang dimana memiliki

keterkaitan dengan perilaku ibu yang berperan dalam pola pengasuhan balita.

Kontribusi ibu sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas hidup balita di

masa yang akan datang sehingga begitu penting perilaku ibu dalam mengetahui

dan memahami cara untuk menerapkan PHBS dengan baik. Perilaku ibu yang

baik tentang penerapan PHBS memiliki peluang yang baik bagi kualitas

kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya kejadian stunting pada balita.


5

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskandan terkait juga dengan data

prevalensi stunting tertinggi di Puskesmas Kaluku Bodoa, adapun hasil

wawancaradengan salah satu pegawai puskesmas yang menjelaskan bahwa

kejadian stunting pada balita belum berhasil diturunkan angka prevalensinya

karena kurangnyaperilaku ibu baik dalam pengetahuan, sikap serta tindakan

dalam memperhatikan masalah kesehatan pada balita khususnya dalam PHBS.

Selain itu hasil observasi lingkungan sekitar wilayah kerja Puskesmas Kaluku

Bodoa kondisi lingkungan yang ditempatitampak sampah yang berserakan,

sehingga peneliti berkeinginan untuk meneliti bagaimana hubungan perilaku

ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka rumusan masalah yang ditentukan adalah apakah ada

hubungan perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan

kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan

PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya perilaku ibu dalam penerapan PHBS

b. Diketahuinya pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

c. Diketahuinya kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun


6

d. Diketahuinya hubungan antara perilaku ibu dalam penerapan PHBS

dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun

e. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam bidang

akademik khususnya pada mata kuliah keperawatan anak dan untuk

menambah informasi ilmiah dari penelitian yang dilakukan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan wawasan pengetahuan serta adanya

pengalaman bagi peneliti mengenai perilaku dan pengetahuan ibu dalam

penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun

b. Bagi Institusi Pendidikan

Data maupun hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tambahan

kepustakaan agar membantu peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi

dalam melakukan penelitian dalam bidang yang sama.

c. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan

pengetahuan kepada masyarakat terutama ibu mengenai pentingnya

penerapan perilaku hidup bersih dan sehat bagi kesehatan. Sehingga


7

dapat mengubah perilaku dan pengetahuan kurang baik ibu sebagai salah

satu upaya pencegahan stunting pada balita.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tentang Stunting

1. Pengertian Stunting

Menurut Atmarita (2018) menjelaskan bahwa stunting atau tubuh

pendek adalah kondisi yang menunjukan balita dengan panjang atau tinggi

badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Pada kondisi stunting

diukur berdasarkan tinggi atau panjang badan yang mendapatkan hasil atau

menunjukkan kurang dari -2 standar deviasi (SD) median standar atau

pedoman pertumbuhan anak dari WHO.

Stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada

anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis

sehingga anak terlihat pendek di usianya. Kondisi dimana bayi masih dalam

kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir dapat tergambarkan

kekurangan gizi terjadi pada kondisi tersebut. Namun, saat bayi memasuki

usia 2 tahun maka kondisi stunting baru terlihat(Hasan & Kadarusman,

2019).

Menurut Torlesse et.,al (2016) Stunting adalah suatu kondisi dimana

balita mengalami kegagalan untuk tumbuh tinggi dan berkembang secara

optimal sesuai dengan bertambahnya usia. Stunting menimbulkan risiko

pada balita yaitu bisa mempengaruhi perkembangan pada kognitif dan

motorik, menurunnya kinerja balita saat di pendidikan dan stunting juga

berpengaruh pada produktivitas saat dewasa nantinya.


9

2. Klasifikasi Stunting

Status gizi pada balita umumnya menggunakan salah satu penilaian

yaitu dengan penilaian antropometri. Pada dasarnya penilaian antropometri

berhubungan dengan beragam pengukuran dari dimensi dan komposisi

tubuh yang dimana berdasarkan tingkat umur dan juga tingkat gizi. Pada

fungsi penilaian antropometri itu sendiri digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Kemenkes, 2017).

Berikut klasifikasi status gizi stunting yang berlandaskan indikator

panjang badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur (TB/U)

(Kemenkes RI, 2016):

a. Sangat pendek : Z-Score<-3,0 SD

b. Pendek : Z-Score -3,0 SD s/d Z-Score<-2,0 SD

c. Normal : Z-Score ≥ -2,0 SD

3. Ciri-ciri Stunting

Kemenkes RI, (2018)menjelaskan bahwa manifestasi klinis balita

pendek atau stunting dapat diketahui jika seorang balita telah diukur

panjang atau tinggi badannya, maka akan dibandingkan dengan standar dan

hasil pengukuran tersebut akan mendapatkan kisaran di bawah normal.

Anak yang termasuk dalam stunting atau tidaknya itu tergantung pada hasil

pengukuran yang didapatkan seperti uraian yang telah dijelaskan

sebelumnya. Jadi tidak hanya dengan diperkirakan atau hanya ditebak tanpa

melakukan pengukuran. Selain tubuh pendek yang menjadi salah satu ciri

stunting, adapun ciri-ciri lainnya yaitu:


10

a. Pertumbuhan melambat

b. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya

c. Pertumbuhan gigi terhambat

d. Menurunnya kemampuan memori dan konsentrasi dalam belajarnya

e. Pubertas terlambat

f. Saat memasuki usia 8-10 tahun kontak matanya kurang dengan orang

yang berada di sekitarnya dan anak lebih pendiam

g. Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun

h. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi

pertama pada anak perempuan)

i. Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi

4. Penyebab Stunting

Penyebab terjadinya stunting dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti sanitasi lingkungan, pengolahan makanan dan juga kurangnya

pengetahuan ibu terhadap stunting. Sanitasi lingkungan yang tidak sehat

akan berpengaruh pada kesehatan anak balita sehingga dapat mempengaruhi

status gizi balita tersebut. Pada faktor kesehatan lingkungan terdapat

hubungan antara sumber air bersih yang terlindung dengan yang tidak

terlindung, yang dimana air termasuk salah satu kebutuhan penting untuk

keberlangsungan hidup. Sumber air yang terlindung dapat berupa air tanah

seperti sumur dalam,dangkal dan mata air. Sumber air yang tidak terjaga

kebersihannya dapat meningkatkan risiko stunting lebih tinggi dari sumber

air yang terjaga kebersihannya.Perilaku kebersihan yang buruk serta air


11

minum yang tidak aman dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap terjadinya

kejadian stunting (Adriany et al., 2021).

Menurut WHO (2013), penyebab terjadinya kondisi stunting

disebabkan pada empat kategori besar yaitu; faktor rumah tangga dan

keluarga, menyusui dan komplementer yang tidak adekuat atau makanan

tambahan. Pada faktor rumah tangga dan keluarga terdapat pembagian lagi

yaitu faktor maternal atau faktor ibu dan faktor lingkungan rumah. Faktor

maternal termasuk di dalamnya pada saat prakonsepsi adanya asupan nutrisi

yang kurang, ibu dengan tinggi badan yang rendah, kelahiran preterm,

kehamilan pada usia remaja, jarak kehamilan yang pendek, terjadinya

intrauterine growth restriction (IUGR) kesehatan mental, hipertensi dan

infeksi. Faktor lingkungan rumah berupa sanitasi yang buruk, air yang tidak

bersih, perawatan kesehatan yang kurang, aktivitas dan stimulus anak yang

tidak adekuat, kurangnya edukasi pengasuh, gizi makanan yang tidak sesuai

dalam rumah tangga dan kurangnya akses pada ketersediaan pangan.

Menurut Sandjojo dan Majid (2017) menjelaskan bahwa penyebab

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi. Intervensi paling

menentukan pada 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan) yaitu:

a. Praktik pengasuhan yang tidak baik:

1) Minimnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan

selama memasuki masa kehamilan

2) 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak memperoleh ASI eksklusif
12

3) Pada usia 0-24 bulan dengan kisaran 2 dari 3 anak tidak diberikan

makanan sebagai pengganti ASI

b. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk salah satunya layanan Ante

Natal Care (ANC), post natal dan penyediaan informasi kesehatan dini

yang bermutu:

1) Terdapat 1 dari 3 anak dengan usia 3-6 tahun tidak terdaftar di

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

2) Sebagian ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang

terbilang cukup

3) Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% pada

tahun 2007 menjadi 64% pada tahun 2013)

4) Tidak mendapat akses yang memuaskan di layanan imunisasi

c. Kurangnya akses dalam memperoleh makanan bergizi:

1) 1 dari 3 ibu hamil dengan kondisi anemia

2) Makanan bergizi yang terbilang mahal sehingga tidak mencukupi bagi

keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah

d. Kurangnya ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik

1) 1 dari 5 rumah tangga belum menggunakan jamban yang bersih untuk

buang air besar

2) 1 dari 3 rumah tangga belum memperoleh ketersediaan air minum

yang bersih
13

5. Dampak Stunting

Stunting mengakibatkan otak anak kurang berkembang. Jadi hal

tersebut menunjukkan 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang

lebih banyak dalam hal pendidikan dan pekerjaan pada sisa hidup mereka

(Achadi, 2016).

Dampak buruk yang dapat terjadi akibat stunting menurut Sandjojo

dan Majid (2017):

a. Jangka pendek yaitu terjadinya gangguan pertumbuhan fisik, gangguan

metabolisme yang terjadi didalam tubuh,dan terhambatnya

perkembangan otak yang berpengaruh pada kecerdasan.

b. Pada jangka panjang yaitu menurunnya kemampuan kognitif, prestasi

belajar, menurunnya sistem imun sehingga mudah sakit, terjadinya risiko

tinggi terkena penyakit diabetes, penyakit jantung, kegemukan, kanker,

stroke, dan kondisi disabilitas pada usia tua nantinya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Balita memiliki masa

depan yang masih panjang sehingga apabila balita yang mengalami stunting

akan lebih rentan terkena penyakit degeneratif dan perkembangan otak akan

terhambat akibatnya menimbulkan kemampuan kognitif menjadi lemah dan

hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat konsentrasi yang menimbulkan

kesulitan dalam memahami pengetahuan dan pelajaran yang ditangkap.

Selain itu stunting bukan hanya menimbulkan dampak buruk bagi balita

tetapi dampaknya berpengaruh terhadap perkembangan negara yang dimana

menurunnya kualitas sumber daya manusia.


14

6. Upaya Pencegahan Stunting

Usia 0–2 tahun atau usia dibawah tiga tahun (batita) merupakan

periode emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak,

karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode

1000 hari pertama atau disebut juga sebagai periode emas (window of

opportunities) yang dimana pada masa janin sampai anak memasuki usia 2

tahun proses tumbuh-kembang terjadi dengan cepat dan hal ini tidak terjadi

pada kelompok anak usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan

mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada usia dewasa sehingga perlu

adanya upaya-upaya pencegahan bagi masalah stunting karena mengingat

akan tingginya prevalensi stunting yang terjadi di Indonesia. Pemerintah

telah membuat kebijakan dalam pencegahan stunting berdasarkan

Keputusan Presiden nomor 42 tahun 2013 terkait Gerakan Nasional

Peningkatan Percepatan Gizi yang difokuskan pada kelompok usia pertama

1000 hari kehidupan, sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013).

a. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan

b. Pemberian Makanan Tambahan(PMT)ibu hamil

c. Pemenuhan gizi

d. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli

e. Pemberian Inisiasi Menyusui Dini(IMD)

f.Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6

bulan
15

g. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6

bulan hingga 2 tahun

h. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A

i. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat

j. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS)

Selain itu, terdapat PKGBM yaitu Proyek Kesehatan dan Gizi

Berbasis Masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah guna mencegah

stunting. PKGBM adalah program yang komprehensif dan berkelanjutan

untuk mencegah stunting di area tertentu.Dengan tujuan program sebagai

berikut:

a. Mengurangi dan mencegah berat badan lahir rendah, kurang gizi, dan

stunting pada anak–anak.

b. Meningkatkan pendapatan rumah tangga/keluarga dengan penghematan

biaya, pertumbuhan produktivitas dan pendapatan lebih tinggi.

B. Tinjauan Pustaka tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Menurut Depkes RI (2007) seperti dikutip oleh Lynawati (2020),

bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran setiap individu maupun kelompok.

Pada kondisi tertentu anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri

dalam lingkup kesehatan dan ikut berperan aktif pada kegiatan-kegiatan

dimasyarakat serta bisa menolong masyarakat yang lainnya.


16

PHBS adalah suatu bentuk upaya dalam memberikan pengalaman

belajar atau menciptakan kondisi yang berbeda bagi perorangan, kelompok,

keluarga dan bagi masyarakat dengan membuka jalur komunikasi untuk

membagikan informasi berupa edukasi dalam meningkatkan pengetahuan,

memperbaiki sikap dan perilaku melalui cara pendekatan.(Sulasmi et al.,

2019)

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PHBS harus

diwujudkan dengan adanya gerakan agar menjadi suatu kebiasaan dalam

meningkatkan kualitas hidup dengan memperbaiki tatanan kesehatan bagi

diri sendiri, keluarga atau ruang lingkup rumah tangga dan bagi lingkungan

sekitar.

2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Tujuan PHBS merupakan salah satu cara dalam menambah

pengalaman belajar bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dengan membuka jalur komunikasi untuk membagikan informasi berupa

edukasi dalam meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap dan perilaku

melalui cara pendekatan melalui perantara gerakan masyarakat, advokasi,

dan bina suasana sehingga mampu menerapkan cara-cara kebiasaan hidup

sehat guna menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan bagi individu

maupun masyarakat(Lynawati, 2020).

Adapun tujuan PHBS Menurut Raule (2003:19) seperti dikutip

dariSulasmi, Dewi. S and Karmila (2019),bahwa tujuan PHBS pada

dasarnya untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman, kesadaran,


17

keinginan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta

meningkatkan keikutsertaandalam upaya mewujudkan kesehatan secara

optimal pada anak usia dini sampai usia dewasa.

3. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

AdapunManfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang

dikemukakan oleh Departemen Kesehatan RI (2009) seperti dikutip

dari(Fadilah et al., 2019) dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:

1) Anggota keluarga menjadi sehat dan sistem imun menjadi lebih baik.

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3) Anggota keluarga menjadi giat bekerja.

4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dipakai untuk pendidikan,

pemenuhan gizi bagi anggota keluarga dan simpanan modal untuk

membuka usaha agar menambah penghasilan keluarga.

b. Manfaat PHBS bagi masyarakat:

1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan.

3) Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4) Adanya pengembangan dari masyarakat dalam Upaya Kesehatan

Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti tabungan ibu bersalin,

posyandu, arisan jamban dan ambulans desa.

Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat baik itu individu, keluarga maupun lingkungan
18

masyarakat pastinya akan meningkatkan kualitas hidup dan tatanan

kesehatan yang lebih baik, terutama untuk ibu dan calon ibu yang harus

menerapkan perilaku tersebut kepada anak-anak agar memperbiasakan

dalam menjalani pola hidup sehat yang lebih baik, selain memiliki tujuan

adapun manfaat PHBS yang didapatkan seperti tidak mudah terkena infeksi,

dan apabila rajin mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan serta

rajin membersihkan tubuh si anak setelah bermain maka hal tersebut akan

membantusistem imun dalam melawan penyakit yang disebabkan oleh

jamur, bakteri, virus serta agen penyerta lainnya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS

Faktor-faktor PHBS terdapat 3 faktor penyebab utama mengapa

seseorang melakukan atau menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat

yaitu karena faktor pemudah (predisposing factor), faktor pemungkin

(enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor) (Sulasmi et al.,

2019).

5. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pada pelaksanaan program PHBS di berbagai kawasan Indonesia

juga menggunakan 10 indikator PHBS yang harus dipraktekkan dalam

rumah tangga karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan

keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat, indikator tersebut adalah:

(wirahaditama, 2018)

a. Tenaga kesehatan berperan dalam pertolongan persalinan


19

Pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan agar upaya

keselamatan ibu dan calon bayi dapat diutamakan, tenaga kesehatan yang

terlibat seperti bidan, perawat, dokter maupun tenaga kesehatan lain yang

memiliki keahlian khusus.

b. Bayi diberikan ASI eksklusif

Bayi dengan usia 0-6 bulan sebaiknya diberikan ASI eksklusif agar

asupan gizinya terpenuhi dan pemberian ASI tersebut tanpa makanan dan

minuman tambahan

c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan

Pentingnya penimbangan dilakukan setiap satu bulan sekali sampai bayi

memasuki usia enam bulan. Memasuki usia 1 tahun maka penimbangan

berat badan hanya dilakukan setiap dua bulan sekali dan tiga bulan

sekali. Pentingnya penimbangan berat badan agar dapat dipantau

pertumbuhan bayi dan balita.

d. Ketersediaan dalam menggunakan air bersih

Menggunakan air bersih begitu penting agar kebersihan dapat terjaga

yang dimana air merupakan kebutuhan dasar yang digunakan untuk

membersihkan diri saat mandi dan membersihkan perabotan rumah, hal

tersebut dapat membantu tubuh terhindar dan tidak mudah terserang

penyakit

e. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Jamban merupakan suatu ruangan yang memiliki fasilitas untuk

pembuangan kotoran manusia, pentingnya dalam membersihkan jamban


20

agar tempat pembuangan kotoran tidak menjadi salah satu penyebab

penularannya kuman melalui tempat tersebut.

f. Memberantas jentik nyamuk di rumah

Salah satu rumah dengan bebas jentik merupakan rumah tangga yang

berhasil dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan tidak terdapat

jentik nyamuk dalam pemeriksaan tersebut.

g. Mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun

Mencuci tangan dengan air yang tidak bersih dan tanpa menggunakan

sabun bisa menjadi perantara masuknya kuman dan bakteri ke dalam

tubuh, jadi untuk mencegah hal tersebut maka pentingnya ketersediaan

air bersih di rumah. Mencuci tangan dengan air bersih tanpa

menggunakan sabun dapat membuat kuman masih tertinggal di tangan

sehingga untuk meminimalisir hal tersebut ketersediaan sabun juga

dibutuhkan terutama sabun cair yang digunakan untuk mencuci tangan.

h. Tidak merokok di dalam rumah

Rumah tangga dengan anggota keluarga yang tidak merokok dapat

mencegah tersebarnya penyakit yang dimana rokok memiliki kandungan

kimia yang berbahaya. Jadi begitu penting bagi kesehatan anggota

keluarga yang tidak merokok.

i. Membiasakan dalam melakukan aktivitas fisik setiap hari

Apabila aktivitas fisik dibiasakan untuk mengisi waktu luang maka hal

tersebut dapat membantu pemeliharaan fisik dan mempertahankan taraf

hidup agar tetap bugar dan sehat.


21

j. Makan buah dan sayur secara teratur

Buah dan sayur memiliki berbagai kandungan vitamin dan mineral yang

bermanfaat dan membantu memperkuat sistem imun tubuh.

Dari 10 indikator PHBS yang dijelaskan, terdapat beberapa indikator

yang berpengaruh terhadap kejadian stunting yang dimana indikator dengan

penerapan terendah yaitu indikator merokok dan mengkonsumsi buah dan

sayur secara teratur, adapun indikator dengan penerapan terbaik yaitu

penggunaan air bersih dalam kegiatan didalam rumah tangga dan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Issn et al., 2019).

C. Tinjauan Pustaka Perilaku


1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2007) seperti dikutip dalam (Cahyani et al.,

2019) menjelaskan bahwa perilaku merupakan segala sesuatu yang

dikerjakan oleh manusia, yang dimana dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung. Hal tersebut berarti bahwa perilaku terjadi jika

terdapat suatu hal yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi atau yang

disebut juga dengan rangsangan, dengan demikian reaksi berupa perilaku

tertentu dihasilkan karena adanya suatu rangsangan. Pada dasarnya suatu

perilaku berorientasi pada tujuan dengan kata lain, perilaku seseorang

umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan yang

diharapkan.

Perilaku adalah suatu hasil dari pengalaman yang diperoleh dan

merupakan proses dari interaksi dengan suatu lingkungan yang terwujud

dari segi pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga akan diperoleh adanya
22

keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.

Perilaku individu bisa berubah apabila terjadi karena ketidakseimbangan

dari kedua kekuatan tersebut. (Notoatmodjo, 2012)

Perilaku kesehatan merupakan respon yang muncul dari seseorang

terhadap rangsangan atau objek yang berhubungan dengan sakit dan

penyakit, makanan serta minuman, sistem suatu pelayanan kesehatan dan

lingkungan. Kesehatan individu kelompok maupun lingkup masyarakat

sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan. Notoatmodjo

(2007) membagi perilaku kedalam 3 domain yang berperan penting yaitu;

ranah pengetahuan, ranah sikap dan ranah tindakan.

a. Pengetahuan

Menurut Achmadi (2013:117), Pengetahuan adalah hasil dari tahu

yang terjadi apabila telah melibatkan panca indra terhadap suatu objek

yang berkaitan dari hal yang ingin diketahui. Seseorang tidak bisa

mengambil keputusan dan memilih serta menentukan tindakan terhadap

masalah yang dihadapi, jika tanpa adanya dasar pada kedua hal tersebut

seperti dikutip dari(Carolina et al., 2016).

b. Sikap

Sikap adalah suatu perasaan memihak atau mendukung

(favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) pada

suatu objek yang dituju. Sikap sifatnya evaluatif terhadap suatu nilai

yang berkaitan dengan objek yang diyakini. Sikap belum termasuk suatu
23

aktivitas atau tindakan, akan tetapi sikap merupakan predisposisi dari

tindakan suatu perilaku. (Oktaningrum, 2018)

c. Tindakan (Aksi)

Tindakan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang

untuk mencapai suatu tujuan dan biasanya tujuan tersebut diperoleh

karena adanya niat sehingga munculah langkah baru atau suatu perbuatan

yang dikehendaki.(Oktaningrum, 2018)

2. Prosedur Pembentukan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) Demi terbentuknya suatu perilaku

individu maka perlu diwujudkan suatu kondisi tertentu yang disebut juga

dengan operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku individu

dalam operant conditioning adalah:

a. Melakukan identifikasi terkait hal-hal yang menjadi power atau kekuatan

berupa adanya reward atau hadiah bagi suatu perilaku yang ingin

dibentuk nantinya.

b. Adanya upaya dalam menganalisis terkait komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku sehingga dari komponen-komponen tersebut

dapat disusun dengan urutan yang sesuai agar lebih terarah pada perilaku

yang ingin dituju.

c. Komponen yang tersusun dengan sesuai digunakan untuk memperoleh

tujuan yang bersifat sementara dalam mengidentifikasi reinforcer atau

hadiah.
24

d. Memanfaatkan urutan komponen yang sudah tersusun untuk

pembentukan pribadi.

3. Bentuk Perilaku

Perilaku merupakan suatu respon individu terhadap adanya

rangsangan dari luar subjek. Notoatmodjo (2007) seperti dikutip dalam

(Madjid, 2017)menjelaskan bahwa respon tersebut dapat berupa dua bentuk:

a. Bentuk pasif adalah respon yang bersumber dari internal artinya respon

yang terjadi dalam diri individu dan tidak dapat langsung dilihat oleh

orang lain, seperti tanggapan atau sikap batin, berpikir dan pengetahuan.

Bentuk pasif perilaku pada individu bisa dikatakan terselubung dalam

dirinya sehingga disebut covert behavior.

b. Bentuk aktif adalah respon yang bisa dikatakan jelas sehingga dapat

diobservasi secara langsung. Dalam hal ini perilaku individu telah

nampak dan dibentuk dengan adanya tindakan nyata sehingga disebut

over behavior.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Notoatmodjo (2012) seperti yang dikutip dalam (Oktaningrum,

2018) menjelaskan perilaku dipengaruhi oleh faktor-faktor:

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terbentuk dalam

keyakinan nilai-nilai, kepercayaan dan berbagai demografi yakni; jenis

kelamin, status dan umur. Faktor ini terdapat dalam diri individu:

1) Pengetahuan

2) Keyakinan
25

3) Nilai, dan

4) Sikap

b. Faktor Pemungkin (enabling factors), disebut juga faktor pendukung

yang meliputi sarana dan prasarana

c. Faktor Pendukung (reinforcing factor), faktor pendukung yang

didalamnya terdapat faktor sikap maupun perilaku dari tokoh agama,

masyarakat, petugas atau tenaga kesehatan dan undang-undang dari

berbagai peraturan baik undang-undang peraturan pusat maupun daerah

yang berkaitan dengan kesehatan.

5. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007) terdapat beberapa perilaku kesehatan

yang meliputi:

a. Perilaku individu terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana individu

merespon rasa sakit yang dialami dalam dirinya maupun diluar. Dalam

hal merespon tersebut dapat berupa pasif yang meliputi pengetahuan,

sikap dan persepsi terhadap penyakit maupun rasa sakit. Adapun respon

aktif berupa tindakan yang berupa upaya dalam mencari tahu segala

sesuatu yang terkait dalam tingkat pencegahan, gejala maupun hal-hal

yang berkaitan dengan tempat fasilitas kesehatan sebagai bentuk dari

pengetahuan.

b. Perilaku yang berhubungan dalam mempertahankan dan meningkatkan

taraf kesehatan (health promotion behavior).


26

c. Perilaku dalam pencegahan penyakit (health prevention behavior)

merupakan respon yang dilakukan untuk pencegahan penyakit.

d. Perilaku pencegahan berhubungan dengan pencarian pengobatan (health

seeking behavior) yaitu perilaku dalam mencari tahu pengobatan dengan

melakukan segala bentuk upaya.

e. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) artinya

individu yang telah sembuh dari suatu penyakit maka individu tersebut

akan menerapkan suatu perilaku baru dengan mengupayakan segala

usaha untuk pemulihan kesehatan.

f. Perilaku pelayanan kesehatan, yaitu respon seseorang yang timbul

terhadap sistem pelayanan kesehatan tersebut baik secara tradisional

maupun modern.

g. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) adalah respon individu

berdasarkan rasa, jenis, maupun bentuk terhadap makanan yang

dikonsumsi.

h. Perilaku lingkungan kesehatan (environmental health behavior) yaitu

respon individu berdasarkan penyesuaian maupun interaksi yang baru

dihadapi terhadap lingkup kesehatan.

6. Model atau Teori Perilaku

Menurut Iswara (2007) terdapat model atau teori perilaku yang

dibedakan menjadi tujuh yaitu:


27

a. Model Kepercayaan Kesehatan

Menurut model kepercayaan kesehatan, perilaku ditentukan berdasarkan

apakah seseorang:

1) Percaya mereka rentan atau tidak pada masalah kesehatan tertentu

2) Menganggap bahwa masalah kesehatan serius atau tidak

3) Meyakini terhadap efektivitasnya pencegahan serta pengobatan dari

masalah kesehatan tersebut

4) Menerima saran atau anjuran dalam mengambil suatu tindakan

kesehatan

b. Model komunikasi atau persuasi (communication or pertuation model)

c. Teori dari aksi beralasan

d. Model transteoritik

e. Precede of proceed model

f. Difusi inovasi

g. Teori pemahaman sosial

7. Bentuk Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku pada individu bervariasi seiring dengan konsep

yang digunakan oleh para ahli berdasarkan pemahaman terhadap perilaku

itu sendiri. Menurut Sunaryo (2006) seperti dikutip dalam (Madjid, 2017)

bentuk perubahan perilaku dibagi menjadi:

A. Perubahan perilaku yang terjadi secara alamiah (natural change)

B. Perubahan perilaku yang terjadi karena suatu rencana (planned change)


28

C. Adanya kesediaan maupun kemauan individu untuk berubah (readiness

to change)

D. Tinjauan Pustaka Pengetahuan

1. Definisi

Menurut Achmadi (2013:117), Pengetahuan adalah hasil dari tahu,

yang terjadi apabila telah melibatkan panca indra terhadap suatu objek yang

berkaitan dari hal yang ingin diketahui. Seseorang tidak bisa mengambil

keputusan dan memilih serta menentukan tindakan terhadap masalah yang

dihadapi, jika tanpa adanya dasar pada kedua hal tersebut seperti dikutip

dari (Carolina et al., 2016).

Pengetahuan adalah Tindakan manusia dalam mengandalkan

pengamatan indrawi untuk mengidentifikasi maupun memahami berbagai

gejala yang ditemui dan dirasakan. Pengetahuan muncul apabila seseorang

mengandalkan dan memakai nalar dan pancra indra untuk mengetahui suatu

kejadian dan mengenali benda tertentu yang sebelumnya belum pernah

dirasakan maupun dilihat. (Kartiko Widi, 2010: 2).

Notoatmodjo (2003:30) pengetahuan adalah suatu upaya dalam

mengamati objek yang ditemui dengan melibatkan dan mengandalkan panca

indra manusia yang didapatkan dari sumber-sumber yang beraneka seperti

melalui penyuluhan, perantara media massa, membaca, pendidikan dan

media.
29

2. Fungsi Pengetahuan

Tindakan maupun kegiatan yang dilakukan umumnya akan

memberikan manfaat pada setiap orang yang menjalaninya. Dengan

melibatkan pengetahuan, manusia dalam melakukan segala sesuatu

mengupayakan pada objek tertentu, sistematis, terstruktur serta

menggunakan metode dan keseluruhan potensi kemanusiaan. Fungsi

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dapat berupa informasi dan

didapatkan dari pengalaman yang memiliki fungsi sebagai bahan untuk

meningkatkan fungsi dari segi kognitif (Wulandari & Muniroh, 2020).

3. Tingkatan Pengetahuan

Tindakan seseorang dibentuk dengan domain yang dianggap penting

yaitu ranah kognitif dan pengetahuan. Terdapat enam tingkatan yang

terkandung pada domain kognitif yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu memiliki arti memenungkan, memikirkan atau mengingat materi

yang perah dipelajari atau didapat sebelumnya. Tingkatan ini juga

memiliki arti mengingat kembali pada sesuatu yang telah dipelajari

maupun berbagai rangsangan yang sudah diterima dan terkait suatu hal

yang spesifik. Tingkatan tahu termasuk dalam tingkatan yang paling

rendah. Adapun beberapa kata kerja untuk menakar bahwa seseorang

tahu terkait apa yang telah dipelajari yaitu : menguraikan, menelaah atau

mengidentifikasi dan menyebutkan.


