Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PSIKOLOGI ABNORMAL

GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA

DISUSUN OLEH :
Merinta Wira Ababiel
2018.08.1.0062

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020
I. Pengertian Napza
Secara umum NAPZA (NArkotika, Psikotropika, dan ZAt adiktif lainnya) adalah zat
adiktif yang mempengarui kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaaan, dan
perilaku). Serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikologi.
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas padaaktivitas mental dan perilaku.
Menurut para ahli (Budiarta, 2000) Napza merupakan zat atau obat yang berasal dari
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Napza pada dasarnya merupakan jenis obat atau zat yang berguna
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi, contohnya adalah morfin,
opium, sabu-sabu (amfetamina), PCP (halusinogen) dan lain-lain.

II. Jenis-jenis Napza


Menurut UU RI No.22 Tahun 1997, yaitu :
1. Narkotika ialah suatu zat ataupun obat yang berasal dari tanaman ataupun bukan
tanaman baik itu sintesis ataupun itu semi sintesis yang akan dapat menyebabkan
penurunan dan juga perubahan kesadaran, mengurangi serta menghilangkan rasa nyeri
dan juga akan dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik atau juga psikologik.

Menurut UU No. 22 Tahun 1997 narkotika dikategorikan kedalam 3 kategori, yakni :


 Narkotika golongan I ialah narkotika yang dapat digunakan untuk dan tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam terapi, serta juga
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
 Narkotika golongan II ialah narkotika yang berkhasiat untuk dapat pengobatan,
digunakan untuk terapi ataupun tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
 Narkotika golongan III ialah narkotika yang berkhasiat didalam pengobatan yang banyak
digunakan untuk atau dalam terapi dan juga untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.
2. Psikotropika ialah setiap bahan baik alami maupun bahan buatan bukan Narkotika, yang
dapat berkhasiat psikoaktif yang mempunyai pengaruh secara selektif pada susunan saraf
pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan juga perilaku.

Menurut UU No. 5 Tahun 1997 psikotropika dibagi kedalam 4 kelompok, yakni:


 Psikotropika golongan I ialah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam terapi, serta juga mempunyai potensi yang
amat kuat untuk mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan II ialah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan juga
dapat digunakan dalam terapi serta atau untuk tujuan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan.
 Psikotropika golongan III ialah psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan juga
banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan juga mempunyai
potensi sedang menyebabkan ketergantungan.
 Psikotropika golongan IV ialah psikotropika yang mempunyai khasiat dalam pengobatan
dan juga sangat luas digunakan dalam terapi serta untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

3. Zat Adiktif ialah bahan lain yang bukan Narkotika maupun Psikotropika yang
merupakan suatu inhalasi yang penggunaannya akan dapat menimbulkan ketergantungan.
Zat adiktif yang umum di dalam masyarakat adalah nikotin dalam rokok serta etanol
dalam minuman beralkohol dan juga pelarut lain yang mudah untuk menguap seperti
aseton, thiner dan sebagainya.

4. Morfin (morphine) diperkenalkan pada sekitar Perang Sipil Amerika Serikat. Morfine
merupakan turunan dari opium yang kuat, digunakan secara bebas untuk mengurangi rasa
sakit akibat terluka. Ketergantungan fisiologis pada morfin dikenal sebagai “penyakit
tentara”.Hanya ada sedikit stigma yang dilekatkan pada ketergantungan hingga saat
morfin menjadi zat yang dilarang.
5. Heroin merupakan depresan yang kuat dan dapat menciptakan euphoria yang cepat.
Pengguna heroin menyatakan bahwa heroin sangat nikmat sehingga dapat menghilangkan
segala pikiran tentang kebutuhan makanan atau seks. Heroin biasanya disuntikkan baik
secara langsung di bawah kulit (skin popping) atau pada vena (mainlining). Dampak
positif langsung terjadi. Ada aliran cepat yang berlangsung selama 5 hingga 15 menit
serta kondisi kepuasan, euphoria, dan bahagia yang berlangsung selama 3 hingga 5 jam.
Dalam kondisi ini, semua dorongan positif tampak terpuaskan. Semua perasaan negative
seperti rasa bersalah, tegang, dan kecemasan. Dengan penggunaan yang panjang, dapat
berkembang menjadi adiksi. Heroin adalah depresan yang memiliki dampak kimiawi
tidak secara langsung menstimulasi perilaku criminal atau agresif.

