Anda di halaman 1dari 30

Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopik dan mikroskopik saluran

pernafasan

- Makroskopik




Bifurcation Trachea ada 2 cabang : - Broncus dextra
- Broncus Sinistra

Broncus Dextra Lebih sering terkena infeksi bila di bandingkan dengan Bronkus sinistra, Hal
tersebut dapat disebabkan oleh hal sbb :

1. Lumen Broncus Dextra lebih luas dibandingkan dengan lumen broncus sinistr.
2. Broncus dextra lebih pendek dengan panjang 2,5 cm dan sebanyak 6-8 buah cncin dan
Broncus sinistra dengan panjang 5 cm dengan 9-12 buah cincin.
3. Broncus dextra membentuk sudut 25 derajat dengan garis tengah, sedangkan broncus
sinistra 45 derajat. Jadi posisi broncus yang kanan lebih curam dari yang kiri.
Dengan posisi anatomi tersebut di atas maka benda asing dari trache lebih mudah masuk
ke broncus dextra dan mudah terjadi infeksi broncus = BRONCHITIS.

Broncus dalam paru memberikan cabang cabang ke setiap lobus paru disebut :
Broncus sekunder :

Pada Paru paru kanan : ada 3 Lobus :
1. Broncus Lobaris superior
2. Broncus Lobaris Media
3. Broncus Lobaris Inferior
Pada Paru paru kiri : Ada 2 Lobus :
1. Broncus Lobaris Superrior\
2. Broncus Lobaris Inferior
Menurut nomenklatur jackson- Huber setiap broncus Lobaris terbentuk broncus
segmentalis ( segmen broncopulmonalis/ Broncus Tersier ( Lobularis )


BRONKUS DEXTRA

1. Lobus superior ( ada 3 segmen ) :
- Broncus segmentalis apicalis
- Broncus segmentalis posterior
- Broncus segmentalis Anterior
2. Lobus Media ( ada 2 segmen ) :
- Broncus segmentalis lateralis
- Broncus segmentalis medialis
3. Lobus Inferior (ada 5 segmen ) :
- Broncus segmentalis superior
- Broncus segmentalis basalis Anterior
- Broncus segmentalis basalis medialis
- Broncus segmentalis basalis lateralis
- Broncus segmentalis basalis Posterior


BRONKUS SINISTRA

1. Lobus superior ( ada 4 segmen ) :
- Broncus segmentalis Apicoposterior
- Broncus segmentalis Anterior
- Broncus segmentalis Lingularis superior
- Broncus segmentalis lingularis inferior
2. Lobus Inferior (ada 5 segmen ) :
- Broncus segmentalis superior
- Broncus segmentalis basalis anterior
- Broncus segmentalis basalis anterior
- Broncus segmentalis basalis lateralis
- Broncus segmentalis basalis posterior

PARU PARU

Adalah : Organ utama untuk proses pernafasan yang berbentuk kerucut

APEX Diatas
BASAL Dibawah

Fissura Horizontalis : Antara Lobus superior dan Lobus media
Fissura Obliq : Antara Medi dan Inferior

Terletak di dalam cavum thorax yang mengisi ruangan dibagian lateral dari mediastinum.
Pulmo di bungkus oleh jaringan ikat yaitu PLEURA



1. PLEURA PARIETALIS :
Lapisan luar yang melapisi dinding dada yang terletak dibawah fascia Endothoracica.
2. PLEURA VISERALIS :
Bagian yang melekat ke jaringan paru.
3. CAVUM PLEURA
Ruangan yang terdapat diantara 2 lapisan.

Cavum pleura mengandung sedikit cairan pleura yang dihasilkan oleh lapisan pleura parietalis
yang berfngsi sebagai pelumas untuk mengurangi friksi antara ke 2 pleura.

PLEURA PARIETALIS BERDASARKAN LETAKNYA TERBAGI ATAS :

1. Pleura costalis : Melapisi iga
2. Pleura diafraghmaica : Melapisi diafhragma
3. Pleura Mediastinalis : Melapisi mediastinum
4. Pleura Cervicalis : Melapisi Apex paru

Ressesus pleura adalah kantung pleura yang terdapat padalipatan pleura parietalis,
disebabkan paru tidak sepenuhnya mengisi cavum pleura.

Dan yang paling penting adalah :

Bahwa Apex paru menjorok ke dalam leher kira-kira 2,5 cm diatas clavicula dan bisa rusak
oleh lika tusuk atau luka tembak.
Terutama Thorax yang menyebabkan tulang iga patah makan serpihannya dapat menembus
cavum pleura dan udara bisa masuk dan bisa terjadi PNEMOTHORAX Dan akan
menyebabkan paru paru menjadi Collaps.

Hillus pulmonalis :
Suatu daerah lipatan pleura pada Facies mediastinalis, dimana terjadinya peralihan dari
pleura parietalis menjadi pleura Viseralis.

Pada jaringan paru bagian posterior di dapatkan jejas ( Alur ) Dari Alat alat yang lewat yang
menekan jaringan paru, Antara Lain : Mediastinum Posterior.