30

b. Menelaah (Comprehension), memiliki arti kemampuan untuk

memaparkan tentang suatu objek yang telah diketahui secara aktual dan

cara menginterpretasi objek tersebut secara benar. Suatu objek yang telah

dipahami oleh seseorang harus mampu memaparkan dengan jelas,

menyebutkan atau memberikan contoh yang berkaitan dengan objek

tersebut dan mampu menyimpulkannya.

c. Aplikasi (Aplication), memiliki arti sebagai sesuatu yang telah diketahui

dan dapat digunakan sebagai materi untuk diterapkan pada suatu kondisi

maupun situasi yang nyata. Aplikasi juga memiliki arti diterapkan

maupun direalisasikannya metode, rumus-rumus, penggunaan hukum-

hukum, prinsip dalam suatu konteks terkait situasi maupun kondisi.

d. Analisis (Analysis), kemampuan yang dimiliki dan dapat digunakan

untuk penjabaran suatu objek maupun materi dalam konteks komponen

namun tidak keluar dari suatu organisasi yang terstruktur sehingga masih

terdapat kaitan satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis), artinya kemampuan dalam menghubungkan maupun

menyusun suatu perumusan yang didapatkan dari perumusan-perumusan

yang telah ada contohnya kemampuan dalam meringkaskan, menyusun,

menyesuaikan dan merencanakan secara sistematis

f. Evaluasi (Evaluation), kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

melakukan penilaian atau justifikasi terhadap suatu objek atau materi dari

penilaian yang telah diberikan didasarkan pada kriteria atau standar yang

telah ada.
31

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai

berikut:

a. Tingkat Pendidikan adalah usaha untuk memberikan dan mengupayakan

pengetahuan sehinga adanya peningkatan pada perubahan perilaku positif

yang dapat terjadi.

b. Informasi, dalam memperoleh pengetahuan yang luas maka seseorang

harus mempunyai berbagai sumber informasi yang banyak.

c. Budaya, artinya kepercayaan dan sikap manusia yang merupakan salah

satu kebutuhan dapat dipenuhi dengan adanya tingkah laku pada masing-

masing manusia.

d. Pengalaman, segala sesuatu yang telah dirasakan dan dilalui dari suatu

peristiwa ataupun kejadian yang dimana dari hal tersebut dapat

menambah pengetahuan terkait suatu hal yang meliputi informasi. Dan

e. Sosial Ekonomi, merupakan taraf kemampuan seseorang untuk

mewujudkan kepentingan yang menjadi prioritas dalam hidup.

Kemampuan kognitif berperan penting pada penentuan perilaku

berdasarkan dari sikap seseorang, yaitu berbagai hal yang memiliki

hubungan dengan informasi terkait pengetahuan seseorang yang

didapatkan dari pengalaman maupun kejadian faktual yang dirasakan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah hasil berupa informasi-informasi yang ditemukan seseorang dalam


32

pengalaman yang dimana pengalaman tersebut mempunyai objek yang

telah diamati dengan melibatkan panca indra

E. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Perilaku ibu dalam Penerapan PHBS dengan Kejadian Stunting

pada Balita usia 3-5 tahun

Balita disebut stunting apabila Z-score tinggi badan menurut

umurnya berada dibawah garis normal yaitu kurang dari -2 standar deviasi

dikatakan pendek dan kurang dari -3 standar deviasi dikategorikan sebagai

sangat pendek. Faktor langsung dan tidak langsung menjadi penyebab

terjadinya stunting. Penyebab faktor langsung stunting yaitu asupan nutrisi

ibu saat hamil, mengalami penyakit infeksi, dan asupan nutrisi pada si

balita, lain halnya dengan faktor tidak langsung yang disebabkan oleh

berbagai aspek. Salah satu penyebab stunting pada faktor tidak langsung

yaitu menggunakan air bersih (Water), sanitation and hygiene (WASH),

yang dimana berpengaruh pada kebersihan dan kualitas air yang digunakan,

jamban yang bersih dan kebiasaan cuci tangan dengan menggunakan air

bersih dan sabun (Alfadhila Khairil Sinatrya & Lailatul Muniroh, 2019).

Lingkungan yang tidak bersih erat kaitannya dengan perilaku hidup

bersih dan sehat ibu yang tidak bersih juga, begitupun sebaliknya perilaku

hidup bersih dan sehat ibu yang baik dapat menjadi upaya dalam

pencegahan terjadinya stunting. Terdapat 10 indikator Perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga, namun terdapat beberapa

indikator PHBS yang kaitannya dengan kejadian stunting seperti pada


33

penelitian Alfadhila Khairil Sinatrya & Lailatul Muniroh, (2019)

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

ibu dalam kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian stunting. Tingkat

pengetahuan ibu tentang kebiasaan cuci tangan kurang baik memiliki risiko

stunting pada balitanya sebesar 0,12 kali lebih tinggi. Penelitian Apriani et

al.,(2018) menunjukan terdapat hubungan antara kurang baiknya

pelaksanaan PHBS dengan kejadian stunting pada baduta. Selain itu pada

penelitian Issn et al., (2019) menunjukan indikator PHBS dengan penerapan

terendah pada kejadian stunting adalah indikator mengkonsumsi buah dan

sayur setiap hari dan indikator merokok.

2. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Penerapan PHBS dengan Kejadian

Stunting pada Balita usia 3-5 tahun

Tugas dalam menangani perawatan dan pengurusan balita yang

mengambil peran paling besar adalah seorang ibu, dalam hal tersebut pola

asuh ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita yang

dimana perilaku termasuk dalam hal tersebut. Notoatmodjo (2005) seperti

dikutip dari Margawati & Astuti (2018), menjelaskan perilaku dipengaruhi

oleh sikap dan pengetahuan, pengetahuan yang dinilai baik atau sesuai akan

menciptakan sikap yang sesuai pula sehingga apabila rendahnya

pengetahuan ibu dalam pola asuh balita erat kaitannya dengan kejadian

malnutrisi pada balita yang dimana melibatkan tentang pengetahuan gizi

yang berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan. Pengetahuan


34

ibu terkait gizi membantu dalam mempengaruhi status gizi pada balita

dalam memperoleh fungsi kematangan pertumbuhan.

Bukan hanya itu pengetahuan ibu terkait ketidaktahuan pengolahan

makanan, kandungan dari asupan gizi, pentingnya perilaku hidup bersih dan

sehat dan pengecekan tumbuh kembang anak akan berpengaruh pada

kejadian stunting. Balita dengan kondisi stunting rentan mengalami masalah

kesehatan baik fisik maupun psikisnya sehingga masalah tersebut harus di

minimalisasikan pada pengetahuan ibu yang baik dan sesuai agar dapat

berpengaruh terhadap tubuh yang sehat (Margawati & Astuti, 2018).

Pengetahuan tentang penerapan pola asuh yang baik seorang ibu

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan balita.

Faktor perilaku yang termasuk dalam pola asuh menjadi salah satu faktor

yang berpengaruh pada pelaksanaan dalam PHBS. Sehingga jika PHBS

tidak menjadi suatu kebiasaan maka dapat menimbulkan masalah kesehatan

pada balita salah satunya yaitu stunting. Faktor penghambat dalam

penerapan PHBS seorang ibu yaitu pendidikan dan pengetahuan terhadap

pentingnya PHBS. Apabila dari kedua faktor tersebut tidak saling sejalan

maka akan berpengaruh terhadap fase akhir yaitu penerapan PHBS itu

sendiri.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Adriany et al., 2021) terkait

hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada balita menunjukan

bahwa ibu dengan pengetahuan yang rendah memiliki risiko balitanya untuk
35

menderita stunting. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Wulandari & Muniroh, 2020) hasil penelitiannya seorang ibu dengan

tingkat pengetahuan yang baik berpeluang untuk meminimalisir risiko

terjadinya stunting dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan yang

rendah.
36

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Perilaku dan Pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS merupakan

variabel bebas (variabel independen) sedangkan kejadian stunting merupakan

variabel terikat (variabel dependen).

Variabel Independen Variabel dependen

Perilaku dan
Pengetahuan ibu Kejadian stunting
dalam penerapan pada balita usia
PHBS 3-5 tahun

Bagan 3.1 Kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Variabel Independen

: Variabel dependen
37

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis penelitian (Ha) merupakan

jawaban sementara berdasarkan masalah yang ada pada penelitian dan

menunjukkan adanya hubungan antara variabel bebas (variabel independen)

dan variabel terikat (variabel dependen) (Setiadi, 2007). Terdapat hipotesis

penelitian dalam penelitian ini yaitu:

Ha : adanya hubungan perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan

PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun


38

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah salah satu tahapan dari penelitian yang

sebaiknya harus diperhatikan agar penelitian yang dilakukan dapat terlaksana

dengan baik untuk memperoleh tujuan dari penelitian yang dilakukan (Putra,

2016). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Menurut Nursalam

(2017) Pendekatan cross sectional merupakan salah satu dari rancangan

penelitian yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi dalam hal ini

untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

serta diambil pada waktu yang bersamaan.

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Menurut Hasmi (2016), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek maupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya

ditarik kesimpulannya. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua

ibu yang memiliki balita stunting usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku

Bodoa kota makassar dengan data yang didapatkan berjumlah 82 balita.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017), menjelaskan sampel adalah suatu bagian

dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila


39

cakupan populasi besar dan peneliti tidak mampu dalam meninjau semua

yang terdapat pada populasi maka peneliti dapat memakai sampel dengan

alasan adanya keterbatasan tenaga, waktu, dana dan apa yang dipelajari

dalam lingkup sampel tersebut bisa disesuaikan untuk populasi, dengan

mengikuti syarat bahwa sampel yang diambil dari populasi benar-benar

representatif. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

sebagian populasi tersebut.

Dalam penentuan ukuran sampel dari suatu populasi maka

menggunakan metode Slovin dengan rumus:

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikansi (p) = 0,05

Jadi perhitungan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :


40

n = 68

Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka jumlah besar sampel

yang akan diambil dari populasi adalah 68. Namun, tidak menutup

kemungkinan jumlah sampel tersebut akan berkurang sehubungan dengan

kondisi covid-19 yang menjadi hambatan dalam melakukan penelitian.

Untuk itu adapun kriteria sampel yang terdapat pada penelitian sebagai

berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang mempunyai balita stunting usia 3-5 tahun

b. Ibu yang tinggal serumah dengan balita stunting usia 3-5 tahun

c. Ibu yang sehat mental dan fisiknya

d. Ibu yangbersedia mengisi kuesioner

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu yang mempunyai balita dengan penyakit menular

b. Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis

3. Teknik Sampling

Untuk menentukan besar sampel maka menggunakan metode non

probability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengambilan

sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara purposive

ini antara lain; mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik


41

populasi yaitu dengan mengadakan studi pendahuluan atau dengan

mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi.

C. Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018), menjelaskan bahwa variabel adalah

sesuatu yang digunakan sebagai sifat, ciri dan ukuran yang dimiliki atau

diperoleh berdasarkan satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian

tertentu, misalnya umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status

pernikahan, penyakit, pengetahuan, pendapatan dan sebagainya.

Berdasarkan perannya atau hubungan fungsional variabel dibedakan

menjadi:

1. Variabel independen adalah variabel yang sering disebut juga sebagai

variabel prediktor, antecedent dan stimulus. Dalam bahasa Indonesia

disebut juga sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab dari perubahannya atau

munculnya variabel dependen (terikat). (Hasmi, 2016)

Jadi variabel independen dalam penelitian ini yaitu perilaku dan

pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

2. Variabel dependen sering disebut sebagai konsekuen dan output kriteria.

Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas). (Hasmi, 2016)

Jadi variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kejadian stunting.


42

D. Definisi Operasional

Klasifikasi variabel dan definisi operasional dibuat dalam bentuk tabel

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Klasifikasi variabel dan definisi operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur Ukur
Variabel Suatu Perilaku ibu Kuesioner a. Perilaku Ordinal
independen respon dalam
ibu baik
: maupun penerapan
jika
Perilaku ibu tindakan PHBS
dalam dalam mendapat
penerapan memperbaik
kan nilai
PHBS i dan
≥26
meningkatk
an b. Perilaku
kebersihan
Ibu
pada anak
kurang
dengan
memperbaik baik jika
i
mendapat
pengetahua
kan nilai
n dan
menerapkan ≤25
perilaku
hidup bersih
dan sehat
untuk
mencapai
kesehatan
43

yang
optimal.

Variabel Segala Pengetahuan Kuesioner a. Pengetahu Ordinal


independen sesuatu ibu dalam
an ibu
: tentang PHBS
baik jika
Pengetahu pemahaman
an ibu ibu dalam mendapat
dalam penerapan
kan; nilai
penerapan perilaku
7-12
PHBS hidup bersih
dan sehat b. Pengetah

uan ibu

kurang

baik jika

mendapat

kan nilai

1-6

Variabel Status gizi Pendek dan Microtoi Indeks Ordinal


dependen: yang TB/U:
sangat sedan
Kejadian didasarkan 1. Pendek;
pendek standar
stunting atas panjang Z-Score -
badan atau deviasi 3,0 SD s/d
tinggi badan < -2,0 SD
dari
menurut 2. Sangat
WHO Z-
umur pendek;
(TB/U) ScoreTB Z-Score<
yang diukur -3,0 SD
44

berdasarkan /U
antropometr
i dan
kemudian
akan
dibandingka
n dengan
nilai baku
rujukan
WHO

E. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13-21 Juli 2021

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan oleh

peneliti dalam proses pemberian batas kuantitatif dan kualitatif pada variabel

sehingga dapat dinilai, dihitung besarannya ataupun nominalnya, diamati serta

variasi pada subjek tertentu. (Hasmi, 2016)

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Keseluruhan kuesioner

terkait perilaku ibu dalam penerapan PHBS terdiri dari 2 bagian dengan jumlah

pertanyaan 22. Bagian A berisi 10 pertanyaan yang menggunakan skala likert

dengan rincian sebagai berikut:

a. Sangat sering :4

b. Sering :3
45

c. Jarang :2

d. Tidak Pernah :1

Perhitungan rentang nilai dengan 10 pertanyaan, nilai tertinggi dikalikan

dengan 4 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

10 x 4 = 40

10 x 1 = 10

Maka interval sebesar:

sehingga penulis menentukan kriteria sebagai berikut:

a. Nilai ≥26 dirancang untuk kriteria perilaku ibu baik

b. Nilai ≤25 dirancang untuk kriteria perilaku ibu kurang baik

Adapun bagian B pada kuesioner yang pertanyaannya dalam bentuk

multiple choice berisi 12 pertanyaan, untuk jawaban yang benar diberi skor 1

dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Dari nilai yang diperoleh responden, maka akan disesuaikan dengan penilaian:

a. Pengetahuan ibu baik jika mendapatkan nilai : 7-12

b. Pengetahuan ibu kurang baik jika mendapatkan nilai : 1-6

Alat ukur atau instrumen stunting pada balita yang dimana pada

penelitian ini untuk mengetahui terkait kategori pendek dan sangat pendek

pada balita stunting maka menggunakan microtoise yang hasilnya akan

disesuaikan dengan standar deviasi dari WHO.

Rumus Z-score TB/U:


46

Maka akan diperoleh kategori:

a. Pendek : Z-Score -3,0 SD s/d Z-Score< -2,0 SD

b. Sangat pendek : Z-Score<-3,0 SD

I. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang bersifat valid dan reliabel dalam

pengumpulan data merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang

valid dan reliabel sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

(Setiadi, 2007). Uji validitas dan reliabilitas membutuhkan responden sejumlah

30 orang untuk memperoleh distribusi nilai hasil pengukuran yang mendekati

normal (Notoatmodjo, 2018). Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di

salah satu Puskesmas Kabupaten Enrekang dengan jumlah 30 responden. Uji

validitas dan reliabilitas di lakukan pada bulan Juni 2021, Kuesioner yang

diujivaliditas dan reliabilitasnya yaitu perilaku ibu dalam penerapan PHBS dan

pengetahuan ibu dalam PHBS.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur penelitian

dapat mengukur apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi pearson product moment (r) yaitu

membandingkan antara skor nilai setiap item pertanyaan dengan skor total

kuesioner. Nilai korelasi pertanyaan signifikan dapat dilihat melalui

perbandingan r hitung dengan r tabel pada tingkat kemaknaan 5%. Dasar


47

pengambilan keputusan instrumen itu dikatakan valid jika r hitung lebih

besar dari r tabel atau pertanyaan dikatakan valid jika skor variabel

berkorelasi signifikan dengan skor total tersebut (Hastono, 2007). Langkah

yang dilakukan selanjutnya, peneliti merevisi item pertanyaan yang

dikatakan tidak valid.

