Anda di halaman 1dari 14

Definisi Napza

Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif


lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004)
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh
orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA
bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan
bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Narkoba berasal dari bahasa Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh, dan
dungu. Menurut Farmakologi medis yaitu “Narkotika adalah obat yang dapat
menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal dari Visceral dan dapat menibulkan
efek stupor (bengong masih sadar namum masih harus digertak) serta adiksi (Derman
Flavianus, 2006 : I) Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang
bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA
kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan utnuk pengobatan tetapi untuk
mendapatkan rasa nikmat.

Golongan Napza

1. Narkotika Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan:

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan
untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan (contoh:
heroin/putauw, kokain, ganja)

b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatan ketergantungan (contoh: morfin, petidin).
c. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (contoh: kodein)

2. Psikotropika Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:

a. Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan (contoh: ekstasi, shabu, LSD)

b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.
(Contoh: Amfetamin, Metilfenidat atau Ritalin)

c. Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sidnrom
ketergantungan (Contoh: Pentobarbital, Flunitrazepam)

d. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: Diazepam, Nitrazepam, Seperti Pil KB, Pil
Koplo, Rohip, Dum, MG

3. Zat Adiktif

Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan. Contohnya : rokok, kelompok alkohol dan minuman lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thinner dan zat-zat lain (lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bisa dihisap, dihirup, dan dicium, dapat
memabukkan)

4. Zat Psikoaktif
Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan
perubahan pada: perilaku, emosi, kognitif, persepsi.

Jenis-jenis Napza

1. Morfin

Berasal dari kata ‘morpheus’ yang berarti ‘dewa mimpi’, morfin adalah alkaloid analgesik
kuat yang ditemukan pada tanaman opium. Jenis narkoba ini bekerja langsung pada sistem
saraf pusat, sebagai penghilang rasa sakit. 

Beberapa efek buruk yang timbul dari pemakaian narkoba jenis morfin adalah:

 Menurunkan kesadaran.

 Menimbulkan euforia atau rasa bahagia luar biasa.

 Kebingungan.

 Berkeringat.

 Pingsan.

 Jantung berdebar-debar.

 Gelisah.

 Perubahan suasana hati.

 Mulut kering.

 Kejang lambung.

 Produksi air seni berkurang.

 Gangguan menstruasi dan impotensi.

2. Heroin (Putaw)

Narkoba jenis ini dihasilkan dari pengolahan morfin secara kimiawi. Namun, reaksi yang
ditimbulkan heroin bisa lebih kuat dari morfin, sehingga zat ini sangat mudah menembus ke
otak.

Efek buruk yang ditimbulkannya adalah:

 Melambatnya denyut nadi.


 Tekanan darah menurun.

 Lemah otot.

 Pupil mengecil.

 Hilang kepercayaan diri.

 Suka menyendiri.

 Sering berperilaku buruk, seperti berbohong dan menipu.

 Kesulitan buang air besar.

 Sering tidur.

 Kemerahan dan rasa gatal pada hidung.

 Gangguan bicara (cadel).

3. Ganja (Kanabis/Marijuana)

Ganja, yang bernama lain Cannabis sativa syn. Cannabis Indica, adalah tumbuhan budidaya
yang menghasilkan serat dan kandungan zat narkotika pada bijinya. Narkoba jenis ini dapat
membuat pemakainya mengalami euforia, yaitu rasa senang berkepanjangan tanpa sebab. 

Sebenarnya, tanaman ganja telah dikenal manusia sejak lama. Seratnya biasa digunakan
sebagai bahan pembuat kantung, dan bijinya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
minyak. Namun belakangan, negara-negara beriklim dingin pun mulai banyak
membudidayakan tanaman dini dengan cara mengembangkannya di rumah kaca. 

Adapun bahaya narkoba jenis ganja bagi tubuh adalah:

 Denyut nadi dan jantung lebih cepat.

 Mulut dan tenggorokan terasa kering.

 Sulit dalam mengingat.

 Sulit diajak berkomunikasi.

 Kadang-kadang terlihat agresif.

 Mengalami gangguan tidur.

 Sering merasa gelisah.


 Berkeringat.

 Nafsu makan bertambah.

 Sering berfantasi.

 Euforia.