6. Amfetamin (amphetamines) merupakan golongan stimulan sintesis. Nama umum untuk


stimulant ini termasuk speed, upper, bennis, (di Indonesia shabu-shabu). Amfetamin jika
digunakan dalam dosis tinggidapat menghasilkan euphoria secara cepat. Sering
digunakan dalam bentuk pil, atau dihisap dalam bentuk murni disebut “ice atau “crystal
meth”. Bentuk paling kuat dari amfetamin yakni metamfetamin cair, dan biasanya
disuntikkan ke dalam vena dan menghasilkan kenikmatan yang intens dan langsung.
Beberapa pengguna menyuntikkan metamfetamin berhari-hari untuk mempertahankan
perasaan “melayang” yang lebih lama tersebut. Dosis tinggi dapat menyebabkan
kelelahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid, hilang selera makan, dan insomnia.

7. Ekstasi (MDMA) adalah obat keras yang struktur kimianya mirip dengan amfetamin.
Ekstasi menghasilkan euphoria ringan dan halusinasi dan terus bertambah penggunanya
di kalangan anak muda. Obat tersebut dapat menimbulkan efek psikologis yang
merugikan, termsuk depresi, kecemasan, insomnia, dan bahkan paranoia dan psikosis.
Obat tersebut dapat merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan perhatian
(atensi) dan dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori. Obat tersebut juga
dapat mengurangi tingkat serotonin dalam otak, yakni sebuah neurotransmitter yang
berhubungan dengan pengaturan mood dan selera makan. Hal ini menjelaskan mengapa
pengguna obat dapat mengalami perasaan depresi saat mereka berhenti mengonsumsi
obat. Efek samping fisik termasuk detak jantung dan tekanan darah berhenti
mengonsumsi, rahang yang tegang atau gemeletuk, dan tubuh yang panas atau dingin.

8. Kokain adalah stimulant natural yang disuling dari daun coca, dan diyakini bahwa
kokain tidak menyebabkan adiksi secara fisik. Namun, bukti-bukti menunjukkan adanya
cirri adiktif dari obat tersebut, yaitu menghasilkan efek toleransi dan sindrom putus zat
yang dapat diidentifikasi, yang ditandai oelh mood yang depresif dan gangguan dalam
tidur dan selera makan (APA, 2000). Ketagihan yang kuat terhadap obat dan hilangnya
kemampuan untuk merasakan kesenangan dapat juga muncul. Sindrom putus zat
biasanya berdurasi singkat dan dapat disertai “crash”, atau periode depresi yang kuat dan
kelelahan setelah putus zat mendadak. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk bubuk atau
dihisap dalam bentuk crack, bentuk yang lebih padat dari kokain yang mengandung lebih
dar 75% kokain murni. Crack “rocks” demikian disebutnya karena kelihatan seperti
kerikil putih, tersedia dalam jumlah kecil yang siap untuk dihisap. Crack menghasilkan
rush yang cepat dan kuat, yang akan menghilang dalam beberapa menit. Rush dari
hirupan lebih ringan dan perlu waktu untuk bereaksi, namun cenderung menetap lebih
lama dripada rush dari crack.

9. Nikotin adalah zat yang menyebabkan ketergantungan, yang terdapat pada tembakau. Zat
ini menstimulasi neuron dopamin di mesolimbik, yang kemudian menimbulkan efek yang
diharapkan oleh pengguna. Namun nikotin juga memiliki efek negatif. Selain
menyebabkan kematian, nikotin menyebabkan berbagai gangguan bagi kesehatan, antara
lain kanker saluran pernapasan, kanker laring, dan beberapa jenis penyakit
kardiovaskuler. Nikotin dihantarkan ke tubuh melalui penggunaan produk tembakau.
Sebagai stimulant, nikotin meningkatkan kewaspadaan tetapi juga dapat meningkatkan
risiko flu, kulit berkeringat, mual dan muntah, kebingungan dan pusing, serta diare,
semua rasa tidak nyaman yang diakui oleh perokok pemula. Nikotin juga merangsang
pelepasan epinefrina, hormone yang menimbulkan aktivitas otonom yang cepat termasuk
detak jantung yang meningkat, dan pelepasan cadangan gula ke dalam darah. Nikotin
menekan selera makan dan member “kenikmatan” psikologis yang singkat. Nikotin juga
menyebabkan lepasnya endofrin, hormone seperti opiate yang diproduksi di otak. Ini
yang menyebabkan rasa senang yang dihubungkan dengan penggunaan tembakau.

III. Ciri-ciri Penggunaan Napza


Reaksi sebelum menggunakan heroin, dapat terjadi dalam delapan jam setelah penyuntikan
sebelumnya, setidak - tidaknya setelah terjadi toleransi yang tinggi selama bebrapa jam
berikutnya individu umumnya mengalami rasa sakit pada otot, bersin - bersin, berkeringat,
berurai air mata dan berulang kali menguap simtom - simtom tersebut mirip dengan simtom
influenza. Dalam 36 jam symptom putus zat tersebuit akan menjadi sangat parah dan dapat
terjadi kejatan otot yang tidak terkendali, kram, menggigil dan wajah memerah serta keringat
yang keluar secara berlebihan dan meningkatnya denyut jantung serta tekanan darah orang
yang kecanduan, tidak dapat tidur, muntah - muntah, dan mengalami diare, symptom tersebut
berlangsung selama 72 jam kemudian bertahap dalam kurun waktu 5 hingga 10 hari.

 Ciri-Ciri Pengguna Napza Dilihat Dari Fisik


 Mata merah dan pupil yang mengecil atau membesar
 Mual hingga muntah
 Mengalami pilek
 Sering sakit terutama sakit kepala
 Timbul bintik-bintik di sekitar mulut dan sering membasahi bibir akibat haus berlebihan
 Mudah berkeringat walau pun di suhu yang normal
 Luka di kulit bisa seperti luka bakar atau gosong pada jari atau bibir
 Memar atau mempunyai bekas suntikan dan jeratan di lengan
 Wajah dan pipi merah
 Timbul bau yang aneh dari napas, tubuh atau pakaian
 Mudah gemetar atau tremor
 Suka berbicara yang sulit dipahami
 Mudah mimisan, sering muncul terhadap pengguna narkoba yang menghisap obat dari
hidung
 Penurunan nafsu makan dan gangguan jam tidur
 Berat badan turun atau naik secara drastis
 Mengalami kejang tanpa riwayat epilepsi
 Terlihat dari penampilan yang tidak begitu diperhatikan hingga tampak berantakan atau
kumal
 Ciri-Ciri Pengguna Napza Dilihat Dari Psikologis
 Performa pekerjaan menurun tanpa sebab
 Hilangnya motivasi dalam bekerja
 Sering kesulitan dalam mengatur keuangan
 Menarik diri dari keramaian sosial
 Mempunyai masalah keluarga dan cenderung emosional
 Sulit mengendalikan dan menahan diri
 Murung, sedih, tertekan dan suka mengurung diri
 Sulit diajak di dalam kelompok

IV. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza


Narkoba merupakan musuh nomor satu bagi para remaja. Namun, para remaja hingga saat ini
banyak yang belum tahu mengenai narkoba sebagai musuh utama ini. Ketidaktahuan remaja
tentang bahaya narkoba memang menjadi tugas berat bagi orangtua dan guru untuk
menerangkannya. Apalagi narkoba sekarang sangat mudah didapat dan bandarnyapun
memang selalu menempel pada dunia remaja. Penyebab narkoba disebabkan oleh banyak
faktor, baik internal maupun eksternal :
 Faktor Internal (berasal dari dalam diri sendiri)
= Keluarga : Jika hubungan dengan keluarga kurang harmonis (Broken Home) maka
seseorang akan mudah merasa putus asa dan frustasi. Akibat lebih jauh, orang akhirnya
mencari kompensasi diluar rumah dengan menjadi konsumen narkoba.
= Ekonomi : Kesulitan mencari pekerjaan menimbulkan keinginan untuk bekerja menjadi
pengedar narkoba. Seseorang yang ekonomi cukup mampu, tetapi kurang perhatian yang
cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan yang salah lebih mudah terjerumus
jadi pengguna narkoba.
= Kepribadian : Apabila kepribadian seseorang labil, kurang baik, dan mudah
dipengaruhi orang lain maka lebih mudah terjerumus kejurang narkoba.

