Diantara lobus pulmo (paru) terdapat pembatas, yaitu fissure horizontal yang
membatasi antar lobus superior dengan lobus media pada pulmo dextra, dan
fissure obliq yang membatasi lobus media dengan lobus inferior pada pulmo
dextra atau antara lobus superior dengan lobus inferior pada pulmo sinistra.
Perbedaan bronchus dextra dan sinistra
1) Lumen bronchus dextra lebih luas dibandingkan sinistra.
2) Bronchus dextra lebih pendek dengan panjang 2,5 cm dan terdiri dari 6-8 buah
cincin, sedangkan sinistra panjangnya 5 cm dengan 9-12 buah cincin.
3) Bronchus dextra membentuk sudut 25 dengan garis tengah, sedangkan
sinistra 45 sehingga posisi bronchus kanan lebih curam.
Oleh karena itu, bronchus dextra lebih sering terkena infeksi.
Pulmo
2 | Prima Paramitha
Paru adalah organ utama untuk proses pernafasan yang berbentuk kerucut,
dimana bagian apex terdapat dibagian atas dan basal pada bagian bawah. Paru
terletak dalam cavum thorax yang mengisi ruangan dibagian lateral dari
mediastinum.
Pulmo dibungkus oleh jaringan ikat kuat yaitu pleura.
Pleura dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pleura parietalis
Lapisan luar yang melapisi dinding dada yang terletak dibawah fascia
endothoracica.
2. Pleura visceralis
Bagian pleura yang melekat ke paru-paru.
Pada kedua lapisan pleura tersebut terdapat rongga / ruangan yang disebut
dengan cavum pleura dimana rongga tersebut mengandung sedikit cairan
pleura yang dihasilkan oleh lapisan pleura parietalis yang berfungsi sebagai
pelumas untuk mengurangi friksi antara kedua lapisan pleura.
1.
2.
3.
4.
Pendarahan Paru
Bronchi, jaringan ikat paru, dan pleura visceralis menerima darah dari arteriae
bronchiales yang merupakan cabang aorta ascendens. Venae bronchiales (yang
berhubungan dengan venae pulmonales) mengalirkan darahnya ke vena azygos
dan vena hemiazygos.
Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang-cabang terminal
arteriae pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler
alveoli masuk ke cabang-cabang venae pulmonales yang mengikuti jaringan ikat
septa intersegmentalis ke radix pulmonis. Dua venae pulmonales meninggalkan
setiap radix pulmonis untuk bermuara ke dalam atrium sinistrum cor.
Persarafan Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas serabut
eferen dan aferen saraf otonom. Plexus ini dibentuk dari cabang-cabang truncus
symphaticus dan menerima serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus.
Serabut-serabut eferen simpatis mengakibatkan bronchodilatasi dan
vasokonstriksi.
Serabut-serabut
eferen
parasimpatis
mengakibatkan
bronchokonstrinksi, vasodilatasi, dan peningkatan sekresi kelenjar.
Impuls aferen yang berasal dari mucosa bronchus dan dari reseptor regang
pada dinding alveoli berjalan ke susunan saraf pusat dalam saraf simpatis dan
parasimpatis.
4 | Prima Paramitha
5 | Prima Paramitha
BRONCHIOLUS RESPIRATORIUS
Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa
bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus
sehingga epitelnya putus-putus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel
kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus
menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin
bertambah banyak dan silia semakin jarang atau tidak dijumpai. Terdapat otot
polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.
DUKTUS ALVEOLARIS
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat
muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai
duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang
semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat
elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan
dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi
muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang
sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal,
mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada
kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.
6 | Prima Paramitha
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya
untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah.
Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam
penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan
partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom
dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat
melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran
basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan
sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi
menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.
Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang
bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan
memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.