1. Impressio cardiaca
2. Sulcus vena cava
3. Sulcus aorta Thoracica
4. Sulcus Esophagia





- Mikroskopik

BRONCHUS DAN CABANG-CABANGNYA

Trachea bercabang menjadi 2 bronchus primaries yang masuk ke jaringan paru-paru melalui
hilus pulmonalis dengan arah ke bawah dan lateral. Bronchus yang sebelah kana bercabang
menjadi 3 dan yang sebelah kiri becabang menjadi 2, dimana setiap cabang tersebut merupakan
percabangan dari bronchus primaries. Lamina propria terdiri dari jaringan pengikat yang banyak
mengandung serabut elastis dan serabut kolagen dan retikuler serta beberapa limfosit. Di bawah
membrane mocosa terdapat stratum musculare yang tidak merupakan lapisan tertutup.
Banyaknya serabut elastis berhubungan erat dengan sel-sel otot polos dan serabut elastis ini
sangat penting dalam proses respirasi. Di dalam anyaman muskuloelastis ini terdapat banyak
jalinan pembuluh darah kecil.
Perbedaan struktur antara trachea serta bronchus extrapulmonalis serta intrapulmonalis.
Bentuk cincin cartilage. Susunan serabut otot pada trachea hanya dibagian dorsal sedangkan
pada bronchus terdapat disekeliling dinding. Kontraksi lapisan otot ini akan menimbulkan lipatan
memanjang pada membrane mukosa. Suatu lapisan anyaman elastis yang membatasi membrane
mukosa seperti pada trachea tidak ada, tetapi terdapat serabut-serabut elastis yang berjalan
sejajar sepanjang bronchus dengan percabangannya.

Perbedaan Bronchus dan Bronchiolus
Dengan bercabangnya bronchus, maka kalibernya akan semakin mengecil, yang menyebabkan
gambaran stukturnya akan semakin berbeda karena lempeng-lempeng cartilage yang makin
berkurang.
Kalau struktur pulmo disamakan seperti kelenjar, maka bronchus merupakan ductus
extraloburalis, sebab terdapat diluar lobuli.
Cabang bronchus yang memasuki lobulus pada puncaknya disebut bronchiolus yang sesuai
dengan ductus intralobularis pada kelenjar. Biasanya dinding brochiolus berdiameter lebih
kecil dari 1mm dengan epitel silindris selapis bercilia dan tanpa cartilago.

PULMO

Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam cavum
thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang saling
berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis.

Stuktur Pulmo
Unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi semua struktur mulai
bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium, saccus alveolaris, dan
alveoli bersama-sama dengan pembuluh darah, limfe, serabut syaraf, dan jarinmgan pengikat.

Lobulus di daerah perifer paru-paruberbentuk pyramidal atau kerucut didasar perifer, sedangkan
untuk mengisi celah-celah diantaranya terdapat lobuli berbentuk tidak teratur dengan dasar
menuju ke sentral. Cabang terakhir bronchiolus dalamlobulus biasanya disebut bronchiolus
terminalis. Kesatuan paru-paru yang diurus oleh bronchiolus terminalis disebut acinus.

Bronchiolus Respiratorius
Memiliki diameter sekitar 0.5mm. saluran ini mula-mula dibatasi oleh epitel silindris selapis
bercilia tanpa sel piala, kemudian epitelnya berganti dengan epitel kuboid selapis tanpa cilia. Di
bawah sel epitel terdapat jaringan ikat kolagen yang berisi anyaman sel-sel otot polos dan serbut
elastis. Dalam dindingnya sudah tidak terdapat lagi cartilago.
Pada dinding bronchiolus respiratorius tidak ditemukan kelenjar. Disana-sini terdapat penonjolan
dinding sebagai alveolus dengan sebagian epitelnya melanjutkan diri. Karena adanya alveoli
pada dinding bronchiolus inilah maka saluran tersebut dinamakan bronchiolus respiratorius.

Ductus Alveolaris
Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut ductus alveolaris.
Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.
Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan dinding yang
terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai saccus alveolaris. Dinding
ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut kolagen elastis dan otot polos sehingga
merupakan penebalan muara saccus alveolaris.

Saccus alveolaris dan Alveolus
Ruangan yang berada diantara ductus alveolaris dan saccus alveolaris dinamakan atrium.
Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis.
Yang menarik, dindingnya penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling beranastomose.
Kadang ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus pemisah(septa) antara
2 alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat diduga untuk mengalirkan udara
apabila terjadi sumbatan pada salah satu bronchus.

Pelapis Alveolaris
Epitel alveolus dengan endotil kapiler darah dipisahkan oleh lamina basalis. Pada dinding
alveolus dibedakan atas 2 macam sel:
sel epitel gepeng ( squamous pulmonary epitheal atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipeI).
sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit tipe II.

Sel alveolar kecil membatasi alveolus secara kontinyu, kadang diselingi oleh alveolus yang
besar. Inti sel alveolus kecil ini gepeng. Bentuk dan ketebalan sel alveolar kecil tergantung dari
derajat perkemangan alveolus dan tegangan sekat antara alveoli.
Sel alveolar besar ialah sel yang tampak sebagai dinding alveolus pada pengamatan dengan
mikroskop cahaya. Sel ini terletak lebar ke dalam daripada pneumosit typeI.
Kompleks golginya sangat besar disertai granular endoplasma reticulu m dengan ribosom bebas.
Kadang-kadang tampak bangunan ini terdapat dipermukaan sel seperti gambaran sekresi sel
kelenjar. Diduga benda-benda ini merupakan cadangan zat yang berguna untuk menurunkan
tegangan permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus. Secret tersebut dinamakan
Surfactant. Udara di dalam alveolus dan darah dalam kapiler dipisahkan oleh: Sitoplasma sel
epitel alveolus. Membrana basalis epitel alveolus. Membrane basalis yang meliputi endotel
kapiler darah. Sitoplasma endotel kapiler darah.


Fagosit Alveolar, Sel Debu (Dust cell)
Hampir pada setiap sediaan paru-paru ditemukan fagosit bebas. Karena mereka mengandung
debu maka disebut sel debu. Pada beberapa penyakit jantung sel-sel tersebut mengandung butir-
butir hemosiderin hasil fagositosis pigmen eritrosit.

Pembuluh Darah
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang arteri
ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus
sejauh bronchioli respiratorius. Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus
alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari
anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari
venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus
dan segmen. Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus.
Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti
bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus
termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura. Darah akan kembali sebagian
besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis. Terdapat anastomosis dengan kapiler
dari arteri pulmonalis.

