Anda di halaman 1dari 10

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada

Anak Balita

Steven Dwi Saputra 102015153

Fakultas Kedokteran Umum


Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No 6
Oktober 2017

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 1
ABSTRAK
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutama
pada balita. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya
dehidrasi sebagai penyebab kematian anak balita yang diare. Menurut Riskesdas tahun 2013,
prevalensi insiden diare pada balita di Indonesia mencapai rata-rata 6,2%. Di Aceh mencapai
10,2%. Insiden diare pada bayi <1 tahun mencapai 7%, sedangan untuk balita mencapai
6,7%. Untuk anak 5-14 tahun insidensnya mencapai 3,2%. Semakin tambah usia, insidensnya
semakin kecil dan kembali meningkat pada lansia. Paling banyak pada balita, pada usia 12-23
bulan, yaitu insidens mencapai 9,7%. Diare dapat dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor
tertentu seperti, usia, jenis kelamin, status imunisasi, status gizi, dehidrasi, cairan inadekuat,
status sosial ekonomi, pengetahuan orang tua, dan komorbiditas.
Kata kunci: diare, dehidrasi, balita

ABSTRACT
The diarrhea disease is one of health problem in Indonesian, this problem is caused the level
of this sickness still high to cause death especially at the toddler. The study was conducted
aiming to determine the risk factors for dehydration as the cause of death of children under
five with diarrhea. According Riskesdas in 2013, the prevalence of the incidence of diarrhea
in children under five in Indonesia reached an average of 6.2%. In Aceh reached 10.2%.
Incidence of diarrhea in infants <1 year to reach 7%, sedangan for toddlers reach 6.7%. For
children 5-14 years the incidence was 3.2%. More and more of age, the incidence is getting
smaller and again increased in the elderly. Most toddlers, at the age of 12-23 months, the
incidence of 9.7%.Diarrhea can be influenced by the interaction of various factors such as,
age, sex, immunization status, nutritional status, dehydration, inadequate fluid,
socioeconomic status, knowledge of parents, and comorbidities.
Keywords: diarrhea, dehydration, toddler

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar
penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak terdapat di negara
berkembang daripada negara maju, yaitu 12,5 kali lebih banyak dalam kasus mortalitas. Diare
hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir
di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi
penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita.1
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012), setiap tahunnya lebih dari
satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu 411 penderita
per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis rotavirus terjadi pada
negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi
masih menjadi masalah.1,2
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan
banyak kematian terutama pada balita. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi insiden
diare pada balita di Indonesia mencapai rata-rata 6,2%. Di Aceh mencapai 10,2%. Insiden
diare pada bayi <1 tahun mencapai 7%, sedangan untuk balita mencapai 6,7%. Untuk anak 5-
14 tahun insidensnya mencapai 3,2%. Semakin tambah usia, insidensnya semakin kecil dan
kembali meningkat pada lansia. Paling banyak pada balita, pada usia 12-23 bulan, yaitu
insidens mencapai 9,7%.1
1.2 Rumusan Masalah
 Apa saja faktor- faktor risiko dehidrasi pada kejadian diare pada anak balita?
1.3 Tujuan Penelitian
 Tujuan umum : mengetahui faktor- faktor risiko dehidrasi pada kejadian diare pada anak Balita.
 Tujuan khusus : mengetahui secara spesifik mengenai hubungan antara faktor- faktor
risiko dehidrasi pada kejadian diare pada anak Balita
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah menjadi dasar untuk menginterversi masalah dehidrasi
pada diare dan menjadi dasar bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor- faktor yang dibahas, yaitu usia, jenis kelamin, dehidrasi, komorbiditas,
social ekonomi, status gizi, status imunisasi, dan cairan inadekuat.

