Anda di halaman 1dari 16

A.

Anatomi fisiologi
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-
paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam
rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga
perut oleh diafragma.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan
yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik
melalui batuk ataupun bersin. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang
menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal
menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan
pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding
dada.
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka
dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga
menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-
iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai
otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
1. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
1
2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong
diafragma ke atas.
6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.

Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus
kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali
sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum
bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas
tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.

Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar
300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara
walaupun mulut terisi oleh makanan. Di dalam cavum nasi ini, udara akan dibersihkan.

2
Vestibulum yang dilapisi silia akan menangkap partikel-partikel besar yang terkandung
dalam udara. Septum nasi dan concha nasalis berperan untuk memperluas permukaan
dari cavum nasi dan membuat aliran udara di dalamnya turbulen yang makin
meningkatkan kontak udara dengan membran mukosa yang melapisinya.membran
mukosa ini dilapisi epitel kolumner berlapis bersilia dan sel goblet yang menghasilkan
sekresi mukus. Mukus ini akan menjebak partikel debris dan menyapunya ke pharynx.
Cavum nasi juga berfungsi sebagai penghangat udara. Kelembaban didapat dari
epithelium mukosa dan kelebihan air mata yang dialirkan ke cavum nasi melalui ductus
lacrimalis manambah kelembaban udara sendiri. Udara yang hangat akan mencegah
kerusakan saluran pernapasan. Epitel olfactorius sendiri merupakan organ sensorik
sebagai penghidu dan terletak pada bagian paling superior dari cavum nasi. Cavum nasi
dan sinus-sinus paranasal juga turut berperan sebagai ruang resonansi saat berbicara.
Larynx, Laring mempunyai tiga fungsi penting. Cartilago thyroid dan cricoid
berfungsi untuk membuka jalan pergerakan aliran udara. Epiglottis dan plica vestibular
mencegah material yang akan ditelan masuk ke dalam larynx. Plica vocalis adalah
sumber utama produksi suara. Udara selama ekspirasi bergerak melewati plica vocalis
sehingga menggetarkan dan memproduksi suara.

B. Definisi
Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress) merupakan
diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana sistem pernafasan tidak mampu untuk
melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan. Terminologi respiratory distress
digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien masih dapat menggunakan mekanisme
kompensasi untuk mengembalikan pertukaran gas yang adekuat, sedangkan respiratory
failure merupakan keadaan klinis yang lanjut akibat kegagalan mekanisme kompensasi
dalam mempertahankan pertukaran gas atau tercukupinya aliran oksigen.
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50

3
mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45
mmHg (hiperkapnia) (Brunner & Sudarth, 2013).
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang
adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.

C. Etiologi
1. Kelainan paru primer
a. Pneumonia
b. Bronkholitis
c. Asma
d. Fibrosis kistik
2. Gangguan mekanik ventilasi
a. Penyakit neuromuskuler (myophaties, sindrom guillain barre)
b. Efusi pleura luas
c. Penyakit paru restriktif dengan keterlibatan otot-otot pernafasan
3. Sumbatan saluran nafas
a. Trauma
b. Infeksi
c. Keracunan
d. Genatik
e. Tumor
4. Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan
Syok septik

D. Tanda dan gejala


1. Gagal nafas total
a. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
b. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
4
c. Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
2. Gagal nafas parsial
a. Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
b. Ada retraksi dada.
3. Gejala :
a. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
b. Hipoksemia yaitu t./,akikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun).

E. Komplikasi
Komplikasi yang telah disebutkan dalam berbagai sumber untuk kegagalan pernapasan
meliputi:
1. Hipoksemia adalah kadar oksigen rendah dalam darah arteri dalam tubuh.
2. Hipertensi paru mengacu pada tekanan darah tinggi di pembuluh darah yang
membawa darah ke paru-paru. Tekanan darah di bagian lain dari tubuh normal atau
kadang-kadang bahkan rendah. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh halhal seperti
kondisi paru-paru (misalnya emfisema, bronkitis kronis).
3. Jantung aritmia adalah suatu kondisi dimana jantung tidak berdenyut dengan irama
yang normal.Sebuah aritmia jantung sering merupakan gejala dari berbagai
penyakit, gangguan dan kondisi yang menyebabkan jantung, mengalahkan dengan
cara yang tidak teratur, terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardi) dan
atau tidak sama sekali (ada detak jantung).Ada banyak jenis aritmia jantung, yang
dapat ringan sampai berat dapat mengancam jiwa.
4. Jantung penangkapan adalah suatu kondisi dimana jantung telah berhenti berdetak
atau tidak pemukulan cukup efisien untuk mempertahankan kehidupan.
Penangkapan jantung, juga disebut henti jantung mendadak, dengan cepat fatal
dalam beberapa menit jika tidak segera diobati dengan CPR dan defibrilasi.
5. Mengurangi tingkat kesadaran
6. Sesak napas

5
F. Patofisiologi
1. Hypoventilasi
Minute volum <, Menyebabkan retensi CO2.
Penyebab:
a. Obtruksi akut / kronis
b. Depresi saraf pernapasan
c. Gangguan neuro muskuler
d. Restriksi paru
2. Gangguan Difusi
Penyebab :
a. Penumpukan cairan
b. Gangguan area diffuse
Misal : Edema paru, ARDS,Fibrosis paru, tumor paru, aspirasi
3. V/Q mismatch
a. V/Q rendah : perfusi > ventilasi : hypoksemia, karena darah dari alveolar tidak
teroksigenasi seluruhnya ( Shunting ).
b. V/Q tinggi : ventilasi > perfusi (Ruang Rugi
c. Shunting
Darah yang dibawa dari jantung sebelah kanan dibawa ke jantung kiri tanpa
dioksigenasi.
Penyebab : kolaps pada alveoli, alveoli terisi cairan, atau benda asing.
d. Ruang Rugi
Adalah jumlah udara yang keluar masuk paru tetapi tidak ikut dalam
pertukaran gas / difusi.
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan
gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
6
penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya
paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru
alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi
pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt.
Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator
karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan.
Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus
pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-
paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

7
G. Mind map
Pembentukan mukus yang berlebihan

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Akumulasi secret meningkat

1. Airway
1. Terpasanag Bersihan jalan nafas, ada secret berlebih,
ventilator kemampuan batuk
2. Terpasang ET 2. Breathing
3. Terpasang NGT Frekuensi napas, pengembangan paru
4. Suction Suara nafas
3. Circulation
Tekana darah, nadi, irama jantung,
kapiler refill, sianosis.
Gagal nafas

Sistem pernafasan

Dispnoe,depresi pernafasan
Dispnoe
Headache
Sianosis
Takikardi
Kelelahan
Hipertensi
Takikardi
Koma
Distritmia
Vasodilatasi sistemik
Hipertensi
Gagal jantung dan asidosis respiratori
Asidosis metabolik

Penurunan curah jantung Hambatan pertukaran gas

8
H. Penatalaksanaan
1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal
prong.
2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP.
3. Inhalasi nebuliser d. Fisioterapi dada
4. Pemantauan hemodinamik/jantung
5. Pengobatan Brokodilator Steroid Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2 meningkat, PaO2
menurun) dan kadar elektrolit (kalium).
b. Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia jaringan,
polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepat.
c. Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang
berhubungan dengan gagal napas.
d. Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan infark miokard
akut.
2. Radiologi:
a. Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gagal
nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
b. EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan olehcardiac
c. Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik (volume tidal
< 500ml, FVC (kapasitas vital paksa) menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun
(Lewis, 2011).

9
J. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian primer
a. Airway (Jalan nafas)
Pada pasien dengan gagal napas hal pertama yang harus dilakukan adalah
melihat jalan napas apa terdapat sumbatan (benda asing) atau tidak. Beberapa
kematian karena masalah airway disebabkan oleh karena kegagalan mengenali
masalah airway yang tersumbat baik oleh karena aspirasi isi gaster maupun
kesalahan mengatur posisi sehingga jalan nafas tertutup lidah penderita sendiri.
Tehnik yang digunakan dalam menilai jalan napas yaitu dengan tehnik look
(lihat pergerakan dada), listen (mendengar dari bunyi pernapasan), dan feel
(merasakan ada pernapasan atau tidak).
Pada pasien dengan penurunan kesadaran mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya gangguan jalan nafas., selain mengecek adanya benda asing,
sumbatan jalan nafas dapat terjadi oleh karena pangkal lidahnya terjatuh ke
belakang sehingga menutupi aliran udara kedalam paru. Selain itu aspirasi isi
lambung juga menjadi bahaya yang mengancam airway
b. Breathing (membantu bernafas)
Setelah meyakini bahwa jalan nafas tidak ada hambatan adalah membantu
pernafasan. Pastikan pernafasan pasien masih ada. Karena henti nafas seringkali
terjadi pada kasus trauma kepala bagian belakang yang mengenai pusat
pernafasan atau bisa juga penanganan yang salah pada pasien pada pasien
cedera kepala justru membuat pusat pernafasan terganggu dan menimbulkan
henti nafas. Keterlambatan dalam mengenali gangguan pernafasan dan
membantu ventilasi/pernafasan akan dapat menimbulkan kematian. Sehingga
kemampuan dalm memberikan bantuan pernafasan menjadi prioritas kedua
c. Circulations (Mengontrol perdarahan)
Jika ditemukan adanya perdarahan, segera lakukan upaya mengontrol
perdarahan itu dengan memberikan bebat tekan pada daerah luka. Pemberian
cairan melalui oral mungkin dapat dilakukan untuk mengganti hilangnya cairan
dari tubuh jika pasien dalam keadaan sadar. Perlu dipahami dalam tahap ini
10
adalah mengenal tanda-tanda kehilangan cairan sehingga antisipasi terhadap
kemungkinan terjadinya syock.
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik head to toe
b. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
c. Eliminasi
d. Kaji haluaran urin, diare/konspasi
e. Cairan masuk dan cairan keluar
f. Nyeri/kenyamanan
g. Nuerosensori

K. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sumbatan jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnprmalitas ventilasi perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan program pengobatan
(terpasangnya ET).

L. Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Keritria hasil Rencana tindakan
1. Ketidakefektifan Tujuan: jalan nafas paten 1) Auskultasi bunyi
bersihan jalan nafas b.d Keriterua nafas tiap 2-4 jam atau
sumbatan jalan nafas Bunyi nafas bersih bila diperlukan
Ronchi (-) 2) Lakukan
Secret berkurang atau penghisapan bila
hilang terdengar ronchi
dengan cara :

11
a. Jelaskan pada klien
tentang tujuan dari
tindakan penghisapan
b. Berikan oksigenasi
dengan O2 100 %
sebelum dilakukan
penghisapan, minimal
4–5x pernafasan
c. Perhatikan teknik
aseptik, gunakan
sarung tangan steril,
kateter penghisap steril
d. Masukkan kateter ke
dalam selang ETT
dalam keadaan tidak
menghisap, lama
penghisapan tidak
lebih 10 detik
e. Atur tekana
penghisap tidak lebih
100-120 mmHg
f. Lakukan oksigenasi
lagi dengan O2 100%
sebelum melakukan
penghisapan berikutnya
g. Lakukan
penghisapan berulang-
ulang sampai suara
nafas bersih

12
3) Pertahankan suhu
humidifier tetap hangat
( 35 – 37,8 C)

Gangguan pertukaran gas Tujuan : Klien akan 1) Cek analisa gas


berhubungan dengan memperlihatkan darah setiap 10 –30 mnt
abnprmalitas ventilasi kemampuan pertukaran setelah perubahan
perfusi sekunder terhadap gas yang kembali normal setting ventilator
hipoventilasi Kriteria hasil : 2) Monitor hasil
Hasil analisa gas darah analisa gas darah atau
normal : PH (7,35 – 7,45) oksimetri selama
PO2 (80 – 100 mmHg) periode penyapihan
PCO2 ( 35 – 45 mmHg) 3) Pertahankan jalan
BE ( -2 - +2) nafas bebas dari sekresi
4) Monitpr tanda dan
gejala hipoksia

Ananxiety self control 1. Beri satu kalimat


 Coping simple setiap bertemu,
 Sensory function: jika diperlukan
hearing vision 2. Konsultasikan
 Fear sef control dengan dokter
kebutuhan terapi bicara
1. Komunikasi 3. Dorong pasien
ekspresif (kesulitan untuk berkomunikasi
berbicara) secara perlahan dan

13
2. Komunikasi untuk mengulangi
reseptif (kesutitan permintaan
mendengar) 4. Dengarkan dengan
3. Gerakan penuh perhatian
Terkoordinasi 5. Berdiri didepan
4. Pengolahan pasien ketika berbicara
informasi 6. Gunakan kartu
5. Mampu mengontrol baca, kertas, pensil,
respon ketakutan dan bahasa tubuh, gambar,
kecemasan terhadap daftar kosakata bahasa
ketidakmampuan berbic asing, computer, dan
6. Mampu lain-lain untuk
memanajemen memfasilitasi
kemampuan fisik yang komunikasi dua arah
di miliki yang optimal
7. Mampu 7. Ajarkan bicara dari
mengkomunikasikan esophagus, jika
kebutuhan dengan diperlukan
lingkungan sosial 8. Beri anjuran
kepada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan alat bantu
bicara (misalnya,
prostesi trakeoesofagus
dan laring buatan
9. Berikan pujian
positive jika diperlukan
10. Anjurkan pada
pertemuan kelompok

14
11. Anjurkan
kunjungan keluarga
secara teratur untuk
memberi stimulus
komunikasi
12. Anjurkan ekspresi
diri dengan cara lain
dalam menyampaikan
informasi (bahasa
isyarat)

15
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar(2015) Aspek Klinis Dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut Pada Ana diaskses
pada http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3286/3092 15 mei 2018 pukul
20:00
Oktaviani (2014) Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pad Klien Dengan Gagal
Napas https://id.scribd.com/doc/75959980/GAGAL-NAFAS
Herdman & kamitusuru (2015) Nanda Diagnosa Keperawata 2015-2017 edisi 10
jakarta.
Dewi (2015) Diagnosis Dan Penatalaksanaan Gagal Nafas Akut
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/a3094ca3eede2196d8bd
b1a6fffc6b2c.pdf
Irianto, K. (2015). Memahami berbagai macam penyakit. Bandung. CV. Alfabeta.

16

Anda mungkin juga menyukai