Anda di halaman 1dari 14

Sasaran belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Narkoba


1.1. Definisi

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang


telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun dipedesaan, termasuk bagi
aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga mengenal istilah madat
sebagai sebutan untuk candu atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal dari
getah kuncup bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand,
Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan. 

Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen


Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat
adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang
umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu
kecanduan (adiksi). 

Narkotika berasal dari bahasa Inggris “narcotics” yang artinya obat bius.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
undang No.35 tahun 2009). Cara kerja narkotika mempengaruhi susunan saraf yang
dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti
sekalipun. (Okky, 2020)

Narkoba adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun
semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya
rangsang. Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
narkotika merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang
memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.

Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kecanduan jika pemakaiannya


berlebihan. Pemanfaatan dari zat-zat itu adalah sebagai obat penghilang nyeri serta
memberikan ketenangan. Penyalahgunaannya bisa terkena sanksi hukum (BNN,
2019).

1.2. Jenis-jenis dan efek samping Narkoba

Narkotika dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Buku Pedoman Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja) :
1. OPIAT atau Opium (candu)
Opiat atau opium yaitu narkotika yang didapat dari tanaman papaver samnivarium
(biji, buah, bunga, jerami). Opium mentah terdapat dari getah Opium yang sudah
dimasak berupa candu, jicing, jicingko. Opium yang digunakan sebagai obat
dikenal dengan nama morfin yang dibuat dari opium mentah ebagai alkaloid
utama menurut cara yang telah ditentukan. Jenis opoida yang paling sering
disalahgunakan di dunia adalah heroin. Di Indonesia, heroin disebut juga putaw
yang penggunaannya dapat lewat suntikan atau dihisap. 
2. GANJA atau kanabis
Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini
terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara
penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan
menggunakan pipa rokok. Pada awalnya tanaman ini di Amerika Latin dipakai
untuk makan ternak atau digunakan untuk bumbu masak. Sekarang sudah tersebar
di seluruh dunia, dan propinsi Aceh terkenal sebagai daerah penghasil ganja di
Indonesia. Peredaran ganja yang sudah banya beredar adalah dalam bentuk rokok
daun ganja kering. 
3. KOKAIN
Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa
(free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah
larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama
jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. 

Menurut UU tentang Narkotika, jenisnya dibagi menjadi menjadi 3 golongan


berdasarkan pada risiko ketergantungan.
A. Narkotika Golongan 1
Yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan
potensi ketergantungan yang sangat kuat. Narkotika golongan 1 seperti ganja,
opium, dan tanaman koka sangat berbahaya jika dikonsumsi karena beresiko
tinggi menimbulkan efek kecanduan.
B. Narkotika Golongan 2
Yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan. Sementara narkotika golongan 2 bisa dimanfaatkan untuk
pengobatan asalkan sesuai dengan resep dokter. Jenis dari golongan ini kurang
lebih ada 85 jenis, beberapa diantaranya seperti Morfin, Alfaprodina, dan lain-
lain. Golongan 2 juga berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan.
C. Narkotika Golongan 3
Yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari kelompok
hipnotik sedatif. Narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang
cukup ringan dan banyak dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa jenis narkoba yang bisa
didapatkan secara alami namun ada juga yang dibuat melalui proses kimia. Jika
berdasarkan pada bahan pembuatnya, jenis-jenis narkotika tersebut di antaranya
adalah:
a. Narkotika Jenis Sintetis
Jenis yang satu ini didapatkan dari proses pengolahan yang rumit. Golongan
ini sering dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan dan juga penelitian.
Contoh dari narkotika yang bersifat sintetis seperti Amfetamin, Metadon,
Deksamfetamin, dan sebagainya.
b. Narkotika Jenis Semi Sintetis
Pengolahan menggunakan bahan utama berupa narkotika alami yang
kemudian diisolasi dengan cara diekstraksi atau memakai proses lainnya.
Contohnya adalah Morfin, Heroin, Kodein, dan lain-lain.
c. Narkotika Jenis Alami
Ganja dan Koka menjadi contoh dari Narkotika yang bersifat alami dan
langsung bisa digunakan melalui proses sederhana. Karena kandungannya
yang masih kuat, zat tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat.
Bahaya narkoba ini sangat tinggi dan bisa menyebabkan dampak buruk bagi
kesehatan jika disalahgunakan. Salah satu akibat fatalnya adalah kematian.
(BNN, 2019)

Dari istilah Narkoba dan Napza, dalam dunia rehabilitasi keduanya disebut sebagai
zat psikoaktif. Hal ini dikarenakan zat psikoaktif menyebabkan perubahan pada
struktur dan cara kerja otak.