Apabila terdapat pertanyaan tidak valid maka perlu dilakukan uji

validitas sebanyak dua kali berturut-turut untuk menentukan pertanyaan

mana saja yang valid. Kuesioner perilaku ibu dalam penerapan PHBS dan

pengetahuan ibu dalam PHBS yang digunakan di katakan valid jika r hitung

> r tabel (r=0,361) dengan signifikansi 5% dan nilai N = 30. Sesuai

denganuji validitas yang sudah didapatkan pada kedua kuesioner

menunjukkan hasil >0,361, sehingga kuesioner sudah terbukti validitasnya.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran berulang terhadap

gejala yang sama dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018). Uji

reliabilitas ini dilakukan usai hasil uji validitas dinyatakan valid, pada

kuesioner perilaku ibu dalam penerapan PHBS peneliti membandingkan

nilai r hasil yang merupakan nilai alpha cronbach dengan r tabel. Dasar dari

pengambilan keputusan dari uji tersebut yaitu pernyataan dikatakan reliabel

jika nilai r alpha lebih besar dari r tabel (Hastono, 2007). Kuesioner tersebut

dikatakan reliabilitas jika nilai cronbach alpa>0,6sedangkan menunjukan

tidak reliabel apabila <0,6 (Sujarweni,2014). Sehingga dari uji reliabilitas


48

yang sudah dilakukan didapatkan nilai cronbach alpa hasilnya 0,764 jadi

kuesioner tersebut dikatakan reliabilitas.

Pada kuesioner pengetahuan ibu dalam PHBS peneliti

membandingkan nilai r hasil yang merupakan nilai split half dengan r tabel.

Dasar dari pengambilan keputusan dari uji tersebut yaitu pertanyaan

dikatakan reliabel jika nilai r split half lebih besar dari r tabel (Hastono,

2007). Kuesioner dikatakan reliabilitas jika nilai split half >0,6sedangkan

menunjukan tidak reliabel apabila <0,6. Sehingga dari uji reliabilitas

didapatkan nilai split half hasilnya 0,696 jadi menunjukkan kuesioner

tersebut reliabilitas.

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

a. Data primer

Peneliti mengumpulkan data primer secara formal kepada

responden yang dimana menggunakan kuesioner, yang berisikan

beberapa pertanyaan kepada responden sehingga data yang didapat

langsung meliputi; data identitas responden meliputi nama, umur, alamat

dan pekerjaan.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak

langsung sehingga hanya diperoleh dengan mengumpulkan data awal

melalui buku laporan yang ada di Puskesmas Kaluku Bodoa, data yang
49

diperoleh meliputi data prevalensi stunting pada balita usia 3-5 tahun di

Puskesmas Kaluku Bodoa pada tahun 2021.

2. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2018), dalam proses pengolahan data

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:

a. Editing (penyuntingan data)

Hasil yang didapatkan dari wawancara atau angket yang didapatkan dan

dikumpulkan melalui kuesioner alangkah baiknya diedit terlebih dahulu.

Jika terdapat data ataupun informasi yang kurang lengkap dan tidak

mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut

dikeluarkan (dropout).

b. Coding

Lembaran atau kartu kode merupakan suatu instrumen yang berupa

kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Pada lembaran atau

kode-kode tersebut berisi nomor responden dan nomor-nomor dari

pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa kode

pada bagian-bagian tertentu agar mempermudah pada tahap pentabulasi

dan analisa data.

c. Scoring

Scoring merupakan hasil yang didapatkan dari perhitungan skor

berdasarkan setiap jawaban yang diisi oleh responden. Tahap ini

dilakukan oleh peneliti apabila responden telah memberikan jawaban dari

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. (Notoatmodjo, 2018)


50

d. Tabulasi (Penyusunan Data)

Tabulasi yaitu proses memasukan data pada tabel-tabel yang telah

disesuaikan dengan variabel dan mengatur angka tersebut untuk

selanjutnya dihitung.

I. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan pada

sebuah variabel. Pada suatu penelitian yang dilakukan baik yang

didapatkan melalui wawancara, observasi, kuesioner maupun

dokumentasi, analisis univariat dapat disajikan dalam bentuk; tendensi

sentral, distribusi frekuensi dan nilai sebar dari variabel. (Hasmi, 2016)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel.

Adapun jenis uji yang digunakan dapat berupa uji hubungan, uji perbedaan

dan besarnya risiko. Pada analisis bivariat ini dilakukan untuk

menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini

analisis bivariat untuk mengetahui hubungan perilaku dan pengetahuan ibu

dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5

tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa kota makassar. Analisis data dilakukan

dengan perangkat lunak IBM Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 21.0. Sedangkan uji data menggunakan uji chi square yang

dimana uji tersebut merupakan salah satu uji komparatif nonparametris


51

yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala kedua data variabel adalah

ordinal. (Hasmi,2016)

J. Etika Penelitian

Etika merupakan ilmu ataupun wawasan yang membahas manusia,

dalam hal ini memiliki keterkaitan dengan perilakunya terhadap sesama

manusia. Dalam kegiatan keilmuan yang berupa suatu penelitian dengan

melibatkan sesama manusia sebagai objek dari penelitian juga tidak terlepas

dari sopan santun atau etika. (Notoatmodjo, 2018)

Pada penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyertakan pengajuan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini di Puskesmas

Kaluku Bodoa Kota Makassar. Setelah mendapat persetujuan selanjutnya

dilakukan penelitian dengan menerapkan etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent

Informed consent berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden,

tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian

dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data.


52

3. Kerahasiaan

Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.


53

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

pada bulan juli 2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pada pengambilan data diperoleh 68 responden dan

penelitian ini dilakukan pada ibu yang mempunyai balita stunting usia 3-5

tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakkan

kuesioner yaitu tentang perilaku ibu dalam penerapan PHBS dan pengetahuan

ibu dalam PHBS yang dimana data diperoleh dengan cara mengisi kuesioner

yang disebarkan oleh peneliti kepada responden. Adapun instrumen lain yaitu

microtoise dan portal pertumbuhan anak berdasarkan WHO untuk menentukan

nilai Z-score dalam hal ini untuk mengkategorikan stunting pada balita usia 3-5

tahun. Kuesioner yang telah terisi selanjutnya dilakukan pengolahan data

meliputi editing, coding, entry, dan cleaning.

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Kaluku Bodoa merupakan puskesmas non perawatan

yang berlokasi di jalan Butta Caddi. Wilayah kerja puskesmas kaluku bodoa

terdiri dari 6 kelurahan yaitu kelurahan bunga eja baru, pannampu, lembo,

suangga, ujung pandang baru dan kelurahan kaluku bodoa. Jumlah

penduduk di wilayah kerja puskesmas kaluku bodoa pada tahun 2020 adalah

sebanyak 74.505 jiwa yang tersebar di 6 kelurahan. Mata pencaharian


54

masyarakat di wilayah kerja puskesmas kaluku bodoa dominannya yaitu

buruh harian, pedagang dan pegawai negeri sipil.

2. Data Umum

Pada data umum ini mengenai karakteristik responden berdasarkan


usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan serta jenis
kelamin dan tinggi badan balita.
a. Distribusi frekuensi berdasarkan usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan
penghasilan keluarga per bulan responden di Puskesmas Kaluku Bodoa
Makassar
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan penghasilan keluarga responden di Puskesmas
Kaluku Bodoa
Karakteristik Frekuensi (ƒ) Persentase (%)
Responden
Usia 11 16,2
19-25 tahun
26-35 tahun 31 45,6
36-45 tahun 26 38,2
Total 68 100
Pendidikan Terakhir
SD 34 50,0
SMP 21 30,9
SMA/SMK 12 17,6
D3 1 1,5
Total 68 100
Pekerjaan
IRT 65 95,6
Analis 1 1,5
Wiraswasta 2 2,9
Total 68 100
Penghasilan Keluarga
Rp.500.000-1.000.000 22 32,4
Rp.1.500.000- 35 51,5
2.000.000
Rp.2.500.000- 10 14,7
3.000.000
Rp.3.500.000- 1 1,5
5.000.000
Total 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021
55

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui dari 68 responden. Diperolah data

frekuensi berdasarkan usia, yang dimana usia tertingi yaitu 26-35 tahun

sebanyak 31 (45,6%) responden. Berdasarkan pendidikan, yaitu

responden dengan tamatan SD sebanyak 34 (50%). Adapun data

frekuensi berdasarkan pekerjaan yang dimana IRT (ibu rumah tangga)

sebanyak 65 (95,6%) responden. Sedangkan data frekuensi berdasarkan

penghasilan keluarga per bulan dengan data tertinggi yaitu pendapatan

Rp.1.500.000-2.000.000 per bulan sebanyak 35 responden (51,5%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan usia balita, jenis kelamin dan tinggi

badan balita di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia, jenis kelamin dan tinggi
badan balita di Puskesmas Kaluku Bodoa
Karakteristik Responden Frekuensi (ƒ) Persentase (%)

Usia
36-40 bulan 34 50,0
41-45 bulan 18 26,5
46-50 bulan 11 16,2
51-55 bulan 2 2,9
56-60 bulan 3 4,4
Total 68 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 54,4
Perempuan 31 45,6
Total 68 100
Tinggi Badan
75-80 cm 11 16,2
81-85 cm 25 36,8
86-90 cm 23 33,8
91-95 cm 7 10,3
96-100 cm 2 2,9
Total 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui dari 68 responden diperoleh data

frekuensi berdasarkan usia balita dengan usia tertinggi yaitu 36-40 bulan
56

sebanyak 34 (50.0%). Berdasarkan jenis kelamin balita tertinggi yaitu

laki-laki sebanyak 37 (54.4%). Dan berdasarkan tinggi badan balita

tertinggi yaitu 81-85 cm sebanyak 25 (36,8%).

3. Data Khusus

a. Analisis Univariat

Uraian pada analisis univariat mengenai sub variabel yang

menjadi fokus penelitian. Hubungan perilaku ibu dalam penerapan PHBS

dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku

Bodoa kota Makassar.

1) Perilaku ibu dalam penerapan PHBS

Perilaku ibu dalam penerapan PHBS digolongkan menjadi 2 kategori

yaitu baik dan kurang baik yang dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam penerapan PHBS di


Puskesmas Kaluku Bodoa
Perilaku ibu dalam Frekuensi (ƒ) Persentase (%)
penerapan PHBS
Baik 23 33,8
Kurang Baik 45 66,2
Total 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diinterpretasikan bahwa 23

responden (33,8%) berperilaku baik dalam penerapan PHBS dan 45

responden (66,2%) berperilaku kurang baik dalam penerapan PHBS.


57

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam penerapan 10


indikator PHBS
Perilaku ibu dalam Frekuensi (ƒ) Persentase (%)
penerapan PHBS pada
10 indikator
Indikator persalinan
dibantu oleh tenaga
kesehatan
Baik 57 83,8
Kurang Baik 11 16,2
Total 68 100
Indikator Pemberian
ASI ekslusif pada bayi
selama 6 bulan
Baik 35 51,5
Kurang baik 33 33
Total 68 100
Indikator penimbangan
berat badan bayi setiap
bulan di
posyandu/puskesmas
Baik 42 61,8
Kurang baik 26 38,2
Total 68 100
Indikator
menggunakan air
bersih untuk kegiatan
sehari-hari 55 80,9
Baik 13 19,1
Kurang baik
Total 68 100
Indikator mencuci
tangan dengan air
bersih dan
menggunakan sabun 27 39,7
Baik 41 60,3
Kurang baik
Total 68 100
Indikator BAB dan
BAK menggunakan
jamban yang bersih
dan sehat 48 70,6
Baik 20 29,4
Kurang baik
Total 68 100
58

Indikator
pemberantasan
nyamuk dilakukan
setiap seminggu sekali 7 10,3
Baik 61 89,7
Kurang baik
Total 68 100
Indikator
mengkonsumsi buah
dan sayur setiap hari
Baik 31 45,6
Kurang baik 37 54,4
Total 68 100
Indikator melakukan
aktivitas fisik/olahraga
Baik 8 11,8
Kurang baik 60 88,2
Total 68 100
Indikator tidak
merokok di dalam
rumah 32 47,1
Baik 36 52,9
Kurang baik
Total 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 68 responden dengan penerapan

terbaik yang termasuk dalam kategori perilaku baik yaitu indikator

persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan sebanyak 57 (83,8%)

responden, pemberian ASI ekslusif pada bayi selama 6 bulan sebanyak

35 (51,5%) responden, penimbangan berat badan bayi setiap bulan di

psoyandu/puskesmas sebanyak 42 (61,8) responden, indikator

penggunaan air bersih sebanyak 55 (80,9) responden dan indikator untuk

BAB dan BAK menggunakan jamban yang sehat dan bersih sebanyak 48

(70,6%) responden.

Sedangkan perilaku ibu dalam penerapan 10 indikator PHBS

dapat diinterpretasikan dari 68 responden dengan penerapan terendah


59

yang termasuk dalam kategori perilaku kurang baik yaitu indikator

mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebanyak 41

(60,3%) responden, pemberantasan jentik nyamuk seminggu sekali

sebanyak 61 (89,7%) responden, mengkonsumsi buah dan sayur setiap

hari sebanyak 37 (54,4%) responden, olahraga/aktivitas fisik sebanyak 60

(88,2%) responden dan merokok di dalam rumah sebanyak 36 (47,1%)

responden.

2) Pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

Adapun pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS digolongkan

menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang baik yang dapat dilihat pada

tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam PHBS di Puskesmas


Kaluku Bodoa
Pengetahuan ibu dalam Frekuensi (ƒ) Persentase (%)
PHBS
Baik 29 42,6
Kurang Baik 39 57,4
Total 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diinterpretasikan bahwa 29

responden (42,6%) berpengetahuan baik dalam PHBS dan 39

responden (57,4%) berpengetahuan kurang baik dalam PHBS.

3) Kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun

Kejadian stunting digolongkan menjadi 2 kategori yaitu pendek dan

sangat pendek yang dapat dilihat pada tabel 5.6


60

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita usia 3-5
tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa
Kejadian stunting pada Frekuensi (ƒ) Persentase (%)
balita usia 3-5 tahun
Pendek 22 32,4
Sangat pendek 46 67,6
Total 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diinterpretasikan bahwa

status gizi stunting dengan kategori pendek sebanyak 22 (32.4%)

balita, dan kategori sangat pendek sebanyak 46 (67.6%) balita.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Hasil

analisis hubungan perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

dengan kejadian stunting di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7 Perilaku ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting
pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa

Perilaku Kategori Stunting Total

Pendek Sangat P Value


Pendek

n % n % n %
Baik 12 52,2 11 47,8 23 100,0 0.012

Kurang Baik 10 22,2 35 77,8 45 100,0


Total 22 32,4 46 67,6 68 100,0
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 68

responden didapatkan 23 responden yang berperilaku baik 12 (55,2%)

balita dengan kategori pendek, dan 11 (47,8%) balita dengan kategori


61

sangat pendek. Sedangkan 45 responden yang berperilaku kurang baik

sebanyak 10 (22,2%) balita dengan kategori pendek dan 35 (77,8%)

balita dengan kategori sangat pendek.

