Anda di halaman 1dari 13

Mekanisme Pernapasan pada Tubuh Manusia

Kurnia Datu Kanoena Lethe


102014199
E3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
kurnialethe03@gmail.com

Abstract:
The respiratory system is the system breathe oxygen from the air and remove carbon dioxide and
water vapor. In the process of respiration, oxygen is a substance major requirement. Oxygen for
breathing obtained from the air in the surrounding environment. Respiratory function tools
incorporate air and remove oxygen-containing air containing carbon dioxide and water vapor.
The purpose of the breathing process is to obtain energy. In the event breathe energy release
occurred. Respiratory system in humans include two things, namely the respiratory tract and
respiratory mechanism. Respiratory tract (respiratory tract) is part of the human body that
serves as a track and tampat gas exchange necessary for the breathing process. These channels
originate in the nose or mouth and ended up in the lungs.
In Respiratory always been two cycles of inspiration and expiration. Inspiration is the process of
taking O2 from the atmosphere and expiration is the process releases CO2.

Key words: Respiratory system, respiratory tract, inspiration, and expiration.

Abstrak:
Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem menghirup oksigen dari udara serta
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat
kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Alat-alat
pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara
yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk
memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Sistem pernapasan pada
manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Saluran

1
pernapasan (respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat
lintasan dan tampat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini
berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru.
Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah proses
mengambil O2 dari atmosfer dan ekspirasi adalah proses melepaskan CO2.

Kata Kunci: Sistem pernapasan, saluran pernapasan, inspirasi, dan ekspirasi.

Pendahuluan
Istilah pernapasan (respirasi) berarti pertukaran gas antara sel tubuh dan lingkungan. Sel tubuh
memerlukan energi untuk semua aktivitas metaboliknya. Sebagian besar energi ini didapat dari
reaksi yang hanya dapat terjadi jika ada oksigen. Produk sisa reaksi ini adalah karbon dioksida.
Sistem pernapasan memungkinkan oksigen yang ada di atmosfer masuk ke dalam tubuh dan
memungkinkan ekskresi karbondioksida dari tubuh. Pertukaran gas antara darah dan paru disebut
respirasi eksternal. Sedangkan pertukaran gas antara darah dan sel disebut respirasi internal.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar
maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.
Organ pernapasan meliputi hidung, faring, laring, trakea, dua bronkus (satu bronkus pada tiap
paru- paru, bronkiolus dan jalan napas kecil, dua paru- paru dan selaputnya, pleura, serta otot
pernapasan (otot interkosta dan diafragma)

Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut terlibat dalam
proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta
pertukaran karbondioksida antara darah dan atmosfer.
Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi
internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Respirasi internal
(pernapasan selular) berlangsung di seluruh sistem tubuh.1

2
Proses Difusi Gas
Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi yang
terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi
membrana kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel
darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan
hemoglobin. Membran kapiler alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 mikron atau sepertujuh puluh dari
lebar butir darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk
menembusnya. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan molekul
karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida menembus dinding
alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti molekul kedua gas tadi bergerak
tanpa menggunakan tenaga aktif.1
Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi gas melalui membran paru-paru adalah:
a. Semakin besar perbedaan tekanan pada membran maka semakin cepat kecepatan
difusi.
b. Semakin besar area membran paru-paru maka semakin besar kuantitas gas yang dapat
berdifusi melewati membran dalam tertentu.
c. Semakin tipis membran maka semakin cepat difusi gas melalui membran tersebut ke
bagian yang berlawanan.
d. Koefisien difusi secara langsung berbanding lurus terhadap kemampuan terlarut suatu
gas dalam cairan membran paru-paru dan berbanding terbalik terhadap ukuran molekul.
Molekul kecil berdifusi lebih tinggi atau cepat daripada ukuran gas besar yang kurang
dapat larut.2
Urutan proses difusi terbagi atas:
a. Difusi pada fase gas
Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli
kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dengan cepat
berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas
berdifusi di sini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gerak molekul gas
oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga
kecepatan difusi okesigen juga lebih cepat. Hal semacam ini terjadi pada alveoli yang

3
normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema, percampuran
gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih lambat.
b. Difusi menembus membrana pembatas
Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah
meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini, pembatas-
pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan
plasma dalam kapiler, dan dinding butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi
melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan. Kelarutan
karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga kecepatan
difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20x kecepatan difusi oksigen.1

Transportasi Gas
Transportasi gas antara paru-paru dan jaringan meliputi proses-proses berikur ini:
a. Transportasi oksigen dalam darah
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem kardiovaskuler.
Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang masuk paru-paru;
pertukaran gas yang cukup pada paru-paru; aliran darah ke jaringan; dan kapasitas
pengangkutan O2 oleh darah. Dinamika reaksi hemoglobin (Hb) dengan O 2 sangat
memudahkan pengangkutan O2. Hemoglobin adalah protein yang tersusun dari empat
subunit, masing-masing subunit mengandung heme yang terikat pada rantai polipeptida.
Oksigen dapat disalurkan dari paru-paru ke jaringan melalui dua cara yaitu secara fisik
larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb sebagai oksihemoglobin (Hb
O2). Ikatan ini bersifat reversible.
Pada tingkat jaringan, O2 mengalami disosiasi (berpisah) dari hemoglobin kemudian
berdifusi ke dalam plasma. Selanjutnya O2 masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk
memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan. Hemoglobin yang melepaskan O2 pada
tingkat jaringan disebut hemoglobin tereduksi. 2
b. Transpor karbondioksida dalam darah
Transpor karbondioksida dari jaringan ke paru-paru yang selanjutnya untuk dibuang
dilakukan dengan tiga cara, yaitu 10% secara fisik larut dalam plasma; 20% berikatan
dengan gugus amino pada hemoglobin dalam sel darah merah. Hemoglobin yang

4
berikatan dengan CO2 disebut carbaminohemoglobin; dan 70% ditranspor sebagai
bikarbonat plasma.
Kelarutan CO2 dalam darah 20x lebih besar daripada kelarutan O 2. Dengan demikian,
pada larutan sederhana dapat dipastikan terdapat lebih banyak CO 2 daripada O2.
Karbondioksida yang berdifusi ke dalam sel darah merah dapat dengan cepat mengalami
hidrasi menjadi H2CO3 yang disebabkan adanya aktivitas enzim anhidrase karbonat.
Selanjutnya H2CO3 berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-. Keseimbangan asam dan basa
sangat dipengaruhi oleh fungsi paru-paru serta homeostasis karbondioksida. Istilah yang
menggambarkan terganggunya keseimbangan asam dan basa pada sistem respirasi adalah
hiperventilasi dan hipoventilasi. Hiperventilasi terjadi jika metabolisme tubuh terlampau
tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan. Kondisi
tersebut akan menyebabkan alkalosis respiratorik. Alkalosis adalah suatu kondisi dimana
ekskresi CO2 dari paru-paru berlebihan yang mengakibatkan naiknya pH darah (pH darah
> 7,4). Sedangkan hipoventilasi dapat menyebabkan asidosis akibat retensi tertahannya
CO2 di dalam paru-paru. Hipoventilasi alveolus akan menyebabkan asidosis respiratorik
sehingga pH akan turun. Hipoventilasi alveolus dapat terjadi jika total volume paru-paru
berkurang (pengaruh ruang rugi) seperti terjadi apabila seseorang bernapas cepat dan
dangkal.2
c. Kurva disosiasi oksihemoglobin
Oksihemoglobin adalah struktur terikatnya oksigen pada hemoglobin. Heme pada unit
hemoglobin adalah kompleks yang dibentuk dari porfirin dan satu atom beri ferro.
Masing-masing atom besi dapat berikatan secara reversible dengan satu molekul O2. Besi
tersebut berbentuk ferro sehingga reaksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi. Jika satu
heme menangkap O2, maka heme lainnya pun dengan cepat mengikat O2 (heme-heme
effect). Hemoglobin yang mengangkut hanya sebagian O2 (reduced Hb) dapat
menyebabkan afinitas hemoglobin terhadap O2 rendah sehingga dengan mudah O2
dilepaskan.
Terdapat tiga faktor penting yang memengaruhi kurva ikatan (disosiasi) oksihemolglobin
yaitu pH, suhu, dan konsentrasi 2,3 difosfogliserat (2,3-DPG). Penurunan pH atau
kenaikan suhu dapat menggeser kurva ke kanan. Bila kurva tergeser kearah kanan maka
diperlukan PO2 lebih tinggi yang memungkinkan hemoglobin dapat berikatan dengan O 2

5
yang diperlukan. Sebaliknya, kenaikan pH atau penurunan suhu akan menggeser kurva
kea rah kiri dan diperlukan PO2 yang lebih rendah untuk berikatan dengan O2.2

Pernapasan dan Keseimbangan Asam-Basa


Pernapasan memengaruhi pH cairan tubuh karena pernapasan mengatur CO2 dalam cairan tubuh.
Ingatlah bahwa CO2 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3), yang akan
terionisasi menjadi ion H+ dan ion HCO3-. Makin banyak ion hidrogen terdapat dalam cairan
tubuh, akan makin rendah pH, dan makin sedikit ion hidrogen akan makin tinggi pH. Sistem
pernapasan dapat menjadi sebab ketidakseimbangan pH sebaliknya dapat pula memperbaiki
ketidakseimbangan pH yang diakibatkan oleh penyebab lain.3

Alkalosis dan Asidosis Resporatorik


Asidosis respiratorik terjadi jika frekuensi atau efisiensi pernapasan menurun sehingga terjadi
penumpukan CO2 dalam cairan tubuh. Kelebihan CO2 ini mengakibatkan pembentukan ion
hidrogen lebih banyak, yang selanjutnya akan menurunkan pH. Penyebab asidosis respiratorik
antara lain adalah pneumonia dan emfisema, atau asma berat yang semua merusak pertukaran
gas dan menyebabkan kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.
Alkalosis respiratorik terjadi jika frekuensi pernapasan meningkat, dan CO 2 diembuskan dengan
sangat cepat. Kurangnya CO2 menurunkan pembentukan ion hidrogen, yang selanjutnya akan
meningkatkan pH. Contoh untuk keadaan ini adalah bila kita bernapas lebih cepat dari biasanya,
akan menyebabkan pernapasan alkalosisi ringan. Atau bila bayi menangis dalam waktu yang
cukup lama akan mengalami pernapasan alkalosis.3

Saluran Udara Pernapasan


Saluran udara pernapasan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) saluran udara pernapasan bagian atas
(upper respiratory tract) –jalan napas yang terdiri dari hidung, faring, dan laring; 2) saluran
udara pernapasan bagian bawah (lower respiratory tract) atau saluran napas.1

Saluran Udara Pernapasan Bagian Atas


Saluran pernapasan udara bagian atas terdiri dari rongga hidung, faring, dan laring. Sepertiga
anterior rongga hidung dibagi menjadi dua oleh septum nasi. Ostium nasalis interna merupakan
bagian paling sempit di rongga hidung. Udara yang dihirup melalui ostium ini mendapat tahanan
50% lebih tinggi dibandingkan jika dihirup melalui mulut.1

6
Faring
Faring (tekak) adalah pipa berotot berbentuk tabung fibromuskular yang melekat pada dasar
tengkorak di atas dan berhubungan dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan cricoid. Maka
letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring
(laringofaringeal).4

Nasofaring
Nasofaring adalah ruang trapezoid di belakang koana yang berhubungan dengan orofaring dan
terletak di superior palatum molle dan Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi, di
bawah basis cranii dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian depan
ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba auditorius (eustachius) membuka
ke dalam dinding lateralnya pada setiap sisi. Tonsil nasofaring adalah bantalan jaringan limfe
pada dinding posteriosuperior nasofaring.

Orofaring
Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan, makanan masuk dari mulut dan
udara masuk dari nasofaring dan paru. Orofaring berhubungan ke bawah dengan laringofaring,
merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas
esofagus. Udara inspirasi dihangatkan, dilembapkan dan disaring saat melewati cavum nasi.

Laringofaring
Laringofaring ada di belakang epiglottis dan laring dan berhubungan dengan esofagus di bagian
bawah. Makanan melewati orofaring dan laringofaring masuk ke dalam esofagus.4

Laring
Laring terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari columna vertebrae,
berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae cervicalis dan masuk ke dalam trachea di
bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar di antaranya ialah tulang rawan tiroid, dan di sebelah depannya terdapat
benjolan subcutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher. Laring terdiri atas
dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa
V. Tulang rawan cricoidea terletak di bawah thyroid, bentuknnya seperti cincin mohor dengan

7
mohor cincinnya di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk
lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan arytaenoidea yang
menjulang di sebelah belakang cricoidea, dan kanan dan kiri tulang rawan kuneiform dan tulang
rawan kornikulata, yang sangat kecil. Terkait di puncak tulang rawan thyroid terdapat epiglottis,
yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu orang menelan.5
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia.
Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa. Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa
tipis yang terletak di atas ligamentum vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian
dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytaenoidea di bagian belakang.
Plica vestibularis adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian
ini tidak terlibat dalam produksi suara. Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytaenoidea,
cricoidea, dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat menddekatkan dan
memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).4

Saluran Udara Pernapasan Bagian Bawah


Batas saluran udara pernapasan bagian atas dan saluran udara pernapasan bagian bawah adalah
pinggir bawah kartilago cricoidea. Saluran udara pernapasan bagian bawah dimulai dari ujung
trakea (pinggir bawah kartilago cricoidea) sampai bronkus terminalis. Trakea, yang panjangnya
antara 10-12 cm, dibentuk oleh sekitar 20 lapis kartilago yang berbentuk huruf C dan berakhir
ketika cabang dua di carina.1
Bagian yang tidak bercartilago disebut trachea membranosa dan berada di sebelah posterior.
Pada ketinggian vertebrae toracalis ke-4 atau setinggi sambungan antara manubrium dengan iga
kedua kanan, trachea bercabang dua di carina menjadi bronkus utama kanan dan bronkus utama
kiri. Di atas tempat masuknya bronkus utama, kedua ujung cartilago bertemu membentuk cincin
yang sempurna, tidak lagi berbentuk huruf C, melainkan berbentuk huruf O. bronkus utama
kanan lebih pendek dibandingkan bronkus utama kiri. Sudut yang dibentuk bronkus utama kanan
terhadap trachea lebih tajam dibandingkan dengan sudut yang dibentuk oleh bronkus utama kiri
pada trachea.2

Mikroskopik Saluran Napas Bagian Bawah


Dinding saluran napas ini dilapisi oleh epitel semu-berlapis (pseudostratified) bersilia yang
berbentuk kolumnar tetapi semakin kea rah cephalad menjadi lebih pipih. Epitel ini mempunyai

8
membrana basalis. Semua selnya bertumpu pada membrana basalis, tetapi tidak semua sel tadi
mencapai lumen. Pada saluran napas yang kecil di perifer, epitelnya menjadi satu lapis dan
bentuknya menjadi kuboid. Di saluran napas yang terkecil serta di bronkiolus respiratorius,
masih ada sel bersilia walaupun silianya tidak sepanjang silia yang ada di arah cephalad.
Ada delapan macam sel pada epitel saluran napas yang diidentifikasi, yaitu:2
a. Sel basal: sel ini tidak sampai ke permukaan lumen saluran napas, jika sel basal
membelah, salah satu belahannya akan mencapai lumen.
b. Sel intermediet: bentuknya kolumnar berada di atas sel basal, merupakan hasil
pembelahan dari sel basal.
c. Sel kulchitsky: sel ini disebut juga sebagai sel argyrophil, merupakan sel endokrin, berisi
bermacam-macam granula neurosekretori yang membuat peptida aktif.
d. Sel bersilia: sel ini mempunyai silia yang terbentuk dari 9 aksonema dan satu aksonema
sepesial
e. Brush cell: berfungsi untuk mengabsorpsi cairan. Sel semacam ini juga dapat dijumpai
pada usus dan sinus nasalis
f. Sel goblet: sel ini adalah sel mucus yang mengembung dan berisi granula sekretorik. Sel
goblet memproduksi musinogen yang akan disekresi ke dinding jalan napas.
g. Serous sel: sel ini lebih banyak didapati di daerah cephalad (arah kepala) dibandingkan
dengan di daerah distal (caudal).
h. Sel clara: sel ini adalah suatu sel epitel tidak bersilia pada bronkiolus terminalis yang
mempunyai fungsi sebagai secretory. Kegunaan sel Clara adalah memproduksi cairan
yang memetabolisme toksin.

Saluran Napas Intrapulmonal


Saluran napas yang bercartilago disebut bronkus sedangkan yang tidak bercartilago disebut
bronkiolus. Dinding bronkus besar maupun bronkus kecil mengandung kelenjar lender
submukosa. Bronkiolus paling ujung (distal) disebut bronkiolus terminalis. Tiga sampai lima
bronkiolus terminalis disebut asinus. Asinus dianggap sebagai satuan unit respirasi paru. Asinus
pada orang dewasa dapat berdiameter 1 cm. pada sinus, biasa ada 3-8 generasi bronkiolus

9
respiratorius, suatu struktur bronkiolus yang pada dindingnya didapati stoma alveolus. Rongga
antara asinus yang satu dengan asinus yang lain atau antara lobulus yang satu dengan lobulus
yang lain dihubungkan oleh pori-pori Kohn (pores of Khon). Alveolus tidak lagi digolongkan
sebagai saluran napas.1

Alveolus
Alveolus dibentuk dan dibatasi oleh dinding alveolus yang dibentuk oleh dua macam sel, yaitu
sel alveolar tipe I atau pneumosit tipe I (Type I alveolar cell); dan sel alveolar tipe II atau
peneumosit tipe II (Type II alveolar cell) yang juga disebut sebagai glanular pneumocyte.
Kedua macam sel ini (tipe I dan tipe II) saling berhubungan secara erat. Sel pneumosit skuamosa
disebut tipe I; sedangkan pneumosit kuboid disebut tipe II, walau sebetulnya yang meupakan sel
progenitor epitel alveoli adalah sel tipe II (sel tipe I adalah kelanjutan perkembangan dari sel tipe
II). Pertukaran gas menembus dinding pneumosit I. Tugas pneumosit II adalah menghasilkan
surfaktan.1
Pada paru terdapat lebih kurang 300 juta gelembung alveoli dengan diameter setiap gelembung
lebih kurang 0,3 mm. Struktur gelembung ini sebetulnya cenderung tidak stabil. Adanya
tegangan muka cairan yang melapisi alveoli menyebabkan gelembung cenderung menjadi
kolaps, namun berkat adanya surfaktan yang menurunkan tegangan muka cairan di dinding
alveoli tadi, gelembung tidak kolaps malahan mengembang sehingga stabilitas gelembung naik
luar biasa besar. Walau demikian, tetap saja ada potensi masalah, yaitu masih ada kemungkinan
kolaps (insipient collaps).1

Pusat Kontrol Pernapasan


Sel saraf pengontrol pernapasan terletak berpancar di beberapa level, yaitu di batang otak (pons
dan medulla oblongata) serta di korteks. Sentrum pernapasan yang terdapat pada medulla
oblongata berperan untuk pernapasan spontan (involuntary). Sentrum pernapasan yang terdapat
pada pons berupa apneustic center dan pneumotaxic center.1 Apneustic center mempunyai
pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi. Apneustic center ini dihambat oleh pneumotaxic center
dan impuls aferen vagus dari reseptor paru-paru, sedangkan pneumotaxic center bersama-sama
vagus menghambat apneustic center secara periodik dan mengatur pola pernapasan berdasarkan
stimuli hipoksia, stimuli hiperkapnia, dan stimuli inflasi paru. Sentrum pernapasan yang terdapat
di korteks berperan untuk pernapasan yang disadari (voluntary) disebut juga sebagai behavior

10
related control of breathing. Pusat pernapasan yang disebut terakhir ini penting mengatur
pernapasan selagi bicara, menyanyi, dan mengedan.6

Otot Pernapasan
Selain sebagai pembentuk dinding dada; otot skelet juga berfungsi sebagai otot pernapasan.
Menurut kegunaannya, otot-otot pernapasan dibedakan menjadi otot untuk inspirasi, mencakup
otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi tambahan. Otot inspirasi utama
(principal), yaitu m. interkostalis eksterna, m. interkartilaginus parasternal, dan otot diafragma.
Otot inspirasi tambahan (accessory respiratory muscle) yang sering juga disebut sebagai otot
bantu napas, yaitu m. sternocleidomastoideus, m. skalenus anterior, m. skalenus medius, dan m.
skalenus posterior.1
Saat napas biasa (quiet breathing), untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup dengan
daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun, ketika ada
serangan asma, sering diperlukan active breathing; dalam keadaan ini, untuk ekspirasi
diperlukan konstribusi kerja otot-otot, yaitu m. interkostalis interna, m. interkartilaginus
parasternal, m. rektus abdominis, dan m. oblikus abdominis eksternus. Otot-otot untuk ekspirasi
juga berperan untuk mengatur pernapasan saat berbicara, menyanyi, batuk, bersin, dan untuk
mengedan saat buang air besar serta saat bersalin.1

Efek Kontraksi Otot Pernapasan terhadap Tekanan Udara paru


Sebelum inspirasi, tekanan udara di dalam paru-paru seimbang dengan tekanan udara atmosfer,
yang rata-rata 760 mmHg atau 1 atmosfer pada permukaan laut. Karena udara mengalir ke dalam
paru, tekanan di dalam paru harus lebih rendah dari pada tekanan atmosfer. Kondisi ini diperoleh
dengan meningkatnya atau membesarnya volume paru-paru. Agar inspirasi ini biasa terjadi,
maka paru harus membesar, dengan demikian tekanan di dalam paru akan turun. Agar paru
membesar, maka harus melibatkan kontraksi otot-otot inspirasi utama, yaitu diapragma dan m.
intercostalis external.7
Kontraksi diafragma menyebabkannya mendatar, ini menambah diameter vertical Cavum
thoracicus dan menyebabkan pergerakan lebih dari dua per tiga udara yang masuk ke dalam paru
selama inspirasi. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksternal, oksigen diambil
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trachea dan pipa
bronchial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.

11
Ekspirasi terjadi karena adanya perbedaan antara tekanan udara di paru dengan tekanan udara di
atmosfer. Tetapi dalam hal ini perbedaan berubah sehingga tekanan dalam paru lebih besar
daripada tekanan di atmosfer. Ekspirasi dimulai ketika otot-otot pernapasan mulai relaksasi.7

Kesimpulan
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut terlibat dalam
proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta
pertukaran karbondioksida antara darah dan atmosfer.
Sesak napas akibat batuk pilek yang terjadi terus menerus merupakan gangguan yang terjadi
pada sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini dapat berupa struktur saluran pernapasan baik
makroskopis maupun mikroskopis, proses difusi gas, transportasi gas, keseimbangan asam basa,
dan mekanisme pengaturan pernapasan.

Daftar Pustaka
1. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009; h. 10-5, 19-20, 25-
7, 29
2. Soemantri I. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika; 2007; h. 14-6
3. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2004; h. 22-4
4. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Ed 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2003; h. 138-42, 189

12
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologis untuk paramedic. Jakarta: Gramedia; 2009; h. 211-3
6. Asmadi. Teknik procedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika; 2008; h. 21-2
7. Campbell, Recce, Mitchell. Biologi. Ed. 5. Jakarta: Erlangga; 2004; h. 63

13

Anda mungkin juga menyukai