Pembuluh Limfe
Terdapat 2 kelompok besar, sebagian dalam pleura dan sebagian dalam jaringan paru-paru.
Terdapat hubungan antara 2 kelompok tersebut dan keduanya mengalirkan limfa ke arah nodus
limfatikus yang terdapat di hilus. Pembuluh limfe ada yang mengikuti jaringan pengikat septa
interlobularis dan ada pula yang mengikuti percabangan bronchus untuk mencapai hilus.

Pleura
Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang berdinding rangkap,
masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua pleura ini berhubungan
didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut terdiri atas jaringan pengikat
yang banyak mengandung serabut kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag. Di dalamnya banyak
terdapat anyaman kapiler darah dan pembuluh limfe


Morfologi dan Identifikasi
A. Ciri Khas Organisme
Pada jaringan, basil tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3
m. Pada medium artifisal, bentuk kokoid dan filament terlihat dengan bentuk morfologi
yang bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Mikobakterium tidak dapat
diklasifikasikan menjadi gram-positif atau gram-negatif. jika sudah terwarnai dengan bahan
celup dasar, organism ini tidak dapat diwarnai dengan alcohol, tanpa menghiraukan
pengobatan iodine. Basil tuberculosis sejati ditandai dengan tahan asam yaitu, 95% etil
alcohol mengandung 3% asam hidrokolat (asam-alkohol) dengan cepat menghilangkan
warna semua bakteri kecuali mikobakterium. Sifat tahan asam ini tergantung pada integritas
selubung yang terbuat dari lilin. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri tahan asam. Pada sediaan apus sputum atau potongan jaringan,
mikobakterium dapat ditunjukkan dengan fluoresensi kuning-oranye setelah pewarnaan
dengan fluorokrom (misalnya, auramin, rodamin).














B. Biakan
Medium untuk biakan primer mikobakterium harus meliputi medium nonselektif dan
medium selektif. Medium selektif mengandung antibiotic untuk mencegah pertumbuhan
berlebihan bakteri yang mengontaminasi dan fungi. Terdapat tiga formulasi umum yang
dapat digunakan untuk kedua media selektif dan nonselektif.
1. Medium agar semisintetik. Medium ini (misalnya, Middlebrook 7H10 dan 7H11)
mengandung garam, vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin, katalase, gliserol,
glukosa, dan malakit hijau; medium 7H11 juga mengandung kasein hidrolisat.
Albumin menetralisir efek toksik efek inhibisi asam lemak dalam specimen atau
medium. Inokulum yang besar menunjukkan pertumbuhan pada medium ini dalam
beberapa minggu. Karena inokulum besar mungkin diperlukan, medium ini mungkin
kurang sensitif dibandingkan dengan medium lain untuk isolasi primer
mikobakterium. Medium agar semisintetik digunakan untuk mengobservasi morfologi
koloni, untuk uji sensitifitas, dan dengan menambahkan antibiotik, sebagai medium
selektif.
2. Medium telur inspissated. Medium ini (misalnya, Lwenstein-Jansen) mengandung
garam, gliserol, dan substansi organic kompleks (misalnya, telur segar atau kuning
telur, tepung kentang, dan bahan-bahan lain dalam berbagai macam kombinasi).
Malakit hijau dimasukkan untuk menghambat bakteri lain. Inokulum kecil dalam
specimen dari pasien akan tumbuh pada medium ini dalam waktu 3-6 minggu.
medium ini dengan penambahan antibiotik digunakan sebagai medium selektif.
3. Medium kaldu. Medium kaldu (misalnya, Middlebrook 7H9 dan 7H12) mendorong
proliferasi inokulum kecil. Awalnya, mikobakterium tumbuh dalam bentuk rumpun
atau massa karena sifat hidrofobik permukaan selnya. Jika ditambahkan Tweens
(ester asam lemak yang larut air), zat ini akan membasahi permukaannya dan
memungkinkan terjadinya penyebaran pertumbuhan pada medium cair. Pertumbuhan
sering lebih cepat dibandingkan pada medium kompleks.
C. Sifat Pertumbuhan
Mikobakterium adalah aerob obligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak
komponen karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO
2
mendukung pertumbuhan.
Aktifitas biokimia tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat daridapa
kebanyakan bakteri. Waktu replikasi basilus tuberculosis sekitar 18 jam. Bentuk
saprofitik cenderung untuk tumbuh lebih cepat, untuk berproliferasi dengan baik pada
suhu 22-23
0
C, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat tahan asam bila
dibandingkan dengan patogennya,
D. Reaksi Terhadap Bahan Fisik dan Kimia
Mikobakterium cenderung lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia daripada bakteri
lainnya karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang
berkelompok. Bahan celup (misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap
bakteri lain dapat dimasukkan ke dalam medium tanpa penghambat pertumbuhan basil
tuberculosis. Asam dan basa memungkinkan beberapa basil tuberkel yang terpajan dapat
hidup dan digunakan untuk membantu mengeliminasi organism pengontaminasi dan
untuk konsentrasi specimen kilinis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat hidup
untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan.
E. Variasi
Variasi dapat muncul pada penampilan koloni, pigmentasi, virulensi, temperature
pertumbuhan optimal, dan banyak sifat pertumbuhan atau selular lainnya.

