NAPZA adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kalau dijabarkan satu
persatu maka Narkotika menurut UU no 22 tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika digolongkan menjadi golongan opioid, kanabis, dan koka.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan
perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, LSD, obat
penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.
Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan. Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein)
NAPZA yang sering disalahgunakan antara lain (WHO 1992) adalah :
1. Alkohol : Semua minuman beralkohol.
2. Opioida : heroin, morfin, pethidin, candu.
3. Kanabinoida : Ganja, hashish.
4. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.
6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ectasy, dan shabu-shabu.
7. Halusinogenika : LSD, mushroom, mescalin.
8. Tembakau (mengandung nikotin).
9. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton dan lem.
Bila seseorang menggunakan NAPZA maka akan dijumpai gejala intoksikasi yaitu gejala dimana NAPZA tersebut
bekerja dalam susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan, dan
kesadaran. Apabila seseorang menggunakan NAPZA terus menerus maka akan terbentuk keadaan toleransi, dimana
toleransi ini akan meningkat seiring waktu sampai akhirnya terjadi overdosis.
Bila pengguna NAPZA menghentikan penggunaan obat-obatan tiba-tiba pada saat tahap toleransi yang cukup tinggi,
maka akan terjadi kondisiwithdrawal atau sindroma putus zat. Gejala atau sindroma putus zat akan berbeda untuk
tiap jenis NAPZA yang digunakan.
NARKOTIKA
1. Golongan Opioid
Opioid berasal dari kata Opium. Jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira
20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau
derivat dari opium dan narkotika sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari
opium.Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin, kodein, dan
hydromorphone.
Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone
(Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan
orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis
opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan),
nalorphine, levalorphane dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan
antagonis telah disintesis dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan
buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu
pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Beberapa jenis opioid antara lain metadon, demerol,
codein, candu, heroin, dan morphin.
Efek yang ditimbulkan antara lain :
1. Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara.
2. Kerusakan penglihatan pada malam hari.
3. Kerusakan pada liver dan ginjal.
4. Peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik.
5. Penurunan hasrat dalam hubungan sex.
6. Kebingungan dalam identitas seksual.
7. Kematian karena overdosis.
Gejala Intoksikasi
Konstraksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu (atau lebih) tanda
berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu :
1. Mengantuk atau koma
2. Berbicara cadel
3. Gangguan atensi atau daya ingat
4. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya euforia awal
diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan
fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.
Gejala Putus Zat
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir, biasanya setelah suatu
periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus
obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari
setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama. Gejala putus obat
dari ketergantungan opioid adalah :
1. kram otot parah dan nyeri tulang
2. diare berat
3. kram perut
4. rinorea
5. lakrimasi
6. piloereksi
7. menguap
8. demam
9. dilatasi pupil
10. hipertensi
11. takikardi
12. disregulasi temperatur
Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut
memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia,
bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus
zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan
semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan,
mual, dan muntah.
2. Golongan Koka
Efek yang ditimbulkan antara lain :
a. Elasi
b. Euforia
c. Peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis
rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.
Gejala Intoksikasi
Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi :
a. Agitasi
b. Iritabilitas
c. Gangguan dalam pertimbangan
d. Perilaku seksual yang impulsif, cenderung agresif
e. Peningkatan aktivitas psikomotor menyeluruh dan kemungkinan gejala mania
f. Takikardi
g. Hipertensi
h. Midriasis
Gejala Putus Zat
Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi
(crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi,
kadang-kadang agitasi.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam 18 jam. Pada
pemakaian berat, gejala putus kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada
dua sampai empat hari. Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol,
sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (Valium).
3. Golongan Kanabis
Efek yang ditimbulkan
Efek euforia telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgesik, antikonvulsan dan
hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder yang disebabkan
terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindroma imunodefisiensi sindrom
(AIDS). Kanabis juga digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mempunyai efek aditif dengan efek
alkohol, yang seringkali digunakan secara kombinasi.
Gejala Intoksikasi
1. Meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli eksternal
2. Membuat warna-warna tampak lebih terang
3. Perlambatan waktu secara subjektif. Pada dosis tinggi pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi
dan derealisasi.
4. Keterampilan motorik terganggu. Gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia
dan persepsi subyektif menghilang. Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai
mengalami suatu gangguan keterampilan motorik yang mengganggu kemampuan mengendarai mobil,
motor, mesin berat.
5. Delirium yang disebabkan karena intoksikasi. Ditandai dengan adanya gangguan kognitif, kemampuan
unjuk kerja, gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik dan pemusatan perhatian.
6. Dosis tinggi juga mengganggu tingkat kesadaran pemakai.
7. Reaksi kecemasan singkat yang dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam keadaan tersebut dapat terjadi
panik yang didasarkan karena rasa takut yang tidak jelas dan tidak terorganisir. Pemakai yang tidak
pengalaman lebih mudah mengalami gejala kecemasan dari pada pemakai yang berpengalaman.
alkohol
Efek yang ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja,
tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil,
alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang,
rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut :
a. Merasa lebih bebas mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat
b. Menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan).
c. Berefek pada fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan,
inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.
d. Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat
terganggu.
e. Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya
mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak
ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.
f. Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang
usus, penyakit liver, dan kerusakan otak.
g. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat - obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya
jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan
kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar.
Penggunaan jangka panjang
a. Perlemakan hati
b. Pengkerutan hati ( kanker hati )
c. Peradangan lambung
d. Radang pankreas
e. Polineuritis
f. Myopati
g. Kardiomiopati
h. Pikun (psikosis korsakof)
i. Cacat pada janin (pada ibu hamil yang mengonsumsi alkohol)
Gejala Putus Zat
Penghentian atau penurunan pemakaian alkohol yang telah berlangsung lama atau pemakaian yang berat bisa
mengalami gejala seperti di bawah ini :
a. Hiperaktifitas otonomik (berkeringat, denyut nadi melebihi 100) peningkatan tremor tangan.
b. Insomnia
c. Mual atau Muntah
d. Agitasi Psikomotor
e. Kecemasan
f. Kejang
g. Halusinasi atau ilusi pengelihatan, pendengaran, perabaan
PSIKOTROPIKA
1. Amphetamine
Efek yang ditimbulkan
Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja dan untuk menginduksi perasaan
euforik. Pelajar yang belajar untuk ujian, pengendara truk jarak jauh, pekerja yang sering dituntut bekerja
mengejar deadline, dan atlet. Amphetamine merupakan zat yang adiktif.
