Anda di halaman 1dari 103

ASUHAN

KEPERAWATAN
PASIEN
PENYALAHGUNAAN &
KETERGANTUNGAN NAPZA

Murjani, Skep. MM
Tujuan pembelajaran
1. Mengkaji data penyalahgunaan dan
ketergantungan napza
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
3. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga
mengatasi masalah napza
6. Mendokumentasikan
Napza
 Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya

 Bahan / zat yang bila masuk ke dalam tubuh


akan mempengaruhi tubuh, terutama
susunan saraf pusat / otak, yang dapat
menyebabkan gangguan pada fisik, psikis
dan fungsi sosial.
NARKOBA
 NARKOBA ( Psychoactive drugs )
merupakan zat kimia yang mampu merubah
suasana, pola pikir, perasaan, persepsi dan
perilaku seorang individu.
 NARKOBA sering juga di sebut dengan nama
“mood altering subtance” atau zat pengganti
mood.
UU Narkotika no 35 tahun 2009

Pasal 54
Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.
Pasal 56
1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di
rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri.
2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan
oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat
melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika
setelah mendapat persetujuan Menteri.
Jenis napza
 Opiat  Kokain
 Ganja  Inhalansia
 Sedatif hipnotik  Nikotin
 Amfetamin  Kafein
 Alkohol  Halusinogen
Jenis Napza dibagi
 a) Narkotika golongan I
Merupakan narkotika yang paling berbahaya.
Daya adiktifnya sangat tinggi.
Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian
atau ilmu pengetahuan.
Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin
dan opium.
,
 b) Narkotika golongan II
Merupakan narkotika yang
memiliki daya adiktif kuat tetapi
bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian.
Contohnya adalah petidin dan
turunannya, benzetidin dan
betametadol.
.
 c) Narkotika golongan III
 Merupakan narkotika yang
memiliki daya adiktif ringan tetapi
bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian.
 Contohnya adalah kodein dan
turunannya.
Psikotropika
 Psikotropika adalah zat atau obat bukan
narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
normal dan perilaku.
 Psikotropika adalah obat yang digunakan
oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa.
Pengolongan psikotropika
 Psikotropika golongan I
 Yaitu psikotropika dengan daya adiktif yang
sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk
pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA (Methilene
DioxyMethamphetamine), ekstasi, LSD (Lysergic
Acid) dan STP.
 Psikotropika golongan II
 Yaitu psikotropika dengan daya adiktif
kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin dan metakualon.
.
 Psikotropika golongan III
 Yaitu psikotropika dengan daya adiksi
sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian.
 Contohnya adalah luminal, buprenorsina dan
flunitrazepam.
 Psikotropika golongan IV
 Yaitu psikotropika yang memiliki daya
adiktif ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid)
dan diazepam.
Opiat (morfin, heroin)
Ganja (cimeng, gele’)
Sedatif hipnotik
(benzodiazepin)
Tanda dan gejala
 Intoksikasi adalah gejala yang timbul saat
mengkonsumsi napza

 Putus zat adalah gejala yang timbul saat


mengurangi atau menghentikan penggunaan
napza
Opiat (morfin, heroin)
Intoksikasi Putus zat
Eforia Nyeri
Mengantuk Mata dan hidung berair
Banyak tidur Perasaan panas dingin
Bicara cadel Diare
Konstipasi Gelisah
Penurunan kesadaran Tidak bisa tidur
GANJA
GEJALA FISIKNYA DAMPAK PSIKIS
 Menurunkan semangat
 Menurunnya kemampuan berfikir
 Denyut nadi
 Menurunnya kemampuan membaca,
meningkat  Berbicara dan berhitung
 Menurunnya kemampuan bergaul dan
 Mata merah
 Bersosialisasi
 Mulut kering  Mengganggu fungsi psikomotor dan
 Gerakan menjadi lamban
 Nafsu makan
 Gangguan jiwa psikosis spt skizofrenia
bertambah  Menimbulkan ilusi

 Mengantuk  Halusinasi
 Agresif
 Tidak memiliki semangat juang
Ganja (cimeng, gele’)
Intoksikasi
Eforia
Mata merah, mulut kering
Banyak bicara dan tertawa
Nafsu makan meningkat
Gangguan persepsi

