Anda di halaman 1dari 81

MATERI NAPZA (UAS)

STIKES ALIFAH B 2019

NS. Basmanelly, M.Kep., Sp.Kep.J


PENGERTIAN

 Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan bahan


adiktif lainya) yaitu nama segolongan zat alamiah,
semi sintetik maupun sintetik
 Kadang disebut juga Napza (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif).
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika ( gol. I=133, gol.II = 91
dan gol. III = 15 )
JENIS – JENIS NAPZA
Menurut Undang-Undang No. 35/ 2009
• Narkotika
• Alkohol
• Psikotropika
• Zat Adiktif lainnya

Berdasarkan Efek terhadap Otak


• Golongan Depresan
• Golongan Stimulan
• Golongan Halusinogen

Berdasarkan bahan: natural dan sintesis


JENIS – JENIS NAPZA
Berdasarkan Cara Penggunaan:
 Dimasukan dalam mulut/diminum (Oral)
 Disuntikan ke dalam tubuh (Injeksi)
 Diletakan di dalam luka (luka sayatan yang sengaja dibuat)
 Dihisap (sniffed)/dihirup (inhaled)
 Dimasukan melalui anus (Insersi anal)

Berdasarkan Bentuk:
 Cairan
 Pasta
 Pil/kapsul
 Kristal/blok
 Bubuk
 Gas
 Lapisan kertas (impregnated paper)
Jenis narkotika terpopuler di Indonesia

Jenis Efek Jangka Pendek Efek Jangka Panjang


GANJA Disorientasi waktu, Gangguan pernapasan/ infeksi paru-
MARIJUANA Perubahan mood, paru., Meningkatkan denyut jantung
Gerakan tubuh terganggu Gangguan pada bayi (otak dan
Kesulitan berpikir dan perilaku), Halusinasi, paranoia dan
memecahkan masalah berpikir secara tidak teratur.
Gangguan daya ingat Perubahan mental seseorang.

SHABU Insomnia Kecanduan, paranoia, halusinasi, dan


METAMFETAMIN Hilangnya nafsu makan aktivitas motorik berulang, Perubahan
Euphoria dan sikap struktur dan fungsi otak, Menurunnya
terburu-buru kemampuan berpikir dan kemampuan
Denyut jantung cepat dan motorik, Melemahnya konsentrasi,
tak teratur Hilang ingatan, Perilaku agresif atau
Hipertemia kekerasan, Gangguan suasana hati,
Masalah gigi yang parah, Menurunnya
berat badan
Jenis narkotika terpopuler di Indonesia
Jenis Efek Jangka Pendek Efek Jangka Panjang
EKSTASI Menurunnya nafsu makan Meningkatkan kecanduan
Insomnia, Pusing dan demam, Serangan panik
Kram otot, Tremor, Berkeringat Insomnia
dingin, Penglihatan buram, Linglung
Meningkatnya denyut jantung, Tidak mampu membedakan realita dan
Tekanan darah meningkat, fantasi
Menegangnya mulut, wajah dan Delusi paranoid, Depresi
dagu

HEROIN, Demam, Mulut kering, Mual Penurunan kesehatan gigi, rentan


PUTAW Gatal, Fungsi jantung melambat penyakit, Tubuh menjadi lemah, lesu, dan
Pernapasan melambat, tidak bertenaga, Nafsu makan buruk dan
Kerusakan otak permanen kekurangan gizi, Insomnia, Penurunan
Koma fungsi seksual, Kerusakan hati atau ginjal
secara permanen, Infeksi katup jantung
Keguguran, Kecanduan yang
menyebabkan kematian
Kelas Zat Psikoaktif:

1. Alkohol
2. Kafein
3. Ganja
4. Halusinogen
5. Inhalansia
6. Opioid
7. Obat penenang / hipnotik / Anxiolytics
8. Stimulan
9. Tembakau
Rentang Respons Gangguan Penggunaan
Zat Adiktif

