DISUSUN OLEH :
Merinta Wira Ababiel
2018.08.1.0062
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020
I. Pengertian Napza
Secara umum NAPZA (NArkotika, Psikotropika, dan ZAt adiktif lainnya) adalah zat
adiktif yang mempengarui kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaaan, dan
perilaku). Serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikologi.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas padaaktivitas mental dan perilaku.
Menurut para ahli (Budiarta, 2000) Napza merupakan zat atau obat yang berasal dari
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Napza pada dasarnya merupakan jenis obat atau zat yang berguna
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi, contohnya adalah morfin,
opium, sabu-sabu (amfetamina), PCP (halusinogen) dan lain-lain.
3. Zat Adiktif ialah bahan lain yang bukan Narkotika maupun Psikotropika yang
merupakan suatu inhalasi yang penggunaannya akan dapat menimbulkan ketergantungan.
Zat adiktif yang umum di dalam masyarakat adalah nikotin dalam rokok serta etanol
dalam minuman beralkohol dan juga pelarut lain yang mudah untuk menguap seperti
aseton, thiner dan sebagainya.
4. Morfin (morphine) diperkenalkan pada sekitar Perang Sipil Amerika Serikat. Morfine
merupakan turunan dari opium yang kuat, digunakan secara bebas untuk mengurangi rasa
sakit akibat terluka. Ketergantungan fisiologis pada morfin dikenal sebagai “penyakit
tentara”.Hanya ada sedikit stigma yang dilekatkan pada ketergantungan hingga saat
morfin menjadi zat yang dilarang.
5. Heroin merupakan depresan yang kuat dan dapat menciptakan euphoria yang cepat.
Pengguna heroin menyatakan bahwa heroin sangat nikmat sehingga dapat menghilangkan
segala pikiran tentang kebutuhan makanan atau seks. Heroin biasanya disuntikkan baik
secara langsung di bawah kulit (skin popping) atau pada vena (mainlining). Dampak
positif langsung terjadi. Ada aliran cepat yang berlangsung selama 5 hingga 15 menit
serta kondisi kepuasan, euphoria, dan bahagia yang berlangsung selama 3 hingga 5 jam.
Dalam kondisi ini, semua dorongan positif tampak terpuaskan. Semua perasaan negative
seperti rasa bersalah, tegang, dan kecemasan. Dengan penggunaan yang panjang, dapat
berkembang menjadi adiksi. Heroin adalah depresan yang memiliki dampak kimiawi
tidak secara langsung menstimulasi perilaku criminal atau agresif.
7. Ekstasi (MDMA) adalah obat keras yang struktur kimianya mirip dengan amfetamin.
Ekstasi menghasilkan euphoria ringan dan halusinasi dan terus bertambah penggunanya
di kalangan anak muda. Obat tersebut dapat menimbulkan efek psikologis yang
merugikan, termsuk depresi, kecemasan, insomnia, dan bahkan paranoia dan psikosis.
Obat tersebut dapat merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan perhatian
(atensi) dan dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori. Obat tersebut juga
dapat mengurangi tingkat serotonin dalam otak, yakni sebuah neurotransmitter yang
berhubungan dengan pengaturan mood dan selera makan. Hal ini menjelaskan mengapa
pengguna obat dapat mengalami perasaan depresi saat mereka berhenti mengonsumsi
obat. Efek samping fisik termasuk detak jantung dan tekanan darah berhenti
mengonsumsi, rahang yang tegang atau gemeletuk, dan tubuh yang panas atau dingin.
8. Kokain adalah stimulant natural yang disuling dari daun coca, dan diyakini bahwa
kokain tidak menyebabkan adiksi secara fisik. Namun, bukti-bukti menunjukkan adanya
cirri adiktif dari obat tersebut, yaitu menghasilkan efek toleransi dan sindrom putus zat
yang dapat diidentifikasi, yang ditandai oelh mood yang depresif dan gangguan dalam
tidur dan selera makan (APA, 2000). Ketagihan yang kuat terhadap obat dan hilangnya
kemampuan untuk merasakan kesenangan dapat juga muncul. Sindrom putus zat
biasanya berdurasi singkat dan dapat disertai “crash”, atau periode depresi yang kuat dan
kelelahan setelah putus zat mendadak. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk bubuk atau
dihisap dalam bentuk crack, bentuk yang lebih padat dari kokain yang mengandung lebih
dar 75% kokain murni. Crack “rocks” demikian disebutnya karena kelihatan seperti
kerikil putih, tersedia dalam jumlah kecil yang siap untuk dihisap. Crack menghasilkan
rush yang cepat dan kuat, yang akan menghilang dalam beberapa menit. Rush dari
hirupan lebih ringan dan perlu waktu untuk bereaksi, namun cenderung menetap lebih
lama dripada rush dari crack.
9. Nikotin adalah zat yang menyebabkan ketergantungan, yang terdapat pada tembakau. Zat
ini menstimulasi neuron dopamin di mesolimbik, yang kemudian menimbulkan efek yang
diharapkan oleh pengguna. Namun nikotin juga memiliki efek negatif. Selain
menyebabkan kematian, nikotin menyebabkan berbagai gangguan bagi kesehatan, antara
lain kanker saluran pernapasan, kanker laring, dan beberapa jenis penyakit
kardiovaskuler. Nikotin dihantarkan ke tubuh melalui penggunaan produk tembakau.
Sebagai stimulant, nikotin meningkatkan kewaspadaan tetapi juga dapat meningkatkan
risiko flu, kulit berkeringat, mual dan muntah, kebingungan dan pusing, serta diare,
semua rasa tidak nyaman yang diakui oleh perokok pemula. Nikotin juga merangsang
pelepasan epinefrina, hormone yang menimbulkan aktivitas otonom yang cepat termasuk
detak jantung yang meningkat, dan pelepasan cadangan gula ke dalam darah. Nikotin
menekan selera makan dan member “kenikmatan” psikologis yang singkat. Nikotin juga
menyebabkan lepasnya endofrin, hormone seperti opiate yang diproduksi di otak. Ini
yang menyebabkan rasa senang yang dihubungkan dengan penggunaan tembakau.
b) Dampak Psikis :
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
c) Dampak Sosial :
Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang
luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan
dorongan psikologis
berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik
dan psikologis ini
juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua,
mencuri, pemarah, manipulatif, dan lain-lain.
VIII. Referensi
1. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-napza/
2. https://doktersehat.com/napza/
3. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/06%20NAPZA.pdf
4. https://www.academia.edu/33344096/jenis_jenis_napza
5. https://www.slideshare.net/agus-popi/data-narkoba-5-tahun-terakhir
6. https://www.kompas.com/hype/read/2020/03/18/104113366/dalam-sebulan-4-publik-
figur-diamankan-terkait-kasus-dugaan-narkoba?page=all
7. https://news.okezone.com/read/2008/03/26/230/94953/program-terapi-rumatan-metadon-
di-indonesia
8. https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/07/064500765/tanaman-obat-yang-jadi-
mudarat-3-coca-kokain-dan-coca-cola?page=all