Anda di halaman 1dari 17

CASE STUDY

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


Pengkajuan Budaya dan Teori Culture Care Leininger

Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes.

Disusun Oleh:
Kelompok I

Bambang Maulana 1610913210005

Gilang Putra Ramadhan 1610913310012

Helna Fitriana 1610913120005

Henni Devioni 1610913120006

Laila Rahmaniah 1610913120007

Mira Damayanti 1610913320020

Muhammad Jumbri 1610913110008

Ni Luh Eviana Charenina 1610913120009

Rahmida Miliyanti 1610913120013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pengampu : Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes

Kelompok : I (Satu)

Nama Anggota : Bambang Maulana 1610913210005

Gilang Putra Ramadhan 1610913310012

Helna Fitriana 1610913120005

Henni Devioni 1610913120006

Laila Rahmaniah 1610913120007

Mira Damayanti 1610913320020

Muhammad Jumbri 1610913110008

Ni Luh Eviana Charenina 1610913120009

Rahmida Miliyanti 1610913120013

Banjarbaru, 6 Agustus 2019

Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes


BAB I
KASUS
Case Study

Anda adalah seorang perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada


sekelompok masyarakat yang berada di Martapura, kabupaten Banjar. Dalam
masyarakat tersebut terdapat berbagai macam budaya, salah satunya adalah budaya
Banjar.

Dalam budaya Banjar dikenal bapidara, yaitu penanganan ketika anak sakit
demam, tangisan melingking maka dibawa kepada orang yang bisa mempidarai
dengan menggunakan parutan kunyit dan kapur kemudian dioleskan pada daerah
lipatan tubuh. Anak yang demam dan gelisah berangsur tenang serta dalam waktu
singkat sembuh. Hal ini yang kemudian menjadikan alas an 65% orang tua di
wilayah tersebut tidak membawa anaknya untuk berobat ke Puskesmas ketika anak
mereka demam.

Diskusi mengenai:

1. Aplikasi teori Culture Care Leininger pada masyarakat tersebut, yang


meliputi:
a. Paradigma transcultural nursing
b. Tujuan teori cultural care
c. Leininger sunrise model
d. Pengkajian budaya berdasarkan Leininger sunrise model, yang
meliputi 7 komponen
e. Culture care decision and action modes(preservation, accommodation,
repatterning)
2. Metode pengkajian budaya yang bisa digunakan selain dengan teori
Culture Care Leininger.
3. Prinsip-prinsip yang harus anda perhatikan saat melakukan pengkajian
budaya.
BAB II
LAPORAN HASIL STUDI KASUS
Hasil diskusi:
1. Aplikasi teori Cultural Care Leininger pada masyarakat tersebut, yang
meliputi
a. Paradigma transcultural nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang,keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia,
sehat,lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).
1) Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger(1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and David hizar, 1995).
2) Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yangdapat diobservasi dalam aktivitas sehari-
hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrewand Boyle, 1995).
3) Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, social dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah didaerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni,riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4) Keperawatan
Asuhan kepewatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan mendirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negosiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya
klien (Leininger, 1991)
b. Tujuan teori cultural care
Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pembelajaran
subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang
membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan individu lain
maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan,
serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk
memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga
kematian. Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam
dengan perawatan profesional melalui asuhan keperawatan dan juga untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang
spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki
oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal adalah
nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur
seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh
dapat membuat tubuh sehat (Akhmadi 2011).
c. Leininger’s Sunrise Model
Sunrise model atau model matahari terbit adalah model teori dari
Leininger yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Ini mengartikan
lambing atau simbol perawatan sebagai suatu kekuatan. Dimulai pada
puncak dari model ini sebagai pandangan dunia dan keistimewaan struktur
sosial untuk mempertimbangkan arah agar dapat membuka pikiran
sehingga bisa mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar
untuk dilakukannya penyelidikan yang berfokus pada keperawatan
profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum.
Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab
atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan
sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak
terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka. Suatu hal yang
perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak
pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger
adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh
perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa
menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai
suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai
dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat
yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan
perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.
Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model
asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 komponen dalam sunrise
model, yaitu :
1. Faktor Teknologi (Technological Factors)
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan
pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa
persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan,
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan.
2. Faktor Keagamaan dan Falsafah Hidup (Religous and Philosofical
Factors)
Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut,
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar
untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang
utuh.
3. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (Kinship and Social Factors)
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh perawat meliputi nama
lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Values and Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai
budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang
digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan
pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang
dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor Peraturan dan Kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
menunggu.
6. Faktor Ekonomi (Economical Faktor)
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara
lain asuransi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan.
7. Faktor Pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu
dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Perawat perlu mengkaji latar
belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan,
serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
d. Pengkajian budaya berdasarkan Leininger sunrise model, yang
meliputi 7 komponen
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
and David hizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada ” Sunrise Model” yaitu :
1) Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan
diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tatus, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ( political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
6) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7) Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti- bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
e. Culture care decision and action modes(preservation, accommodation,
repatterning)
Model Leininger telah berkembang menjadi gerakan dalam asuhan
keperawatan yang disebut keperawatan transkultural. Pada tahun 1995,
Leininger mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai "bidang studi
dan praktik substantif yang berfokus pada nilai-nilai kepedulian
(kepedulian) budaya yang komparatif, kepercayaan, dan praktik individu
atau kelompok budaya yang sama atau berbeda dengan tujuan menyediakan
keperawatan spesifik budaya dan universal. praktik perawatan dalam
mempromosikan kesehatan atau kesejahteraan atau untuk membantu orang
menghadapi kondisi manusia yang tidak menguntungkan, penyakit, atau
kematian dengan cara yang bermakna secara budaya. "
Leininger mengembangkan istilah baru untuk konsep dasar
teorinya.Konsep-konsep yang dibahas dalam model antara lain adalah:
1) Pelestarian atau Pemeliharaan Perawatan Budaya mengacu pada
kegiatan perawatan keperawatan yang membantu orang-orang dari
budaya tertentu untuk mempertahankan dan menggunakan nilai-nilai
perawatan budaya inti yang terkait dengan masalah atau kondisi
perawatan kesehatan.
2) Akomodasi atau Negosiasi Perawatan Budaya mengacu pada tindakan
keperawatan kreatif yang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain di komunitas
perawatan kesehatan dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari
hasil kesehatan optimal untuk pasien dari budaya yang ditunjuk.
3) Re-Patterning atau Restrukturisasi Perawatan Budaya mengacu pada
tindakan terapeutik yang diambil oleh perawat yang kompeten secara
budaya. Tindakan ini membantu pasien untuk memodifikasi perilaku
kesehatan pribadi menuju hasil yang bermanfaat sambil menghormati
nilai-nilai budaya pasien. Leininger mengusulkan bahwa ada tiga mode
untuk membimbing penilaian, keputusan, atau tindakan perawat untuk
memberikan perawatan yang sesuai, bermanfaat, dan bermakna:
pelestarian dan / atau pemeliharaan; akomodasi dan / atau negosiasi;
dan pola ulang dan / atau restrukturisasi. Mode-mode tersebut sangat
memengaruhi kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan yang selaras secara budaya, serta mendorong perawat
yang kompeten secara budaya.
2. Metode pengkajian budaya yang bisa digunakan selain dengan teori
Culture Care Leininger.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge
yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan
practice theory (Leininger, 2002).
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi
dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-
nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien (Leininger, 2002).
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dankesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan
sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan
ilmu ini digunakanuntuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).
1. Metode Pengkajian pada Transkultural in Nursing :
a. Keperawatan transkultural model Giger & David hizar
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari
suatu kebudayaan, pengkajian keperawatan transkultural model ini
meliputi (Giger& David hizar, 2004)
1) Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan, intonasi dan kualitas suara, pengucapan
(pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan
‘diam’
2) Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang
lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh.
3) Orientasi social (social orientation)
Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga, pekerjaan,
waktu luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
4) Waktu (time)
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk
bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat
ini,masa lalu dan yang akan datang.
5) Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang
berkaitan dengan sehat-sakit.
6) Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya
seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada
populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit
tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristik
psikologis,koping dan dukungan social.
b. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
Komponen-komponenya meliputi (Andew & Boyle, 2002):
1) Identitas budaya
2) Ethnohistory
3) Nilai-nilai budaya
4) Hubungan kekeluargaan
5) Kepercayaan agama dan spiritual
6) Kode etik dan moral
7) Pendidikan
8) Politik
9) Status ekonomi dan social
10) Kebiasaan dan gaya hidup
11) Faktor/sifat-sifat bawaan
12) Kecenderungan individu
13) Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self
assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan
kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi,
untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan
kesejahteraan klien (Andew & Boyle, 2002).
3. Prinsip-prinsip yang harus anda perhatikan saat melakukan pengkajian
budaya.
Pengkajian tentang budaya merupakan pengkajian yang sistematik
dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik
individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikandari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan budaya. Identifikasi budaya merupakan langkah awal
ketika seorang perawat akan melakukan pengkajian. Dalam kegiatan
pengkajian perawat sekaligus mengindentifikasi pasien sehingga minimal
dapat diketahui latar belakang budaya pasien. Dengan demikian secara
otomatis perawat akan dapat menyusun perencanaan keperawatan sesuai
dengan latar belakang budaya pasien (Lestari, Widodo & Sumardino 2014).
Pengkajian perlu dilakukan secara komprehensif dan juga melibatkan
orang-orang terdekat klien. Perawat perlu mengintegrasikan pemahaman
mereka tentang konsep kultural dan keperawatan transkultural sehingga di
setiap langkah proses keperawatan aspek kebudayaan pasien menjadi perhatian
perawat dan diidentifikasi sejak langkah pengkajian dimulai (Suroso, et al.2015
; Novieastari, Gunawijaya & Indracahyani 2018). Dalam melakukan
pengkajian budaya terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan perawat,
diantaranya:
a. Jangan menggunakan asumsi.
b. Jangan membuat streotif yang bisa menjadi konflik misalnya orang Jawa
halus, orang Batak kasar.
c. Menerima dan memahami metode komunikasi.
d. Menghargai perbedaan individu
e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien
f. Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi
Daftar Pustaka