Putus zat jarang ditemukan


CIRI – CIRI PEMAKAI
 TINGKAH LAKU TAMPAK ANEH
 BANYAK TERTAWA WALAUPUN TIDAK
ADA HAL YANG LUCU
 KEDUA MATA TAMPAK MERAH

 MERASA DIKEJAR-KEJAR

 TIDAK MERASA TAKUT

 TIDAK PEDULI PADA LINGKUNGAN


Akibat Penggunaan Jangka Panjang
1. Umum :
Kelelahan yg kornis dan letargi, mual atau
muntah yg kronis , nyeri kepala , iritabel
2. Mulut :
Warna lidah berubah, uvula bengkak
3. Pernafasan :
batuk kering non produktif, hidung mampet,
eksaserbasi asma, sering mendrita infeksi sal
nafas atas, bronkitis, Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK) kanker paru
.
4. Syaraf
gg koordinasi motorik, waktu reaksi
bertambah lama, gg pada test kecepatan mata
(visual tracking), gg persepsi jarak (depth
perception) dan persepsi warna
5. Reproduksi ;
infertilitas, gg menstruasi, kelainan
teratogenik, impotensi, berkurangnya libido dan
kepuasan seksual, meningkatkan risko lai-laki
menderita kanker testis ( Whitten, 2010)
6. Pskiatrik :
.
6. Psikiatri :
Ansietas, Depresi, perubahan perasaan yg
cepat, panik, perubahan kepribadian ,
percobaan bunuh diri
7. Fungsi kognitif :
gg daya ingat jangka pendek, demensia,
delirium, gg berpikir abstark
8. Fungsi sosial :
menarik diri secara sosial sampai
mengisolasi diri, berganti kelompok gaul,
berhenti berolah raga atau aktivitas lain
Prinsip Umum Penatalaksanaan Gangguan
Pengguna Ganja

1. Penggunaan ganja pada umumnya tidak


memiliki nmasalah fisik yang bermakna.
Penatalaksanaan umumnya dapat
difokuskan pada konseling adiksi napza dgn
berbagai pendekataan, baik wawancara
motivasional, cognitive Behavior
Therapy(CBT) dan lainnya . Sesi konseling
dapat diberikan8-16 kali pertemuan
tergantung pada pasien
2.
.
2. Sebagaian pengguna ganja
memiliki keluhan –keluhan spt;
perasaan gelisah, sussah tidur ,
tidak nyaman dan gejala psikologis
3. Sebagaian kecil pengguna ganja
terdapat gejala psikotik seperti
halusinasi atau waham yg biasanya
telah ada faktor predisposi terlebih
dahulu dan dicetuskan oleh krn
penggunaan ganja
Tatalaksana pada Intoksikasi Akut
1. Gejala Intoksikasiakut berupa Euforia, rileks,
pupil melebar , konjungtiva merah, mulut
dan tenggorokan kering, nafsu makan
bertambah, rhinitis, faringitis, gangguan
fungsi mental , perubahan persepsi
halusinasi, serta gg keterampilan motorik,
cadel, takikardi sinus, perubahan tekanan
darah, deporsonalisasi, ansietas,
kebingungan, gangguan daya nilai.
Pengguna pemula sering mengalami panik
2. Talk down ; ajak bicara pasien dan
tenangkan.
.
3. Bila gejala panik hebat atau
gejala kecemasan berat dapat
diberikan Lorazepam 1-2 mg oral,
atau clobazam 5-10 mg oral atau
diazepam 2-10 mg oral 1-3 sehari
4. Bila terdapat gejala psikotik
seperti halusinasi atau ilusi berikan
haloperidol 1-2 mg oral i.m. Dapat
diulangi setiap 20-30 menit
Tatalaksana pada Gejala Putus
 Gejala putus ganja berupa Insomnia,
nausea, Mialgia, ansietas, resah,
iritabel , menggigil, diare, anoreksia,
fotofobia, depresi, kebingungan,
menguap, tremor, berat badan
berkurang dan ketagihan ganja
 Bial terdapat gejala psikotik berikan
haloperidol 1-2 mg oral atau i.m
ulangi setiap 20-30 menit bila perlu
Sedatif hipnotik
(benzo: bil BK, lexotan)
Intoksikasi Putus zat
Pengendalian diri kurang Cemas
Jalan sempoyongan Tangan gemetar
Mengantuk Perubahan persepsi
Memperpanjang tidur Gangguan daya ingat
Hilang kesadaran Tidak bisa tidur
Alkohol (bir, wiski, arak)
Intoksikasi Putus zat

Mata merah Cemas, depresi


Bicara cadel Muka merah
Jalan sempoyongan Tangan gemetar
Perubahan persepsi Mual muntah
Kemampuan menilai (↓) Tidak bisa tidur
ECSTACY

