DISUSUN OLEH :
Kelompok 5 :
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa
yang memiliki efek penurunan kesadaran, halusinasi, daya rangsang yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah
senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan
akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Pada tahun (2015) terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna narkoba di
Indonesia dari yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD. Di dunia terdapat 354
jenis narkoba.
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana
tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika
adalah: Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.Garam-garam dan
turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-
sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, tetapi
setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika
golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini
apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV
sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
3. Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin,
Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD
(Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
4. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat
mengganggu sistem saraf pusat, seperti: Alkohol yang mengandung ethyl etanol,
inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek
yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik
jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.
Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua,
organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir.
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan , tetapi masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan
anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.
Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada
anak-anak adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik
anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan Narkoba.
1. Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-
halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila
dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain & LSD.
2. Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih
bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara
waktu.
3. Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem saraf pusat dan mengurangi
aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur dan tidak
sadarkan diri. Contohnya putau.
4. Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah
mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam
narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung
narkoba memutuskan saraf-saraf dalam otak. Contohnya: ganja, heroin, dan putau.
Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam
tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan
akhirnya mengakibatkan kematian.
Opium atau candu merupakan jenis narkoba yang telah digunakan oleh bangsa Sumeria
di Asia Barat dan Eropa Selatan sejak 4.000 tahun sebelum Masehi. Penggunaan opium
meluas ke bangsa Mesir dan bangsa Asyur pada abad ke 15 sebelum Masehi. Penggunaan
opium kemudian meluas hingga ke Yunani dan Romawi kuno yang dicatat dalam sejarah
oleh Herodotos, Hipokkrates, Vergil dan Homeros. Tumbuhan penghasil opium yaitu
Papaver banyak ditanam di Asia Kecil. Tumbuhan ini menyebar melalui perdagangan di Asia
Barat yang dilakukan oleh Bangsa Arab. Opium menyebar ke seluruh dunia melalui kawasan
Asia yaitu India, China, Birma, Yunan, dan Indonesia. Saat masa kolonial, para pedagang
dari Portugis, Inggris dan Belanda memonopoli perdagangan opium di Asia dan
memperdagangkannya ke seluruh dunia.
Penggunaan opium dilakukan untuk mencapai kepuasan dan kesenangan. Opium
memiliki kemampuan untuk menghilangkan beban pikiran dan memberi kenikmatan bagi
pemakainya. Selain itu, opium memberikan rasa kuat, mengurangi rasa saki, meringankan
tubuh dan memberikan rasa gembira. Opium juga digunakan untuk memberikan fantasi dan
sensasi seksual yang melebihi kenyataan yang sesungguhnya.
Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid. Heroin adalah derivatif 3.6-
diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya
melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin
hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.
Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
tetapi lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC,
tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang
yang berkepanjangan tanpa sebab).
Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini
biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium
juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan
negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah
dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan
dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.
1. Perasaan berduka
Penyebab penyalahgunaan narkoba bisa dipicu oleh perasaan duka yang mendalam.
Untuk sebagian orang perasaan ini tidak bisa ditangani dengan mudah.
Perasaan berduka yang sangat panjang bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik
dan mental. Perasaan ini menjadi salah satu penyebab narkoba karena menjadi salah satu cara
menemukan rasa kelegaan.
2. Lingkungan keluarga
Sikap dan keyakinan keluarga dapat memengaruhi seseorang ketika ia mencoba untuk
berhenti dari penggunaan narkoba. Saat orang tua memiliki pemikiran bahwa penggunaan
narkoba merupakan kegagalan moral, maka anak akan lebih mudah untuk keluar dari
kebiasaan buruk ini. Ketika keluarga memiliki pendidikan dan informasi yang baik mengenai
kecanduan narkoba, maka keluarga dapat memainkan peran untuk membantu mengatasi
masalah ini.
3. Tekanan lingkungan sosial
Pastikan untuk memilih lingkungan pertemanan yang memiliki banyak nilai positif.
Sebaiknya hindari lingkungan sosial yang sangat dekat dengan penyalahgunaan narkoba.
Melansir laman National Institute on Drug Abuse dengan judul Why is there comorbidity
between substance use disorders and mental illnesses, seseorang yang mengidap gangguan
kesehatan mental berisiko melakukan penyalahgunaan narkoba. Seseorang yang mengidap
gangguan kesehatan mental dari golongan ringan, sedang, dan berat menggunakan narkoba
sebagai salah satu jalan pengobatan mandiri untuk mengatasi gangguan yang dialami. Namun
perlu diketahui, menggunakan obat terlarang sebagai pengobatan mandiri berisiko
meningkatkan gejala yang memburuk. Bahkan, memperburuk kesehatan untuk penggunaan
jangka panjang.
Apa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba pada remaja? Menurut studi dalam jurnal
Addiction and Health dengan judul The Role of Self-esteem in Tendency towards Drugs,
Theft and Prostitution, kurangnya rasa percaya diri bisa menjadi salah satu penyebab
kecanduan narkoba.
Semakin tinggi rasa percaya diri seseorang, maka semakin risiko penyalahgunaan
narkoba pun akan semakin rendah. Biasanya, seseorang yang memiliki percaya diri rendah
akan menggunakan narkoba, sehingga mereka akan merasa lebih percaya diri dan merasa
diterima dengan baik oleh lingkungan.
Banyak pemberitaan mengenai narkoba bisa memicu rasa penasaran seseorang terhadap
efek penggunaan obat terlarang ini. Selain itu, banyak juga yang menggunakan narkoba untuk
meningkatkan hormon dopamin yang bisa membuat perasaan bahagia.
Namun, pecandu narkoba tidak menyadari berbagai efek negatif yang bisa terjadi.
Bahkan, penyalahgunaan narkoba bisa menyebabkan mereka berurusan dengan pihak
berwajib.
Dampak dan Bahaya Narkoba pada Kesehatan
Penggunaan narkoba sangat berbahaya untuk kesehatan. Apa dampak dari penggunaan
narkoba? Berikut ini beberapa dampak dan bahaya narkoba yang perlu diwaspadai:
Apa bahayanya narkoba bagi kesehatan jantung? Salah satu kondisi yang bisa terjadi
akibat penyalahgunaan narkoba adalah kerusakan pada jantung.
Menurut studi dalam jurnal Heart berjudul Young at Heart, Drugs of Abuse Cause Early
Onset Cardiovascular Disease in The Young, penggunaan narkoba dapat mempercepat
penuaan pembuluh darah dan berkontribusi dalam memicu gangguan jantung sejak dini.
Kokain dan amfetamin dapat memicu dampak buruk pada arteri dan pembuluh darah.
Contohnya, seperti meningkatkan risiko tekanan darah, vasospasme akut, dan penyakit
kardiovaskular aterosklerotik. Selain itu, metamfetamin juga berisiko menyebabkan aritmia
dan gangguan jantung.
2. Gangguan kesuburan
Penggunaan ganja dapat memicu gangguan kesuburan, baik pada pria maupun wanita.
Hal tersebut terdapat dalam jurnal Reproductive Biology and Endocrinology dengan
judul Smoke, Alcohol and Drug Addiction and Male Fertility.
Pada pria, penggunaan narkoba dapat menyebabkan gangguan proses pembentukan sel
sperma hingga kualitas sperma. Salah satunya pengonsumsian ganja. Penggunaan ganja pada
pria dapat menyebabkan dampak negatif pada sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad dan fungsi
sperma.
3. Kematian
Bahaya kematian dapat mengintai jika penggunanya terus menggunakan narkoba dalam
dosis yang berlebihan. Sebuah penelitian dalam Journal of Forensic Science dengan
judul Causes of Death in Hospitalized Intravenous Drug Abusers, melakukan penelitian
untuk memastikan bahaya narkoba. Para peneliti mengkaji penyebab kematian 274 pasien
dengan bukti penyalahgunaan obat-obatan terlarang melalui otopsi pada rumah sakit.
Hasilnya, 127 pasien meninggal karena penyakit yang tidak berhubungan dengan narkoba. 41
persen alkoholisme kronis dan 11 persen akibat penyalahgunaan narkoba. Peneliti
menemukan bahwa kematian pada orang yang melakukan penyalahgunaan narkoba terjadi
akibat overdosis. Namun, ada beberapa kondisi lainnya yang memicu kematian, seperti AIDS
dan penggunaan alkohol berlebihan.
Ingat, tubuh tidak akan mampu menoleransi dosis tinggi narkoba, sehingga
terjadilah overdosis. Beberapa gejala overdosis obat terlarang ini seperti kejang-kejang, mulut
berbusa, dan bola mata mengarah ke atas.
Apa efek samping dari narkoba? Obat-obatan terlarang ini dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Kondisi ini merupakan efek penyalahgunaan narkoba yang sangat
terlihat. Bahkan efek tersebut bisa mengakibatkan hilang ingatan. Efek obat terlarang ini
bersifat sedatif, yang artinya dapat menimbulkan gejala seperti kebingungan, hilang ingatan,
perubahan perilaku, penurunan kesadaran dan gangguan koordinasi tubuh.
Dampak lain bagi kesehatan selanjutnya yaitu dehidrasi yang terjadi akibat
ketidakseimbangan elektrolit. Hal tersebut dapat menyebabkan penggunanya mengalami
serangan panik, sakit pada dada, halusinasi, bahkan kejang. Jika tanpa penanganan, efek
tersebut dapat berujung pada kerusakan pada otak.
Bahaya narkoba yang satu ini bisa muncul saat seseorang menggunakannya dalam
jangka panjang. Penggunaan dalam dosis tinggi juga memicu bahaya kerusakan otak
permanen. Efek ini terjadi karena narkoba memaksa otak untuk bekerja lebih cepat dan
menekan saraf pusat untuk menimbulkan efek ketenangan. Perubahan sel otak tersebut
mengganggu komunikasi antar sel saraf. Hal tersebut mengakibatkan otak mengalami
kerusakan secara permanen. Hal yang dikhawatirkan, efek kecanduan obat terlarang ini bisa
berlangsung seumur hidup.
Bahaya yang akan disesali dari penggunaan narkoba yaitu terganggunya kualitas hidup.
Sebab, kecanduannya akan terus membuat penggunanya untuk menambahkan dosis.
Penyalahgunaan zat ini dapat memicu peningkatan risiko serangan panik. Contohnya,
penggunaan ekstasi bisa menyebabkan kondisi ini. Sebab, kandungan dalam ekstasi mengikat
transporter serotonin pada otak dan memiliki sifat stimulan serta halusinogen. Dalam waktu
sekitar satu jam setelah ekstasi masuk ke dalam aliran darah, risiko ini bisa terjadi. Bahkan,
penyalahgunaan obat terlarang ini bisa menyebabkan efek samping lainnya, seperti gangguan
jantung hingga kejang.
Solusi Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia
1. Pendidikan
2. Membangun Resiliensi
Membantu anak-anak dan remaja membangun resiliensi adalah langkah penting dalam
mencegah penyalahgunaan narkoba. Resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi tekanan,
stres, dan tantangan tanpa merasa perlu mengandalkan narkoba. Kegiatan seperti
pengembangan keterampilan sosial, olahraga, seni, dan keterlibatan dalam kegiatan positif
lainnya dapat membantu individu membangun resiliensi yang kuat.
Orang tua memiliki peran kunci dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. Membuka
komunikasi dengan anak-anak mereka tentang narkoba dan memberikan dukungan emosional
adalah penting. Orang tua juga harus berperan sebagai model peran yang baik dengan tidak
menggunakan narkoba atau alkohol dengan berlebihan. Memantau aktivitas anak-anak
mereka, terutama di dunia digital, juga penting.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam sebuah masyarakat, hal ini membuat keluarga
memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat. Keluarga sesungguhnya memiliki
banyak fungsi dalam menciptakan generasi muda penerus yang handal, hal ini yang masih
belum disadari oleh orang tua ataupun keluarga itu sendiri. Menurut Badan Kordinasi
keluarga BerencanaNasional (BKKBN), 8 fungsi keluarga adalah berikut ini :
a. Fungsi Agama: Fungsi agama keluarga adalah membimbing dan mengajarkan kepada
anggota keluarga kehidupan beragama. Misalnya mengajarkan mengaji dan membaca
kitab suci, keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, dan patuh dan taat dalam menjalankan
perintah Allah.
b. Fungsi Sosial Budaya : Keluarga berfungsi sosial budaya memiliki makna bahwa
perkembangan anak keluarga atau anggota keluarga mempunyai peranan penting dalam
menanamkan pola tingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai yang baik dalam diri anak tersebut, menanamkan nilai dan
norma sesuai dengan tingkah laku dan usia, dan mewariskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang : Dalam keluarga memberikan rasa cinta dan kasih
sayang, rasa aman, serta memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
d. Fungsi Perlindungan : Tujuannya adalah melindungi anggota keluarga dari tindakan-
tindakan yang tidak baik. Keluarga memunculkan suasana aman, nyaman, adil, dan
terlindungi. Keluarga tempat mengadu semua masalah yang anggota keluarga tersebut
lakukan.
e. Fungsi Reproduksi : Fungsi reproduksi ini memiliki makna bahwa keluarga adalah
sarana manusia guna menyalurkan hasrat seksual kepada manusia yang lain yang
memiliki perbedaan jenis kelamin secara legal di mata hukum dan sah secara agama,
sehingga manusia tersebut dapat melangsungkan hidupnya karena dengan fungsi biologi
ia akan memiliki keturunan berupa anak. Selain itu, fungsi reproduksi bertujuan
meneruskan keturunan, anak tersebut akan dirawat dan dibesarkan.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan : Fungsi keluarga sebagai sosialisasi dan pendidikan
mengajarkan anggota keluarga dari mulai lahir hingga menjadi dewasa yang berpribadi
baik. Keluarga memiliki tugas mengajarkan setiap anggotanya dari waktu-kewaktu guna
menjadi pribadi yang baik sebelum mereka terjun ke dalam kehidupan masyarakat yang
sebenarnya.
g. Fungsi Ekonomi : Fungsi ekonomi keluarga dijadikan sebagai tempat yang baik dalam
memnuhi kebutuhan hidup anggota keluarga didalamnya, serta membagi tugas dan
peranan setiap keluarga, misalnya ayah bertugas mencari nafkah, sedangkan ibu
mengurus pekerjaaan rumah tangga.
h. Fungsi Lingkungan : Semua bentuk tingkah laku anggota keluarga berawal dari keluarga.
Cara yang dapat ditempuh melalui fungsi ini adalah menjaga kelesatarian lingkungan
sekitar, menciptakan lingkungan yang aman, bersih, sehat dan damai.
4. Mengawasi Anak Akses Anak
Mengontrol akses anak-anak dan remaja terhadap narkoba adalah tindakan penting dalam
pencegahan. Obat-obatan resep harus disimpan dengan aman dan dijaga dari jangkauan anak-
anak. Selain itu, pendekatan pencegahan juga harus melibatkan upaya mengurangi
ketersediaan narkoba ilegal di masyarakat. Ini termasuk pemberantasan perdagangan narkoba
dan penegakan hukum yang ketat.
Menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung adalah langkah penting dalam
mencegah penyalahgunaan narkoba. Lingkungan yang aman, sehat, dan berdaya mendorong
individu untuk membuat pilihan yang baik. Inisiatif komunitas seperti taman bermain, klub
olahraga, dan pusat seni dapat memberikan alternatif yang positif bagi anak-anak dan remaja.