Narkotika berasal dari bahasa Inggris “narcotics” yang artinya obat bius.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
undang No.35 tahun 2009). Cara kerja narkotika mempengaruhi susunan saraf yang
dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti
sekalipun. (Okky, 2020)
Narkoba adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun
semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya
rangsang. Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
narkotika merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang
memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa jenis narkoba yang bisa
didapatkan secara alami namun ada juga yang dibuat melalui proses kimia. Jika
berdasarkan pada bahan pembuatnya, jenis-jenis narkotika tersebut di antaranya
adalah:
a. Narkotika Jenis Sintetis
Jenis yang satu ini didapatkan dari proses pengolahan yang rumit. Golongan
ini sering dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan dan juga penelitian.
Contoh dari narkotika yang bersifat sintetis seperti Amfetamin, Metadon,
Deksamfetamin, dan sebagainya.
b. Narkotika Jenis Semi Sintetis
Pengolahan menggunakan bahan utama berupa narkotika alami yang
kemudian diisolasi dengan cara diekstraksi atau memakai proses lainnya.
Contohnya adalah Morfin, Heroin, Kodein, dan lain-lain.
c. Narkotika Jenis Alami
Ganja dan Koka menjadi contoh dari Narkotika yang bersifat alami dan
langsung bisa digunakan melalui proses sederhana. Karena kandungannya
yang masih kuat, zat tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat.
Bahaya narkoba ini sangat tinggi dan bisa menyebabkan dampak buruk bagi
kesehatan jika disalahgunakan. Salah satu akibat fatalnya adalah kematian.
(BNN, 2019)
Dari istilah Narkoba dan Napza, dalam dunia rehabilitasi keduanya disebut sebagai
zat psikoaktif. Hal ini dikarenakan zat psikoaktif menyebabkan perubahan pada
struktur dan cara kerja otak.
Berikut beberapa tips menghindari narkoba yang dilansir dari website resmi BNN
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Jangan pernah untuk mencoba-coba menggunakan narkotika, kecuali atas
dasar pertimbangan medis atau dokter.
2. Mengetahui akan berbagai macam dampak buruk narkoba.
3. Memilih pergaulan yang baik dan jauhi pergaulan yang bisa mengantarkan
kita pada penyalahgunaan narkotika.
4. Memiliki kegiatan-kegiatan yang positif, berolahraga atau pun mengikuti
kegiatan kegiatan organisasi yang memberikan pengaruh positif baik kepada
kita.
5. Selalu ingatkan bahwawasannya ancaman hukuman untuk penyalah guna
Narkoba, apalagi bagi pengedar Narkoba adalah Lembaga Pemasyarakatan.
6. Gunakan waktu dan tempat yang aman, jangan keluyuran malam-malam.
Bersantailah dengan keluarga, berkaraoke bersama keluarga, piknik, makan
bersama, masak bersama, beres-beres bersama nonton bersama keluarga.
7. Bila mempunyai masalah maka cari jalan keluar yang baik dan jangan jadikan
narkoba sebagai jalan pelarian.
Adapun bentuk kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah terbagi dalam
bentuk : informasi, Hukum atau regulasi dan keputusan yang mengikat, serta Produk
riset, melalui riset pemerintah dapat melakukan kebijakan lanjutan yang relevan
terhadap isu dan pemecahannya.
Selain perlu memahami hal tersebut untuk memperkirakan respons yang akan muncul
terhadap isi pesan yang disampaikan, perlu pula dipahami bahwa inti dari upaya
advokasi juga ditujukan untuk membuat agar nilai (value) dari ketiga kelompok
sasaran ini menjadi compatible (terjadi kesesuaian kepentingan nilai)satu sama lain,
sehingga pada tahap yang lebih operasional resources dan practice yang ada pada
ketiga kelompok itu disinergikan.
Selain membedakan sasaran advokasi atas 3 kelompok di atas, ada pula yang
membaginya atas 4 kelompok di mana yang ke em pat adalah: Musuh, yaitu orang
atau pihak yang secara langsung diperkirakan akan terlanggar nilai kepentingannya
dan karena itu akan menentang habis-habisan upaya advokasi yang akan dilakukan.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang kepada
pihak lain untuk mendapatkan tanggapan. Informasi sebagai fakta dan data untuk
diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Dalam kaitannya dengan program
pencegahan penyalahgunaan narkoba
Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digunakan dalam dunia kedokteran, namun
dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit
yang menggunakan narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba
dengan alas an untuk kesenangan batin, namun sayangnya tidak banyak yang
mengetahuai bahaya narkoba. Oleh karena itu sosialisasi dan penyuluhan narkoba ini
bertujuan untuk memberikan informasi betapa bahayanya Narkoba. Untuk
melaksanakan kegiatan sosialisasi bisa dilakukan pendekatan seperti: memberikan
penyuluhan, pemutaran film, penyebaran stiker atau pamflet tentang jenis-jenis
narkoba dan sanksi hukum, serta sosialisasi Undang-undang Narkotika dan
Psikotropika.
Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”. Menurut UU
No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan psikotropika yang
termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang dikategorikan illegal. Akibat
dari status illegalnya tersebut siapapun yang memiliki, memproduksi, menggunakan,
mendistribusikan atau mengedarkan narkotika dan psikotropika Golongan I dapat
dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Faktor yang
menyebabkan seseorang ingin mengkonsumsi narkoba adalah perpecahan unit
keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindah-pindah, orang tua yang tidak
ada/jarang di rumah dan sebagainya, pengaruh media massa misalnya iklan mengenai
obat-obatan dan zat, perubahan teknologi yang cepat, kaburnya nilai-nilai dan sistem
agama serta mencairnya standar moral, meningkatnya waktu menganggur.
Status hukum narkoba ataupun NAPZA dalam konteks hukum Islam, memang
tidak disebutkan secara langsung dalam ayat suci Al-quran maupun hadis, karena
masalah narkotika, psikotrapika, dan zat adiktif lainya tidak terdapat di sekitar
pergaulan Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Adapun zat-zat sejenis yang
sangat populer pada waktu itu adalah sejenis minuman keras yang disebut dengan
khamr. Dalam tradisi Jahiliyyah Arab dan awal permulaan Islam, tradisi mencekik
botol minuman keras (khamr) sudah sangat kental dan mendarah daging yang
tidak dapat dipisahkan dan tengah-tengah kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Oleh karena itu jika memang belum ditemukan status hukum NAPZA dalam
syariat Islam, baik dalam Al-quran maupun Hadis, maka para ulama (mujtahid)
biasanya menyelesaikan dengan jalan ijtihad mereka melalui metodologi hukum
Islam melalui pendekatan qiyas (analogi hukum) sebagai solusi istinbath hukum
yang belum jelas hukumnya dalam syariat Islam.
Pada permulaan Islam, khamr belum ditentukan hukumnya secara tegas, akan
tetapi karena mengandung lebih banyak mudharat (bahaya) daripada manfaatnya
maka dengan cara yang sangat bijaksana (hikmah), Allah Swtsebagai pembuat
hukum (syari) secaara gradual (bertahap) menetapkan status hukum khamr, dalam
beberapa firmanNya. Firman Allah Swt. dalam surat al-Baqarah ayat 219 :
Sementara itu, imam Ibnu Hajar al-Asqalani, menegaskan bahwa orang yang
mengatakan ganja atau jenis narkotika lainnya itu tidak memabukkan tetapi hanya
memusingkan kepala adalah orang yang berdosa besar. Sebab ganja dan narkotika
dapat mengakibatkan seperti yang diakibatkan oleh khamr yaitu kekacauan dan
ketagihan. Bahkan, menurut Ibnu Taymiyah ekses dari ganja dan narkotika itu
lebih berbahaya dan merusak bagi pemakainya dibandingkan dengan khamr itu
sendiri. Oleh karena itu, lanjutnya, narkotika dan jenisnya jauh lebih pantas untuk
diharamkan. Ahmad al-Syarbasi berpendapat bahwa: Tanpa di-qiyas-kan kepada
khamr pun, ganja dan narkotika dapat dikatagorikan sehagai khamr, karena
menurutnya, secara etimologi dan pengertian syari khamr adalah segala sesuatu
yang dapat menutupi akal pikiran. Pendapat ini disandarkan kepada Hadis Nabi
Saw yang diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hambali dalam kitabnya,
Diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hanbal Ra. di dalam kitab musnadnya bahwa
Nabi Saw. telah melarang sesuatu yang memabukkan dan membiuskan (HR.
Imam Ahmad).
Dalam hal ini Yusuf Qaradhawi mengungkapkan beberapa alasan yang
berkenaan dengan pendapatnya mengharamkan narkotika, yaitu:
Narkoba atau NAPZA termasuk kategori khamr dalam batasan yang
dikemukakan oleh Ibnu Umar bin Khattab Ra.
Seandainya NAPZA tidak tergolong khamr yang memabukkan, maka Ia
tetap haram dari segi melemahkan (membiuskan). Imam Abu Daud pernah
meriwayatkan dari Ummu Salamah “Dari Ummu Salamah bahwasanya
Nabi Saw. telah melarang dari segala yang memabukan dan yang
membiuskan (HR. Abu Daud)”.
Bahwa benda tersebut apabila tidak termasuk kategori benda mamabukkan
(sesuatu yang kotor) dan membahayakan. Sebagaimana Firman Allah Swt
“dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk. (Qs. a1-Araf: 157) dan “Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan. (Qs. al-Baqarah: 195)”.
Dari uraian di atas, yakni beberapa pendapat para ulama dan alasan yang
dikemukakan tentang NAPZA, maka ia dapat dikategorikan sebagai khamr,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa khamr pada dasarnya adalah sebutan
bagi tiap-tiap yang memabukkan. Mabuk dalam artian hilangnya kesadaran akal
sebagai akibat dari minuman keras atau yang serupa dengannya.
Apabila diamati dan segi karakteristiknya, benda-benda tersebut (NAPZA) itu
tidak berbeda dengan karakteristik khamr. Dan barangkali, inilah salah satu
contoh dan isyarat Hadis Nabi Saw :