Jenis obat-obatan yang tergolong kelompok amphetamine adalah : dextroamphetamine (Dexedrin),
methamphetamine dan methylphenidate (Ritalin).
Obat tersebut beredar dengan nama jalanan : crack, ecstasy, ice, crystal meth, speed, shabu-shabu.
Gejala Intoksikasi
Sindroma intoksikasi amfetamin serupa dengan intoksikasi kokain, yaitu
a. Takikardi
b. Dilatasi pupil
c. Penurunan atau peningkatan tekanan darah
d. Berkeringat atau mengigil
e. Mual atau muntah
f. Penurunan berat badan
g. Agitasi atau retardasi psikomotor
h. Kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, aritmia jantung
Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, koma
Gejala Putus Zat
a. Kecemasan
b. Gemetar
c. Mood disforik
d. Letargi
e. Fatigue
f. Mimpi yang menakutkan
g. Nyeri kepala
h. Berkeringat banyak
i. Kram otot dan lambung
j. Rasa lapar yang tidak pernah kenyang
2. Halusinogen (LSD)
Ketergantungan Zat
Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik, namun demikian adiksi psikologis
dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini disebabkan karena pengalaman menggunakan LSD berbeda-beda dan
karena tidak terdapat euforia seperti yang dibayangkan.
Gejala Intoksikasi
a. Perilaku maladaptif (kecemasan, paranoid, gangguan dalam pertimbangan, dsb)
b. Perubahan persepsi ( depersonalisasi, ilusi, direalisasi, halusinasi,dsb )
c. Dilatasi pupil
d. Takikardi
e. Berkeringat
f. Palpitasi
g. Pandangan kabur
h. Tremor
i. Inkoordinasi
3. Phenycyclidine (PCP)
Efek yang ditimbulkan
Efek PCP adalah mirip dengan efek halusinogen seperti lysergic acid diethylamide (LSD); tetapi karena
farmakologi yang berbeda dan adanya efek klinis yang berbeda diklasifikasikan sebagai kategori obat yang
berbeda. Ketergantungan secara fisik jarang ditemui, tetapi ketergantungan secara psikologis sering dialami
oleh pengguna PCP.
Gejala Klinis
a. Menjadi tidak komunikatif, tampak pelupa dan fantasi yang aktif
b. Tempo yang cepat
c. Euforia
d. Badan yang hangat
e. Rasa geli dan melayang yang penuuh kedamaian
f. Perasaan depersonalisasi
g. Isolasi diri
h. Halusinasi visual dan auditorius
i. Gangguan persepsi tempat dan waktu
j. Perubahan citra tubuh yang mencolok
k. Konfusi dan disorganisasi pikiran
l. Kecemasan
m. Menjadi simpatik, bersosialisasi dan suka bicara pada suatu saat dan bersikap bermusuhan pada
waktu lainnya
n. Hipertensi, nistagmus dan hipertermia
o. Melakukan gerakan kepala memutar, menyeringai, menghentak
p. Kekakuan otot
q. Muntah berulang
r. Bicara dan menyanyi berulang
s. Lekas marah, paranoid
t. Suka berkelahi atau menyerang secara irasional
u. Bunuh diri atau membunuh
v. Delirium
w. Gangguan psikotik
x. Gangguan mood
y. Gangguan kecemasan
4. Sedatif, Hipnotik, Ansiolitik
Jenis obat-obatan yang tergolong kelompok sedatif-hipnotik atau ansiolitik adalah benzodiazepin, seperti :
- Diazapam (Valium)
- Barbiturat contoh secobarbital (Seconal)
- Qualone (Quaalude)
- Mepobramate (Equanil)
- Dana glutethimide (Doriden)
Obat-obatan ini sebenarnya diresepkan sebagai antipiretik, pelemas otot, anestetik, dan adjuvan
anestetik. Semua obat dalam kelas ini dan alkohol memiliki toleransi silang dan efeknya adalah adiktif.
Ketergantungan fisik dan psikologis berkembang terhadap semua obat-obatan ini, dan semuanya disertai
gejala putus obat.
ZAT ADIKTIF
1. Inhalansia
Yang termasuk dalam golongan ini adalah Aica Aibon (lem), aseton, thinner, dan N2O.
Gejala Klinis
Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan,
dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa
ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat
termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataksia) . Penggunaan
dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan.
Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas,
kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai waham dan halusinasi.
Efek yang ditimbulkan
Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena depresi pernafasan, aritmia
jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen.
2. Kafein
3. Nikotin
Efek yang ditimbulkan
efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan
untuk memecahkan masalah. Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan
menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah
serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebral. Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan
penurunan aliran darah serebral, berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak
sebagai relaksan otot skeletal.
Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin.
Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena
paralisis (kegagalan) pernafasan.
Ketergantungan
Ketergantungan nikotin berkembang cepat karena aktivasi sistem dopaminergik area segmental ventral oleh
nikotin (sistem yang sama dipengaruhi oleh Kokain dan Amphetamin). Perkembangan ketergantungan
dipercepat oleh faktor sosial yang kuat yang mendorong merokok dalam beberapa lingkungan dan oleh
karena efek kuat dari iklan rokok. Orang kemungkinan merokok jika orangtuanya atau saudara kandungnya
merokok dan yang berperan sebagai model peran atau tokoh identifikasi merokok. Ada penelitian terakhir
juga menyatakan suatu diatesis genetik ke arah ketergantungan nikotin.
ternyata banyak juga ya zat-zat NAPZA yang ada disekitar kita. Tapi pasti ada bedanya dong antara pemakai
NAPZA dan non-pemakai NAPZA. Mau tahu bedanya??Baca yang jelas ya...
1. F I S I K
- Berat badan turun drastis.
- Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
- Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka
sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
- Buang air besar dan kecil kurang lancar.
- Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
2. E M O S I
- Sangat sensitif dan cepat bosan.
- Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang.
- Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau
orang di sekitarnya.
- Nafsu makan tidak menentu.
3. P E R I L A K U
- Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
- Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
- Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
- Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di
rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang.
- Selalu kehabisan uang.
- Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau
tempat-tempat sepi lainnya.