1. Eksperimental.
2. Rekreasional
3. Situasional
4. Penyalahgunaan: penggunaan zat bersifat patologis, secara
rutin, minimal selama 1 bulan, terjadi penyimpangan
perilaku, dan mengganggu fungsi peran di lingkungan
sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan.
5. Ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik
ditandai dengan kondisi toleransi dan sindroma putus zat.
Figure 1. Stages of the Addiction Cycle.
During intoxication, drug-induced
activation of the brain’s reward regions
(in blue) is enhanced by conditioned cues
in areas of increased sensitization (in
green). During withdrawal, the activation
of brain regions involved in emotions (in
pink) results in negative mood and
enhanced sensitivity to stress. During
preoccupation, the decreased function of
the prefrontal cortex leads to an inability
to balance the strong desire for the drug
with the will to abstain, which triggers
relapse and reinitiates the cycle of
addiction. The compromised
neurocircuitry reflects the disruption of
the dopamine and glutamate systems and
the stress-control systems of the brain,
which are affected by corticotropin-
releasing factor and dynorphin. The
behaviors during the three stages of
addiction change as a person transitions
from drug experimentation to addiction
as a function of the progressive
neuroadaptations that occur in the brain.
RENTANG RESPON KOPING KIMIAWI TUBUH

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Tinggi alamiah Penggunaan Jarang Penggunaan Sering Ketergantungan,


Aktifitas fisik dari : nikotin dari : nikotin penyalahgunaan
Meditasi kafein, alkohol, kafein, alkohol, gejala putus zat
obat yg diresepkan, obat yg diresepkan, toleransi
obat terlarang obat terlarang
Dampak : Kondisi Overdosis
1. Tidak efektifnya jalan napas/depresi sistem
pernapasan (intoksikasi opioida, sedatif hipnotik,
alkohol.)
2. Gangguan kesadaran (intoksikasi sedatif hipnotik,
alkohol)
3. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit (putus zat
alkohol).
4. Amuk (intoksikasi sedatif hipnotik)
5. Potensial melukai diri/ lingkungan (intoksikasi
alkohol, sedatif hipnotik)
6. Potensial merusak diri/bunuh diri (putus ekstasi/
MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine)
Dampak : Kondisi Intoksikasi

1. Cemas (intoksikasi ganja)


2. Perilaku agresif (intoksikasi sedatif hipnotik,
alkohol)
3. Gangguan komunikasi verbal (intoksikasi sedatif
hipnotik, alkohol, opioida)
4. Gangguan kognitif (intoksikasi sedatif hipnotik,
alkohol, kanabis, opioida)
5. Gangguan rasa nyaman, seperti mual/muntah
(intoksikasi ekstasi)
Dampak : Kondisi withdrawl
1. Kejang (alkohol, sedatif hipnotik. )
2. Halusinasi (alkohol, sedatif hipnotik. )
3. Waham (alkohol, sedatif hipnotik. )
4. Gangguan tidur (alkohol, sedatif hipnotik, opioida, ekstasi)
5. Mual, muntah (alkohol, sedatif hipnotik, opioida)
6. Nyeri sendi, otot, tulang (zat opioida)
7. Gangguan afektif (depresi) (ekstasi)
8. Perilaku manipulatif (opioida)
9. Terputusnya program perawatan (kurangnya sistem
dukungan keluarga)
10. Cemas keluarga
11. Potensial nutrisi kurang dari kebutuhan (opioida)
Dampak : Paska detoksifikasi
(Rehabilitasi Mental Emosional)

1. Gangguan pemusatan perhatian


2. Gangguan kegiatan hidup sehari-hari (activity daily
life—ADL)
3. Pemecahan masalah yang tidak efektif; tidak mampu
asertif
4. Gangguan konsep diri: HDR
5. Kurang kooperatif dalam program perawatan
6. Potensial melarikan diri (ketergantungan psikologis
ganja dan alkohol)
7. Potensial kambuh (relaps)
Tahapan pengobatan NAPZA

1. Pengobatan adiksi (detoksifikasi): Terapi


Intoksikasi Akut, Putus Zat, dan terapi Psikosis
akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi,
4. Pelatihan mandiri
Tujuan terapi ketergantungan napza

1. Abstinensia
2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps :
CBT
3. Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi
adaptasi sosial.

Terapi medik ketergantungan napza terdiri atas


dua fase berikut: Detoksifikasi dan Rumatan
(maintenance, pemeliharaan, perawatan).
Perilaku Beresiko Penyalahgunaan
NAPZA
Ciri- ciri Remaja Berisiko (BNN, 2009)
1. sikap cenderung memberontak dan perilaku menyimpang
2. memiliki gangguan jiwa lain (depresi, cemas)
3. kurang rasa percaya diri, mudah kecewa, agresif, destruktif,
murung, pemalu, pendiam,
4. memiliki keinginan untuk mencoba yang sedang mode/sesuatu
yang baru, identitas diri kabur
5. kemampuan komunikasi rendah
6. kurang menghayati iman dan kepercayaan,
7. merasa bosan/jenuh
8. putus sekolah
9. memiliki orang tua otoriter, kurang harmonis, orang tua
bercerai atau menikah lagi, orang tua terlalu sibuk/ acuh,
10. sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan,
fasilitas ekskul kurang dan adanya murid yang menggunakan
NAPZA
Faktor Risiko ketergantungan
 Secara fisik : perubahan metabolisme tubuh, terjadi
peningkatan dosis dan gejala putus obat
 Secara psikis : perubahan fungsi mental (rasa
bersalah, malu dan perasaan nyaman mengkonsumsi
Napza) sehingga beradaptasi mengkonsumsi lagi
Napza.
 Secara sosial : perpecahan di dalam kelompok sosial
terdekat seperti keluarga, muncul konflik dengan
orangtua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan.
Perasaan dikucilkan menyebabkan si penyalahguna
bergabung dengan kelompok penyalahguna NAPZA
Pendekatan guna membangun
karakter remaja ke arah positif
1. Peningkatan Ikatan Kekeluargaan, hubungan sosial,
komunitas maupun budaya.
2. Pengembangan Ketahanan Diri
3. Peningkatan Kompetensi keberfungsian remaja (sosial,
emosional, pengetahuan, prilaku dan kompetensi moral)
4. Peningkatan Perkembangan Spiritual
5. Peningkatan Perkembangan Kepercayaan Diri
6. Peningkatan Perkembangan Identitas Positif
7. Peningkatan Perbaikan Kepercayaan Akan Masa Depan
8. Peningkatan Penyediaan Kesempatan Keikutsertaan Bersosial
9. Peningkatan Pengetahuan Norma Bersosial
Askep pada klien dengan
penyalahgunaan NAPZA
Proses Keperawatan

Pengkajian

Evaluasi Analisa data


dan diagnosa

Implemetasi Intervensi
Data yang perlu dikaji
1. Klien menggunakan NAPZA
2. Jenis NAPZA yang digunakan satu atau lebih
3. Gejala intoksikasi atau putus zat
4. Penyebab menggunakan NAPZA
5. Motivasi berhenti
6. Usaha berhenti berulang kali
7. Waktu paling lama tidak menggunakan
NAPZA
8. Klien mengatakan tidak mampu mengatasi
ketergantungannya
Pengkajian
1. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
* Kapan zat digunakan
* Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai
menjadi masalah
• Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya
sementara

2. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat


* Berbagi peralatan suntik
* Perilaku seks yang tidak nyaman
* Menyetir sambil mabuk
* Riwayat over dosis
* Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
3. Kaji pola penggunaan
 Waktu penggunaan dalam sehari
 Penggunaan selama seminggu
 Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
 Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA
setelah berjalan melalui rumah bandar)
 Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang
 Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal
ngerusak”
 Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
 Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar,
tidak dapat tidur atau stres yang berkepanjangan)

4. Kaji hal baik/ buruk tentang penggunaan zat maupun


tentang kondisi bila tidak menggunakan.
Diagnosa Keperawatan

Koping individu tidak efektif


Koping keluarga tidak efektif
HDR
Risti jatuh
Gangguan jiwa : RPK, RBD, DPD, Halusinasi,
Waham
Intevensi, Impelementasi dan
Evaluasi serta RTL

ASKEP NAPZA\ASKEP RISIKO NAPZA.docx


Strategi Pertemuan dengan Klien dan
Keluarga Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAPZA
Sp 1 Klien:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mendiskusikan dampak NAPZA
3. Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4. Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5. Latihan cara meningkatkan motivasi
6. Latihan cara mengontrol keinginan
7. Membuat jadwal aktivitas
Sp 2 Klien:
1. Mendiskusikan cara menyelesaikan
masalah
2. Mendiskusikan cara hidup sehat
3. Latihan cara menyelesaikan masalah
4. Latihan cara hidup sehat
5. Mendiskusikan tentang obat
Sp 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dialami
2. Mendiskusikan tentang NAPZA
3. Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4. Mendiskusikan cara merawat
5. Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6. Latihan cara merawat

Sp 2 :Keluarga
1. Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2. Mendiskusikan pengawasan dalam minum obat
Evaluasi yang diharapkan dari klien:
1. Klien mengetahui dampak NAPZA
2. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi
untuk berhenti menggunakan NAPZA
3. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan
menggunakan NAPZA kembali
4. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping
yang adaptif
5. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
6. Klien mematuhi program pengobatan
Evaluasi yang diharapkan dari keluarga:
1. Keluarga mengetahui masalah yang dialami
klien
2. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
3. Keluarga mengetahui tahapan proses
penyembuhan klien
4. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
5. Keluarga memberikan motivasi pada klien
untuk sembuh
6. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat
Pencegahan primer, sekunder, tersier
klien dengan penyalahgunaan NAPZA
3 tipe Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba (BNN)
PENCEGAHAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN
PRIMER SEKUNDER TERSIER
a. Penyuluhan tentang a. Layananan informasi dan a. Konseling dan
bahaya narkoba dan konsultasi bimbingan sosial
upaya-upaya b. Konseling kepada pengguna
pencegahan c. Rujukan dan keluarga serta
b. Penerangan melalui d. Fasilitas dan penguatan kelompok
berbagai media tentang kelompok lingkungannya
bahaya narkoba. e. Pembinaan olahraga dan b. Menciptakan
c. Pendidikan tentang kesenian lingkungan yang
pengetahuan narkoba f. Penerangan dan kondusif
dan bahayanya. Pendidikan
pengembangan individu
Strategi sederhana orang tua dalam
upaya pencegahan narkoba

1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara


jelas tentang narkoba
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa
anaknya adalah anak yang sempurna dan tidak
punya masalah
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab
4. Cek secara berkala kondisi kamar
5. Role of model
6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi
keluarga
Tahun 2013, United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC) mempublikasikan “Standard Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Ilmu Pengetahuan”, dan
menetapkan 5 (lima) Kelompok Target sebagai sasaran
intervensi berbagai upaya pencegahan penyalahgunaan
narkoba, yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan
(pembuat kebijakan dan para praktisi).

1. Keluarga
2. Siswa/ pelajar
3. Tempat Kerja
4. Masyarakat
5. Sektor kesehatan.
Tipe Pencegahan Di Sektor Kesehatan

1. Pencegahan Primer: pencegahan dini untuk melindungi


dan mengurangi/ mencegah penyalahguna baru .
2. Pencegahan Sekunder: mengidentifikasi penyalahguna
narkoba/ memunculkan perilaku yang terasosiasi
dengan narkoba, cegah tidak adiksi, menjalani terapi
dan rehabilitasi, serta diarahkan agar yang
bersangkutan melaksanakan healthy lifestyle
3. Pencegahan Tertiary: bagi pecandu, direhabilitasi agar
tidak menghadirkan dampak negatif, dan pulih dari
ketergantungan, sehingga dapat kembali bersosialisasi
dengan keluarga, dan masyarakat, serta mencegah
kekambuhan
Aspek Promosi edukatif
1. Dampak rokok, penyalahgunaan alkohol dan
narkoba terhadap kesehatan
2. Masyarakat selalu memperhatikan dan menjaga
asupan, nutrisi
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
cara menjaga stress dan menghindari perilaku
kekerasan
4. Mendorong masyarakat untuk mengolah tubuh
melalui kegiatan olah raga
5. Melaksanakan berbagai program pendidikan
kesehatan berbasisi komunitas.
Strategi penanggulangan peredaran
gelap dan penyalahgunaan narkoba

1. Strategi Pengurangan Permintaan (Demand


Reduction)
2. Pengawasan Sediaan (Supply Control)
Narkoba
3. Pengurangan Dampak Buruk (Harm
Reduction) : nota kesepahaman antara BNN dengan
LIPI Nomor NK/46/VIII/2015 dan Nomor
25/KS/LIPI/VIII/2015, 24 Agustus 2015 tentang Penelitian
dan Pengembangan serta Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dalam rangka Pencegahan dan Pembrantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika.
Trend dan issue penyalahgunaan NAPZA
Angka Prevalensi
• Prevalensi pernah pakai tahun 2012= 12.8% dan tahun 2017 = 9.1%
• Usia < 30 tahun
• Pendidikan tamat SD dan SMP
• Status hidup bersama tanpa nikah
• Prevalensi pekerja ( 59%): tinggal di apartemen, pendapatan > 15 juta,
sektor konstruksi, pekerja harian laki-laki dan pekerja wanita kontrak
• Klasifkasi UNODC: jenis narkoba yaitu cannabis, opiate, ATS,
tranquilizer, hallucinogen, Inhalant, dan over the counter drugs.
• 25 % = masalah kejiwaan/ depresi
• 25 % riwayat kriminal, 29% riwayat kecelakaan dan 65 % dipenjara
• 15% = HIV/ AIDS
• 17 % OD krn suntik 32%
• 5% mengikuti detoksifikasi dan rehabilitasi
Estimasi dampak NAPZA
• 30 orang meninggal per hari akibat
penyalahgunaan narkoba
• Rp.77,42 trilyun untuk kerugian biaya
pribadi
• Rp.7,27 trilyun untuk kerugian biaya sosial
• Tren penyalahgunaan obat-obatan telah terjadi sejak 2014
• Narkotika konvensional : jenis heroin beralih ke ATS
(amphetamine type stimulant) dan bahan PCC
(paracetamol, caffeine, dan carisoprodol), terus carnophen

dalam 2 tahun terjadi peningkatan dari 20-25 jenis baru


menjadi 71 jenis. Artinya mengalami kenaikan hampir
200%.
• karena faktor ekonomi, gaya hidup dan rasa petualangan
dari penggunanya.
Tahun 2011 data dari UNODC (United Nation
Office on Drugs and Crime): antara 167 juta -
315 juta atau 3,6% - 6,9% penduduk dunia
usia 15-64 tahun menggunakan narkotika
minimal sekali dalam setahun.

UNDOC (2015): trend jenis ektasi menurun


15%, amfetamin stabil, meningkat jenis baru
sintetik
 Hasil survei BNN dan Puslitkes UI tahun 2008:
angka prevalensi mencapai 1,9% dan pada tahun
2011 meningkat hingga 2,2% (lebih kurang 4 juta
penduduk Indonesia usia 10 - 60 tahun sebagai
penyalah guna narkotika)
 Tahun 2014: prevalensi penyalahgunaan narkoba
2.18%
 Tahun 2016 : kelompok pelajar/ mahasiswa
prevalensi narkoba 1.9%

 Data SIN BNN (2107): tersangka pengguna 71.62%


periode tahun 2012 – 2016 ( shabu 1867 kasus,
ganja 128 kasus dan ekstasi 98 kasus)
 Fenomena second exploission of HIV/ AIDS Epidemic
• Perlu kita waspadai meningkatnya NPS (New
Psychoactive Substances) di dunia, dimana saat
ini terdapat 354 jenis NPS dan di Indonesia
ditemukan 29 NPS.

• Hanya 6 kabupaten/ kota di propinsi Sumatera


Barat menyelenggarakan upaya pencegahan
dan pengendalian masalah penyalahgunaan
NAPZA di IPWL tahun 2018 ( 31.58%)
(Pusdatin Kemenkes, 2018)
 New Physcoactive Substance (NPS): Senyawa
atau zat yang disalahgunakan baik dalam
bentuk murni atau sediaan yang tidak
dikontrol oleh Single Convention on Narcotics
Drugs tahun 1961 atau Single Convention on
Psychotropics Substances tahun 1971 yang
dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan
manusia.
 Di Indonesia, beberapa jenis NPS
dicantumkan dalam Permenkes no 02 tahun
2017 dan Permenkes no 03 tahun 2017
tentang penambahan daftar lampiran
undang-undang narkotika dan psikotropika.
NPS…
 Berbagai jenis zat yang memiliki efek yang sama
dengan narkotika pada umumnya tetapi asal zat nya
berbeda dan telah didesain secara kimiawi agar
terhindar dari perundang-undangan.
 Identifikasi NPS membutuhkan waktu yang lama
dibandingkan dengan pembuatannya karena terdiri
berbagai macam bentuk dan zat kimia
 British : usia 15 – 24 tahun ( 10%)
 Australia : 40% pengguna mencoba NPS
 Tahun 2013 : identifikasi 234 jenis NPS
 Uni Eropah: 52 jenis NPS muncul setiap tahun
 Survey UNODC - EWA tahun 2014 ditemukan 69
NPS kategori terbaru sehingga berjumlah 450
NPS
 Dari 157 kasus NPS yang dilaporkan:
 54 fenetilamin, 26 kanabinoid sintetis, 24 piperazin, 18
sintetis cathinones, 16 obat halusinogen, 11 zat nabati,
2 tryptamines, dan 2 aminoindan.
 Semua kategori ada di Meksiko sementara di Argentina
dan Brasil ada di tujuh
7 jenis NPS utama
 Empathogen
 Halusinogen
 Disosiatif
 Stimulan
 Opioid
 Depresan
 Cannabinoid
Masalah dari munculnya NPS:
1. Pengguna narkoba: tidak sadar bahwa mereka
menggunakan NPS, dengan risiko overdosis, efek
kesehatan negatif yang serius
2. Layanan kesehatan: tidak mengetahui ruang lingkup
NPS di pasar, farmakologi dan toksikologinya,
bagaimana mengidentifikasi, atau cara terbaik untuk
membantu dalam keadaan darurat.
3. Laboratorium obat nasional: tidak dapat
mengidentifikasi berbagai NPS yang sudah tersedia
4. Polisi: tidak memiliki sarana untuk mendeteksi NPS
dengan metode saat ini.
5. Sistem hukum: tidak menyediakan alat yang memadai
untuk intervensi
Manajemen kasus pada klien dengan
penyalahgunaan NAPZA
MANAJEMEN KASUS KEPERAWATAN
MASALAH NAPZA
• Detoksifikasi pada ketergantungan napza (opiat, amfetamin, ganja,
benzodiazepam):
– Ansietas
– Koping individu tidak efektif
– Risiko bunuh diri
– Gangguan harga diri
• Masalah psikososial pada perawatan HIV AIDS:
– Ansietas
– kehilangan dan berduka
– Depresi
– Risiko bunuh diri
• Gangguan jiwa dengan masalah napza (amfetamin, ganja, benzo, alkohol):
– Halusinasi
– Waham
– Perilaku kekerasan
– Gangguan harga diri
• Ketergantungan napza pada perawatan rehabilitasi :
– Gangguan harga diri
– Gangguan penyesesuaian peran
– Ketidakberdayaan
ASUHAN KEPERAWATAN ADIKSI
NAPZA

• Detoksifikasi ~ penanganan gejala putus zat


• Recovery/Rehabilitasi ~ menguatkan koping
konstruktif, menghindar penyalahgunaan zat
• Relaps ~ menguatkan koping
• Infeksi ~ penanggulangan masalah fisik,
menyiapkan pasien kemunginan terburuk yang
mungkin terjadi.
Pengkajian
1. Riwayat penggunaan napza:

– Apa jenis zat yang digunakan ?


– Kapan terakhir menggunakan zat ?
– Bagaimana cara menggunakan zat ?
– Berapa banyaknya zat yang biasa digunakan perhari?
– Apa tanda dan gejala yang dirasakan?
– Apa penyebab menggunakan zat ?
– Apakah pernah mengurangi / berhenti ? Karena apa ?
– Berapa kali mencoba berhenti ? Kapan paling lama ?
– Apa yang telah dilakukan untuk berhenti ?
– Apa yang menyebabkan pakai lagi ?
2. Riwayat pengobatan:

• Apakah pernah over dosis ? Apakah pernah dirawat


karena over dosis ?
• Apakah pernah dirawat untuk detoksifikasi ? Berapa
kali ? Kapan terakhir ?
• Apakah ada penyakit serius yang dialami akibat
penggunaan zat ?
• Apakah pernah mengikuti rehabilitasi ? Kapan ?
Berapa lama ?
Diagnosa keperawatan
• Koping individu tidak efektif: belum mampu
mengatasi keinginan menggunakan zat
• Gangguan sensori persepsi
• Gangguan proses pikir
• Gangguan proses keluarga
Tujuan tindakan pada klien
Klien dapat:
1. Mengenali dampak penggunaan zat
2. Meningkatkan motivasi untuk berhenti
3. Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
4. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah
5. Mengubah gaya hidup
6. Mengatasi gejala intoksikasi atau putus zat
dengan terapi psikofarmaka
Tindakan keperawatan pada klien
1. Diskusikan bersama klien tentang:

 Dampak penggunaan zat (kesehatan,


hubungan sosial, pendidikan / pekerjaan,
ekonomi / keuangan, hukum)
 Cara meningkatkan motivasi berhenti
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Gaya hidup yang sehat
Diskusikan cara mengontrol keinginan:

 Menghindar: (tidak pergi ke tempat-tempat


yang ada pengedar, tidak bergabung / bergaul
dengan pengguna)
 Mengalihkan: (menyibukkan diri dengan
aktivitas yang padat dan menyenangkan)
 Menolak: (mengatakan tidak, walaupun
ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak,
walaupun sekali saja)
2. Latih klien:

a. Mengontrol keinginan menggunakan zat


b. Mengenali situasi yang berisiko tinggi
 Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai
lagi
 Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar
karena dilarang keluar rumah atau dituduh mencuri
 Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk
bergabung dengan kelompok tertentu
c. Cara mengontrol keinginan menggunakan zat :

 Menghindar, misalnya: tidak pergi ke tempat-tempat yang


ada pengedar, tidak bergabung / bergaul dengan pengguna
 Mengalihkan, misalnya: menyibukkan diri dengan aktivitas
yang padat dan menyenangkan
 Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walaupun
ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak, walaupun
sekali saja.

d. Cara menyelesaikan masalah yang sehat


e. Cara gaya hidup yang sehat
Mengevaluasi klien

Klien mampu:
1. Menyebutkan dampak penggunaan zat
2. Menggunakan cara-cara:
a. Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
b. Menyelesaikan masalah yang sehat
c. Menerapkan gaya hidup yang sehat
3. Berhenti menggunakan zat
Prinsip komunikasi konseling pada klien
dengan penyalahgunaan NAPZA
Keterampilan Konseling Dasar
1. Mendengarkan reflektif
2. Mengajukan pertanyaan terbuka
3. Afirmasi
4. Rangkuman
5. Bergulir dengan resisten

Keterampilan utama:
 Asesmen
 Individual
 Kelompok
 Melibatkan keluarga
 Bekerja bersama seseorang dengan gangguan penyerta
1. Mendengarkan Reflektif

a. Membuat dugaan yang berasalan mengenai maksud dari


klien
b. Mengulang pernyataan klien untuk merefleksikan apa
yang konselor pikir atau dengar
c. Mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi
d. Mendorong klien untuk berbicara
e. Mengkomunikasikan rasa hormat dan empati
f. Mengkukuhkan hubungan membantu
g. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan perubahan
Mendengarkan reflektif yang baik :

1. Memperhatikan respon verbal dan non-verbal


klien dan makna yang mungkin terkandung
2. Memahami gaya komunikasi dari budaya klien
3. Membentuk refleksi sederhana yang
mempunyai makna bagi klien
4. Mempertahankan fleksibilitas dalam
memahami perilaku klien
Tipe-Tipe Refleksi

Simple/ Sederhana

Amplified/ diperkuat

Doble sides/ dua sisi


3 Tipe Mendengarkan Reflektif:

1. Refleksi Sederhana: Merefleksikan pernyataan


klien melalui parafrase
2. Refleksi yang Dikuatkan: Menambahkan refleksi
sederhana dengan merefleksikan pernyataan
klien dengan memperluas (melebihkan), tapi
berbentuk dan tidak sarkastik
3. Refleksi Dua-Sisi: Mengakui apa perkataan klien,
namun tetap menyatakan hal yang bertolak
belakang mengenai masa lalunya
Hambatan dalam Mendengarkan
 Ketidakpedulian emosional atau reaktivitas
 Berpikir tentang respon yang akan diberikan
 selagi rekan bicaranya (klien) masih berbicara
 Perhatian terfokus pada hal lain di lingkungan
sekitar
 Bertahan pada sikap berprasangka atau bias
 Berpikir tentang sesuatu hal pada diri sendiri
 Melamun
 Menghakimi pikiran dan tindakan dari rekan bicara
2. Mengajukan pertanyaan terbuka

Pedoman:
 Pertanyaan berpusat pada kebutuhan klien
 Mengajukan satu pertanyaan dalam satu waktu
 Menghindari pertanyaan yang berorientasi pada
sifat menyalahkan atau membuat malu;
 Mengajukan pertanyaan sesuai dan bersifat
teraputik, dan disampaikan untuk hasil efektif
Pertanyaan Terbuka

 Tidak dapat dijawab “ya” atau “tidak”


 Tidak dapat dijawab dengan satu atau dua kata
 Membutuhkan penjelasan
 Memprovokasi pemikiran
 Bukan hal yang retorikal
 Kadangkala bukan sebuah pertanyaan
Manfaat Pertanyaan Terbuka…

 Membantu konselor memahami sudut pandang klien


 Membangkitkan perasan klien terhadap sebuah
situasi atau topik yang diberikan
 Memfasilitasi dialog
 Menyediakan informasi tambahan dalam cara yang
netralMendorong klien untuk lebih banyak berbicara
 Membantu konselor untuk menghindari membuat
praduga
 Mempertahankan komunikasi terus berkembang
3. Afirmasi

 Membuat pernyataan mengenai seseorang secara


tulus dan positif
 Membuat pernyataan mengenai seseorang secara
tulus dan positif: Membuat pernyataan mengenai
seseorang secara tulus dan positif
Manfaat Afirmasi:

 Mengakui/memahami kesulitan klien


 Membenarkan (memvalidasi) pengalaman dan perasaan
mereka
 Mencegah terjadinya keputus-asaan

Contoh:
• Saya menghargai bagaimana beratnya tantanganmu untuk
dapat memutuskan datang kemari; kamu telah mengambil
langkah besar
• Saya terkesan bahwa kamu mampu mengatakan “tidak”
kepada kakakmu pekan ini
4. Rangkuman

 Mengambil inti dari pernyataan klien atau hal yang


terjadi di dalam sesi konseling yang kemudian
mengkomunikasikannya kembali kepada klien
 Sebuah cara yang baik untuk mengulas sesi
sebelumnya dan untuk mengakhiri sesi yang sedang
berlangsung
 Berguna untuk digunakan dalam sesi individual
maupun kelompok
 Menghubungkan sesi satu dengan lainnya (individual
atau kelompok)
Rangkuman membantu klien untuk:
Menguatkan pada yang dikatakannya
Mendemonstrasikan bahwa konselor
mendengarkan dengan penuh perhatian
Membantu mempertimbangkan respon dan
pengalamannya
Mempersiapkan mereka untuk melangkah maju
• Rangkuman dapat menyelesaikan diskrepansi
antara perilaku dan tujuan yang ingin dicapai
Manfaat Rangkuman
a. Menegaskan perkembangan yang dibuat oleh klien
atau kelompok
b. Mengingatkan klien mengenai komitmen yang
pernah mereka buat
c. Menguatkan klien untuk mengerjakan tugas
rumah
d. Mendorong klien untuk mengkoreksi rangkuman
yang anda buat
e. Dapat menjadi strategis:
 Konselor dapat memilih informasi yang layak dan tidak
layak untuk disampaikan
 Menguatkan hal yang positif dan meminimalisir hal
yang negatif
5. Bergulir dengan resisten

 Indikator dari ambivalensi


 Konselor butuh merubah arah pembicaraan yang
sesuai atau mendengar lebih seksama terhadap
klien
 Cara menghindari argumen, namun memberikan
kesempatan untuk mengekspresikan empati
• Mempertahankan sikap menghargai dan tidak menghakimi
• Mendorong klien untuk berbicara dan tetap terlibat dalam
sesi
Resistensi: Tipe-Tipe

Berdebat

Menginterupsi

Menyangkal

Mengacuhkan

Miller, W. R., & Rollnick, S. (1991). Motivational interviewing: Preparing people to change addictive behavior. New
York: Guilford Press.
Strategi untuk Bergulir dengan Resistensi

1. Mendengarkan reflektif (reflective listening)


2. Mengubah fokus (shifting focus): Mengubah energi
klien dan perhatian klien jauh dari halangan dan rintangan/ mirip
amplified reflection

3. Menyetujui dengan berputar (agreement with a


twist)
4. Merangkai kembali (reframing): interprestasi baru
yang positif dan akui keabsahan klien
5. Meningkatkan kontrol dan pilihan diri
(emphasizing personal choice and control): bantu
pilih alternative dan bangun efikasi diri

Anda mungkin juga menyukai