Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG KENANGA 1
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ONY INDRIANI
NIM : 1720191098
PRODI : D3 KEPERAWATAN 3B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
A. PENGERTIAN
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang
memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda
asing ( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi
pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi
sujono&Sukarmin,2009).

B. ETIOLOGI
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg
terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra
M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
C. MANIFESTASI KLINIS

2
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh
infeksitraktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik
sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat
dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya
tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar
dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas
dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik
tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak
ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi
basah nyaring halus dan sedang.(Ngastiyah, 2005).
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah

Berlanjut sampai:

a. Nafas cepat dan dangkal


b. Demam
c. Malaise (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

2. Pnemonia Virus
Gejala awal :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif

3
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam
tinggi batuk hebat dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain
seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi
( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini
dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana
ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka
timbulah gejala demam pada penderita.Reaksi peradangan ini dapat
menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus
maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa
sesak. Tidak hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat
sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat
flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah
GI tract.

E. PATHWAY

4
F. PENATALAKSANAAN
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal
bertahapmelaui selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salinnormal dan beta agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief
Mansjoer,2000).
 Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah

5
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis ( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra
M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan
untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen
infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi
dan status asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 :
684).
 Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple
seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
(Barbara C, Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

G. PENGKAJIAN FOKUS
1. IDENTITAS
Meliputi identitas pasien dan identitas penanggungjawab
nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk
RS, nomor RM, diagnose medis.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan
mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa
keluar.

6
b. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita
mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya
menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna
kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
c. Riwayat masa lalu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum
pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai
riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima
dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.

d. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga
bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola
hidup yang tidak sehat seperti merokok.
e. Riwayat sosial
f. Keadaan kesehatan saat ini
3. POLA FUNGSIONAL (MENURUT GORDON)
4. PEMERIKSAAN FISIK
5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ( penilaian berdasarkan
DDST/DENVER II
6. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
(Doengoes,1999 :166).

7
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
penerimaan oksigen (Doengoes, 1999 : 166).
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli (Doengoes, 1999 :177).
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral
(Doengoes,1999 : 172).
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, anorexia, distensi abdomen
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
(Doengoes, 1999 :170).

I. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1. Bersihan jalan Tupen : Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi / kedalaman
nafas tidak efektif tindakan keperawatan selama pernafasan dan gerakan
berhubungan 3 x 8 jam, diharapkan pasien dada
2. Auskultasi area paru, catat
dengan inflamasi menunjukan perilaku
area penurunan atau / tak
trakeobronkial, mencapai bersihan jalan nafas
ada aliran udara dan bunyi
pembentukan dengan kriteria hasil:
nafas
edema, Menunjukan jalan nafas paten
3. Berikan cairan sedikitnya
peningkatan dengan bunyi nafas bersih,
1000 ml/ hari (kecuali
produksi sputum tidak ada dispnea
kontraindikasi). Tawarkan
air hangat daripada dingin
4. Lakukan penghisapan
sesuai indikasi
5. Berikan sesuai indikasi :
mukolitik, ekspektoran,

8
bronkodilator, analgesik
2 Gangguan Tupen : Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,
pertukaran gas tindakan keperawatan selama kedalaman, dan
berhubungan 3 x 8 jam, diharapkan pasien kemudahan bernafas.
2. Observasi warna kulit,
dengan perubahan menunjukan perbaikan
membrane mukosa,
membrane ventilasi dan oksigen dalam
dan kuku. Catat
alveolus kapiler, rentang normal dan tidak ada
adanya sianosis
gangguan gejala distress pernafasan
perifer atau sirkulasi
kapasitas dengan kriteria hasil:
sentral
pembawa oksigen Berpartisipasi pada tindakan
3. Awasi frekuensi
darah, gangguan untuk memaksimalkan
jantung / irama
pengiriman oksigenasi 4. Tinggikan kepala dan
oksigen. dorong untuk sering
mengubah posisi,
nafas dalam dan batuk
efektif
5. Berikan terapi oksigen
dengan benar

3 Pola nafas Tupen : Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,


tidak efektif tindakan keperawatan kedalaman pernafasan
berhubungan selama 3x8 jam, dan ekspansi dada.
dengan proses diharapkan pasien Catat upaya
inflamasi menunjukan pola nafas pernafasan, termasuk
dalam alveoli efektif dengan frekuensi penggunaan otot
dan kedalaman rentang bantu/ pelebaran nasal
2. Auskultasi bunyi
normal dan paru bersih,
nafas dan catat adanya
dengan kriteria hasil:
Partisipasi dalam bunyi nafas adventius
seperti krekels atau
aktifitas/ perilaku
mengi
peningkatan fungsi paru
3. Observasi pola batuk
dan karakteristik

9
sekret.
4. Berikan humidifier
tambahan, misalnya
nebulizer

4 Gangguan Tupen : Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan tanda


keseimbangan tindakan keperawatan selama vital, peningkatan suhu
cairan dan 3x8 jam, diharapkan pasien tubuh
elektrolit menunjukan keseimbangan 2. Kaji turgor kulit,
berhubungan cairan dengan kriteria hasil : kelembaban membrane
dengan 1. Membran mukosa mukosa
kehilangan cairan lembab 3. Tekankan cairan
2. turgor kulit baik,
berlebihan, setidaknya 1000ml/ hari
3. pengisian kapiler
penurunan atau sesuai kondisi
cepat
masukan oral 4. tanda vital stabil individual
4. Beri obat sesuai
indikasi, misalnya
antipiretik, antiemetik

5 Nutrisi kurang Tupen : Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor


dari tindakan perawatan selama yang menimbulkan
kebutuhan 3x8 jam, diharapkan mual / muntah,
tubuh pemenuhan nutrisi misalnya: Sputum
berhubungan mencukupi kebutuhan pasien banyak, pengobatan,
dengan dengan kriteria hasil : atau nyeri
2. Evaluasi status nutrisi
peningkatan Menunjukan peningkatan
umum, ukur berat
kebutuhan nafsu makan,
badan
metabolic mempertahankan /
3. Berikan / bantu
sekunder meningkatkan berat badan
kebersihan mulut
terhadap

10
demam dan setelah muntah,
proses infeksi, drainase postural dan
anorexia, sebelum makan
distensi
abdomen

6 Intoleransi Tupen : Setelah dilakukan 1. Berikan lingkungan


aktifitas tindakan perawatan selama tenang dan batasi
berhubungan 3x8 jam, diharapkan pasien pengunjung selama fase
dengan meningkatan toleransi akut sesuai indikasi.
2. Evaluasi respon
insufisiensi terhadap aktivitas dengan
pasien terhadap
oksigen kriteria hasil :
aktifitas. Catat laporan
1. tidak ada dispnea
2. kelemahan dispneu, peningkatan
berlebihan kelemahan, dan
3. tanda vital dalam
perubahan tanda vital
rentang normal
selama dan setelah
aktifitas
3. Bantu pasien
memilih posisi
nyaman untuk
istirahat / tidur

11
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html

Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:
EGC

12

Anda mungkin juga menyukai