Akhmadi. (2011). Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger).


Lecture/Class. Gadjah Mada University: Unpublished.

Andrew, M.M., & Boyle, J.S. (2002). Transcultural Concepts in Nursing Care.
Lippincot. Philadelphia.

Giger Joyce Newman, Davidhizar Ruth Elaine, (2004) ; Transcultral


Nursing Assasement and Intervention, Fourth Edition, Mosby.

Harmer, B & Henderson, V, A. 1995. Buku dari prinsip dan praktik keperawatan.
Hew York:MAsmillan.

Leininger, M & McFarland. M.R, (2002). Transcultural Nursing. Concepts,


Theories. Research and Practice. 3rd Fd. USA. Mc-Graw Hill
Comnanies

Leininger, M. 2002. Culture Care Theory: A Major Contribution to Advance


Transcultural Nursing Knowledge and Practices. Journal of
Transcultural Nursing, 13: 189.

Lestari, S, Widodo, Sumardino. 2014. Pendekatan Kultural dalam Praktek


Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital.
Jurnal KesMaDaSka.

Novieastari, E, Gunawijaya, J, Indracahyani, A. 2018. Pelatihan Asuhan


Keperawatan Peka Budaya Efektif Meningkatkan Kompetensi Kultural
Perawat. Jurnal Keperawatan Indonesia .Vol. 21, No.1.

Nur Aini, Teori Model Keperawatan beserta aplikasinya dalam keperawatan,


Penerbit UMM Press, Malang, November 2018.

Original Source: http://www.madeleine-leininger.com/cc/overview.pdf

Overview of Leininger’s Theory of Culture Care Diversity and Universality


Suroso, Haryati, RTS, Mustikasari, Noviestari, E. 2015. Pelayanan Keperawatan
Prima Berbasis Budaya Berpengaruh terhadap Tingkat Kepuasan Pasie

n di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 18. No.1


Lampiran Pembagian Tugas dalam Kelompok
1. Bambang Maulana
- Tentang metode pengkajian budaya yang bisa digunakan selain dengan
teori Cultural Care Leininger
2. Gilang Putra Ramadhan
- Tentang pengkajian budaya berdasarkan Leininger sunrise model,yang
meliputi 7 komponen
- Editing
3. Helna Fitriana
- Tentang cultural care decision and action modes (preservation,
accommodation, repatterning)
4. Henni Devioni
- Tentang tujuan teori cultural care
5. Laila Rahmaniah
- Tentang leininger sunrise model
6. Mira Damayanti
- Tentang paradigma transcultural nursing
7. Muhammad Jumbri
- Tentang metode pengkajian budaya yang bisa digunakan selain dengan
teori Cultural Care Leininger
8. Ni Luh Eviana Charenina
- Tentang Prinsip-prinsip yang harus anda perhatikan saat melakukan
pengkajian budaya
- Print dan Jilid makalah
9. Rahmida Miliyanti
- Power Point dan persentasi
- Tentang pengkajian budaya berdasarkan Leininger sunrise model,yang
meliputi 7 komponen

Anda mungkin juga menyukai