Dari hasil analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan didapatkan nilai Hal ini

menunjukkan bahwa Ha diterima dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan perilaku ibu dalam

penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di

puskesmas kaluku bodoa kota makassar.

Tabel 5.8 Pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian


stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa

Pengetahuan Kategori Stunting Total

Pendek Sangat P Value


Pendek

n % n % n %
Baik 14 48,3 15 51,7 29 100,0 0.016

Kurang Baik 8 20,5 31 79,5 39 100,0


Total 22 32,4 46 67,6 68 100
Sumber: Data Primer Juli 2021

Berdasarkan tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa dari 68

responden terdapat 29 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 14

(48,3%) balita dengan kategori stunting pendek, dan 15 (51,7%) balita

dengan kategori stunting sangat pendek. Sedangkan 39 responden yang

berpengetahuan kurang baik sebanyak 8 (20,5%) balita dengan kategori

stunting pendek dan 31 (79,5%) balita dengan kategori stunting sangat

pendek.
62

Dari hasil analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan didapatkan nilai Hal ini

menunjukkan bahwa Ha diterima dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan pengetahuan ibu dalam

penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di

puskesmas kaluku bodoa kota makassar.

B. Pembahasan

1. Perilaku ibu dalam penerapan PHBS

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diinterpretasikan bahwa dari 68

responden diperoleh data frekuensi tertinggi yaitu responden yang

berperilaku kurang baik sebanyak 45 (66,2%) responden.

Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa perilaku merupakan proses

dari interaksi dengan suatu lingkungan yang terwujud dari segi

pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu tingkat pendidikan, keyakinan, pengetahuan dan kepuasan. Hal

ini sesuai dengan tabel data umum tingkat pendidikan dengan perilaku ibu

dalam penerapan PHBS yang dimana teori tersebut diperkuat oleh

Lynawati, (2020) yaitu ibu dengan pendidikan tinggi akan memiliki

pengetahuan yang lebih luas dan semakin mudah untuk menerapkan PHBS

untuk memperbaiki masalah kesehatan pada balita dibandingkan dengan ibu

yang berpendidikan rendah.

Faktor perilaku memiliki peran penting terhadap keberhasilan dalam

menurunkan angka kejadian stunting. Yang dimana perilaku ibu yang


63

kurang baik dalam menerapkan PHBS dapat berpengaruh pada kesehatan

balita. Hal ini berdasarkan penelitian Apriani et al., (2018) yang

menjelaskan bahwa penerapan PHBS ibu memiliki hubungan yang

bermakna dalam menurunkan risiko kejadian stunting pada balita. PHBS ibu

dengan balita usia 3-5 tahun terdiri dari 10 indikator yaitu persalinan

dibantu oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI ekslusif, penggunaan air

bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, bayi

setiap bulan dilakukan penimbangan berat badan di posyandu/puskesmas,

BAB dan BAK menggunakan jamban yang bersih dan sehat, pemberantasan

jentik nyamuk, buah dan sayur dikonsumsi setiap hari, meluagkan waktu

untuk olahraga/melakukan aktivitas fisik dan tidak merokok di dalam

rumah.

Data terkait penerapan PHBS ibu dalam 10 indikator didapatkan dari

68 responden dengan penerapan terbaik yang termasuk dalam kategori

perilaku baik yaitu indikator persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan

sebanyak 57 (83,8%) responden, pemberian ASI ekslusif pada bayi selama 6

bulan sebanyak 35 (51,5%) responden, penimbangan berat badan bayi setiap

bulan di psoyandu/puskesmas sebanyak 42 (61,8) responden, indikator

penggunaan air bersih sebanyak 55 (80,9) responden dan indikator untuk

BAB dan BAK menggunakan jamban yang sehat dan bersih sebanyak 48

(70,6%) responden. Penerapan lima indikator terbaik diatas berdasarkan

hasil wawancara dengan salah satu responden pada hari pertama penelitian

yang menjelaskan bahwa persalinan dipercayakan oleh tenaga kesehatan


64

agar ibu dan bayi bisa selamat selain itu tersedianya air bersih sehingga

keluarga tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari serta adanya fasilitas kegiatan di posyandu untuk

memeriksakan kesehatan dan meninjau tinggi badan dan berat badan balita.

Adapun penerapan PHBS ibu dalam 10 indikator didapatkan dengan

penerapan terendah yang termasuk dalam kategori perilaku kurang baik

yaitu indikator mencuci tangan sebanyak 41 responden (60,3%) responden,

pemberantasan jentik nyamuk seminggu sekali sebanyak 61 responden

(89,7%), mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari sebanyak 37 responden

(54,4%), olahraga/aktivitas fisik sebanyak 60 (88,2%) responden dan

merokok di dalam rumah sebanyak 36 (47,1%) responden. Berdasarkan

hasil pengisian kuesioner dan wawancara pada hari pertama penelitian

pemberantasan jentik nyamuk dengan penerapan terendah karena responden

menjelaskan bahwa kurangnya informasi dan kegiatan pemberantasan di

masyarakat setempat.

2. Pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

Berdasarkan tabel 5.5 terkait pengetahuan ibu dalam penerapan

PHBS dapat diinterpretasikan bahwa dari 68 responden diperoleh data

frekuensi yaitu 29 responden (42,6%) berpengetahuan baik dalam PHBS

dan 39 responden (57,4%) berpengetahuan kurang baik dalam PHBS.

Berdasarkan pengisian kuesioner didapatkan dominan ibu yang belum

mengetahui arti dari PHBS, indikator apa saja yang termasuk serta siapa

saja yang berperan dalam pelaksaanaan PHBS. Selain itu pada poin
65

pertanyaan kebiasaan merokok di dalam rumah didapatkan mayoritas

responden yang memiliki salah satu anggota keluarga dengan kebiasaan

merokok, hal tersebut erat kaitannya dengan pengetahuan ibu yang kurang

baik dalam memahami bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok.

Adapun responden yang belum memahami penerapan cuci tangan dilakukan

pada kondisi apa saja sehingga dari beberapa hal tersebut membuat

pengetahuan ibu masih kurang baik dalam PHBS.

Adapun usia responden yang menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan ibu. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa

usia individu yang semakin bertambah maka akan berkembang pula pola

pikir serta daya tangkapnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh individu

akan semakin membaik. Namun sesuai denan usia responden yang mengisi

kuesioner didapatkan sebagian responden dengan usia lebih dari 35 tahun

memiliki pengetahuan kurang baik dikarenakan belum mengetaui

pentingnya mencuci tangan sebelum makan dan pemberian makanan

pendamping ASI sebaiknya diberikan pada balita usia berapa. Selain itu

responden dengan usia tersebut didapatkan tamatan terakhir yaitu SD

(sekolah dasar) hal tersebut membuat responden minim dalam mendapatkan

informasi serta kurangnya pengalaman dari lingkunan sekitar.

Tugas dalam menangani perawatan dan pengurusan balita yang

mengambil peran paling besar adalah seorang ibu, dalam hal tersebut pola

asuh ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita yang

dimana perilaku termasuk dalam hal tersebut. Notoatmodjo (2005) seperti


66

dikutip dari Margawati & Astuti (2018), menjelaskan perilaku dipengaruhi

oleh sikap dan pengetahuan, pengetahuan yang dinilai baik atau sesuai akan

menciptakan sikap yang sesuai pula sehingga apabila rendahnya

pengetahuan ibu dalam pola asuh balita erat kaitannya dengan kejadian

malnutrisi pada balita yang dimana melibatkan tentang pengetahuan gizi

yang berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan. Pengetahuan

ibu terkait gizi membantu dalam mempengaruhi status gizi pada balita

dalam memperoleh fungsi kematangan pertumbuhan.

Bukan hanya itu pengetahuan ibu terkait ketidaktahuan pengolahan

makanan, kandungan dari asupan gizi, pentingnya perilaku hidup bersih dan

sehat dan pengecekan tumbuh kembang anak akan berpengaruh pada

kejadian stunting. Balita dengan kondisi stunting rentan mengalami masalah

kesehatan baik fisik maupun psikisnya sehingga masalah tersebut harus di

minimalisasikan pada pengetahuan ibu yang baik dan sesuai agar dapat

berpengaruh terhadap tubuh yang sehat. (Margawati & Astuti, 2018)

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Adriany et al., 2021) terkait

hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada balita menunjukan

bahwa ibu dengan pengetahuan yang rendah memiliki risiko balitanya untuk

menderita stunting. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Wulandari & Muniroh, 2020) hasil penelitiannya seorang ibu dengan

tingkat pengetahuan yang baik berpeluang untuk meminimalisir risiko

terjadinya stunting dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan yang

rendah.
67

3. Kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa

Kota Makassar

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil penelitian tentang distribusi

kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun dengan kategori pendek

sebanyak 22 (32,4%) dan kategori sangat pendek sebanyak 46 (67,6%)

balita.

Balita dengan kondisi stunting disebabkan oleh berbagai faktor

penyebab. Menurut Sandjojo dan Majid (2017) menjelaskan bahwa

penyebab stunting disebabakan oleh faktor multi dimensi. Dalam hal ini

pada penentuan 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan) yaitu yang paling

berpengaruh praktik pengasuhan yang tidak baik terutama minimnya

perilaku ibu yang baik dalam masalah kesehatan dan gizi yang baik, selain

itu penyebab lainnya penerapan PHBS yang kurang baik.

Adapun penerapan PHBS ibu dalam 10 indikator didapatkan dengan

penerapan terendah yang termasuk dalam kategori perilaku kurang baik

yaitu indikator mencuci tangan sebanyak 41 (60,3%) responden,

pemberantasan jentik nyamuk seminggu sekali sebanyak 61 (89,7%)

responden, mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari sebanyak 37 (54,4%)

responden, olahraga/aktivitas fisik sebanyak 60 (88,2%) responden dan

merokok di dalam rumah sebanyak 36 (47,1%) responden.

Mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sangat

penting diterapkan terutama setelah keluar dari kamar mandi dan sebelum

makan karena dapat menghambat penularan kuman yang merupakan salah


68

satu penyebab diare maupun penyakit infeksi lainnya yang menjadi salah

satu penyebab terganggunya penyerapan gizi pada balita dimana

meningkatkan risiko kejadian stunting. Hal tersebut diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sinatrya & Muniroh (2019) yang

mengungkapkan bahwa ibu dengan kebiasaan mencuci tangan kurang baik

memiliki risiko stunting pada balitanya sebesar 0,12 kali lebih tinggi. Yang

dimana hal tersebut berpengaruh terhadap kebersihan diri pengasuh balita

yaitu ibu yang berperan dalam pola pengasuhan balita.

Mengkonsumsi buah dan sayur merupakan salah satu jenis makanan

pendamping ASI (MPASI) yang bergizi dan berperan penting dalam proses

pertumbuhan balita. Buah dan sayur memiliki kandungan gizi baik bagi

tubuh salah satu manfaatnya meningkatkan kekebalan tubuh dan kandungan

zat besi berperan penting dalam mencegah kekurangan zat besi dan

gangguan kehamilan pada ibu selama masa kehamilan. Responden dengan

perilaku kurang baik dalam memperhatikan makanan yang bergizi terutama

buah dan sayur pada anak berpengaruh pada gangguan pertumbuhan balita.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Issn et al., (2019)

bahwa dari 10 indikator PHBS terdapat indikator dengan penerapan

terendah yaitu konsumsi buah dan sayur setiap hari yang merupakan upaya

preventif dalam pencegahan stunting.

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya stunting pada balita. Responden dengan kategori kurang baik

memiliki anggota keluarga yang sering merokok di dalam rumah, hal


69

tersebut menyebabkan paparan asap rokok yang mengandung bahan aktif

bersifat toksik pada balita. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang

dilakukan Zubaidi (2021) menjelaskan bahwa perilaku merokok salah satu

anggota keluarga menjadi penyebab terhambatnya penyerapan gizi dan

kebiasaan mengeluarkan anggaran biaya untuk membeli rokok

dibandingkan dengan pengeluaran biaya dalam pemenuhan makanan bergizi

yang berperan penting pada tumbuh kembang balita.

Teori tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Adriany et

al., (2021) yang mengungkapkan bahwa faktor yang menimbulkan kejadian

stunting pada balita antara lain sanitasi lingkungan, perilaku (salah satunya

pengetahuan ibu) dan termasuk pengolahan makanan yang berperan dalam

status gizi balita.

Pada karakteristik usia ibu, peneliti mengklasifikasikan berdasarkan

pendapat peneliti sendiri yaitu dengan menggunakan selisih delapan dan

berdasarkan hasil karakteristik usia ibu yang mendominasi yaitu usia 26-35

tahun sebanyak 31 (45,6%) yang dimana ibu dengan usia tersebut

seharusnya sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik agar

dapat terbentuk perilaku yang baik pula dalam merawat dan mengetahui

masalah kesehatan yang terjadi pada balita dikarenakan usia ibu juga

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada perilaku yang baik pada

balita. Adapun ibu dengan usia 36-45 tahun sebanyak 26 (38,2%).

Berdasarkan hasil penelitian Manggala, A.K, et al., 2018 menjelaskan

bahwa usia ibu yang terlalu tua (>35 tahun) terdapat hubungan yang
70

signifikan dengan kejadian stunting serta berisiko 4 kali lebih tinggi dalam

mempunyai keturunan stunting. Selain itu didapatkan ibu dengan usia <20

tahun yang dimana menunjukkan risiko mempunyai anak stunting. Menurut

Stephensun seperti dikutip dalam Wartiningsih et al., 2020 menjelaskan

bahwa ibu dengan usia yang belum matang memiliki pertumbuhan fisik

yang masih terus berlangsung, sehingga dapat terjadi kompetisi untuk

memperolah nutrisi antara ibu dan janin dalam masa kandungan. Hal

tersebut membuat ibu berisiko mengandung janin dengan kondisi

intrauterine growth restriction (IUGR) serta akan melahirkan anak dengan

BBLR dan bertubuh pendek. Apabila selama 2 tahun pertama tidak nampak

perubahan tinggi badan maka anak akan menjadi pendek. Selain itu dari sisi

psikologis ibu akan memiliki pola pikir yang belum cukul pula sehingga

pola asuh ibu dengan perilaku yang kurang baik dalam merawat serta

memperhatikan masalah kesehatan pada anak tidak teratasi dengan baik.

Berdasarkan pada tabel 5.1 pendidikan terakhir ibu menunjukkan

mayoritas responden dengan tamatan SD sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seorang ibu berkontribusi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan balita yang dimana tingkat pendidikan

yang tinggi akan memudahkan seorang ibu untuk menyerap informasi dan

lebih memahami pentingnya pencegahan terhadap masalah kesehatan.

Namun ibu dengan tingkat penididikan yang rendah akan berpengaruh pada

minimnya informasi yang didapatkan sehingga akan menyebabkan

kurangnya penerapan tentang pencegahan masalah kesehatan yang akan


71

berdampak pada status gizi anak. Hal tersebut berpengaruh karena seorang

ibu merupakan pengasuh utama yang berperan penting dalam menerapkan

pola asuh serta dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah mempunyai

hubungan terhadap kejadian stunting pada balita.

Adapun berdasarkan distribusi responden didapatkan dominan ibu

yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 65

(95,6%) responden, sedangkan yang lainnya terdapat 3 responden yang

memiliki pekerjaan. Berdasarkan observasi di hari pertama melakukan

penelitian, ibu yang tidak bekerja memiliki waktu terutama di pagi hari

untuk ke posyandu mengantar anaknya mengecek tinggi badan dan berat

badan dibandingkan ibu yang bekerja yang tidak menyempatkan waktunya

di pagi hari untuk melakukan hal tersebut. Namun berdasarkan pekerjaan

yang dimiliki ibu adanya kesinambungan dimana ibu yang bekerja dapat

menambah pendapatan keluarga sehingga hal tersebut dapat menambah

biaya anggaran untuk memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan nutrisi yang

berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal tersebut

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wartiningsih et al., 2020.