NAMA LAIN:
XTC,ADAM,INEX, ELECTRIC, GOBER, BISCUIT,ICE,
KANCING BON JOVI, MERCY. BLACK HEART, DISCO

KANDUNGAN
METILEN DIOKSI MET AMFETAMIN ATAU MDMA
KEGUNAAN AMFETAMIN DALAM MEDIS ADL :
1. Untuk narkolepsi
2. Untuk gangguan pemusatan perhatian / hipersensitivitas
pada anak
3. Untuk gangguan depresi
4. Untuk menghilangkan rasa lelah
5. Untuk mencegah serta menghilangkan rasa shock
pembedahan
6. Untuk menjaga kestabilan tekanan darah waktu
pembedahan
7. Untuk mengurangi nafsu makan
8. Untuk membangkitkan semangat kerja
Amfetamin ekstasi (inex),
shabu-shabu
Intoksikasi Putus zat
Selalu bergerak Cemas
Berkeringat Depresi
Gemetar Kelelahan
Cemas, depresi Energi berkurang
Paranoid Tidur meningkat
AMFHETAMIN
GEJALA DAMPAK
• Muka merah kemudian pucat • Gejala putus obat
• Demam
• Mual dan muntah
• Gejala apatis, rasa letih
• Mudah tersinggung • Nyeri seluruh badan
• Gelisah
• Gemetar
• Kesadaran kabur
• Kejang – kejang
• Psikosis
• Pingsan
• Mati
Ciri-ciri ketergantungan
 Toleransi (semakin lama penggunaan zat,
semakin dibutuhkan dosis yang lebih banyak
untuk mendapatkan efek yang sama)

 Gejala putus zat (gejala yang timbul karena


mengurangi / menghentikan penggunaan)

 Sugesti (kerinduan yang kuat sekali untuk


menggunakan kembali)
Penyebab
 Ingin tahu / coba-coba / eksperimen
 Pergaulan sosial / rekreasi
 Situasi
 Penyalahgunaan
 Ketergantungan
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya penggunaan
1. Faktor individu
 Ciri-ciri kepribadian yang berisiko
untuk menyalahgunakan napza,
misalnya selalu merasa rendah diri,
mudah kecewa, suka coba-coba /
bereksperimen dan bersikap
antisosial.
2. Faktor lingkungan

 Lingkungan pergaulan yang kurang baik:


keluarga dengan komunikasi yang tidak
efektif,
 Kelompok sebaya yang menggunakan
napza
 Banyaknya tempat untuk memperoleh /
memperjualbelikan napza
 Pengaruh dari masyarakat yang longgar
dalam pengawasan (hukum yang tidak
berjalan / tidak tegas yang menyebabkan
peredaran napza secara gelap terus
berlangsung.
3. Faktor zat

 Zat itu sendiri memberikan


kenikmatan,
 Mudah diperoleh

 Harga terjangkau atau diperoleh


dengan gratis / tanpa keluar biaya.
Bahaya Narkoba
 Menurut BNN (2008: 26), narkoba memiliki
tiga sifat jahat yang khas, yaitu:
 Habitual

Habitual adalah sifat pada narkoba yang


membuat pemakainya akan selalu teringat,
terkenang dan terbayang sehingga cenderung
untuk selalu mencari dan rindu (seeking). Sifat
inilah yang menyebabkan pemakai narkoba
yang sudah sembuh kelak bisa kambuh
(relapse) dan memakai kembali.