4. Kokain

Kokain adalah jenis narkoba yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca, dari Amerika
Selatan. Daun tanaman ini biasanya dimanfaatkan untuk mendapatkan efek stimulan, yaitu
dengan cara dikunyah. Kokain dapat memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.
Sementara efek buruk lainnya bagi tubuh adalah:

 Dapat memberikan efek kegembiraan yang berlebihan bagi si pengguna.

 Sering merasa gelisah.

 Menurunnya berat badan.

 Timbul masalah pada kulit.

 Mengalami gangguan pernafasan.

 Sering kejang-kejang.

 Sering mengeluarkan dahak.

 Mengalami emfisema (kerusakan pada paru-paru).

 Turunnya selera makan.

 Paranoid

 Gangguan penglihatan.

 Sering merasa kebingungan.

5. LSD (Lysergic Acid)

LSD adalah jenis narkoba yang tergolong halusinogen. Biasanya berbentuk lembaran kertas
kecil, kapsul, atau pil. Efek buruknya bagi kesehatan adalah:

 Sering berhalusinasi mengenai berbagai kejadian, tempat, warna, dan waktu.


 Sering terobsesi dengan apa yang ada dalam halusinasinya.

 Sering juga mengalami paranoid akibat hal-hal yang dihalusinasikannya.

 Denyut jantung dan tekanan darahnya meningkat.

 Diafragma mata melebar.

 Mengalami demam.

 Sering depresi dan merasa pusing.

 Memiliki rasa panik dan takut yang berlebihan.

 Mengalami gangguan persepsi.

Opium (Opiat)
Opium adalah jenis narkoba yang berbentuk bubuk. Narkoba jenis ini dihasilkan dari
tanaman bernama papaver somniferum. Kandungan morfin dalam bubuk ini biasa digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit.

Adapun efek buruknya bagi kesehatan adalah:

 Memiliki semangat yang tinggi (hiperaktif).

 Sering merasa waktu berjalan begitu lambat.

 Merasa pusing (mabuk).

 Birahi meningkat.

 Timbul masalah kulit di bagian mulut dan leher.

 Sering merasa sibuk sendiri.

Tanda dan Gejala NAPZA

 Keinginan untuk menggunakan obat terus-menerus, setiap hari atau bahkan beberapa
kali dalam sehari.

 Muncul dorongan kuat untuk menggunakan NAPZA, yang bahkan mampu


mengaburkan pikiran lain.

 Seiringnya berjalannya waktu, dosis yang digunakan akan dirasa kurang dan muncul
keinginan untuk meningkatkannya.

 Muncul kebiasaan untuk selalu memastikan bahwa NAPZA masih tersedia.

 Melakukan apa pun untuk mendapatkan atau membeli NAPZA, bahkan hingga
menjual barang pribadi.
 Tanggung jawab dalam bekerja tidak terpenuhi, dan cenderung mengurangi aktivitas
sosial.

 Tetap menggunakan NAPZA meski sadar bahwa penggunaan NAPZA tersebut


memberikan dampak buruk pada kehidupan sosial maupun psikologis.

 Ketika sudah tidak memiliki uang atau barang yang dapat dijual, pecandu NAPZA
mulai berani melakukan sesuatu yang tidak biasa demi mendapatkan zat yang
diinginkan, misalnya mencuri.

 Melakukan aktivitas berbahaya atau merugikan orang lain ketika di bawah pengaruh
NAPZA yang digunakan.

 Banyak waktu tersita untuk membeli, menggunakan, hingga memulihkan diri dari
efek NAPZA.

 Selalu gagal saat mencoba untuk berhenti menggunakan NAPZA

Rentang Respon

Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator
dari rentang respon berdasarkan peilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan gangguan
penggunaan zat adiktif. (AH Yusuf dkk, 2015) Respon adaptif

