Anda di halaman 1dari 1

Gambaran Keluhan Tinitus pada Lansia di Panti Tresna Werdha Budi Mulia Cengkareng

Berdasarkan Kuesioner Tinnitus Handicap Inventory (THI) Versi Indonesia Periode September 2019
Delina Fiona*, dr. Deviana, Sp.THT-KL**, dr. Hartanto, M.Biomed***

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

**Staf Pengajar Bagian Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

***Staf Pengajar Bagian Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat, 11510. Telp (021)56966593-4/Fax (021)5631731
Email: delina.2015fk070@civitas.ukrida.ac.id

ABSTRAK
Tinitus adalah suatu gejala adanya suara di telinga yang berlangsung selama minimal 5 menit tanpa adanya sumber suara dari lu ar, ini meningkat mencapai 70-80% pada orang yang
mengalami gangguan pendengaran. Telinga berdenging dapat dirasakan pada beragam penyakit yaitu kelainan yang bersifat somatik , kelainan vaskular, kerusakan nervus vestibulo-
koklearis, tuli akibat bising, presbiakusis, meniere dan dapat pula disebabkan oleh obat-obatan. Tujuan dari studi ini adalah untuk melihat gambaran tinitus berdasarkan kuesioner
Tinnitus Handicap Inventory (THI). Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini ad alah lansia yang tinggal
di panti Tresna Werdha Budi Mulia Cengkareng. Hasil yang didapat menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan usia adala h 60-70 tahun, jenis kelamin adalah perempuan,
dan tingkat keparahan tinitus berdasarkan skor THI terbesar adalah skor sedang.

Kata kunci : tinitus, tinnitus handicap inventory (THI), Tresna Werdha Budi Mulia Cengkareng

PENDAHULUAN
Prevalensi telinga berdenging (tinitus) terdapat peningkatan menjadi 29,6-
30,3% pada lanjut usia dan semakin meningkat mencapai 70-80% pada penderi-
ta gangguan pendengaran. disebabkan karena adanya kerusakan ditelinga bagian
dalam terutama di koklea, penyebab terjadinya tinitus dapat berupa kelainan
yang bersifat somatic, kelainan vaskular, kerusakan nervus vestibulokoklearis,
dan dapat pula disebabkan oleh obat-obatan.5 Gejala klinis tergantung dari in-
tensitas suara yang didengar, telinga berdenging dengan nada rendah atau nada
tinggi dan dapat terjadi terus menerus ataupun hilang timbul.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi cross-sectional. Penelitian
ini dilakukan di Panti Tresna Werdha Budi Mulia Cengkareng dengan memakai kuesion-
er Tinnitus Handicap inventory (THI). Pada rentang usia 55-60 tahun mayoritas responden mendapatkan skor sangat ringan sebanyak 7 responden
(7.8%), usia 61-65 tahun didapatkan mayoritas responden mendapatkan skor sedang sebanyak 8 responden
(8.9%), usia 66-70 tahun didapatkan mayoritas responden mendapatkan skor sedang sebanyak 10 responden
HASIL DAN PEMBAHASAN (11.1%), usia 71-75 tahun didapatkan mayoritas responden mendapatkan skor berat sebanyak 6 responden
(6.7%), usia 76-80 tahun didapatkan mayoritas responden mendapatkan skor ringan sebanyak 5 responden
(5.6%), usia 81-85 tahun didapatkan mayoritas responden mendapatkan skor sangat ringan sebanyak 2
Didapatkan responden tertinggi berusia 66-70 responden (2.2%) serta pada usia 86-90 tahun didapatkan mayoritas responden mendapatkan skor sedang
tahun sebanyak 22 responden (24.4%) sedangkan dan berat masing-masing sebanyak 1 responden (1.1%). (tabel 4.4)
responden terendah berusia 81-85 dan 86-90
masing-masing sebanyak 2 responden (2.2%).
Responden termuda berusia 55 tahun dan re-
sponden tertua berusia 88 tahun. (tabel 4.1)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 90


responden didapatkan responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 48 responden (53.3%) lebih
besar dibandingkan responden laki-laki sebanyak
42 responden (46.7%). (tabel 4.2)

Distribusi responden berdasarkan skor Tinnitus


Handicap Inventory didapatkan responden Berdasarkan tabel 4.5 pada responden laki-laki didapatkan tingkat keparahan sebagian besar
terbanyak berada pada skor 38-56 kategori sedang pada kategori sedang sebanyak 16 responden (17.8%), sedangkan pada responden perempu-
yaitu sebanyak 26 responden (28.9%). (tabel 4.3) an didapatkan sebanyak 16 responden (17.8%)sebagian besar pada katagori ringan. (tabel
4.5)

DAFTAR PUSTAKA Shargorodsky J, Curhan GC, Farwell WR. Prevalence and characteristics of KESIMPULAN
tinnitus among US adults. Am J Med. 2010; 123(8): 711-8.
Agustini DP. Mengenal Gejala Tinitus dan Penatalaksanaannya. Intisari
Sains Medis Vol. 6 No.1 2016 Mei-Agustus Moller AR. Epidemiology of tinnitus in adults. In: Moller AR, Langguth B,
Distribusi responden dengan tinitus berdasarkan usia terbanyak adalah berusia 60-70 tahun
DeRidder D, Kleinjung T, editors. Textbook of tinnitus. London: Springer;
Henry JA, Griest S, Zaugg TL, Thielman E, Kaelin C, Galvez G, Carlson
KF. Tinnitus And earing Hearing Survey: A Screening Tool To Differenti- 2010. p.29-37. (24.4%).Distribusi responden dengan tinitus berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah
Figueiredo RR, Rates MA, Azevedo AAd, Oliveira PMd, Navarro PBAd.
ate Bothersome Tinnitus From Hearing Difficulties. 2015 March; 68-69.
Downloaded From : Http://Ajja.Pubs.Asha.Org/By.
Correlation analysis of hearing thresholds, validated questionnaires, and perempuan (53.3%). Distribusi tingkat keparahan tinitus berdasarkan Tinnitus Handicap
psychoacoustic measurements in tinnitus patients. Braz JOtorhinolaryngol.
Bashiruddin JE, Alviandi W, Reinaldo A, Safitri ED, Pitoyo Y, Ranakusu-
2010; 76(4): 522-6.
Inventory Score terbesar adalah skor sedang (28.9%).Distribusi tingkat keparahan berdasar-
ma RW. Validity And Realiability Of The Indonesian Version Of Tinnitus
Handicap Inventory. Medical Journal Of Indonesia. Vol.24. No.1. 2015 Lim JJBH, Lu PKS, Koh DSQ, Eng SP. Impact of tinnitus as measured by the
kan usia didapatkan usia 55-60 tahun paling banyak dengan skor sangat ringan (7.8%), 61-65
Tinnitus Handicap Inventory among tinnitus sufferers in Singapore.
March.
Schleuning AJ, Martin WH. Tinnitus. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands Singapore Med J. 2010; 51(7): 551-667. tahun skor sedang (8.9%), 66-70 tahun skor sedang (11.1%), 71-75 tahun skor berat (6.7%),
Martines F, Bentivegna D, Martines E, Sciacca V,Martinciglio G. Assessing
SD, editors. Head and neck surgery - otolaryngology. 4 ed. Baltimore:
Williams & Wilkins; 2006. p.2237-45. audiological, pathophysiological and psychological variables in tinnitus 76-80 tahun skor ringan (5.9%), 81-85 tahun skor sangat ringan (2.2%), 86-90 tahun skor
patients with or without hearing loss. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2010; 267:
1685–93.
sedang dan berat (1.1%).

Anda mungkin juga menyukai