Anda di halaman 1dari 17

Struktur dan Mekanisme Pernapasan

Yuni Inri Yanti


102012146/E1
yuniinri_yanti@yahoo.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara fNo. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Latar Belakang

Perlu kita ketahui sistem pernapasan atau respirasi sangat penting dalam kehidupan
makhluk hidup. Ini merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup itu sendiri. Sistem
pernapasan itu sendiri yaitu dimana terjadinya pertukaran udara, dimana O2 masuk sedangkan
CO2 keluar dalam paru-paru. Fungsi utama dari sistem pernafasan adalah suplai oksigen ke
dalam darah serta memberikan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Selama proses bernapas kita
menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida. Pertukaran gas terjadi di alveoli
dalam paru-paru manusia. Menghirup oksigen masuk ke dalam alveoli dan kemudian
berdifusi melalui kapiler ke dalam darah arteri. Sementara itu, limbah yang kaya darah dari
vena melepaskan karbon dioksida ke dalam alveoli. Karbondioksida mengikuti jalan yang
sama keluar dari paru-paru saat kita mengeluarkan napas. Bila kita bernapas, paru-paru
mengambil oksigen dari udara dan mengirimkannya ke aliran darah. Sel-sel dalam tubuh
oksigen kebutuhan kita untuk bekerja dan tumbuh.

Tujuan Penulisan

Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida dapat


mengetahui struktur pernapasan, mekanisme pernapasan, serta cara mekanisme kerja
spirometri. Makalah ini dibuat juga bertujuan agar dapat diperoleh pemahaman dan
pendalaman materi PBL (Program Based Learning) blok 7–Sistem Respirasi.

1
Skenario 4

Seorang polwan umur 37 tahun diusulkan untuk menerima kenaikan pangkat. Untuk
melengkapi persyaratan ia diwajibkan menjalani pemeriksaan kesehatan. Oleh dokter ia
diminta untuk menjalani pemeriksaan antara lain spirometri.

Pembahasan

1. Struktur Pernapasan
 Secara Makro
a. Hidung dan Nasal

Hidung bagian luar berbentuk piramid, berkesinambungan dengan dahi dan ujung
bebasnya disebut puncak hidung. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk
berbentuk bulat panjang, yaitu nares yang terpisah oleh septum nasi dan ke arah
posterior berkesinambungan dengan nasopharynx melalui choana.

Rongga hidung terdiri atas tiga regio yaitu vestibulum, penghidu dan pernapasan.
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat di sebelah dalam
nares dan dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, yang berguna untuk menahan
aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihirup. Regio penghidu berada
di sebelah cranial yang meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian
septum nasi yang ada di hadapan concha tersebut dan regio pernafasan adalah bagian
rongga hidung selebihnya.

Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi yakni concha nasalis superior,
medius, dan inferior. Meatus nasi superior terletak inferior terhadap concha nasalis
superior, meatus nasi medius berada inferolateral terhadap concha nasalis medius, dan
meatus nasi inferior terletak di caudal dan lateral terhadap concha nasallis inferior.

Sinus paranasalis berada di sekitar hidung terdiri atas sinus frontalis, ethmoidalis,
sphenoidalis, dan maxillaris. Sinus meringankan tulang tengkorak dan menanbah
resonansi suara.1

b. Tenggorokan

2
Tenggorokan adalah saluran yang menuju jalur pernafasan dan pencernaan.
Saluran ini terbentang dari mulut dan rongga hidung sampai oeosophagus
(kerongkongan) dan trachea. Secara anatomi tenggorokan dibagi menjadi larynx,
pharynx dan, trakea. Ketiganya menyusun jalur pernafasan.