Komponen Basil Tuberkel
Komponen berikut ini terutama ditemukan pada dinding sel. Dinding sel mikobakterium dapat
menginduksi hipersensitifitas lambat dan beberapa resistensi terhadap infeksi serta dapat
menggantikan seluruh sel mikobakterium pada adjuvant Freund. Kandungan sel mikobakterium
hanya membangkitkan reaksi hipersensitifitas lambat pada binatang yang sebelumnya
disensitisasi.
A. Lipid
Mikobakterium kaya akan lipd, yang tediri dari asam mikolat ( asam lemak rantai panjang
C78-C90), lilin, dan, fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat dengan protein dan
polisakarida. Muramil dipeptida (dari peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam
mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma; fosfolipid penginduksi nekrosis
kaseosa. Lipid pada beberapa hal bertanggungjawab pada sifat tahan asamnya. Penghilangan
lipid dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini,
yang tergantung dari integritas dinding sel dan adanya lipid-lipid tertentu. Sifat tahan asam
juga dapat dihilangkan setelah sonikasi sel mikobakterium. Analisis lipid oleh kromatografi
gas menunjukkan pola yang dapat membantu klasifikasi spesies yang berbeda.
B. Protein
Setiap tipe mikobakterium mengandung beberapa protein yang membangkitan reaksi
tuberculin. Protein berikatan dengan wax fraction can, setelah injeksi, akan menginduksi
sensitivitas tuberculin. Protein ini juga dapat merangsang pembentukan berbagai antibodi.
C. Polisakarida
Mikobakterium mengandung berbagai polisakarida. Peran polisakarida dalam pathogenesis
penyakit manusia tidak jelas. Polisakarida tersebut dapat menginduksi hipersensitifitas tipe
cepat dan dapat berperan sebagai antigen dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi.


Memahami dan menjelaskan Tuberkulosis Paru

- Definisi
Tuberkulosis paru adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh
mikroorganisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
pericikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Kuman
juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang
dipasteurisasi, atau kadang-kadang melalui lesi kulit.

- Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu definisi kasus
yang meliputi empat hal, yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA Positif atau BTA
Negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan dan berat;
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.
Manfaat atau tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:
Menentukan panduan pengobatan yang sesuai
Registrasi kasus secara benar
Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
Kasus TB: Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis oleh
dokter.
Kasus TB pasti (definitif): Pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA Positif.
Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan untuk:
menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah timbulnya
resistensi
menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber daya lebih efektif dari segi biaya (cost-effective)
mengurangi efek samping
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Tuberkulosis ekstra paru. Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
Yaitu pada TB paru:
Tuberkulosis paru BTA positif.
o Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
o 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuuberkulosis.
o 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
o 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya memberi hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan
selama pemberian antibiotika non OAT.
Tuberkulosis paru BTA negatif. Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA
positif. Kriteria diagnosis TB paru BTA negatif harus meliputi:
o Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
o Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
o Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
o Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi bentuk ringan dan berat
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced) dan
atau keadaan umum pasien buruk.
TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
o TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
o TB ekstra paru berat, misalnya: menignitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
Catatan:
Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk kepentingan
pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai
TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien,
yaitu:
Baru. Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menekan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
Kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
Pengobatan setelah putus obat (default) adalah pasien yang telah berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
Gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
Pindahan (transfer in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register
TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
Lain-lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi kriteria di atas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
- Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

