Asuhan Keperawatan Anak Sakit dengan Judul : Asuhan Keperawatan Anak Sakit Pada An.
F dengan Asma Bronchial di Ruang Teratai RSUD Dr R Soeprapto Cepu, karya :
Nama : Anies Puspitaningrum
NIM : P1337420920059
PENDAHULUAN
Jumlah kasus penyakit asma bronchial yang terjadi meningkat dari waktu
ke waktu baik di negara maju maupun berkembang. Di beberapa negara pada
dua puluh tahun terakhir, terjadi peningkatan kematian akibat asma bronchial
pada anak. Jumlah penderita asma bronchial terus meningkat seiring dengan
bertambahnya komunitas yang mengikuti gaya hidup barat dan urbanisasi.
Hal tersebut juga berhubungan dengan peningkatan terjadinya alergi lain
seperti dermatitis dan rinitis. Dalam penelitian yang menggunakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children), periode
usia yang sering mengalami kematian diwakili oleh kelompok usia 13-14
tahun.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Definisi
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai
hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena
penyakit Asma Bronkhial
jika terpapar dengan faktor presipitasi. Selain itu
hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan.
b. Infeksi
Dapat juga terjadinya asma bronchial diakibatkan oleh
terinfeksinya saluran napas oleh virus (mis., respiratory
syncytial virus (RSV) dan virus para influenza), bakteri
(mis., pertusis dan streptokokus), jamur (mis., Aspergillus),
dan parasit (mis., askaris).
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur,bakteri dan polusi.
c. Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada.
2.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan derajat penyakitnya, asma bronchial pada anak
dibagi menjadi tiga, antara lain :
c. Asma Gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dan bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau
non alergik.
2.1.6 Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi,
iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi
hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga
merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang
disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel
mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah
mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul
edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot
polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya
terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga
proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada
alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam
alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan
menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2
dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi
asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak
dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2
dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan
berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan
tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang
akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
6. Darah komplit
Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.
7. Uji kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
8. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
2.1.9 Komplikasi
Menurut menurut Arief Mansjoer (2000) komplikasi yang
mungkin timbul pada asma bronchial antara lain :
1. Atelektasis
2. Emfisema dengan hiperinflasi kronis
3. Pneumothoraks
4. Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis
5. Bronkhitis
6. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
7. Fraktur iga
2.1.10 Prognosis
Prognosis padaanak penderita asma bronchial umumnya baik.
Sebagian asma anak akan hilang atau berkurang dengan
bertambahnya umur.
2.1.11 Web of Cautions (WOC)
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan
kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor →
coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas.
Diagnosa Tujuan/
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Tidak Pencapaian Mandiri 1. Beberapa derajat
efektifnya bersihan jalan
1. Auskultasi bunyi spasme bronkus
bersihan napas dengan nafas, catat terjadi dengan
jalan nafas kriteria hasil adanya bunyi obstruksi jalan nafas
berhubungan sebagai berikut: nafas, ex: mengi dan dapat/tidak
dengan 1. 2. Kaji/pantau dimanifestasikan
gangguan Mempertahanka frekuensi adanya nafas
suplai n jalan napas pernafasan, catat advertisius.
oksigen paten dengan rasio 2. Tachipnea biasanya
(bronkospas bunyi napas inspirasi/ekspirasi ada pada beberapa
me), bersih atau . derajat dan dapat
penumpukan jelas. 3. Catat adanya ditemukan pada
sekret, sekret
2. Menunjukan derajat dispnea, penerimaan atau
kental perilaku untuk ansietas, distress selama
memperbaiki pernafasan, stress/adanya proses
bersihan jalan penggunaan obat infeksi akut.
nafas misalnya bantu. 3. Disfungsi
batuk efektif
4. Tempatkan posisi pernafasan adalah
dan yang nyaman variable yang
mengeluarkan pada pasien, tergantung pada
sekret. contoh: tahap proses akut
meninggikan yang menimbulkan
kepala tempat perawatan di rumah
tidur, duduk pada sakit.
sandara tempat
4. Peninggian kepala
tidur. tempat tidur
5. Pertahankan memudahkan fungsi
polusi lingkungan pernafasan dengan
minimum, menggunakan
contoh: debu, gravitasi.
asap dll. 5. Pencetus tipe alergi
6. Tingkatkan pernafasan dapat
masukan cairan mentriger episode
sampai dengan akut.
3000 ml/ hari
6. Hidrasi membantu
sesuai toleransi menurunkan
jantung kekentalan sekret,
memberikan air penggunaan cairan
hangat. hangat dapat
Kolaborasi menurunkan
7. Berikan obat kekentalan sekret,
sesuai indikasi penggunaan cairan
bronkodilator. hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus.
7. Merelaksasikan otot
halus dan
menurunkan spasme
jalan nafas, mengi,
dan produksi
mukosa.
Keterangan :
: perempuan : pasien/klien
: garis keturunan
Ketergantungan total
(1-24)
Ketergantungan berat
(25-49)
Ketergantungan sedang
(50-74)
Ketergantungan ringan
(75-90)
Ketergantungan
minimal (91-99)
Dengan total skor 40 An. F masuk kategori tingkat ketergantungan berat
Kekuatan otot : skala 5 di semua ekstremitas
5 5
5 5
7. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a. Kepala : mesochepal, simetris, tidak ada lesi
b. Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid maupun limfa
c. Mata : tidak cekung, konjunctiva tidak anemis, pupil isokhor,
sklera non ikterik, mata sayu
d. Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada sekret, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, terpasang selang oksigen pada hidung
e. Mulut : simetris, mukosa lembab, bibir merah muda, tidak ada
karies, tidak terdapat stomatitis
f. Telinga : simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada
serumen
g. Dada
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak terdapat jejas, pergerakan dada simetris,
terdapat tarikan dinding dada atau retraksi dada
Palpasi : Tactile fremitus bergetar sama kuat pada dada kanan dan
kiri
Perkusi : seluruh lapang paru sonor
Auskultasi: suara vesikuler dan terdapat ronchi dan wheezing
Jantung
Inspeksi : tidak terdapat jejas, ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
Perkusi : batas atas di ICS II, batas kiri di ICS V mid clavikula
sinistra, batas kanan ICS IV di mid sternum dextra dan batas bawah di
ICS V
Auskultasi : terdengar suara SI dan SII reguler dan tidak ada suara
jantung murmur ataupun gallop
h. Abdomen
Inspeksi : perut datar, tidak ada pembesaran abdomen
Auskultasi: Bising usus 20 x / menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Terdengar suara timpani
i. Genetalia dan rectum
Tidak ada kelainan, anus tidak lecet, tidak terpasang kateter urin.
j. Kuku dan integumen
Tidak ada bintik atau gatal dikulit, capilarry refill time < 2 detik,
turgor kulit cuup baik
k. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas : bersih, tidak ada edema, terpasang infus
Asering drip ½ ampul aminophilin 16 tpm di tangan kanan, tidak
ada plebitis
2) Ekstremitas bawah : bersih, tidak ada edema
8. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi
An. F sedikit takut saat dilakukan tindakan invasif, namun tidak
mudah menangis saat dilakukan tindakan oleh perawat. Selama
dirawat di rumah sakit, klien tidak bisa melakukan perannya sebagai
anak karena tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan tidak bisa
mengikuti sekolah online.
b. Kecemasan (anak dan orang tua)
Ibu An. F tidak khawatir dan optimis anaknya dapat sembuh.
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Ibu An. F mengatakan jika ada masalah yang terjadi pada salah satu
anggota keluarganya terutama menyangkut anaknya selalu
dibicarakan bersama dengan suami.
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Orang tua An. F mengetahui penyakit anaknya
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya yaitu setiap hari An.