Adapun penggolongan napza sendiri dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu:


1. Stimulan yaitu zat yang mempunyai efek meningkatkan atau memicu kerja susunan
saraf pusat. dampak dari obat golongan ini adalah membuat syaraf pusat menjadi
sangat aktif, sehingga sangat efektif menimbulkan rangsangan. Kebiasaan
menggunakan obat terus menerus akan menimbulkan ketergantungan. Akibatnya akan
menimbulkan efek kekurangan gizi, penyakit syaraf, mudah panik, mudah terkena
infeksi, merusak sel otak, dan menyebabkan gila. 
2. Depresan yaitu zat yang mempunyai efek menurunkan atau berefek merelaksasi kerja
susunan saraf pusat. golongan ini bekerja sangat mempengaruhi aktivitas otak dan
urat syaraf sentral, dengan dampak membuat pusat syaraf menjadi pasif. Secara
medis, obat-obatan itu dapat berguna untuk membantu mengurangi rasa cemas dan
gelisah, meredakan ketegangan jiwa, pengobatan darah tinggi dan eplilepsi, dan
merangsang untuk tidur. dampak yang ditimbulkan dari golongan ini adalah dapat
menimbulkan halusinasi atau daya khayal yang kuat yaitu salah persepsi tentang
lingkungan dan dirinya, baik pendengaran, penglihatan maupun perasaan. 
3. Halusinogen yaitu zat yang mempunyai efek penggunanya dapat berhalusinasi dan
meningkatkan kepekaan saraf-sarafnya. 
4. Opioid yaitu zat yang mempunyai efek menghilangkan rasa sakit dan menyebabkan
penggunanya merasakan sensasi alam bawah sadarnya
5. Lainnya yaitu zat yang mempunyai efek 2 atau lebih misalnya ganja mempunyai efek
stimulan sekaligus depresan sesuai dosis penggunanya. (Okky, 2020)

1.3. Ciri-ciri pengguna Narkoba


Ciri pengguna narkoba menurut BNN :
1. Jika diajak bicara jarang mau kontak mata
2. Bicara pelo/cadel
3. Jika keluar rumah sembunyi-sembunyi
4. Keras kepala/susah dinasehati
5. Sering menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang dia buat
6. Tidak konsisten dalam berbicara (mencla-mencle)
7. Sering mengemukan alasan yang dibuat-buat
8. Sering berbohong
9. Sering mengancam, menantang atau sesuatu hal yang dapat menimbulkan kontak
fisik atau perkelahian untuk mencapai keinginannya
10. Berbicara kasar kepada orangtua atau anggota keluarganya
11. Semakin jarang mengikuti kegiatan keluarga
12. Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya
13. Teman sebayanya makin lama tampak mempunyai pengaruh negatif
14. Mulai melalaikan tanggung jawabnya
15. Lebih sering dihukum atau dimarahi
16. Bila dimarahi, makin menjadi-jadi dengan menunjukan sifat membangkang
17. Tidak mau memedulikan peraturan di lingkungan keluarga
18. Sering pulang lewat larut malam
19. Sering pergi ke diskotek, mal atau pesta
20. Menghabiskan uang tabungannya atau selalu kehabisan uang
21. Barang-barang berharga miliknya atau milik keluarga yang dipinjam hilang dan
sering tidak dilaporkan
22. Sering merongrong keluarga untuk meminta uang dengan berbagai alasan
23. Selalu meminta kebebasan yang lebih
24. Waktunya di rumah banyak dihabiskan di kamar sendiri atau kamar mandi
25. Jarang mau makan atau berkumpul bersama keluarga
26. Sikapnya manipulatif
27. Emosi tidak stabil atau naik turun
28. Berani berbuat kekerasan atau kriminal
29. Ada obat-obatan, kertas timah, bong (botol yang ada penghisapnya) maupun
barang-barang aneh lainnya (aluminium foil, jarum suntik, gulungan uang/kertas,
dll), bau-bauan yang tidak biasa (di kamar tidur atau kamar mandi)
30. Sering makan permen karet atau permen mentol untuk menghilangkan bau mulut
31. Sering memakai kacamata gelap dan atau topi untuk menutupi mata telernya
32. Sering membawa obat tetes mata
33. Omongannya basa-basi dan menghindari pembicaraan yang panjang
34. Mudah berjanji, mudah pula mengingkari dengan berbagai alasan
35. Teman-teman lamanya mulai menghindar
36. Pupusnya norma atau nilai yang dulu dimiliki
37. Siklus kehidupan menjadi terbalik (siang tidur, malam melek/keluyuran)
38. Mempunyai banyak utang serta mengandalkan barang-barang atau menjual
barang-barang
39. Bersikap aneh atau kontradiktif (kadang banyak bicara, kadang pendiam sensitif)
40. Paraniod (ketakutan, berbicara sendiri, merasa selalu ada yang mengejar
41. Tidak mau diajak berpergian bersama yang lama (keluar kota, menginap)
42. Sering tidak pulang berhari-hari
43. Sering keluar rumah sebentar kemudian kembali ke rumah
44. Tidak memperbaiki kebersihan/kerapihan diri sendiri (kamar berantakan, tidak
mandi)
45. Menunjukan gejala-gejala ketagihan (demam, pegal-pegal, menguap, tidak bisa
tidur berhari-hari, emosi labil)
46. Sering meminta obat penghilang rasa sakit dengan alasan demam, pegal, lisu, atau
obat tidur dengan alasan tidak bisa tidur
47. Mudah tersinggung
48. Berubah gaya pakaian dan musik yang disukai
49. Meninggalkan hobi-hobi yang terdahulu
50. Motivasi sekolah menurun (malas berangkat sekolah, mengerjakan PR, atau tugas
sekolah)
51. Di sekolah sering keluar kelas dan tidak kembali lagi
52. Sering memakai jaket (untuk menutupi bekas suntikan, kedinginan, dll)
53. Sering menunggak uang sekolah atau biaya-biaya lainnya

1.4. Dampak global penyalahgunaan narkoba

I. Dampak Kesehatan dan Ekonomi


a) Biaya pencegahan dan pengobatan: Dengan adanya masalah penyalahgunaan
Narkoba pemerintah dan masyarakat mengalokasikan dana pencegahan
melalui pembiayaan pendidikan dan intervensi termasuk pengobatan dan
rehabilitasi. Setiap $1 dana yang dialokasikan untuk program pencegahan, bisa
menghemat sebesar $10 dana pemerintah untuk pengobatan penyalahgunaan
NAPZA. Total dana setiap tahun $35 billion yang dikeluarkan pemerintah
untuk pengobatan.
b) Kunjungan ke rumah sakit sehubungan dengan penyalahgunaan narkoba
sangat merugikan masyarakat yang diakibatkan overdosis, efek samping
NAPZA, penyakit yang berhubungan dengan penggunaan jarum suntik:
hepatitis B, C dan HIV. Selain itu, rumah sakit sering kali perlu merawat
korban kejahatan dan kecelakaan terkait narkoba.
c) Morbidity dan mortality, diperkirakan kematian terkait narkoba menyumbang
antara 0,5 dan 1,3 persen dari semua penyebab kematian untuk orang berusia
15-64 tahun. Diperkirakan ada 211.000 kematian terkait narkoba setiap tahun,
dengan orang yang lebih muda menghadapi risiko yang sangat tinggi.

II. Dampak terhadap Keselamatan Publik


Di luar biaya kesehatan, orang-orang di bawah pengaruh obat-obatan
menimbulkan risiko keamanan dan biaya besar bagi orang-orang di sekitar
mereka dan lingkungan. Misalnya, kecelakaan mengemudi akibat narkoba
telah muncul sebagai ancaman global utama dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, kesadaran yang lebih besar akan dampak terhadap lingkungan
budidaya, produksi dan pembuatan obat-obatan terlarang telah muncul.

III. Dampak terhadap kriminalitas


Dalam sebuah study 55% terdakwa mengaku melakukan kejahatan dibawah
pengaruh Narkoba. Kriminalitas ini juga dihubungkan dengan peningkatan
kebutuhan ekonomi untuk mendukung pola konsumsi dan ketergantungan
akan NAPZA.

IV. Dampak terhadap produktivitas


Dampak penyalahgunaan narkoba lebih lanjut yang sering disebutkan adalah
hilangnya produktivitas yang dapat terjadi ketika pengguna narkoba berada di
bawah pengaruh narkoba atau mengalami konsekuensi dari penggunaan
narkoba mereka (misalnya, saat dalam perawatan, penahanan atau rumah
sakit). Studi telah menempatkan biaya produktivitas yang hilang ditanggung
oleh pengusaha di puluhan miliar dolar.

V. Dampak terhadap Pemerintahan


Pengedar narkoba di negara-negara di seluruh dunia korup pejabat di semua
tingkat penegakan hukum dan pemerintah untuk melanjutkan kegiatan
kriminal mereka tanpa hambatan. Akibatnya, warga di daerah yang terkena
dampak sering hidup dengan lembaga penegak hukum yang dikompromikan.
Saat ini, hal ini terlihat di berbagai benua, di mana penanaman ilegal tanaman
ganja, semak coca, dan opium opium terus berlangsung tanpa terkendali, yang
mengakibatkan lembaga pemerintah kurang stabil dan korupsi pejabat
pemerintah.

VI. Dampak pada populasi tertentu


 Anak: efek emosional, Psikologis, dan fisik
 Perempuan: Perbedaan gender telah diidentifikasi sebagai penentu
berat dalam timbulnya perilaku adiktif, termasuk penyalahgunaan
narkoba. Perempuan sangat terpengaruh oleh konsekuensi tertentu dari
penyalahgunaan narkoba, seperti penyakit menular seksual dan
konsekuensi dari kekerasan dalam rumah tangga, selain lebih mungkin
untuk terpengaruh oleh kejahatan yang difasilitasi oleh narkoba.
 Penduduk miskin: Penyalahgunaan narkoba dan kemiskinan sering
dikaitkan dalam berbagai cara. Penyalahgunaan obat dapat terjadi
untuk menghilangkan stres yang terkait dengan kemiskinan,
ketegangan sosial kronis dan peristiwa sulit lainnya. Di lingkungan
yang lebih miskin, akses ke sistem pendukung, layanan kesehatan, dan
organisasi masyarakat seringkali lebih sedikit.Selain itu, hubungan
antara narkoba dan kemiskinan juga dapat bekerja dalam arah yang
berlawanan: penyalahgunaan narkoba dapat menguras pendapatan
pengguna, yang menyebabkan kurangnya perawatan untuk keluarga
dan orang yang dicintai serta tanggung jawab lainnya.

1.5. Pencegahan (berbasis masyarakat dan institusi)

Berikut beberapa tips menghindari narkoba yang dilansir dari website resmi BNN
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Jangan pernah untuk mencoba-coba menggunakan narkotika, kecuali atas
dasar pertimbangan medis atau dokter.
2. Mengetahui akan berbagai macam dampak buruk narkoba.
3. Memilih pergaulan yang baik dan jauhi pergaulan yang bisa mengantarkan
kita pada penyalahgunaan narkotika.
4. Memiliki kegiatan-kegiatan yang positif, berolahraga atau pun mengikuti
kegiatan kegiatan organisasi yang memberikan pengaruh positif baik kepada
kita.
5. Selalu ingatkan bahwawasannya ancaman hukuman untuk penyalah guna
Narkoba, apalagi bagi pengedar Narkoba adalah Lembaga Pemasyarakatan.
6. Gunakan waktu dan tempat yang aman, jangan keluyuran malam-malam.
Bersantailah dengan keluarga, berkaraoke bersama keluarga, piknik, makan
bersama, masak bersama, beres-beres bersama nonton bersama keluarga.
7. Bila mempunyai masalah maka cari jalan keluar yang baik dan jangan jadikan
narkoba sebagai jalan pelarian.

2. Memahami dan menjelaskan Advokasi terhadap permasalahan penyahgunaan


narkoba
2.1 Tujuan
 Umum 
Adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola dan
pelaksana P4GN bidang pencegahan, baik di pusat maupun di daerah dalam
melakukan tugas advokasi, kepada seluruh pemangku, pengelola, penentu dan
pelaksana kebijakan agar meningkatkan komitmen dan dukungannya terhadap
Program P4GN. 
 Khusus
o Meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan sikap menolak
penyalahgunaan narkoba.
o Mengembangkan kebijakan publik yang mendukung keberhasilan Program
P4GN Bidang Pencegahan.
o Mewujudkan ketahanan dan daya tangkal masyarakat serta mendorong
perilaku hidup sehat di masyarakat.
o Memobilisasi kekuatan sosial masyarakat untuk mencegah bahaya akibat
penyalahgunaan narkoba

2.2 Tahap advokasi (cara advokasi kepada pembuat kebijakan)

Mekanisme pelaksanaan kegiatan Advokasi Bidang Pencegahan di berbagai tingkatan


disusun dan ditetapkan sebagai berikut:
1. Advokasi P4GN Bidang Pencegahan dilakukan secara berjenjang :
o BNN menyiapkan kebijakan umum, dan koordinasinya di tingkat pusat
o BNNP melakukan koordinasi baik dengan tingkat pusat maupun
daerah serta melaksanakan advokasi di lintas Kabupaten/Kota.
o BNN Kab/Kota, melaksanakan advokasi di lintas Kecamatan/Desa.

2. Dalam hal penyelenggaraan advokasi baik di Pusat maupun di Daerah


digunakan pola koordinasi, kerjasama dan fasilitasi, serta kemitraan dengan
mendayagunakan faktor pendukung termasuk lembaga komun kasi sosial.

3. Koordinasi sebagaimana dimaksud diatas adalah kerjasama antar para pihak


yang berkepentingan, bertanggungjawab dan saling mendukung upaya
pencegahan dalam kedudukan setara.

4. BNN dalam menyelenggarakan advokasi berkoordinasi dengan mitra kerja


tingkat pusat ( Kementerian/ Lembaga, BNNP dan BNN Kab/Kota) dalam hal
kerjasama dan fasilitasi meliputi bimbingan teknis, penyediaan materi/isu
advokasi dan acuan pelaksanaan advokasi P4GN bidang pencegahan.

5. BNN Provinsi dalam menyelenggara kan Advokasi berkoordinasi dengan


mitra kerja tingkat Provinsi dan BNN Kab/Kota dalam rangka kerjasama
pelaksanaan Advokasi informasi serta pendistribusian.

6. BNN Kabu paten/Kota dalam menyelenggarakan advokasi berkoordinasi


dengan mitra kerja tingkat Kabupaten/Kota, kecamatan, desa/kelurahan dalam
rangka sinkronisasi pelaksanaan advokasi P4GN bidang pencegahan.

7. BNN Provinsi, BNN Kab/Kota dalam menyelenggarakan advokasi dapat


dilakukan dengan menempuh cara diluar jalurformal atas dasar kemitraan
dengan pihak lain.

8. Dalam hal yang bersifat insidentil, BNN bekerjasama dengan BN N Provinsi


dan Kab/Kota dapat melakukan advokasi nasional secara langsung kepada
publik baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
2.3 Advokasi kepada masyarakat dan tokoh agama
Advokasi merupakan sebuah upaya persuasi yang sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh, baik melalui kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan
rekomendasi untuk menindaklanjuti sebuah kegiatan.
Peran aktif para tokoh dan pemuka agama sebagai tokoh yang menjadi teladan dan
perilakunya menjadi panutan bagi umat, maka pelibatan tokoh dan pemuka agama
diharapkan efektif untuk meminimalisasi keterlibatan masyarakat terhadap
penyalahgunaan narkoba.
Peran tokoh agama adalah yang merupakan bagian dari tindakan tingkah laku
peraturan (norma-norma) yang membimbing seseorang atau sekelompok orang di
dalam masyarakat yang di lakukan oleh tokoh agama seperti :
1. Penyuluhan tentang bahaya narkoba
Penyuluhan narkoba adalah sebuah upaya secara sadar dan berencana yang
dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai dengan prinsip- prinsip
pendidikan, yakni pada tingkat sesudah seseorang menggunakan narkoba, agar
mampu menjauhi dari penyalahgunaanya dan menimbulkan kesadaran untuk
berpola hidup sehat . Upaya ini diharapkan efektif karena ditujukan pada
remaja-remaja di desa tersebut.

2. Tokoh agama berperan sebagai motivator bagi remaja pecandu narkoba


Motivator adalah orang yang memiliki profesi atau pencaharian dari
memberikan motivasi kepada orang lain. Pemberian motivasi ini biasanaya
melalui pelatihan (training), tetapi bisa juga melalui mentoring, coaching atau
counselling seperti tokoh agama memberikan nasihat secara langsung kepada
remaja pecandu narkoba
3. Tokoh agama berperan sebagai guru agama bagi pecandu narkoba
Guru agama adalah seorang pengajar suatu ilmu agama. Dalam Bahasa
Indonesia, guru agama umumnya merujuk pendidik agama professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik dalam hal ini remaja pecandu narkoba.
4. Tokoh agama sebagai panutan bagi pecandu narkoba
Panutan atau anutan diartikan sebagai contoh yang baik, sesuatu yang patut
untuk ditiru atau dicontoh, keyakinan atau ajaran yang dianut.
5. Tokoh agama mengadakan Kegiatan sosial
Tokoh-tokoh agama dan umatnya bisa membantu mencegah penyalahgunaan
narkoba dengan menyediakan usaha-usaha sosial seperti :
 Pendirian pusat / tempat untuk konseling dan konsultasi anak-anak dan
remaja
 Pendirian pusat pengobatan, dan bimbingan pada anak-anak dan
remaja korban penyalahgunaan narkoba
 Mengadakan kegiatan positif sebagai pilihan dar penyalah gunaan
narkoba.
 Penempatan pekerjaan dan program latihan.

2.4 Pelaku dan sasaran

Yang menjadi sasaran utama advokasi P4GN adalah stakeholder (pemangku


kepentingan) yang meliputi pembuat kebijakan publik baik dari unsur pemerintah,
dunia usaha maupun masyarakat sendiri dengan jangkauan seluruh wilayah
administratif Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai pembuat kebijakan publik diharapkan dapat memberikan dukungan yang


efektif melalui produk kebijakan guna menanggulangi permasalahan dan isu penting
dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Adapun bentuk kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah terbagi dalam
bentuk : informasi, Hukum atau regulasi dan keputusan yang mengikat, serta Produk
riset, melalui riset pemerintah dapat melakukan kebijakan lanjutan yang relevan
terhadap isu dan pemecahannya.

Para pemangku kepentingan (Stakeholders) yang dapat diadvokasi terdiri atas :

a. Primary Stakeholder adalah sasaran advokasi yang terkait langsung dengan


masalah yang di advokasikan atau yang secara langsung akan mendapat
manfaat terhadap keberhasilan advokasi tersebut. Primary stakeholder ini
umumnya adalah kelompok masyarakat marjinal (kurang beruntung) berkaitan
dengan masalah atau isu pokok advokasi.
Contoh : Dalam kasus advokasi masalah anak yang terkena narkoba, kita dapat
mengidentifikasi primary stakeholdernya adalah : Anak dan Keluarga.

b. Secondary Stakeholder adalah sasaran advokasi yang secara tidak langsung


memiliki hubungan cukup kuat dengan masalah yang di advokasikan.
Secondary stakeholder ini bisa berupa institusi masyarakat atau pihak swasta
yang tidak selalu sejalan atau secara langsung mendapat manfaat dari
keberhasilan advokasi.
Sisi lain yang berhubungan dengan sasaran dan tujuan advokasi yang perlu
dipahami serta dicermati oleh perancang atau pelaksana advokasi adalah
bahwa masing-masing kelompok sasaran tersebut memiliki nilai (value),
potensi sumber daya (resources) dan praktek perilaku (practice) tersendiri
berkaitan dengan masalah/isu yang di advokasikan.

Selain perlu memahami hal tersebut untuk memperkirakan respons yang akan muncul
terhadap isi pesan yang disampaikan, perlu pula dipahami bahwa inti dari upaya
advokasi juga ditujukan untuk membuat agar nilai (value) dari ketiga kelompok
sasaran ini menjadi compatible (terjadi kesesuaian kepentingan nilai)satu sama lain,
sehingga pada tahap yang lebih operasional resources dan practice yang ada pada
ketiga kelompok itu disinergikan.
Selain membedakan sasaran advokasi atas 3 kelompok di atas, ada pula yang
membaginya atas 4 kelompok di mana yang ke em pat adalah: Musuh, yaitu orang
atau pihak yang secara langsung diperkirakan akan terlanggar nilai kepentingannya
dan karena itu akan menentang habis-habisan upaya advokasi yang akan dilakukan.

2.5 Program untuk mencegah penyalahgunaan narkoba


Dari buku Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika terbitan BNN RI, ada 3
langkah utama pola pencegahan narkotika. Pertama, pengurangan permintaan (demand
reduction). Kedua, pengawasan persediaan (supply control). Ketiga, pengurangan dampak
buruk (harm reduction). Langkah-langkah pencegahannya meliputi :
 Pertama, pencegahan primer dilakukan untuk mengenali individu yang
mempunyai risiko menyalahgunakan narkoba (potential user).
 Kedua, Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengobati penderita penyalahguna
narkoba dan mengurangi berkelanjutan yang timbul akibat narkoba.
 Ketiga, pencegahan tersier untuk menrehabilitasi individu yang telah terlibat
dalam penyalahgunaan narkoba agar tidak timbul komplikasi yang lebih berat dan
parah. Pencegahan penyalahgunaan narkoba juga dapat dilakukan dengan berkerja
sama media masa sebagai berikut: media antar pribadi, media masa cetak, media
masa elektronik, media keagamaan atau tradisional dan lainnya.

2.6 Cara komunikasi (pengguna dan masyarakat)

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang kepada
pihak lain untuk mendapatkan tanggapan. Informasi sebagai fakta dan data untuk
diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Dalam kaitannya dengan program
pencegahan penyalahgunaan narkoba

Komunikasi persuasif dianggap komunikasi yang sangat sesuai dalam meyampaikan


informasi pencegahan penyalahgunaan narkoba. Komunikasi persuasif bertujuan
untuk mengubah atau memengaruhi kepercyaan, sikao dan perilaku seseorang. Salah
satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat dan membutuhkan
perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan.

Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digunakan dalam dunia kedokteran, namun
dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit
yang menggunakan narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba
dengan alas an untuk kesenangan batin, namun sayangnya tidak banyak yang
mengetahuai bahaya narkoba. Oleh karena itu sosialisasi dan penyuluhan narkoba ini
bertujuan untuk memberikan informasi betapa bahayanya Narkoba. Untuk
melaksanakan kegiatan sosialisasi bisa dilakukan pendekatan seperti: memberikan
penyuluhan, pemutaran film, penyebaran stiker atau pamflet tentang jenis-jenis
narkoba dan sanksi hukum, serta sosialisasi Undang-undang Narkotika dan
Psikotropika.
Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”. Menurut UU
No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan psikotropika yang
termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang dikategorikan illegal. Akibat
dari status illegalnya tersebut siapapun yang memiliki, memproduksi, menggunakan,
mendistribusikan atau mengedarkan narkotika dan psikotropika Golongan I dapat
dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Faktor yang
menyebabkan seseorang ingin mengkonsumsi narkoba adalah perpecahan unit
keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindah-pindah, orang tua yang tidak
ada/jarang di rumah dan sebagainya, pengaruh media massa misalnya iklan mengenai
obat-obatan dan zat, perubahan teknologi yang cepat, kaburnya nilai-nilai dan sistem
agama serta mencairnya standar moral, meningkatnya waktu menganggur.

3. Memahami dan menjelaskan pandangan islam mengenai narkoba


3.1 Hukum penyalahgunaan narkoba

Status hukum narkoba ataupun NAPZA dalam konteks hukum Islam, memang
tidak disebutkan secara langsung dalam ayat suci Al-quran maupun hadis, karena
masalah narkotika, psikotrapika, dan zat adiktif lainya tidak terdapat di sekitar
pergaulan Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Adapun zat-zat sejenis yang
sangat populer pada waktu itu adalah sejenis minuman keras yang disebut dengan
khamr. Dalam tradisi Jahiliyyah Arab dan awal permulaan Islam, tradisi mencekik
botol minuman keras (khamr) sudah sangat kental dan mendarah daging yang
tidak dapat dipisahkan dan tengah-tengah kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Oleh karena itu jika memang belum ditemukan status hukum NAPZA dalam
syariat Islam, baik dalam Al-quran maupun Hadis, maka para ulama (mujtahid)
biasanya menyelesaikan dengan jalan ijtihad mereka melalui metodologi hukum
Islam melalui pendekatan qiyas (analogi hukum) sebagai solusi istinbath hukum
yang belum jelas hukumnya dalam syariat Islam.

Pada permulaan Islam, khamr belum ditentukan hukumnya secara tegas, akan
tetapi karena mengandung lebih banyak mudharat (bahaya) daripada manfaatnya
maka dengan cara yang sangat bijaksana (hikmah), Allah Swtsebagai pembuat
hukum (syari) secaara gradual (bertahap) menetapkan status hukum khamr, dalam
beberapa firmanNya. Firman Allah Swt. dalam surat al-Baqarah ayat 219 :

‘Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada


keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.’
Metodologi yang digunakan oleh para ulama untuk mencari ketentuan hukum
NAPZA yaitu melalui pendekatan qiyas (analogi hukum), yakni menghubungkan
satu kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya,
dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua
kejadian itu dalam illat hukumnya. NAPZA Dalam hal ini disebut al-musyabbah
(yang diserupakan). Hukum al-Ashl, adalah khamr hukumnya haram, seperti yang
ditegaskan dalam firman Allah Swt., (Qs. al-Maidah: 90). Dengan demikian, ia
menjadi tolok ukur ketetapan hukum bagi cabang (al-Faru).
 
Pandangan Ulama Fikih terhadap Penyalahgunaan NAPZA
Menurut Ibnu Taymiyah, komentar ataupun reaksi kali pertama berkenaan
dengan penggunaan zat-zat terlarang ini mulai tampak di kalangan ulama Islam
yaitu di akhir tahun 600 dan awal tahun 700 Hijriyah. Pada masa itu kekuasaan di
bawah kendali bangsa Tartar dengan pemimpin pemerintahan Chanigis Khan.
Selanjutnya Ibnu Taymiah berpendapat, bahwa menggunakan ganja atau narkotika
umumnya itu dilaknat dan merupakan suatu kemungkaran yang terbesar, karena
mempunyai pengaruh seperti memabukkan, membiuskan bagi seorang yang
menggunakanya, dan dapat menimbulkan kejahatan lainya. Menurutnya,
mengkonsumsi secara ilegal itu haram hukumnya, karena setiap sesuatu yang
dapat membuat orang menjadi mengigau dan gemetar tubuhnya akibat pengaruh
obat atau zat yang berasal dari bijian, buahan, dan lainya baik dalam keadaan
mentah atau sudah diolah itu termasuk ke dalam khamr yang haram hukumnya.
Demikian pendapat jumhur ulama, Ahmad Muhammad Assaf dalam kitabnya
menilai, bahwa telah terjadi kesepakatan para ulama tentang keharaman khamr
dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan termasuk ganja, opium, dan jenis
narkotika, karena mcmabukkan.

