Anda di halaman 1dari 16

Sistem Pernapasan pada Manusia

Pebriyanti Salipadang
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
email : pebribebe@gmail.com

Pendahuluan

Sistem pernapasan adalah proses masuknya oksigen ke dalam tubuh. System ini sangat
penting karena tanpa oksigen yang masuk ke bagian tubuh manusia dari proses yang
dihasilkan pada system pernapasan, maka aktifitas dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat
berlangsung. System pernapasan merupakan system utama sehingga apabila system ini tidak
berfungsi, system yang lain juga tidak akan berfungsi. Untuk mengahasilkan system
pernapasan manusia yang sempurna, diperlukan organ-organ penunjang yang dikenal dengan
alat-alat pernapasan pada manusia. Di organ-organ tersebut tentunya akan berhubungan
dengan bagian-bagian lain yang kemudian akan membentuk suara, berperan dalam proses
menelan dan sebagainya. Adapun jika ada yang terganggu pada organ-organ tersebut bisa
menyebabkan berbagai penyakit seperti batuk dan sesak napas.

Pembahasan

Struktur organ pernapasan1,2

Secara sistematis, system pernapasan dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan
saluran pernapasan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks atau pada
rongga dada sementara saluran pernapasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam toraks.
Saluran pernapasan atas terbagi atas bagian hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, dan
laring. Saluran pernapasan bagian bawah terbagi atas trakea, semua segmen percabangan
bronkus dan paru-paru. Sedangkan jika dilihat dari fungsinya, system pernapasan juga
mencakup beberapa struktur aksesori termasuk rongga mulut, sangkar iga dan diafragma.

A. Saluran Pernapasan Atas1,2


Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menghangatkan, menyaring, dan
melembabkan udara yang masuk ke dalam tubuh. Organ saluran nafas bagian atas adalah
sebagai berikut:

1
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Gambar 1. Rongga hidung

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lender, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal didalam cavum nasi
yang disebut vestibulum yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama
udara. Didinding lateralnya terdapat tiga tonjolan tulang yaitu chonca nasalis superior (epitel
khusus), chonca nasalis medius dan chonca nasalis inferior (epitel bertingkat thorak bersilia
goblet). Dimana chonca nasalis inferior terdapat banyak plexus venosus yang disebut sweet
bodies yang berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan melalui hidung. Disebelah
posterior rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yangdisebut
choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan lubang hidung anterior atau kearahwajah
disebut nares. Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin.
Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis os maxillaris dan bagian nasal 
osfrontalis. Rangka tulang rawan hialinnya terdiri dari cartilago septum nasi, cartilago
lateralisnasi dan cartilago ala nasi major at minor.

Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusundari
musculus nasalis dan musculus depressor septum nasi. Perdarahan hidung bagian luar
disuplai oleh cabang-cabang arteri facialis, arteridorsalis nasi cabang arteri opthalmika dan
arteri infraorbitalis cabang arteri maxillris interna.Pembuluh baliknya menuju vena facialis
dan vena opthalmica. Sedangkan perdarahan untuk rongga hidung terdiri dari arteri
ethmoidalis anterior dan posterior, arteri sphenopalatinacabang maxillaris interna, arteri

2
palatina mayor dan arteri labialis superior. Dan vena-vena pada rongga hidung akan
membentuk plexus cavernosus yang terdiri dari vena sphenopalatina, vena facialis dan vena
ethmoidalis anterior dan berakhir di vena opthalamica.

Persarafan otot-otot hidung oleh nervus facialis pada bagian motoriknya. Kulit sisimedial
punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang-cabang infratrochlearisdan
nasalis externus nervus opthalmicus atau N. V.1; kulit sisi lateral hidung dipersarafi
olehcabang infraorbitalis nervus maxillaris atau N. V. 2. Sedangkan untuk rongga hidung
dipersarafioleh nervus 1, nervus V, nervus ethmoidalis anterior, nervus infraorbitalis dan
nervus canalis pterygoidei.

Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius atau N. 1 yaitu suatu daerah khusus
dari membran mukosa yang terdapat pada pertengahan kavum nasi dan pada
permukaanchonca nasalis superior. Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat torak bersilia
yang terdiriatas 3 jenis sel yaitu sel ofaktorius, sel penyokong dan sel basal. Dari nervus
olfaktorius iniakan membentuk bulbus olfaktorius dengan bersinaps pada dendrit-dendrit sel
mitralmembentuk glomerulus olfaktorius dan akson sel mitral membentuk traktus olfaktorius.
Dari traktus olfaktorius impuls penghidu dihantarkan kepusat penghidu dikorteks serebri
yaitu uncus dan bagian anterior gyrus hipokampus dan terakhir ke hipotalamus dan sistem
limbic.

2. Nasofaring
Nasofaring bersama orofaring, dan laringofaring merupakan bagian dari faring.Faring
sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan traktus respiratorius.
Faring berperan dalam proses menelan makanan. Rongga nasofaring initidak pernah tertutup,
berbeda dari orofaring dan laringofaring. Nasofaring berhubungan dengan rongga hidung
melalui choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan orofaring melalui isthimus
pharingeum. Pada nasofaring ini terdapat pharyngeal tonsil dan tuba eustachius. Nasofaring
ini tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
3. Orofaring
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat
pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masing-masingnya
terletak disinus tonsillaris. Berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus
soropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong masuk
keorofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran menuju ke hidung. Hal

3
ini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke hidung. Proses dilanjutkan dengan
menurunnya epiglotis yang menutup glotis. Bolus melalui laringo faring dan masuk ke
esophagus. Orofaring tersusun atas epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.

Gambar 2. Laring
4. Laringofaring
Pada laringofaring ini terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan.Laringofaring terdiri dari epitel bervariasi tetapi sebagian besar terdiri dari epitel
berlapis gepeng tidak bertanduk. Laringofaring akan berhubungan dengan laring melalui
aditus laringis. Aditus laringis ini biasa disebut sebagai pintu masuk.

5. Faring
Pada faring terdapat tiga otot lingkar atau sirkular yakni musculus contrictor pharingis
inferior, musculus contrictor pharingis medius dan musculus constrictor pharingis superior,
serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus styloideus, torustubarius cartilaginis
tubae auditiva dan palatum molle, yakni musculus stylopharingeus,musculus
salpingopharingeus dan musculus palatopharingeus.
Perdarahan pada faring berasal dari arteri pharingea ascendens, arteri palatinaascendens
dan ramus ronsillaris cabang arteri facialis, arteri palatina major dan artericanalis ptrygoidea
cabang arteri maxillaris interna dan rami dorsales linguae cabang arterilingualis. Pembulih
balik membentuk sebuah plexus yang keatas berhubungan dengan plexus pterygoidea
dan kearah bawah bermuara kedalam vena jugularis interna dan venafacialis. Persarafan pada
faring berasal dari plexus pharingeus yang terdiri dari nervus palatina minor dan nervus
glossopharing.

4
6. Laryng
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu fungsinya,yaitu
berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakea. Laring
memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak
masuk ke dalam trakea. Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.
Terdiri atas cartilago threoidea, cartilago cricoidea dan cartilago arytaenoid yang merupakan
tulang rawan hialin dan cartilago epiglotis, cartilago cuneiformis dan cartilago corniculata
yang merupakan tulang rawan elastis.
Laring berada diantara orofaring dan trakea, dianterior laringofaring. Tersusun atas epitel
bertingkat thorak bersilia bersel gepeng kecuali ujing plika vokalis meerupakan epitel
berlapis gepeng tidak bertanduk. Laring dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas bentuknya
seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring
bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah
masuknya makanan atau cairan ke dalam laring.
Dibagian bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arahlumen
laring. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare
danmembentuk plica vestibularis, celah antara kedua plica ventricularis disebut rimavestibuli.
Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale danmembentuk plica
vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Kedua plica vocalisini bersama
permukaan medial kedua cartilago arytaenoid membentuk rima glotidis/glotis.Dimana
terdapat bagian yang sejajar dengan ligamnetum vocale terdapat otot skelet yangdisebut
musculus vokalis yang berfungsi untuk mengatur ketengan pita suara danligamentum
sehingga udara yang melalui pita suara dpat menimbulkan suara dengan nadayang berbeda-
beda.
Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik dankelompok
intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan sekitarnya
dan berperan dalam proses menelan, dan yang termasuk otot-otot tersebut adalah musculus
sternothyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor pharingis inferior.
Sedangkan musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot yang termasuk
dalammusculus intrinsik laring adalah musculus cricoarytaenoid posterior,
musculuscricoarytaenoid lateral, musculus arytaenoid obliqus, musculus arytaenoid
transversus, musculus thyreoarytaenoid, musculus aryepigloticcus dan sekitarnya.