a. Faring
Faring merupakan ruangan di belakang cavum nasi, yang menghubungkan
traktus digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring yaitu
nasofarings, orofarings dan laringofarings.
Nasofarings dilapisi oleh epitel beringkat torak bersilisa bersel goblet. Di
bawah membrana basalis, pada lamina propia terdapat kelenjar campur. Pada bagian
posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea. Pada anak-anak
sering membesar dan meradang yang disebut andenoiditis. Terdapat muara dari
saluran yang mengubungkan rongga hidung dan telinga tengah yang disebut osteum
faringeum tuba auditiva. Sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid yang
disebut tonsila tuba.
Orofarings dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terletak
di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Orofarings akan
dilanjutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah ke epitel oesophagus.
Di sini terdapat tonsila palatina, yang sering meradang disebut tonsilitis.
Laringofarings dilapisi oleh epitel yang bervariasi, tetapi sebagian besar epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Laringofarings terletak di belakang larings.1

b. Laring

Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dan trakea.
Bentuk tidak beraturan/irreguler. Larings dilapisi oleh epitel beringkat torak bersilia
bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis gepeng. Pada dindingnya dibentuk
oleh rulang rawan hialin dan tulang rawan elastis, jaringan ikat, otot skelet, dan
kelenjar campur. Selain berfungsi sebagai penyokong (menjaga agar jalan napas
terbuka), tulang rawan ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuknya
makanan atau cairan yang ditelan ke dalam trakea. Tulang rawan ini juga berfungsi
sebagai alat penghasil suara untuk fonasi.1 Gerakan pharynx harus terkoordinasi
dengan baik untuk memastikan makanan masuk ke dalam oeosophagus dan udara ke
jalur paru-paru. Koordinasi ini dilakukan oleh jaringan saraf pharyngeal plexus yang

3
aktivitasnya diatur oleh bagian batang otak yang membawa informasi proses
pernapasan dan pencernaan secara bersama-sama ke otak yang lebih tinggi.1
c. Percabangan Trakea

Bronkus primer kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus
dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke
kanan. Objek asing yang masuk ke dalam trakea kemungkinan ditempatkan dalam
bronkus kanan. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk
bronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin mengecil. Saat tuba
semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago.
Bronki disebut ekstrapulmonar samapi masuk paru- paru, setelah itu disebut
intrapulmonary.

Struktur mendasar dari kedua paru- paru adalah percabangan brongkial yang
selanjutnya : bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik, duktus
alveolar, dan alveoli. Tidak ada kartilago dalam bronkiolus, silia tetap ada samapi
bronkiolus respiratorik terkecil.1

d. Paru-Paru

Tubuh memiliki dua paru-paru yang mengisi sebagian besar rongga thoraks. Paru-
paru kiri lebih kecil dari paru-paru kanan untuk member ruang bagi jantung yang
berada dibawahnya. Masing-masing paru-paru terbagi dalam lobus. Paru-paru kanan
memiliki tiga lobus, dan paru-paru kiri memiliki dua lobus. Masing masing lobus
dibatasi oleh fissure, yakni alur yang terdapat pada permukaan paru-paru. .

Paru-paru juga memiliki system jaringan pembuluh darah yang bermula dari arteri
pulmonalis yang masuk paru-paru pada sepanjang bronchi sisi kanan dan kiri. Saluran
darah tersebut selanjutnya bercabang-cabang menjadi pembuluh darah yang
mengikuti jalur bronchioles. Pada alveolus, pembuluh darah tersebut membentuk
saluran darah kapiler kecil.

Terdapat dua tipe membrane pleura pada paru-paru : membrane dalam (pleura
visceralis) dan membrane luar ( pleura parietalis). Pleura viceralis menyelimuti
seluruh bagian paru-paru termasuk pada bagian fissure, dan pleura parietalis melapisi
bagian dalam rongga thoraks. Kedua lapisan membrane tersebut tersambung satu
sama lain pada bagian hylum, tempat dimana paru-paru terhubung dengan trachea

4
oleh broncus dan terhubung dengan jantung oleh arteri pulmonalis. Lapisan pleura
visceralis dan parietalis menempel satu sama lain pada semua bagian dan terus
bergerak saling bergesekan selama paru-paru melakukan proses bernapas. Diantara
kedua membrane terdapat celah yang sempit untuk mengakomodasi cairan yang
berfungsi sebagai pelumas.1

Gambar 1. Struktur Pernapasan

 Secara Mikro
a. Epiglotis

Permukaan epiglottis dan permukaan laryngeal serta permukaan lingual.