 Faktor Eksternal (berasal dari luar diri seseorang)


= Pergaulan : Teman sebaya mempunyai pengaruh cukup kuat bagi terjerumusnya
seseorang kelembah narkoba, biasanya berawal dari ikut-ikutan teman. Terlebih bagi
seseorang yang memiliki mental dan keperibadian cukup lemah, akan mudah terjerumus.
= Sosial /Masyarakat : Lingkungan masyarakat yang baik terkontrol dan memiliki
organisasi yang baik akan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba.

V. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Napza


 Dampak Positif NAPZA
a) Opioid : Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa
sakit dan untuk mencegah batuk dan diare.
b) Kokain : Daun tanaman Erythroxylon coca (kokain) biasanya dikunyah-kunyah untuk
mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina serta
mengurangi rasa lelah.
c) Ganja (ganja/cimeng) : Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan
pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya sangat kuat. Biji ganja juga digunakan
sebagai bahan pembuat minyak.

 Dampak Negatif NAPZA


Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan
fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-
organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba
pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan
situasi atau kondisi pemakai.
a) Dampak Fisik :
 Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.
 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual.
 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya.
 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian.

b) Dampak Psikis :
 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

c) Dampak Sosial :
 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
 Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang
 luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan
dorongan psikologis
 berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik
dan psikologis ini
 juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua,
mencuri, pemarah, manipulatif, dan lain-lain.

VI. Grafik Penggunaan Napza di Indonesia


VII. Contoh Kasus Positif dan Negatif Penggunaan Napza
 Kasus I - Positif Penggunaan Napza
Okenews.com - Sejak mulai diterapkan tahun 2003-2004 melalui proyek pilot di Rumah
Sakit Sanglah Bali dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta, adanya upaya
pencegahan penularan HIV di kalangan pengguna napza suntik melalui Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM) di Indonesia terus berkembang.
Metadon sendiri merupakan opiat (bahan yang terkandung dalam opium) sintetis (buatan)
yang termasuk Golongan II narkotika menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Metadon diproduksi dalam bentuk cairan, tablet, dan bubuk. Yang digunakan untuk pengobatan
adalah yang berbentuk cairan yang diminum, dan karenanya lebih aman daripada penggunaan
heroin yang disuntikan.
Tjandra Yoga juga menuturkan, keberadaan klinik layanan metadon sangat penting
mengingat tingginya tingkat penularan HIV di kalangan pengguna napza suntik. Data surveilens
Depkes RI menunjukkan, hingga akhir 2007 lalu secara kumulatif terdapat 6,066 kasus infeksi
HIV dan 11,141 kasus AIDS di seluruh Indonesia. Dengan demikian, upaya memutus mata rantai
penularan HIV di kalangan pengguna napza ini menjadi sangat penting.
Seperti diketahui, tingginya penularan HIV di kalangan pengguna napza suntik
diakibatkan kebiasaan mereka dalam bertukar jarum suntik. Melalui Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM) ini, seorang pecandu yang biasanya menyuntikkan napza jenis opioida atau
yang biasa dikenal dengan putaw, diberikan terapi agar mengubah kebiasaannya itu dengan
meminum cairan metadon di bawah supervisi medis. Sehingga risiko atau kemungkinan tertular
HIV dari jarum suntik menjadi berkurang.
Berkaitan dengan hal ini, Dr Teddy Hidayat, SpKJ, Kepala PTRM RSHS Bandung
mengatakan bahwa terapi metadon ini juga bertujuan untuk mengubah perilaku pengguna napza
secara bertahap. "Ada beberapa indikator kesehatan yang digunakan untuk menilai apakah suatu
perilaku sudah berubah atau belum. Di antaranya melalui penilaian emosional, sosial, dan yang
terpenting itu semua dilihat secara ilmiah. Perubahan perilaku itu bisa berbeda-beda, bisa satu
tahun, dua tahun, atau lebih," ucapnya.