5
Perdarahan utama laring berasal dari cabang-cabang artery thyreodea superior danarteri
thyroidea inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang internus dan externus nervus
laringeus superior dan nervus reccurent dan saraf simpatis.

II. Saluran Pernapasan Bawah1,2


1. Trakea
Trakea merupakan pipa silinder dengan panjang kurang lebih 11cm, berbentuk ¾cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastik yang
menempel pada bagian depan oesophagus.
Trakea berjalan dari cartilagocricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan di belakang
manubrium sterni berakhir pada setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kiri dan kanan. Di dalam leher,
trakea disilang di bagian depan oleh isthmus glandula thyroidhea dan beberapa vena.Trakea
terdiri dari16-20 cartilago berbentuk C yang dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Konstruksi
trakea sedemikian rupa sehingga tetap terbuka pada semua posisi kepala dan leher.
Trakea diperdarahi oleh arteri thyreoidea inferior sedangkan ujung thoracalnya didarahi
oleh cabang arteri bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang tracheal nervus vagi,
nervus recurrens dan truncus symphaticus.

2. Bronkus
Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus kiri.Setiap bronkus
sekitar setengah dari diameter trakea dan terdiri dari kartilago yangsama, hanya dengan skala
lebih kecil, yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa. Dindingnya dilapisi hanya sedikit otot
polos dan dilapisi epitel bersilia yang mengandung kelenjar mukus dan serosa. Struktur
bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri lebih
mendatar dibandingkan bronkuskanan sehingga bronkus kanan lebih mudah terserang
penyakit.
Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra
torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampak paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus pulmonaris. Trakea
terbelah menjadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru,

6
bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran besar yang
mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa
berotot yahng mengandung bahantulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurangtulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot
dan lapisan silia.
Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan
disini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan epithelium bersilia diganti
dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa nfundibula dan di dalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas
satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan
dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas
pun terjadi.

3. Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dandindingnya lebih
tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua. Sedangkan bronkiolus kanan berjumlah tiga.
Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.
Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat pernapasan dihangatkan dan
dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus
terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus. Antara
trakea dan dan sakus alveolaris terdapat 23 kali percabangan pertama saluran udara. 16
percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang menyalurkan udara
kelingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus terminanalis. Tujuh
percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dari zona respirasi, tempat terjadinya
pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus respiratoriusmduktus alveolaris, sakus alveolaris
dan alveoli.
Dinding bronkus dan bronkiolus dipersarafi oleh susunan saraf otonom.Ditemukan banyak
reseptor muskarinik dan perangsangan kolinergik mengakibatkan bronkokontriksi.
Disel mast, otot polos dan epitel bronkus didapatkan reseptor adregenik β1 dan β2. Banyak
dari reseptor tersebut tidak mempunyai persarafan.Sebagian reseptor terletak pada ganglia
ujung saraf kolinergik dan menghambat penglepasan asetilcolin.
4. Paru-Paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi sertadijaga oleh
sangkar iga. Bagian dasar paru terletak diatas diafragma; bagian apeks paru (ujung superior)

7
terletak setinggi klavikula. Paru-paru kanan terdiri dari tigalobus (superior, medial dan
inferior). Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus (superior daninferior). Selaput pembungkus
paru-paru disebut pleura.
Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian
memisahkan lobus saru dari yang lain.Membran ini kemudian dilipatkembali di sebelah
tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam
dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi
diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura
servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama  membran suprapleuralis
(fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.

Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya
dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas
bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan.
Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak
normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menja dijelas.
Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat elastin dan kolagen dan sel fibroblas,
dilapisi oleh sel mesotel.

Gambar 3. Pernapasan bawah

8
Otot pernapasan3
Selain sebagai pembentuk dinding dada, otot skelet juga berfungsi sebagai otot pernapasan.
Menurut kegunaannya, otot-otot pernapasan dibedakan menjadi otot untuk inspirasi,
mencakup otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi tambahan.

Otot inspirasi utam (principal), yaitu :

 Muskulus interkostalis eksterna


 Muskulus interkartilagimus parasternal
 Otot diafragma

Otot inspirasi tambahan (accessory respiratory muscle) yang sering juga disebut ebagai otot
bantu napas, yaitu :
 Muskulus sternokleidomastoideus
 Muskulus skalenus anterior
 Muskulus skalenus medius
 Muskulus posterior

Saat napas biasa (quiet breathing) untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup
dengan daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun, ketika
ada serangan asma, sering diperlukan active breathing; dalam keadaan ini, untuk ekspirasi
diperlukan kontribusi kerja otot-otot berikut.

 Muskulus interkostalis interna


 Muskulus interkatilaginus parasternal
 Muskuluas rektus abdominis
 Muskulus oblikus abdominis eksternus

Otot-otot untuk ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernapasan saat berbiacara,
menyanyi, batuk, bersin, dan untuk mengedan saat buang air besar serta saat bersalin.

Mekanika pernapasan4
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karna sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut
tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu

9
pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi
antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya
udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan
tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

Ventilasi atau bernapas adalah proses pergerakan udara masuk-keluar paru secara berkala
sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalam pertukaran O2 dan CO2 dengan
darah kapiler paru diganti oleh udara atmosfer segar. Ventilasi secara mekanis dilaksanakan
dengan mengubah-ubah secara berselang-seling arah gradien tekanan untuk aliran udara
antara atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan penciutan berkala paru. Kontraksi dan
relaksasi otot-otot inspirasi (terutama diafragma) yang berganti-ganti secara tidak langsung
menimbulkan inflasi dan deflasi periodik paru dengan secara berkala mengembang-
kempiskan rongga toraks, dengan paru secara pasf mengikuti gerakannya.
Karena kontraksi otot inspirasi memerlukan energi, inspirasi adalah proses aktif, tetapi
ekspirasi adalah proses pasif pada bernapas tenang karen ekspirasi terjadi melalui penciutan
elastik paru sewaktu otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan nergi. Untuk ekspirasi
aktif yang lebih kuat, kontraksi otot-otot ekspirasi (terutama otot abdomen) semakin
memperkceil ukuran rongga toraks dan paru, yang semakin meningkatkan gradien tekanan
intra-alveolus terhadap atmosfer. Semakin besar gradien antara alveolus dan atmosfer,
semakin besar laju aliran udara, karena udara terus mengalir samai tekanan intraalveolus
seimbang dengan tekanan atmosfer.
Selain secara langsung proporsional dengan gradien tekanan, laju aliran udara juga
berbanding terbalik dengan resistensi saluran pernapsan. Karena resistensi saluran
pernapasan, yang bergantung pada kaliber saluran pernapsan, dalam keadaan normal sangat
rendah, laju aliran udara biasanya bergantung pada gradien tekanan yang tercipta antara
alveolus dan atmosfer. Apabila resistensi saluran pernapasan meningkat secara patologis
akibat penyakit paru obstruktif menahun, gradien tekanan harus juga meningkat melalui
peningkatan aktvitas otot pernapasan agar laju aliran udara konstan.
Paru dapat diregangkan ke berbagai ukuran selama inspirasi dan kemudian kembali
menciut ke ukuran prainsirasi seama ekspirasi karena sifat elastik paru. Compliance paru
mengacu pada distensibilitas paru-seberapa jauh mereka teregang sebagai respons terhadap
perubahan gradien tekanan transmural, gaya yang meregangkan dinding paru, tertentu. Recoil

10
elastik mengacu pada fenomena paru kembali ke posisi istirahatnya selama ekspirasi. Sifat
elastik paru bergantung pada jaringan ikat elastik di dalam paru dan pada interaksi tegangan
permukaan alveolus/surfaktan paru. Tegangan permukaan alveolus, yang disebabkan oleh
gaya tarik menarik antara molekul-molekul air permukaan dalam film cair yang melapisi
setiap alveolus, cenderung menahan peregangan alveolus pada saaat inflasi (menurunkan
compliance) dan cenderung mengembalikan alveolus ke luas permukaan yang lebih kecil
selam deflasi (meningkatkan rebound paru). Jika laveolus hanya dilapisi air, tegangan
permukaan akan sedemikian besar, sehingga paru tidak memiliki compliance dan cenderung
kolaps. Sel-sel alveolus tipe II mengelurakan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein yang
berada di antara molekul-molekul air dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga
compiance paru meningkat dan mencegah kecenderungan alveolus untuk kolaps.
Paru dapat diisi sampai lebih dari 5,5 liter dengan usaha inspirasi maksimum atau
dikosongkan sampai sekitar 1 liter dengan ekspirasi maksimum. Namun, dalam keadaan
normal paru bekerja pada “separuh kapasitas”. Volume paru biasanya bervariasi dari sekitar 2
samapi 2,5 liter karena udara tidal volume rata-rata sebesar 500 ml keluar masuk paru setiap
kali bernapas.
Jumlah udara yang masuk dan keluar paru dalm satu menit, ventilasi paru, setra dengan
tidal volume x kecepatan bernapas. Namun, tidak semua udara yang masuk dan keluar
tersedia untuk ditukar O2 dan CO2 nya dengan darah karena sebagian udara menempati
saluran pernapasan, yang dikenal sebgai ruang mati anatomik. Ventilasi alveolus, volume
udara yang dipertukaran antara atmosfer dan alveolus dalam satu menit, adalah ukuran udara
yang benar-benar tersedia untuk pertkaran gas dengan darah. Ventilasi alveolus sama dengan
(tidal volume dikurangi volume ruang mati) x keceptan bernapas.

Otot-otot pernapasan5
Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75% selama
inspirasi tenang. Otot- diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga toraks, mebentuk
kubah di atas hepar dan bergerak ke arah bawah seperit piston pada saat berkontraksi. Jarak
pergerakan diafragma berkisar antara 1,5 cm sampai 7 cm saat inspirasi dalam.
Diafragma terdiri atas 3 bagian: bagian kostal, dibentuk serat otot yang bermula dari iga-
iga sekeliling bagian dasar rongga toraks: bagian krural, dibentuk oleh serat otot yang
bermula dari ligamentum sepanjang tulang belakang; dan tendon sentral, tempat
bergabungnya serat-serat kostal dan krural. Serat-serat krural melintasi kedua sisi esofagus.
Tendo sentral juga mencakup bagian inferior perikardium. Bagian kostal dan krural

11
diafragma dipersarafi oleh bagian lain nervus frenikus dan dapat berkontraksi secara terpisah.
Sebagai contoh, pada waktu muntah dan bersendawa, tekanan intra-abdominal meningkat
akibat kontraksi serat kostal diafragma, sedangkan serat-serat krurl tetap lemas, sehingga
memungkinkan bergeraknya berbagai bahan dan lambung ke dalam esofagus.
Otot inspirasi penting lainnya adalah muskulus interkostalis eksternus, yang erjalan dari
iga ke iga secara iring ke arah bawah dan ke depan. iga-iga berputar seolah-olah bersendi di
bagian punggung sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi, iga-iga di
bawahnya akan terangkat. Masing-masing otot interkostalis eksternus maupun diafrgama
dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat pada keadaan istirahat. Muskulus skalenus dan
sternokleidomastoideus di eher merupakan otot-otot inspirasi tambahan yang ikut membantu
mengangkat rongga dada pada pernapasan yang sukar dan dalam.
Apabila otot ekspirasi berkontraksi, terjadi penurunan volume intratorakal dan ekspirasi
paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh otot-otot interkostalis internus karena otot-otot ini
berjalan miring ke arah bawah dan belakang dari iga ke iga, sehingga pada waktu
berkontraksi akan menarik rongga dada ke bawah. Kontraksi otot dinding abdomen anterior
juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke bawah dan kedalam
serta dengan meningkatkan tekanan intra abdominal yang akan mendorong diafragma ke atas.

Pengaturan Pusat Pernapasan


Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola napas yang
berirama. Pusat control pernapasan primer, pusat respirasi medulla, terdiri
dari beberapa agregat badan saraf ke otot-otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan
lain terletak lebih tinggi di batang otak di pons pusat pneumostatik dan pusat apneustik.
Kedua pusat di pons ini mempengaruhi sinyal keluar dari pusat pernapasan di medulla. Disini
dijelaskan bagaimana berbagai region ini berinterkasi untuk menghasilkan irama pernapasan.
Neuron Inspirasi dan ekspirasi terdapat di pusat medula. Kita menghirup dan
menghembuskan napas secara ritmis karena kontrakasi dan relaksasi bergantian otot-otot
inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal eksternal,yang masing-masing disarafi oleh
saraf frenikus dan saraf interkostal. Badan-badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk
saraf ini terletak di medulla spinalis. Impuls yang berasal dari pusat di medulla berakhir
di badan badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron motorik diaktifkan maka neuron
tersebut sebaliknya mengaktifkan otot-otot pernapasan, menyebabkan inspirasi; ketika

12
neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot inspirasi melemas dan
berlangsunglah ekspirasi.
Pusat pernapasan medulla terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal
sebagaikelompok repiratorik dorsal dan kelompok repiratorik ventral.
 Kelompok respiratorik dorsal (KRD) terutama terdiri dari neuroninpiratorik yang
serat-serat desendens berakhir di neuron motorik yangmenyarafi otot inspirasi. Ketika
neuron-neuron KRD ini melepas muatanmaka terjadi inspirasi, ketika mereka tidak
menghasilkan sinyal terjadilahekspirasi. Ekspirasi diakhiri karena neuron-neuron
inpiratorik kembalimencapai ambang dan melepaskan muatan. KRD memiliki
hubungan penting dengan kelompok respiratorik ventral.
 Kelompok respiratorik ventral (KRV) terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron
respiratorik yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normaltenang. Bagian ini
diaktifkan oleh KRD sebagai mekanisme penguat selama periode-periode saat
kebutuhan akan ventilasi meningkat. Hal ini terutama penting pada ekspirasi aktif.
Selama bernapas tenang tidak adaimpuls yang dihasilkan di jalur desendens oleh
neuron ekspiratorik. Hanya ketika ekspirasi aktif barulah neuron ekspiratorik
merangsang neuron motorik yang menyarafi otot-otot ekspirasi. Selain itu, neuron-
neuronin spiratorik KRV, ketika dirangsang KRD, memacu aktivitas inspirasi ketika
kebutuhan akan ventilasi tinggi.

Fisiologi sistem pernapasan1

Situasi faal paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, distribusi,
perfusi, difusi , serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam
keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO2 dan PaCO2) yang
normal. Yang dimaksud keadaan santai adalah keadaan ketika jantung dan paru tanpa beban-
kerja yang berat.

Tekanan parsial gas darah arteri yang normal adalah PaO2 sekitar 6mmHg (dibaca 6 mm
merkuri atau 6 torricelli) dan PaCO2 sekitar 40 mmHg. Tekanan parsial ini diupayakan
dipertahankn tanpa memandang kebutuhan oksigen yang berbeda-beda, yaitu saat tidur
kebutuhan oksigen 100mL/menit dibandingkan dengan saat ada beban kerja (exercise), 2000-
3000 mL/menit. Respirasi adalah suatu proses petukaran gas antara organisme dengan
lingkungan, yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida. Respirasi eksternal

13
adalah proses pertukaran gas (O2 dan CO2) anatara darah dan atmosfer sedangkan respirasi
internal adalah proses pertikaran gas (O2 dan CO2) antara darah sirkusi dan sel jaringan.

Pertukaran gas memerlukan empat proses yang mempunyai ketergantungan satu sama lain :

 Proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi
 Proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah
 Proses yang berkaitan dengan difusi O2 dan CO2
 Proses yang berkaitan dengan regulasi pernapasan

Difusi gas O2 dan CO2

Secara umum difusi diartikan sebagai peristwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi
merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi
di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrana
kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah
merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin.
Membran kapiler alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 atau sepertujuh puluh dari tebal butir darah
merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk menembusnya. Peristiwa
difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke
udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida menembus dinding alveolus dan kapiler
pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa
menggunakan tenaga aktif.

Urut-urutan proses difusi terbagi atas :

a. Difusi pada fase gas


Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli
keceptannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dengan
cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan
gas berdifusi di sini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen
mempunyai berat molekul 32 sedangkan berat molekul karbondioksida 44. Gerak
molekul gas oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak moleku gas
karbondioksida sehingga keceptan difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran
antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk

14
akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada alveoli
yang nrmal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema,
percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih
lambat.
b. Difusi menembus membrana pembatas
Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliptuti proses difusi fase as dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini,
pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah
(endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding buti darah merah (eritrosit).
Kecepatan difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam
cairan. Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen
sehingga keceptan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat keceptan
difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas halangan bagi proses difusi
semakin besar.

Keseimbangan Asam – Basa6

Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa tersebut dapat diukur dengan pH
(derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 – 7,45. Keseimbangan
asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal).
Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat,
dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3),
kalium bikarbonat (KHCO3), dan asam karbonat (H2CO3).

Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru – paru sehingga nilai Ph menjadi
standar (normal) melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan kelebihan H2CO3 dari darah yang
dapat meningkatkan Ph. Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O 2 seimbang dengan
kebutuhan O2. Demikian juga pembuangan CO2 melalui paru – paru yang harus seimbang
dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat
mempertahankan kadar PCO2 sebesar 40 mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil konsentrasi CO 2. Jika
kecepatan ventilasi paru – paru meningkat, kecepatan pengeliaran CO2 juga meningkat, dan
ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningatan dan

15
penurunan ventilasi alveolus akan mempengaruhi Ph cairan ekstrasel. Peningkatan PaCO2
menurunkan pH, sebaliknya penurunan PaCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi
alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. Sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat
memengaruhi kecepatan kecepatan ventilasi alveolus ( umpan balik). Kadar ph yang rendah,
konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya ph yang tinggi kadar ion H+ yang
rendah disebut alkalosis.

Jenis asam basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat
disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain
natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakam garam dari asam lemah
yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H +
diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan
H+. Selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam basa yang
sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga
ph darah normal. Jika ph plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan
bikarbonat dibentuk kembali.

Kesimpulan
Batuk, sesak dan wheezing terjadi karena adanya gangguan pada organ respirasi terutama
penyempitan bronkus yang juga menggangu mekanisme pernapasan pada orang yang
mengalaminya sehingga tidak dapat bernapas secara normal. Karena secara umum saluran
pernapasan lebih sempit saat ekspirasi dan terjadi bila tekanan paru lebih tinggi seperti saat
ekspirasi, mengi terdengar lebih jelas selama fase ekspirasi.

Daftar pustaka

1. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC; 2007.h.8-26


2. Ganong William F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.632-3
3. Sherwood L. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.457-8
4. Singh I. Teks dan atlas histology manusia. Jakarta : Binarupa Aksara; 2006.h. 115-20
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta : EGC; 2004.h. 266-8
6. Alimul A. Keterampilan dasar klinik kebidanan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2007

16

Anda mungkin juga menyukai