Adapun penghasilan keluarga yang menunjukkan responden dengan

penghasilan 500.000-1.000.000 yang dimana belum mencukupi untuk

pemenuan kebutuhan sehari-hari, sehingga hal tersebut berpengaruh juga

untuk keberlangsungan pemenuhan nutrisi pada balita. Jadi balita yang

mengalami kejadian stunting dapat disebabkan pada kurangnya pendapatan

keluarga yang tidak bisa memenuhi asupan gizi yang optimal. Adapun
72

responden dengan penghasilan keluarga 3.500.000-5.000.000 namun

memiliki balita stunting dengan kategori pendek yang dimana hal tersebut

menunjukkan bahwa asupan gizi terpenuhi dengan baik tetapi pengetauan

ibu masih kurang dalam menerapkan PHBS yang semestinya.

Berdasarkan hasil penelitian pada distribusi frekuensi usia balita

didapatkan terbanyak pada usia 36-40 bulan. Usia balita merupakan masa

dimana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada

masa tersebut balita memerlukan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

dan kualitas yang lebih banyak. Hal tersebut menunjukkan kejadian stunting

lebih banyak terjadi pada balita dengan usia tersebut dikarenakan perilaku

ibu yang kurang baik dalam menerapkan 10 indikator PHBS yang dimana

indikator mencuci tangan termasuk penerapan terendah sehingga hal

tersebut berkaitan dengan pola kebersihan anak dalam mengatasi masalah

kesehatan yang dapat mengganggu asupan nutrisi pada anak. Selain itu

didapatkan kejadian stunting sedikitnya pada balita usia 51-55 bulan dimana

pada usia tersebut juga balita seharusnya mengalami masa pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal sehingga perlu mendapatkan perhatian dari

orang tua terutama ibu yang berperan penting dalam pola asuh anak. Sesuai

dengan hasil kuesioner yang diisi oleh responden kejadian stunting pada

balita dengan usia tersebut didapatkan dengan kategori sangat pendek hal

tersebut menunjukkan ibu yang mempunyai balita tersebut jarang

memberikan ASI saja selama 6 bulan selain itu jarang dilakukan


73

penimbangan berat badan di posyandu/puskesmas serta kurangnya dalam

memperbiasakan anak mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih.

Berdasarkan jenis kelamin balita didapatkan laki-laki 37 (54,4%) dan

perempuan 34 (45,6%). Menurut studi kohort di ethiopia seperti dikutip

dalam Kristianti (2018) menjelaskan bahwa bayi yang berjenis kelamin laki-

laki menunjukkan risiko dua kali lipat menjadi stunting dibandingkan

dengan bayi perempuan pada usia 6-12 bulan (Medhin dalam Anisa, 2012).

Adapun hasil riskesdas pada tahun 2013 memperlihatkan prevalensi stunting

lebih tinggi terjadi pada balita dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar

18,8% sedangkan balita dengan jenis kelamin perempuan 17,1% (Riskesdas,

2013).

4. Hubungan antara perilaku ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian

stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota

Makassar

Tabel 5.7 menunjukkan hasil uji chi square perilaku ibu dalam

penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun yang

menunjukkan dari 68 responden didapatkan 23 responden yang berperilaku

baik dengan 12 (55,2%) balita dengan kategori pendek, dan 11 (47,8%)

balita dengan kategori sangat pendek. Sedangkan 45 responden yang

berperilaku kurang baik sebanyak 10 (22,2%) balita dengan kategori pendek

dan 35 (77,8%) balita dengan kategori sangat pendek.

Menurut Ramadani (2017) perilaku dibentuk oleh adanya ekspresi

dari nilai-nilai yang diperlihatkan oleh seseorang. Perilaku yang baik dapat
74

terwujud dari pengetahuan yang tinggi serta sikap yang baik. Sama halnya

dengan perilaku ibu dapat tergambarkan dari segi pengetahuan, sikap

maupun tindakan yang dilakukan, dalam hal ini perilaku ibu dalam

memperhatikan segi perawatan bagi keluarga sehingga memungkinkan

anggota keluarga dalam menciptakan kesehatan yang optimal dan balita

dapat tercapainya tumbuh kembang yang baik. Namun apabila ibu dengan

perilaku yang kurang baik dalam perawatan pada anak dapat menyebabkan

masalah kesehatan salah satunya kurang baik dalam penerapan PHBS yang

menjadi penyebab faktor tidak langsung dari permasalahan gizi pada balita

salah satunya stunting.

Notoatmodjo (2012) seperti yang dikutip dalam (Oktaningrum,

2018) menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

satunya faktor yang muncul dalam diri seseorang yakni jenis kelamin,

status, usia dan tingkat pendidikan. Sehingga ibu dengan tingkat pendidikan

yang lebih tinggi mempunyai pengetahuan lebih luas hal tersebut dapat

dibentuk pada perilaku ibu yang baik khusunya dalam penerapan PHBS

yang memiliki peran penting terhadap keberhasilan dalam menurunkan

kejadian stunting pada balita.

Berdasarkana analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan didapatkan nilai , yang

mempunyai makna bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

hubungan perilaku ibu dalam PHBS dengan kejadian stunting pada balita

usia 3-5 tahun di puskesmas kaluku bodoa kota makassar.


75

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Apriani et al.,

(2018) tentang hubungan karakteristik ibu, pelaksaan keluarga sadar gizi

(KADARZI) dan PHBS dengan kejadian stunting di wilayah kerja

Puskesmas Pucang Sawit Kota Surakarta, hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksaan PHBS dengan kejadian

stunting pada baduta.

Dari pembahasan berdasarkan hasil uji chi square dan diperkuat oleh

penelitian terdahulu yang telah dijelaskan maka peneliti berasumsi bahwa

ada hubungan perilaku ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting

pada balita usia 3-5 tahun, dikarenakan adanya perilaku ibu yang baik

namun balitanya dengan kategori sangat pendek yang dimana dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan responden dengan tamatan SD-SMP, responden

dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki pengetahuan dan sikap

yang kurang sehingga dapat tergambarkan perilaku yang kurang baik dalam

memperhatikan masalah PHBS pada balita yang dimana berdasarkan

distribusi responden juga masih kurang terlaksananya 10 indikator PHBS

dalam tatanan rumah tangga yang semestinya.

5. Hubungan antara pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian

stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota

Makassar

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 68 responden terdapat 29

responden yang berpengetahuan baik dengan balita 14 (48,3%) kategori

stunting pendek, dan 15 (51,7%) balita dengan kategori stunting sangat


76

pendek. Sedangkan 39 responden yang berpengetahuan kurang baik

sebanyak 8 (20,5%) balita dengan kategori stunting pendek dan 31 (79,5%)

balita dengan kategori stunting sangat pendek.

Pengetahuan tentang penerapan pola asuh yang baik seorang ibu

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan balita.

Faktor perilaku yang termasuk dalam pola asuh menjadi salah satu faktor

yang berpengaruh pada pelaksanaan dalam PHBS. Sehingga jika PHBS

tidak menjadi suatu kebiasaan maka dapat menimbulkan masalah kesehatan

pada balita salah satunya yaitu stunting. Faktor penghambat dalam

penerapan PHBS seorang ibu yaitu pendidikan dan pengetahuan terhadap

pentingnya PHBS. Apabila dari kedua faktor tersebut tidak saling sejalan

maka akan berpengaruh terhadap fase akhir yaitu penerapan PHBS itu

sendiri.

Berdasarkana analisis menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan didapatkan nilai Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wulandari & Muniroh, (2020)

hasil penelitiannya menunjukkan seorang ibu dengan tingkat pengetahuan

yang baik berpeluang untuk meminimalisir risiko terjadinya stunting

dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan yang rendah.

Dari pembahasan berdasarkan hasil uji chi square dan diperkuat oleh

penelitian terdahulu yang telah dijelaskan maka peneliti berasumsi bahwa

ada hubungan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian

stunting pada balita usia 3-5 tahun, dikarenakan adanya pengetahuan ibu
77

yang baik namun balitanya dengan kategori sangat pendek yang dimana

menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan juga dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, informasi dan sosial ekonomi. Responden dengan tingkat

pendidikan yang rendah memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang

sehingga dapat tergambarkan perilaku yang kurang baik dalam

memperhatikan masalah PHBS pada balita yang dimana berdasarkan

distribusi responden juga masih kurang pengetahuan terkait PHBS dalam

tatanan rumah tangga. Selain itu responden yang tidak pernah mencari tahu

terkait informasi kesehatan akan mempunyai pengetahuan yang kurang

dalam mencegah masalah kesehatan pada keluarga terutama untuk si anak.

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam melakukan

penelitian ini terdapat keterbatasan yang menjadi kelemahan, tentunya

keterbatasan ini perlu diperhatikan bagi peneliti-peneliti kedepannya untuk

menyempurnakan penelitiannya. Adapun keterbatasannya yaitu:

1. Pada saat peneliti mengikuti kegiatan posyandu secara langsung untuk

pengambilan data yang dilaksanakan di rumah kader, peneliti hanya

mendapatkan sedikit responden dan sebagian dari responden tersebut tidak

sesuai dengan kriteria sampel yang dibutuhkan oleh peneliti.

2. Dalam situasi pandemi covid-19 saat ini serta adanya aturan oleh pemerintah

yaitu PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), yang

menyebabkan peneliti tidak dapat melanjutkan keikutsertaan dalam kegiatan

posyandu untuk pengumpulan data. Sehingga peneliti tidak bisa bertemu


78

langsung dengan responden jadi dari keterhambatan tersebut peneliti hanya

memanfaatkan android untuk menyebarkan instrumen kuesioner dalam

bentuk google form serta sebagian lembaran kuesioner disebar ke responden

yang tidak mempunyai android melalui perantara kader. Sehingga dari

beberapa kendala tersebut membuat peneliti membutuhkan waktu yang

cukup lama dalam pengumpulan data.

3. Jumlah sampel yang di dapat hanya 68 responden yang dimana belum cukup

dalam menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

4. Proses pengambalian data melalui google form yang dimana membuat

peneliti tidak dapat berinteraksi langsung dengan responden serta pengisian

jawaban melalui google form yang digunakan bisa saja tidak

menggambarkan pendapat responden yang sebenarnya, hal ini umumnya

terjadi karena kurangnya kejujuran responden dalam mengisi kuesioner

yang sesuai dengan kondisi yang dialami.

5. Dari keterbatasan dilakukannya penelitian tersebut diharapkan untuk

peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sejenis dengan sampel yang

lebih banyak dibutuhkan agar dapat menggambarkan kondisi yang

seharusnya

D. Implikasi dalam Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa implikasi yang bisa digunakan

dalam keperawatan terutama peningkatan pelayanan kesehatan. Adanya

program berkelanjutan berupa sosialisasi yang dilakukan oleh petugas

kesehatan seperti pemberian pendidikan kesehatan oleh pihak puskesmas


79

terutama pendidikan mengenai pencegahan stunting khususnya penerapan

PHBS yang baik dan dampak stunting sehingga angka kejadian stunting pada

balita dapat menurun.


80

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku ibu

dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di

puskesmas kaluku bodoa Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa:

1. Perilaku ibu dalam penerapan PHBS mayoritas kurang baik yaitu sebanyak

39 (57,4%) responden dan perilaku ibu dalam penerapan PHBS baik

sebanyak 29 (42,6%) responden.

2. Pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS mayoritas kurang baik yaitu

sebanyak 39 (57,4%) responden dan pengetahuan baik dalam penerapan

PHBS 29 (42,6%) responden.

3. Kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di puskesmas kaluku bodoa

kota makassar mayoritas dengan kategori sangat pendek 46 (67,6%) balita

dan kategori pendek 22 (32,4%).

4. Terdapat hubungan perilaku ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian

stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota

Makassar yang dibuktikan dengan uji chi square dengan tingkat kemaknaan

didapatkan nilai . Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Ha diterima.

5. Terdapat hubungan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan

kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa
81

Kota Makassar yang dibuktikan dengan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan didapatkan nilai

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan dan Program Studi Keperawatan

Bagi institusi pendidikan agar lebih memperbanyak bahan bacaan terkait

referensi mengenai masalah status gizi terutama stunting pada balita di

perpustakaan agar memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan informasi

terbaru baik dalam penulisan skripsi maupun dalam menambah wawasan

bagi mahasiswa. Bagi program studi keperawatan perlunya mengadakan

praktik belajar di lapangan khususnya bidang keperawatan anak dalam

bentuk kegiatan sosialisasi ber PHBS dengan baik kepada masyarakat

terutama ibu sebagai bentuk pencegahan stunting pada balita.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat baik itu keluarga maupun orang tua terutama ibu

memiliki kepedulian dalam menerapkan PHBS dengan baik sehingga

kejadian stunting pada balita yang salah satu penyebabnya perilaku ibu

kurang baik dalam penerapan PHBS bisa berkurang.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian

dengan lebih memperbanyak faktor penyebab lain dari kejadian stunting

pada balita agar orang tua terutama ibu lebih mengetahui faktor lain

penyebab stunting.
82

DAFTAR PUSTAKA

Adriany, F., Hayana, H., Nurhapipa, N., Septiani, W., & Sari, N. P. (2021).
Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Pengetahuan dengan Kejadian Stunting
pada Balita di Wilayah Puskesmas Rambah. Jurnal Kesehatan Global, 4(1),
17–25. https://doi.org/10.33085/jkg.v4i1.4767

Alfadhila Khairil Sinatrya, & Lailatul Muniroh. (2019). Hubungan Faktor Water,
Sanitation, and Hygiene (WASH) dengan Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso . Amerta Nutrition, 3(3), 164–
170. https://doi.org/10.2473/amnt.v3i3.2019.164-170

Apriani, L., Gizi, J., Masyarakat, K., & Semarang, U. (2018). Hubungan
Karakteristik Ibu, Pelaksanaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Dan Perilaku
Hidup Bersih Sehat (Phbs) Dengan Kejadian Stunting (Studi Kasus Pada
Baduta 6 - 23 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sawit Kota
Surakarta). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(4), 198–205.

Cahyani, D., Listyarini, A. D., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Utama, C. (2019).
BALITA DENGAN KEJADIAN STUNTING DI DESA UNDAAN KIDUL
LATAR BELAKANG Stunting merupakan suatu kondisi dimana kurang gizi
kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu
yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai denga.
Prosiding HEFA, 36–43.

Carolina, P., Carolina, M., & Lestari, R. M. (2016). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Dan Sumber Informasi Dengan Penerapan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Keluarga Di Wilayah Kerja Pustu Pahandut
Seberang Kota Palangka Raya Tahun 2016. EnviroScienteae, 12(3), 330.
https://doi.org/10.20527/es.v12i3.2457

Daeli, Desi Kristianti. (2018). Hubungan Karakteristik Balita (Jenis Kelamin,


Berat Badan Lahir) dan Tinggi Badan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai
Utara. Skripsi

Dinas Kesehatan Prof Sul-Sel. (2018). Rencana Kerja Tahun 2018 Dinas
Kesehatan. Rencana Kerja Tahun 2018 Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi
Selatan.

Dinkes Sulsel. (2019). Laporan Kinerja Organisasi Perangkat Daerah. 25–26.