(http://sectiocadaveris.wordpress.com/)
2. MM Fisiologi saluran pernapasan bawah
Paru dan dinding dada adalah struktur elastik. Pada keadaan normal, hanya
ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah dapat
bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan dari dinding dada seperti
halnya dua lempengan kaca yang direkatkan dengan air dapat digeser tetapi tidak dapat
dipisahkan. Tekanan di dalam ruang antara paru dan dinding dada (tekanan intrapleura)
bersifat subatmosferik. Apabila dinding dada dibuka, paru akan kolaps; dan apabila paru
7 | Prima Paramitha
SURFAKTAN
Tegangan permukaan yang rendah pada waktu alveolus kecil disebabkan oleh adanya
surfaktan (suatu lipid yang merendahkan tegangan permukaan) di dalam cairan yang
melapisi alveolus. Surfaktan merupakan campuran dipalmitoilfosfatidilkolin (DPPC),
berbagai lipid lain, dan protein. Apabila tegangan permukaan tersebut tidak
dipertahankan rendah saat alveolus mengecil selama ekspirasi, sesuai dengan hukum
LaPlace, alveolus akan kolaps. Surfaktan juga berfungsi membantu mencegah terjadinya
edema paru.
Surfaktan dihasilkan oleh sel epitel alveolus tipe II. Badan Lamelar spesifik, yaitu organel
yang mengandung gulungan fosfolipid dan terikat pada membran sel, dibentuk dalam selsel tersebut dan disekresikan ke dalam lumen alveolus secara eksositosis.
Surfaktan mempunyai peranan penting pada kelahiran. Janin di dalam uterus melakukan
gerakan pernapasan, namun jaringan parunya tetap kolaps sampai saat kelahiran. Setelah
lahir, bayi melakukan beberapa kali gerakan inspirasi kuat dan parunya akan
8 | Prima Paramitha
mengembang. Adanya surfaktan mencegah agar jaringan paru tidak kolaps kembali.
Defisiensi surfaktan merupakan penyebab penting terjadinya surfaktan gawat pernapasan
bayi baru lahir (IRDS = infant respiratory distress syndrome; penyakit membran hyaline),
suatu penyakit paru serius yang terjadi pada bayi yang lahir sebelum sistem surfaktannya
berfungsi. Proses pematangan surfaktan dalam paru juga dipercepat oleh hormon
glukokortikoid. Menjelang umur kehamilan cukup bulan, didapatkan peningkatan kadar
kortisol fetal dan maternal, serta jaringan parunya kaya akan reseptor glukokortikoid.
Mekanisme pernapasan, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Proses fisiologi pernapsan yaitu proses O 2 dipindahkan dari udara ke jaringanjaringan,dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagai menjadi tiga stadium,
yaitu ventilasi,transportasi, dan repirasi sel.
1) Ventilasi
Merupakan gerak udara masuk paru yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara atmosfer dan alveoli akibat gerakan paru dalam rongga dada yang diperkuat
oleh otot-otot pernapasan. Tekanan intrapleura menjadi lebih negatif selama
inspirasi dan kurang negatif selama ekspirasi. Udara bergerak ke dalam paru selama
inspirasi bila tekanan alveolus lebih rendah daripada tekanan atmosfir, dan udara
keluar dari paru selama ekspirasi bila tekanan atmosfir.
2) Transportasi
a) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara
darah sistemik dan sel-sel jaringan. Penggerak kekuatan difusi gas melewati
membran alveolokapiler terdiri dari perbedaan tekanan parsial antara darah
dan rongga alveolar. Perbedaan tekanan parsial untuk difusi O 2 relatif besar : O2
alveolar kira-kira 100 mmHg dan sekitar 40 mmHg dalam darah kapilar paru
venosa campuran. Difusi CO2 dari darah ke alveolus membutuhkan perbedaan
10 | P r i m a P a r a m i t h a
tekanan parsial yang lebih kecil daripada O2 karena CO2 lebih dapat larut dalam
lipid.
b) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus. Hal ini berkaitan dengan hubungan
antara ventilasi(dalam paru)-perfusi(aliran darah dalam kapiler). Idealnya,
efisiensi pertukaran gas yang optimal akan diberikan melalui distribusi dan
perfusi sehingga ventilasi-perfusi hampir seimbang (pada orang normal).
Keseluruhan V/Q normal adalah 0,8(4L/menit : 5L/menit). Karena gaya gravitasi
aliran darah pulmonal, V/Q pada apex paru lebih tinggi dari 0,8 (V lebih tinggi
dari Q), sedangkan V/Q pada basis paru lebih rendah dari 0,8(V lebih rendah
dari Q). Ketidaksamaan V/Q yang menyebabakan hipoksemi terjadi pada
kebanyakan penyakit pernapasan.
1. Unit untung rugi (V/Q > 0,8), ventilasi normal tanpa perfusi (pada
embolisme paru)
2. Unit pirau (V/Q <0,8), tanpa ventilasi perfusi normal (pada edema paru,
pneumonia)
3. Unit diam, tanpa ventilasi dan perfusi
c) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.
1. Transpor O2 dalam darah
Hampir semua O2 yang dibawa ke jaringan dalam darah terikat pada
hemoglobin , dan hanya sedikit jumlah yang larut dalam plasma (karena
O2 tidak larut dalam plasma). Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi ,
namun sekitar 75% Hb masih berikatan dengan O 2 pada waktu Hb
kembali ke paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi hanya 25% O 2
dalam darah arteri yang digunakan untuk keperluan jaringan.
2. Transpor CO2 dalam darah
Transpor CO2 dari jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan tiga
cara:
3) Respirasi sel
Merupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk
mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel.
11 | P r i m a P a r a m i t h a
3. MM Mycobeacterium Tuberculosis
3.1. Definisi
Taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Upaordo
: Corynebacterineae
Famili : Mycobacteriaceae
Genus
: Mycobacterium
Spesies
: Mycobacterium tuberculosis
3.2. MM Morfologi Mycobacterium Tuberculosis
Spesies yang Potensial Patogen terhadap Manusia
Spesies
M.
Tuberculosis
M. leprae
M. bovis
Reservoir
Manusia
Manusia
Manusia dan ternak
Spesies
M.
avium
complex
M. kansaii
M. africanum
Reservoir
Tanah, air, unggas, burung,
ternak, dan lingkungan
Air, ternak
Manusia, kera
M.
genavense
M.
malmoense
M. marinum
Manusia, burung
Tidak diketahui
Mirip TB Paru
M.
scrofulaceum
M. simiae
M. szulgai
M. ulcerans
M. xenopi
M. fortuitum
dan
Ikan, air
12 | P r i m a P a r a m i t h a
M. chelonae
(Jawets, dkk, 2008)
3.3. Klasifikasi
Yang tergolong dalam kuman
Mycobacterium tuberculosis berdasarkan epidemiologi adalah
1. Mycobacterium tuberculosae
2.Varian asian
3.Varian african
4.Varian african II
5.Varian bovis
Kelompok kuman Mycobacterium lainnya adalah
1.M.kansasi 2.M.avium 3.M.intracellulare 4.M.Scrofilaceum 5.M.malmacerse 6.M.
xenopi
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 mm dan panjang 1
4 mm. Dinding M. Tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi
(60%).Penyusun utama dinding sel M. Tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
(complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cor d factor, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak
berantai panjang (C60 C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan
glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat
pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M .
tuber culosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebutdengan larutan asamalkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen
lipid,polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.tuberculosis dapat diidentifikasi
denganmenggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens
dengan beratmolekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang memberikan
sensitifitas danspesifisitas yang berfariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang
menggolongkan antigen M .tuber culosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan
yang tidak disekresi (somatik).Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang
hidup, contohnya antigen 30.000 a,protein MTP 40 dan lain lain
Pada jaringan,
karbon
13 | P r i m a P a r a m i t h a
Sifat
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada 6C
selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari lansung
selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20-30 jam.
Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil
ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam
lemari dengan suhu 20C selama 2 tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai
khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan
NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 %
akan hancur dalam 2-10 menit Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara
kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es.
Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat
dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk
berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali Mycobacterium tuberculosis
merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasus TBC biasanya mereka ditemukan
pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteria mendapat energi dari oksidasi
berbagai senyawa karbon sederhana.
Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari
kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang
impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam.
Karena pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis
dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak dengan
baik pada suhu 22-23oC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam
dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab
Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui saluran
pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap
masuk saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri Mycobacterium
tuberculosissendiri adalah paru-paru manusia. Droplet yang terhirup sangat kecil
14 | P r i m a P a r a m i t h a
ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus
berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman
tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru-paru
Pemeriksaan Biakan
Perbenihan untuk biakan primer mikobakteria meliputi perbenihan nonselektif dan
selektif (mengandung antibiotik untuk mencegah pertumbuhan berlebihan bakteri dan
jamur). Terdapat 3 formulasi umum yang digunakan, yaitu:
1. Perbenihan Agar Semisintetik
misal: Middlebrook 7H10 dan 7H11. Digunakan untuk pemantauan morfologi koloni, uji
kepekaan, dan dengan penambahan antibiotik, sebagai perbenihan selektif.
Mengandung garam tertentu, vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin, katalase, gliserol,
glukosa, dan malasit hijau. Albumin menetralisasi efek toksik dan efek penghambatan
asam lemak dalam bahan atau perbenihan.
2.Perbenihan Telur Tebal
misal: Lowenstein-Jensen. Perbenihan ini mengandung garam tertentu, gliserol, dan
substansi organik kompleks (misal: telur segar atau kuning telur, tepung kentang, dan
bahan lain dalam bentuk kombinasi).
3. Perbenihan Kaldu
misal: Middlebrook 7H9 dan 7H12. Perbenihan ini mendukung proliferasi inokula kecil.
Mikobakteria tumbuh dalam bentuk kelompok massa, akibat ciri khas hidrofobik
permukaan selnya. Jika ditambah Tweens (asam lemak yang dapat larut dalam air), akan
membasahkan permukaan sehingga memudahkan penguraian pertumbuhan dalam
perbenihan cair. Perbenihan 7H12 dengan penambahan antibiotik, suplemen, dan asam
14C palmitat adalah dasar untuk sistem biakan BACTEC untuk mikobakteria. Selama
pertumbuhan: Mikobakteria menggunakan asam 14C palmitat, melepas 14CO2, yang
terdeteksi oleh mesin. Biakan positif dideteksi dengan sistem ini dalam waktu kurang
lebih 2 minggu.
Reaksi terhadap Faktor Fisik dan Kimia
mikobakteria lebih resisten terhadap faktor Kimia daripada bakteri lain karena sifat
hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang bergerombol. Zat-zat warna
atau antibiotik bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat dimasukkan kedalam
perbenihan tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkel. Asam dan basa
memungkinkan sebagian basil tuberkel yang terkena tetap hidup, sifat ini digunakan
untuk memekatkan bahan dari klinik dengan membunuh sebagian organisme lain yang
mengkontaminasi. Basil tuberkel cukup resisten terhadap pengeringan dan dapat hidup
lama dalam dahak yang kering.
Va r i a s i
variasi terjadi pada bentuk koloni, pembentukan pigmen, produksi faktor cord, virulensi,
suhu pertumbuhan optimal, dan sifat-sifat sel atau sifat pertumbuhan lainnya
Bakteri tahan asam (BTA) dan Bakteri tidak tahan asam (BTTA) dapat dibedakan dengan
pewarnaan ziehl nelseen.Dengan pewarnaan ini pori-pori lipid pada bakteri akan melebu,
sehingga zat warna dapat masuk kedaalam tubuh bakteri. Bila preparat dingin zat warna
tidak dapat terlepas kembali walaupun dipengaruhi dengan asam, sehingga kuman yang
15 | P r i m a P a r a m i t h a
tidak dapat tahan asam akan mengambil zat warna kedua pada pewarnaan berikutnya.
Basil tahan asam berwarna merah, non basil tahan asam berwarna biru.
4. MM Tuberkulosis paru
4.1. Menjelaskan Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan
penyakit tuberculosis, sedangkan 20% lainnya merupakan tuberculosis
ekstrapulmonar.
(R. Darmanto, 2009)
Karena bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch, TB paru kadang
disebut sebagai Koch Pulmonum.
(www.medicastore.com)
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lainlain akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting
yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun pada
anak anak.
3. Umur
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif
(15-50 tahun). Namun, sekarang ini pada orang lansia (>55 tahun) juga sering
ditemukan, karena sistem imunologis menurun, sehingga sangat rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB Paru.
4. Jenis Kelamin
Penyakit TB-paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibanding
perempuan, karena banyak laki-laki yang suka merokok tembakau dan minum
alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahannan tubuh, sehingga lebih
mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
(Hiswani, 2004)
4.3. MM epidemiologi Tuberkulosis Paru
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi didunia setelah
China dan India. Perkiraan kejadian BTA di sputum yangpositif di Indonesia adalah
266.000 tahun 1998. berdasarkan surveikesehatan rumah tangga tahun 1985 dan
survey kesehatan nasional2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai
penyebab kematiantertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru
diperkirakan 0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relative
terlepasdari angka pandemic infeksi HIV karena masih relative rendahnya
infeksiHIV, tapi hal ini mungkin akan berubah di masa dating melihat
semakinmeningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ketahun.
www.tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologi-tb-di-indonesia/article/55/000100150017/2
4.4. Menjelaskan Klasifikasi Tuberkulosis Paru
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi, seperti :
Secara patologis, dibedakan menjadi :
1. TB Primer (Childhood TB
2. TB Post-primer (Adult TB)
Berdasar aktivitas radiologis, dibedakan menjadi :
1. TB Paru Aktif
2. TB Paru Non-Aktif
3. TB Paru Queiscent (bentuk aktif yang sudah mulai sembuh)
Berdasarkan radiologis dilihat dari luas lesi, dibedakan menjadi :
17 | P r i m a P a r a m i t h a
19 | P r i m a P a r a m i t h a
Penularan TB terutama terjadi melalui udara, apabila penderita batuk, bersin, atau
meludah. Droplet yang dikeluarkan bersifat infeksius, apalagi bila dalam jumlah
besar dengan potensi penularan di setiap dropletnya. Penularan hanya dapat
berlangsung dari orang yang menderita TB aktif, bukan laten. Kemungkinan
transmisi tergantung dari jumlah droplet infeksius, lama paparan, serta virulensi
strain.
Patogenesis TB pada orang yang sebelumnya belum pernah terpajan, bergantung
pada perkembangan respon imun anti-mikobakterium, sel yang bermediasi akan
menimbulkan resistensi pada mikobakterium dan berakhir pada timbulnya
hipersensitivitas terhadap antigen mikobakterium. Manifestasi patologis TB seperti
granuloma dan kavitas timbul karena adanya hipersensitivitas tersebut.
Makrofag merupakan sel utama yang diserang M. tuberculosis. Pada awal infeksi,
basil M. tuberculosis, bereplikasi tanpa hambatan, namun nantinya karena ada
respon dari T-Helper1 (TH1) akan menstimulasi makrofag agar membatasi
proliferasi M. tuberculosis.
M. tuberculosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru, masuk dan bereplikasi di dalam makrofag. M. tuberculosis masuk ke dalam
makrofag dengan cara endositosis yang dimediasi beberapa reseptor pada
makrofag, reseptor mannose akan melekat pada lipoarabinomannan pada dinding
20 | P r i m a P a r a m i t h a
bakteri, selain itu komplemen juga dapat mengopsonisasi bakteri. Setelah berada
di dalam makrofag, M. tuberculosis akan bereplikasi di dalam fagosom dan secara
aktif menghambat fusi fagosom-lisosom. M. tuberculosis memiliki beberapa
mekanisme untuk menghambat formasi fagolisosom, salah satunya melalui
hambatan sinyal Ca2+ dan hambatan rekrutmen protein dasar yang berperan
dalam formasi fagolisosom. Oleh karena itu, kurang dari 3 minggu (pada stadium
primer) pada individu yang belum tersensitisasi, TB ditandai adanya proliferasi
bakteri pada makrofag alveolar dan ruang udara.