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka teori
Diare didefinisikan secara klinis sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali dalam sehari, disertai dengan perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis diare dibedakan
menjadi tiga macam sindroma diare yaitu diare akut, disentri dan persisten. (WHO,
2000)
Diare akut adalah BAB (buang air besar) cair atau sengah cair dengan
kandungan air pada tinja lebih dari normal (lebih dari 200 cc/24 jam) atau BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan jangka waktu kurang dari 14 hari. 1-3 Lebih dari 90 %
penyebab diare akut adalah infeksi. Sisanya adalah akibat obat, bahan toksik, iskemia,
dan lain- lain. Oleh sebab itu penting agar mengetahui pola klinis diare akut akibat
infeksi.1-3
Pada diare akan terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan, diakibatkan oleh
beberapa faktor kekurangan laktosa yang akan menyebabkan gula pada usus menarik
keluar air berlebihan, pada infeksi maka akan terjadi ganguan pertukaran ion Na yang
akan menyebabkan keluarnya ion Na, keluarnya ion ini biasa berbarengan dengan
keluarnya air yang berlebih, pemberian serat akan membuat feces menjadi lebih pekat
sehingga akan menarik air berlebih, abnormalitas waktu transit motilitas usus yang
terjadi akibat penyakit seperti hipertiroid, diabetes mellitus, dan efek samping obat
eritromisin, inflammatory bowel disease(IBD), dan saat asupan lemak tinggi.1-3
Komorbiditas dari penyakit ini adalah demam, pada keadaan demam sehingga
semakin memperparah diare dan menyebabkan dehidrasi pada Balita.
Dehidrasi adalah adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan
yang merupakan akibat kehilangan air abnormal. Dehidrasi sendiri merupakan akibat
adri diare. Dehidrasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan derajat keparahannya:
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang,
suara serak (Vox Cholerica), dan pasien belum tergolong dalam presyok.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien
tergolong presyok,nadi cepat, napas cepat dan dalam.

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 4
3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun( Apatis sampai koma), otot- otot kaku, dan sianosis.4
2.2 Kerangka Konsep

Usia

Jenis Kelamin Cairan inadekuat

Dehidrasi pada diare


pada anak Balita

Komorboditas Status imunisasi

Status gizi

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Adapun desain penelitian ini adalah dengan menggunakan desain/pendekatan cross


sectional, case-control, atau cohort.
3.1.1 Studi Cross Sectional
Dalam penelitian cross sectional atau potong silang, variabel sebab atau risiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan
(dalam waktu yang bersamaan). Misalnya penelitian tentang hubungan antara dehidrasi
dengan diare pada balita maka diambil sampel secara random dan diteliti apakah balita
tersebut diare dan terkena dehidrasi juga. Pengumpulan data untuk jenis penelitian ini, baik
untuk variabel risiko rendah atau sebab (variabel independent) maupun variabel akibat
(variabel dependent) dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus. Hasil dari studi cross-
sectional adalah prevalensi.5
3.1.2 Studi Case-Control
Studi case-control merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang
menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-
faktor risiko tertentu. Desain penelitian case-control dapat digunakan untuk melihat seberapa
besar pengaruh faktor pada kasus kematian akibat dehidrasi pada diare pada anak balita.
Desain penelitian case-control dalam hal kekuatan sebab akibat berada dibawah desain
eksperimental atau studi cohort, akan tetapi berada di atas studi cross sectional karena studi
case-control terdapat dimensi waktu sedangkan cross-sectional tidak. Dilakukan dengan cara
retrospektif yaitu secara melihat ke belakang dimulai dari pasien hingga mencapai pada
faktor- faktor yang berperan sehingga sangat dibutuhkan catatan medis yang lengkap. Hasil
dari studi case-control adalah Odd Ratio.5
3.1.3 Studi Prospektif (Cohort)
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat kedepan, artinya penelitian
dimulai dari variabel penyebab atau faktor risiko kemudian diikuti akibatnya pada waktu
yang akan datang. Dengan kata lain, penelitian ini berangkat dari variabel independent
kemudian diikuti akibat dari variabel independent tersebut terhadap variabel dependent.

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 6
Misalnya, penelitian tentang hubungan antara diare dan dehidrasi maka penelitian tidak
dimulai dari kasus atau penderita tetapi dari orang yang terkena diare dan bukan diare atau
yang sehat. Penelitian dimulai dari mengambil sampel dari penderita diare dan bukan diare,
dan diikuti misalnya sampai beberapa hari mendatang, setelah beberapa hari, maka terhadap
orang-orang tersebut diadakan pemeriksaan kesehatan khususnya terkait dehidrasi. Dari
analisis hasil atau proporsi balita yang diare dan menderita dehidrasi, dan bukan diare juga
terkena dehidrasi dehidrasi, serta balita yang diare tidak terkena dehidrasi, dan balita yang
tidak diare tidak terkena dehidrasi, dapat disimpulkan hubungan antara diare dan dehidrasi.
Hasil dari studi cohort adalah insidensi.5
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2016 di Desa Jelambar, Jakarta Barat.
3.3 Pengumpulan data
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dengan
menggunakan data primer (langsung dari tangan pertama) maupun sekunder (dari data yang
sudah ada, biasanya didapat dari instansi kesehatan). Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan metode kuisioner. Penelitian survey adalah suatu penelitan yang dilakukan tanpa
melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut
penelitan noneksperimen. Dalam survey, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek
yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel).
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya. Hasil dari
penelitian tersebut dijadikan sebagai hasil dari keseluruhan. Dengan kata lain, hasil dari
sampel tersebut dapat digeneralisasikan sebagai hasil populasi.5
Penelitaian survey digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survey yang bersifat
deskriptif dan analitik. Dalam penelitian survey deskriptif, penelitian diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat,
oleh sebab itu penelitian deskriptif ini sering disebut penelitian penjelajahan (exploratory
study).5
Penelitian survey analitik diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi.
Misalnya mengapa penyakit menyebar di suatu masyarakat, mengapa penyakit terjadi pada
sekelompok orang, hubungan antar sebab akibat. Survey analitik ini pada umumnya berusaha
menjawab pertanyaan mengapa (why), oleh sebab itu juga disebut penelitian penjelasn
(explanatory study).5

3.4 Analisis data


Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 7
a. Analisis Univariant
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variabel dalam
penelitian.5
b. Analisis Bivariant
Dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia dengan dehidrasi pada diare pada
anak Balita, jenis kelamin, hubungan antara status gizi dengan dehidrasi pada diare
pada anak Balita, hubungan antara status imunisasi dengan dehidrasi pada diare pada
anak Balita, hubungan antara social ekonomi dengan dehidrasi pada diare pada anak
Balita, dan Cairan inadekuat dengan dehidrasi pada diare pada anak Balita
menggunakan uji Anova dan chi square(X2). Analisis dilakukan pada tingkat
kemaknaan 95% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara
statistic menggunakan spss versi 16.5
3.5 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang terkena diare.
3.6 Sampel penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode random
sampling terhadap semua anak balita yang terkena diare. Teknik pengambilan random
simple sampling adalah pengambilan secara acak dengan beberapa syarat. Syarat meliputi
kriteria inklusi dan eksklusi.5
Kriteria inklusi yang akan dipakai pada penelitian ini adalah sampel anak balita yang
diare dan merupakan warga pada kecamatan tertentu. Kriteria eksklusi yang akan dipakai
pada penelitian ini adalah sampel anak balita yang tidak diare dan atau tidak merupakan
warga kecamatan tertentu.5
3.7 Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan atas variabel dependent dan variabel
independent.5 Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diteliti yaitu sebagai
berikut:
1. Variabel dependent: dehidrasi
2. Variabel independent: usia, jenis kelamin, status gizi, komorbiditas, status
imunisasi,dan intake cairan inadekuat, diare