Fadilah, S. N. N., Ningtyias, F. W., & Sulistiyani. (2019). Faktor Genetika, Pola
Asuh dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai Faktor Risiko
Stunting pada Balita. In Digital Repository Universitas Jember.
http://repository.unimus.ac.id/411/
83

Hasan, A., & Kadarusman, H. (2019). Akses ke Sarana Sanitasi Dasar sebagai
Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 6-59 Bulan. Jurnal
Kesehatan, 10(3), 413. https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1451
Hasmi. (2016). Metode Penelitian Kesehatan. Jayapura : In Media.
Hastono, Susanto Priyo. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok : Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Ibrahim, I. A., & Faramita, R. (2015). Al - Sihah : Public Health Science Journal
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting Anak
Usia 24 - 59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kota Makassar
Tahun 2014. 7.
Issn, L., Pengetahuan, H., Praktik, S. D. A. N., Hidup, P., Dan, B., Orangtua, S.,
Amahorseja, A. R., Suryanegara, W., Eka, B., Wija, U., Kedokteran, F., &
Kristen, U. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Orang Tua Balita Terhadap Kejadian Stunting.
Jurnal Ilmiah Widya, 6.

Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5),


1163–1178.

Lynawati. (2020). Hubungan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih Sehat ) Terhadap


Stunting di Desa Kedung Malang Kabupaten Banyumas. Jurnal HUMMANSI
(Humaniora, Manajemen, Akuntansi), 3(Maret), 41–46.

Madjid, E. (2017). Hubungan Perilaku Ibu Dalam Phbs ( Mencuci Tangan )


Dengan Kejadian Diare Pada Balita 1-5 Tahun Diwilayah Kerja Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Doctoral
Dissertation, Polekkes Kemenkes Kendari).
Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan ibu, pola makan dan status
gizi pada anak stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan
Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of
Nutrition), 6(2), 82–89. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.82-89
Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.

Oktaningrum, I. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pemberian


Makanan Sehat dengan Status Gizi Anak di SD Negeri 1 Beteng Kabuoaten
Magelang Jawa Tengah. Skripsi, 173.
https://core.ac.uk/download/pdf/185260623.pdf
Rahmawati, D., & Agustin, L. (2020). No Title. 9(1), 80–85.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
84

Sujarweni, V. Wiratna (2014). Metode Penelitian : Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sulasmi, I., Dewi. S, A. C., & Karmila, M. (2019). Analisis Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat(Phbs) Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia Dini Di Pos
Paud Al Masyithoh Plamongansari. Paudia : Jurnal Penelitian Dalam
Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2), 85–95.
https://doi.org/10.26877/paudia.v7i2.3271
Teja, M. (2019). Stunting Balita Indonesia Dan Penanggulangannya. Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI, XI(22), 13–18.

UNICEF. (2020). Situasi Anak di Indonesia - Tren, Peluang, dan Tantangan


dalam Memenuhi Hak-hak Anak. Unicef, 8–38.
file:///C:/Users/USER/Documents/SKRIPSI KAK PUTRI/Situasi-Anak-di-
Indonesia-2020.pdf

Wanimbo, Erfince & Minarni Wartiningsih. (2020). Hubungan Karakteristik Ibu


Dengan Kejadian Stunting Baduta (7-24 bulan). Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo Vol.6 No.1 April 2020.

Wirahaditama, himawan. (2018). artikel determinan kesehatan tentang perilaku


hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat desa dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat. 6(2). https://doi.org/10.31219/osf.io/92kfb
Wulandari, R. C., & Muniroh, L. (2020). Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi,
Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi Badan Orangtua dengan Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya. Amerta Nutrition, 4(2),
95. https://doi.org/10.20473/amnt.v4i2.2020.95-102

Zubaidi, Humairoh Abdul Kadir. (2021). Tinggi Badan Dan Perilaku Merokok
Orang Tua Berpotensi Terjadinya Stunting Pada Balita. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional
85
86

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks KategoriStatusGizi AmbangBatas


(Z-Score)
Panjang Badan Sangat pendek (severely <-3SD
atau Tinggi Badan stunted)
menurut Umur Pendek (stunted) -3 SD sd<-2SD
(PB/U atau TB/U) Normal -2 SD sd+3SD
anak usia 0-60 Tinggi >+3 SD
bulan
Gizi buruk (severely <-3 SD
wasted)
Indeks Massa Tubuh Gizi kurang (wasted) -3 SD sd<-2SD
menurut Umur Gizi baik (normal) -2 SD sd+1SD
(IMT/U) anak usia
Berisiko gizi lebih >+1 SD sd+2SD
0-60 bulan
(possible risk of
overweight)
Gizilebih (overweight) >+2 SD sd + 3SD
Obesitas (obese) >+3 SD
Indeks Massa Giziburuk (severely <-3 SD
Tubuh menurut thinness)
87

Lampiran 2. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Umur 0-


60 bulan. Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Laki-
Laki Umur 24-60 Bulan
Panjang Badan (cm)
Umur
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1SD +2SD +3SD
24* 78.0 81.0 84.1 87.1 90.2 93.2 96.3
25 78.6 81.7 84.9 88.0 91.1 94.2 97.3
26 79.3 82.5 85.6 88.8 92.0 95.2 98.3
27 79.9 83.1 86.4 89.6 92.9 96.1 99.3
28 80.5 83.8 87.1 90.4 93.7 97.0 100.3
29 81.1 84.5 87.8 91.2 94.5 97.9 101.2
30 81.7 85.1 88.5 91.9 95.3 98.7 102.1
31 82.3 85.7 89.2 92.7 96.1 99.6 103.0
32 82.8 86.4 89.9 93.4 96.9 100.4 103.9
33 83.4 86.9 90.5 94.1 97.6 101.2 104.8
34 83.9 87.5 91.1 94.8 98.4 102.0 105.6
35 84.4 88.1 91.8 95.4 99.1 102.7 106.4
36 85.0 88.7 92.4 96.1 99.8 103.5 107.2
37 85.5 89.2 93.0 96.7 100.5 104.2 108.0
38 86.0 89.8 93.6 97.4 101.2 105.0 108.8
39 86.5 90.3 94.2 98.0 101.8 105.7 109.5
40 87.0 90.9 94.7 98.6 102.5 106.4 110.3
41 87.5 91.4 95.3 99.2 103.2 107.1 111.0
42 88.0 91.9 95.9 99.9 103.8 107.8 111.7
43 88.4 92.4 96.4 100.4 104.5 108.5 112.5
44 88.9 93.0 97.0 101.0 105.1 109.1 113.2
45 89.4 93.5 97.5 101.6 105.7 109.8 113.9
46 89.8 94.0 98.1 102.2 106.3 110.4 114.6
47 90.3 94.4 98.6 102.8 106.9 111.1 115.2
88

48 90.7 94.9 99.1 103.3 107.5 111.7 115.9


49 91.2 95.4 99.7 103.9 108.1 112.4 116.6
50 91.6 95.9 100.2 104.4 108.7 113.0 117.3
51 92.1 96.4 100.7 105.0 109.3 113.6 117.9
52 92.5 96.9 101.2 105.6 109.9 114.2 118.6
53 93.0 97.4 101.7 106.1 110.5 114.9 119.2
54 93.4 97.8 102.3 106.7 111.1 115.5 119.9

55 93.9 98.3 102.8 107.2 111.7 116.1 120.6


56 94.3 98.8 103.3 107.8 112.3 116.7 121.2
57 94.7 99.3 103.8 108.3 112.8 117.4 121.9
58 95.2 99.7 104.3 108.9 113.4 118.0 122.6
59 95.6 100.2 104.8 109.4 114.0 118.6 123.2
60 96.1 100.7 105.3 110.0 114.6 119.2 123.9

Keterangan:*Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak


berdiri
89

Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak perempuan Umur


24-60 Bulan

Tinggi Badan(cm)
Umur
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1SD +2S +3SD
D
24* 76.0 79.3 82.5 85.7 88.9 92.2 95.4
25 76.8 80.0 83.3 86.6 89.9 93.1 96.4
26 77.5 80.8 84.1 87.4 90.8 94.1 97.4
27 78.1 81.5 84.9 88.3 91.7 95.0 98.4
28 78.8 82.2 85.7 89.1 92.5 96.0 99.4
29 79.5 82.9 86.4 89.9 93.4 96.9 100.3
30 80.1 83.6 87.1 90.7 94.2 97.7 101.3
31 80.7 84.3 87.9 91.4 95.0 98.6 102.2
32 81.3 84.9 88.6 92.2 95.8 99.4 103.1
33 81.9 85.6 89.3 92.9 96.6 100.3 103.9
34 82.5 86.2 89.9 93.6 97.4 101.1 104.8
35 83.1 86.8 90.6 94.4 98.1 101.9 105.6
36 83.6 87.4 91.2 95.1 98.9 102.7 106.5
37 84.2 88.0 91.9 95.7 99.6 103.4 107.3
38 84.7 88.6 92.5 96.4 100.3 104.2 108.1
39 85.3 89.2 93.1 97.1 101.0 105.0 108.9
40 85.8 89.8 93.8 97.7 101.7 105.7 109.7
41 86.3 90.4 94.4 98.4 102.4 106.4 110.5
42 86.8 90.9 95.0 99.0 103.1 107.2 111.2
43 87.4 91.5 95.6 99.7 103.8 107.9 112.0
90

Tinggi Badan (cm)


Umur
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1SD +2S +3SD
D
44 87.9 92.0 96.2 100.3 104.5 108.6 112.7
45 88.4 92.5 96.7 100.9 105.1 109.3 113.5
46 88.9 93.1 97.3 101.5 105.8 110.0 114.2
47 89.3 93.6 97.9 102.1 106.4 110.7 114.9
48 89.8 94.1 98.4 102.7 107.0 111.3 115.7
49 90.3 94.6 99.0 103.3 107.7 112.0 116.4
50 90.7 95.1 99.5 103.9 108.3 112.7 117.1
51 91.2 95.6 100.1 104.5 108.9 113.3 117.7
52 91.7 96.1 100.6 105.0 109.5 114.0 118.4
53 92.1 96.6 101.1 105.6 110.1 114.6 119.1
54 92.6 97.1 101.6 106.2 110.7 115.2 119.8
55 93.0 97.6 102.2 106.7 111.3 115.9 120.4
56 93.4 98.1 102.7 107.3 111.9 116.5 121.1
57 93.9 98.5 103.2 107.8 112.5 117.1 121.8
58 94.3 99.0 103.7 108.4 113.0 117.7 122.4
59 94.7 99.5 104.2 108.9 113.6 118.3 123.1
60 95.2 99.9 104.7 109.4 114.2 118.9 123.7

Keterangan:*Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak


berdiri
91

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

SURAT PERMOHONAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Alya Marchanda Sangadji

Nim : 17.01.002

Yang bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan perilaku

dan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting pada balita

usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar”. Penelitian yang akan

saya lakukan tidak akan menimbulkan suatu hal yang merugikan bagi ibu yang

menjadi responden. Informasi terkait data responden akan dijaga kerahasiannya

dan hanya digunakan untuk kepentingan dalam penelitian ini. Apabila ibu tidak

bersedia menjadi responden maka tidak ada ancaman bagi ibu maupun keluarga.

Apabila ibu bersedia menjadi responden, maka saya mohon kesediaannya untuk

menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaannya

menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Alya Marchanda Sangadji

NIM 17.01.002
92

SURAT PERSETUJUAN

Setelah saya membaca dan memahami isi serta penjelasan pada lembar kesediaan

menjadi responden, maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden

dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1

Keperawatan Stikes Panakkukang Makassar, yaitu :

Nama : Alya Marchanda Sangadji

NIM : 17.01.002

Judul : Hubungan perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan

PHBS dengan kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun

di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

Saya memahami bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak merugikan ataupun

menimbulkan suatu hal yang berbahaya bagi saya maupun keluarga saya, maka

dari itu saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Makassar,……………2021

(………………………….)

Nama dan tanda tangan responden


93

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian


94
95
96
97

Lampiran 5. Instrumen Penelitian Kuesioner


Instrumen Penelitian Perilaku Dan Pengetahuan Ibu dalam Penerapan
PHBS

Petunjuk pengisian: Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang tersedia
keterangan:
SS : Jika pernyataan tersebut “Sangat Sering” anda lakukan
S : Jika pernyataan tersebut “Sering” anda lakukan
J : Jika pernyataan tersebut “Jarang” anda lakukan
TP : Jika pernyataan tersebut “Tidak Pernah” anda lakukan

No. Indikator PHBS di Rumah Tangga SS S J TP


1. Persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan
2. Si bayi diberikan ASI saja selama 6 bulan
3. Bayi setiap bulan dilakukan penimbangan
berat badan di posyandu/puskesmas
4. Menggunakan air bersih untuk kegiatan
sehari-hari
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun sebelum makan dan setelah buang
air besar
6. Untuk BAB dan BAK menggunakan
jamban yang bersih dan sehat
7. Pemberantasan nyamuk dilakukan setiap
seminggu satu kali
(Pemberantasan nyamuk adalah
tindakan mengurangi dan membunuh
nyamuk yang bisa menyebabkan
penyakit demam berdarah)
8. Buah dan sayur dikonsumsi setiap hari
9. Setiap hari meluangkan waktu untuk
98

melakukan aktivitas fisik atau olahraga


10. Merokok di dalam rumah

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah dengan teliti setiap poin pertanyaan dibawah ini!
b. Terdapat beberapa pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan
c. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kebiasaan yang diterapkan

I. Pengetahuan
1. Kepanjangan PHBS?
a. Perilaku hidup bersih dansehat
b. Perilaku mencegahsakit
c. Perilaku mencegah penyakit

2. Manfaat melakukan PHBS?


a. Supaya lingkunganbersih
b. Terwujudnya lingkungan yang bersih dansehat
c. Terciptanya kebiasaan baru

3. Siapa saja yang harus melaksanakan PHBS?


a. Seluruh anggotakeluarga
b. Tokoh masyarakatsaja
c. Ayah dan ibu

4. Berapa indikator PHBS pada tatanan rumah tangga?


a. 10
b. 9
c. 8

5. Kapan seharusnya kita mencuci tangan?


a. Saat mau makan dan saat keluar dari WC
b. Setiap sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
c. Sebelum dan sesudah keluar dari rumah

6. Usia berapa sebaiknya bayi diberi makanan pendamping ASI?


a. Saat uisa 2 bulan
b. Setelah usia 6 bulan
99

c. Di bawah usia 6 bulan

7. Menurut ibu sebaiknya berapa kali berolahraga dalam seminggu?


a. 2-3 kali dalam seminggu
b. 3-4 kali dalam seminggu
c. 3-5 kali dalam seminggu

8. Kapan penimbangan berat badan pada balita dilakukan?


a. Setiap bulannya
b. Setiap tiga bulan
c. Setiap lima bulan

9. Apakah ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah?


a. Ada, sebutkan siapa………...
b. Tidak ada

10. Berapa lama merokok?


………..