- Epidemiologi
Perkataan Epidemiologi berasal dari kata-kata Yunani EPI = pada, DEMOS = berarti masyarakat
dan LOGOS berarti ilmu atau teori . Pada saat ini Epidemiologi didefinisikan sebagai "Ilmu
tentang distribusi dan determinan-determinan dari keadaan atau kejadian yang berhubungan
dengan kesehatan didalam populasi tertentu, serta penerapan dari ilmu ini guna mengendalikan
masalah-masalah kesehatan
Definisi epidemiologi TB selain mencakup prevalensi, insidensi, kematian karena TB
(mortalitas) tetapi juga karena keunikannya mencakup pula, prevalensi dan insidensi penyakit
tersebut yang timbul dari populasi yang terinfeksi ini, serta rata-rata orang yang tertular penyakit
tuberkulosis oleh seorang penderita tuberkulosis menular .
Pengetahuan tentang berapa besarnya frekuensi, distribusi dan determinan yang ada menurut
umur, jenis kelamin, suku bangsa dan letak daerahnya memberi kita pengetahuan tentang
keadaan penyakit tuberkulosis di wilayah tertentu. Selanjutnya dengan mengetahui besarnya
prevalensi, distribusi dan determinan dari tuberkulosis di masyarakat tersebut maka dapat
diperkirakan besarnya permasalahan tuberkulosis yang ada di masyarakat tersebut . Dengan
demikian kita dapat menentukan prioritas dan strategi yang harus dilaksanakan pada program
pemberantasan penyakit TB .
Pada epidemiologi TB, parameter-parameter yang digunakan ada 4 (empat) yang penting yaitu :
1. Angka kematian karena TB, yaitu banyaknya kematian karena TB pada populasi tertentu
dalam 1 (satu) tahun per 100.000 penduduk.
2. Angka insidensi penderita TB yaitu banyaknya kasus-kasus baru TB pada populasi
tertentu dalam 1 (satu) tahun per 100.000 penduduk.
3. Angka prevalensi penderita TB yaitu banyaknya kasus-kasus TB lama dan baru yang
ditemukan pada populasi tertentu, biasanya dinyatakan pasif dengan mikroskopik dalam
jangka waktu tertentu.
4. ARTI (Annual Risk of Tuberculosis Infection) yaitu suatu probalitas/kemungkinan
seseorang yang belum pernah terinfeksi TB akan terinfeksi oleh kuman tersebut dalam 1
(satu) tahun (11,13,16).
Insidensi dan mortalitas tuberkulosis merupakan parameter yang baik untuk menggambarkan
epidemiologi TB namun sehubungan dengan surveilance yang tidak adekuat diberbagai negara,
tidak mungkin untuk menunjukkan data insindensi dan mortalitas TB yang sebenarnya, sehingga
dipergunakan beberapa parameter epidemiologi secara tidak langsung yaitu Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI), perkiraan insindens BTA (+), jumlah dan pencatatan kasus-kasus
TB, perkiraan cakupan populasi dibandingkan dengan pelayanan kesehatan, dan perkiraan kasus
fatal pada BTA (+) dan bentuk lain TB (16). Styblo dkk dari penelitian terhadap 19.000 orang
mendapatkan bahwa kematian karena TB : Insidens BTA (+) : prevalensi BTA = 1 : 2 : 4 .
Selanjutnya diperkirakan untuk setiap 1% ARTI, mencakup 50 kasus BTA (+) per 100.000
penduduk .
SITUASI EPIDEMIOLOGI GLOBAL
Diseluruh dunia tahun 1990 WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru TB dengan 49%
kasus terjadi di Asia Tenggara. Dalam periode 1984 1991 tercatat peningkatan jumlah kasus
TB diseluruh dunia, kecuali Amerika dan Eropa. Di tahun 1990 diperkirakan 7,5 juta kasus TB
dan 2,5 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Tahun 1995 WHO memperkirakan diseluruh dunia terdapat 9 juta kasus baru TB dengan jumlah
kematian 3 juta jiwa. Jika penanggulangan TB tidak mengalami perbaikan diperkirakan akan
terjadi 90 juta kasus baru dan 30 juta kematian akibat TB selama dekade 1990 1999.
Data dari WHO yang dikumpulkan lebih dari 174 negara dan daerah diseluruh dunia yang
mencakup 97% dari populasi global dikumpulkan di tahun 1995 yang dapat dipakai sebagai
gambaran global jumlah kasus TB per regional.
Di Amerika Serikat tahun 1994 didapatkan 24.361 kasus TB (9,4 kasus per 100.000 penduduk),
terjadi penurunan jumlah kasus sebesar 9,7% dibandingkan tahun 1985 yaitu sebesar 22.201.
Dibeberapa negara industri, TB baru-baru ini gagal mengalami penurunan demikian juga di
negara-negara Eropa Timur dan Bekas Uni Soviet
Pada tahun 1992 penilaian yang dilakukan WHO tuberculosis Programme pada 18 negara di
Eropa Barat didapatkan angka kematian yang menurun diseluruh negara-negara tersebut. Angka
kematian tertinggi di Portugal 2,8 per 100.000 penduduk tahun 1990, dan terendah di Belanda
0,3 per 100.000 penduduk di th 1989
Dinegara-negara Asia Timur dan Pasifik selatan angka mortalitas TB cukup tinggi, sekitar 200
kasus per 100.000 penduduk setelah perang dunia II, angka ini kemudian menurun dengan angka
yang berbeda-beda. Penurunan angka mortalitas yang paling cepat terjadi di Jepang.
Tuberkulosis dan HIV/AIDS
Global Programme on AIDS memperkirakan pada pertengahan tahun 1994, prevalensi HIV pada
orang dewasa 13-14 juta, dengan menggunakan perkiraan prevalensi TB dan infeksi HIV pada
masing-masing regional diperkirakan 5,6 juta orang terinfeksi HIV dan co-infeksi TB diseluruh
dunia; dengan 3,8 juta tinggal di Sub. Sahara Afrika, lebih 80.000 di Amerika Selatan, lebih
450.000 di Amerika Latin dan Karibia, 23.000 di Afrika Selatan dan Timur Tengah, 49.000 di
Eropa Barat, lebih dari 9.000 di Eropa Timur dan Bekas Soviet, 20.000 di Asia Timur dan
Pasisfik, 4.000 di Australia, dan lebih 1,5 juta di Asia Tenggara.
Diperkirakan "Annual risk of tuberculosis" pada pasien HIV dengan co-infeksi TB sebesar 5-
10%. Pada daerah yang terdapat kasus HIV dan co-infeksi TB hal ini meningkatkan jumlah
kasus TB secara bermakna (16). Tahun 1990 diperkirakan, sebesar 4% kasus baru TB
berhubungan dengan co-infeksi HIV yang mana dapat meningkatkan kasus baru TB dunia
sebesar 14% . Didaerah dimana HIV dan TB sangat umum terjadi, HIV memberikan dampak
yang dashyat bagi situasi epidemiologi TB .
Tuberkulosis di Asia Tenggara
"Annual Risk Infection" ditahun 1980 1985 dinegara-negara Asia Tenggara diperkirakan
sekitar 2% yang berarti terdapat insidensi 100 kasus BTA (+) per 100.000 penduduk . Tahun
1987 di Singapura terdapat 62 kasus per 100.000 penduduk, dengan rata-rata penurunan tahunan
5,7% sejak tahun 1959. Brunei Darussalam dengan angka kematian 8,5 kasus per 100.000
penduduk dengan insiden BTA (+) 84 kasus per 226.000 penduduk. Sedangkan Filipina ditahun
1981 1983 memperkirakan prevalensi BTA (+), 0,95%. Berdasarkan data dari SEAMIC Health
Statistic tahun 1990, penyakit tuberkulosis penyebab kematian no. 10 di Thailand tahun 1989
dan menduduki urutan ke 4 di Filipina pada tahun 1987 . Menurut Global TB WHO, 1998 saat
ini pusat dari epidemi TB berada di Asia dengan terdapat 4,5 juta dari 8 juta kasus yang
diperkirakan terdapat di dunia atau 50% kasusnya di 6 negara yaitu India, Cina, Bangladesh,
Pakistan, Indonesia dan Filipina. Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai penyumbang kasus
terbesar di dunia setelah India dan Cina.
SITUASI EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI, tahun
1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian menurut SKRT tahun 1980 TB menempati
urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992, TB menempati urutan nomor 2 sesudah penyakit
sistem sirkulasi.
Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dari seluruh kelompok usia
dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Dari hasil survey prevalensi TB yang dilakukan di 15 propinsi tahun 1979-1982 menunjukkan
berbagai variasi prevalensi tiap-tiap propinsi.
Prevalensi tertinggi 0,74% di propinsi NTT dan terendah di propinsi Bali 0,08%. Hasil dari
survey ini menunjukkan prevalensi TB rata-rata 0,29%. Sistem kesehatan nasional menargetkan
pengurangan prevalensi BTA (+) sampai angka rata-rata 0,20% ditahun 2000 .
Menurut WHO di tahun 1999 diperkirakan angka Insidensi TB di Indonesia sekitar 220 per
100.000 penduduk pertahun. Secara simulasi epidemiologi, maka prevalensi pada awal Pelita VI
telah diestimasikan sebesar 24 per 10.000 penduduk. Selanjutnya keadaan ini memberikan
gambaran bahwa penderita TB menular saat ini terhadap 450.000 orang dan setiap tahunnya
penderita baru akan bertambah sebesar 8 per 10.000 penduduk yaitu 150.000 penderita.
Namun dari data-rekapitulasi hasil penemuam TB kasus Baru Direktorat P2 ML Depkes RI
jumlah kasus baru tahun 1996/1997 sebesar 14.647 kasus dan tahun 1997/1998 terjadi
peningkatan jumlah kasus Baru menjadi 23.682 kasus. Peningkatan jumlah kasus terjadi hampir
disemua propinsi kecuali Propinsi Irja dan Timor-timur.
Data yang didapatkan dari RSUP Persahabatan tahun 1998 dari penderita yang berobat jalan di
poliklinik paru terdapat 76,21% kasus infeksi dan 62% diantaranya adalah kasus TB paru BTA
(+) dan BTA (-). Pada penderita yang dirawat 53,9% kasus infeksi dan 40% diantaranya kasus
TB paru.

