PNEUMONIA
Disusun Oleh :
NPM. 1714901210004
Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat
mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem
pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-
paru. Disini sejumlah oksigen diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat
yang sama karbondioksida dan uap air dikeluarkan.
1. Hidung
Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah
dalamnnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang,
faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung,
sementara dinding depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung,
mulut, dan laring.
3. Laring
Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea.
Disebelah atas laring, terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak
di depan laring dan di belakang laring terletak laringofaring dan vertebra
servikalis. Pada sisi lain terdapat lubang kelenjar tiroid. Laring disusun oleh
beberapa tulang rawan tidak beraturan yang dipersatukan oleh ligament dan
membrane-membran.
4. Trakea
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bagian depan hidung
menuju dada. Trakea dibagi atas bagin kiri dan bagian kanan bronkus utama
yang sejajar dengan vertebrae thoracicae yang kelima. Panjangnya sekitar
12cm. istmus kelenjar tiroid memotong bagian depan trakea dan lengkung
aorta di sebelah bawahnya, dengan ‘manubrium sernum’ didepannya.
Esophagus terletak dibelakan trakea, memisahkannya dari badan vertebra
torasik. Pada sisi-sisi lain trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar
tiroid di sebelah atasnya. Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan
jaringan fibros yang diperkuat oleh cincin tulang rawan hyaline yang tidak
semourna. Defisiensi dalam tulang rawan terletak pada bagian belakang,
dimana trakea bersentuhan dengan esophagus. Ketika suatu lobus makanan
ditelan, esophagus mampu mengembang tanpa gangguan, tetapi tulang rawan
mempertahankan kepatenan jalan napas. Trakea dihubungkan dengan
epithelium yang mengandung sel-sel goblet yang menyekresi mucus. Silia
membersihkan mucus dan partikel-partikel asing yang dihisap kearah laring.
5. Paru-paru
Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang
terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-
paru memanjang dari akar leher menuju diafragma dan secara kasar berbentuk
kerucut dengan puncak disebelah atas dan alas disebelah bawah. tulang rusuk,
tulang rawan kosta, dan tulang rawan interkosta terletak di depan paru-paru
dan dibelakang mereka adalah tulang rusuk, otot interkosta, dan prosesus
transversal vertebra torasik. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang
dengan sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik dari sisi lainnya, yang
merentang dari vertebra di belakang sampai sternum di sebelah depan. Di
dalam mediastinum terdapat jantung dan pembuluh darah besar, trakea dan
esophagus, duktus torasik an kelenjar timus. Paru-paru di bagi menjadi lobus-
lobus. Paru-paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh
‘’belahan yang miring’’. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus
inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga
lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang
sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu
fisura horizontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus
selanjutnya dibagi menjadi segmen-segmen yang disebut bronco-pulmoner,
mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan konektif,
masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga dibagi
menjadi unit-unit yang disebut lobules.
6. Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang
tersebut masuk ke dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit,
lebih panjang, dan lebih horizontal. Daripada bronkus utama sebelah kanan
karena jantung terletak agak ke kiri dari garis tengah. Setiap bronkus dibagi
ke dalam cabang-cabang, satu cabang untuk setiap lobus. Setiap cabang
kemudian dibagi menjadi cabang-cabang, satu cabang untuk setiap segmen
bronco-pulmoner dan kemudian dibagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil
dalam paru-paru. Struktur bronkus mirip trakea, tetapi tulang rawannya
kurang teratur.
7. Bronkiolus
Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang
rawan, tetapi disusun oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang
dihubungkan dengan kuboid epithelium. Apabila bronkiolus mengecil,
jaringan fibrosa, dan muskulus menjadi tidak tampak dan saluran yang paling
kecil, bronkiolus ialah suatu lapisan tunggal sel-sel epitel yang diratakan.
9. Hilum paru
10. Pleura
Mekanisme Pernapasan
II.2 Etiologi.
Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa:
Bakteri: Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.
Virus: influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
Jamur: kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.
Protozoa: pneumokistis karinii pneumonia.
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi udara, infeksi
saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat, anestesi
umum), intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif (kortikosteroid,
kemoterapi), tidak berfungsinya system imun (AIDS) dan sakit gigi (Santa
Manurung, 2009: 94).
II.4 Patofisiologi.
Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernapasan dan akhirnya masuk kesaluran
pernapasan bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus.
Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak (Santa
Manurung, 2009: 94).
Pohon Masalah
Ada sumber infeksi di saluran pernapasan
Reaksi sistemis :
Edema Penurunan jaringan mual, demam,
trakeal/faringeal efektif kelamahan,
peningkatan Kerusakan penurunan berat
produksi sekret membran alveolar- badan
kapiler
Peningkatan laju
Batuk produktif metbolisme
Sesak nafas Intake nutrisi tidak
Sesak nafas
Penggunaan otot adekuat
Penurunan kemampuan
pernafasan tidak Tubuh makin kurus
batuk efektif
efektif Ketergantungan
aktivitas sehari-hari
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani secara
cepat dan tepat adalah empiema, empisema, atelektasis, otitis media akut dan
meningitis (Santa Manurung, 2009: 97). Bila infeksi terus berlanjut akan terjadi
sepsis, gagal napas dan kematian.
1.7 Penatalaksaan.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi, seperti
pneumonia membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan
sekresi. Fisioterapi dada mencakup tiga tehnik; drainase postural, perkusi
dada dan vibrasi. Waktu yang optimal untuk melakukan tehnik ini adalah
sebelum klien makan dan menjelang klien tidur malam.
Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam berbagai posisi
spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi dari bidang paru.
Gaya gravitasi digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi. Perkusi
dilakukan dengan kedua telapak tangan anda yang membentuk “setengah
bulan” dengan jari-jari tangan anda rapat satu sama lain. Secara bergantian
tepukkan telapak tangan anda tersebut di atas dada klien. Instruksikan klien
untuk membatukan dan mengeluarkan sekresi. Tehnik vibrasi dilakukan
dengan meletakkan telapak tangan anda dalam posisi rata di atas dada klien
dan menggetarkannya (Niluh Gede Yasmin, 2004: 74).
b. Penatalaksanaan Medis
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°. Kematian sering
kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan
penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan
keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik, pemberian O2
di alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya
dalam konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2
arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting mengawasi pemeriksaan
analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh
untuk mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum.
Bronkodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki
drainase sekret dan distribusi ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul
dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia mengenai lobus
bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi terjadi, segera
atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume intravaskular dan
melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat
dipasang kateter Swan-Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila
perlu dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.
Pemberian antibiotik terpilih, diberikan selama sekurang-kurangnya
seminggu sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari
dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan abses paru dan empiema
memerlukan antibiotik yang lama. Untuk klien yang alergi terdapat
Penisilin dapat diberikan Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan untuk
pneumonia karena banyak resisten.
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap
Penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama
dari tipe anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian penisilin, suhu,
denyut nadi, frekuensi pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang.
Pada ±20% klien, demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat
dikonsumsi (Arif Muttaqin, 2008: 105).
Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi.
III.1.3 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Rontgen
- Pemeriksaan Lab
III.2Diagnosa Keperawatan
Lingkungan Fisiologis
III.3Perencanaan
Tujuan:
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pulsed lips).
Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak tercekik, irama nafas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal).
NOC:
Respiratory Status: Gas exchange
Respiratory Status: Ventilation.
Vitas Sign Status
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Identifikas kemungkinan faktor Banyak faktor yang menyebabkan
penyebab gangguan pertukaran gangguan pertukaran gas misalnya
gas. gagguan pada ventilasi, perfusi,
difusi.
Kaji adanya perubahan pola Perubahan pola napas terjadi
nafas, perubahan cuping hidung, sebagai kompensasi tubuh untuk
sianosis, dan jari tubuh mendapatkan lebih banyak
(clubbing finger) oksigen.
Monitor tanda vital setiap 4 jam Tekanan darah yang menurun
sekali. menyebabkan transfer oksigen
menurun, peningkatan suhu tubuh
menyebabkan peningkatan
konsumsi oksigen, nadi akan
meningkat pada pernapasan yang
meningkat..
Monitor hasil analisis gas darah Mengetahui kadar oksigen darah
dan keseimbangan asam basa,
merencanakan intervensi lebih
lanjut dan juga untuk
mengevaluasi perkembangan
pasien..
Lakukkan pemeriksaan bunyi Menentukan lokasi adanya sekret
paru. pada peru .
Lakukan fisioterapi dada Membuat mengeluarkan sekret
postural dengan posisi tubuh dari paru-paru.
sesuai dengan posisi sekret
Berikan oksigen sesuai dengan Membantu meningkatakan suplai
keadaan pasien. oksigen..
(..............................................) (.............................................)