11. Riwayat merokok sejak ibu hamil anak ke berapa?


………....
12. Berapa batang yang dihabiskan/hari?
………....
100

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Kuesioner Perilaku ibu dalam penerapan PHBS

Correlations
Correlations

X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 Total
** ** ** ** ** **
Pearson 1 ,536 ,584 ,808 ,764 ,470 ,266 ,152 ,183 ,124 ,767
Correlation

X01 Sig. (2- ,002 ,001 ,000 ,000 ,009 ,155 ,422 ,334 ,513 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** * **
Pearson ,536 1 ,341 ,538 ,500 ,371 ,034 ,173 ,138 ,149 ,594
Correlation
X02 Sig. (2- ,002 ,065 ,002 ,005 ,043 ,858 ,362 ,468 ,432 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
Pearson ,584 ,341 1 ,434 ,351 ,351 ,502 ,196 ,249 - ,714
Correlation ,038
X03 Sig. (2- ,001 ,065 ,017 ,057 ,057 ,005 ,300 ,184 ,842 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** ** **
Pearson ,808 ,538 ,434 1 ,908 ,710 ,086 ,041 ,067 ,083 ,673
Correlation
X04 Sig. (2- ,000 ,002 ,017 ,000 ,000 ,650 ,830 ,725 ,661 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** **
Pearson ,764 ,500 ,351 ,908 1 ,787 -,030 -,066 ,084 ,068 ,601
Correlation
X05 Sig. (2- ,000 ,005 ,057 ,000 ,000 ,875 ,728 ,658 ,723 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** **
Pearson ,470 ,371 ,351 ,710 ,787 1 -,030 -,066 -,036 ,068 ,488
Correlation
X06 Sig. (2- ,009 ,043 ,057 ,000 ,000 ,875 ,728 ,850 ,723 ,006
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** **
Pearson ,266 ,034 ,502 ,086 -,030 -,030 1 ,382 ,604 ,296 ,644
X07
Correlation
101

Sig. (2- ,155 ,858 ,005 ,650 ,875 ,875 ,037 ,000 ,113 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
Pearson ,152 ,173 ,196 ,041 -,066 -,066 ,382 1 ,262 ,140 ,430
Correlation
X08 Sig. (2- ,422 ,362 ,300 ,830 ,728 ,728 ,037 ,162 ,461 ,018
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
Pearson ,183 ,138 ,249 ,067 ,084 -,036 ,604 ,262 1 ,229 ,545
Correlation
X09 Sig. (2- ,334 ,468 ,184 ,725 ,658 ,850 ,000 ,162 ,223 ,002
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson ,124 ,149 -,038 ,083 ,068 ,068 ,296 ,140 ,229 1 ,396
Correlation
X10 Sig. (2- ,513 ,432 ,842 ,661 ,723 ,723 ,113 ,461 ,223 ,030
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** * ** *
Pearson ,767 ,594 ,714 ,673 ,601 ,488 ,644 ,430 ,545 ,396 1
Correlation

Total Sig. (2- ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,006 ,000 ,018 ,002 ,030
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Reliability

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
,764 10
102

2. Kuesioner Pengetahuan ibu dalam PHBS


Correlations

Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal1 Soal1 Skortot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 al

* **
1 ,665 -,050 ,261 ,222 ,312 ,312 ,005 ,202 ,321 ,247 ,564
Pearson *

Correlatio
n
Soal1

Sig. (2- ,000 ,794 ,164 ,239 ,094 ,094 ,978 ,285 ,083 ,188 ,001
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* **
,665 1 ,144 ,196 ,279 ,259 ,259 ,200 ,134 ,126 ,191 ,553
Pearson *

Correlatio
n
Soal2

Sig. (2- ,000 ,448 ,298 ,136 ,167 ,167 ,289 ,481 ,508 ,312 ,002
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * *
-,050 ,144 1 ,009 ,321 ,247 ,386 ,472 ,067 -,050 ,027 ,403
Pearson *

Correlatio
n
Soal3

Sig. (2- ,794 ,448 ,962 ,083 ,189 ,035 ,008 ,724 ,794 ,885 ,027
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
,261 ,196 ,009 1 ,144 ,120 ,120 ,042 ,267 ,126 ,191 ,400
Pearson
Correlatio
n
Soal4

Sig. (2- ,164 ,298 ,962 ,448 ,527 ,527 ,825 ,153 ,508 ,312 ,028
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
103

* * **
,222 ,279 ,321 ,144 1 ,386 ,665 ,313 ,202 ,222 ,302 ,645
Pearson *

Correlatio
n
Soal5

Sig. (2- ,239 ,136 ,083 ,448 ,035 ,000 ,092 ,285 ,239 ,105 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * **
,312 ,259 ,247 ,120 ,386 1 ,713 ,093 ,346 ,172 ,226 ,618
Pearson *

Correlatio
n
Soal6

Sig. (2- ,094 ,167 ,189 ,527 ,035 ,000 ,626 ,061 ,363 ,230 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * **
,312 ,259 ,386 ,120 ,665 ,713 1 ,093 ,069 ,172 ,226 ,641
Pearson * *

Correlatio
n
Soal7

Sig. (2- ,094 ,167 ,035 ,527 ,000 ,000 ,626 ,716 ,363 ,230 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
,005 ,200 ,472 ,042 ,313 ,093 ,093 1 ,236 ,164 ,290 ,447
Pearson *

Correlatio
n
Soal8

Sig. (2- ,978 ,289 ,008 ,825 ,092 ,626 ,626 ,208 ,385 ,121 ,013
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** **
,202 ,134 ,067 ,267 ,202 ,346 ,069 ,236 1 ,740 ,816 ,654
Pearson
Correlatio
n
Soal9

Sig. (2- ,285 ,481 ,724 ,153 ,285 ,061 ,716 ,208 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
104

* ** **
,321 ,126 -,050 ,126 ,222 ,172 ,172 ,164 ,740 1 ,934 ,630
Pearson *

Correlatio
n
Soal10

Sig. (2- ,083 ,508 ,794 ,508 ,239 ,363 ,363 ,385 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** **
,247 ,191 ,027 ,191 ,302 ,226 ,226 ,290 ,816 ,934 1 ,712
Pearson *

Correlatio
n
Soal11

Sig. (2- ,188 ,312 ,885 ,312 ,105 ,230 ,230 ,121 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * * * * * * * ** **
,564 ,553 ,403 ,400 ,645 ,618 ,641 ,447 ,654 ,630 ,712 1
Pearson * * * * * *

Correlatio

Skortot n

al
Sig. (2- ,001 ,002 ,027 ,028 ,000 ,000 ,000 ,013 ,000 ,000 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Reliability

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

Reliability Statistics

Value ,647
Part 1 a
N of Items 6
Cronbach's Alpha
Value ,758
Part 2 b
N of Items 5
105

Total N of Items 11
Correlation Between Forms ,535
Equal Length ,697
Spearman-Brown Coefficient
Unequal Length ,698
Guttman Split-Half Coefficient ,696
106

Lampiran 7. Tabulasi Skor variabel perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS

No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total


1 3 2 3 3 2 3 1 3 2 3 25
2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 26
3 3 2 3 3 2 2 1 2 1 1 20
4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 28
5 3 2 3 2 2 2 1 2 1 2 20
6 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 19
7 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2 25
8 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
9 3 2 2 3 2 3 1 2 1 1 20
10 3 3 3 3 2 4 2 3 2 3 28
11 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 20
12 3 3 3 3 2 4 1 3 1 3 26
13 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 26
14 3 2 3 3 3 3 1 2 1 4 25
15 3 2 2 3 2 3 1 2 1 1 20
16 3 3 3 4 4 4 1 3 1 3 29
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
18 3 2 4 4 4 4 3 1 2 2 29
19 3 2 2 2 2 2 1 2 1 3 20
20 3 2 3 3 2 3 1 2 1 4 24
21 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
22 3 2 3 3 2 2 1 2 1 1 20
107

23 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 37
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
25 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 20
26 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 27
27 3 2 2 3 2 2 1 2 2 1 20
28 3 2 2 2 2 2 1 2 1 3 20
29 4 3 3 4 3 3 1 2 1 3 27
30 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 20
31 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 25
32 3 3 3 3 2 1 1 2 1 1 20
33 3 2 3 3 2 2 1 2 1 1 20
34 3 3 2 4 4 4 1 2 2 3 28
35 4 4 4 4 2 3 1 3 1 4 30
36 3 2 2 3 2 3 1 2 1 1 20
37 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 20
38 3 3 4 4 2 4 1 4 1 2 28
39 2 3 2 3 2 3 1 2 1 1 20
40 2 3 2 3 2 3 1 2 1 1 20
41 3 3 3 4 4 4 1 3 2 3 30
42 3 2 3 3 2 2 1 2 1 1 20
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
44 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 20
45 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 25
46 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 25
47 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 27
108

48 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 20
49 3 3 3 3 2 3 1 2 1 3 24
50 3 3 3 3 2 3 1 2 1 3 24
51 4 4 4 4 2 3 1 2 1 3 28
52 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 28
53 3 2 3 3 2 3 1 3 3 1 24
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
55 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 25
56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 37
57 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 25
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 38
59 3 2 3 3 3 3 1 3 1 2 24
60 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 24
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
62 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 25
63 3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 24
64 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 29
65 3 3 2 3 2 3 1 2 1 3 23
66 3 4 4 4 4 4 1 4 3 3 34
67 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 24
68 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 24
109

No. P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 Total
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5
2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 7
3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8
4 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4
5 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 8
6 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 7
7 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 7
8 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6
9 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6
10 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9
11 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
12 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 6
13 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11
15 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4
16 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 7
17 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
18 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 9
19 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
20 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6
21 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8
22 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
23 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7
24 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8
110

25 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6
26 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 5
27 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4
28 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8
29 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6
30 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 8
31 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 8
32 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7
33 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5
34 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
35 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 10
36 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4
37 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
38 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 10
39 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
40 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6
41 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10
42 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
43 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8
44 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
45 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7
46 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6
47 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 9
48 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6
49 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6
111

50 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 8
51 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
52 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5
53 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 9
54 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5
55 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6
56 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7
57 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6
58 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 8
59 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
60 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
61 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 6
62 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8
63 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6
64 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6
65 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6
66 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 7
67 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5
68 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7
112

Lampiran 8. Hasil Analisa Data


Distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas Kaluku
Bodoa Kota Makassar

Frequencies
Statistics

Usia Pendidikan_Ter Pekerjaan Penghasilan


akhir

Valid 68 68 68 68
N
Missing 0 0 0 0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

19-27 tahun 11 16.2 16.2 16.2

28-35 tahun 31 45.6 45.6 61.8


Valid
36-43 tahun 26 38.2 38.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

Pendidikan_Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 34 50.0 50.0 50.0

SMP 21 30.9 30.9 80.9

Valid SMA/SMK 12 17.6 17.6 98.5

Diploma 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

IRT 65 95.6 95.6 95.6

Analis 1 1.5 1.5 97.1


Valid
Wiraswasta 2 2.9 2.9 100.0

Total 68 100.0 100.0


113

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rp.500.000-1.600.000 22 32.4 32.4 32.4

Rp.1.700.000.-2.600.000 35 51.5 51.5 83.8

Valid Rp.2.700.000.-3.600.000 10 14.7 14.7 98.5

Rp.3.700.000.-5.000.000 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Distribusi frekuensi karakteristik balita di Puskesmas Kaluku Bodoa


Kota Makassar

Statistics

Usia Jenis_Kelamin Tinggi_Badan

Valid 68 68 68
N
Missing 0 0 0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

36-40 bulan 34 50.0 50.0 50.0

41-45 bulan 18 26.5 26.5 76.5


46-50 bulan 11 16.2 16.2 92.6
Valid
51-55 bulan 2 2.9 2.9 95.6

56-60 bulan 3 4.4 4.4 100.0

Total 68 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 37 54.4 54.4 54.4

Valid Perempuan 31 45.6 45.6 100.0

Total 68 100.0 100.0


114

Tinggi_Badan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

65-70 cm 1 1.5 1.5 1.5

71-80 cm 12 17.6 17.6 19.1

Valid 81-90 cm 39 57.4 57.4 76.5

91-100 cm 16 23.5 23.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Statistics
Perilaku

Valid 68
N
Missing 0

Perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 23 33,8 33,8 33,8

Valid Kurang Baik 45 66,2 66,2 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator penerapan PHBS


Indikator persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 57 83,8 83,8 83,8

Valid Kurang Baik 11 16,2 16,2 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator Asi ekslusif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 35 51,5 51,5 51,5

Valid Kurang baik 33 48,5 48,5 100,0

Total 68 100,0 100,0


115

Indikator penimbangan berat badan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 42 61,8 61,8 61,8

Valid Kurang Baik 26 38,2 38,2 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator penggunaan air bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 55 80,9 80,9 80,9

Valid Kurang baik 13 19,1 19,1 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 27 39,7 39,7 39,7

Valid Kurang baik 41 60,3 60,3 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator BAB dan BAK menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 48 70,6 70,6 70,6

Valid Kurang Baik 20 29,4 29,4 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator pemberantasan nyamuk seminggu sekali

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 7 10,3 10,3 10,3

Valid Kurang Baik 61 89,7 89,7 100,0

Total 68 100,0 100,0


116

Indikator mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 31 45,6 45,6 45,6

Valid Kurang Baik 37 54,4 54,4 100,0

Total 68 100,0 100,0

Indikator Olahraga/Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 8 11,8 11,8 11,8

Valid Kurang baik 60 88,2 88,2 100,0


Total 68 100,0 100,0

Indikator tidak merokok di dalam rumah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 36 52,9 52,9 52,9

Valid Kurang baik 32 47,1 47,1 100,0

Total 68 100,0 100,0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Baik 29 42,6 42,6 42,6

Valid Kurang Baik 39 57,4 57,4 100,0

Total 68 100,0 100,0

Kejadian Stunting

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pendek 22 32.4 32.4 32.4

Valid Sangat Pendek 46 67.6 67.6 100.0

Total 68 100.0 100.0


117

Lampiran 9. Hasil Uji analisis bivariat

Perilaku dan pengetahuan ibu dalam penerapan PHBS dengan kejadian stunting
pada balita usia 3-5 tahun di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Perilaku * Stunting 68 100,0% 0 0,0% 68 100,0%

Perilaku * Stunting Crosstabulation


Stunting Total

Pendek Sangat Pendek

Count 12 11 23

Baik Expected Count 7,4 15,6 23,0

% within Perilaku 52,2% 47,8% 100,0%


Perilaku
Count 10 35 45

Kurang Baik Expected Count 14,6 30,4 45,0

% within Perilaku 22,2% 77,8% 100,0%


Count 22 46 68

Total Expected Count 22,0 46,0 68,0

% within Perilaku 32,4% 67,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-sided)


(2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6,239 1 ,012
b
Continuity Correction 4,945 1 ,026
Likelihood Ratio 6,097 1 ,014
Fisher's Exact Test ,016 ,014
N of Valid Cases 68

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,44.
b. Computed only for a 2x2 table
118

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Perce


nt

68 100.0% 0 0.0% 68 100.0


Pengetahuan * Kategori_Stunting
%

Pengetahuan * Kategori_Stunting Crosstabulation

Kategori_Stunting Total

Pendek Sangat Pendek

Count 14 15 29
Baik
Expected Count 9.4 19.6 29.0
Pengetahuan
Count 8 31 39
Kurang Baik
Expected Count 12.6 26.4 39.0
Count 22 46 68
Total
Expected Count 22.0 46.0 68.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.858 1 .016
b
Continuity Correction 4.658 1 .031
Likelihood Ratio 5.865 1 .015
Fisher's Exact Test .020 .016
N of Valid Cases 68

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,38.
b. Computed only for a 2x2 table
119

Lampiran 10. Dokumentasi


120

Lampiran 11. Lembar Konsul Penyusunan Proposal dan Skripsi


121
122
123
124
125
126
127
128

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Alya Marchanda Sangadji


NIM : 17.01.002
Tempat, Tanggal Lahir : Ambon, 16 Maret 2000
Agama : Islam
Alamat di Makassar : Jl. Toddopuli II Setapak 5 No.5
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Email : alyasangadji16@gmail.com
Nomor Handphone (HP) : 085244427665
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 5 Namlea (2005-2011)
2. SMP Negeri 9 Buru (2011-2014)
3. SMA Negeri 2 Buru (2015-2017)

Anda mungkin juga menyukai