- Patogenesis, Morfologi TBC Paru

A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru sehingga akan terbentuk suatusarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau
afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana sajadalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
beningmenuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitisregional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer iniakan
mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus
medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan
menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis.
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang
adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkinberakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak
setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
B. TUBERKULOSIS PASCA-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai
nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan.
Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di
segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti
salah satu jalan sebagai berikut:
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga
sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan
kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik
ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas Dapat pula memadat
dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat
mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
menjadi kaviti lagi Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan
seperti bintang (stellate shaped).

- Manifestasi Klinis
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Nyeri Dada
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC
paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang
tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
- Diagnosis
Diagnosis dikenali dari kelainan fisis,keluhan-keluhan klinins,gejala-gejala,kelainan
radiologis,sampai kelainan bakteriologis. Diagnosis pasti TB adalah dengan ditemukannya
Mycobacterium Tuberkulose dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. Dalam diagnosis
TB sebaiknya dicantumkan status klinis,status bakteriologis,status radiologis,dan status
kemoterapi .
Kriteria pasien TB menurut WHO :
Pasien dengan sputum BTA positif :
1. Pasien pada pemeriksaan sputumnya ditemukan BTA dalam 2x pemeriksaan
2. Sediaan sputum positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran
TB aktif .
3. Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif
Pasien dengan sputum BTA negatif :
1. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya tidak ditemukan BTA pada 2x
pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif .
2. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya tidak ditemukan BTA sama sekali
tetapi pada biakannya positif .
Ada juga TB ekstra paru ,adalah pasien yang dengan kelainan histologis atau dengan gambaran
klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan satu sediaan dari organ ekstra parunya
menunjukan hasil bakteri M.Tuberkulose .
Pasien digolongkan juga berdasarkan riwayat penyakitnya :
Kasus baru : Pasien yang tidak mendapat obat anti TB lebih dari satu bulan .
Kasus kambuh : Pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari TB tapi kemudian timbul
lagi TB aktifnya .
Kasus gagal : a) Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat obat anti
TB lebih dari 5 bulan . b) Pasien yang menghentikan pengobatannya setelah mendapat
obat anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA nya positif .
Kasusu kronik : Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat
pengaobatan ulang lengkap yang disupervisi dengan baik .
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis pasien TB biasa didapati konjungtiva mata pucat karena anemia,suhu
demam,badan kurus atau berat badan menurun . Secara anamnesis pemeriksaan fisis TB paru
sulit dibedakan dengan pnemonia biasa .
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling sering dijumpai adalah di bagian apex paru . Bila ada
infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafa
bronkial,akan didapatkan juga suara nafas tambahan seperti ronki basah,kasar,dan nyaring . tapi
bila infiltrat diliputi penebalan pleura suara nafas menjadi vasikuler melemah . Bila mendapat
kavitas yang cukup besar,perkusi memberikan suara hipersonor dan auskultasi memberikan suara
amforik .
Bila jaringan fibrotik amat luas yakni lebih dari setengah jaringan paru,maka akan terjadi
penngecilan aliran darah paru,meningkatkan tekanan arteri pulmonalis diikuti terjadinya kor
pulmonal dan gagal jantung kanan . Disini didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal
jantung kanan seperti takipnea,takikardia,sianosis,right ventikular hit,right atrial galop,murmur
graham .

Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik
ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan
jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturut-
turut.
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung
dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir,
tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat
sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan
pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk
kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum
dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus
dipastikan telah tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari
klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring
melalui jasa pos.

Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas
saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di
dalam dus
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan ini lebih mahal dari pemeriksaan sputum,tetapi lebih
menguntungkan pada TB anak dan TB milier . Pemeriksaan radiologis merupakan cara
yang praktis untuk menemukan lesi TB . Lokasi TB umumnya berada di apaaex
paru,tatapi dapat juga dilobus bawah atau di daerah hilus menyeruapi tumor paru .
Pada awal penyakit gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dengan
batas-batas yang tidak tegas . Gambaran TB milier terlihat berupa bercak-bercak halus
yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru . Gambaran radiolobis lain
adalah penebalan pleura,masa cairan dibagian bawah paru,bayangan hitam radiolusen
dipinggir paru .
Pemeriksaan radiologis yang banyak dipakai adalah CT scan . Perbedaan densiitas
jaringan dapat terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal . Pemeriksaan
radiologis lainnya adalah MRI . Tidak sebaik Ctscan tetapi dapat mengevaluasi proses-
proses dekat apex paru,tulang belakang,perbatasan dada-perut .

Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat.

1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan
dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan
melakukan uji kepekaan.
2. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah
kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati
masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan
dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional. Apabila hasil pemeriksaan
PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB, maka
hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB Pada
pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal
dari paru maupun ekstra paru sesuai dengan organ yang terlibat.
3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral
berupa proses antigen antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara
lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.
b. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik untuk
mendeteksi antibodi M. tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji diagnostik
TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasma
M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan
dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2 antigen
diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan
diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum akan
berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis
warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol
dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang
berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien,
dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah
yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada
sisir dan dapat dideteksi dengan mudah.

d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi
dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus
hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi.


Diagnosis banding TB
1.Bronkopneumonia
Gejala awal : - Rinitis ringan - Anoreksia - Gelisah Berlanjut sampai :
- Demam
- Malaise
- Nafas cepat dan dangkal ( 50 -80 )

2.Kanker paru
Kanker paru-paru stadium dini seringkali tidak menunjukkan gejala apapun. Tapi dengan
bertumbuhnya kanker, gejala yang umum terjadi antara lain:
- Batuk yang terus bertambah berat atau tidak kunjung sembuh
- Kesulitan bernafas, misalnya sesak nafas
- Nyeri dada yang terus menerus
- Batuk darah
- Suara serak
- Infeksi paru-paru yang sering, misalnya pneumonia
- Selalu merasa sangat letih
- Kehilangan berat badan

Komplikasi TB
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi.
Komplikasi dini: Pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, usus, poncets
arthropaty
Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas SOPT(sindrom obstruksi pasca
Tuberculosis), kerusakan parenkim berat (fibrosis paru, kor pulmonal, amyloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa.

Prognosis TB
Perkembangan dari infeksi TB menjadi penyakit TB terjadi ketika basil TB
mengatasi pertahanan sistem kekebalan tubuh dan mulai berkembang biak. Dalam TB
primer penyakit-1-5% dari kasus-ini terjadi segera setelah infeksi. Risiko meningkat
reaktivasi dengan imunosupresi, seperti yang disebabkan oleh infeksi HIV. Pada pasien
koinfeksi dengan''M. TB dan HIV'', risiko reaktivasi meningkat sampai 10% per tahun.
Ada sejumlah faktor yang diketahui yang membuat orang lebih rentan terhadap
infeksi TB: dunia yang paling penting dari ini adalah HIV. Co-infeksi HIV adalah
masalah tertentu di Sub-Sahara Afrika, karena tingginya insiden HIV di negara-negara.
Merokok lebih dari 20 batang sehari juga meningkatkan risiko TB oleh dua sampai empat
kali. Diabetes mellitus juga merupakan faktor risiko penting yang semakin penting di
negara berkembang. Negara penyakit lain yang meningkatkan risiko tuberkulosis
berkembang Hodgkin limfoma, stadium akhir penyakit ginjal, penyakit paru-paru kronis,
malnutrisi, dan alkoholisme. Meskipun hubungan sebab akibat tidak dibuktikan oleh data
ini, peningkatan risiko ini bisa disebabkan oleh defisiensi mikronutrien: mungkin besi,
vitamin B12 atau vitamin D. Secara global, kekurangan gizi yang parah umum di bagian
dunia berkembang menyebabkan peningkatan besar dalam risiko mengembangkan TB
aktif, karena efek merusak pada sistem kekebalan tubuh. Seiring dengan kepadatan
penduduk, gizi buruk dapat menyebabkan hubungan kuat diamati antara TBC dan
kemiskinan.


- Pencegahan

Cara mencegah TB:
1. sinar ultraviolet membasmi bakteri, bias digunakan di tempat-tempat dimana sekumpulan
orang dengan berbagai penyakit harus duduk bersama-sama selama beberapa jam
(misalnya di rumah sakit, ruangtunggu gawat darurat). Sinar ini bisa membunuh bakteri
yang terdapatdi dalam udara.
2. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan risiko tinggi
tuberculosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil testuberculin positif, tetapi hasil
roentgen tidak menunjukkan adanyapenyakit. Isoniazid diminum setiap hari selama 6-9
bulan.
3. penderita tuberculosis pulmoner yang sedang menjalani pengobatan tidak perlu diisolasi
lebih dari beberapa hari karena obatnya bekerja secara cepat sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya penularan.Tetapi penderita yang mengalami batuk dan tidak
menjalani pengobatan secara teratur, perlu diisolasi lebih lama karena bisa menularkan
penyakitnya. Penderita biasanya tidak lagi dapat menularkan penyakitnya setelah
menjalani pengobatan selama 10-14hari.
4. Di Negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis

- Pengawas Meminum Obat

1. Persyaratan PMO yaitu :
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.

2. Siapa yang bisa jadi PMO :
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian,
juru immunisasi dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO
dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.

3. Tugas seorang PMO :
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
Memberikan dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada yang telah ditentukan.
Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-
gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan
(UPK).
Tugas seorang PMO bukanlah untuk menggantikan kewajiban pasien mengambil obat dari UPK.

4. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan
keluarganya :
TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan dan kutukan.
TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya.
Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).
Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.
Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke
UPK.


- Penatalaksanaan
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT.
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat Utama (Lini 1)
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin

2. Jenis obat Tambahan lainnya (Lini2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon



Efek samping OAT
1. Efek isoniazid (INH)
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Efek
namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.
Efek efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat (terlihat pada tabel 4), bila efek efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.

2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simptomatis
ialah:-Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang - Sindrom perut berupa sakit
perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare - Sindrom kulit seperti
kemerahan gatal-gatal Efek efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah: - Hepatitis
imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus - Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan
gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan
jangan diberikan lagi walaupun gejalanya tlah menghilang - Sindrom respirasi yang ditandai
dengan sesak napas Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air
mata dan air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan tidak
tagline khawatir.