- Takut air, jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi malas mandi.
- Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala “putus zat”.
- Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan
uang untuk beli obat.
- Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan.
- Bicara cedal atau pelo.
- Jalan sempoyongan
- Mengalami jantung berdebar-debar.
- Sering menguap.
- Mengeluarkan air mata berlebihan.
- Mengeluarkan keringat berlebihan.
- Sering mengalami mimpi buruk.
- Mengalami nyeri kepala
- Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
Penggunaan NAPZA secara jangka panjang ternyata bisa merusak jiwa dan raga. Ga percaya?? Dibawah ini ada
penelitian yang menjelaskan hal-hal tersebut. Efek samping penyalahgunaan narkoba pada organ tubuh, seperti
dikutip dari NIDA (National Institute On Drug Abuse) dalam situsnya:
Penyalahgunaan narkoba tidak hanya melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang, tetapi hal itu juga kerap
dikaitkan dengan berbagai perilaku berbahaya seperti pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan perilaku seks
bebas. Kombinasi dari keduanya akan sangat berpotensi meningkatkan resiko tertular penyakit HIV/AIDS, hepatitis,
dan beragam penyakit infeksi lainnya. Perilaku berbahaya tersebut biasanya berlaku bagi penggunaan narkoba
berjenis heroin, kokain, steroid, dan methamphetamin.
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Para peneliti telah menemukan semacam korelasi antara penyalahgunaan narkoba (dalam berbagai frekuensi
penggunaan) dengan kerusakan fungsi jantung, mulai dari detak jantung yang abnormal sampai dengan serangan
jantung. Penyuntikan zat-zat psikotropika juga dapat menyebabkan kolapsnya saluran vena, serta resiko masuknya
bakteri lewat pembuluh darah dan klep jantung. Beberapa jenis narkoba yang dapat merusak kinerja sistem jantung
antara lain kokain, heroin, inhalan, ketamin, LSD, mariyuana, MDMA, methamphetamin, nikotin, PCP, dan steroid.
Penyakit Gangguan Pernapasan
Penyalahgunaan narkoba juga dapat menyebabkan beragam permasalahan sistem pernapasan. Merokok, misalnya,
sudah terbukti merupakan penyebab penyakit bronkhitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Begitu pula dengan
menghisap mariyuana yang bisa membawa dampak lebih parah lagi. Penggunaan sejumlah zat psikotropika juga
dapat mengakibatkan lambatnya pernapasan, menghalangi udara segar memasuki paru-paru yang lebih buruk dari
gejala asma.
Penyakit Nyeri Lambung
Dari efek merugikan yang ditimbulkannya, beberapa kasus penyalahgunaan narkoba juga diketahui dapat
menyebabkan mual dan muntah beberapa saat setelah dikonsumsi. Penggunaan kokain juga dapat mengakibatkan
nyeri pada lambung.
Penyakit Kelumpuhan Otot
Penggunaan steroid pada masa kecil dan masa remaja, menghasilkan hormon seksual melebihi tingkat sewajarnya,
dan mengakibatkan pertumbuhan tulang terhenti lebih cepat dibanding saat normal. Sehingga tinggi badan tidak
maksimal, bahkan cenderung pendek. Beberapa jenis narkoba juga dapat mengakibatkan kejang otot yang hebat,
bahkan bisa berlanjut pada kelumpuhan otot.
Penyakit Gagal Ginjal
Beberapa jenis narkoba juga dapat memicu kerusakan ginjal, bahkan menyebabkan gagal ginjal, baik secara
langsung maupun tak langsung akibat kenaikan temperatur tubuh pada tingkat membahayakan sampai pada
terhentinya kinerja otot tubuh.
Penyakit Neurologis
Semua perilaku penyalahgunaan narkoba mendorong otak untuk memproduksi efek euforis. Bagaimanapun,
beberapa jenis psikotropika juga memberikan dampak yang sangat negatif pada otak seperti stroke, dan kerusakan
otak secara meluas yang dapat melumpuhkan segala aspek kehidupan pecandunya. Penggunaan narkoba juga dapat
mengakibatkan perubahan fungsi otak, sehingga menimbulkan permasalahan ingatan, permasalahan konsentrasi,
serta ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan.
Penyakit Kelainan Mental
Penyalahgunaan narkoba yang sudah sampai pada level kronis dapat mengakibatkan perubahan jangka panjang
dalam sel-sel otak, yang mendorong terjadinya paranoia, depresi, agresi, dan halusinasi.
Penyakit Kelainan Hormon
Penyalahgunaan narkoba dapat mengganggu produksi hormon di dalam tubuh secara normal, yang mengakibatkan
kerusakan yang dapat dipulihkan sekaligus yang tidak dapat dipulihkan kembali. Semua perusakan ini meliputi
kemandulan dan penyusutan testikel pada pria, sebagaimana juga efek maskulinisasi yang terjadi pada wanita.
Penyakit Kanker
Merokok nikotin adalah penyebab kanker yang paling mungkin dicegah di Amerika Serikat. Aktifitas merokok
nikotin ini biasa dihubungkan dengan penyakit kanker mulut, leher, lambung, dan paru-paru. Merokok mariyuana
juga bisa mengakibatkan masuknya bakteri karsinogen ke dalam paru-paru, hingga merubah fungsi paru-paru di
tahap pra-kanker.
http://medica7.blogspot.com/2009/01/napza-narkotika-alkohol-psikotropika.html
I. PENDAHULUAN :
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau
tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codein.
PSIKOTROPIKA :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika
dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu.
Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat
itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik,
yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin.
Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3
golongan :
1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak
sadarkan diri. Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat
tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).
2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh:
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh
persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw,
yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali
lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai
penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri
untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri
hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri,
mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.
2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas
permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan
penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan
cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri,
dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
3. KANABIS :
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan
pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira
berlebihan ( euphoria ), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi,
sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.
4. AMPHETAMINE :
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
b. Metamphetamine ice
Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko
dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit
kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam.
Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan
bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid.
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang,
stress, serta sebagai obat tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas,
Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang
mampu.
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi
paru, jantung dan hati.
8. ALKOHOL :
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar
alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar
alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.
Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau
teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial.
Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh
memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau
diberhentikan akan timbul gejala putus obat ( withdrawal symptom ).
# PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Faktor individual :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi,
psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar
menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
l. Putus sekolah
2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah,
teman sebaya, maupun masyarakat.
Lingkungan Keluarga :
Lingkungan Sekolah :
c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif
dan positif
Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna
NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang
menjadi penyalahguna NAPZA.
# GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA :
1. Perubahan Fisik :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ),
mengantuk, agresif.
– Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba
dingin, bahkan meninggal.
– Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit
seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
– Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang
bertanggung jawab.
– Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.
– Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
– Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota
keluarga yang lain.
– Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain.
– Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya,
mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan
sering berurusan dengan polisi.
– Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan pencurigaan, tertutup
dan penuh rahasia.
1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya
pada :
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru
( Oedema Paru )
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka
sering menggunakan baju lengan panjang.
2. Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
· Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran, mudah
tersinggung.
· Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup bebas) dan menjadi
aib keluarga.
· Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan, sehingga merusak
kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
· Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya pengobatan dan
rehabilitasi.
b. Di Lingkungan Sekolah :
c. Di Lingkungan Masyarakat :
· Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna / mangsanya.
· Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah menjadi
ketergantungan.
· Meningkatnya kecelakaan.
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan
intervensi.
Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk
menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak
menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses
tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.
- mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
6. Memperkuat kehidupan beragama.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang
terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan anak
· Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan NAPZA.
· Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif untuk tetap
menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
· Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.
· Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina huibungan yang harmonis
antara pendidik dan anak didik.
1. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga masalah yang terjadi di
lingkungan dapat diselesaikan secara bersama- sama.
4. Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
penyalahguanaan NAPZA.
IV. KESIMPULAN
Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat
mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah
buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja,
melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan
sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan
tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan
penaggulangan terhadap NAPZA.
http://zenc.wordpress.com/2007/06/13/napza-narkotika-psikotropika-dan-zat-aditif/
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenil-isopropilamin,
atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter)
yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian
atau Attention-deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga
digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada
siang hari pada kasusnarkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.
Pada awalnya, amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi nafsu makan dan
mengontrol berat badan. Merk dagang Amfetamin (di AS) antara lain Adderall, dan Dexedrine.
Sementara di Indonesia dijual dalam kemasan injeksi dengan merk daganggenerik. Obat ini juga
digunakan secara ilegal sebagai obat untuk kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai
peningkat penampilan (menambah percaya diri atau PD). Istilah "Amftamin" sering digunakan pada
campuran-campuran yang diturunkan dari Amfetamin.
http://id.wikipedia.org/wiki/Amfetamin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didunia kedokteran dikenal adanya obat-obat tertentu yang dapat menghilangkan penyakit atau rasa
sakit ditubuh, ada pula obat tertentu yang dapat mempengaruhi sistem saraf yang seringkali
menimbulkan perasaan yang menyenangkan seperti perasaan nikmat yang disebut dengan melayang,
aktivitas luar biasa, rasa mengatuk yang berat sehingga ingin tidur saja, atau bayangan yang memberi
rasa nikmat (Halusinasi). Obat-obat semacam itu disebut dengan Zat-Zat Psikoaktif yang bermanfaat
bagi ilmu kedokteran jiwa untuk mengobati penyakit mental dan saraf. Akan tetapi bila
disalahgunakan dapat menyebabkan terjadinya masalah serius karena mempengaruhi otak atau
pikiran serta tingkah laku pemakainya, dan biasanya mempengaruhi bagian tubuh yang lain. Selain
itu, penyalahgunaan Zat-Zat Psikoaktif juga menyebabkan ketergantungan fisik yang lazim disebut
dengan ketagihan ( Adiksi).
Seringkali Zat-Zat Psikoaktif tersebut juga menimbulkan kebiasaan psikologis, yaitu orang akan
mengalami kesukaran tanpa Zat-Zat Psikoaktif tersebut dan jika dia mengkonsumsi Zat-Zat
Psikoaktif biasanya dosis yang diperlukan semakin lama semakin besar. Hal ini disebabkan karena
tubuh seseorang telah menjadi kebal terhadap Zat-Zat Psikoaktif tersebut.
Penggunaan Zat-Zat Psikoaktif dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan
tubuh serta dapat menimbulkan kematian. Zat-Zat Psikoaktif Masuk kedalam tubuh melalui :
b. Hidung (menghisap zat dalam bentuk uap atau bubuk, misal : kokain)
Cara yang paling langsung dan keras adalah dengan menyuntikkan kedalam vena karena hasil yang
didapatkan cepat dan dramatis. Zat-Zat Psikoaktif diklasifikasikan menurut cara obat itu
mempengaruhi pemakainya, yaitu :
Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat suatu tulisan yang berhubungan dengan
salah satu contoh dari Zat-Zat Psikoaktif yang menyebabkan ketagihan yaituAmfetamin atau lebih
dikenal dengan sebutan Shabu-Shabu. Pada kali ini, judul yang diangkat adalah ” Narkoba :
Amfetamin ( Shabu – Shabu )”
1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang akan dibahas dalam materi ini adalah :
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan tersebut, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut :
BAB II
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem saraf pusat
(SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan
kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat,
atau bubuk putih kristal kecil.
Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah
digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD),
dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah
neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis
meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah
hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu
makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek
tersebut menjadi berlebihan.
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh
lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10 – 15 jam) dan durasi yang
memberikan efek euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh
stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam tubuh manusia dan
ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan “signal” bahwa tubuh
membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi. Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical
Classification of Diseases and Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang
disebabkan oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan
ketergantungan psikologis).
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui tabung.Zat tersebut
mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz,
Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda:
dextroamphetamine murni and pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni.Since
dextroamphetamine is more potent than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih
kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada campuran amfetamin.
Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan,
dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan
beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat
Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah:
1. Amfetamin
2. Metamfetamin
Amphetamine pertama kali disintesis pada tahun 1887 oleh Lazar Edeleanu di Berlin, Jerman .