Beberapa Tahapan Pemakaian Napza

1.Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental use) Karena pengaruh kelompok


sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-coba. Biasanya mencoba mengisap
rokok, ganja, atau minumminuman beralkohol. Jarang yang langsung mencoba
memakai putaw atau minum pil ekstasi.
2. Tahap pemakaian sosial (social/recreational use) Tahap pemakaian NAPZA untuk
pergaulan (saat berkumpul atau pada acara tertentu), ingin diakui/diterima
kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh secara gratis atau dibeli dengan murah.
Ia belum secara aktif mencari NAPZA.
3. Tahap pemakaian situasional (sitiational use) Tahap pemakaian karena situasi
tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian NAPZA sebagai cara mengatasi
masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
4. Tahap habituasi/kebiasaan (abuse) Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap
pemakaian teratur (sering), disebut juga penyalahgunaan NAPZA, terjadai perubahan
pada faal tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dnegan teman pecandu. Ia
menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi,
sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita citanya
semula hilang. Ia sering membolos dan prestasi sekolahnya merosot. Ia lebih suka
menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.
5. Tahap ketergantungan (dependence use) Ia berusaha agar selalu memperoleh
NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi
kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah
menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman-teman rusak.

Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA


Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan penyalahgunaan
NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya),
dan karakteristik individu.
1. Faktor Genetik Risiko

Faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari orang tua kandung
alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol dibandingkan remaja
dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain membuktikan remaja kembar
monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih besar dibandingkan remaja kembar
dizigot.

2. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan
NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko
penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan pola asuh orang tua
dengan disiplin yang ketat. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu
menciptakan kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami
problem-problem tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga.
Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis
dan matinya komunikasi antara mereka.
3. Pergaulan (teman sebaya)
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman kelompok sebaya
(peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan
penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan
pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman
kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang
bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada
saat perkenalan pertama dengan NAPZA, melainkan juga menyebabkan seseorang
tetap menyalahgunakan NAPZA, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse).

Karakteristik Individu
1) Umur

2) Pendidikan

3) Pekerjaan

Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Terhadap kondisi fisik

1. Akibat zat itu sendiri Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat,
misalnya intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis
berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya.
2. Contohnya :
1) Ganja : pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah terserang
infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
2) Kokain : bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung, jangka
panjang terjadi anemia dan turunnya berat badan.
3) Alkohol : menimbulkan banyak komplikasi, misalnya : gangguan lambung,
kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan saraf, gangguan
metabolisme, cacat janin dan gangguan seksual.
4) Akibat bahan campuran/pelarut : bahaya yang mungkin timbul : infeksi,
emboli. 5) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril Akan terjadi infeksi,
berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
6) Akibat pertolongan yang keliru Misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi
minum.
7) Akibat tidak langsung Misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau
malnutrisi karena gangguan absorbsi pada pemakaian alkohol.
8) Akibat cara hidup pasien Terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi
dan penyakit kelamin.
Terhadap kehidupan mental emosional
Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional. Putus
obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
Terhadap kehidupan social
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu
fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya
prestasi akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya
dorongan untuk menyalahgunakan obat.

Terhadap Tingkah Laku

Menurut Prabowo, Eko 2014 menyatakan dampak narkoba sebagai berikut :

a. Tingkah Laku Klien Pengguna Zat Sedatif Hipnotik

1) Menurunnya sifat menahan diri

2) Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang

3) Bicara cadel, bertele-tele

4) Sering datang ke dokter untuk minta resep

5) Kurang perhatian

6) Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan

7) Gangguan dalam daya pertimbangan

8) Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat
menimbulkan kematian.

9) Meningkatkan rasa percaya diri

b. Tingkah Laku Klien Pengguna Ganja

1) Kontrol didi menurun bahkan hilang

2) Menurunnya motivasi perubahan diri


3) Ephoria ringan

c. Tingkah Laku Klien Pengguna Alcohol

1) Sikap bermusuhan

2) Kadang bersikap murung, berdiam

3) Kontrol diri menurun

4) Suara keras, bicara cadel,dan kacau

5) Agresi

6) Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu

7) Partisipasi di lingkungan social kurang

8) Daya pertimbangan menurun

9) Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan

10) Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.

d. Tingkah Laku Klien Pengguna Opioda

1) Terkantuk-kantuk

2) Bicara cadel

3) Koordinasi motorik terganggu

4) Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian

5) Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif

Penanggulangan NAPZA

1. Pencegahan Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka, individu,
keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi terhadap
penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan
masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang sudah
menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak
menggunakan NAPZA lagi.
3) Pencegahan tersier Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah
pernah menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan
rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan
terhadap penyalahgunaan NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan
melakukan pendampingan yang dapat membantunya untuk mengatasi masalah
perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun dengan melakukan rehabilitasi kembali.

Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat,
dengan dua cara yaitu:
1) Detoksifikasi Tanpa Subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat
untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai
gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2) Detoksifikasi dengan Substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
3. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi
para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti sehat fisik,
psikologik, sosial, dan spiritual.
Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
1) Rehabilitasi Medik Rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan
penyalahgunaan NAPZA benar-benar sehat secara fisik.
2) Rehabilitasi Psikiatrik Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta
rehabilitasi yang semula bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan,
sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya
maupun personil yang membimbing atau mengasuhnya.
3) Rehabilitasi Psikososial Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar
peserta rehabilitasi dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan
sosialnya, yaitu di rumah, di sekolah/kampus dan di tempat kerja. Program ini
merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat.
4) Rehabilitasi Psikoreligius Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan
penting. Unsur agama dalam rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA
mempunyai arti penting dalam mencapai penyembuhan.
5) Forum Silaturahmi Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca
rehabilitasi) yaitu program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan
penyalahguna NAPZA (yang telah selesai menjalani tahapan rehabilitasi) dan
keluarganya.
6) Program Terminal Pengalaman menunjukkan bahwa banyak dari mereka
sesudah menjalani program rehabilitasi dan kemudian mengikuti forum
silaturahmi, mengalami kebingungan untuk program selanjutnya.

Peran dan Fungsi Perawat


Masalah penyaLahgunaan NAPZA merupakan masalah global dan memerlukan
partisipasi aktif seluruh komponen bangsa dalam penanganannya, termasuk tenaga
kesehatan.
1. Fungsi Perawat
a. Independent
Fungsi independent perawat adalah ”those activities that are considered to be
within nursing’s scope of diagnosis and treatment”. Dalam fungsi ini tindakan
perawat dalam penanganan klien pengguna NAPZA tidak memerlukan perintah
dokter. Dalam kaitan dengan penanggulangan penggunaan NAPZA tindakan
perawat diantaranya :
1) Pengkajian klien pengguna NAPZA.
2) Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kegiatan sehari-hari.
3) Mendorong klien berperilaku secara wajar.
b. Interdependent
Fungsi interdependent perawat adalah ”carried out in conjunction with other
health team members”. Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim
perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan
tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Dan anggota tim kesehatan lain bekerja
sesuai kompetensinya masing-masing. Contoh tindakannya adalah melakukan
kolaborasi rehabilitasi klien pengguna NAPZA, dimana perawat bekerja dengan
psikiater, social worker, ahli gizi juga rohaniwan,
c. Dependent Fungsi dependent perawat adalah “the activities perfomed based on
the physician’s order”. Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter
dalam meberikan pelayanan medik
1. Peran Perawat
Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai provider, edukator,
advokator, dan role model.
1) Provider/Pelaksana Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai
penyedia layanan keperawatan (praktisi). Perawat baik secara langsung maupun
tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
ketergantungan obat-obatan terlarang baik secara individu, keluarga, atau pun
masyarakat.
2) Edukator/Pendidik Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat
melakukan pendidikan kesehatan tentang NAPZA dan dampaknya bagi kesehatan
kepada klien baik individu, keluarga atau kelompok yang berada di bawah
tanggungjawabnya.
3) Advokat. Hal yang tidak pernah disadari adalah pengguna NAPZA sebenarnya
”korban”. Langkah saat ini dimana menempatkan pengguna napza sebagai
kriminal sebenarnya sangat tidak tepat, karena sebenarnya yang dibutuhkan oleh
pengguna NAPZA adalah akses terhadap layanan-layanan yang dapat membantu
mereka pulih dari kecanduannya.
4) Role model Keperawatan merupakan sebuah profesi dimana masyarakat
memandang perawat sebagai seorang tokoh yang dihargai, diangga orang yang
paling banyak tahu tentang kesehatan. Hal ini menjadikan seorang perawat terikat
oleh kode etik profesi dalam menjalankanperannya baik di tatanan pelayanan
maupun di kehidupan sosial masyarakat. Adalah suatu keharusan sebagai seorang
perawat memberikan contoh hidup yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai