Terdiri dari tulang rawan dan otot berbentuk pipa yang terletak di tengah-tengah leher
sampai incisura jugularis, di belakang manubrium sterni, kemudian masuk ke cavum thorax
melalui aperture thoracis superior, tepatnya pada mediastinum superior.
Dimulai dari bagian bawah cartilage cricoid setinggi Vertebrae Cervical VI sampai
bercabang menjadi bronchus principles dextra dan sinistra setinggi vertebrae thoracal ke IV-
V. percabangan ini disebut Bifurcatio Trachealis.
Panjang trachea (10-12) cm, pria 12 cm dan wanita 10 cm yang terdiri dari 16-20
cincin yang berbentuk lingkaran, berhubungan dengan daerah larynx melalui cartilage
cricoidea oleh ligamentum cricotrachealis. Diantara tulang rawan terdapat jaringan ikat
ligamentum intertrachealis (ligamentum annulare).
Trachea adalah saluran napas yang penting. Bila terjadi penymbatan saluran napas
terutama daerah larynx (obstruksi larynx), maka harus dilakukan tindakan darurat berupa
saluran napas buatan dengan cara membuat lubang pada trachea yang disebut tracheostomy.
Lubang di buat 1-2 cm diatas incisura jugularis sterni.
Beberapa otot yang melekat pada dinding dada antara lain:
a. Otot-otot inspirasi
M. intercostalis externus
M. levator costae
M. serratus posterior
M. scaleneus
Diafraghma
M. serratus anterior
M. sternocleidomastoideus
b. Otot-otot expirasi
M. intercostalis internus
M. transversus thoracis
M. serratus inferior
M. subcosalis
CAVITAS THORACIS (THORACICA)
Cavitas thoracis adalah ruangan di dada yang terletak antara region colli (leher)
dengan region abdominal (perut). Ruangan ini dibatasi oleh :
Ventral : os. Sternum, os. Clavicula, os. Costae yang melingkar dari depan ke
belakang
Dorsal : columna vertebralis thoracalis, os. Scapulae
Inferior/dasar : diapraghma. Aperture thoracis dibentuk oleh diapraghma, processus
xiphoideus, arcus costae dan T 12
Superior : aperture thoracis superior, dibentuk oleh incisura jugularis sterni, os. Costae I
dan corpus vertebrae TI
Terdapat lubang pada diapraghma yang ditembus oleh aortae, V. cava inferior dan esophagus.
Diapragma diinervasi oleh N. Pherenicus.
CAVUM THORAX
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Sedangkan ditengahnya terdapat
mediastinum. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.
Cavum thorax terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan)
2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
3. Rongga dada tengah (mediastinum)
Paru-paru dibungkus oleh selaput-selaput yang disebut pkeura. Pleura adalah selaput tipis
yang membungkus paru-paru. Pleura terdiri dari 2 lapis, yaitu:
1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru-paru
2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding dada
Pleura visceralis dan pleura parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup
yang disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura
yang berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi friksi atau gesekan antara kedua pleura.
Pleura parietalis berdasarkan letaknya terbagi atas:
a) Pleura costalis, yang terdapat pada daerah iga-iga (costae)
b) Pleura diapraghmatica, pada daerah diapraghma
c) Pleura mediatinalis, pada daerah mediastinum
d) Pleura cervicalis (capula pleura), pada daerah apex paru.
Receccus pleura : kantong pleura yang terdapat pada lipatan pleura parietalis, disebabkan
paru tidak sepenuhnya mengisi cavum pleura. Pada saat inspirasi, paru akan mengembang
sehingga receccus tersebut terisi.
Dalam cavum pleura tidak pernah ada udara. Terutama thorax seperti fraktur costae
yang serpihannya merobek pleura parietal dan menembus cavum pleura, dapat
mengakibatkan udara masuk ke cavum thorax sehingga terjadi Pneumothorax, akibatnya paru
kolaps akibat tekanan udara yang masuk dari dinding dada, sehingga menekan paru
mengembang dan menyebabkan sesak napas. Bila menembus pleura visceralis udara masuk
paru dan naik ke apex pulmo.
Punksi pleura adalah tindakan yang dilakukan untuk pengambilan cairan dalam cavum
pleura, biasanya pada intercostal IV-V. Pada bagian bedah di kenal dengan WSD (Water
Shield Drainage).
BRONCHI (BRONCHUS)
Percabangan trachea setinggi batas vertebrae Thoracalis IV-V yang dikenal dengan
Bifurcatio Trachealis memberi 2 cabang yaitu Bronchus primarus/bronchi principles
dextra dan sinistra. Dinding bronchus terdiri dari cincin tulang rawan, tapi di bagian
posterior berbentuk membrane disebut paries membranaceus tracheae.
Bronchus dextra lebih sering terkena infeksi bila dibandingkan dengan broncus sinistra, hal
ini disebabkan :
1. Lumen bronchus dextra lebih luas dibandingkan dengan lumen bronchus sinistra
2. Bronchus dextra lebih pendek dengan panjang 2,5 cm, terdiri dari 6-8 buah cincin,
sedangkan bronchus sinistra dengan panjang 5 cm tersusun oleh 9-12 buah cincin.
3. Bronchus dextra membentuk sudut 25o dengan garis tengah, sedangkan bronchus
sinistra 45 derajat, sehingga posisi bronchus kanan lebih curam dari yang kiri.
Dengan posisi anatomi tersebut, selain mudah terjadi infeksi, benda asing dari trachea lebih
mudah masuk ke bronchus dextra selanjutnya dapat menyebabkan infeksi bronchus yang
disebut bronchitis.
Dilapisi oleh mukosa respirasi, epitel bertingkat silindris. Ligamen fibroelastis dan berkas-
berkas otot polos (M. trakealis) terikat pada periostium dan menjembatani kedua ujung bebas
tulang rawan berbentuk C ini. Ligamen mencegah overdistensi dari lumen,sedangkan
muskulus memungkinkan lumen menutup.Kontraksi otot dan penyempitan lumen trakea
akibat bekerjanya refleks batuk.
Memiliki lapisan sel epitel pseudostratified cilliated collumnar dengan sedikit sel goblet.
lamina propia dipisah dari submukosa oleh lapisan otot polos. sedikit kelenjar seromukous
dan kartilago lebih pipih
Bronkiolus
Diameter < 1 mm, tidak terdapat tulang rawan, epitel selapis torax bersilia dengan beberapa
sel goblet. Tanpa kelenjar di lamina propria, terdapat otot polos. Makin kecil bronkiolusnya
epitelnya selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Pada bronkiolus kecil terdapat sel clara yang
menghasilkan surfaktan.
Bronkiolus terminalis
Epitel kuboid atau kolumner selapis bersilia tanpa sel goblet. sel clara (tidak bersilia) terdapat
di antara epitel bersilia, tidak terdapat kelenjar mukosa dan lamina propia tersusun atas sel
otot polos dan serabut elastic.
Bronkiolus respiratoris
Memiliki mukosa sel kuboid, sedikit atau tidak bersilia, tanpa sel goblet, memiliki sedikit sel
clara dan memiliki lapisan otot polos
Ductus Alveolaris
Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.Epitel selapis gepeng,
diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis.Alveoli dipisahkan septum
interalveolaris.
ALVEOLI
Pada Septum Intralveolaris terdapat sel yang hanya dapat dibedakan dgn mikroskop elektron :
Fungsi utama respiratorik adalah untuk menyediakan oksigen yang cukup bagi tubuh.
Fungsi nonrespiratorik sistem pernapasan:
1. Mengeluarkan air dan panas, udara atmosfer dilembabkan dan dihangatkan oleh
saluran napas untuk mencegah alveolus mengering.
2. Meningkatkan aliran darah vena.
3. Kita dapat berbicara, bernyanyi, dll.
4. Sebagai sistem peertahanan tubuh terhadap benda asing yang terhirup.
5. Mengeluarkan dan mengaktifkan angiotensin 1 dengan mengeluarkan ACE
6. Menonaktifkan prostaglandin.
2.2 Mekanisme
Transpor mukosilier adalah pemindahan pemindahan benda asing menuju faring untuk
kemudian ditelan. Transpor mukosilier melibatkan silia dan mukus pada epitel respiratori.
Epitel respiratori dilapisi oleh 5-10 µm lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang
mengambang pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Silia pada sel - sel
epitel berdenyut secara sinkron membawa partikel debris dan seluler bersamanya. Waktu
yang diperlukan mukus dari bronkus besar untuk mencapai faring adalah sekitar 40 menit dan
dari bronkolus respiratorius perlu beberapa hari. Banyak faktor yang dapat mengganggu
mekanisme tersebut misalnya peningkatan viskositas atau ketebalan mukus. Transpor
mukosilier dapat mengalami penurunan akibat merokok, polutan, anestetik dan infeksi, serta
pada fibrosis kistik (Rahmatullah 2007).
Mukus dihasilkan oleh sel - sel goblet pada epitel dan kelenjar submukosa. Unsur
utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat (musin) yang memberikan sifat seperti gel
pada mukus. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel - sel epitel atau sel
- sel yang berasal dari plasma seperti α 1-antitripsin. α1-antitripsin akan menghambat aksi
protease yang dilepaskan oleh bakteri dan neutrofil yang akan mendegradasi protein.
Defisiensi α1-antitripsin merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan
perkembangan emfisema (Rahmatullah 2007).
Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas
terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula
terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan
apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama
respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.
3.2 Morfologi
Mycobacteria merupakan mikroba tahan asam, bakteri ini lebih mirip dengan bakteri
Nocardia. Tingkat ketahanan bakteri ini terhadap asam alkohol sangat bervariasi, tergantung
spesiesnya. Beberapa jenis dari Mycobacteria ini ada yang tidak patogen dan sering
ditemukan pada manusia dan lingkungan tempat tinggal. Beberapa jenis Mycobacteria yang
sering ditemukan pada manusia dan lingkungan tempat tinggal antara lain Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium fortuitum-
chelonaecomplex (Girsang, 2012).
Dari sudut pandang kecepatan tumbuh dan jenis pigmen, Mycobacterium dapat dibagi atas:
3. Scotochromogen dengan koloni berpigmen kuning atau orange. Bakteri golongan ini
koloninya akan berwarna jika inkubasi dilakukan dalam keadaan gelap. Bakteri
Mycobacterium yang termasuk golongan ini adalah M. szulgai, M. flavesens, M.
gordonae, M. scrofulaceum.
4. Rapid grower
Bakteri golongan ini merupakan Mycobacterium yang pertumbuhannya cepat. Bakteri
Mycobacterium yang termasuk golongan ini adalah M. fortuitum – chelonae complex.
Bakteri yang tidak termasuk golongan rapid grower mempunyai waktu pembelahan puluhan
jam. Oleh karena itu koloni yang diisolasi dari spesimen biasanya mulai tampak setelah 2
minggu. Sementara bakteri yang termasuk golongan rapid grower biasanya akan tampak
dalam waktu 1 minggu (Sjahrurachman, 2008).
1. Seleksi koloni
a. Amati jumlah dan jenis koloni. Deskripsikan apakah kasar, halus cumbung,
halus menyebar, halus dengan tepi berkeriput, kasar transparan, kasar keruh
dan sebagainya.
c. Jika terdapat lebih dari satu jenis koloni, dilakukan subkultur untuk tiap jenis
koloni.
4. MM TB paru
4.1 Definisi
4.2 Klasifikasi
1. Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberculosis
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
- 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
*Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka untuk kepentingan
pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
*Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai
TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default
maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik,
bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.
4.3 Etiologi
4.4 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC)
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel
epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus
dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian
lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi
primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama
batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.
Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis
milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi
yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem
pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural,
dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis
serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).
Gejala sistemik/umum:
Gejala khusus:
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
- Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosis adalah:
• Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks, dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis biasa
di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan mikroskopis
fluoresens di mana ` pewarnaannya dilakukan dengan auramin-rhodamin (khususnya untuk
penapisan).
1. S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung pertama kali.
1Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
pada pagi hari kedua
2. P (pagi)
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3. S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi hari. Pemeriksaan
mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis biasa di
mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan mikroskopis
fluoresens di mana ` pewarnaannya dilakukan dengan auramin-rhodamin (khususnya
untuk penapisan).
Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spe sifik untuk Tb paru.
Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua dibutuhkan. Data ini dapat di pakai
sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan penderita, sehingga dapat
digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai
predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit dapat
menggambarkan daya tahan tubuh pende rita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi
LED yang normal juga tidak me nyingkirkan diagnosa TBC.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah foto
lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS
positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu
dilakukan foto toraks bila:
- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen
superior lobus bawah paru.
- Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular.
- Efusi Pleura
- Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah.
- Kalsifikasi.
- Penebalan pleura.
• Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto
toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. (lihat bagan alur di
lampiran 2)
• Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT(non fluoroquinolon). (lihat bagan alur lampiran 2)
• Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi
pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis
atau aspergiloma).
Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan
dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin
adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–
12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka
hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih
sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada 1⁄2 bagian atas lengan
bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin
dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi)
yang terjadi:
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untukpembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan
kini ada beberapa teknik yang lebihbaru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis
secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan
dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan
uji kepekaan.
Diagnosis banding
1. Pneumonia
- Infeksi atau peradangan akut pada parenkim atau jaringan paru yang
- Gejala demam tinggi bahkan sampai menggigil, batuk berdahak yang kental
TB Paru:
lainnya.
- Gejalanya kronik
- Gejalanya batuk ringan, namun berlangsung lama, demam pada TB pun tidak
TB Paru:
- TB pada umumnya bisa menyerang seluruh usia, mulai dari anak-anak sampai
dewasa.
6. Asma
- Sesak napas saat asma disertai dengan mengi, nyeri di dada, dan tersengal-
sengal.
- Batuk asma bisa kering dan berdahak, biasanya dahak berwarna putih atau
bening. Batuk asma biasanya muncul saat pagi, malam dan saat udara sedang
dingin.
- Asma tidak akan menyebabkan berat badan turun, tetapi para penderita asma
memang disarankan untuk menjaga bobot tubuhnya demi menjaga sistem kerja
jantung. Jika jantung sehat, maka dengan mudah ia menyebarkan oksigen ke
seluruh tubuh lewat peredaran darah.
TB Paru:
- Menular karena adanya pertukaran udara yang terjadi antara pengidap TBC
- Sesak napas pada TB, terjadi karena infeksi yang merusak jaringan paru-paru..
4.7 Tatalaksana
Isoniazid (INH) merupakan obat yang cukup efektif dan murah. Seperti rifampisin, INH
harus diberikan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontraindikasi.
Efek samping :
Mual, muntah, anoreksia, konstipasi, pusing, sakit kepala, vertigo, neuritis perifer, neuritis
optik, kejang, episode psikosis; reaksi hipersensitivitas seperti eritema multiform, demam,
purpura, anemia, agranulositosis; hepatitis (terutama pada usia lebih dari 35 tahun); sindrom
SLE, pellagra, hiperglikemia dan ginekomastia, pendengaran berkurang, hipotensi, flushing.
Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin 5-10 mg/hari. Efek samping lain
seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi.
Kontraindikasi :
penyakit hati yang akut; hipersensitivitas terhadap isoniazid; epilepsi; gangguan fungsi ginjal
dan gangguan psikis.
Efek Samping :
gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi intermiten dapat
terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek), kolaps dan syok, anemia
hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura trombo-sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus;
flushing, urtikaria, ruam; gangguan sistem saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing,
kebingungan, ataksia, lemah otot, psikosis. Efek samping lain seperti udem, kelemahan otot,
miopati, lekopenia, eosinofilia, gangguan menstruasi; warna kemerahan pada urin, saliva dan
cairan tubuh lainnya; tromboplebitis pada pemberian per infus jangka panjang.
Pirazinamid bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif
membelah dan Mycobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan
pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk TB meningitis karena penetrasinya ke dalam
cairan otak. Tidak aktif terhadap Mycobacterium bovis. Toksisitas hati yang serius kadang-
kadang terjadi.
Efek Samping :
hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, hepatomegali, ikterus, gagal hati; mual,
muntah, artralgia, anemia sideroblastik, urtikaria, flushing, sakit kepala, pusing, insomnia,
gangguan vascular, hipertensi, hiperurikemia, arthalgia.
Kontraindikasi :
gangguan fungsi hati berat, porfiria, hipersensitivitas terhadap pirazinamid, gout, wanita
hamil dan menyusui.
Etambutol digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi,
etambutol diberikan dengan dosis 25 mg/kg bb/hari pada fase intensif dan 15 mg/kg bb
bb/hari pada fase lanjutan (atau 15 mg/kg bb/hari selama pengobatan). Pada pengobatan
intermiten di bawah pengawasan, etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg bb 3 kali
seminggu atau 45 mg/kg bb 2 kali seminggu.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat rambahan obat, neuritis optik, gangguan visual;
ANAK di bawah 6 tahun
Streptomisin saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus resistensi. Obat ini
diberikan secara intramuskuler dengan dosis 15 mg/kg bb, maksimal 1 gram perhari. Untuk
berat badan kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-750 mg/hari.
Untuk pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan
diturunkan menjadi 750 mg tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg. Untuk
anak diberikan dosis 15-20 mg/kg bb/ hari atau 15-20 mg/kg bb tiga kali seminggu untuk
pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma sebaiknya diukur terutama untuk pasien
dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g,
yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
Obat-obat sekunder diberikan untuk TB yang disebabkan oleh kuman yang resisten,
atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak bisa ditoleransi. Termasuk obat
sekunder adalah sikloserin, makrolida generasi baru (azitromisin dan klaritromisin), dan
kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin).
Efek Samping :
Gangguan kulit/alergi: ruam, indurasi, atau abses di sekitar lokasi suntikan, mati rasa dan
kesemutan di sekitar mulut, vertigo.
Kontraindikasi :
kehamilan; lihat aminoglikosida.
Jenis , sifat dan dosis OAT yang akan dijelaskan pada bab ini adalah yang tergolong pada
lini pertama. Secara ringkas OAT lini pertama dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Pengobatan TBC Paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
[ CITATION Pro11 \l 1033 ]
1. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal),
menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah
timbulnya resistensi obat.
2. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per
hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek
sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan
yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu
makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada
akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa
pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir
pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam
evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan
sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia:
o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua kategori ini, disediakan
paduan obat sisipan (HRZE)
o Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H),
Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE” artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi
tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali
seminggu (selama 4 bulan). Sebagai contoh untuk tuberkulosis kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3
artinya Tahap intensif adalah 2HRZE lama pengobatan 2 bulan, masing masing OAT (HRZE)
diberikan setiap hari. Tahap lanjutan adalah 4H3R3 lama pengobatan 4 bulan, masing masing OAT
(HR) diberikan 3 kali seminggu (Depkes RI, 2005).
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau
4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.
Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. [ CITATION Pro11 \l 1033 ]
Paket Kombipak. Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan
dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
Notes:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).[ CITATION Pro11 \l 1033 ]
c. OAT Sisipan (HRZE) Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk
tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin)
dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang
jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping
itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lini kedua.
4.8 Komplikasi
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, Poncet’s arthropathy.
1. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik
Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TBC milier dan
kavitas TBC (Sudoyo, 2007).
4.9 Pencegahan
Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang
lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif
Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil
di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka jendela dan
gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan ke luar.
Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja
ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa untuk membuang
masker secara teratur.
Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan (air
sabun).
Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
Hindari udara dingin.
Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.
Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan
tidak boleh digunakan oleh orang lain.
Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
4.10 Prognosis
Kesembuhan sempurna biasanya dijumpai pada kasus non-MDR dan non- XDR TB,
ketika regimen pengobatan selesai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan
sistem DOTS memiliki tingkat kekambuhan 0-14 %. Pada negara dengan prevalensi TB yang
rendah, kekambuhan biasanya timbul 12 bulan setelah pengobatan selesai dan biasanya
diakibatkan oleh relaps. Hal ini berbeda pada negara dengan prevalensi TB yang tinggi,
dimana kekambuhan diakibatkan oleh reinfeksi (Herchline, 2013).
5. MM Epidemiologi TB paru
5.1 Promosi Kesehatan
A. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan penanggulangan TB adalah:
1. Pasien, individu sehat (masyarakat) dan keluarga sebagai komponen dari masyarakat.
2. Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa. Diharapkan dapat
berperan dalam penanggulangan TB sebagai berikut:
Sebagai panutan untuk tidak menciptakan stigma dan diskriminasi terkait TB.
Membantu menyebarluaskan informasi tentang TB dan PHBS.
Mendorong pasien TB untuk menjalankan pengobatan secara tuntas.
Mendorong masyarakat agar segera memeriksakan diri ke layanan TB yang
berkualitas.
1. Pemberdayaan masyarakat
2. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses terencana untuk memperoleh komitmen dan
dukungan dari pemangku kebijakan yang dilakukan secara persuasif, dengan
menggunakan informasi yang akurat dan tepat. Advokasi Program Penanggulangan
TB adalah suatu perangkat kegiatan yang terencana, terkoordinasi dengan tujuan:
1. Menempatkan TB sebagai hal/perhatian utama dalam agenda politik
2. mendorong komitmen politik dari pemangku kebijakan yang ditandai adanya
peraturan atau produk hukum untuk program penanggulangan TB
3. meningkatkan dan mempertahankan kesinambungan pembiayaan dan sumber
daya lainnya untuk TB
Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan melalui forum
kerjasama.
3. Kemitraan
Kemitraan merupakan kerjasama antara program penanggulangan TB dengan institusi
pemerintah terkait, pemangku kepentingan, penyedia layanan, organisasi
kemasyarakatan yang berdasar atas 3 prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan.
C. Pelaksanaan
Promosi TB selain dapat dilakukan oleh petugas khusus juga dapat dilakukan oleh kader
organisasi kemasyarakatan yang menjadi mitra penanggulangan TB.
2. Metode mendengarkan.
Pesan akan diterima individu atau masyarakat melalui indera pendengaran
seperti dialog interaktif radio, radio spot, dll.
3. Metode kombinasi.
2. Media Komunikasi
Media komunikasi atau alat peraga yang digunakan untuk promosi penanggulangan
TB dapat berupa benda asli seperti obat TB, pot sediaan dahak, masker, bisa juga
merupakan tiruan dengan ukuran dan bentuk hampir menyerupai yang asli (dummy).
Selain itu dapat juga dalam bentuk gambar/media seperti poster, leaflet, lembar balik
bergambar karikatur, lukisan, animasi dan foto, slide, film dan lain-lain.
3. Sumber Daya
Sumber daya terdiri dari petugas sebagai sumber daya manusia (SDM), yang
bertanggung jawab untuk promosi, petugas di puskesmas dan sumber daya lain berupa
sarana dan prasarana serta dana.
Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif, intensif, aktif, dan masif. Upaya
penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua
terduga TB dapat ditemukan secara dini. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan no. 67/ 2016 tentang Penanggulangan TB yang mengatur
strategi penemuan terduga dan pasien TB.
Jejaring layanan
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan PPM. Penemuan pasien TB di fasyankes
dilakukan melalui penguatan jejaring layanan antar fasyankes yang memberikan layanan
diagnosis TB, untuk menghindari terjadinya miss-opportunity yang disebabkan keterbatasan
sarana diagnosis yang dimiliki oleh fasyankes yang kontak pertama dengan pasien TB.