M. tuberculosis akan membentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
atau afek primer. Sarang ini dapat timbul pada seluruh bagian paru. Dari sarang
primer, akan terjadi peradangan saluran limfe menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Selanjutnya kompleks primer dapat berkembang
menjadi :
Sembuh tanpa cacat.
Sembuh dengan sedikit bekas (sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di
hilus).
Menyebar secara perkontinuitatum, bronkogen, hematogen dan limfogen yang
pada akhirnya mengakibatkan bakterimia. Walaupun terjadi bakterimia,
kebanyakan pasien pada stadium primer asimptomatik atau hanya flu-like
illness ringan.
Sekitar 3 minggu setelah infeksi, respon TH1 terhadap M. tuberculosis akan
mengaktifkan makrofag menjadi bakterisidal. TH1 distimulasi oleh antigen M.
tuberculosis yang dipresentasikan APC dengan MHC kelas II pada nodus limfe.
Diferensiasi TH1 bergantung pada adanya IL-12 yang diproduksi oleh APC yang
bertemu antigen bakteri. TH1 yang matur baik pada nodus limfe dan paru akan
menghasilkan IFN-. IFN- merupakan mediator yang penting sehingga makrofag
menjadi kompeten untuk membatasi infeksi M. tuberculosis. IFN- menstimulasi
formasi fagolisosom pada makrofag yang terinfeksi melalui pajanan bakteri pada
lingkungan yang asam. Selain itu IFN- juga menstimulasi ekspresi inducible nitric
oxide synthase (iNOS) yang akan memproduksi nitric oxide (NO). NO selanjutnya
akan mencetus pembentukan nitrogen reaktif dan radikal bebas yang dapat
mengoksidasi komponen M. tuberculosis.
Selain menstimulasi makrofag untuk membunuh M. tuberculosis, TH1 juga
menimbulkan respon pembentukan granuloma dan nekrosis perkijuan. Makrofag
yang teraktivasi dan distimulasi IFN- akan memprodukasi TNF yang selanjutnya
akan merekrut monosit. Monosit tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel
epiteloid yang menjadi ciri khas respon granulomatosa. Granuloma yang terbentuk
berfungsi untuk mencegah penyebaran kuman dan menyediakan lingkungan untuk
komunikasi sel imun. Di dalam granuloma, limfosit T akan mensekresikan sitokin21 | P r i m a P a r a m i t h a
22 | P r i m a P a r a m i t h a
Sesak napas, ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
Nyeri dada, timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis, terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik
atau melepaskan napasnya.
Malaise, sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus, sakit kepala, dll.
(Zulkifli Amir, 2009)
4.7. Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Tuberkulosis Paru
Diagnosis dimulai dengan melakukan anamnesis terhadap pasien, biasanya akan
mengatakan keluhan-keluhan seperti yang dIjelaskan diatas, yaitu batuk
berkepanjangan, demam, dsb. Pemeriksaan fisik lalu pemeriksaan penunjang jika
belum dapat di pastikan.
Berikut adalah gambaran alur diagnosis TB
(http://www.exomedindonesia.com)
4.8. MM pemeriksaan Fisik dan Penunjang Tuberkulosis Paru
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva mata atau kulit yang pucat,
badan kurus (BB menurun). Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai
adalah bagian apeks paru, akan didapatkan perkusi redup dan auskultasi suara
napas bronchial, didapatkan bunyi tambahan berupa ronki basah, kasar, nyaring.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik.
Dari pemeriksaan radiologis didapatkan :
Lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis,
lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal.