Amphetamine ini awalnya disebut dengan phenylisopropylamine majemuk. Amphetamine adalah
salah satu dari serangkaian senyawa yang merupakan turunan dari efedrin , dan telah diisolasi dari
Ma-Huang pada tahun yang sama oleh Nagayoshi Nagai . Amfetamin ditemukan tanpa menggunakan
kajian farmakologis pada tahun 1927, oleh pelopor psychopharmacologistGordon Alles resynthesized
dan ketika diuji pada dirinya sendiri, saat mencari pengganti buatan untuk efedrin. Dari 1933 atau
1934 Smith, Kline dan Perancis mulai menjual bentuk dasar obat volatile sebagai obat semprot di
bawah nama dagang Benzedrine berguna sebagai dekongestan dan juga dapat digunakan untuk
tujuan lain.
Salah satu upaya pertama, amfetamin digunakan dalam sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh MH
Nathanson, Dokter di Los Angeles , pada tahun 1935. Dia mempelajari efek subjektif amfetamin pada
55 pekerja rumah sakit yang masing-masing diberi 20 mg Benzedrine. Dua efek obat yang paling sering
dilaporkan adalah "rasa kenyamanan dan perasaan kegembiraan" dan "kelelahan berkurang". Selama
Perang Dunia II, amfetamin secara ekstensif digunakan untuk memerangi kelelahan dan
meningkatkan kewaspadaan pada tentara.Setelah beberapa dekade pada tahun 1965, FDA melarang
penggunaan Inhaler Benzedrine dan amfetamin secara bebas, penggunaannya terbatas dan harus
menggunakan resep, tetapi dalam kegiatan non-medis tetap umum digunakan.
Pada tahun 1997 dan 1998, para peneliti di Texas A & M University mengklaim telah menemukan
amphetamine dan methamphetamine di dua dedaunan Acacia spesies
asli Texas ,A. berlandieri and A. berlandieri dan A. rigidula . rigidula . Sebelumnya, kedua senyawa ini
telah dianggap sebagai penemuan manusia. Temuan ini tidak pernah diduplikasi, dan analisis yang
diyakini oleh banyak ahli kimia sebagai hasil dari kesalahan eksperimental, dan dengan demikian
validitas laporan telah datang ke pertanyaan. Alexander Shulgin , salah satu peneliti biokimia yang
paling berpengalaman dan penemu banyak zat psikotropika yang baru, telah mencoba untuk
menghubungi peneliti Texas A & M dan memverifikasi temuan mereka.
Namun, aktivitas amfetamin di seluruh otak tampaknya lebih spesifik; reseptor tertentu yang
merespon amfetamin di tetapi beberapa daerah otak cenderung tidak melakukannya di wilayah
lain. Sebagai contoh, dopamin D2 reseptor di hippocampus , suatu daerah otak yang terkait dengan
membentuk ingatan baru, tampaknya tidak terpengaruh oleh kehadiran amfetamin.
.Sistem saraf utama yang dipengaruhi oleh amfetamin sebagian besar terlibat dalam sirkuit
otak. Selain itu, neurotransmiter yang terlibat dalam jalur berbagai hal penting di otak tampaknya
menjadi target utama dari amfetamin. Salah satu neurotransmiter tersebut adalahdopamin , sebuah
pembawa pesan kimia sangat aktif dalam mesolimbic dan mesocortical jalur imbalan. Tidak
mengherankan, anatomi komponen jalur tersebut-termasuk striatum , yangnucleus accumbens ,
dan ventral striatum -telah ditemukan untuk menjadi situs utama dari tindakan amfetamin. Fakta
bahwa amfetamin mempengaruhi aktivitas neurotransmitter khusus di daerah terlibat dalam
memberikan wawasan tentang konsekuensi perilaku obat, seperti timbulnya stereotip euforia .
Amphetamine telah ditemukan memiliki beberapa analog endogen, yaitu molekul struktur serupa
yang ditemukan secara alami di otak. l- Fenilalanin dan β- phenethylamine adalah dua contoh, yang
terbentuk dalam sistem saraf perifer serta dalam otak itu sendiri. Molekul-molekul ini berpikir untuk
memodulasi tingkat kegembiraan dan kewaspadaan, antara lain negara afektif terkait.
2.3.1 [ edit ] DopamineDopamin
Neurotransmitter yang paling banyak dipelajari berkaitan dengan tindakan amfetamin dalam sistem
saraf pusat adalah dopamin . Semua obat adiktif muncul untuk meningkatkan neurotransmisi
dopamin, termasuk amphetamine dan methamphetamine. Penelitian telah menunjukkan bahwa
amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin di celah sinaptik , sehingga mempertinggi respon
neuron pasca-sinaptik. Ini merupakan petunjuk khusus pada respon terhadap obat hedonis serta
kualitas adiktif obat. Mekanisme tertentu pada amfetamin yang mempengaruhi konsentrasi dopamin
telah dipelajari secara ekstensif. Saat ini, dua hipotesis utama telah diusulkan, yang tidak saling
eksklusif. Satu teori menekankan tindakan amfetamin yang di tingkat vesikuler, meningkatkan
konsentrasi dopamin dalam sitosol dari neuron pra-sinapsis. Yang lainnya berfokus pada peran
transporter dopamin DAT , dan mengusulkan amfetamin yang dapat berinteraksi dengan DAT untuk
menginduksi kebalikan transportasidopamin dari neuron presinaptik ke dalam celah sinaptik .
Peningkatan dopamin sitosolik muncul untuk memicu neurotoksisitas, seperti dopamin auto-
mengoksidasi, sehingga meningkatkan amfetamin atau metamfetamin dalam dopamin sitosol dan
dapat menyebabkan stres oksidatif di sitosol yang pada gilirannya menyebabkanautophagy -terkait
degradasi akson dopamin dan dendrit.
2.3.2 Serotonin
Ketika seseorang menggunakan “upper”, zat tersebut akan merangsang sistem saraf pusat
penggunanya. Zat bekerja pada sistem neurotransmiter norepinefrin dan dopamin otak.
Menggunakan amfetamin dapat menyebabkan otak untuk menghasilkan tingkat dopamin yang lebih
tinggi. Jumlah dopamin yang berlebih di dalam otak akan menghasilkan perasaan euforia dan
kesenangan yang biasa dikenal sebagai “high.”
Seiring berjalannya waktu, orang yang menggunakan shabu akan mengembangkan toleransi terhadap
zat amfetamin yang terkandung di dalam Shabu. Toleransi artinya seseorang akan membutuhkan
dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama. Jika sejumlah dosis yang dibutuhkan tidak
terpenuhi maka pengguna zat amfetamin akan muncul perasaan craving/withdrawal atau dikenal
dengan perasaan sakaw.
Karena efeknya yang menimbulkan kecanduan dengan adanya toleransi dari zat yang dikonsumsi,
maka zat ini juga akan menimbulkan efek secara fisik. Begitu seseorang telah kecanduan amfetamin,
maka orang tersebut harus kembali menggunakan amfetamin untuk mencegah sakaw (withdrawal).
Karena efek yang ditimbulkan amfetamin bisa boosting energi pada penggunanya, maka efek
withdrawal yang paling sering muncul adalah kelelahan. Pengguna zat ini kemungkinan juga akan
membutuhkan waktu tidur yang lebih lama dan sangat sensitif/mudah marah pada saat dibangunkan.
Begitu efek obatnya hilang, pengguna yang tadinya tidak merasa lapar kemudian menjadi sangat
lapar. Pada beberapa kalangan selebriti, penggunaan zat ini sering digunakan sebagai obat untuk
menurunkan nafsu makan. Namun sebenarnya sama saja karena nafsu makan akan kembali
meningkat setelah efek obatnya hilang. Itulah sebabnya banyak selebriti perempuan yang mati-
matian menjaga berat badannya dan akhirnya berakhir pada kecanduan amfetamin.
Depresi juga merupakan efek withdrawal yang paling sering pada pengguna amfetamin. Pada kasus-
kasus yang berat malahan dapat menimbulkan tentamen suicide (hasrat ingin bunuh diri). Karena efek
depresinya ini terkadang pengguna dapat menjadi orang yang berlaku sangat kasar.
Tremor
Selama jangka panjang, seseorang yang menggunakan amfetamin secara teratur akan menemukan
tanda-tanda efek samping jangka panjang yang biasanya terdiri dari :
Pandangan kabur
Pusing
Sakit kepala
Nafas cepat
Gelisah
Pada penggunaan zat terus menerus akhirnya akan menimbulkan gangguan gizi dan gangguan tidur.
Pengguna akan lebih rentan untuk sakit apapun karena kondisi kesehatan yang secara
keseluruhannya buruk.
Efek penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan kondisi yang disebut dengan amfetamin psikosis.
Gangguan mental ini sangat mirip sekali dengan paranoid schizophrenia. Efek psikosis ini juga bisa
muncul pada penggunaan jangka pendek dengan dosis yang besar. Kondisi psikosis inilah yang tidak
disadari oleh kebanyakan pengguna amfetamin. Karena efeknya baru muncul jangka panjang maka
sering kali efek ini disalah artikan. Pengalaman dari negara-negara lain yang sudah lebih lama muncul
penggunaan amfetamin, telah banyak korban dengan gangguan psikosis atau gangguan kejiwaan yang
parah.
1. Coba-coba
2. Senang-senang
4. Penyalahgunaan
5. Ketergantungan
Amfetamin bisa disalahgunakan selama bertahun-tahun atau digunakan sewaktu-waktu. Bisa terjadi
ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis. Dulu ketergantungan terhadap amfetamin
timbul jika obat ini diresepkan untuk menurunkan berat badan, tetapi sekarang penyalahgunaan
amfetamin terjadi karena penyaluran obat yang ilegal.
Banyak wanita yang berlomba-lomba menjadi kurus agar terlihat menarik sehingga mereka memilih
jalan pintas, yaitu dengan menggunakan produk pelangsing. Padahal produk pelangsing tersebut
belum tentu aman. Beberapa produk pelangsing ditemukan mengandung suatu senyawa yang disebut
amfetamin. Amfetamin merupakan senyawa yang cukup banyak ditemukan dalam produk-produk
pelangsing (penurun berat badan) yang mengklaim produk tersebut bebas dari senyawa
berbahaya. Pada mulanya sekitar tahun 1960-an, amfetamin boleh digunakan secara bebas untuk
menurunkan berat badan. Amfetamin menekan nafsu makan, mengontrol berat badan, serta
menstimulasi sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Efek-efek tersebut dihasilkan
diperantarai dengan meningkatkan konsentrasi sinapsis dari norepinefrin dan dopamine melalui
stimulasi pelepasan neurotransmitter atau menghambat pengambilannya. Amfetamin merupakan
suatu obat yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Oleh karena itu, hal ini berbahaya jika
digunakan secara tidak terkendali oleh praktisi kesehatan (dokter atau apoteker).
Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk keperluan medis dan beberapa lainnya dibuat dan
digunakan secara ilegal. Di AS, yang paling banyak disalahgunakan adalah
metamfetamin. Penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan sekarang telah
mencapai AS. Setelah menelan obat ini, pemakai seringkali pergi ke disko untuktriping. MDMA
mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf tubuh) di otak dan diduga
menjadi racun bagi sistim saraf.
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan
membantu remaja yang sudah terjerumus Penyalahgunaan Narkoba. Ada tiga tingkat intervensi,
yaitu
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment).
Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu
untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses
penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk
mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan
penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini
biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan
kegiatan alternatif, dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem saraf pusat
(SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan
kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat,
atau bubuk putih kristal kecil. Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine
merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi
obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi
Amphetamine pertama kali disintesis pada tahun 1887 oleh Lazar Edeleanu di Berlin, Jerman .
Amphetamine ini awalnya disebut dengan phenylisopropylamine majemuk. Amfetamin ditemukan
tanpa menggunakan kajian farmakologis pada tahun 1927, oleh
peloporpsychopharmacologist Gordon Alles resynthesized dan ketika diuji pada dirinya sendiri, saat
mencari pengganti buatan untuk efedrin Pada tahun 1997 dan 1998, para peneliti di Texas A & M
University mengklaim telah menemukan amphetamine dan methamphetamine di dua
dedaunan Acacia spesies asli Texas , A. berlandieri and A. berlandieri dan A. rigidula .rigidula
Efek Amphetamine exerts its behavioral effects by modulating several key neurotransmitters in the
brain, including dopamine , serotonin , and norepinephrine .Amphetamine pada neurotransmitter di
otak terdiri atas beberapa gejala termasuk dopamin ,serotonin , dan norepinefrin. Ketika seseorang
menggunakan “upper”, zat tersebut akan merangsang sistem saraf pusat penggunanya. Zat bekerja
pada sistem neurotransmiter norepinefrin dan dopamin otak. Menggunakan amfetamin dapat
menyebabkan otak untuk menghasilkan tingkat dopamin yang lebih tinggi. Jumlah dopamin yang
berlebih di dalam otak akan menghasilkan perasaan euforia dan kesenangan yang biasa dikenal
sebagai “high.”
Begitu seseorang telah kecanduan amfetamin, maka orang tersebut harus kembali menggunakan
amfetamin untuk mencegah sakaw (withdrawal). Karena efek yang ditimbulkan amfetamin bisa
boosting energi pada penggunanya, maka efek withdrawal yang paling sering muncul adalah
kelelahan.
1. Coba-coba
2. Senang-senang
4. Penyalahgunaan
5. Ketergantungan
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan
membantu remaja yang sudah terjerumus Penyalahgunaan Narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu
1. Primer,
2. Tertier
3. Sekunder
3.2 Saran
Setelah memahami materi ini secara mendalam, saya harapkan pembaca dapat mengerti dan
menambah ilmu serta wawasannya. Semoga tulisan yang saya buat ini dapat membantu pembaca
dalam menyelesaikan tugas atau materi yang bersangkutan dengan pokok bahasan Amfetamin
(Shabu-Shabu). Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah yang kami buat ini, harap pembaca
dapat memakluminya
http://narkoba-amphetamin.blogspot.com/2011/11/amfetamin.html
BAHAYA AMPHETAMINE SEBAGAI OBAT PENGURUS TUBUH
Kegemukan (obesitas) memang hal yang tidak mengenakkan terutama bagi wanita, baik yang sudah
menikah maupun yang belum menikah. Dan jika dipandang dari sudut kosmetik, memang kegemukan
ini sangat tidak ideal, mungkin karena model pada saat ini terkenal dengan tubuh yang ramping,
sehingga beruntunglah bagi mereka yang mempunyai ukuran tubuh yang ramping. Tapi bagaimana
bagi mereka yang mempunyai tubuh yang gemuk? Mereka akan gelisah dan berusaha akan
mengurangi kegemukannya dengan jalan apapun, baik itu dibenarkan dari segi kesehatan ataupun
tidak, bagi mereka tidak penting, yang penting adalah bisa mengurangi ukuran tubuh yang tidak ideal
untuk masa kini.
Sebagai ilustrasi seorang teman wanita yang mempunyai ukuran tubuh yang gemuk, dimana dia
berusaha untuk mengurangi ukuran tubuhnya dengan cara meminum obat pelangsing. Setelah
berbicara lebih lanjut dengannya diketahuilah bahwa obat tersebut adalah “amphetamine”. Obat ini
tergolong dalam stimulantia yang mempunyai efek dapat menekan nafsu makan sehingga dapat
dipakai untuk tujuan mengurangi berat badan dengan jalan menghilangkan nafsu makan, sehingga
lama-lama berat badan akan turun. Di samping itu amphetamine juga dipakai untuk pengobatan bagi
penderita depresi (sebagai obat anti depresan) dengan jalan merangsang saraf pusat, sebagai obat
penderita epilepsy jenis petitmal, parkinsonisme, dan pengobatan intoxicaso obat-obat penekan
susunan saraf pusat.
Efek amphetamine sebagai anti obesitas ini sebenarnya hanya merupakan efek samping, dan bukan
merupakan tujuan dari penggunaan obat tersebut. Apabila kita amati lebih lanjut dari pemakaian
obat ini, maka tidak seperti apa yang kita kehendaki, sebab jenis obat ini mempunyai sifat addiksi,
yang artinya untuk memperoleh efek yang sama kita harus menaikkan dosis obat sesuai dengan efek
yang kita kehendaki. Contoh:
Missal pada minggu pertama kita cukup menggunakan amphetamine satu tablet perhari, tapi pada
minggu-minggu berikutnya kita akan menggunakan dosis yang lebih tinggi, misalnya 2-3 tablet
perhari. Sehingga lama-lama kita tidak merasakan bahwa tubuh kita telah kecanduan amphetamine,
yang justru akibatnya lebih berat dari pada kecanduan narkotik. Hal ini memang tidak kita duga,
sebab amphetamine bukan golongan narkotik dan memang tujuan untuk minum amphetamine bukan
untuk kecanduan, tetapi hanya sekedar untuk menurunkan berat badan.
Hal yang tidak terduga ini banyak terjadi dalam masyarakat sehingga mereka menjadi penderita
ketergantungan obat, menjadi amphetamine. Sedang teman wanita tadi memperoleh amphetamine
dari temannya, yang dulu badannya juga gemuk, tapi akibat amphetamine kegemukannya menjadi
berkurang, sehingga teman wanita tadi ikut-ikutan minum amphetamine tanpa tahu apa akibatnya
yang cukup membahayakan bagi tubuhnya.
BAHAYA AMPHETAMINE
Dengan dosis rendah: penderita merasa badannya lebih segar, baik fisik maupun mental, semangat
naik, kepercayaan pada diri sendiri bertambah dan perasaan hati jadi gembira.
Dengan dosis tinggi: efek stimulasi timbul dengan cepat dan hebat mencapai suatu keadaan kicks,
high dan flash suatu keadaan exite, kekuatan dan energi. Penderita merasa dirinya paling hebat,
paling tinggi, merasa kuat dan sanggup melakukan apa saja.
Pada waktu efek obat mulai menurun penderita sangat gelisah, irritable, timbul berbagai ilusi dan
halusinasi serta bermacam-macam waham, dia merasa diancam, dikejar-kejar dan pada saat ini dia
mungkin:
- Menyakiti diri sendiri, merusak lingkungan, dapat bunuh diri, atau bahkan membunuh orang lain
ataupun criminal activity yang lain.
- Dia akan berusaha kembali mendapatkan obat setiap kali merasakan penurunan efek obat sehingga
terjadilah “run” yang dapat berlangsung berhari-hari.
- Atau dia bahkan akan menggunakan morphine untuk menghilangkan berbagai macam waham yang
tidak mengenakkan itu sehingga dia terjerat di dalam perangkap “double drug dependence”, sehingga
sekaligus dia akan menjadi amphetaminis dan morphonis.
Oleh sarjana lain (dalam majalah psikologi populer “Anda”, 1984) dikatakan bahwa dengan dosis
tinggi amphetamine dapat merusak sel-sel otak, dan dapat merusak hubungan antara centrum-
centrum sehingga terjadilah desintegrasi dalam kepribadian penderita yang akan berakibat sebagai
psikosis obat.
Sumber: Majalah Psikologi Populer “Anda”, Oleh Dr. B. Setia Budiarta, Edisi bulan Februari, 1980.
http://16happyday.blogspot.com/2010/04/bahaya-amphetamine-sebagai-obat.html
Apa Itu Amphetamine dan Kegunaannya
ilustrasi
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Sulsel Yagkin Padjalangi kaget
saat ditanya soal amphetamine.
Alumni jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Mipa) Universitas
Hasanuddin itu mengaku terkejut karena sontak ditanya soal zat kimia unsur domain dalam narkoba
tersebut.
"Kenapa tiba-tiba nanya obat, ampetamine," kata legislator partai Golkar DPRD Sulsel itu via telepon
selulernya, Makassar, Rabu (4/1/2011)
Namun usai jedah beberapa waktu, Yagkin pun menjelaskan, amphetamine (benzedrin) dalam istilah
kedokteran adalah alfa-methyl Fenetilamin atau beta fenil isopropilamin adalah obat stimulansia
untuk gangguan hiperaktif, gejala luka-luka traumatik pada otak, gejala mengantuk siang hari,
sindrom kelelahan kronis, mengurangi nafsu makan, dan mengontrol berat badan.
"Itu kegunaan resminya, tetapi biasa digunakan secara ilegal untuk obat kesenangan (recreational
drug), biasa juga untuk menambah percaya diri," jelas koordinator wilayah II Partai Golkar Makassar
itu.
Penjelasan Yagkin ini menyusul upaya pengusutan aparat Kepolisian Daerah (Polda) Sulselbar dan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) terkait peredaran permen yang diduga mengandung
amphetamin, salah satu zat kimia unsur domain dalam narkoba jenis ekstasi.
Permen yang disebut-sebut merek Magic Pops tersebut dikabarkan dipasarkan di sejumlah mini
market dan toko yang ada di Makassar dan sekitarnta.
http://www.tribunnews.com/regional/2012/01/04/apa-itu-amphetamine-dan-kegunaannya
Fakta Tentang Kristal Shabu-shabu atau Metamfetamin
Methamphetamine adalah obat /bahan kimia dalam bentuk bentuk kristal putih. Para penggunanya biasa
menggunakannya dengan cara inhalasi (dihirup melalui hidung) atau dirokok atau melalui suntikan. Tapi
kebanyakan dari mereka menghisapnya melalui mulut.
Zat ini menciptakan keinginan yang sangat kuat bagi para penggunanya untuk secara terus-menerus
menggunakannya karena obat ini menciptakan rasa bahagia dan sejahtera yang palsu - larut dalam
percaya diri (dengan emosi yang kuat), hiperaktif, dan energi. Obat ini juga mengurangi nafsu makan.
Obat ini biasanya berpengaruh antara 6 sampai 8 jam, tetapi juga bisa hingga 24 jam.
Pada saat pertama kali Anda menggunakannya anda akan merasakan kesenangan yang luar biasa, tapi
dari situ methamphetamine akan menghancurkan kehidupan anda.
Methamphetamine (shabu-shabu) biasa digunakan oleh masyarakat dari semua umur, dan lebih dikenal
sebagai "obat klub" karena penggunanya seringkali berasal dari orang-orang yang biasa keluyuran di
klub malam.
Zat ini adalah bahan kimia berbahaya dan sangat kuat dan, sebagaimana semua obat, adalah racun
yang mulanya digunakan sebagai stimulan tapi kemudian secara sistematis menghancurkan tubuh.
Akibatnya, timbul berbagai masalah kesehatan yang serius, termasuk: kehilangan memori, agresivitas,
perilaku psikotik(perilaku seperti orang gila), dan berpotensi merusak jantung dan otak.
Metamfetamin atau shabu-shabu sangat adiktif dan menguras kekuatan alamiah dari tubuh seseorang,
menciptakan bencana ketergantungan yang hanya dapat dilegakan dengan penggunaan obat tersebut.
Pengaruh dari kristal methamphetamine atau shabu-shabu sangat kuat dan banyak pengguna yang
melaporkan bahwa mereka mengalami kecanduan dari 2 atau 3 kali pemakaian.
"Aku mencoba hanya sekali dan setelah itu, Aku langsung kecanduan," kata salah satu pengguna yang
kecanduan yang kehilangan keluarganya, teman-temannya, pekerjaannya sebagai musisi dan akhirnya
menjadi gelandangan.
Kecanduan terhadap shabu-shabu, adalah salah satu kecanduan paling sulit untuk diobati dan banyak
dari mereka yang mati dalam perangkap ini.
"Saya mulai menggunakan shabu ketika saya masih di sekolah menengah. Sebelum akhir semester
pertama saya di perguruan tinggi aku telah merasa memiliki masalah serius, jadi aku harus menghentikan
studiku. Aku merasa seperti terkena cacar air (karena merasa terasingkan dari lingkungan)."
Serbuk ini juga bisa ditemukan dalam warna lain seperti coklat, abu-abu, oranye dan bahkan merah
muda. Benda ini juga dapat dikompresi dalam bentuk tablet.
Sebagaimana disebutkan di atas, serbuk bisa dihisap, dijadikan rokok atau digunakan melalui suntikan.
Kristal metamfetamin biasanya berbentuk kristal yang jelas dan tebal menyerupai es batu atau garam.
Methamphetamine adalah, zat sintetik kimia buatan. Tidak seperti kokain, yang berasal dari tanaman.
Bahan kimia tersebut sangat berbahaya mempunyai potensi untuk meledak dan karenanya "koki" shabu
itu sendiri adalah pengguna, dan karena mereka bingung, sering mereka menderita luka bakar, parah
cacat atau tewas ketika bahan-bahan tersebut meledak. Kecelakaan tersebut membahayakan orang lain
di rumah atau bangunan di dekatnya.
Laboratorium ilegal juga menciptakan banyak limbah beracun. Produksi satu pon methamphetamine
menghasilkan 2,5 pon limbah. Orang yang terpapar limbah ini dapat keracunan dan jatuh sakit.
http://webpedulikesehatan.blogspot.com/2013/05/fakta-tentang-kristal-shabu-shabu-atau.html