Sementara itu, imam Ibnu Hajar al-Asqalani, menegaskan bahwa orang yang
mengatakan ganja atau jenis narkotika lainnya itu tidak memabukkan tetapi hanya
memusingkan kepala adalah orang yang berdosa besar. Sebab ganja dan narkotika
dapat mengakibatkan seperti yang diakibatkan oleh khamr yaitu kekacauan dan
ketagihan. Bahkan, menurut Ibnu Taymiyah ekses dari ganja dan narkotika itu
lebih berbahaya dan merusak bagi pemakainya dibandingkan dengan khamr itu
sendiri. Oleh karena itu, lanjutnya, narkotika dan jenisnya jauh lebih pantas untuk
diharamkan. Ahmad al-Syarbasi berpendapat bahwa: Tanpa di-qiyas-kan kepada
khamr pun, ganja dan narkotika dapat dikatagorikan sehagai khamr, karena
menurutnya, secara etimologi dan pengertian syari khamr adalah segala sesuatu
yang dapat menutupi akal pikiran. Pendapat ini disandarkan kepada Hadis Nabi
Saw yang diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hambali dalam kitabnya,
Diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hanbal Ra. di dalam kitab musnadnya bahwa
Nabi Saw. telah melarang sesuatu yang memabukkan dan membiuskan (HR.
Imam Ahmad).
Dalam hal ini Yusuf Qaradhawi mengungkapkan beberapa alasan yang
berkenaan dengan pendapatnya mengharamkan narkotika, yaitu:
 Narkoba atau NAPZA termasuk kategori khamr dalam batasan yang
dikemukakan oleh Ibnu Umar bin Khattab Ra.
 Seandainya NAPZA tidak tergolong khamr yang memabukkan, maka Ia
tetap haram dari segi melemahkan (membiuskan). Imam Abu Daud pernah
meriwayatkan dari Ummu Salamah “Dari Ummu Salamah bahwasanya
Nabi Saw. telah melarang dari segala yang memabukan dan yang
membiuskan (HR. Abu Daud)”.
 Bahwa benda tersebut apabila tidak termasuk kategori benda mamabukkan
(sesuatu yang kotor) dan membahayakan. Sebagaimana Firman Allah Swt
“dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk. (Qs. a1-Araf: 157) dan “Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan. (Qs. al-Baqarah: 195)”.
 
      Dari uraian di atas, yakni beberapa pendapat para ulama dan alasan yang
dikemukakan tentang NAPZA, maka ia dapat dikategorikan sebagai khamr,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa khamr pada dasarnya adalah sebutan
bagi tiap-tiap yang memabukkan. Mabuk dalam artian hilangnya kesadaran akal
sebagai akibat dari minuman keras atau yang serupa dengannya. 
     
 Apabila diamati dan segi karakteristiknya, benda-benda tersebut (NAPZA) itu
tidak berbeda dengan karakteristik khamr. Dan barangkali, inilah salah satu
contoh dan isyarat Hadis Nabi Saw :

“Abu Ma1ik al-Asyari telah berkata, sesungguhnya beliau telah mendengar


Rasulullah Saw. telah bersabda Sesungguhnya akan ada golongan manusia dari
umatku yang meminum khamr dan mereka menamainya dengan nama lain. (HR.
Abu Dawud)”. Kemudian apabila dilihat dari kenyataanya, penggunaan NAPZA
lebih banyak menularkan dampak negatif, sedangkan berbuat sesuatu yang lebih
membahayakan itu tidak dibolehkan di dalam Alquran, meskipun terhadap diri
sendiri, sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi “ Sesungguhnya Allah
Swt. tidak hendak menganiaya manusia sedikitpun, tetapi manusia itu sendiri yang
menganiaya diri sendiri (Qs. Yünus: 44). Dalam sebuah Hadis, Rasulullah Saw.
telah bersabda “Dari ilkrimah, dari Ibnu Abbas Rasullah Saw. telah bersabda:
Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya kepada
orang lain (HR. Ibnu Majah) (Syarifuddin, 2016).

Anda mungkin juga menyukai