F dijaga oleh ibu dan ayahnya.
f. Konsep diri
Body image : An. F tampak lesu
Identitas diri : An. F adalah seorang anak laki-laki terakhir dari 2
saudara
Harga diri : An. F ingin bermain dan belajar dirumah seperti
teman-teman sebayanya
Peran diri : An. F masih berusia 8 tahun dan selalu ingin
bermain
Ideal diri : Harapan An. F dapat segera bergabung dengan
teman sebayanya.
g. Spritual
Klien merupakan penganut agama Islam. Sebelum sakit klien masih
menjalankan ibadah bersama teman-teman ke masjid, namun selama
sakit klien tidak bisa melaksanakan kewajiban untuk ibadah.
h. Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
Tidak ada terapi lain selain terapi medis yang dilakukan oleh An. F
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Tanggal 4 April 2021 pukul 17.15 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Hemoglobin 13,6 g/dL 10,7 – 14,7
Leukosit 27,17 103 / uL 5 – 14,5 Tinggi
Trombosit 319 103 / uL 150 – 400
Erytrosit 4,95 106/uL 4,4 - 5,9
HCT 38,8 40 - 52
MCV 78,4 fl 80 - 100
MCH 27,3 pg 26 - 34
MCHC 34,8 g/dl 32 - 36
SGOT 20 U/l 0 - 35
SGPT 15 U/l 0 - 45
GDS 221 mg/dl 80 - 144
Ureum 26 mg/dl 13 - 43
Creatinin 0,59 mg/dl 0,67 – 1,17
Kalium 3,56 mmol/L 3,5 – 5,2
Natrium 142,3 mmol/L 135 - 145
Calsium 1,30 mmol/L 1,1 – 1,4
Clorida 108,3 mmol/L 98 - 108
Tca 2,53 mmol/L 2,2 – 2,9
Ig Covid 19 IgG (-)
Ig Covid 19 IgM (-)
CRP 5 mg/L < 10 mg/L
D-Dimer 290,04 mg/L < 500 mg/L
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan rontgen thorax AP/Lat tidak dilakukan karena alat rusak
ANALISIS DATA
N MASALAH
WAKTU DATA FOKUS ETIOLOGI TTD
O KEPERAWATAN
1. 5 April Data Subjektif Gangguan suplai Pola nafas tidak efektif Anies
2021 Klien mengatakan sesak oksigen
08.00 nafas (bronkospasme)
WIB Data Objektif
Klien tampak sesak nafas
TD : 98/66 mmHg
SPO2 : 96 terpasang O2
3lpm
HR : 130 x/menit
RR : 40 x/menit
S : 36,7oC
Tidur posisi semi fowler
Terdapat retraksi dinding
dada saat bernafas
2. 5 April Data Subjektif Penumpukan sekret Bersihan jalan nafas Anies
2021 An. F mengatakan batuk tidak efektif
08.10 dan dahaknya sulit keluar
WIB Data Objektif
TD : 98/66 mmHg
SPO2 : 96 terpasang O2
3 lpm
HR : 130 x/menit
RR : 40 x/menit
S : 36,7OC
Klien tampak batuk dan
sekret sulit keluar
Terdengar suara ronchi
dan wheezing
Diagnosa Keperawatan
1. Pola jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen (bronkospasme) (D. 0005)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
di jalan nafas (D.0001)
3. PERENCANAAN / INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
WAKTU TUJUAN INTERVENSI TTD
O KEPERAWATAN
1. 5 April Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi pernafasan Anies
2021 efektif berhubungan tindakan asuhan dan tanda-tanda vital
08. 15 dengan gangguan keperawatan selama 3 x 2. Auskultasi bunyi nafas
WIB suplai oksigen 24 jam diharapkan pola dan catat adanya bunyi
(bronkospasme) nafas efektif dengan nafas seperti krekels,
(D.0005) kriteria hasil : wheezing
- Pola nafas efektif 3. Observasi pola batuk dan
- Bunyi nafas karakter sekret
normal atau bersih 4. Tinggikan kepala/posisi
- TTV dalam batas semi fowler dan bantu
normal (ventilasi mengubah posisi
adekuat) 5. Ajarkan klien pernafasan
- Batuk berkurang dalam
- Tidak sianosis 6. Ajarkan batuk efektif
atau tanda 7. Kolaborasi berikan
hipoksia oksigen, humidifikasi
- Bisa melakukan tambahan misalnya
pernafasan dalam/ nebulizer, dan obat-obatan
ekspansi paru
memgembang
2. 5 April Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi nafas, Anies
2021 tidak efektif tindakan asuhan catat adanya bunyi nafas,
08. 25 berhubungan dengan keperawatan selama 3 x ex: mengi
WIB penumpukan sekret 24 jam diharapkan 2. Kaji/pantau frekuensi
di jalan nafas bersihan jalan nafas pernafasan, catat rasio
(D.0001) efektif dengan kriteria inspirasi/ekspirasi.
hasil : 3. Catat adanya derajat
- Mempertahankan dispnea, ansietas,
jalan napas paten distress pernafasan,
dengan bunyi penggunaan obat bantu.
napas bersih atau 4. Tempatkan posisi yang
jelas, tidak sesak nyaman pada pasien,
nafas, tidak ada contoh: meninggikan
ronchi dan kepala tempat tidur,
wheezing duduk pada sandara
- Menunjukan tempat tidur.
perilaku untuk 5. Pertahankan polusi
memperbaiki lingkungan minimum,
bersihan jalan contoh: debu, asap dll.
nafas misalnya 6. Tingkatkan masukan
batuk efektif dan cairan sesuai toleransi
mengeluarkan jantung dalam keadaan
sekret. air hangat.
- TTV dalam batas 7. Kolaborasi pemberian
normal dan bronkodilator.
keadaan umum
baik
IMPLEMENTASI
Tanggal/ Kode Tindakan Respon TTD
Jam Dx
5 April D.0005 Mengkaji frekuensi pernafasan dan S : Anies
2021/ D.0001 tanda-tanda vital Klien mengatakan sesak nafas
08.30 dan batuk dahaknya sulit keluar
WIB O:
TD : 98/66 mmHg
MAP : 74 mmHg
SPO2 : 96 Terpasang O2 3lpm
HR : 130 x/menit
RR : 40 x/menit
S : 36,7OC
Diagnosa Keperawatan
1.Pola jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(bronkospasme) (D. 0005)
2.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret di jalan nafas (D.0001)
Analisa Intervensi
1.Kaji frekuensi pernafasan dan tanda-tanda vital
2.Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing
3.Observasi pola batuk dan karakter sekret
4.Tinggikan kepala/posisi semi fowler dan bantu mengubah posisi
5.Ajarkan klien pernafasan dalam
6.Ajarkan batuk efektif
7.Kolaborasi berikan oksigen, humidifikasi tambahan misalnya nebulizer, dan
obat-obatan
Implementasi
Evaluasi
1. An F mengatakan nyaman dengan posisi semifowler
2. Mampu mengkontrol peernafasan
3. Mampu melakukan relaksasi nafas dalam dan batuk efektif
4. Mampu mengeluarkan sekret
5. Sesak berkurang
6. An F. mengatakan tidak sesak setelah pemberian bronkodilator.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan pemberian posisi semifowler, penggunaan tehnik relaksasi nafas
dalam dan mengajarkan batuk efektif serta penggunaan Bronkodilator An F.
mampu mengontrol pernfasan , sekret dapat dikeluarkan sehingga pola nafas
kembali normal dan sumbatan jalan nafas bisa teratasi .
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pemberian posisi semifowler, penggunaan tehnik relaksasi
nafas dalam dan mengajarkan batuk efektif serta penggunaan
Bronkodilator dapat dijadikan intervensi dalam manajemen penangan
pola nafas tidak efektif dan sumbatan jalan nafas bisa teratasi.
2. Bagi Keluarga Pasien
Diharapkan keluarga dapat membantu memantau klien selama
pemberian posisi semifowler, penggunaan tehnik relaksasi nafas dalam
dan batuk efektif dan menerapkannya secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Rita & Darliana, Devi. 2018. Hubungan Pengetahuan dengan Upaya
Pencegahan Kekambuhan Asma Bronkhial. Idea Nursing Journal (9) 1. Hal 12.
Dharmayanti, Ika, et al. 2015. Asma pada Anak di Indonesia: Penyebab dan
update). https://ginasthma.org.
Diakses pada tanggal 7 Juli 2019, pukul 10.11 WIB. Hatfield, Nancy T. 2008.
Broadribb’s Introductory Pediatric Nursing. 7th ed.
Sesak Napas pada Pasien Asma Bronkial di SMF Paru RSD DR.
Soebandi Jember.