3.7.1 Definisi Operasional

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 8
a. Usia, hasil pengurangan dari tanggal, bulan, dan tahun.6 Balita saat ini dengan tanggal,
bulan, dan tahun kelahiran Balita. Usia bukan Balita adalah sama atau lebih dari lima
tahun dan usia Balita adalah dibawah dari lima tahun. Hasil ukur dikategorikan dalam
2 kategori, yaitu : (1) Balita jika usia > 3 tahun dan (2) Balita < 3 tahun. Hasil ukur
tersebut masuk dalam interval karena usia tidak dapat bernilai nol.
b. Jenis kelamin dibagi menjadi 2, yaitu laki- laki dan perempuan.6 Hasil ukur berskala
nominal karena laki- laki dan perempuan setara.
c. Komorbiditas adalah satu atau lebih gangguan (atau penyakit) di samping penyakit
primer atau gangguan, atau efek dari gangguan tambahan seperti atau penyakit, 7
seperti demam. Demam adalah saat dimana suhu tubuh yang diukur mencapai lebih
dari 37,2 oC. Hasil ukur ini bersifat interval karena tidak ada suhu badan yang bernilai
nol.
d. Intake cairan, (1) berlebih, (2) cukup, (3) kurang. Kebutuhan berat badan dilakukan
berdasarkan rumus Darow: anak dengan berat <10 kg = 100ml/kgbb, anak dengan
berat 10- 20 kg = 1000 ml + 50 ml /kgbb, dan > 20kg = 1500 ml + 20 ml/kgbb.
Berdasarkan luas permukaan tubuh = 1500ml/m2 luas permukaan tubuh. Berdasarkan
jumlah cairan yang dikeluarkan tubuh, jumlah urin dalam sehari + insensible water
loss , berdasarkan pengalaman klinik urin perhari sekitar 1.00ml/m 2/hari + insensible
water loss kira- kira500 ml/m2/hari. Berlebih berarti lebih dari batas kebutuhan
perhari, cukup sama dengan kebutuhan cairan perhari, dan kurang berarti kurang dari
kebutuhan perhari.8 Hasil ukur tersebut menggunakan ordinal karena ada nilai serta
urutannya.
e. Sosial ekonomi, (1) berlebih, (2) cukup, (3) kurang. Pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Jika cukup berarti dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, berlebih
berarti dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder ditambah dengan kebutuhan
tersier, dan kurang jika tidak dapat memenuhi kebutuhan primer. 9 Hasil ukur tersebut
menggunakan ordinal karena ada nilai serta urutannya.
f. Status imunisasi, (1) lebih, (2) cukup, (3) kurang. Cukup berarti mendapatkan
imunisasi pokok sesuai dengan usianya, lebih berarti mendapatkan imunisasi pokok
sesuai usia ditanbah imunisasi tambahan, kurang berarti tidak mendapatkan imunisasi
lengkap sesuai dengan usia.10 Hasil ukur tersebut menggunakan ordinal karena ada
nilai serta urutannya.
DAFTAR PUSTAKA

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 9
1. Simadibrata M. Diare akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibarata M,
Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
IPD FKUI; 2014.h.408-13.
2. Setiawan B. Diare akut karena infeksi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibarata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 6. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2014.h.1772-6.
3. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation. In: Kasper, Braunwald, Fauci,
Hauser, Longo, Jameson. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19thed, New York:
McGrawHill; 2012.p.264-70.
4. Hidayat AAA. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta: EGC; 2007.h.86.
5. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed. 5. Jakarta:
Sagung Seto; 2014.h.88-91,104-16.
6. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus bahasa indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional; 2008. h.668,1588.
7. Joewana S. Gangguan mental dan perilaku. Jakarta: EGC; 2003.h.201.
8. Boucher JT. Volume resuscitation Medscape 2016 Jul 07. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/2049105overview#a2, 2016 November 01.
9. Universitas Sumatera Utara. Sosial Ekonomi [disertasi]. Sumatera: Universitas Sumatera
Utara; 2011.
10. Pratiwi LN. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada balita
umur 12-23bulan di indonesia tahun 2010 [disertasi]. Depok: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2012

Faktor – Faktor Risiko Dehidrasi yang terjadi pada Kejadian Diare pada Anak Balita
Page 10

Anda mungkin juga menyukai