3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB
pada keadaan khusus). Nyeri sindrom pra juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-
kadang dapat menyebabkan serangan artritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam tetelan. Kadang-kadang terjadi reaksi demam,
mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.

4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman,
kebutaan warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler
tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang bikinnya terjadi bila dosisnya 15-25
mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan
akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol
tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi

5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan kembali
dan pendengaran. Risiko efek efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan walinya
dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan
gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek efek samping yang terlihat ialah sementara
Pandawa memerintah mendenging (tinitus), sakit kepala dan kehilangan kembali. Keadaan
ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0, 25gr. Jika
pengobatan diteruskan maka kerusakan alat kembali makin parah dan menetap (kehilangan
kembali dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit
kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek efek samping sementara dan ringan (jarang
terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan sementara Pandawa memerintah yang
mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis
dapat dikurangi 0, 25gr Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh
diberikan pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.



MDR (Multi Drug Resistance)
Definisi Resistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap rifampisin dan
INH dengan atau tanpa OAT lainnya Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis
dibagi menjadi:
- Resistensi primer ialah apabila pada pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan TB
- Resistensi buah2 an ialah apabila pada kita tidak tahu pasti apakah pasiennya sudah
pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
- Resistensi sekunder ialah apabila pada pasien tlah punya riwayat pengobatan sebelumnya.

TB paru kronik sering disebabkan oleh MDR Ada beberapa penyebab terjadinya resitensi
terhadap obat tuberkulosis, berlaku:
-Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
- Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, berlaku jenis obatnya yang kurang atau di
lingkungan tersebut tlah terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan,
misalnya saja memberikan rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi
terhadap yg kedua obat tersebut sudah cukup tinggi
- Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga minggu lalu
berhenti, setelah dua bulan berhenti kemudian terjadi berpindah pengampu dan mendapat
obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu berhenti lagi, demikian seterusnya
- Fenomena "penambahan syndrome" (Crofton, 1987), berlaku suatu obat ditambahkan
dalam suatu paduan pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu terjadi karena
kuman TB tlah resisten pada paduan yang pertama, maka "penambahan" (tambahan) satu
macam obat hanya akan menambah panjang daftar obat yang resisten
- Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara baik, sehingga
mengganggu bioavailabiliti obat
- Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke suatu daerah kadang terhenti
pengirimannya
- Pemakaian obat antituberkulosis cukup lama, sehingga menimbulkan kejemuan
- Pengetahuan pasien kurang tentang penyakit TB
- Kasus MDR-TB rujuk ke pengampu spesialis paru

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR) Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologikal dibagi menjadi 3 kelompok OAT:
1. Obat dengan aktiviti bakterisid: aminoglikosid, tionamid dan pirazinamid yang dan
memulai bekerja pada pH asam
2. Obat dengan aktiviti bakterisid rendah: fluorokuinolon
3. Obat dengan akiviti bakteriostatik, etambutol, cycloserin dan PAS




Memahami dan menjelaskan program pemerintah dalam pengobatan TB

Obat TB paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat
dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya
pada saat peru kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan
jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol,
dan Streptomycin.Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB Paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan:

a. Tahap intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita
menular tidak menjadi menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TBC BTA positif menjadi BTA negative (konversi) pada akhir
pengobatan. Note : Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat.

b. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Note : Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan. (Depkes RI, 2007)

Berhasil atau tidaknya usaha pemberantasan TBC tergantung pada :
1) Keadaan sosio-ekonomi masyarakat Makin buruk keadaan sosio-
ekonomi masyarakat, sehingga makin jelek nilai gizi dan hygiene
lingkungannya, yang akan menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka,
sehingga memudahkan menjadi sakit seandainya mendapatkan penularan.
Keadaan gizi yang jelek selain mempersulit penyembuhan juga memudahkan
kambuhnya kembali TBC yang sudah reda.

2) Kesadaran berobat si penderita
a. Pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama (minimal 2 tahun secara
teratur), sebab obat anti TBC baru bersifat tubercolustatica belum bersifat
tuberculocida. b. Kadang kadang walaupun penyakitnya agak berat si
penderita tidak merasa sakit, sehingga tidak mencari pengobatan. Menurut hasil
penyelidikan WHO 50% penderita tidak menunjukkan gejala apa apa. Orang
orang ini akan lebih berbahaya sebagai sumber penularan karena bebas
bercampur dengan masyarakat.

3) Pengetahuan penderita, keluarga dan masyarakat pada umumnya tentang
penyakit TBC Makin rendahnya pengetahuan penderita tentang bahaya
penderita TBC untuk dirinya, keluarga dan masyarakat disekitarnya, makin
besar pulalah bahaya si penderita sebagai sumber penularan baik di rumah
maupun di tempat pekerjaannya untuk keluarga dan orang orang di sekitarnya.
Sebaliknya pengetahuan yang baik tentang penyakit ini, akan menolong
masyarakat dalam menghindarinya. (Ilmu Kesehatan Masyarakat,1993)


Memahami dan menjelaskan Etika Batuk dalam Islam

Kebiasaan batuk yang salah.
Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk dan
bersin.
Membuang ludah sudah batuk disembarang tempat.
Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.
Cara batuk yang benar
Hal-hal perlu anda perlukan:
- Lengan baju
- Tissue
- Sabun dan air
- Gel pembersih tangan

Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda
dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda
merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk
pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker

Tips & Peringatan
Ajarkan anak-anak cara yang tepat untuk batuk dan bersin untuk membantu mengurangi
penyebaran penyakit di udara.
Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk membantu mengurangi
penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.
Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali dan diikuti segera dengan
mencuci tangan dan membuang tissue pada tempat sampah.


Artinya : Diriwayatkan dari Malik Al Asyari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda :
Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan
(timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi,
dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al
Quran adalah pedoman bagimu. (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai