Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN

KEPERAWATAN
PASIEN
PENYALAHGUNAAN &
KETERGANTUNGAN NAPZA

Murjani, Skep. MM
Tujuan pembelajaran
1. Mengkaji data penyalahgunaan dan
ketergantungan napza
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
3. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga
mengatasi masalah napza
6. Mendokumentasikan
Napza
 Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya

 Bahan / zat yang bila masuk ke dalam tubuh


akan mempengaruhi tubuh, terutama
susunan saraf pusat / otak, yang dapat
menyebabkan gangguan pada fisik, psikis
dan fungsi sosial.
NARKOBA
 NARKOBA ( Psychoactive drugs )
merupakan zat kimia yang mampu merubah
suasana, pola pikir, perasaan, persepsi dan
perilaku seorang individu.
 NARKOBA sering juga di sebut dengan nama
“mood altering subtance” atau zat pengganti
mood.
UU Narkotika no 35 tahun 2009

Pasal 54
Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.
Pasal 56
1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di
rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri.
2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan
oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat
melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika
setelah mendapat persetujuan Menteri.
Jenis napza
 Opiat  Kokain
 Ganja  Inhalansia
 Sedatif hipnotik  Nikotin
 Amfetamin  Kafein
 Alkohol  Halusinogen
Opiat (morfin, heroin)
Ganja (cimeng, gele’)
Sedatif hipnotik
(benzodiazepin)
Tanda dan gejala
 Intoksikasi adalah gejala yang timbul saat
mengkonsumsi napza

 Putus zat adalah gejala yang timbul saat


mengurangi atau menghentikan penggunaan
napza
Opiat (morfin, heroin)
Intoksikasi Putus zat
Eforia Nyeri
Mengantuk Mata dan hidung berair
Banyak tidur Perasaan panas dingin
Bicara cadel Diare
Konstipasi Gelisah
Penurunan kesadaran Tidak bisa tidur
GANJA
GEJALA FISIKNYA DAMPAK PSIKIS
 Menurunkan semangat
 Menurunnya kemampuan berfikir
 Denyut nadi
 Menurunnya kemampuan membaca,
meningkat  Berbicara dan berhitung
 Menurunnya kemampuan bergaul dan
 Mata merah
 Bersosialisasi
 Mulut kering  Mengganggu fungsi psikomotor dan
 Gerakan menjadi lamban
 Nafsu makan
 Gangguan jiwa psikosis spt skizofrenia
bertambah  Menimbulkan ilusi

 Mengantuk  Halusinasi
 Agresif
 Tidak memiliki semangat juang
Ganja (cimeng, gele’)
Intoksikasi
Eforia
Mata merah, mulut kering
Banyak bicara dan tertawa
Nafsu makan meningkat
Gangguan persepsi

Putus zat jarang ditemukan


CIRI – CIRI PEMAKAI
 TINGKAH LAKU TAMPAK ANEH
 BANYAK TERTAWA WALAUPUN TIDAK
ADA HAL YANG LUCU
 KEDUA MATA TAMPAK MERAH

 MERASA DIKEJAR-KEJAR

 TIDAK MERASA TAKUT

 TIDAK PEDULI PADA LINGKUNGAN


Sedatif hipnotik
(benzo: bil BK, lexotan)
Intoksikasi Putus zat
Pengendalian diri kurang Cemas
Jalan sempoyongan Tangan gemetar
Mengantuk Perubahan persepsi
Memperpanjang tidur Gangguan daya ingat
Hilang kesadaran Tidak bisa tidur
Alkohol (bir, wiski, arak)
Intoksikasi Putus zat

Mata merah Cemas, depresi


Bicara cadel Muka merah
Jalan sempoyongan Tangan gemetar
Perubahan persepsi Mual muntah
Kemampuan menilai (↓) Tidak bisa tidur
ECSTACY

NAMA LAIN:
XTC,ADAM,INEX, ELECTRIC, GOBER, BISCUIT,ICE,
KANCING BON JOVI, MERCY. BLACK HEART, DISCO

KANDUNGAN
METILEN DIOKSI MET AMFETAMIN ATAU MDMA
KEGUNAAN AMFETAMIN DALAM MEDIS ADL :
1. Untuk narkolepsi
2. Untuk gangguan pemusatan perhatian / hipersensitivitas
pada anak
3. Untuk gangguan depresi
4. Untuk menghilangkan rasa lelah
5. Untuk mencegah serta menghilangkan rasa shock
pembedahan
6. Untuk menjaga kestabilan tekanan darah waktu
pembedahan
7. Untuk mengurangi nafsu makan
8. Untuk membangkitkan semangat kerja
Amfetamin ekstasi (inex),
shabu-shabu
Intoksikasi Putus zat
Selalu bergerak Cemas
Berkeringat Depresi
Gemetar Kelelahan
Cemas, depresi Energi berkurang
Paranoid Tidur meningkat
AMFHETAMIN
GEJALA DAMPAK
• Muka merah kemudian pucat • Gejala putus obat
• Demam
• Mual dan muntah
• Gejala apatis, rasa letih
• Mudah tersinggung • Nyeri seluruh badan
• Gelisah
• Gemetar
• Kesadaran kabur
• Kejang – kejang
• Psikosis
• Pingsan
• Mati
Ciri-ciri ketergantungan
 Toleransi (semakin lama penggunaan zat,
semakin dibutuhkan dosis yang lebih banyak
untuk mendapatkan efek yang sama)

 Gejala putus zat (gejala yang timbul karena


mengurangi / menghentikan penggunaan)

 Sugesti (kerinduan yang kuat sekali untuk


menggunakan kembali)
Penyebab
 Ingin tahu / coba-coba / eksperimen
 Pergaulan sosial / rekreasi
 Situasi
 Penyalahgunaan
 Ketergantungan
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya penggunaan
1. Faktor individu
 Ciri-ciri kepribadian yang berisiko
untuk menyalahgunakan napza,
misalnya selalu merasa rendah diri,
mudah kecewa, suka coba-coba /
bereksperimen dan bersikap
antisosial.
2. Faktor lingkungan

 Lingkungan pergaulan yang kurang baik:


keluarga dengan komunikasi yang tidak
efektif,
 Kelompok sebaya yang menggunakan
napza
 Banyaknya tempat untuk memperoleh /
memperjualbelikan napza
 Pengaruh dari masyarakat yang longgar
dalam pengawasan (hukum yang tidak
berjalan / tidak tegas yang menyebabkan
peredaran napza secara gelap terus
berlangsung.
3. Faktor zat

 Zat itu sendiri memberikan


kenikmatan,
 Mudah diperoleh

 Harga terjangkau atau diperoleh


dengan gratis / tanpa keluar biaya.
Dampak penggunaan napza
1. Heroin (putau)
 Perilaku manipulatif, antisosial, hepatitis C, HIV-
AIDS, kematian karena over dosis

2. Benzodiazepam (pil BK, lexotan)


 Hilangnya kesadaran, kurangnya pengendalian,
perkelahian, tindak kejahatan (menipu / mencuri /
merampok sampai membunuh), sering tidak
menyelesaikan tugas, membolos, prestasi
sekolah menurun, keluar dari sekolah.
3. Ganja (cimeng, gele’)
 Gangguan persepsi (sepuluh menit dirasakan
seperti satu jam, jarak 10 meter dipersepsikan
sebagai jarak 100 meter
 Sinestesia (saat mendengar musik, melihat
warna-warna cemerlang disekitarnya)
 Sindroma amotivasional menurunnya
kemampuan membaca, berbicara dan
berhitung; perhatian sekitar berkurang sampai
tidak bereaksi dipanggil; kurang semangat
bersaing
 Penyakit pada paru-paru.
4. Alkohol (bir, wiski, arak)
 Gangguan lambung, penyakit hati, jantung,
susunan saraf / otak, kemunduran daya ingat,
perubahan persepsi, koordinasi, penurunan
kemampuan menilai, kecelakaan, tindak
kejahatan

5. Amfetamin (ekstasi, shabu-shabu)


 gangguan jantung, pernapasan, depresi,
paranoid (perasaan terancam / curiga yang
dapat mengakibatkan timbulnya kekerasan
pada diri sendiri atau orang lain), kematian
karena perangsangan yang berlebihan pada
susunan saraf pusat (otak).
Penanggulangan
masalah napza
 Pencegahan:
 Deteksi dini
 Pendidikan efektif
 Pengobatan:
 Detoksifikasi tanpa subsitusi
 Detoksifikasi dengan subsitusi
 Pemulihan
 Rehabilitasi: keagamaan, terapi komunitas
 Terapi psikososial
DETOKSIFIKASI

 Detoksifikasi:proses pengeluaran racun dari


dalam tubuh seseorang
 Detoksifikasi: Proses penghentian secara
mendadak dari penggunaan Napza dengan
menggunakan berbagai metode perawatan
Metode Detoksifikasi
1. Terapi Subtitusi Opioid
 Metadon Cair
 Buprenorfin sublingual

2. Terapi Simtomatik
 Klonidin
 Benzodiazepin
 Loperamid
 NSAID
3. Terapi dengan antagonis opioid
 Naltrekson
 Nalokson
 Sedasi dalam(benzodiazepin)
4. Terapi konvensional
 Cold Turkey : Dibiarkan atau dimandikan
dan merasakan rasanya nyeri sampai nyeri
hilang secara sendirinya
 Biasa dilakukan didalam penjara atau
Program Rehab:Religius,TC
5. Rapid detox/Detok Cepat

 Melalui pembiusan dilakukan dikamar


operasi perlu DIINGAT hanya untuk
withdrawal OPIAT bukan karena zat-zat
lain.
 Pecandu sekarang pakai drugs sudah
seperti”keranjang sampah”/Multydrugs
Therapeutic Community
Therapeutic Community ( TC ) adalah;
Sekumpulan orang yang memiliki :
masalah yang sama,
saling membantu dan
mendorong satu sama lain
untuk mengatasi masalahnya dan
melakukan suatu perubahan
dalam hidupnya.
Man Help Man Help Himself
Therapeutic Community ( TC ) adalah;

Komunitas yang berdaya sembuh…


Kenapa disebut “Berdaya Sembuh” :
 Save Environment
 Program terpadu yang berkesinambungan
 Masalah yang sama
 Saling membantu satu dengan yang
lainnya, sehingga membantu dirinya sendiri
Man Help Man Help Himself
STRUKTUR FASE THERAPEUTIC COMMUNITY( TC )

 FASE 1 – ORIENTASI (2 minggu s/d 1 bulan)


 Berkenalan dengan beberapa istilah
peraturan, filsofot, proses,
terminologi
 Penilaian untuk assessments
pendidikan, vocational, Psikologi
 Fokus klinis membantu
perkembangan ketergantungan di
staff
FASE II – PRIMARY TREATMENT (5 s/d 6 bulan)

 Berfokus dalam perilaku, disiplin


pribadi, pola histories
 Perkembangan tujuan dan nilai
pendidikan, sosial, pre-vocational,
kepribadian
 Mulai memperlihatkan inisiatif kerja,
sekolah, grup, antar pribadi,
keluarga
FASE III – PRE RE-ENTRY (1 s/d 2 bulan

 Penyatuan kembali kedalam tendensi hidup


keluarga, vocational, pendidikan, sosial
 Masalah keluarga
 Hubungan sosial
 Perhatian kepada masalah perpisahan
 Pertambahan waktu dari fasiliti dalam
aktivitas
 Memulai struktur kerja pencegahan relapse
FASE IV – RE-ENTRY (5 s/d 6 bulan)

 Vocational/ rencana pendidikan, tujuan,


pentingnya sistem waktu dalam aktivitas
komunitas
 Peningkatan intensitas dalam kelompok
untuk berhadapan dengan perencanaan
waktu
 Kelanjutan rencana waktu, budget, nutrisi,
gaya hidup
 Peningkatan pencegahan relapse
FASE V – AFTER CARE (6 d 12 bulan)

 Kestabilan gaya hidup


 Perencanaan kehadiran kelompok,

 management kasus,

 dukungan sosial

 Kerja atau keharusan untuk sekolah

 Rencana financial dan stabilitas


Rentang Respon Koping
Penggunaan Zat
Adaptif Maladaptif

Alamiah Kadang memakai Sering memakai Tergantung pd


Aktivitas Fisik Rokok, kopi, Rokok, kopi, Rokok, kopi,
Meditasi Alkohol, obat resep Alkohol, obat resep Alkohol,
nakotika Tergantung
Pada narkotika
ASUHAN KEPERAWATAN
ADIKSI NAPZA
 Detoksifikasi ~ penanganan gejala putus zat
 Recovery/Rehabilitasi ~ menguatkan koping
konstruktif, menghindar penyalahgunaan zat
 Relaps ~ menguatkan koping
 Infeksi ~ penanggulangan masalah fisik,
menyiapkan pasien kemungkinan terburuk
yang mungkin terjadi.
Pengkajian
1. Riwayat penggunaan napza:

 Apa jenis zat yang digunakan ?


 Kapan terakhir menggunakan zat ?
 Bagaimana cara menggunakan zat ?
 Berapa banyaknya zat yang biasa digunakan perhari?
 Apa tanda dan gejala yang dirasakan?
 Apa penyebab menggunakan zat ?
 Apakah pernah mengurangi / berhenti ? Karena apa ?
 Berapa kali mencoba berhenti ? Kapan paling lama ?
 Apa yang telah dilakukan untuk berhenti ?
 Apa yang menyebabkan pakai lagi ?
2. Riwayat pengobatan:

 Apakah pernah over dosis ? Apakah


pernah dirawat karena over dosis ?
 Apakah pernah dirawat untuk
detoksifikasi ? Berapa kali ? Kapan
terakhir ?
 Apakah ada penyakit serius yang dialami
akibat penggunaan zat ?
 Apakah pernah mengikuti rehabilitasi ?
Kapan ? Berapa lama ?
Lihat contoh assemen
 Detoksifikasi
 Dual diagnosa
 Rehabilitasi napza
Diagnosa keperawatan
 Koping individu tidak efektif: belum
mampu mengatasi keinginan
menggunakan zat
 Gangguan sensori persepsi
 Gangguan proses pikir
 Gangguan proses keluarga
 Perilaku kekerasan
Tujuan tindakan pada pasien
 Pasien dapat:
1. Mengenali dampak penggunaan zat
2. Meningkatkan motivasi untuk berhenti
3. Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
4. Meningkatkan kemamp menyelesaikan masalah
5. Mengubah gaya hidup
6. Mengatasi gejala intoksikasi atau putus zat
dengan terapi psikofarmaka
Tindakan keperawatan
pada pasien
1. Diskusikan bersama pasien tentang:

 Dampak penggunaan zat (kesehatan, hubungan


sosial, pendidikan / pekerjaan, ekonomi /
keuangan, hukum)
 Cara meningkatkan motivasi berhenti
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Gaya hidup yang sehat
 Diskusikan cara mengontrol keinginan:

 Menghindar: (tidak pergi ke tempat-


tempat yang ada pengedar, tidak
bergabung / bergaul dengan pengguna)
 Mengalihkan: (menyibukkan diri dengan
aktivitas yang padat dan
menyenangkan)
 Menolak: (mengatakan tidak, walaupun
ditawarkan gratis dan tetap mengatakan
tidak, walaupun sekali saja)
2. Latih pasien:

 Mengontrol keinginan menggunakan zat


 Mengenali situasi yang berisiko tinggi
 Kondisi emosi negatif, misalnya kesal,
dituduh pakai lagi
 Konflik dengan orang lain, misalnya
bertengkar karena dilarang keluar rumah
atau dituduh mencuri
 Tekanan sosial, misalnya dipaksa
sebagai syarat untuk bergabung dengan
kelompok tertentu
 Cara mengontrol keinginan menggunakan
zat dengan cara:
 Menghindar, misalnya: tidak pergi ke
tempat-tempat yang ada pengedar, tidak
bergabung / bergaul dengan pengguna
 Mengalihkan, misalnya: menyibukkan
diri dengan aktivitas yang padat dan
menyenangkan
 Menolak, misalnya: mengatakan tidak,
walaupun ditawarkan gratis dan tetap
mengatakan tidak, walaupun sekali saja.
 Cara menyelesaikan masalah yang sehat
 Cara / gaya hidup yang sehat
Mengevaluasi pasien
 Pasien mampu:
 Menyebutkan dampak penggunaan zat

 Menggunakan cara-cara:

 Mengontrol keinginan untuk menggunakan


zat
 Menyelesaikan masalah yang sehat

 Menerapkan gaya hidup yang sehat

 Berhenti menggunakan zat


TINDAKAN
KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI
Tujuan
 Pasien akan mengurangi ketergantungan
 Pasien akan diorientasikan pada orang
waktu, tempat
 Pasien akan melaporkan gejala putus zat
 Pasien akan menginterpretasikan lingkungan
secara tepat
 Pasien akan mengakui dan menceritakan
halusinasi atau wahamnya
Tindakan
 Berikan dukungan perawatan fisik: Tanda Vital, Nutrisi,
Hidrasi, wasapada jika kejang
 Berikan obat sesuai jadwal detoksifikasi
 Kaji orientasi sesering mungkin, orientasikan pasien
waktu, tempat, orang
 Observasi gejala-gejala putus zat dan laporkan
 Jelaskan intervensi keperawatan, staf yg konsisten,
cahaya ruangan redup, hindari kebisingan, anjurkan
teman yg dipercaya atau keluarga utk menyertai
 Anjurkan pasien menceritakan halusinasi atau waham,
jelaskan kaitan antara gejala tersebut dg zat adiktif
Tujuan tindakan pada keluarga
 Keluarga dapat merawat pasien
Tindakan keperawatan
pada keluarga
1. Diskusikan bersama keluarga tentang:

 Masalah yang dialami keluarga


 Penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda dan
gejala, penyebab dan akibat)
 Proses penyembuhan pasien (pencegahan,
pengobatan dan pemulihan)
Kondisi pasien yang perlu
dirujuk
 Intoksikasi berat,
 penurunan kesadaran, jalan sempoyongan,
penglihatan (persepsi) terganggu, kehilangan
pengendalian diri, curiga berlebihan, melakukan
kekerasan / menyerang orang lain

 Gejala putus zat


 nyeri, mual sampai muntah, diare, tidak bisa tidur,
gelisah, tangan gemetar, cemas berlebihan,
depresi (murung berkepanjangan)
 Latih keluarga:
 Meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti /
hindari sikap-sikap yang dapat mendorong
pasien pakai lagi:
 mencurigai / menuduh pasien pakai lagi)
 Mengenal ciri-ciri pasien pakai lagi
 memaksa minta uang, ketahuan berbohong,
ada tanda dan gejala intoksikasi
 Membantu pasien: menghindar atau
mengalihkan perhatian dari keinginan untuk
pakai lagi
 Memberikan pujian bila pasien dapat berhenti
walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan
 Mengawasi pasien minum obat
Mengevaluasi keluarga
 Keluarga mampu:
 Menyebutkan proses penyembuhan pasien
 Meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
 Memotivasi pasien menggunakan cara-cara
mengontrol keinginan menggunakan zat
 Mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu di
rujuk
Hal – Hal yang penting
diketahui ruang perawatan
 Ruang Detoks
 Pasien/ riseden tidak diperkenankan bertemu
keluarga
 Tidak boleh terima tamu, mekokok

 Tidak boleh bawa uang, dompet, HP

 waktu menamu atau mau pindah program


keluarga akan dihubungi dengan menyiapkan
perawatan yg ditentukan oleh ruangan detoks
Untuk Mahasiswa
 Jaga hak – hak pasien
 Mahasiswa tidak boleh membelikan
makan/minuman
 Dilarang meminjamkan HP pada
residen/pasien
 Dilarang Mengajak pasien keluar ruang
perawatan
 Dilarang menjadi perentara bagi
keluarga/pasien
 Setiap mahasiswa keluar masuk dilakukan
sport cek

Anda mungkin juga menyukai