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang tersebar
rata pada seluruh lapangan paru.
Gambaran radiologis lain adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan di
bagian bawah paru (efusi pleura/empiema), radiolusen di pinggir paru/pleura.
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya tidak sensitif dan
tidak spesifik. Jumlah leukosit sedikit meninggi dengan pergeseran ke kiri,
jumlah limfosit di bawah normal, LED meningkat. Bila penyakit mulai sembuh
sebaliknya. Didapatkan juga anemia ringan (normositik normokrom), gama
globulin meningkat, dan kadar natrium darah menurun. Pemeriksaan serologis
yang pernah dipakai adalah reaksi Takahashi, pemeriksaan ini menunjukkan
proses TB masih aktif atau tidak
2. Sputum
Pemeriksaan ini penting karena dapat ditemukan kuman BTA. Kriteria sputum
BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan.
3. Tes tuberculin
Membantu diagnosis TB terutama pada anak-anak. Biasanya yang dipakai
adalah tes Mantoux yaitu menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. intrakutan
berkekuatan 5 T.U. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seorang individu
sedang atau pernah mengalami infeksi Mycobacteria dan vaksin BCG. Setelah
48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul indurasi kemerahan.
Berikut adalah kriteria hasil tes Mantoux :
Mantoux negative
: indurasi 0-5 mm
24 | P r i m a P a r a m i t h a
5. TB Milier
6. Meningitis TB
(arifwr.wordpress.com)
Menjelaskan Prognosis Tuberkulosis Paru
Prognosis umumnya baik, jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika infeksi
disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut,
dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan, serta pada orang yang
beresiko tinggi menderita TB primer.
(Robbins, dkk, 2007)
Amir, Zulkifli. 2009. Tuberkulosi Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi V.
Jakarta : Interna Publishing.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi
pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai
selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Paduan OAT dan peruntukannya
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
30 | P r i m a P a r a m i t h a
Prognosis
Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan
ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan
follow-up sebelumnya
Pengobatan Lengkap
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap, tetapi tidak
memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah
Pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.
Default (Putus berobat)
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
(Depkes, 2006)
5.MM Pengawas Minum Obat (PMO)
a. Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
31 | P r i m a P a r a m i t h a
30 provinsi. Studi ini akan memberikan data terbaru yang dapat digunakan untuk
memperbarui estimasi insidensi dan prevalensi, sehingga diperoleh perkiraan yang
lebih akurat mengenai masalah TB.
Dari data tahun 1997-2004 [Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997-2004 dan
Tingkat Pelaporan 1995 - 2000] terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus sejak
tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat pelaporan
kasus TB meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan pelaporan kasus
BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk. Sedangkan
berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TB secara perlahan bergerak ke arah
kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian
besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun. [Attachment : Age
Specific Notification Rate 2004]
Kekebalan Obat Ganda (Multi Drug Resistance/MDR)
Meskipun saat ini data mengenai kekebalan obat ganda/MDR di Indonesia belum
tersedia, namun telah disiapkan sebuah survei untuk dilaksanakan pada akhir tahun
2005. Data mengenai hal ini dianggap penting karena beberapa alasan:
1. Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS
dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat
pemantau dan indikator program yang amat penting.
2. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TB melalui
Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk
kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak
pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan
pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.
3. Karena belum adanya jaringan laboratorium nasional dengan standar dan kualitas
yang memadai, generalisasi dan kualitas dari data yang tersedia tidak dapat
ditentukan.
(http://www.tbindonesia.or.id)
6. MM Etika batuk dalam Islam
Apakah menelan dahak membatalkan puasa?
Ulama berselisih pendapat tentang hukum menelan dahak ketika puasa, apakah
termasuk pembatal ataukah tidak?
Ibn Qudamah menyebutkan satu pembahasan khusus di al-Mughni. Beliau
mengatakan:
Sub-bab: jika ada orang puasa yang menelan dahak, dalam hal ini ada dua pendapat
dari Imam Ahmad: pertama, puasanya batal. Hambal pernah mengatakan: Saya
mendengar Imam Ahmad mengatakan: Jika ada orang mengeluarkan dahak,
kemudian dia telan lagi maka puasanya batal. Karena dahak berasal kepala (pangkal
hidung). Sementara ludah berasal dari mulut. Jika ada orang yang mengeluarkan
dahak dari perutnya (pangkal tenggorokannya) kemudian menelannya kembali maka
puasanya batal. Ini juga merupakan pendapat Imam Syafii. Karena orang tersebut
33 | P r i m a P a r a m i t h a
Kedua, pendapat kedua Imam Ahmad, menelan dahak tidaklah membatalkan puasa.
Beliau mengatakan dalam riwayat dari al-Marudzi: Kamu tidak wajib qadha, ketika
menelan dahak pada saat berpuasa, karena itu satu hal yang biasa berada di mulut,
bukan yang masuk dari luar, sebagaimana ludah. (al-Mughni, 3:36)
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin ketika ditanya tentang hukum menelan
dahak bagi orang yang puasa, beliau menjelaskan:
Menelan dadak, jika belum sampai ke mulut maka tidak membatalkan puasa. Ulama
madzhab hambali sepakat dalam hal ini. Namun jika sudah sampai ke mulut,
kemudian dia telan, dalam hal ini ada dua pendapat ulama. Ada yang mengatakan:
Itu membatalkan puasa, karena disamakan dengan makan dan minum. Ada juga
yang mengatakan: Tidak membatalkan puasa, karena disamakan dengan ludah.
Karena ludah tidak membatalkan puasa. Bahkan andaikan ada orang yang
mengumpulkan ludahnya kemudian dia telan maka puasanya tidak batal.
Sikap yang tepat, ketika terjadi perselisihan ulama, kembalikan kepada al-Quran dan
sunnah. Jika kita ragu dalam suatu hal, apakah termasuk pembatal ibadah ataukah
tidak, hukum asalnya adalah tidak membatalkan ibadah. Berdasarkan hal ini,
menelan dahak tidak membatalkan puasa. Akan tetapi, yang lebih penting,
hendaknya seseorang tidak menelan dahak dan tidak berusaha mengeluarkannya
dari mulutnya ketika berada di tenggorokan. Namun jika sudah sampai mulut,
hendaknya dia membuangnya. Baik ketika sedang puasa atau tidak lagi puasa.
Adapun, keterangan ini bisa membatalkan puasa, maka keterangan ini butuh dalil.
Sehingga bisa menjadi pegangan seseorang di hadapan Allah bahwa ini termasuk
pembatal puasa. (Majmu Fatawa Ibn Utsaimin, Volume 17, no. 723)
Sayyid Sabiq ketika membahas tentang hal-hal yang dibolehkan ketika puasa, beliau
mengatakan: Demikian pula, dibolehkan untuk menelan benda-benda yang tidak
mungkin bisa dihindari. Seperti menelan ludah, debu-debu jalanan, taburan tepung,
atau dedak (Fiqh Sunnah, 1:342)
Sebagaimana yang kita pahami, keluarnya dahak, ludah dan semacamnya, adalah
satu hal yang biasa bagi manusia. Karena ini merupakan bagian metabolisme dalam
tubuhnya. Karena kita yakin bawa hal ini juga dialami banyak sahabat di masa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Andaikan menelan ludah atau dahak bisa membatalkan
puasa, tentu akan ada riwayat, baik hadis maupun perkataan sahabat yang akan
menjelaskannya. Karena Allah tidak lupa ketika menurunkan syariatnya, sehingga
tidak ada satupun yang ketinggalan untuk dijelaskan. Lebih-lebih, ketika hal itu
berkaitan dengan masalah ibadah. Demikian, kesimpulan yang lebih kuat dalam
masalah ini. Allahu alam
34 | P r i m a P a r a m i t h a
35 | P r i m a P a r a m i t h a