 Kasus II - Positif Penggunaan Napza


Kompas.com - Seorang pelaut Italia bernama Amerigo Vespuci sampai di pantai
Venezuela pada 1499, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sekelompok orang suku
mengunyah daun koka. "Pipi mereka penuh dengan dedaunan hijau yang mereka kunyah seperti
makhluk buas. Mereka sampai kesulitan bicara," catat Vespuci seperti dikutip dari A Brief
History of Cocaine (2006).
Di Venezuela dan daratan Amerika Selatan lainnya, daun koka memang tumbuh subur.
Selama ribuan tahun, suku-suku dan masyarakat peradaban di sana mengunyah daun koka.
Bagaimana tidak? Daun koka bisa membuat orang lupa akan lapar dan haus. Selain itu, daun
koka bikin badan terasa enak. Kerja menjadi ringan tanpa pegal-pegal. Budaya mengunyah daun
koka ini awalnya dipandang buruk oleh orang-orang Spanyol yang pertama menduduki datatan
Amerika Selatan. Tanaman koka dituduh sebagai ciptaan iblis yang akan menghancurkan
masyarakat. Namun setelah tahu khasiatnya, Kerajaan Spanyol mengekspornya dan menerapkan
pajak.
Di dalam daun koka, terkandung alkaloid. Alkaloid adalah substansi organik yang punya
efek memabukkan dan menstimuli. Kandungan alkaloid baru bisa diekstraksi dari daun koka
pada pada 1855. Ahli kimia asal Jerman yang pertama berhasil melakukannya dan menamai
bubuk hasil ekstrasinya sebagai "cocaine" Dunia medis saat itu tertolong dengan kehadiran
kokain. Di Jerman, kokain digunakan sebagai bius lokal. Begitu pula dunia olahraga. Balap jalan
yang populer di Inggris kala itu, terbantu dengan adanya kokain. Para atletnya mengunyah daun
koka sehingga bisa berjalan hingga 24 jam lamanya. Koka masih legal dan dirayakan.

 Kasus I - Negatif Penggunaan Napza


Pada 11 Februari 2020, artis Ayluna Putri atau yang lebih dikenal dengan Lucinta Luna
ditangkap Polres Jakarta Barat di apartemen Thamrin City, Jakarta Pusat. Tidak seorang diri,
polisi juga mengamankan tiga orang lainnya. Salah satu dari yang diamankan adalah pasangan
Lucinta Luna. Sedangkan dua yang lainnya merupakan pasangan suami istri yang bekerja untuk
pelantun "Bobo Dimana" tersebut. Dari penangkapan tersebut, polisi menyita obat penenang
berjenis tramadol dan riklona, yang masuk dalam kategori psikotropika. Tak hanya itu, polisi
juga menemukan 3 pil ekstasi di keranjang sampah tempat Lucinta Luna diamankan. Selain
ekstasi, polisi juga mengamankan obat penenang berjenis tramadol berjumlah 5 butir dan riklona
7 butir yang ada di dalam tas Lucinta Luna. Menurut hasil tes urine, Lucinta Luna positif
menggunakan narkoba. Hasil tes rambut juga menunjukkan positif amfetamin. Kemudian,
terhadap Lucinta Luna ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rutan Pondok Bambu,
Jakarta.

 Kasus II - Negatif Penggunaan Napza


Pada 24 Februari 2020, Polres Jakarta Barat kembali menangkap model majalah dewasa
Vitalia Sesha di Apartemen The Mansion, Kemayoran, Jakarta Utara. Ia ditangkap bersama
kekasihnya yang berinisial AW lantaran tengah melakukan transaksi narkoba. Dari tempat
mereka diamankan, polisi menyita barang bukti berupa ekstasi, sabu, dan pil H5 (happy five).
Polisi langsung membawa Vitalia Sesha ke kantor Polrea Jakarta Barat guna melakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Dari hasil tes urine Vitalia, Vitalia Sesha positif menggunakan
ametafetamin, amfetamin, dan benzodiazepin. Lalu, polisi menetapkan Vitalia Sesha sebagai
tersangka dan dijerat dengan Pasal 114 ayat (1) sub 112 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU No.35
Tahun 2009 tentang Narkotika.

VIII. Referensi
1. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-napza/
2. https://doktersehat.com/napza/
3. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/06%20NAPZA.pdf
4. https://www.academia.edu/33344096/jenis_jenis_napza
5. https://www.slideshare.net/agus-popi/data-narkoba-5-tahun-terakhir
6. https://www.kompas.com/hype/read/2020/03/18/104113366/dalam-sebulan-4-publik-
figur-diamankan-terkait-kasus-dugaan-narkoba?page=all
7. https://news.okezone.com/read/2008/03/26/230/94953/program-terapi-rumatan-metadon-
di-indonesia
8. https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/07/064500765/tanaman-obat-yang-jadi-
mudarat-3-coca-kokain-dan-coca-cola?page=all

Anda mungkin juga menyukai