Adiktif
 Adiktif adalah sifat pada narkoba yang
membuat pemakainya terpaksa memakai
terus dan tidak dapat menghentikannya.
Penghentian atau pengurangan pemakaian
narkoba akan menimbulkan efek putus zat
atau withdrawal effect,
 yaitu perasaan sakit luar biasa atau dalam
bahasa gaul disebut sakaw. Penderita sakaw
yang mengalami sakit luar biasa biasanya
akan menempuh dua cara: kembali
mengonsumsi narkoba atau mengambil jalan
pintas yaitu bunuh diri.
Toleran
 Toleran adalah sifat narkoba yang membuat tubuh
pemakainya semakin lama semakin menyatu dengan
narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba itu
sehingga menuntut dosis pemakaian yang semakin
tinggi.
 Bila dosisnya tidak dinaikkan, narkoba itu tidak akan
bereaksi tetapi malah membuat pemakainya mengalami
sakaw. Untuk memperoleh efek yang sama di masa
sebelumnya, dosisnya harus dinaikkan. Bila lama-
kelamaan dosis itu dinaikkan maka dapat melebihi
kemampuan toleransi tubuh yang berakibat sangat
menyakitkan bahkan mematikan. Kondisi ini disebut
overdosis.
Tahap – tahap (progresi)
penggunaan Zat
1. Rekreasional/eksperimental
 Merupakan tingkatan penggunaan zat yang
paling rendah tingkat keparahannya. Jumlah
zat kecil sampai sedang. Biasanya didorong
rasa ingin tahu atau tekanan teman sebaya.
Belum memiliki masalah terkait
penggunaannya.
,
2. Sirkumstansial/situasional
 Tujuan penggunaan zat untuk mengejar efek
yang diinginkan sebagai cara mengatasi
(koping) kondisi atau situasi tertentu.
 Pada tingkat ini orang secara situasional
dapat menggunakan untuk mencari
kesenangan atau bersosialisasi.
 Pada tingkat ini masalah akibat penggunaan
bisa muncul atau bisa juga tidak.
.
3. Intensif/reguler
 Dari penggunaan rekreasional/sirkumstansial
seseorang akan mulai menggunakannya
terus-menerus, setiap hari dengan dosis
ringan sampai sedang. Zat digunakan untuk
terbebas dari masalah yang dialami atau
untuk mempertahankan kemampuan yang
dikehendaki. Pada tingkat ini orang mulai
mengalami masalah pada penggunaannya,
misalnya pada pekerjaan. Tingkat ini disebut
juga penyalahgunaan.
.
4. Kompulsif/adiktif
 Merupakan penggunaan paling parah dan
berbahaya. Dosis tinggi setiap hari diperlukan
untuk mencapai efek fisik atau psikologis
yang diinginkan atau untuk menghindari
gejala putus zat (sakaw). Pada tingkat ini zat
menjadi sesuatu yang paling penting dalam
hidup seseorang melebihi aktivitas lainnya.
Pada tingkat ini orang mengalami masalah
terkait penggunaan berkelanjutan namun
tetap menggunakan walaupun berbahaya
bagi dirinya yang sering disebut sebagai
adiksi.
Pemulihan dan Manajemen
Pemulihan
 Pengertian Pemulihan
 Pemulihan dari masalah alkohol dan Narkoba
menurut U.S. Substance Abuse and Mental
Health Services Administration:
 “Pemulihan merupakan proses perubahan
dimana individu memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraannya dan memberi makna dalam
hidup di masyarakat yang dipilihnya, seraya
berjuang mencapai potensi penuhnya”
 Pemulihan adalah:
 Sebuah proses perubahan
 Fungsi tumbuh dan perbaikan
berkesinambungan
 Manajemen pemulihan berlangsung
seumur hidup
Elemen Pemulihan
1. Pemberdayaan klien
 Memastikan mereka yang berada dalam
pemulihan berpartisipasi penuh dalam:
 Rencana terapi dan pemulihan mereka

 Perencanaan, rancangan dan evaluasi dari


program terapi
2. Asesmen
 Mengidentifikasi masalah dan kekuatan
individu beserta keluarganya
.
3. Pengembangan Sumber Daya Pemulihan
 Menghubungkan antara personal, profesional
dan sumber daya masyarakat setempat ke
dalam tim manajemen pemulihan.
 Memandu individu dan keluarganya ke dalam
hubungan dengan masyarakat/komunitas yang
lebih besar yang saling berbagi pengalaman
(komunitas pemulihan)
4. Pendidikan dan Pelatihan Pemulihan
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
berbasis pemulihan pada individu dalam
pemulihan, keluarganya, pemberi layanan dan
komunitas lebih luas.
.
5. Monitoring dan Dukungan Berkelanjutan
 Pemeriksaan oleh para profesional

 Mentoring dari rekan sebaya, melatih


pemulihan.
6. Advokasi Pemulihan
 Melakukan advokasi kebijakan sosial dan
institusional untuk menanggulangi stigma dan
diskriminasi
 Melakukan advokasi sistem yang
mempromosikan pemulihan jangka panjang.
.
7. Terapi Berbasis Bukti dan Dukungan
Layanan
 Mengganti terapi dan layanan dukungan
pemulihan yang kurang efektif dengan
layanan yang terbukti lebih efektif secara
ilmiah.
 Pengembangan layanan yang
menghilangkan hambatan menuju pemulihan
dan meningkatkan kapital pemulihan individu.
Dampak penggunaan napza
1. Heroin (putau)
 Perilaku manipulatif, antisosial, hepatitis C, HIV-
AIDS, kematian karena over dosis

2. Benzodiazepam (pil BK, lexotan)


 Hilangnya kesadaran, kurangnya pengendalian,
perkelahian, tindak kejahatan (menipu / mencuri /
merampok sampai membunuh), sering tidak
menyelesaikan tugas, membolos, prestasi
sekolah menurun, keluar dari sekolah.
3. Ganja (cimeng, gele’)
 Gangguan persepsi (sepuluh menit dirasakan
seperti satu jam, jarak 10 meter dipersepsikan
sebagai jarak 100 meter
 Sinestesia (saat mendengar musik, melihat
warna-warna cemerlang disekitarnya)
 Sindroma amotivasional menurunnya
kemampuan membaca, berbicara dan
berhitung; perhatian sekitar berkurang sampai
tidak bereaksi dipanggil; kurang semangat
bersaing
 Penyakit pada paru-paru.
4. Alkohol (bir, wiski, arak)
 Gangguan lambung, penyakit hati, jantung,
susunan saraf / otak, kemunduran daya ingat,
perubahan persepsi, koordinasi, penurunan
kemampuan menilai, kecelakaan, tindak
kejahatan

5. Amfetamin (ekstasi, shabu-shabu)


 gangguan jantung, pernapasan, depresi,
paranoid (perasaan terancam / curiga yang
dapat mengakibatkan timbulnya kekerasan
pada diri sendiri atau orang lain), kematian
karena perangsangan yang berlebihan pada
susunan saraf pusat (otak).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil Terapi
1. Faktor yang berperan:
 Karakteristik individu

 Sifat dan tingkat keparahan masalah

 Proses perawatan dan layanan yang


diberikan
 Kondisi lingkungan dan sosial (termasuk
keluarga), baik selama dan setelah terapi,
dan
 Interaksi di antara faktor-faktor di atas
Kapital Pemulihan
Istilah ini diciptakan oleh Cloud dan Granfield,
yang didefinisikan sebagai berikut:
 “Kapital pemulihan adalah penjumlahan dari
sumber daya personal dan sosial pada satu
wadah untuk menghadapi ketergantungan
zat dan utamanya meningkatkan kapasitas
dan kesempatan seseorang untuk pulih”
Tiga Jenis Kapital Pemulihan
1. Kapital pemulihan individu (personal)
a. Kapital pemulihan fisik
b. Kesehatan fisik
c. Aset finansial
d. Tempat tinggal yang aman dan kondusif utk pemulihan
e. Pakaian
f. Makanan
g. Akses transportasi
.
2. Kapital pemulihan manusia
 Tata nilai

 Pengetahuan

 Edukasi, keterampilan vokasional dan


kredensial
 Kapasitas menyelesaikan masalah

 Kesadaran diri

 Penghargaan diri

 Efikasi diri (kepercayaan diri dalam


mengelola situasi berisiko)
Kapital Pemulihan Manusia juga
termasuk

 Harapan dan optimisme


 Persepsi masa lalu, sekarang dan masa
depan
 Arti makna dan tujuan dalam hidup
 Keterampilan interpersonal
3. Kapital pemulihan sosial
dan keluarga
 Kesediaan pasangan yang dekat dan anggota
keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi
 Kehadiran orang lain dalam pemulihan, di dalam
keluarga atau di antara hubungan sosial
 Ditandai juga dengan:
 Akses ke kegiatan berbasis pemulihan (atau
setidaknya abstinensia), kegiatan rekreasi dan
jejaring pemulihan (fellowships)
 Koneksi ke lembaga: sekolah, tempat kerja,
tempat ibadah, organisasi masyarakat setempat
(adat)
4. Kapital pemulihan
Masyarakat dan Budaya
 Upaya aktif menangani stigma
 Panutan (role model) pemulihan lokal yang
terlihat dan beragam
 Sumber daya terapi adiksi yang berkelanjutan
penuh
 Sumber daya dukungan dan bantuan pemulihan
mutualisme yang dapat diakses dan beragam
(seperti program 12 Langkah)
4. Kapital pemulihan
Masyarakat dan Budaya
 Juga meliputi:
 Institusi pendukung pemulihan lokal (pusat
pemulihan, clubhouse, asosiasi alumni dari
pusat pemulihan, pemerintah daerah yang
mengurusi masalah pemulihan dll)
 Sumber dukungan pemulihan yang
berkelanjutan dan re-intervensi dini (misal:
program pasca rawatan, program
pendampingan atau organisasi masyarakat
pemulihan)
Terapi napza
 Model dan Praktik Terapi
 Model-model terapi utama yang berdasarkan riset (juga disebut
praktik-praktik berbasis bukti) di banyak negara di dunia:
 Terapi dengan medikasi bagi adiksi opiat
 Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive-Behavioral Terapi/CBT)
 Pendekatan motivasional
 Matriks model untuk metamfetamine dan penggunaan stimulansia
lain
 Terapi fasilitasi 12-Langkah (12-steps)
 Manajemen kontinjensi
 Komunitas terapeutik (Therapeutic Community/TC)
 Pendekatan keluarga untuk pasangan dan remaja
Prinsip-=rinsip Dasar Terapi
zat yang efektif
 Tidak ada satu jenis terapi yang cocok untuk semua
individu
 Terapi harus selalu tersedia setiap saat
 Terapi yang efektif memperhatikan berbagai kebutuhan
individu dan bukan hanya berfokus pada penggunaan
zat atau narkoba saja
 Rencana terapi dan pelayanan individu aharus ditinjau
secara berkesinambungan dan dimodifikasi
sebagaimana diperlukan untuk meyakinkan bahwa
rencana tersebut memenuhi kebutuhan pasien yang
berubah-ubah.
.
 Retensi klien di dalam terapi untuk waktu
yang cukup adekuat adalah hal kritis untuk
keefektifan perawatan.
 Konseling (individu maupun kelompok) dan
terapi perilaku lainnya merupakan komponen
kritis dari terapi adiksi
 Medikasi (pemberian obat-obatan) adalah
unsur penting dalam terapi bagi kebanyakan
pasien, terutama bila dikombinasikan dengan
konseling dan terapi perilaku lainnya
.
 Individu yang menyalahgunakan atau
mengalami adiksi narkoba dan memiliki
gangguan mental secara bersamaan (dual
diagnosis), perlu memperoleh terapi bagi kedua
gangguan tersebut dengan cara yang
terintegrasi
 Detoksifikasi medis hanyalah tahapan pertama
dalam terapi adiksi serta hanya berdampak
sedikit dalam mengubah penggunaan narkoba
jangka panjang
 Terapi tidak harus dilakukan secara sukarela
(atas kehendak sendiri) untuk bisa efektif
.
 Kemungkinan menggunakan narkoba selama
menjalani terapi harus dimonitor secara terus
menerus
 Program terapi harus menyediakan asesmen
atau tes untuk HIV dan AIDS, Hepatitis B dan
Hepatitis c, Tuberculosis dan penyakit menular
lain, di samping konseling untuk membantu
pasien memodifikasi atau mengubah perilaku
yang dapat menempatkan diri mereka atau
orang lain dalam risiko terinfeksi
 Pemulihan adiksi dapat merupakan proses
jangka panjang dan seringkali membutuhkan
beberapa episode terapi.
Penanggulangan
masalah napza di RSJ SALI
 Pencegahan:
 Deteksi dini
 Pendidikan efektif
 Pengobatan:
 Detoksifikasi tanpa subsitusi
 Detoksifikasi dengan subsitusi
 Pemulihan
 Rehabilitasi: keagamaan, terapi komunitas
 Terapi psikososial
DETOKSIFIKASI

 Detoksifikasi:proses pengeluaran racun dari


dalam tubuh seseorang
 Detoksifikasi: Proses penghentian secara
mendadak dari penggunaan Napza dengan
menggunakan berbagai metode perawatan
3. Terapi dengan antagonis opioid
 Naltrekson
 Nalokson
 Sedasi dalam(benzodiazepin)
4. Terapi konvensional
 Cold Turkey : Dibiarkan atau dimandikan
dan merasakan rasanya nyeri sampai nyeri
hilang secara sendirinya
 Biasa dilakukan didalam penjara atau
Program Rehab:Religius,TC
Metode Detoksifikasi
1. Terapi Subtitusi Opioid
 Metadon Cair
 Buprenorfin sublingual

2. Terapi Simtomatik
 Klonidin
 Benzodiazepin
 Loperamid
 NSAID
5. Rapid detox/Detok Cepat

 Melalui pembiusan dilakukan dikamar


operasi perlu DIINGAT hanya untuk
withdrawal OPIAT bukan karena zat-zat
lain.
 Pecandu sekarang pakai drugs sudah
seperti”keranjang sampah”/Multydrugs
Therapeutic Community
Therapeutic Community ( TC ) adalah;
Sekumpulan orang yang memiliki :
masalah yang sama,
saling membantu dan
mendorong satu sama lain
untuk mengatasi masalahnya dan
melakukan suatu perubahan
dalam hidupnya.
Man Help Man Help Himself
Therapeutic Community ( TC ) adalah;

Komunitas yang berdaya sembuh…


Kenapa disebut “Berdaya Sembuh” :
 Save Environment
 Program terpadu yang berkesinambungan
 Masalah yang sama
 Saling membantu satu dengan yang
lainnya, sehingga membantu dirinya sendiri
Man Help Man Help Himself
STRUKTUR FASE THERAPEUTIC COMMUNITY( TC )

 FASE 1 – ORIENTASI (2 minggu s/d 1 bulan)


 Berkenalan dengan beberapa istilah
peraturan, filsofot, proses,
terminologi
 Penilaian untuk assessments
pendidikan, vocational, Psikologi
 Fokus klinis membantu
perkembangan ketergantungan di
staff
FASE II – PRIMARY TREATMENT (5 s/d 6 bulan)

 Berfokus dalam perilaku, disiplin


pribadi, pola histories
 Perkembangan tujuan dan nilai
pendidikan, sosial, pre-vocational,
kepribadian
 Mulai memperlihatkan inisiatif kerja,
sekolah, grup, antar pribadi,
keluarga
FASE III – PRE RE-ENTRY (1 s/d 2 bulan

 Penyatuan kembali kedalam tendensi hidup


keluarga, vocational, pendidikan, sosial
 Masalah keluarga
 Hubungan sosial
 Perhatian kepada masalah perpisahan
 Pertambahan waktu dari fasiliti dalam
aktivitas
 Memulai struktur kerja pencegahan relapse
FASE IV – RE-ENTRY (5 s/d 6 bulan)

 Vocational/ rencana pendidikan, tujuan,


pentingnya sistem waktu dalam aktivitas
komunitas
 Peningkatan intensitas dalam kelompok
untuk berhadapan dengan perencanaan
waktu
 Kelanjutan rencana waktu, budget, nutrisi,
gaya hidup
 Peningkatan pencegahan relapse
FASE V – AFTER CARE (6 d 12 bulan)

 Kestabilan gaya hidup


 Perencanaan kehadiran kelompok,

 management kasus,

 dukungan sosial

 Kerja atau keharusan untuk sekolah

 Rencana financial dan stabilitas


Rentang Respon Koping
Penggunaan Zat
Adaptif Maladaptif

Alamiah Kadang memakai Sering memakai Tergantung pd


Aktivitas Fisik Rokok, kopi, Rokok, kopi, Rokok, kopi,
Meditasi Alkohol, obat resep Alkohol, obat resep Alkohol,
nakotika Tergantung
Pada narkotika
ASUHAN KEPERAWATAN
ADIKSI NAPZA
 Detoksifikasi ~ penanganan gejala putus zat
 Recovery/Rehabilitasi ~ menguatkan koping
konstruktif, menghindar penyalahgunaan zat
 Relaps ~ menguatkan koping
 Infeksi ~ penanggulangan masalah fisik,
menyiapkan pasien kemungkinan terburuk
yang mungkin terjadi.
Pengkajian
1. Riwayat penggunaan napza:

 Apa jenis zat yang digunakan ?


 Kapan terakhir menggunakan zat ?
 Bagaimana cara menggunakan zat ?
 Berapa banyaknya zat yang biasa digunakan perhari?
 Apa tanda dan gejala yang dirasakan?
 Apa penyebab menggunakan zat ?
 Apakah pernah mengurangi / berhenti ? Karena apa ?
 Berapa kali mencoba berhenti ? Kapan paling lama ?
 Apa yang telah dilakukan untuk berhenti ?
 Apa yang menyebabkan pakai lagi ?
2. Riwayat pengobatan:

 Apakah pernah over dosis ? Apakah


pernah dirawat karena over dosis ?
 Apakah pernah dirawat untuk
detoksifikasi ? Berapa kali ? Kapan
terakhir ?
 Apakah ada penyakit serius yang dialami
akibat penggunaan zat ?
 Apakah pernah mengikuti rehabilitasi ?
Kapan ? Berapa lama ?
Lihat contoh assemen
 Detoksifikasi
 Dual diagnosa
 Rehabilitasi napza
Diagnosa keperawatan
 Koping individu tidak efektif: belum
mampu mengatasi keinginan
menggunakan zat
 Gangguan sensori persepsi
 Gangguan proses pikir
 Gangguan proses keluarga
 Perilaku kekerasan
Tujuan tindakan pada pasien
 Pasien dapat:
1. Mengenali dampak penggunaan zat
2. Meningkatkan motivasi untuk berhenti
3. Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
4. Meningkatkan kemamp menyelesaikan masalah
5. Mengubah gaya hidup
6. Mengatasi gejala intoksikasi atau putus zat
dengan terapi psikofarmaka
Tindakan keperawatan
pada pasien
1. Diskusikan bersama pasien tentang:

 Dampak penggunaan zat (kesehatan, hubungan


sosial, pendidikan / pekerjaan, ekonomi /
keuangan, hukum)
 Cara meningkatkan motivasi berhenti
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Gaya hidup yang sehat
 Diskusikan cara mengontrol keinginan:

 Menghindar: (tidak pergi ke tempat-


tempat yang ada pengedar, tidak
bergabung / bergaul dengan pengguna)
 Mengalihkan: (menyibukkan diri dengan
aktivitas yang padat dan
menyenangkan)
 Menolak: (mengatakan tidak, walaupun
ditawarkan gratis dan tetap mengatakan
tidak, walaupun sekali saja)
2. Latih pasien:

 Mengontrol keinginan menggunakan zat


 Mengenali situasi yang berisiko tinggi
 Kondisi emosi negatif, misalnya kesal,
dituduh pakai lagi
 Konflik dengan orang lain, misalnya
bertengkar karena dilarang keluar rumah
atau dituduh mencuri
 Tekanan sosial, misalnya dipaksa
sebagai syarat untuk bergabung dengan
kelompok tertentu
 Cara mengontrol keinginan menggunakan
zat dengan cara:
 Menghindar, misalnya: tidak pergi ke
tempat-tempat yang ada pengedar, tidak
bergabung / bergaul dengan pengguna
 Mengalihkan, misalnya: menyibukkan
diri dengan aktivitas yang padat dan
menyenangkan
 Menolak, misalnya: mengatakan tidak,
walaupun ditawarkan gratis dan tetap
mengatakan tidak, walaupun sekali saja.
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Cara / gaya hidup yang sehat
Mengevaluasi pasien
 Pasien mampu:
 Menyebutkan dampak penggunaan zat

 Menggunakan cara-cara:

 Mengontrol keinginan untuk menggunakan


zat
 Menyelesaikan masalah yang sehat

 Menerapkan gaya hidup yang sehat

 Berhenti menggunakan zat


TINDAKAN
KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI
Tujuan
 Pasien akan mengurangi ketergantungan
 Pasien akan diorientasikan pada orang
waktu, tempat
 Pasien akan melaporkan gejala putus zat
 Pasien akan menginterpretasikan lingkungan
secara tepat
 Pasien akan mengakui dan menceritakan
halusinasi atau wahamnya
Tindakan
 Berikan dukungan perawatan fisik: Tanda Vital, Nutrisi,
Hidrasi, wasapada jika kejang
 Berikan obat sesuai jadwal detoksifikasi
 Kaji orientasi sesering mungkin, orientasikan pasien
waktu, tempat, orang
 Observasi gejala-gejala putus zat dan laporkan
 Jelaskan intervensi keperawatan, staf yg konsisten,
cahaya ruangan redup, hindari kebisingan, anjurkan
teman yg dipercaya atau keluarga utk menyertai
 Anjurkan pasien menceritakan halusinasi atau waham,
jelaskan kaitan antara gejala tersebut dg zat adiktif
Tujuan tindakan pada keluarga
 Keluarga dapat merawat pasien
Tindakan keperawatan
pada keluarga
1. Diskusikan bersama keluarga tentang:

 Masalah yang dialami keluarga


 Penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda dan
gejala, penyebab dan akibat)
 Proses penyembuhan pasien (pencegahan,
pengobatan dan pemulihan)
Kondisi pasien yang perlu
dirujuk
 Intoksikasi berat,
 penurunan kesadaran, jalan sempoyongan,
penglihatan (persepsi) terganggu, kehilangan
pengendalian diri, curiga berlebihan, melakukan
kekerasan / menyerang orang lain

 Gejala putus zat


 nyeri, mual sampai muntah, diare, tidak bisa tidur,
gelisah, tangan gemetar, cemas berlebihan,
depresi (murung berkepanjangan)
 Latih keluarga:
 Meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti /
hindari sikap-sikap yang dapat mendorong
pasien pakai lagi:
 mencurigai / menuduh pasien pakai lagi)
 Mengenal ciri-ciri pasien pakai lagi
 memaksa minta uang, ketahuan berbohong,
ada tanda dan gejala intoksikasi
 Membantu pasien: menghindar atau
mengalihkan perhatian dari keinginan untuk
pakai lagi
 Memberikan pujian bila pasien dapat berhenti
walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan
 Mengawasi pasien minum obat
Mengevaluasi keluarga
 Keluarga mampu:
 Menyebutkan proses penyembuhan pasien
 Meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
 Memotivasi pasien menggunakan cara-cara
mengontrol keinginan menggunakan zat
 Mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu di
rujuk
Hal – Hal yang penting
diketahui ruang perawatan
 Ruang Detoks
 Pasien/ riseden tidak diperkenankan bertemu
keluarga
 Tidak boleh terima tamu, mekokok

 Tidak boleh bawa uang, dompet, HP

 waktu menamu atau mau pindah program


keluarga akan dihubungi dengan menyiapkan
perawatan yg ditentukan oleh ruangan detoks
Untuk Mahasiswa
 Jaga hak – hak pasien
 Mahasiswa tidak boleh membelikan
makan/minuman
 Dilarang meminjamkan HP pada
residen/pasien
 Dilarang Mengajak pasien keluar ruang
perawatan
 Dilarang menjadi perentara bagi
keluarga/pasien
 Setiap mahasiswa keluar masuk dilakukan
sport cek

Anda mungkin juga menyukai