Permukaan laryngeal dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel goblet.
Permukaan lingual dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dalam
lamina propria kedua permukaan tersebut terdapat kelenjar campur. Tempat peralihan
kedua jenis ini biasanya tidak tepat diujungnya. Kerangka epiglottis yaitu tulang
rawan elastis terdapat ditengah organ ini.2

b. Trakea

Mukosa trakea terdiri atas epitel respiratorius dengan sejumlah sel-sel goblet,
lamina propria dan lamina elastika yang berkembang baik. Submukosa ditempati oleh
kelenjar mukosa dan kelenjar seromukosa. Adventisia adalah bagian yang paling tebal
dari dinding trakea. Adventisia ditempati cincin C dari tulang rawan hialin, sebelah
posterior, muskulus trakhealis mengisi celah antara ujung bebas tulang rawan.

Mukosa trachea dilapisi epitel bertingkat silindris, bersilia dan bersel goblet.
Dalam lamina propria terdapat kelenjar campur. Tulang rawan yang menjadi
5
rangkanya adalah tulang rawan hialin berbentuk huruf C. Bagian trachea yang
mengandung tulang rawan ini disebut pars kartilaginea trachea. Celah pada huruf C
ini ditutup oleh jaringan ikat dengan kerangka jaringan otot polos. Bagian ini disebut
pars membranasea trachea. Dalam lamina proprianya juga terdapat kelenjar campur.
Disekeliling trachea, meliputi bagian luar trachea baik pars kartilagenia ,maupun pars
membranasea, terdapat selubung jaringan ikat yang disebut tunika adventisia.2

c. Pulmo

Bronkus intrapulmonal, mukosa saluran napas ini biasanya tidak rata, berkelok-
kelok dan dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel goblet. Dalam lamina
propria terdapat berkas otot polos yang tersusun melingkar. Dibawah lapisan otot
polos dapat ditemukan penggalan tulang rawan hialin. Dan diantara penggalan tulang
rawan tersebut, dibawah berks otot polos terdapat kelenjar campur. Permukaan luar
dindingnya yaitu tunika adventisia merupakan jaringan ikat jarang.

Bronkiolus mukosanya juga tampak bergelombang. Pada bronkiolus yang besar


epitelnya selapis torak, bersilia, bersel goblet. Pada bronkiolus yang paling kecil
epitelnya lebih rendah, epitel selapis kubis tak bersilia. Perubahan jenis epitel itu
berangsur-angsur, makin kearah distal, dari bronkiolus besar ke bronkiolus kecil,
epitel makin rendah, terlihat epitel tak belsilia. Sel goblet makin jarang, sampai
akhirnya tidak ditemukan lagi pada daerah yang epitelnya selapis kubis tak bersilia.
Dalam lamina propria tidak lagi terdapat kelenjar maupun penggalan tulang rawan.
Berkas serat otot polos pun makin kedistal makin tipis, sehingga sering sulit dikenali.
Bronkiolus yang paling kecil, yang akan menyalurkan udara kedalam suatu lobulus
disebut bronkiolus terminalis, yang menyalurkan udara pernapasan ke asinus, unit
struktural paru. Bronkiolus terminalis karena pendek hanya potongan memanjangnya
akan menunjukan ujung bronkiolus yang bercabang. Epitelnya selapis kubis , dan
serat otot masih terdapat serat otot polos. Selanjutnya cabang ini bercabang lagi dan
sudah memiliki alveoli pada dindingnya, merupakan cirikhas dari bronkiolus
respiratorius, epitelnya menjadi kuboid rendah, tidak bersilia lagi, serat otot polos,
serat kolagen dan elastin masih terdapat disini. Ini merupakan daerah pertama
terjadinya pertukaran gas.

Duktus alveolaris dicabangkan dari bronkiolus respiratorius, berupa saluran yang


dindingnya terdiri atas alveolus. Pada setiap pintu masuk ke alveolus terdapat epitel

6
selapis gepeng. Sakus alveolaris dari ujung duktus alveolaris terbuka pintu lebar
menuju beberapa sakus alveolaris. Saluran ini terdiri atas beberapa alveolus yang
bermuara bersama membentuk ruangan serupa rotunda yang disebut atrium.

Alveolus paru merupakan kantong yang dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang
amat tipis. Selain itu terdapat juga sel epitel yang berbentuk kuboid yaitu sel septal.
Didalam lumennya terdapat sel debu. Sel debu agak besar dan didalam sitoplasmanya
terdapat partikel debu.2

2. Mekanisme Pernapasan

Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses pernafasan dengan mengikuti
penurunan gradien tekanan yang berubah berselang seling antara alveolus dan atmosfer
akibat siklik otot-oto pernafasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi
antara lain tekanan atmosfer, intra-alveolus dan intrapleura.

Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Tekanan intra-alveolus yang dikenal
juga sebagai tekanan intrapulmonalis adalah tekanan di dalam alveolus. Tekanan intrapleura
adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga dikenal sebagai tekanan
intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru dalam rongga toraks.5

Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan volume
intratorakal. Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak
memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratorakal. Namun, pada awal
ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi sebagai
peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.

Respirasi melibatkan proses berikut:

1. Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran
pernapasan dan paru-paru.
2. Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru dan kapiilar
pulmonal.
3. Respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel jaringan.
4. Respirasi selular adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi, dan
persiapan produk oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh.

7
a. Fungsi Pernapasan

Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Respirasi internal atau
seluler megacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam
mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi
dari molekul nutrient. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian
kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara linkungan eksternal dan sel
tubuh. Pernapasan eksternal meliputi empat langkah:

1. Udara secara bergantian bergerak masuk keluar paru, sehingga dapat terjadi
pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus)
paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan atau ventilasi.
2. Oksigen dan karbon dioksida dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di
dalam kapiler pulmonalis melalui proses difusi.
3. Oksigen dan karbon dioksida diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.
4.  Pertukaran O2 dan CO 2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi
melintasi kapiler sistemik (jaringan).

b. Pengendali Sistem Pernapasan


Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama, kimiawi
dan pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan
yang terletak di dalam medulla oblongata, dan jika dirangsang maka pusat itu
mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan, yaitu
otot diafragma dan otot interkostalis.

Pengendalian secara kimiawi. Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam
pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan.
Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi; kadar alkali darah harus
dipertahankan. Karbon dioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan
kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls
saraf yang kerja atas otot pernapasan.

Pengendalian oleh saraf. Pusat pernapasan adalah suatau pusat otomatik didalam
medulla oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui

8
beberapa radix saraf servikalis impul ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.
Dibagian yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah
torax melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang kecepatannya
kira-kira lima belas kali setiap menit. Impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran
gelembung udara diantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan didalam medulla
oblongata.
c. Otot-Otot Pernapasan
Sebagian kerja dalam proses bernapas dilakukan oleh diaphragma yang merupakan
lembaran-lembaran otot dan jaringan fiber yang membentuk dinding rongga dada dan
abdomen. Tulang-tulang rusuk melindungi paru dan jantung pada bagian depan atas,
sedangkan difragma menutup sisi bawahnya. Jaringan fiber pada diafragma akan
berkontraksi ketika menarik napas, membuat bentuk kubahnya menjadi rata dengan
menurunkan puncak kubah ke rongga abdomen. Sehingga volume paru membesar dan
menarik udara melalui trachea, hidung dan mulut. Saraf yang mempersarafi diafragma
adalah saraf phrenicus.2,4
 Otot yang terlibat semasa inspirasi tenang :
 Diafragma
 M. Intercostalis Eksternus
 Otot yang terlibat semasa inspirasi kuat :
 Sternokleidomastoideus
 Pktoralis Mayor, dll
 Otot terlibat dalam ekspirasi tenang:
 Relaksasi otot-otot inspirasi
 Otot terlibat dalam ekspirasi kuat :
 Otot-otot dinding perut
 M. Interkostalis Internus

d. Jalur Pernapasan
Terdiri cabang-cabang saluran dari lingkungan sampai ke paru.

9
Hidung/ mulut

Faring

Laring

Trakea

Bronkus primer

Kanan Kiri

Paru kanan

Bronkus kecil

Bronkiolus

Bronkiolus terminalis

Bronkiolus respiratori

Ductus alveolaris

Sacus alveolaris

Alveolus

Gambar 2. Saluran Pernapasan

Bagian konduksi: bagian yang menyalurkan gas/udara (Hidung-Bronkiolus


terminlis). Bagian respirasi : bagian paru yang berhubungan dengan proses pertukaran
gas (Bronkiolua reapirtorius-alveolus).

10
Terjaga ataupun tidur, saat bernapas sekitar 12 kali dalam satu menit. Selama 24
jam paru-paru mengolah lebih dari 8000 liter udara. Pada saat berolahraga berat, proses
bernapas akan berlipat hingga 80kali setiap menit. Tujuan utama proses bernapas
adalah mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Oksigen adalah elemen
terpenting kehidupan yang vital dalam proses pembakaran, sedangkan karbondioksida
dan sisa-sisa kimiawi internal tubuh lainnya dapat menjadi racun bagi tubuh. Tugas
utama paru-paru, jantung dan pembuluh darah adalah membawa oksigen ke dalam
jaringan tubuh untuk memproduksi energi demi bertahan hidup. Otak akan segera mati
jika kekurangan oksigen.3

 Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam tulang dada menjadi kecil dari pada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 4
 Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke posisi
semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.
Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga yang kaya karbondioksida keluar.4

e. Transportasi O2 dan CO2


Oksigen yang diserap oleh arah di paru harus diangkut ke jaringan agar dapat
digunakan oleh sel-sel. Sebaliknya CO2 yang diproduksi oleh sel-sel harus diangkut
ke paru-paru untuk dieleminasi. Transport O2 dan CO2 teutama dilakukan di eritrosit
sebab mengandung Hb. Hb mengikat O2 di kapiler paru dan dilepaskan di jaringan.
Hb dapat mengikat CO2 yang diproduksi jaringan dan dilepaskan di paru.
Transport O2 dalam bentuk larut sangat sedikit dan terikat secara kimiawi
dengan Hb. Tiap komponen Hb mengandung 1 atom zat besi (Fe). Hb dapat berubah
bentuk “Oxygenated” waktu mengikat O2dan membentuk “Oksihemoglobin” yaitu Hb
+ O2  HbO2. Di kapiler jaringan Hb melepaskan O2 (Deoksigenasi) menjadi
Deoxygenated (Deoksihemoglobin) yaitu HbO2  Hb + O2.
Transport O2 dalam arah dilakukan melaui 2 cara yaitu secara fisika maupun
kimia. Kelarutan O2 dalam plasma darah adalah kecil karena perbedaan kepolaran

11
antara gas dan pelarutnya kecil. O2 berdifusi dalam sel darah merah dan terikat secara
kimiawi dengan hemoglobin.
Disosiasi oksi Hb (pelepsan O2 dari Hb) ditentukan oleh P O2 dan medium
sekelilingnya. Disosiasi oksi Hb meningkat (Hb mudah melepaskan O 2) bila pH
menurun, P CO2 meninggi, suhu meninggi, konsentrasi 2,3 BPG meninggi dalam sel
darah merah, dan P O2 menurun.
Pada transport CO2, CO2 sebagai terlarut, daya larut CO2 lebih besar dari O2, tiap ml
darah hanya dapat membebaskan 0,3 CO 2 dalam bentuk terlarut. CO2 merupakan
hasil respirasi selular. Di sel jaringan tekanan CO 2 tinggi sehingga terjadi difusi CO 2
ke pembuluh darah kapiler dan diangkut melalui 2 cara yaitu fisika dan kimia. Dengan
cara fisika, CO2 diangkut oleh plasma darah (7%) karena kelarutan CO 2 dalam plasma
darah adalah 24 kali lebih besar daripada kelarutan O2. Dengan cara kimia, CO2
berdifusi ke sel darah merah dan diubah menjadi carbamino haemoglobin (HbCO 2)
dan ion bikarbonat (70%). CO2 terikat denga HB lebih kurang 23 % membentuk
HbCO2. CO2 berdifusi dalam sel darah merah embentuk HCO3-. Ion H+ dinetralisir
oleh Hb (daya buffer Hb) menjadi HHb. Ion HCO 3- keluar dari sel darah merah
menuju plasma diganti oleh ion Cl- (pergeseran klorida). Dalam plasma ion HCO3-
bertindak sebagai buffer untuk mengontrol pH darah.4

f. Keseimbangan Asam-Basa
Pernapasan mempengaruhi pH cairan tubuh karena pernapasan mengatur CO 2
dalam cairan tubuh. Ingatlah bahwa CO2 bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat (H2CO3), yang akan terionisasi menjadi ion H+ dan ion HCO3-. Makin banyak
ion hidrogen terdapat dalam cairan tubuh, akan makin rendah pH, dan makin sedikit
ion hidrogen akan makin tinggi pH. Sistem pernapasan dapat menjadi sebab
ketidakseimbangan pH sebaliknya dapat pula memperbaiki ketidakseimbangan pH
yang diakibatkan oleh penyebab lain.3
 Alkalosis dan Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratorik terjadi jika frekuensi atau efisiensi pernapasan menurun


sehingga terjadi penumpukan CO2 dalam cairan tubuh. Kelebihan CO2 ini
mengakibatkan pembentukan ion hidrogen lebih banyak, yang selanjutnya akan
menurunkan pH. Penyebab asidosis respiratorik antara lain adalah pneumonia dan

12
emfisema, atau asma berat yang semua merusak pertukaran gas dan menyebabkan
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.

Alkalosis respiratorik terjadi jika frekuensi pernapasan meningkat, dan CO 2


diembuskan dengan sangat cepat. Kurangnya CO2 menurunkan pembentukan ion
hidrogen, yang selanjutnya akan meningkatkan pH. Contoh untuk keadaan ini adalah,
bila kita bernapas lebih cepat dari biasanya, akan menyebabkan pernapasan alkalosis
ringan. Atau bila bayi menangis dalam waktu yang cukup lama akan mengalami
pernapasan alkalosis. Secara umum respirasi alkalosis bukan merupakan kejadian
yang lazim. Status mental tertentu atau ansietas emosional dapat disertai dengan
hiperventilasi dan juga mengakibatkan respirsi alkalosis. Berada di tempat yang sangat
tinggi seperti di gunung (dimana O2 atmosfir rendah) dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi pernapasan sementara sebelum terjadi kompensasi (peningkatan
pembentukan sel-sel darah merah).3

 Kompensasi Pernapasan

Jika ketidakseimbangan pH disebabkan oleh suatu sebab selain perubahan dalam


pernapasan, ini disebut asidosis atau alkalosis metabolik. Pada kedua keadaan
tersebut, perubahan pH akan merangsang perubahan pernapasan yang dapat
membantu memulihkan pH cairan tubuh kembali normal.

Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh diabetes yang tidak diobati


(ketoasidosis) penyakit ginjal, atau diare hebat. Dalam situasi tersebut, konsentrasi ion
H+ cairan tubuh meningkat. Kompensasi pernapasan yang terjadi adalah dengan
meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan yang ditujukan untuk
menghembuskan lebih banyak CO2 sehingga menurunkan pembentukan ion H+, yang
selanjutnya akan meningkatkan pH ke batas normalnya.

Alkalosis metabolik bukan kejadian yang umum, namun dapat disebabkan oleh
penggunaan obat-obatan alkalin yang berlebihan seperti yang digunakan untuk
menghilangkan gangguan lambung. Dalam kondisi ini konsentrasi ion H+ cairan tubuh
menurun. Kompensasi pernapasan yang terjadi adalah penurunan pernapasan untuk
menahan CO2 dalam tubuh sehingga meningkatkan pembentukan ion H+ yang
selanjutnya akan menurunkan pH ke batas normalnya. Kompensasi pernapasan untuk
ketidakseimbangan pH metabolik tidak dapat dilakukan dengan sempurna, karena

13
keterbatasan jumlah CO2 yang mungkin dihembuskan atau ditahan. Secara
keseluruhan kompensasi pernapasan hanya efektif 75 % saja.3

g. Tekanan Pernapasan

Gas lewat dengan segera diantara alveolus dan darah dengan cara difusi. Pada
difusi ini, molekul gas lewat dari tempat dengan tekanan parsial tinggi ke tempat
dengan tekanan parsial yang rendah. Oksigen dalam alveolus berada dalam tekanan
parsial yang lbih tinggi daripada di dalam darah dan dengan demikian berpindah dari
alveolus ke dalam darah. Volume gas yang berpindah bergantung pada luas permukaan
alveolus, dan ketebalan dinding alveolus.

Oksigen dan karbondioksida menurunkan gradient tekanan parsialnya saat


melewati membrane respiratorik. Molekul gas berdifusi dari area bertekanan parsial
tinggi ke area bertekanan lebih rendah terlepas dari konsentrasi gas lain dalam larutan.
Dengan demikian, kecepatan difusi gas menembus membran ditentukan oleh tekanan
parsialnya.

PO2 dalam udara alveolar adalah 100mmHg, sementara PO 2 pada darah


terdeoksigenasi dalam kapiler pulmoner di sekitar alveoli adalah 40mmHg. Dengan
demikian, O2 berdifusi dari udara alveolar menembus membrane respiratorik menuju
kapilar paru. PCO2 dalam udara alveolar adala 40mmHg, dan PCO2 dalam kapilar
disekitarnya adalah 45 mmHg. Dengan demikian, CO2 berdifusi dari kapiler ke
alveoli.5

h. Volume dan Kapasitas Pernapasan

Volume paru terdiri dari:

1. Tidal volume (T.V) yang merupakan volume udara yang diinspirasikan dan
diekspirasikan di setiap pernapasan normal, dan jumlahnya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (I.R.V) merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidal normal, dan ia biasanya sama dengan kira-kira
3.000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (E.R.V) merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi tidal yang normal.
Jumlahnya kira-kira 1.000 ml.

14
4. Volume residu (R.V) adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru
setelah kebanyakan ekspirasi kuat. Volume ini rata-rata sekitar 1.200 ml.

Kapasitas pernapasan adalah jumlah udara maksimal yang masih dapat dihirup oleh
klien setelah ekspirasi normal (IC = TV + IRV). Kapasitas residu fungsional adalah
jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (FRC = ERV +
RV). Jumlah volume udara total yang dapat ditahan oleh paru-paru disebut kapasitas paru
total atau merupakan jumlah dari ke empat pernapasan (TLC = TV + IRV + ERV +
RV).6

5. Cara Mekanisme Kerja Spirometri

Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru


selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur
yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan
menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin  Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai
normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

Pasien yang dianjurkan untuk melalukan pemeriksaan ini antara lain : pasien yang
mengeluh sesak napas, pemeriksaan berkala bagi pekerja pabrik, pederita PPOK, penyandang
asma, dan perokok. Spirometer dapat digunakan bersama dengan pengatur kecepatan
pencatatan.

Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi


badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan
umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka
dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang
dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.

Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang
reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang
dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari 5% atau
100mL).7

15
Gambar 3. Spirometri

Penutup

Kesimpulan

Sistem pernapasan atau respirasi sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup.
struktur Sitem pernapasan pada manusia melibatkan berbagai macam struktur sistem repirasi
dari rongga hidung hingga bagian terkecil yakni alveolus , fungsi pernapasan secara garis
besar adalah sebagai proses pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi dalam
beberapa mekanisme . Mekanisme pernapasan sendiri adalah suatu proses yang terjadi secara
otomatis, yang membantu mekanisme pernapasan ada otot pernapasan, transpor O2 dan CO2,
kesembangan asam basa, pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi). Dan spirometri digunakan untuk mengetahui
kesehatan pernapasan.

16
Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Edisi ke-1. Jakarta: PT gramedia;
2002.
3. Asih N dan Effendy C. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.
4. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran ECG;
2009.h.45-5.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia.Edisi 6. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.
6. Guyton CA dan Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2002.

17

Anda mungkin juga menyukai