Dalam kegiatan ini fasyankes yang tidak memiliki alat TCM akan merujuk pemeriksaan ke
fasyankes yang memiliki alat TCM.
Kolaborasi layanan
Berupa kegiatan integrasi dan kolaborasi penemuan pasien TB ke dalam layanan kesehatan
lain yang tersedia di fasyankes, misalnya di poliklinik umum, unit layanan HIV, DM
(Diabetes Mellitus), Gizi, Lansia, klinik berhenti merokok, klinik KIA dan ANC. Secara
manajemen layanan, penemuan pasien TB juga harus diintegrasikan kedalam strategi atau
sistem manajemen kesehatan yang diterapkan di fasyankes misalnya: Pendekatan Praktis
Kesehatan Paru/ PPKP (PAL = Practical Approach to Lung health), Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu Dewasa Sakit (MTDS). Penjaringan terduga TB
di faskes dapat juga dilakukan melalui penapisan batuk oleh petugas yang meregistrasi pasien
atau perawat yang memberi layanan pada pasien. Upaya penemuan pasien TB harus
didukung dengan kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan
secara dini.
2. Penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan masyarakat,
Berupa kegiatan-kegiatan penemuan terduga/ pasien TB yang dilakukan di luar fasyankes.
Kegiatan ini bisa melibatkan secara aktif semua potensi masyarakat yang ada antara lain:
Kader kesehatan, kader posyandu, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Kegiatan ini dapat berupa:
1) Invstigasi kontak
Dilakukan pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan pasien TB. Kontak erat
adalah orang yang tinggal serumah (kontak serumah) maupun orang yang berada di ruangan
yang ada pasien TB dewasa aktif (index case) sekurang-kurangnya 8 jam sehari minimal satu
bulan berturutan. Prioritas investigasi kontak dilakukan pada orang-orang dengan risiko TB
seperti anak usia <5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, malnutrisi, lansia, wanita
hamil, perokok dan mantan penderita TB. Investigasi kontak pada pasien TB anak yang
ditemukan bertujuan untuk mencari sumber penularan.
Dilaksanakan secara rutin oleh anggota keluarga maupun kader kesehatan yang melakukan
pengawasan batuk terhadap orang yang tinggal di lingkungannya dan menyarankan orang
dengan batuk untuk memeriksakan diri ke fasyankes terdekat. Kegiatan pemantuan batuk ini
dapat diintegrasikan pada kegiatan kader kesehatan yang sudah rutin berjalan misalnya
kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan jumantik, kader posyandu dan kegiatan upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) lain.
6) Skrining masal
Kegiatan penemuan aktif yang dilaksanakan sekali setahun untuk meningkatkan penemuan
pasien TB di wilayah yang penemuan kasusnya masih sangat rendah. Puskesmas bekerja
sama dengan aparat desa/kelurahan, kader kesehatan dan potensi masyarakat melakukan
skrining gejala TB secara masif di masyarakat dan membawanya ke layanan kesehatan luar
gedung.
5.3 Transmisi
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap
dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis
paling efektif (cost-effective). Strategi ini dikembangkan dari berbagai studi, uji coba klinik,
pengalaman, dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari 2
dekade. Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan
juga mencegah berkembangnya MDR-TB (Multi Drugs Resistent-TB).
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan
kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan
demikian menurunkan insiden TB di masyarakat, serta merupakan cara terbaik dalam upaya
pencegahan penularan TB. WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi
penanggulangan TB sejak tahun 1995. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu :
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana
kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan
Strategi DOTS telah dikembangkan oleh kemitraan global dalam penanggulangan TB ( Stop
TB partnership) dengan memperluas strategi DOTS sebagai berikut :
1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain
selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif.
2. Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil di
mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka jendela dan gunakan
kipas untuk meniup udara dalam ruangan ke luar.
3. Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ini
merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa untuk membuang masker
secara teratur.
6. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.
8. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak
boleh digunakan oleh orang lain.
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung.Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.
Persyaratan PMO :
- Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
- Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
- Jika tidak ada jangan tutup menggunakan tangan melainkan gunakan lengan
dalam baju.
- Cuci tangan dengan menggunakan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol
Dalam bahasa arab, ada banyak kata untuk menyebut kata “dahak” : nukha’ah, nukhamah,
mukhath, balgham, atau nughafah. Ibn Hajar mengatakan: “Tidak ada beda dalam makna,
antara nukhamah dan mukhath. Karena itu, salah satu diantara keduanya sering digunakan
untuk dalil bagi yang lain.” (Fathul Bari, 1:510)
Dahak dan ludah memiliki hukum yang sama. Ibn Hajar mengatakan: “Imam Bukhari
berpendapat bahwa hukum dahak dan ludah adalah sama, karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah melihat dahak yang menempel di masjid, kemudian beliau
bersabda: ‘Janganlah kalian meludahkan…’. Ini menunjukkan bahwa hukum kedua cairan
tersebut adalah sama. Allahu a’lam” (Fathul Bari, 1:511)
Hukum Dahak
Kesimpulan yang nampak berdasarkan banyak dalil bahwa dahak, ludah dan segala
jenisnya adalah cairan suci dan tidak najis. Disebutkan dalam riwayat Bukhari, dari Anas
bin Malik radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat
dahak yang menempel di tembok masjid. Kemudian beliau kerik dengan tangannya,
kemudian bersabda: “Ketika kalian sedang melaksanakan shalat, sesungguhnya dia sedang
bermunajat dengan Rabnya (Allah). Karena itu janganlah dia meludah ke arah kiblat,
namun meludahlah ke arah kirinya atau ke arah bawah sandalnya. Kemudian dia ambil
ujung pakaiannya dan dia ludahkan di pakaiannya.”
Kandungan hadis ini menjadi dalil bahwa orang yang shalat dibolehkan untuk meludah di
tengah-tengah shalat. Dan aktivitas ini tidak membatalkan shalatnya. Dalam hadis ini juga
terdapat dalil bahwa ludah, demikian pula dahak adalah cairan suci. Tidak sebagaimana
pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang menjijikkan maka
hukumnya haram. Allahu a’lam. (Aunul Ma’bud, 2: 98 – 99)
Syaikh Sholeh al-Fauzan pernah ditanya: Apa hukum ludah yang keluar dari seseorang
ketika tidur? Apakah cairan ini keluar dari mulut ataukah dari lambung?
Beliau menjawab:
Air liur yang keluar dari seseorang ketika sedang tidur bukanlah cairan najis. Karena
hukum asal: segala sesuatu yang keluar dari tubuh manusia adalah suci, kecuali ada dalil
yang menjelaskan bahwa itu najis. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam : “Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis.”(HR. Bukhari dalam shahihnya, dari
sahabat Abu Hurairah). Karena itu, air liur, keringat, air mata, dan cairan yang keluar dari
hidung, semua ini adalah benda suci. Karena inilah hukum asal. Sedangkan air kencing,
kotoran, dan semua yang keluar dari dua lubang, depan dan belakang adalah najis. Air liur
yang keluar dari seseorang ketika tidur, termasuk benda-benda yang suci. Demikian pula
dahak dan semacamnya. Oleh karena itu, tidak wajib bagi seseorang untuk mencucinya dan
mencuci bagian pakaian dan karpet yang terkena liur atau dahak. (al-Muntaqa min Fatawa
al-Fauzan, Volume 5 no. 8)
https://muslimah.or.id/2189-hukum-menelan-dahak-dan-ludah-ketika-puasa-dan-
shalat.html
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/126/5/128700015_file5.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125833-S-5761-Faktor%20risiko-Literatur.pdf
http://www.ljj-kesehatan.kemkes.go.id/pluginfile.php/4606/coursecat/description/Penemuan
%20Pasien%20TB.pdf
https://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MODUL_P2M_TB.pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/126/5/128700015_file5.pdf
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuber
kolosis_.pdf